Fix Tetanus

27
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan. Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan.Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka. B. Etiologi Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit. 1

description

tax

Transcript of Fix Tetanus

BAB IILANDASAN TEORIA. Pengertian Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan.Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan.Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester dan otot rangka.B. EtiologiClostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 650 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.Sering kali tempat masuk kuman sukar diketahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan endotoksin. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.Faktor predisposisi1. Umur tua atau anak-anak2. Luka yang dalam dan kotor3. Belum terimunisasi

Tetanus pada anakTetanus pada anak disebabkan oleh:a. Infeksi melalui tali pusat saatb. Akibat pemotongan tali pusat yang tidak sterilc. Tidak diberikannya imunisasi tetanus tiksoid ketika masih kecild. Pertolongan persalinan yang tidak memenuhi sarat kesehatan ketika proses persalinane. Masa inkubasi virus yang cepat yaitu 5-14 hari

Tetanus pada dewasaTetanus pada dewasa disebabkan oleh:a. Luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, luka tembak, luka bakar, luka yang kotor.b. Kecelakaan dan timbul luka yang tertutup debu / kotoran.c. Luka yang kotor / tertutup memungkinkan keadaan anaerob yang ideal untuk pertumbuhan Clostridium tetani.d. Luka gores yang ringan kemudian menjadi bernanah ; gigi berlobang dikorek dengan benda yang kotor atau OMP yang dobersihkan dengan kain yang kotor.

Perbedaan tetanus pada anak dan dewasa1. AnakPenyakit tetanus kebanyakan terdapat pada anak-anak yang belum pernah mendapatkan imunasi tetanus (DPT).Dan pada umumnya terdapat pada anak dari keluarga yang belum mengerti pentingnya imunasi dan pemeliharaan kesehatan, seperti kebersihan lingkungan dan perorangan.Sebagian besar tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun yang belum mengikuti penataran dari Depkes.Dimana dukun dukun ini memotong tali pusat hanya memakai alat sederhana seperti bilah bambu, pisau atau gunting yang tidak di steril dahulu, sehingga bisa menimbulkan infeksi melalui luka pada tali pusat.Infeksi yahng disebabkan oleh Clostridium Tetani dapat juga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat trradisional seperti abu, kapur sirih, daun-daunan, dsb.Tetanus pada anak tejadi 10 hari setelah bayi lahir.

2. DewasaPenyebab penyakit seperti pada tetanus neonatorum, yaitu Clostridium tetani yang hidup anaerob, berbentuk spora selama di luar tubuh manusia, tersebut luas di tanah.Juga terdapat di tempat yang kotor, besi berkarat sampai pada tusuk sate bekas.Basil ini bila kondisinya baik ( didalam tubuh manusia ) akan mengeluarkan toksin. Toksin ini dapat menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan tetanospasmi, yaitu neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot.Tetanus, biasa disebut kejang mulut, disebabkan oleh toksin bakteri, atau racun, yang mempengaruhi sistem saraf.Hal ini dikontrak lewat luka atau luka yang menjadi terkontaminasi dengan bakteri tetanus.Bakteri bisa masuk melalui bahkan kecil cocokan peniti atau menggaruk, tetapi luka tusukan mendalam atau luka seperti yang dibuat oleh paku atau pisau yang sangat rentan terhadap infeksi tetanus.Bakteri tetanus di seluruh dunia hadir dan biasanya ditemukan di tanah, debu dan kotoran.Tetanus menyebabkan kejang otot parah, termasuk "penguncian" rahang sehingga pasien tidak bisa membuka / nya mulutnya atau menelan, dan mungkin menyebabkan kematian oleh sesak napas.Tetanus tidak menular dari orang ke orang.

C. PatofisiologiPenyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat.Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat. Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik.Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksin. Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat.Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari.Web of Caution (Hubungan Sebab Akibat)

Terpapar kuman Clostridium tetani

Ganglion Sumsum Tulang BelakangSaraf OtonomOtakPengangkutan toksin melewati saraf motorikEksotoksin

Tonus otot Menempel pada CerebralMengenai Saraf SimpatisGangliosides

Menjadi kakuKekakuan dan kejang khas-Keringat berlebihanpada tetanus-Hipertermi-Hipotermi

Hilangnya keseimbangan tonus otot otot-Aritmia-Takikardi

Kekakuan otot

Sistem PernafasanSistem PencernaanHipoksia berat O2 di otak

Kesadaran

-Ggn. Eliminasi-Ketidakefektifan jalan-PK. Hipoksemia-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut) jalan nafas-Ggn. Perfusi Jaringan-Gangguan Komunikasi -Ggn. Pertukaran Gas Verbal-Kurangnya pengetahuan Ortu-Dx,Prognosa, Perawatan

(Sumber: Asuhan Keperawatan dengan Tetanus.)

D. Manifestasi KlinisMasa tunas biasanya 5 14 hari, tetapi kadang-kadang sampai beberapa minggu pada infeksi ringan atau kalau terjadi modifikasi penyakit oleh antiserum. Penyakit ini biasanya terjadi mendadak dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama pada rahang dan leher.Dalamwaktu 48 jam penyakit ini menjadi nyata dengan :1. Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus) karena spasme otot-otot mastikatoris.2. Diikuti gejala risus sardonikus karena spasme otot muka (alis tertarik ke atas),sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi ,kekauan otot dinding perut dan ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki)3. Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang spontan yang makin lam makin seinrg dan lama, gangguan saraf otonom seperti hiperpireksia, hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yang berat4. Bila periodeperiode of onset pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi berat5. Kaku kuduk sampai epistotonus (karena ketegangan otot-otot erector trunki)6. Kejang tonik terutama bila dirangsang karena toksin terdapat di kornu anterior.7. Kesukaran menelan,gelisah, mudah terangsang, nyeri anggota badan sering marupakan gejala dini.8. Spasme yang khas , yaitu badan kaku dengan epistotonus, ekstremitas inferior dalam keadaan ekstensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat. Anak tetap sadar. Spasme mula-mula intermitten diselingi periode relaksasi. Kemudian tidak jelas lagi dan serangan tersebut disertai rasa nyeri. Kadang-kadang terjadi perdarahan intramusculus karena kontraksi yang kuat.9. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring. Retensi urine dapat terjadi karena spasme otot urethral. Fraktur kolumna vertebralis dapat pula terjadi karena kontraksi otot yang sangat kuat.10. Panas biasanya tidak tinggi dan terdapat pada stadium akhir.11. Biasanya terdapat leukositosis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.

Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:1. Tetanus local : otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luak. Gejala itu dapat menetapdalam beberapa minggu dan menghilang tanpa sekuele.2. Tetanus general merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan manifestasi awal.Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsuang beberapa detik sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.3. Tetanus segal : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah saraf otak VII diikuti tetanus umum.Untuk mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :1. Ringan : hanya trismus dan kejang lokal2. Sedang : mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang tampak nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketegangan otot terutama pada rahang dan leher.Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi.Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak).Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir.

E. Evaluasi Diagnostik- Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang- Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L- Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler F. Penatalaksanaan MedisSecara Umum Merawat dan memebersihkan luka sebaik-baiknya. Diet TKTP pemberian tergantung kemampuan menelan bila trismus makanan diberi pada sonde parenteral. Isolasi pada ruang yang tenang bebas dari rangsangan luar. Oksigen pernafasan butan dan trakeotomi bila perlu. Mengatur cairan dan elektrolit.Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan : Eliminasi kuman1. DebridementUntuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis media, caires gigi.2.Antibiotikapenisilna prokain 50.000-100.000 IU/Kg/hari im, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul. Netralisasi toksintoksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan. Dapat diberikan ats 5000-100.000 ki Perawatan suporatif

Perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :A. Nutrisi dan cairan1. Pemberian cairan iv sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.- beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral2. Bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang) pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.B. Menjaga agar nafas tetap efisien1. Pemebrsihan jalan nafas dari lendir2. Pemberian xat asam tambahan3. Bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)

C. Mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang1. Antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respon klinis.2. Pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan.3. Pengobatan rumat. Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya4.Bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)D. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :1. Semua pakaian ketat dibuka2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung3. Usahakan agar jalan napas bebasu ntuk menjamin kebutuhan oksigen4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

Pembedahan Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu; intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.

G. Komplikasi1. Bronkopneumoni2. Asfiksia dan sianosis3. Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi pneumonia aspirasi.4. Atelektaksis karena obstruksi secret5. Fraktura kompresi.H. Pengobatan Anti Toksin : ATS 500 U IM dilanjutkan dengan dosis harian 500-1000 U Anti kejang : Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB / 4 jam IM Efek samping stupor, koma Antibiotik : Pemberian penisilin prokain 1,2 juta U/hariI. PencegahanPencegahan penyakit tetanus meliputi :1. Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan2. Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X3. Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat4. Pemberian anti tetanus serum

BAB IIIASUHAN KEPERAWATANASUHAN KEPERAWATANa. Pengkajian 1. Identitas Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapi Identitas orang tua: Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamatIbu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat Identitas sudara kandung2. Keluhan utama/alasan masuk RS3. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang: adanya luka parah dan luka bakar dan imunisasi yang tidak adekuat. Riwayat kesehatan masa lalu Ante natal care Natal Post natal care Riwayat kesehatan keluarga4. Riwayat imunisasi5. Riwayat tumbuh kembang Pertumbuhan fisik Perkembangan tiap tahap6. Riwayat Nutrisi Pemberin asi Susu Formula Pemberian makanan tambahan Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini7. Riwayat Psikososial8. Riwayat Spiritual9. Reaksi Hospitalisasi Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap10. Aktifitas sehari-hari Nutrisi Cairan Eliminasi BAB/BAK Istirahat tidur Olahraga Personal Hygiene Aktifitas/mobilitas fisik Rekreasi11. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum klien Tanda-tanda vital Antropometri Sistem pernafasan: dyspnea asfiksia dan sianosis akibat kontraksi otot pernafasan. Sistem Cardio Vaskuler: disritmia, takicardi, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh awalnya 38 - 40Catau febris sampai ke terminal 43 - 44C. Sistem Pencernaan: konstipasi akibat tidak ada pergerakan usus Sistem Indra Sistem muskulo skeletal dan Sistem integument: nyeri kesemutan pada tempat luka, berkeringatan (hiperhidrasi), pada awalnya didahului trismus, spasme otot muka dengan peningkatan kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot kaku dan kesulitan menelan. Sistem Endokrin Sistem perkemihan: retensi urine (distensi kandung kemih dan urine output tidak ada/oliguria) Sistem reproduksi Sistem imun Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen, irritability (awal), kelemahan, konvulsi (akhir), kelumpuhan satu atau beberapa saraf otak.12. Pemeriksaan tingkat perkembangan 0 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial) 6 tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial)13. Tes Diagnostik14. Terapib. Diagnosa Keperawatana. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi atau produksi mucusb. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuatc. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulutd. Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.e. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejangf. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktifitas tatanuslysing. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejangh. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan perubahan status kesehatan, penata laksanaan gangguan kejangi. Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang.c. Perencanaan Keperawatan dan RasionalDx.1: Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus.Tujuan : Anak memperlihatkan kepatenan jalan nafas dengan kriteria jalan nafas bersih, tidak ada sekresiIntervensi :1. Kaji status pernafasan, frekwensi, irama, setiap 2 4 jamR: Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret2. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan pasti bila ada penumpukan secretR: Menurunkan resiko aspirasi atau aspeksia dan osbtruksi3. Gunakan sudip lidah saat kejangR: Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan4. Miringkan ke samping untuk drainageR: Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas5. Observasi oksigen sesuai programR: Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia6. Pemberian sedativa Diazepam drip 10 Amp (hari pertama dan setiap hari dikurangi 1 amp)R: Mengurangi rangsangan kejang7.Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulutR: Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksiaDx. 2: Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuatTujuan: Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan criteria: Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik Intervensi :1. Kaji intake dan out put setiap 24 jam2. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam3. Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi ( infus 12 tts/m, NGT 40 cc/4 jam) dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien4. Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya5. Pertahankan kepatenan NGT- Memberikan informasi tentang status cairan /volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian- Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler- Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh- Penurunan keluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis urine diduga dehidrasi/ peningkatan kebutuhan cairan- Mempertahankan intake nutrisi untuk kebutuhan tubuhDx. 3. : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulutTujuan: Status nutrisi anak terpenuhi dengan kriteria:- Berat badan sesuai usia- makanan 90 % dapat dikonsumsi- Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein, karbohidrat, lemak dan viotamin seimbangIntervensi :1. Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makananR: Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh2. Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejangR: Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air.3. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan proteinR: Suplay Kalori dan protein yang adekuat mempertahankan metabolisme tubuh4. Timbang berat badan sesuai protocolR: Mengevalusai kefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

Dx. 4 : Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.Tujuan: Tidak terjadi aspirasi dengan kriteria:- Jalan nafas bersih dan tidak ada secret- Pernafasan teraturIntervensi :1. Kaji status pernafasan setiap 2-4 jamR: Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret2. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hatiR: Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi3. Gunakan sudip lidah saat kejangR: Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan4. Miringkan ke samping untuk drainageR: Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas5. Pemberian oksigen 0,5 LiterR: Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia6. Pemberian sedativa sesuai programR: Mengurangi rangsangan kejang7. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulutR: Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksia

Dx. 5: Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejangTujuan : Cedera tidak terjadi dengan criteria- Klien tidak ada cedera- Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengamanIntervensi1. Identifikasi dan hindari faktor pencetusR: Menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat dari stimulus kejang2. Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memakai pengamanR: Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang3. Sediakan disamping tempat tidur tongue spatelR: Antisipasi dini pertolongan kejang akan mengurangi resiko yang dapat memperberat kondisi klien4. Lindungi pasien pada saat kejangR: Mencegah terjadinya benturan/trauma yang memungkinkan terjadinya cedera fisik5. Catat penyebab mulai terjadinya kejangR: Pendokumentasian yang akurat, memudah-kan pengontrolan dan identifikasi kejang

Dx. 6: Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tetanus lysin , pembatasan aktifitas (immobilisasi)Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria :- Tidak ada kemerahan , lesi dan edemaIntervensi1. Observai adanya kemerahan pada kulitR: Kemerahan menandakan adanya area sirkulasi yang buruk dan kerusakan yang dapat menimbulkan dikubitus2. Rubah posisi secara teraturR: Mengurangi stres pada titik tekanan sehingga meningkatkan aliran darah ke jaringan yang mempercepat proses kesembuhan3. Anjurkan kepada orang tua pasien untuk memakaikan katun yang longgarR: Mencegah iritasi kulti secara langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit4. Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosaR: Mendeteksi adanya dehidrasi/overhidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan5. Pertahankan hygiene kulit dengan mengeringkan dan melakukan masagge dengan lotionR: Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi dan masagge dapat meningkatkan sirkulasi kulit

Dx. 7: Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejangTujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari/perawatan diri terpenuhi, dengan criteria- Tempat tidur bersih,Tubuh anak bersih,Tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dapat dibantu.Intervensi :1. Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hariR: Kebutuhan sehari-hari terpenuhi secara adekuat dapat membantu proses kesembuhan2. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktifitas , BAB/BAK, membersihkan tempat tidur dan kebersihan diriR: meningkatkan kenyamanan klien sehingga dapat membantu proses penyembuhan3. Berikan makanan perparenteralR: Memenuhi kebutuhan nutrisi klien4. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.R: Orang tua mandiri dalam merawat anak di rumah sakit

Dx. 8: Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejangTujuan : Orang tua menunjukan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak yang dialami, dengan kriteria : - Orang tua klien tidak cemas dan gelisah.

Intervensi :1. Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anakR: Pengetahuan tentang aktifitas kejang yang memadai dapat mengurangi kecemasan2. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang kondisi anaknyaR: Ekspresi/ eksploitasi perasaan orang tua secara verbal dapat membantu mengetahui tingkat kecemasan3. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukanR: Pengetahuan tentang prosedur tindakan akan membantu menurunkan / menghilangkan kecemasan4. Gunakan komunikasi dan sentuhan terapetikR: Memberikan ketenangan dan memenuhi rasa kenyamanan bagi keluargad. Evaluasi1. Klien memperlihatkan kepatenan jalan nafas, jalan nafas bersih, tidak ada sekresi2. Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan, membran mukosa lembab, turgor kulit baik3. Status nutrisi anak terpenuhi, berat badan sesuai usia, makanan 90 % dapat dikonsumsi, jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein, karbohidrat, lemak dan vitamin seimbang)4. Tidak terjadi aspirasi, jalan nafas bersih dan tidak ada secret, pernafasan teratur5. Cedera tidak terjadi, klien tidak ada cedera, tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman6. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit, tidak ada kemerahan , lesi dan edema7. Kebutuhan aktifitas sehari-hari/perawatan diri terpenuhi, tempat tidur bersih,Tubuh anak bersih,Tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dapat dibantu.8. Orang tua menunjukan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak yang dialami, orang tua klien tidak cemas dan gelisahDAFTAR PUSTAKADoenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGChttp://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/05/askep-tetanus.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tetanushttp://7hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-tetanus/+askep+tetanushttp://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-tetanus.htmlSmeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC. Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta

1