TENTIR SK 7 IKGK 2
-
Upload
chika-astasari -
Category
Documents
-
view
231 -
download
39
description
Transcript of TENTIR SK 7 IKGK 2
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
PEMERIKSAAN LENGKAP DAN DIAGNOSIS ORTODONTIK
EKSAMINASI GENERAL 1. Tinggi dan Berat Badan 2. Cara Berjalan
Abnormalitas berhubungan dengan gangguan neuromuskular yang berhubungan dengan dentofasial 3. Postur 4. Bentuk Tubuh (fisik)
Aesthetic: fisik kurus dan lengkung rahang sempit Pletoric: Obesitas lengkung rahang besar dan persegi Athletic: fisik normal dan lengkung rahang yang normal
EKSAMINASI EKSTRAORAL
1) Bentuk kepala Bentuk kepala dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe : a. Mesocephalic: bentuk kepala rata-rata. Lengkung rahang normal b. Dolicocephalic: bentuk kepala panjang dan sempit. Lengkung rahang sempit c. Brachycephalic: bentuk kepala lebar dan pendek. Lengkung rahang yang lebar
2) Penilaian simetris wajah
Wajah diperiksa dalam bidang transversal dan vertikal untuk menentukan apakah derajat asimetris masih termasuk normal.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
3) Profil Wajah Profil diperoleh dengan menghubungkan dahi dengan titik A jaringan lunak, dan garis yang menghubungkan Titik A dan pogonion jaringan lunak. Terdapat 3 profil wajah :
a. profil lurus : dua garis tersebut membentuk hampir segaris lurus b. profil cembung : akibat maksila yang prognatik/mandibula yang retrognatik seperti
pada maloklusi Kelas II Divisi I c. profil cekung : akibat mandibula yang prognatik/ maksila yang retrognatik seperti pada
maloklusi Kelas III
4) Facial Divergence Sebuah garis ditarik dari dahi menuju ke dagu untuk menentukan apakah wajah termasuk ke dalam kategori:
a. anterior divergent: garis terinklinasi ke anterior terhadap dagu b. posterior divergent: garis terinklinasi ke posterior terhadap dagu c. straight/orthognathic: garis lurus, tidak terlihat kemiringan.
5) Penilaian Hubungan Anteroposterior Rahang Gambaran yang baik dari hubungan skeletal secara sagital dapat diperoleh dengan
menempatkan jari telunjuk dan jari tengah terhadap kurang lebih titik A dan B setelah retraksi bibir
Idealnya, maksila berada 2-3 mm lebih anterior dibandingkan mandibula saat oklusisentris Pada Kelas I, jari telunjuk dan jari tengah berada pada level yang sama Pada Kelas II, jari telunjuk berada di anterior dari jari tengah atau tangan mengarah keatas Pada Kelas III, jari tengah berada di anterior dari jari telunjuk atau tangan mengarah ke
bawah
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
6) Penilaian Hubungan Vertikal Skeletal Hubungan vertikal yang normal adalah saat jarak
antara glabella ke subnasale sama dengan jarak antara subnasale ke menton
Jika tinggi bagian bawah wajah kurang, menunjukkan deep bite sedangkan apabila lebih besar dari normal menunukkan adanya anterior open bites.
7) Evaluasi proporsi wajah. Wajah yang proporsional dapat dibagi menjadi 3 bagian vertikal sama besar dengan
menggunakan 4 bidang horizontal yaitu pada level garis rambut, ridge supraorbital, dasar hidung, dan border inferior dagu
pada wajah bagian bawah, bibir atas menempati 1/3 jarak, dimana dagu menempati 2/3 sisanya
8) Penilaian bibir. Tepi gigi insisal yang terlihat saat bibir atas pada posisi istirahat normalnya adalah 2 mm. Bibir dapat diklasifkasikan menjadi:
a. Competent lips: bibir berkontak saat otot relaks. b. Incompetent lips: secara anatomis bibir pendek, tidak terdapat kontak saat otot relaks, c. Potentialy incompetent lips: bibir saat ingin berkontak terhambat oleh Insisiv RA yang
protrusi. Perkembangan bibir normal. d. Everted lips:bibir yang hipertrofi dengan jaringan bibir yang berlebihan tetapi
tonusitas otot yang lemah.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
9) Penilaian Hidung
Nostril : lubang hidung bentuknya oval dan simetris bilateral. Stenosis nostril mengindikasikan gangguan bernafas melalui hidung
10) Penilaian dagu Sulkus mentolabial: adalah kecekungan yang terlihat di bawah bibir. Sulkus mentolabial yang
dalam terlihat pada maloklusi kelas II divisi 1, sedangkan sulkus mentolabial akan dangkal jika terjadi bimaxillary protrusion
Aktivitas mentalis: aktivitas mentalis yang hiperaktif terjadi pada maloklusi kelas II divisi 1, yang menyebabkan pengerutan dagu
Posisi dan penonjolan dagu: dagu yang menonjol terlihat pada maloklusi kelas III, sedangkan dagu yang resesif terlihat pada maloklusi kelas II
11) Sudut Nasolabial Sudut dibentuk antara border bawah hidung dengan garis
yang ditarik dari titik A melewati bibir atas Normalnya, sudut nasolabial adalah 110 derajat Jika 110 derajat maka pasien memiliki anterior atas
yang retroklinasi atau maksila retrognatik
EKSAMINASI INTRAORAL
1. Eksaminasi Lidah (normal/mikroglossia/makroglossia) Lingual frenum juga dieksaminasi untuk melihat adanya tongue tie atau tidak. Tongue tie dapat mengganggu posisi istirahat dan pergerakan lidah
2. Eksaminasi Palatum a. Pasien yang dolicofacial memiliki palatum yang dalam b. Pembengkakan palatum mengindikasikan adanya gigi impaksi, kista, atau patologis
tulang lainnya c. Lekukan dan ulserasi mukosa menandakan adanya deep bite traumatic d. Rugae ketiga biasanya segaris dengan kaninus. Hal ini berguna untuk penilaian
proklinasi anterior maksila
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
3. Eksaminasi Gingiva Dieksaminasi apakah ada inflamasi, resesi, dan lesi mukogingiva
4. Eksaminasi Perlekatan Frenulum Frenum labial maksila bisa tebal, fibrosa, dan melekat relatif rendah sehingga
mencegah dua insisivus sentral maksila saling mendekat satu sama lain yang merupakan predisposisi adanya midline diastema
Perlekatan frennal abnormal yang tinggi pada mandibula dapat menyebabkan resesi gingival
5. Eksaminasi Tonsil dan Adenoid Ukuran dan derajat inflamasi tonsil harus dieksaminasi. Tonsil yang terinflamasi dapat mengganggu lidah dan postur rahang yang dapat menyebabkan maloklusi
6. Penilaian Gigi Geligi a. gigi yang ada didalam rongga mulut, yang belum erupsi, dan hilang b. status gigi geligi dari gigi yang telah erupsi dan gigi yang tidak erupsi c. adanya karies, restorasi, malformasi, hipoplasia, keausan, dan diskolorasi d. penilaian hubungan molar pada saat oklusi sentris (Kelas I, Kelas II, Kelas III) e. overjet dan overbite (adanya deep bite, open bite, crossbite) f. malrelasi transversal seperti crossbite dan pergeseran midline gigi atas dan bawah harus
dieksaminasi g. irregularitas gigi individu seperti rotasi, bodily movement, intrusi, ekstrusi h. bentuk lengkung rahang apakah normal, sempit (bentuk V), persegi
EKSAMINASI FUNGSIONAL
1. Penilaian Postural Rest Position Occlusal Clearance Postural rest position: posisi mandibula dimana otot menutup dan membuka mulut,
dalah fase kontraksi minimal untuk menjaga postur mandibula tersebut Ruang yang terdapat diantara gigi rahang atas dan rahang bawah pada postural rest
position disebut interocclusal clearance atau freeway space. Normalnya freeway space adalah 3 mm di regio kaninus
Berikut beberapa metode yang digunakan dalam menilai postural rest position : Phonetic moethod: pasien diminta untuk melafalkan beberapa konsonan seperti M
atau C atau mengulang kata Mississippi. Mandibula akan kembali ke rest position 1 -2 detik setelah latihan. Pasien diminta untuk tida merubah posisi rahang, bibir, atau lidah setelah fonasi, kemudian dapat diukur juga interocclusal clearancenya
command method : pasien diminta untuk melakukan beberapa fungsi seperti menelan. Mandibula cenderung akan kembali ke rest position setelah menelan
non-command method : pasien diobservasi pada saat dia berbicara atau menelan, tetapi pasien sendiri tidak sadar kalau dirinya sedang diamati
beberapa metode yang digunakan dalam menilai interocclusal clearance : prosedur intraoral langsung : caliper vernier dapat digunakan secara langsung
didalam mulut pasien pada regio kaninus atau insisivus untuk mengukur freeway space prosedur ekstraoral langsung : dua tanda ditempatkan pada hidung dan dagu pada
bidang mid-sagittal. Jarak tersebut diukur pada saat pasien sedang dalam postural rest position dan saat beroklusi. Perbedaan pengukuran tersebut adalah freeway space
prosedur ekstraoral tidak langsung : interocclusal space ditentukan dengan radiograf. Dua sefalometrik lateral dibuat dalam posisi rest position dan oklusi sentris
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA 2. Evaluasi Jalur Menutup Mulut
Jalur menutup mulut adalah pergerakan mandibula dari rest position ke habitual occlusion Forward path closure: terjadi pada pasien dengan kelainan skeletal ringan atau kontak
insisif edge to edge. Mandibula dipandu untuk berada pada posisi yang lebih maju sehingga insisif mandibula berada di labial insisif maksila
Backward path closure: pada Kelas II divisi 2 terlihat kontak premature insisivus karena retroklinasi anterior maksila, sehingga mandibula dipandu lebih ke posterior dari oklusi yang seharusnya
Lateral path closure: deviasi lateral mandibula ke kanan atau kiri berhubungan dengan adanya kontak premature dan lengkung maksila yang sempit
3. Penilaian Respirasi
a. Tes Cermin: cermin dua sisi diletakkan diantara mulut dan hidung. Uap pada sisi hidung mengindikasikan nasal breathing, uap pada sisi mulut mengindikasikan mouth breathing
b. Tes Kapas: kapas kecil ditempatkan diatas bibir atas, dibawah lubang hidung. Jika kapas turun ke bawah, maka mengindikasikan nasal breathing
c. Tes Air: pasien diminta untuk memenuhi mulutnya dengan air dan menahannya selama beberapa waktu. Bagi nasal breather maka hal ini sangat mudah dilakukan, namun pada mouth breather ini merupakan hal yang sulit
d. Observasi: pada nasal breathers, lubang hidung berdilatasi selama inspirasi. Pada mouth breather, tidak ada perubahan bahkan terjadi kontriksi selama inspirasi
4. Eksaminasi TMJ
Asukultasi dan palpasi TMJ dan otot membuka mulut. Pasien dieksaminasi apakah ada gejala masalah TMJ seperti clicking, krepitus, sakit pada otot mastikasi, terbatasnya membuka mulut, hipermobilitas dan morfologi abnormal
Membuka mulut maksimal adalah 40 45 mm (dari edge insisal maksila ke edge insisal mandibula)
5. Evaluasi Menelan
Pada anak yang baru lahir, lidah relatif besar dan protrusi diantara gum pad dan berperan dalam lip seal. Infantile swallow terjadi hingga usia 1,5 2 tahun
Mature swallow terjadi saat gigi bukal mulai erupsi Persistensi infantile swallow dapat menyebabkan maloklusi. Yang diindikasikan dengan
adanya : a. protrusi ujung lidah b. kontraksi otot perioral selama menelan c. tidak ada kontak pada regio molar selama menalan
MODEL STUDI Kegunaan model studi : 1. melihat oklusi dari semua aspek 2. pengukuran yang akurat dari panjang lengkung rahang, lebar lengkung rahang, dan ukuran gigi 3. penilaian progress perawatan oleh dokter gigi dan pasien 4. menilai jenis dan keparahan maloklusi
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
5. membantu memotivasi pasien dan untuk menjelaskan rencana perawatan serta progress ke pasien dan orangtuasimulasi prosedur perawatan pada model seperti mock surgery
6. memudahkan perpindahan record pada pasien yang akan dirujuk ke klinisi lain
FOTO WAJAH 1. foto wajah memberikan banyak informasi mengenai morfologi jaringan lunak dan ekspresi wajah 2. foto ekstraoral diambil dengan memposisikan pasien pada FHP sejajar lantai. Foto ekstraoral:
a. Frontal view b. Profile view (dari samping) c. Oblique facial view
3. foto intraoral yang diambil meliputi : a. Right and left lateral view b. Frontal view c. Maxillary and Mandibular occlusal view
4. kegunaan foto wajah : a. berguna dalam menilai simetris wajah, tipe dan profil wajah b. berfungsi sebagai diagnostic records c. membantu dalam menilai progres perawatan
MENGENALI KEPARAHAN KASUS ORTHODONTI
1. Step 1: Syndrom dan Abnormalitas Perkembangan a. Langkah pertama proses triase memisahkan pasien dengan sindrom fasial dan masalah
serupa yang kompleks lainnya. Pada beberapa sindrom diantaranya: cleft lip or palate, tieacher-collins syndrome, hemifasial microsomia, dan crouzons syndrome, dalam perawatannya harus dirujuk pada tim spesialis kraniofasial.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
b. Pasien dengan asimetri skeletal signifikan masuk ke dalam kategori yang parah. Pasien ini mungkin mengalami kelainan tumbuh kembang akibat trauma. Pasien ini memerlukan evaluasi radiograf cepalo Posteroanterior & panoramic
2. Step 2 : Analisis profil Wajah (11-3)
a. Masalah anteroposterior dan vertical
Masalah skeletal kelas II dan kelas III dan deformitas pada long-face dan short-face type, apapun penyebabnya, membutuhkan evaluasi sefalometrik dan dianggap kasus kompleks.
Umumnya, perawatan kelas II bisa ditunda sampai mendekati remaja dan hasilnya bisa seefektif yg dirawat dari awal. Sedangkan perawatan kelas III untuk defisiensi maksila harus dilakukan sejak awal.
b. Gigi protrusi dan retrusi berlebihan Kasus protrusi atau retrusi yang parah masuk kasus kompleks, yang harus diketahui selagi
melakukan analisis profil wajah.. Kedaruratan merawat masalah ini biasanya tergantung pada pengaruh estetik atau pada kasus protusi, potensial terhadap injuri traumatic. Beberapa orang dengan proporsi skeletal yang baik memeiliki gigi insisif yg protrusi dibandingkan crowding.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Protrusi berlebih pada insisif (bimaksillary protrusion, bukan overjet berlebih) biasanya indikasi untuk ekstraksi premolar dan retraksi insisif yg protrusi. Ini adalah perawatan yg kompleks dan butuh waktu lama.
3. Step 3: Perkembangan dental
Tidak seperti masalah skeletal yang lebih kompleks dan masalah seperti insisif protrusi, masalah yg melibatkan perkembangan dental sering membutuhkan perawatan secepat mungkin ketika sudah diketahui, khsusnya saat early mixed dentition dan dapat dilakukan oleh dokter gigi keluarga. Pertimbangannya:
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
a. Perkembangan dental asimetris
Erupsi asimetris (satu sisi mendahului 6 bulan lebih cepat daripada gigi lainnya) yang signifikan, sering membutuhkan perawatan dini seperti selective extraction pada gigi sulung atau permanen. Pasien dengan dental asimetri ekstrim biasanya memiliki riwayat terapi radiasi anak pada leher dan kepala atau injuri traumatic. Perawatan ortodontik ini masuk kategori kasus kompleks dan pembedahan harus direncanakan dan bisa membutuhkan pencabutan atau reorientasi gigi. Gigi yang akarnya mengalami dilaserasi berat masuk kedalam kasus kompleks dan membutuhkan perawatan awal.
b. Gigi permanen hilang
Biasanya I2 RA dan P2 RB. I1 atas dan I2 atas adalah gigi yg sering terkena trauma. Kemungkinan perawatan antara gigi posterior dan anterior sedikit berbeda satu sama lain. Untuk gigi posterior yang hilang, dapat dilakukan: Pemeliharaan gigi geligi primer Mengekstraksi gigi primer diatasnya dan membiarkan gigi didekatnya untuk bergeser Ekstraksi gigi primer diikuti dengan perawatan ortodontik Penggantian gigi yang hilang dengan prostho atau transplantasi atau implant gigi permanen yang mengalami ankilosis dan gagal untuk erupsi masuk ke kategori gigi hilang.
c. Gigi Supernumerary 90% ditemukan pada gigi anterior maksila. Adanya multiple supernumerary mengindikasikan masalah yg kompleks dan berhubungan dengan syndrome/ congenital abnormality seperti cleidocranial dysplasia. Pencabutan dini pada gigi supernumerary diindikasikan, tapi hati-hati jangan merusak gigi sebelahnya. Gigi supernumerary yang normal sering mengalami erupsi spontan, yang menyebabkan crowding. Jika gigi ini tidak langsung diekstraksi maka akan menyebabkan distorsi pada lengkung rahang.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
d. Masalah erupsi lainnya Erupsi ektopik sering menyebabkan early loss gigi sulung, namun pada keadaan yang parah, bisa menghasilkan resorpsi pada gigi permanen. Perawatan orthodonti berupa reposisi gigi yg ektopik. Bila kasus parah ortho+bedah
4. Step 4: Permasalahan ruang Masalah ortodontik pada anak dengan proporsi wajah yg normal biasanya melibatkan crowding, irregularity, atau malposisi gigi.
DDalam meginterpretasi hasil analisis space, jika space tidak cukup, bisa terjadi dua kemungkinan. Pertama insisif berada pada posisi normalnya pada tulang basal lalu
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA kemudian berotasi ke labial atau lingual. Kemungkinan kedua adalah menyebabkan bibir maju. Jika kekurangan ruang 3 mm atau kurang, kehilangan space ini dapat di kembalikan. Kekurangan ruang sebesar 5 mm atau lebih dengan atau tanpa protrusi insisiv, atau perbedaan ruang kurang dari 4 mm dengan insisiv protrusi akan masuk kategori kasus kompleks. Umumnya, midline diastema minor akan menutup dan menyebabkan masalah estetik yg kecil. Diastema lebar, lebih dari 2 mm bisa menghambat erupsi gigi sebelahnya dari erupsi yg baik.
5. Step 5: Kesenjangan oklusal lainnya Apakah dia crossbite atau overbite/open bite, harus diklasifikasikan sebagai moderate atau severe.
Permasalahan susunan dental dan oklusi diklasifikasikan kasus sedang atau kompleks oleh
bentuk fasial dan analisis ruang. Posterior crossbite pada remaja masuk kategori moderate. Crossbite anterior biasanya merefleksikan kekurangan rahang namun juga bisa muncul dari
lingual tipping pada insisif atau crowding saat erupsinya. Overjet berlebih, dengan insisif RA menyebar dan berjarak, sering merefleksikan masalah
skeletal namun juga bisa berkembang pada pasien dengan proporsi rahang yg baik. Anterior openbite pada anak-anak dengan proporsi wajah yg baik biasanya tidak
membutuhkan perawatan karena ada kesempatan bagus untuk koreksi secara spontan dengan penambahan erupsi insisif, khususnya jika open bite berhubungan dengan oral habit seperti finger sucking.
Deep overbite bisa berkembang dengan beberapa jalan, namun sering disebabkan oleh short anterior face height. Ini jarang dirawat pada mixed dentition.
Gigi yang terkena trauma bisa menghasilkan masalah serius, seperti ankilosis gigi setelah terjadinya healing terhadap trauma tersebut
Skema triase ini bertujuan untuk menolong general practitioner menentukan kasus mana yang dapat dirawat dan mana yang harus dirujuk.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
RUJUKAN
Alasan melakukan rujukan 1. Sedikit pelatihan, pengalaman, dan kurang tertarik dalam merawat kasus khusus 2. Kasus, masalah, dan perawatan yang dihadapi terlalu kompleks 3. Peralatan yang tersedia tidak memadai 4. Dokter gigi cenderung untuk berbagi tanggung jawab dalam merawat penderita 5. Penderita dengan penyakit sistemik yang mempengaruhi perawatan gigi dan mulut 6. Dokter gigi yang tidak mempunyai cukup waktu 7. Permintaan pasien sendiri.
Selain alasan merujuk secara umum, alasan lain mengenai rujukan khususnya ke bidang orthodonti yaitu: 1. Kelainan yang diderita pasien merupakan kelainan skeletal 2. Banyak terdapat kelainan pada mulut dan gigi pasien, atau terdapat kelainan yang tidak umum 3. Banyaknya keterlibatan gigi atau tingkat keparahan kasus tinggi 4. Membutuhkan banyak kasus ekstraksi 5. Kemampuan alat perawatan terbatas 6. Kemauan dan kemampuan pasien untuk dilakukan perawatan 7. Kompetensi dokter yang merawat Pasien hanya dirujuk jika memenuhi kriteria: 1. Ketika semua gigi permanen sudah erupsi. Kecuali anak dengan maloklusi parah atau interceptive
treatment sudah boleh diberikan. 2. Kesehatan dentalnya sudah terkontrol, misal; tidak ada lagi poket, periodontitis, gingivitis, karies,
dll. 3. Pasien punya motivasi dan keinginan untuk dirawat. Kriteria Perujukan Pasien Standar yang digunakan adalah Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN). Index of Orthodontic Treatment Need IOTN terdiri atas Dental Health Component (DHC) dan Aesthetic Component (AC). DC terdiri atas:
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA Keterangan: Grade 1 Hampir Sempurna, tidak butuh perawatan
a. Tidak butuh perawatan. Maloklusi sangat ringan, termasuk perpindahan titik kontak < 1 mm
Grade 2 Ringan/sedikit membutuhkan perawatan a. Meningkatnya overjet 3,5 sampai 6 mm dengan bibir kompeten b. Reverse overjet > dari 0 mm sampai 1mm c. Anterior atau posterior crossbite dengan diskrepansi 1 mm antara posisi kontak retruded
dan posisi intercuspal d. Perpindahan titik kontak gigi > 1 mm sampai 2 mm e. Anterior/posterior open bite > 1 mm tapi 2 mm f. Overbite meningkat 3,5 mm tanpa kontak dengan gingiva g. Oklusi pre-normal atau post-normal tanpa naomali.
Grade 3 Sedang/antara membutuhkan atau tidak membutuhkan perawatan a. Meningkatnya overjet > 3,5 mm tapi 6 mm dengan bibir incompetent b. Reverse overjet lebih dari 1 mm tapi 3,5 mm c. Anterior/posterior crossbite dengan diskrepansi > 1m mm tapi 2 mm antara posisi kontak
retruded dan posisi intercuspal d. Perpindahan titik kontak gigi > 2 mm tapi 4 mm e. Meningkatnya dan complete overbite tanpa trauma gingiva/palatal
Grade 4 berat/membutuhkan perawatan
a. Hipodonsia yang kurang extensive membutuhkan pre-restorative orthodontic atau penutupan space orthodontic untuk meniadakan prostesis
b. Meningkatnya overjet > 6 mm sampai 9 mm c. Reverse overjet > 3,5 mm tanpa kesulitan mastikasi atau berbicara d. Reverse overjet > 1 mm tapi < 3,5 mm dengan kesulitan mastikasi dan berbicara e. Anterior/posterior crossbite dengan diskrepansi > 2 mm antara posisi kontak retruded dn
posisi intercuspal f. Posterior lingual crossbite tanpa kontak oklusal fungsional pada satu atau lebih segmen bukal g. Perpindahan parah titik kontak gigi > 4 mm h. Open bite lateral/anterior yang ekstrim > 4 mm i. Meningkatnya dan complete overbite dengan trauma gingiva/palatal j. Erupsi gigi secara parsial, miring dan impaksi gigi sebelahnya k. Adanya supernumerary teeth
Grade 5 Ekstrim membutuhkan perawatan
a. Erupsi yang tertahan dari gigi (kecuali M3) akibat crowding, perpindahan, adanya supernumerary teeth, gigi sulung yang retained, dan penyebab patologis lain
b. Hipodnsia extensive dengan implikasi restorative (hilangnya lebih dari 1 gigi pada kuadran apapun yang membutuhkan pre-restorative orthodontic
c. Meningkatnya overjet > 9 mm d. Reverse overjet > 3,5 mm dengan kesulitan mastikasi dan berbicara e. Defek pada cleft lip dan palatum dan anomali kraniofasial lainnya f. Gigi sulung ankilosis
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Dari Dental Health Component, aturan untuk perujukan adalah sebagai berikut; a. IOTN grade 5 dirujuk ke rumah sakit b. IOTN grade 4 dirujuk ke praktek spesialis c. IOTN 3 dan keatas dirujuk ke spesialis d. IOTN 3 kebawah untuk perawatan pribadi
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA Namun indeks ini terkadang sulit untuk dimengerti sehingga referral guideline yang lebih sering digunakan adalah pictorial guideline:
Berdasarkan IOTN ini, pasien yang dirujuk harus: Dengan maloklusi tingkat lanjut ( skor DHC minimal 3) dan dengan high Aesthetic Need
(umumnya mulai grade 6) Memang ingin mendapatkan treatment orto OH standart dan terkontrol
Kapan membuat rujukan ortodontik? Kebanyakan perawatan ortodontik dapat dimulai saat late mixed dentition dan early permanent dentition. Perujukan yang lebih awal dapat dibutuhkan ketika memerlukan perawatan interseptif. Perujukan awal:
1. Kapan merujuk pada saat gigi sulung: Individu dengan cleft lip dan/atau palate, atau anomali kraniofasial lain Disproporsi maksila/mandibula parah (jika pasien sangat memperhatikan hal ini, jika
tidak dapat ditunda sampai periode mixed dentition) 2. Kapan merujuk pada saat mixed dentition:
Anterior/posterior crossbite dengn perpindahan mandibula Maloklusi Class III saat mixed dentition Maloklusi Class I/II dimana terdapat pola skeletal Class II Asimetri pada pola erupsi Karies M1 atau M1 hipoplastik parah Kurangnya bulkiness kaninus yang dapat dipalpasi pada usia 10-12 tahun
menginduikasikan impaksi kaninus dipalatal Molar sulung ankilosis; M1 impaksi
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Masalah periodontal parah yang menyebabkan posisi gigi ektopik Crowding insisif parah
Jika pasien dirujuk terlalu cepat maka pasien dapat dikembalikan ke perujuk dan dirujuk kembali saat waktunya sudah tepat. Parameter Kasus yang Harus Dirujuk
Ada 10 parameter untuk menentukan apakah kasus Ortodonthi perlu dirujuk atau tidak: No Parameter Interpretasi
1 Hubungan Molar dan Kaninus (kanan dan kiri)
a. Kelas I b. Kelas II* c. Kelas III* d. Tidak erupsi sempurna
Menunjukkan hubungan molar dan kaninus secara anteroposterior.
Bila hubungan molar dan kaninus kelas I, maka tidak perlu dirujuk.
Umumnya kelas II dan III membutuhkan rujukan.
2 Klasifikasi Maloklusi
a. Kelas I Maloklusi b. Kelas II Div 1 Maloklusi c. Kelas II Div 1, subdivisi d. Kelas II Div 2 Maloklusi e. Kelas II Div 2 subdivisi f. Kelas III Maloklusi g. Kelas III subdivisi
Maloklusi
Hanya maloklusi kelas I yang dianggap kasus terbatas, sedangkan kasus maloklusi lainnya dianggap membutuhkan rujukan.
3 Overbite
a. Normal (5-20%) b. Moderat deep bite (20-
50%) c. Deep bite severe (>>50%) d. Edge to edge e. Anterior open bite
Bila terdapat deep overbite, maka kasus harus dirujuk.
Bila pasien terdapat anaterior open bite atau edge to edge maka harus dieveluasi apakah pasien memilki bad habit. Bila ada, maka termasuk kasus terbatas dengan terapi kebiasaan.
4 Overjet
a. Normal (1-3 mm) b. Besar (>> 3mm) c. Edge to edge d. Negative overjet atau
underjet
Hubungan edge to edge harus dievaluasi untuk melihat apakah kasus perlu drujuk. Bila gigi I dibuat tipping dapat memperbaiki overjet, maka termasuk dalam kasus terbatas
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA 5 Periode Pertumbuhan Gigi
a. Gigi Sulung b. Gigi bercampur awal c. Gigi bercampur akhir d. Gigi permanen
Pasien dengan segmental posterior crossbite pada masa gigi permanen membutuhkan koreksi tulang (harus dirujuk). Parameter ini harus dikombinasikan dengan parameter berikutnya.
6 Adanya crossbite baik dengan atau tanpa pergerakan
a. Tidak ada b. Anterior c. Posterior d. Keduanya
Jika anterior crossbite dapat diperbaiki dengan pergesaran tipping simple dan terdapat space yang cukup, maka dikategorikan kasus terbatas. Namun bila pergeseran gigi anterior diblok oleh rahang, maka kasus harus dirujuk.
Posterior crossbite pada gigi permanen dikategorikan sebagai kasus yang harus dirujuk.
7 Analisis ruang : TSALD
a. Panjang rahang cukup (+1 atau -1 mm)
b. Crowding ringan (-2 sampai -3 mm)
c. Crowding sedang dan parah (-4 sampai -6 mm, >-6 mm)
d. Mild spacing (1-3 mm) e. Moderate and severe
spacing (4-6 mm, > 6mm)
Pada mixed dentition, analisis ruang digunakan untuk melihat apakah panjang rahang cukup untuk mengakomodasi erupsi gigi.
Kasus dengan panjang rahang cukup, mild spacing, mild crowding dikategorikan kasus terbatas.
8 Intepretasi Pantomograf
a. Erupsi dengan range normal
b. Erupsi atau terlihat secara radiograf di luar normal (gigi hilang, supernumerary, ektopik erupsi, gigi impaksi)
c. Tidak ada pantomograf
Kondisi normal adalah kondisi dimana semua gigi erupsi dan erupsi sesuai lokasinya pada range usia normal.
Kelainan di luar kategori di atas harus dirujuk.
9 Sefalometri lateral
a. Dalam range normal b. Di luar normal (ANB > 5
derajat atau kurang dari -1 derajat)
c. Tidak ada catatan sefalometri
Terkait kasus skeletal
>> ANB maka kemungkinan kelas II >>
Nilai negatif ANB maka kemungkinan maloklusi kelas III semakin besar
10 Luasnya perawatan
a. Terbatas : range perawatan
Jika di antara parameter ada yang terkait dengan kasus komprehensif, maka harus dirujuk
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
GP b. Komprehensif : range
perawatan SP 11 Untuk kasus terbatas, desain
kasusnya :
a. Mild crowding b. Mild spacing c. Diastema closure d. Space maintainance e. Space regaining f. Anterior crossbite g. Posterior crossbite h. Digit habit i. Tidak dapat diaplikasikan
(kasus komprehensif)
Kebanyakan kasus terbatas memiliki ciri-ciri berikut.
Kesimpulannya bila terdapat:
a. Maloklusi skeletal kelas II Atau III b. Maloklusi kelas 1 dengan Bimaxillary dental
protrusion c. Malrelasi kelas 1, indikasi ekstraksi d. Deep overbite e. Open bite tidak terkait kebiasaan f. Overjet atau underjet berlebihan g. Moderate atau severe crowding atau spacing h. Kompleks crossbite i. Maloklusi dengan kelainan neuromuskular j. Gambaran radiograf di luar normal Maka harus di rujuk !!!
ANALISIS RUANG
Analisa Periode Gigi Bercampur 1) Moyers Mixed Dentition Analysis
Tujuan: mengevaluasi besar ruang yang tersedia untuk menampung gigi geligi tetap yang akan erupsi. Metode Moyers dapat mengukur besar Leeway space dengan dasar analisis adanya korelasi antara lebar mesiodistal 4 gigi tetap insisif rahang bawah terhadap lebar mesiodistal gigi C, P1 dan P2 yang belum erupsi baik pada rahang atas dan rahang bawah. Keuntungan :
- Kesalahan sedikit dan ralat kecil sehingga diketahui dengan tepat. - Dapat dikerjakan ahli atau bukan ahli - Tidak butuh banyak waktu - Tidak perlu alat khusus - Dapat dikerjakan dalam mulut atau model - Baik pada rahang atas atau rahang bawah.
Dasar : adanya korelasi antara satu kelompok gigi dengan kelompok lain Kelompok gigi yang dipakai sebagai pedoman 21 12 rahang bawah
Alasan : 1. Gigi tetap yang tumbuh paling awal 2. Mudah diukur dengan tepat pada intraoral/extraoral 3. Ukuran tidak bervariasi banyak dibandingkan pada rahang atas
Prosedur 1. Ukur lebar mesiodistal 21 12, jumlahkan 2. Tentukan jumlah ruang yang diperlukan jika gigi tersebut diatur dalam susunan yang baik, caranya: beri tanda, cari ruang yang disediakan untuk C M1 M2 sisi kanan atau kiri,
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA berapa ruang 3 4 5 yang seharusnya, lihat tabel rahang atas, bandingkan, kemungkinan hasilnya.
2) Metode Nance
Dasar : Adanya hubungan antara jumlah mesiodistal gigi desidui dengan gigi pengganti Tujuan : Untuk mengetahui apakah gigi tetap yang akan tumbuh memiliki cukup ruang,
kekurangan ruang, atau kelebihan ruang Gigi-gigi yg dipakai sebagai dasar : C M1 M2 dan gigi pengganti 3 4 5 Lee Way Space : selisih ruang anterior ruang yang tersedia dan ruang yang digunakan.
Masing-masing sisi rahang atas 0,9 mm dan rahang bawah 1,7 mm.
3) Metode Huckaba Untuk mengkompensasi karena pembesaran bayangan gigi pada roentgen foto maka diusulkan rumus untuk menentukan ukuran mahkota gigi permanen yang belum erupsi dengan roentgen foto sebagai berikut: X=
dimana, y = lebar gigi sulung yang diukur pada X-ray film y = lebar gigi sulung yang sama yang diukur pada studi model atau dalam mulut x = lebar gigi permanen pengganti pada X-ray film x = lebar sebenarnya gigi permanen yang belum erupsi
4) Metode Johnson dan Tanaka Tujuan dari analisis ini, yaitu untuk menganalisis lebar lengkung gigi (merupakan variasi dari metode Moyers) Prosedur:
- Ukur jumlah mesiodistal empat gigi insisivus rahang bawah - Lalu gunakan rumus : jumlah mesiodistal empat gigi insisivus rahang bawah = X
2 Jadi, Available space RB = X+10,5 mm Available space RA = X+11mm
Analisa Ruang Periode Gigi Permanen Metode Kesling Set-Up/ Diagnostic Set-up/ Prognosis set-up model Sebagai pedoman untuk menentukan/menyusun suatu lengkung gigi dr model aslinya dengan memisahkan gigi-giginya kemudian disusun kembali pada basal arch-nya baik RA/RB dalam bentuk lengkung yang dikehendaki sesuai posisi aksisnya. Prosedur
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
a. Gigi-gigi pada model dipotong satu persatu dari model dengan cara di gergaji menggunakan gergaji halus, dipotong dari titik kontak sampai alveolar crest sepanjang gingival margin.
b. Dari susunan gigi-gigi tersebut dapat diketahui ruangannya cukup atau tidak. i. Bila kekurangan ruang > lebar P1=> Indikasi Eksraksi
ii. Bila kekurangan ruang < lebar P1 => Indikasi Non-ekstraksi
ALAT ORTODONTI LEPASAN
Indikasi Menurut Proffit, terdapat 4 indikasi dalam perawatan ortodontik, yaitu: 1. Indikasi psikososial
Tujuan menghilangkan/mengurangi hambatan sosial karena penampilan gigi geligi dan wajahnya.
2. Indikasi developmental Tujuan mempertahankan kesehatan gigi dan melanjutkan proses perkembangan yang normal.
3. Indikasi fungsional Tujuan meningkatkan fungsi rahang dan memperbaiki masalah yang berkaitan dengan penurunan fungsi. Meliputi fungsi respirasi, mastikasi, penelanan dan pengucapan.
4. Indikasi trauma/control penyakit Tujuan mengurangi resiko trauma dan penyakit (periodontal). Insisif protrusi dapat meningkatkan resiko injuri dan deep overbite dapat menyebabkan penyakit periodontal.
Dalam buku Laura Mitchell, indikasi penggunaan alat ortodonti lepas adalah: 1. Menggerakkan gigi dengan pergerakan tilting simple movement 2. Maloklusi ringan 3. Sebagai tambahan dari perawatan alat cekat dan retainer dalam lanjutan perawatan alat cekat 4. Pergerakan intrusive/mesial-distal 5. Ekspansi Lengkung Rahang
Keuntungan dan Kerugian AOL (Alat Ortodonti Lepasan)
KEUNTUNGAN KERUGIAN 1. mengizinkan pasien dalam menjaga
kebersihan mulut. AOL bisa dijaga agar tetap bersih oleh pasien
1. kerjasama pasien sangat penting
2. menangani maloklusi yang butuh pergerakan tipping
2. hanya mampu melakukan pergerakan gigi tipping
3. pergerakan tipping dapat mengurangi overbite pada anak yang sedang dalam tahap tumbuh kembang
3. durasi perawatan semakin panjang jika dibutuhkan pergeseran gigi multiple pada satu waktu
4. dibuat di lab dan bukan pada pasien, sehingga waktu kunjungan perawatan lebih singkat
4. rotasi multipel sulit dirawat dengan AOL
5. karena waktu kunjungan yang singkat, dokter gigi dapat menangani pasien yang lain
5. pada kasus ekstraksi, sulit untuk menutup ruang ekstraksi karena membutuhkan pergerakan gigi yang bodily
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
KOMPONEN ALAT ORTODONTI LEPASAN
1. Komponen Aktif 1) Pegas (Springs)
a) Syarat Mudah dibuat Mudah diadaptasikan/disesuaikan (adjustable) Harus terletak pas ke ruang yang ada tanpa menyebabkan ketidaknyamanan pasien
movement (AOL hanya simple movement) 6. gaya yang diberikan lebih sedikit sehingga
hanya menghasilkan pergerakan tipping, sehingga lebih sedikit strain yang diberikan pada gigi penjangkar
6. karena alat lepasan, ada kemungkinan tinggi pasien menghilangkan alat atau merusak alat
7. dapat dilakukan oleh dokter gigi umum 7. pasien harus mempunyai kemampuan yang cukup untuk melepas dan mengganti alat tanpa menyebabkan distorsi pada alat
8. pembuatannya membutuhkan alat dan bahan yang sedikit sehingga lebih murah
8. AOL tidak bisa merawat maloklusi Kelas II dan III
9. kurang menyolok dibandingkan alat ortodontik cekat sehingga estetis baik
9. AOL tidak bisa melakukan kontrol 3 dimensi dalam pergerakan gigi.
10. alat dapat dilepas pasien jika rusak atau terdapat gaya yang berlebihan
10. Dapat memengaruhi pengucapan
11. Pemeliharaan lebih simpel. Frekuensi kontrol pasien lebih sedikit
11. Alat lepasan pada rahang bawah sulit ditolerir pasien/ Tidak efisien untuk pergerakan gigi individual yang multiple.
12. Akrilik dapat ditebalkan untuk membentuk anterior bite plane yang flat
13. Dapat untuk passive retainer/space maintainer
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Mudah dibersihkan Dapat mengaplikasikan gaya dengan besar dan arah yang diinginkan Tidak terlepas ketika ditempatkan pada permukaan gigi yang over sloping Harus kuat Harus tetap aktif dalam periode waktu yang lama
b) Faktor
Diameter Kawat - Tebal: >> Gaya yang diberikan, Fleksibilitas
Panjang Kawat - Panjang: > Gaya yang dihasilkan
Gaya yang diberikan - Dihitung berdasarkan jumlah gigi yang akan digeser, rata-rata gaya yang diberikan 20
gm/cm3 Kenyamanan Pasien Arah Pergerakan gigi
- Spring yang terletak di palatal Pergerakan ke labial dan mesial-distal - Spring yang terletak di bukal Pergerakan ke palatal dan mesial-distal
c) Jenis spring
Jenis Keterangan Gambar
Finger Spring
Indikasi - Pergerakan M-D (contoh:
Penutupan Diastema Konstruksi - Kawat SS 0,5 mm - Terdiri dari: Coil atau Helix
dan lengan bebas di dekat titik perlekatan
- Helix berlawanan arah dari pergerakan gigi yang diinginkan dan berada di sumbu gigi
- Lengan bebas 12-15 mm (aktif), helix 3 mm
Aktivasi - Menggerakkan lengan
bebas kearah pergerakan yang diinginkan
- Aktivasi optimal 3mm
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Double cantilever / Z-spring
Indikasi - Koreksi gigi anterior
crossbite Konstruksi - Kawat SS 0,5 mm - Terdiri dari 2 helix dengan
diameter internal kecil dan bisa digunakan pada 1 atau lebih gigi insisif
- Pegas diposisikan tegak lurus terhadap permukaan palatal dengan lengan retensi sekitar 12 mm
Aktivasi - Membuka helix 2 -3 mm - Hanya 1 helix yang
diaktivasi untuk koreksi rotasi ringan
T-spring
Indikasi - Pergerakan bukal gigi C
dan P Konstruksi - Kawat SS 0,5 mm
Aktivasi - Menarik lengan T ke arah
labial
Coffin Spring
Indikasi - Ekspansi rahang - Pasien dengan lengkung
RA yang sempit Konstruksi - Kawat SS 1,25 mm - Loop berbentuk omega
atau U - Letak 1 mm dr palatal
Aktivasi - Memegang kedua ujung
clasps dan menarik kedua sisi menjauhi midline
- Aktivasi Optimal: 2mm (1mm tiap sisi)
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Palatal Canine Retractor
Indikasi - Untuk retraksi kaninus
yang posisinya ke palatal Konstruksi - Kawat SS 0,6 mm - Terdiri dari: Lengan aktif
(di mesial C), Helix ( 3 mm), lengan pelindung, coil (sumbu gigi C)
- Harus memiliki point of attachment untuk memastikan bahwa pegas beraksi di garis lengkung gigi
Aktivasi - Membuka helix 2 mm - Memperkecil loop dengan
memotong ujung bebas dari lengan aktif 2mm
Buccal Self-supported Canine
Retractor
Indikasi - Untuk retraksi C yang
posisinya ke bukal Konstruksi - Kawat SS 0,7 mm
mencegah deformasi pegas - Terdiri dari: lengan aktif
(menjauhi jaringan dan posisi di sumbu distal sejajar sumbu gigi) dan helix ( 3 mm)
Aktivasi -
U Loop Canine Retractor
Indikasi - Retraksi C minimal (1-2
mm) Konstruksi - Kawat SS 0,6 0,7 mm - Terdiri dari: Lengan aktif,
U-loop, dan lengan retensi Aktivasi - Basis U-Loop terletak 2-3
mm dibawah margin servikal
- Lengan aktif dibengkokkan ke kanan dari mesial loop dan diadaptasikan disekitar gigi C
- Lengan retensi memanjang dari distal loop
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Helical Canine Retractor
Indikasi -
Konstruksi - Kawat SS 0,6 mm - Terdiri dari: Lengan aktif,
helix ( 3 mm), dan lengan retensi
- Desain: Loop dengan helix di basisnya
- Helix 3-4 mm dibawah margin gingiva
- Lengan aktif di distal dibengkokkan ke kanan
- Lengan retensi di mesial, diadaptasikan ke premolar
2) Busur (Bows)
Jenis Keterangan Gambar
Short Labial Bow
Kawat SS 0,7 mm Terdiri dari
- Bow 1/3 Media - 2 Loop sebagai lengan
retentif di distal kaninus Sangat kaku (fleksibilitas
rendah) Indikasi:
- mengurangi overjet minor dan penutupan ruang di anterior
- Untuk retensi komponen dari Hawleys Retainer
Aktivasi: - Memperkecil loop
dengan menggunakan tang 3 jari/ 2 jari persegi
Long Labial Bow
Memanjang dari P1 kanan P1 kiri
Indikasi : - menutup ruang minor di
anterior - mengurangi overjet
minor - menutup ruang di distal
kaninus - memandu kaninus selama
retraksi kaninus menggunakan palatal retractor
- sebagai alat retaining di akhir perawatan alat ortodonti cekat
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
aktivasi : menekan U loop dengan tang 3 jari sehingga labial bow terletak lebih ke palatal sebanyak 1 mm
modifikasi long labial bow dapat dibuat dengan mematri lengan distal U loop ke bridge cengkram adam
Split Labial Bow
Labial bow yang terpisah ditengahnya sehingga menghasilkan dua lengan bukal yang masing-masing memiliki 1 U loop
Fleksibilitas tinggi jika dibandingkan dengan short labial bow
Fungsi : untuk retraksi gigi anterior dan modifikasi dari split labial bow dapat digunakan untuk menutup diastema midline
Ujung lengan bukal dibuat mencengkram permukaan distal insisivus sentral lawannya
Aktivasi : menekan U loop dengan tang 3 jari sehingga labial bow terletak lebih ke palatal sebanyak 1 2 mm
Reverse Labial Bow
Nama lain : Reverse Loop Labial Bow
U loop terletak di distal kaninus dan ujung bebas U loop diadaptasikan di oklusal antara P1 dan C
Karena kawat yang digunakan semakin panjang maka fleksibilitas meningkat
Indikasi : untuk mengurangi overjet minor dan menutup ruang di anterior, juga dapat digunakan sebagai retainer
Aktivasi : dilakukan dengan 2 tahap. 1. U loop dibuka dengan
tang kotak-bulat pada U loop (yang kotak ditempatkan didalam loop, yang bulat diletakkan diluar loop) penurunan labial bow di regio insisivus
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA 2. Dilakukan pembengkokan
pada sudut lengan distal U loop dengan tang kotak-bulat (yang bulat berada didalam loop, yang kotak berada di luar loop) menaikkan kembali labial bow yang mengalami penurunan.
Roberts Retractor
Dibuat dari kawat yang tipis dengan diameter coil 3 mm di ujung loop mesial kaninus
Dengan menggunakan kawat 0,5 mm dan bertambahnya panjang kawat, serta dengan menambahkan coil membuat labial bow ini sangat fleksibel, tetapi stabilitas menurun
Untuk mengatasi stabilitas yang menurun ini, maka diberikan tube berdiameter 0,5 mm pada bagian distal retraktor
Indikasi : proklinasi anterior parah dengan overjet > 4mm
Mills Retractor
Labial bow yang memiliki loop yang ekstensif untuk meningkatkan fleksibilitas dan periode aksi (dapat tetap aktif selama periode waktu yang lama)
Indikasi : pasien dengan overjet yang besar
Kerugian : pembuatan yang sulit dan sulit diterima oleh pasien karena desainnya yang kompleks
High Labial Bow dengn Apron
Springs
Menggunakan kawat SS 0,9 mm yang memanjang sampai ke vestibula bukal
Apron spring terbuat dari kawat 0,4 mm yang menempel di high labial bow merupakan komponen aktif yang diaktivasi dengan menekuk spring ke arah gigi
apron spring didesain untuk retraksi satu atau lebih gigi
sangat flksibel dan digunakan untuk merawat overjet yang besar, aktivasi sampai 3 mm dapat dilakukan
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
kerugian : kesulitan dalam pembuatannya dan risiko injuri jaringan lunak
Fitted Labial Bow
Kawat labial bow diadaptasikan dengan kontur permukaan labial gigi
Fitted labial bow tidak dapat digunakan untuk menghasilkan pergerakan gigi aktif
Fungsi : digunakan sebagai retainer diakhir perawatan ortodonti dengan alat cekat
3) Sekrup (Screws) Aktivasi Oleh pasien, menggunakan kunci yang telah disediakan. AOL yang memiliki screw biasanya terdiri dari basis akrilik yang terpisah dan
cengkram Adam pada gigi posterior Manfaat dari Sekrup pada Pegas
1. Appliance dengan sekrup lebih mudah diatur daripada dengan menggunakan pegas. Oleh sebab itu, bermanfaat jika pasien tidak memiliki skill apapun dalam perawatan AOL.
2. Sekrup diaktiasi oleh pasien pada regular intervals menggunakan sebuah kunci. Oleh sebab itu, lebih berharga di pasien yang tidak dapat mengunjungi dokter gigi secara teratur.
3. Alat dengan sekrup mempunyai kecenderungan untuk copot lebih rendah. Oleh karena itu, AOL dengan sekrup lebih stabil untuk menggerakan beberapa gigi yang bersebelahan dalam arah yang sama.
4. Gaya pada umumnya dapat dikontrol, berdasarkan pada jumlah aktivasinya. Pasien atau orang tua pasien menggunakan kunci aktivasi pada sekrup. Aktivasi dapat selesai sekitar satu atau dua minggu atau lebih, tergantung dari tipe dan jumlah pergerakan gigi yang dibutuhkan. Pergerakan gigi yang ideal diraih dengan mengaktivasi sekrup (sekitar 1/4 putaran atau 900) setiap 3-7 hari. Banyak sekrup diproduksi untuk menghasilkan pergerakan 0,2-0,25 mm setiap diaktivasi. Pergerakan yang dihasilkan merupakan sebuah fungsi langsung dari thread hight.
Alat ortodonti lepasan yang menggunakan screw dapat menghasilkan 3 tipe pergerakan gigi : a. ekspansi rahang b. pergerakan satu atau lebih gigi ke arah bukal atau labial c. pergerakan satu atau lebih gigi ke arah mesial atau distal
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA 4) Elastis
Komponen aktif Umumnya digunakan pada alat cekat
Digunakan untuk Retraksi anterior, diletakkan pada hook labial bow yang di buat di distal C
Kerugian elastik : a. Membuat lengkung rahang menjadi datar
apabila urang pengontrolan2 b. Gingival stripping akibat slippage dari elastic2
Keuntungan : a. Lebih estetik ketika mereka kurang terlihat.
2. Komponen Retentif o Merupakan komponen yang menjaga alat tetap pada
tempatnya dan mencegah pergeseran alat o Alat yang terpasang longgar dan tidak memiliki
penjangkaran intraoral yang adekuat tidak dapat menghasilkan pergerakan gigi yang diinginkan
o Komponen kawat yang berfungsi untuk retensi alat adalah clasp (cengkram)
o Cara Aksi Cengkram - Clasp bekerja dengan terpasang erat pada area
konstriksi tertentu gigi yang disebut undercut, sehingga mencegah pergeseran alat - Terdapat dua macam undercut dalam gigi geligi :
- Buccal / Lingual Cervical Undercuts : permukaan bukal dan lingual molar memiliki undercut yang jelas pada bagian servikalnya. Contoh clasp : circumferential clasp dan Jacksons clasp
- Mesial / Distal Proximal Undercuts : molar sangat lebar di mesiodistal pada titik kontak dan secara perlahan taper ke margin servikal. Leher gigi ini dinamakan mesial dan distal proximal undercuts. Proksimal undercut lebih retentif dibandingkan servikal undercut. Contoh clasp : Adams clasp dan Crozat clasp
o Persyaratan Ideal Cengkram - Memberikan retensi yang adekuat - Dapat digunakan pada gigi yang erupsi sempurna dan erupsi sebagian - Memberikan retensi yang adekuat bahkan pada undercut yang dangkal sekalipun - Tidak menmberikan gaya aktif yang dapat menyebabkan pergeseran gigi
penjangkar - Mudah dibuat - Tidak mengenai jaringan lunak
1) Circumferential Clasp
Nama lain : Cengkram atau Cengkram C Cengkram sederhana yang didesain untuk terletak pada
bucco-cervical undercut Keuntungan : kemudahan dalam desain dan pembuatan
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Kerugian : tidak dapat digunakan pada gigi yang erupsi sebagian, dimana gigi yang erupsi sebagian belum memiliki servikal undercut untuk retensi cengkram
2) Jacksons Clasp Nama lain : Cengkram Penuh atau Cengkram U Cengkram ini terletak di bucco-cervical undercut dan
juga mesial dan distal-proximal undercut Kawat diadaptasikan disepanjang margin bukoservikal
dan kedua undercut proksimal Keuntungan : mudah untuk dibuat dan memberikan retensi yang adekuat Kerugian : memberikan retensi yang tidak adekuat pada gigi yang baru erupsi
sebagian
3) Adams Clasp Nama lain : Cengkram Liverpool, Cengkram Universal, dan Modifikasi
Cengkram Arrowhead Menggunakan kawat stainless steel keras yang bulat ukuran 0,8 mm Cengkram adam terdiri dari beberapa bagian : (1) dua arrowhead, (2) Bridge, (3)
dua lengan retentif Dua arrowhead berada pada undercut mesial dan distal proksimal Arrowhead dihubungkan satu sama lain dengan bridge yang berada 45 derajat
terhadap sumbu gigi Keuntungan :
- kaku dan memberikan retensi yang baik - dapat dibuat pada gigi primer dan permanen - dapat digunakan pada gigi yang erupsi sebagian atau erupsi penuh - dapat digunakan pada molar, premolar, dan insisivus - tidak ada instrumen khusus yang diperlukan untuk membuat cengkram - ukuran cengkram kecil dan dapat menempati tempat yang minimum - cengkram dapat dimodifikasi dengan berbagai cara
a) Cengkram Adams dengan Arrowhead Tunggal - Indikasi Gigi yang erupsi
sebagian (biasanya M yang erupsi paling akhir)
- Arrowhead tunggal berada di mesio-proksimal undercut
- Bridge dimodifikasi mengelilingi gigi ke distal dan berakhir di palatal sebagai lengan retentif
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
b) Cengkram Adams dengan Hook J - Hook J disolder pada bridge adams
clasp untuk menempelnya elastik
c) Cengkram Adam dengan Coil - Coil ditambahkan pada bridge
cengkram adam untuk menempelnya elastik
d) Cengkram Adam dengan Arrowhead
Tambahan - Letak arrowhead tambahan di
proksimal undercut gigi sebelahnya dan dipateri ke bridge cengkram adam
- Cengkram ini memberikan retensi tambahan
e) Cengkram Adam dengan Soldered
Buccal Tube - tube bukal disolder ke bridge cengkram
adam untuk penjangkaran ekstraoral menggunakan facebow headgear
f) Cengkram Adam dengan Distal Extension - arrowhead distal memiliki ekstensi
kecil ke bagian distal. Distal expansion ini berfungsi untuk tempat menempelnya elastic
g) Cengkram Adam pada Insisivus dan
Premolar - dapat dibuat hingga meliputi satu atau
dua gigi
4) Southend Clasp
Cengkram ini digunakan ketika dibutuhkan retensi pada regio anterior
Kawat diadaptasikan disepanjang mergin servikal kedua insisivus sentral
Akhir distal melewati embrasur oklusal dan berakhir sebagai lengan retentif pada sisi palatal
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
5) Triangular Clasp Cengkram berbentuk segitiga kecil yang
terletak diantara dua gigi posterior Cengkram berada diantara proximal undercut
dua gugu Cengkram ini diindikasikan ketika dibutuhkan
retensi tambahan
6) Ball-end Clasp Cengkram dibuat dengan kawat stainless steel
yang memiliki struktur bola pada satu sisi akhirnya
Bola dapat dibuat pada sisi akhir dengan menggunakan silver solder
Kawat yang belum dibentuk tetapi mempunyai sisi akhir bentuk bola juga tersedia
Bola menempel di proximal undercut diantara dua gigi posterior seperi triangular clasp
Cengkram ini diindikasikan ketika dibutuhkan retensi tambahan
7) Schwarz Clasp Nama lain : Cengkram Arrowhead,
dapat dikatakan sebagai pendahulu cengkram adam
Arrowhead cengkram berada di proksimal undercut diantara molar dan diantara molar dan premolar
Cengkram ini sudah jarang digunakan karena : - dibutuhkan tang khusus untuk membuatnya - membutuhkan banyak tempat pada vestibula bukal - arrowhead dapat mencederai jaringan lunak interdental - pembuatannya sulit dan memakan waktu
8) Crozart Clasp
Cengkram ini mirip dengan cengkram penuh tetapi memiliki kawat tambahan yang dipateri yang terletak di mesial dan distal proksimal undercut
Memberikan retensi yang lebih baik dibandingkan cengkram penuh
3. Basis atau Framework Kegunaan :
1. Tempat perlekatan komponen aktif dan pasif 2. Menambah penjangkaran/anchorage 3. Membantu retensi
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA 4. Membantu menahan pergeseran yang tidak diinginkan selama pergerakan gigi 5. Mendistribusikan gaya dari komponen aktif ke daerah yang luas
Syarat
1. Ketebalan minimum (max 2mm), tidak boleh ditebalkan pada semua daerah, cukup ditebalkan pada bagian ekstensi kawat. Jika terlalu tebal, dapat mengganggu kemampuan bicara pasien
2. Tidak mudah patah, dan harus nyaman 3. Tidak porus, halus, mengkilap dan merata 4. Tidak boleh menghalangi gigi yang sedang erupsi 5. Menutupi seluruh palatum rahang atas, tapi jangan terlalu banyak (mengakibatkan
nausea). 6. Menutupi vestibulum lingual rahang bawah, jangan terlalu dalam karena dapat
menyebabkan iritasi 7. Menempel pada tepi servikal gigi palatal/lingual dan berkontak ringan dengan mukosa
palatal/lingual Bite Plane
Merupakan alat orthodonti yang dilengkapi dengan peninggi gigitan, terdapat penebalan akrilik di sebelah palatinal gigi anterior atau oklusal gigi posterior sehingga beberapa gigi di regio lainnya tidak dapat berkontak saat oklusi. o Komponen:
- Plat dasar (akrilik) - Retensi (clasp M1 kanan dan kiri) - Labial Bow (mempertinggi retensi serta stabilitas alat)
o Indikasi: - Untuk erupsi lebih lanjut gigi posterior - Baik digunakan saat mixed dentition - Merawat overbite parah saat mixed dentition - Dapat digunakan pada pasien remaja dimana pertumbuhan telah berhenti dan
hubungan oklusal stabil - Menghilangkan Occlusal Interlocking untuk mengoreksi crossbite - Membantu menentukan posisi oklusal ideal
o Jenis: a) Anterior Bite Plane/ Bite Raiser
Fungsi - Untuk menghilangkan kontak rahang atas dan rahang bawah pada bagian
posterior - Memberikan efek intrusi gigi anterior dan ekstrusi gigi posterior - Untuk kasus deepbite - Mengatasi crossbite posterior dengan bantuan tambahan perawatan lainnya
Syarat - Peninggian 1-2mm - Berkontak dengan gigi anterior bawah - Terlihat datar dari depan (sejajar bidang horizontal)
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
b) Posterior Bite Plane/ Bite Raiser Fungsi Menghilangkan kontak vertikal gigi anterior, seperti crossbite anterior
hanya bila overbite > freeway space Syarat
- Peninggian gigitan dengan akrilik seminimal mungkin, kurang lebih 2mm (> 1mm dari freeway space)
- Akrilik meluas hingga cusp bukal gigi posterior rahang atas - Berkontak dengan gigi antagonis posterior - Mengikuti jejas gigi-gigi antagonis - Pemakaian tidak boleh terlalu lama
c) Incline Bite Plane
Fungsi Memperbaiki inklinasi gigi anterior rahang atas dan rahang bawah dan crossbite anterior
Syarat - Bersudut 45 derajat terhadap bidang horizontal - meliputi 4-6 gigi anterior rahang atas - pemasangannya dengan cara sementasi - permukaan akrilik halus
d) Maxillary Flat Bite Plane Untuk maloklusi kelas II dan overbite saat mixed dentition
e) Sved Plane Bite plane pada maksila yang menutupi edge gigi I maksila. Untuk headgear therapy dan space regaining saat mixed dentition.
f) Sidlow Hollow Bite Plane Untuk Retraksi pada perawatan gigi labioversion di anterior dengan atau tanpa deep bite
MANAJEMEN KLINIS ALAT ORTODONTI LEPASAN
Delivery of Appliance Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada saat pemasangan alat : 1. permukaan jaringan pada alat tidak boleh kasar atau terdapat nodul. Telusuri permukaan jaringan
alat dengan jari untuk merasakan apakah terdapat permukaan yang tajam yang dapat melukai jaringan. Jika ada, maka alat harus di trim untuk mencegah iritasi jaringan
2. basis akrilik perlu dilakukan trimming untuk memudahkan insersi dan pelepasa alat. Biasanya pada kasus dimana terdapat undercut pada alat
3. cengkram harus dieksaminasi untuk retensi yang adekuat. Jika tidak, maka harus disesuaikan kembali agar menempel di undercut
4. komponen aktif harus terletak di lokasi yang diinginkan. Tidak boleh mengenai gingiva, sulkus atau frenum
5. pasien harus diedukasi bagaimana insersi dan melepas alat, juga diinstruksikan untuk tidak mndistorsi komponen aktif alat
6. komponen aktif dapat diaktivasi setelah beberapa hari ketika pasien sudah terbiasa dengan alat Instruksi Ke Pasien Pasien diberikan instruksi sebelum meninggalkan dental office untuk penggunaan dan perawatan alat. Berikut beberapa instruksi yang harus diberikan :
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA 1. pasien harus diinstruksikan mengenai jumlah jam pemakaian. Kebanyakan alat dipakai siang dan
malam (24 jam), direkomendasikan untuk digunakan pada saat makan juga 2. alat ortodontik lepasan dan gigi harus dibersihkan setelah makan dan sebelum tidur 3. pasien diminta untuk membersihkan alat ortodonti dengan mengunakan larutan deterjen dan sikat.
Saat membersihkan alat, tidak boleh sampai mendistorsi atau membengkokkan komponen di alat tersebut
4. pada kasus dimana terdapat screw pada alat tersebut, pasien dan orangtua harus diberikan intruksi yang jelas bagaimana cara mengaktivasinya
5. pasien diinstruksikan untuk melapor secepatnya ke klinik jika terjadi kerusakan alat atau masalah lain saat menggunakan alat
6. pasien diminta untuk tidak meninggalkan alat diluar mulut terlalu lama karena dapat meningkatkan risiko hilang dan rusak
Masalah yang Harus Dihadapi Dalam Perawatan dengan Alat Ortodonti Lepasan 1. Menjaga Kebersihan Mulut : pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan alat dan giginya
memiliki risiko inflamasi dan hiperplasia gingiva 2. Iritasi Jaringan Lunak : basis yang tidak di trim dan dipoles dengan benar dapat menyebabkan
iritasi dan ulserasi jaringan 3. Karies : kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan karies. Alat didesain sedemikian rupa
agar tidak terjadi akumulasi plak dibawah basis akrilik 4. Rasa Sakit : gaya berlebihan yang diaplikasikan oleh komponen aktif dapat menyebabkan sakit
pada gigi yang digerakkan 5. Mobilitas Gigi : adanya oklusi traumatik atau penggunaan gaya berlebih selama perawatan dapat
menyebabkan mobilitas abnormal gigi
ANALISIS SEFALOMETRI DOWN
Down mengklasifikasikan wajah menjadi 4 jenis: a. Retrognathic : Rahang bawah retruded atau regresif b. Mesognathic : Rahang bawah ideal atau pada posisi rata-rata dengan profil lururs dan dagu
normal. c. Prognathic : Rahang bawah protrusive d. True prognathism: Rahang bawah protrusi dengan jelas/ mandibula besar
Parameter Skeletal
Nama Keterangan Gambar
Facial Angle
Digunakan untuk mengukur retrusi/ protrusi rahang bawah
Sudut perpotongan garis fasial dengan FHP (N Pg)
Nilai rata-ratanya = 87.8o (3.6 o)
Rentang nilai normal = 82 o 95 o
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Angle of Convexity
Sudut perpotongan garis dari titik N A dengan garis A Pg.
Nilai rata-rata 0o dengan rentang normal -8,5o hingga 10o
Jika garis Pg A diperpanjang dan berada di anterior terhadap garis N A sudut positif (basis maksila lebih menojol dibanding mandibula)
A-B Plane Angle
Sudut antara garis A B dengan garis Na Pg
Rata-rata -4,6o dengan rentang nilai minimal -9o dengan maksimal 0o
Umumnya titik B berada di belakang titik A, sehingga nilai sudut ini biasanya negatif, kecuali pada maloklusi kelas III atau oklusi kelas I dengan penonjolan mandibula.
Jika nilai negatifnya terlalu besar, maka polanya kelas II, yang dapat disebabkan karena dagu/mandibula yang posisinya terlalu ke belakang atau titik dagu yang tidak berkembang atau menonjolnya maksila.
Mandibular Plane Angle
Garis singgung terhadap sudut gonion dan titik terendah dari simfisis, didapat dari menghubungkan mandibular plane terhadap FHP
Rata-rata 21,9o dengan rentang 17o -28o
Y-(Growth) Axis
Sudut lancip yang dibentuk dari perpotongan garis S Gn dengan FHP
Rata-rata 59,4o dengan rentang 53o -66o
Jika nilainya kecil: pertumbuhan wajah lebih besar secara horizontal dibanding
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA vertikal.
Sedangkan jika nilainya besar: pertumbuhan vertikal lebih besar dibanding pertumbuhan horizontal mandibula; ekstrusi gigi molar
Parameter Dental
Nama Keterangan Gambar
Cant of Occlusal Plane
Garis yang membagi dua overlapping cusp m1 dan overbite insisal
Rata-rata +9,3o dengan rentang +1.5o hingga +9.3o
Jika bagian anterior dari occlusal plane lebih rendah dari pada posterior, sudutnya akan positif. Sudut positif yang besar ditemukan pada pola wajah kelas II.
Inter-incisal Angle
Sudut yang terbentuk dari garis tepi insisal dan apeks akar I1 RA dan RB
Nilainya 135.4o dengan rentang 130 o -150 o
Nilai relative kecil pada individu dengan gigi insisivus maju ke depan (proclined).
Incisor Occlusal Plane Angle
Sudut yang menghubungkan insisivus bawah terhadap permukaan fungsional pada bidang oklusi. Sudut yang digunakan adalah sudut dalam dan inferior
Rata-rata 14,5o dengan standar deviasi 3.5o dengan rentang +3,5o hingga +20o
Incisor Mandibular Plane Angle
Sudut yang terbentuk dari perpotongan mandibular plane dengan garis yang melewati tepi insisal dan apeks akar insisivus sentral mandiibula
Rata-rata 1.4o dengan rentang -8.5o hingga
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
+5o. Sudut positif jika insisivusnya maju ke depan. Nilainya meningkat jika proklinasinya meningkat.
Protrusi Insisivus Maksila
Jarak antara tepi insisal dari insisivus sentral maksila terhadap garis A-Pg.
Nilainya +2,7mm dengan rentang -1.0 hingga +5 mm
ANALISIS SEFALOMETRI STEINER
Steiner menekankan tidak hanya analisis relasi antar gigi atau gigi dengan basis kranial saja yang perlu dianalisis namun analisis jaringan lunak juga perlu dilakukan. Steiner membagi analisisnya menjadi 3 bagian:
1. Analisis Skeletal Steiner menggunakan garis yang menghubungkan Sella dan Nasion sebagai basis kranial anterior yang biasa disebut dengan garis SN. Hubungan yang perli dianalisis adalah:
Jenis Keterangan Gambar
Hubungan Maksila
dengan Kranial
Dilihat dari SNA Nilai normal = 82
dengan standar deviasi sebesar 2
jika sudut SNA >82 menunjukkan bahwa kedudukan maksilanya protruded, sementara jika sudut SNA 82 menunjukkan bahwa kedudukan mandibula protruded, sementara jika sudut SNB
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Hubungan Maksila dengan
Mandibula
Dilihat dari sudut ANB Nilai normalnya adalah
2 dengan standar deviasi sebesar 2
Jika sudut ANB >2 menunjukkan bahwa kedudukan mandibula terhadap maksila retrognati yang menunjukkan tendensi terjadinya maloklusi klas II, sementara jika sudut ANB 32 menunjukkan terjadi pertumbuhan pada dimensi vertikal pasien sementara jika nilai sudut
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Posisi Incisor Mandibula
sudut antara inklinasi gigi anterior mandibula yang paling prominent dengan garis yang menghubungkan titik Nasion dengan titik B
nilai sudut normalnya adalah 25
Inter Incisal Angle
Sudut ini meyatakan posisi relatif incisor maksila terhadap incisor mandibula
Nilai normalnya adalah 130.
Incisor Mandibula ke
Dagu
jarak antar permukaan paling labial dari incisor mandibula ke garis N-B dengan jarak dari Pogonion ke garis N-B harus sama
3. Analisis Jaringan Lunak
Profil pada jaringan lunak dipengaruhi oleh dagu, hidung dan bibir. Steiner menggunakan garis S-line untuk menentukan profil wajah berdasarkan jaringan lunaknya. S-line adalah garis yang ditarik dari titik Pogonion jaringan lunak ke pertengahan kurva S (Pronasal (Pr) ke titik Subnasalis (Sn). Dimana pada profil wajah yang normal bibir harus menyentuh S-line. Jika posisi bibir berada di depan S-line menunjukkan profil wajah yang cembung sementara jika bibir berada di belakang S-line menunjukkan profil wajah yang cekung.
TITIK PENTING PADA SEFALO PA UNTUK MENGANALISIS
MEDIO LATERAL DAN VERTIKAL Radiograf Postero-Anterior dapat menjadi nilai diagnostik pada kasus mandibular
displacement, asimetri wajah, severe posterior crossbite, atau jenis displasia tulang lainnya. Gambar dibawah ini menunjukkan struktur skeletal dan dental pada radiograf Postero-Anterior yang harus ditracing untuk analisis yang akurat.
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
Bidang dan titik sefalometri Postero-Anterior digunakan untuk mengevaluasi hubungan
kranium, maksila, mandibula, dan gigi geligi tampak depan secara keseluruhan. Gambar di bawah ini menunjukkan titik, garis, dan bidang yang digunakan untuk analisis sefalometri. Berdasarkan gambar di atas, titik referensi yang digunakan pada analisis sefalometri PA yaitu:
a. Sutura zigomatikofrontal kiri dan kanan (LZF dan RZF) b. Spina nasalis anterior (ANS) c. Prosesus jugal maksila kiri dan kanan (LJ dan RJ) d. Antegonial notch mandibula kiri dan kanan (LAG dan RAG) e. Menton
-
TENTIR SK 7 CHIKA & NAMIRA
f. Titik pada papila interdental insisif RA (titik l) g. Titik pada papila interdental insisif RB (titik t)
Jarak dan sudut yang dinilai pada analisis sefalometri PosteroAnterior : Dental midline
o Jarak horizontal antara midline insisif RA (l point) dan RB (t point). o Normal: 0mm o Deviasi: 1.5mm o Interpretasi: Menggambarkan adanya asimetri midline dental.
Lebar maksilomandibula o Jarak horizontal antara prosesus jugal maksila (LJ dan RJ) dan bidang fasial frontal
(LZF-LAG dan RZF-RAG). o Normal: 10 mm untuk pasien usia 8 tahun, memerlukan pengoreksian pengukuran. o Interpretasi: Dapat menentukan apakah crossbite yang terjadi disebabkan oleh
kelainan di skeletal atau tidak. Nilai yang besar menunjukkan indikasi crossbite skeletal lingual, apabila nilai yang kecil menunjukkan indikasi crossbite skeletal bukal.
Midline maksilomandibula o Sudut yang dibentuk oleh bidang ANS-Me melalui ANS dan tegak lurus terhadap
bidang sutura zigomatikofrontal o Normal: 0mm o Deviasi: 2mm o Interpretasi: Menentukan apakah asimetri fasial dikarenakan kekurangan ukuran
mandibula atau pergeseran yang fungsional dari mandibula. Midline antara gigi ke rahang
o Jarak horizontal antara midline insisif RB terhadap midline RA dan RB o Normal: 0mm o Deviasi: 1.5mm o Interpretasi: Menunjang diagnosis diferensial antara denture shift atau mandibular
shift. Kemiringan bidang oklusal
o Ukuran paralelisme antara bidang oklusal terhadap garis yang menghubungkan LZF dan RZF.
o Normal: 0mm o Deviasi: 2mm o Interpretasi: Terlihat adanya kelainan fungsi TMJ ditunjukkan dari gambaran suatu
asimetri skeletal disertai bidang oklusal yang miring Lebar maksila
o Jarak horizontal diantara prosesus jugal maksila (LJ dan RJ). o Normal: 61.9mm pada anak usia 9 tahun, bertambah 0.6mm setiap tahun o Deviasi normal: 3mm o Interpretasi: Menunjukkan lebar maksila dan perubahan pada nilai ini berperan
penting dalam kasus ekspansi palatum