TENTIR FARMAKO KINETIK DAN DINAMIK
-
Upload
el-yes-yonirazer-el-banjary -
Category
Documents
-
view
65 -
download
1
Transcript of TENTIR FARMAKO KINETIK DAN DINAMIK
-
TENTIR KULIAH FARMAKO 1 \\/(*__*)\//
Assalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Bro!
Lets Say Basmallah + Doa sebelum belajar first, Say! ^^ Semoga Allah SWT merahmati ilmu kita, sehingga kita semua bisa ketemu lagi besok di surga ... aamiin ^^
What is Pharmacology, bro?
- Pharmacology (Pharmacon = obat, Logos = Ilmu) adalah ilmu yang
mempelajari interaksi obat dengan tubuh kita untuk menghasilkan efek terapi.
- Pharmacology kedokteran: Ilmu yang berkaitan dengan diagnosis,
pencegahan, dan pengobatan.
- Pharmacology mempelajari Pharmacokinetic dan Pharmacodinamic.
Apa itu UBAT say? Eh, OBAT maksudnya ^^
- Drug (obat) adalah Setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup
pada tingkat molekular yang dapat digunakan untuk mencegah, mengobati,
dan mendiagnosis penyakit.
- Dr Nurul berkata: Sebutkan contoh obat!, Bebel pun berkata: Vitamin C!
Ibunya menjawab : O, bukan. Vit. C hanya suplemen, bukan obat.
Trus, Kriteria untuk menjadi Sang Obat, apa aja sich?
- Effectiveness & Reversible effect : Sang Obat harus efektif untuk
menanggulangi penyakit dan efek sampingnya juga harus balik saat pemakaian
obat udah di-stop.
- Safety (Margin of safety) : jadi Sang Obat harus memiliki therapeutic window
yang panjang. Maksudnya jarak antara dosis efektif minimum sampai dosis
toksiknya jauh gitu.
- High Selectivity : musti selektif say! Jadi obat kalo mau nembak 1 reseptor di
suatu organ, jangan nyampe organ lain ketembak juga, kaya obat cancer tuh)
Nah, now, lets talk about Parmacokinetic and Pharmacodynamic, say ^^
A. PHARMACOKINETIC
- Proses yang dialami obat dalam tubuh (nasib obat dalam tubuh)
- Pharmacokinetic; Absorbtion Distribution Metabolism
Excretion (ADME).
a. Absorbtion
- Ngomongin absorbsi, ga jauh dari bioavailability. Bioavailability adalah persen
obat yang mencapai sirkuasi.
- Contoh : Paracetamol absorbsi 90%, bioavailability 70%
- Artinya dari 100% obat yang masuk ke GI Tract kita, Cuma 90% aja yang bakal
di serap tubuh (sebagian besar di usus halus, namun aspirin+alkohol di
lambung). Dan udah gitu nggak semuanya masuk ke sirkulasi karena harus
-
transit dulu di hepar lewat vena porta hepatica. Walhasil cuma 70% nya aja
yang lolos ke sirkulasi. Gitchu say! Hhe ^^
- Jadi sisa obat yang tidak diabsorbsi akan di ekskresi, sedangkan sisa absorbsi
yang tidak diedarkan ke sirkulasi sistemik, ditransit di hati say!
- Ada 3 cara absorbsi
1. Transport pasif (searah gradien konsentrasi no ATP, non specific)
2. Transport aktif (melawan gradien konsentrasi with ATP)
3. Pinositosis/Eksositosis/Endositosis
- Transport pasif; Difusi, Difusi terfasilitasi, Filtrasi.
- Kalau difusi pasif yang terfasilitasi terjadi jika kadar obat yang tinggi,
menyebabkan transport obat mencapai kecepatan maksimum, namun belum
mencapai kadar jenuh. Kalau filtrasi = difusi menggunakan porus/pori.
- Faktor yang mempengaruhi absorbsi obat:
a. Sirkulasi dari lokasi target obat
b. Kelarutan obat (ingat, membran brushborder ada yang lipofilik dan
hidrofobik ya ^^)
c. Derajat ionisasi obat
molekul obat non ion biasanya larut lipid, jadi pake difusi pasif.
Kebalikannya molekul ion susah berdifusi ke membran sel.
d. Luas permukaan absorbsi
e. Ukuran molekul obat
f. Drug formulation (absorbsi juga bergantung sama pencampur obat
tersebut, say! Misalnya glukosa, fruktosa, dll.
g. Route of Drug Application (Entral, Parenteral, Topical, Perinhalation)
a.1. Entral (peroral, sublingual, peranal)
peroral (+) general, eazy, savety cheap. (-) pasien harus dalam
keadaan sadar.
sublingual persyaratan: larut saliva, non iritan, lipofilik
peranal (+) dapat diberikan kepada pasien yang muntah-muntah
karena tidak melewati GI Tract. (-) kadar absorbsi sulit ditentukan
dan dapat terjadi iritasi.
a.2. Parenteral (subcutan, intramuscular, intravenous, intraperitoneal)
(+) cepat diabsorbsi, dapat digunakan dalam kondisi muntah, tidak
sadar, emergency. Sedangkan (-) harus melalui sterilisasi, tidak dapat
digunakan sendiri (secara amatir), nyeri, dan relatif lebih mahal.
subcoutan (SC) dan intramuscular (IM) SC: imunisasi BCG. Kenapa
coba? Supaya terlihat respon imunnya. Apakah setelah imunisasi
muncul granul atau tidak. Kalo IM: Insulin, tetanus, khitan.
Intravena suntik Antibiotik. Mula kerja (onset) cepat, durasi
kerjanya juga cepat. (+) tanpa absorbsi, langsung ke darah. (-)
penentuan dosisnya harus hati-hati (sedia adrenalin untuk
menangani syok anafilaktik)
Intraperitoneal umum digunakan pada hewan percobaan, karena
risiko infeksi pada manusia tinggi, say!
a.3. Tropical (Salep)
a.4. Perinhalation
(+)Absorbsi melalui epitel mukosa cepat. (-) Penyerapan memalui
epitel mukosa sehingga dosisnya tidak dapat diperkirakan. Contoh :
obat asthma, obat bius
-
b. Distribution
Dalam pendistribusian obat, butuh nih yang namanya fluid/cairan, yakni:
a. Extracelluler Fluids (Plasma + 4%, Interstitial + 13%). Nasib obat =
1. Berikatan dengan protein plasma. Dengan ikatan tersebut, obat dapat
menjadi inaktif, atau justru tetap dapat melangsungkan proses
metabolismenya.
2. Berikatan dengan reseptor obat. Hal ini dapat menghasilkan drug
effect.
3. Exretion. Cara eksresi bermacam-macam, nanti dijelaskan kok ^^
b. Intraseluler Fluid + 41%. Nasib obat =
1. Berikatan dengan reseptor. Sehingga segera menimbulkan drug effect.
2. Berikatan dengan protein jaringan. Namun ikatan ini bersifat non
spesifik dan dapat terbebas lagi (reversibel).
3. Berikatan dengan lemak. Contohnya adalah pil KB, bro! Dengan
berikatan dengan lemak, release/pembebasan obatnya pelan-pelan.
Sehingga efek obat dapat bertahan selama rentang waktu yang
ditentukan.
Dalam perjalanan obat akan mengalami hal2 berikut :
- Drugs lipid soluble Obat larut lemak mudah menembus membran
mudah didistribusi ke intrasellular. Sedangkan kebalikannya adalah non
soluble lipid.
- Distribusi sangat dipengaruhi oleh aliran darah. Sehingga hati, ginjal, dan otak,
akan menerima sebagian besar obat lebih awal. Sementara penghantaran ke
otot, sebagian besar visera, kulit, dan jaringan lipid terjadi lebih lambat.
- Just for your information Banyak obat dapat berikatan dengan protein
plasma. Sebagian besar berikatan dengan albumin plasma untuk obat yang
bersifat asam. Sedangkan untuk obat yang bersifat basa akan berikatan
dengan 1-asam glikoprotein. Ikatan ini biasanya bersifat reversible dan juga
bisa terjadi ikatan kovalen pada obat yang reaktif.
- Selain berikatan dengan protein jaringan, obat juga dapat berikatan dengan
tulang. Dapat berperan sebagai tempat penyimpanan zat beracun (toxin) yang
dilepaskan secara lambat ke aliran darah. Hal ini dapat menimbulkan
kerusakan pada tulang.
a. Biotransformation (Metabolisme)
Merupakan proses pengubahan obat menjadi metabolit aktif. Singkat
kata, gambar di bawah sudah menjelaskan, kok ^^
-
Terdapat 2 fase dalam metabolisme obat yaitu :
Reaksi fase I (fungsional), terutama terjadi di reticulum endoplasma
pemasukan gugus fungsi pada molekul induk. Reaksi ini bisa
mengakibatkan hilangnya aktivitas farmakologis obat, tetapi juga bisa
meningkatkan aktivitas obat. Sehingga reaksi fase I ini menyebabkan
perubahan farmakologis obat.
Reaksi fase II (reaksi konjugasi), terutama terjadi di sitosol
pembentukan ikatan kovalen antara gugus fungsi dan senyawa induk
atau hasil metabolit pada fase I dengan turunan endongen asam
glukoronat, sulfat, glutatio, asam-asam amino atau asetat.
b. Ekscretion
Ada beberapa jalur ekskresi seperti melalui kulit, paru, urin, feses,
air susu, empedu, dll. Dari beberapa organ ekskresi tadi kita hanya akan
membahas beberepa saja cara ekskesi obat yang utama :
1) Ekskresi Ginjal. Untuk menjadi urin obat harus melewati beberapa
tahapan yg sudah kita pelajari dimodul sebelumnya, yaitu :
a) Filtrasi glomerulus. sangat tergantung pada laju filtrasi glomerulus
(LFG) dan hanya obat yang tidak berikatan dengan protein plasma
saja yang dapat mengalami filtrasi.
b) Sekresi aktif melalui tubulus.
c) Reabsorbsi pasif ditubulus ginjal.
2) Ekskresi Empedu dan Feses. Obat dan metabolit yang berada didalam
empedu dilepas kedalam usus selama proses pencernaan, kemudian
obat tersebut ada yang diabsorbsi kembali kedalam tubuh dan ada yang
dikeluarkan lewat feses.
3) Ekskresi melalui rute lainnya. Ekskresi obat ke dalam keringat, air liur dan air
mata secara kuantitatif tidak terlalu penting. Eliminasi melalui rute ini sangat
dipengaruhi oleh difusi obat yang larut lipid yang tak terionisasi dan pH
sehingga bisa melalui sel epitel kelenjar. Ternyata konsentrasi obat dalam air
liur mirip dengan konsentrasi obat dalam plasma darah sehingga bisa dijadikan
patokan untuk mengukur kadar obat dalam plasma darah.
B. PHARMACODYNAMIC
-Efek biokimia, fisiologi, dan mekanisme obat-obatan-
- Dipelajar untuk mengetahui efek, interaksi, dan spektrum obat. Interaksi
antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem
fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau
antagonistic
- Interaksi farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang
segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena penggolongan obat
memang berdasarkan persamaan efek farmakodinamiknya.
- Mekanisme kerja obat: umumnya efek obat dihasilkan dari interaksi dengan
reseptornya, yang akan mengubah fungsi komponen yang bersangkutan dan
menghasilkan perubahan biokimia dan fisiologi yang akan menajdi khas dari
masing-masing obat. Juga dipaparkan bahwa obat tidak menciptakan efek,
namun hanya memodulasi fungsi fisiologis tubuh kita.
- Ngomomg ngomong tentang reseptor, jadi inget beberapa hal di bawah nih.
Chek i dot ya:
-
Kelompok utama yang bekerja sebagai reseptor obat adalah reseptor ligan
pengatur endogen, contohnya hormon, hormon pertumbuhan, dan
neurotransmiter.
Obat agonis : obat yang berikatan dengan reseptor fisiologis dan
mempunyai efek regulasi senyawa pemberi sinyal endogen. Agonis pun dibagi
menjadi 2; Agonis parsial (evektivitas agonisnya hanya sebagian) dan Agonis
inversi (menstabilkan reseptor dalam kondisi inaktif).
Obat antagonis : obat yang menghambat kerja agonis, misalnya kompetisi
dengan reseptor agonis.
Lagu Tak Ada yang Abadi dari Peterpan pun juga berlaku untuk Sang
Obat nich teman-teman... PERUBAHAN FARMAKOTHERAPI
1. Perubahan Farmakokinetik
a. Absorbsi
- Dapat terjadi gangguan dalam proses absorbsi obat yang dapat
menurunkan efek farmakoterapi nich. Diantaranya adalah:
Gangguan pengosongan lambung (Lambung tidak dapat
berkontraksi)
Kontraktilitas usus (kontraksi usus yang terlalu cepat dapat
menimbulkan gangguan pada absorbsi obat)
b. Distribusi
- Seperti yang kita tabu, distribusi obat ke sel target sangat
dipengaruhi oleh sistem cardio vascular, diantanranya:
Persentase air total dan lemak tubuh
Perubahan rasio albumin dan globulin
c. Metabolime
- Salah satu organ penting yang mula-mula menerima obat adalah
hepar. Sehingga gangguan pada hepar juga akan menimbulkan
gangguan dalam metabolisme obat, diantaranya:
gangguan aliran darah hepar
adanya massa / penyakit di hepar
gangguan pada kemampuan hepar dalam penyembuhan penyakit
d. Ekskresi
- Salah satu organ terpenting dalam ekskresi obat adalah ginjal. Oleh
karenanya gangguan pada organ tersebut juga akan mempengaruhi
proses ekskresi obat pada ginjal. Diantaranya adalah:
gangguan fungsi ginjal
Penurunan klirens (perpanjangan waktu paruh (T 1/2))
Massa/kelainan parenkim ginjal
2. Perubahan Farmakodinamik
- Setelah obat dimetabolisme, tentu terjadi efek/respon. Hal tersebut
dapat terganggu apabila terjadi:
a. Perubahan sensitivitas reseptor
b. Gangguan mekanisme homoeostasis
PANTUN:: Sejak makan jerami, Miftah semakin berulah. Sekian dari kami, maaf
atas semua salah. Biar Hesty melarat, tetap berbuat alay. Semoga bermanfaat,
tetap semangat Say! Wassalamualaykum Warrahmatullahi Wabarakatuh ^^
-
Referensi:
- Slide Farmako 1 dr Nurul
- Goodman and Gilman. Dasar Farmakologi Terapi. Volume 1. Jakarta: EGC;
2007.