Tatacara Penanganan Infertilitas Pria

download Tatacara Penanganan Infertilitas Pria

of 3

Transcript of Tatacara Penanganan Infertilitas Pria

  • 8/13/2019 Tatacara Penanganan Infertilitas Pria

    1/3

    Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 199254

    Tatacara PenangananInfertilitas Pria

    K.M. Arsyad Laboratorium Biologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Palembang

    ABSTRAK

    Penyebab infertilitas suatu pasangan usia subur dapat terletak pada pihak pria,wanita atau bersama-sama. Analisis semen sampai saat ini merupakan primadona dalam

    penanganan infertilitas pada pria. Berdasarkan hal itu maka tatacara penanganan infertili-tas pria dapat didekati berdasarkan basil analisis semen saja dan etiologi kausatif.

    Meskipun demilcian penanganan pasangan infertil tidak dapat berdiri sendiri tetapitetap hams merupakan satu kesatuan.

    PENDAHULUANInfertilitas berbeda dengan Sterilitas; sterilitas adalah suatu

    keadaan di man satu pasangan suami istri mutlak tidak mampumendapatkan keturunan sedangkan infertilitas adalah keadaan dimana satu pasangan berkurang kemampuannya mendapatkanketurunan setelah jangka waktu lebih dari 12 bulan perkawinantanpa penggunaan cara-cara KB, sedangkan kemampuan untukkonsepsi belum diketahui secara keseluruhan >.

    Faktorpenyebab infertilitas dapatberasal dari suami, istri atau bersama-sama, faktor pria diperkirakan meliputi sekitar 30%.Pada penelitian 246 pasangan infertil di Palembang didapatkanfaktor pria 48,4% 0). Sebagian besar disebabkan oleh menurun -

    nya potensi fungsi spermatozoa untuk membuahi ovum. Hal inidapat tercermin dari basil analisis semen, sehingga analisissemen sampai saat ini masih merupakan primadona penangananinfertilitaspria, meskipun basilanalisis semen sebenarnyabelumdapat menerangkan penyebab spermiogram yang abnormal,sehingga terapi medis yang baik tidak dapat hanya didasarkan

    pada suatu basil analisis semen rutin 0>.

    TATA CARA TERAPITerapi infertilitas pada pria dapat didasarkan atas 2 tata

    * Dibacakan pada Simposium Konsep Mutakhir Penanganan IntertilitasPalembang, 15Desember1990

    cara : 1. Hanya berdasarkan analisis semen rutin2. Berdasarkan etiologi kausatif.

    A. Terapi berdasarkan basil analisis rutin (4,5,6)

    1) Kelainan volume semena) Hipospermia

    Volume semen disebut hiposperma jika kurang dari 1,5 ml.Penyebab : + Stres

    + Retrograde ejaculation+ Frekuensi sanggama.

    Untuk stres maka pen gobatan diarahlcan untuk meng hilangkanstres ; retrograde ejaculation dapat diberi terapi obat atau terapikhusus berupa pencucian sperma dari urine. Untuk endokrino-

    pati dapat diberikan testosteron, sedangkan bila kohl's terlalusering, dapat dikurangi frekuensinya.

    Jika tidak jelas penyebabnya dapat dilakukan AIH. b) Hiperspermia jika volume semen lebih dari 6 ml.

    Penyebab dapat berupa :+ Abstinensia seksualis yang terlalu lama+ Hipersekresi vesika seminalis.Hiperspermia dengan spermiogram normal tidak memerlu-

    kan pengobatan spesifik, cukup dengan menganjurkan pening-katan frekuensi sanggama; tetapi jika disertai dengan spermio-

  • 8/13/2019 Tatacara Penanganan Infertilitas Pria

    2/3

    Cermin Dunia Kedokteran No. 70, 1991 55

    gram abnormal dapat dilakukan terapi dengan split ejaculate atauwithdrawal coitus atau dengan treated sperm invitro.

    2) Kelainan jumlah spermatozoaa) Polizoospermia

    Pada polizoospermia, jumlah spermatozoa lebih dari 250 juta/ml.

    Terapi dapat dengan anjuran meningkatkan frekuensi koitusatau AIHdengan treated spermatozoa dengan jalan pengenceran,

    swim up, sperm washing atau filtrasi..b) Oligozoospermia

    Sampai saat ini masih disepakati bahwa jumlah spermatozoakurang dari 20 juta/ml disebut oligozoospermia dan jika kurangdari 5 juta/ml disebut olgozoospermia berat.

    Terapi medikamentosa yaitu :1. Klomifen sitrat dengan dosis 1 x 50 mg selama 90 hari atau

    1 x 50 mg 3 x 25 hari dengan interval antara terapi 5 hari.2. Tamoxifen, dapat diberikan dengan dosis 2 x 1 tablet selama

    60 hari.3. Kombinasi HMG dan hCG; HMG (Pergonal) diberikan

    dengan dosis 150 IU 3 x/minggu dan hCG (Profasi) dengandosis 2000 IU 2 x/minggu selama 12-16 minggu.

    4. Kombinasi FSH (Metrodin) dan hCG; dosisFSH 75IU 3 x/minggu dan dosis hCG 2000 IU 2 x/minggu selama 12-16minggu.Selain medikamentosa, terapi dapat dilakukan dengan AIH

    (IBS) dengan atau tanpa treated sperm.

    3) Abnormalitas kualitas spermatozoaKualitas spermatozoa abnormal jika motilitas baik dan cukup

    tetapi morfologi normal kurang dari 50%.Terapi gangguan kualitas ini dapat berupa medikamentosa

    yaitu :

    1.

    ATP2. Androgen dosis rendah3. Phosph6lipid esensial4. Antibiotika5. Vitamin E + Vit B6. Pentoksifilin

    Atau dilakukan AIH (IBS) dengan atau tanpa sperm treatedyang dapat berupa : sperm washing sperm swim up

    Jika masih belum memberikan basil yang diharapkan dapatdilanjutkan dengan terapi hormonal berupa kombinasi FSHdengan dosis 75 IU 3 x/minggu ditambah hCG 2000 IU 2 x/

    minggu selama 12-16 minggu. Pengobatan ini dapat diteruskansampai 4 tahun.B. Terapi berdasarkan etiologi kausatif1) Etiologi infertilitas pria yang talc dapat diobati :

    a. Klinefelter syndrome b. Cryptorchidism bilateralc. Atrofi testisd. Sertoli cell only syndromee. Agenesis vas deferens

    2) Etiologi infertilitas pria yang masih dapat diobati :a. Varikokel

    b. Infeksi kelenjar asesorisc. Immunlogid. Gangguan hubungan seksuale. Endokrinopati

    a) Varikokel (7) Varikokel merupakan salah satu faktor penyebab infertilitas

    pria; varikokel jarang dikeluhkan dan biasanya ditemukan secarakebetulan tanpa keluhan yang jelas. Pada evaluasi kasus infertili-tas, 82% varikokel kiri, 2% varikokel kanan dan 16% bilateral.Meskipun belum dapat dipastikan sebagai penyebab infertilitas

    pada pria, tetapi bila pada infentilitas pria ditemukan adanyavarikokel biasanya akan ditemukan juga basil analisis semenyang abnormal.

    Terapi vasoligasi vena spermatika interna kiri merupakansalah satu pengobatan yang dapat memperbaiki kualitas dankuantitas spermatozoa, atau dengan cara embolisasi.b) Infeksi kelenjar asesoris

    Infeksi kelenjar asesoris yang dapat mempengaruhi kualitassemen adalah infeksi prostat, vesika seminalis dan epididimis.

    Kelainan dapat berupa gangguan proses pencairan semen,volume yang terlalu sedikit atau banyak dan morfologi danmotilitas yang abnormal.

    Terapi berupa pemberian antibiotika, dalam hal ini yang dapatdiberikan adalah golongan amoksisilin, doksisiklin dan erithro-misin yang dapat ditambah dengan roborantia berupa vitamin E,vitamin C dan vitamin B kompleks.c) Immunologis (8)

    Infeksi kronis alat urogenital dapat menimbulkan tes immu-nologis positif pada pemeriksaan semen; yaitu :1) Adanya aglutinasi spontan spermatozoa pada pemeriksaananalisis semen rutin.

    2) MAR test3) SCMC test

    Terapi dapat berupa pemberian kortikosteroid, yang jika tidakmemuaskan dapat dilakukan AIH/IBS dengan treated sperma-tozoa; misalnya dengan filtrasi glass wool, separasi dengan

    percoll, sephadex atau selofan, atau washing/swim up.d) Gangguan hubungan seksuaE (9)

    Dapat berupa : Frekuensi tidak teratur Impotensia Eyakulasi dini Eyakulasi retardata Eyakulasi retrograd

    Epispadia/hipospadiae) Endokrinopati (3,10)

    Ketidakseimbangan pengaturan hormonal pada sistem repro-duksi pria akan menyebabkan terjadinya gangguan prosesspermatogenesis dan/atau spermaogenesis. Pengobatan hormo-nal yang tepat dapat mengembalikan proses spermatogenesis/spermiogenesis yang normal.

    Untuk itu selain pemeriksaan fisis andrologis diperlukan pemeriksaan kadar hormon (FSH, LH, prolaktin dan testosteron)

  • 8/13/2019 Tatacara Penanganan Infertilitas Pria

    3/3

    Cermin Dunia Kedokteran No. 74, 199256

    dalam darah.1) Jika ditemukan kadar FSH dan LH yang tinggi dengan kadartestosteron darah yang subnormal, biasanya pengobatan hormo-nal tidak diperlukan karena keadaan ini menunjukkan adanyagagal testis primer, misal nya Klinefeltersyndrome; terapi hormonhanya berupa substitusi androgen untuk masalah potensi seksnya.2) Jika kadar FSH tinggi, tapi kadar LH dan testosteron darahmasih dalam batas normal, keadaan ini biasanya menunjukkanadanya kekurang-pekaan sel-sel germinativum (isolated germi-nal cell failure); jumlah spermatozoa dapat berkisar dari azoo-spermia-oligozoospermia.

    Terapi hormonal tidak ada artinya, hanya dapat dicoba AIH/IBS atau IVF.3) Jika kadar FSH, LH dan Testosteron ketiga-tiganya rendahdisertai volume testis yang abnormal dan konsistensi yang agakkurang padat, keadaan seperti ini disebut sebagai hipogonadismeatau gagal testis sekunder.

    Jika tidak ada hiperprolaktinemia, terapi gonadotropin (HCBdan HMG) atau testosteron dapat memberikan harapan baik.

    PENUTUPTatacara penanganan infertilitas pria dapat didekati dengan

    2 cara : Pertama hanya berdasarkan hasil analisis semen rutin;kedua'berdasarkan etiologi kausatif. Meskipun demikian pena-nganan pasangan infertil tetap harus merupakan suatu kesatuanoleh karena bukti status fertilitas pria secara in vivo adalahdengan keberhasilan istri menjadi hamil, walaupun status ferti-litas in vitro pria secara analisis rutin berada di bawah batasnormal; ini oleh karena adanya perbaikan ovulasi di pihak isteri.

    Untuk itu dalam upaya mengetahui peran spermatozoa pads proses fertilitas telah dikembangkan berbagai tes in vitro yangdapat menunjukkan fungsi spermatozoa; di antaranya, HOS test,Zone free Hamster Sperm Penetration test (11) .

    KEPUSTAKAAN

    1. Progress No. 15, 1990.2. Arsyad KM. Diagnosis infertilitas 246 pasangan ingin anak, PIT PANDI

    VII, Palembang 20-21 Oktober 1989.3. Arif Adimoelja F.X. Terapi infertilitas dan motivasi KB Pria, PIT PANDI

    V]II, Padang, 3-4 Nopanber 1990.4. Lavy, F.S.P Boyers. Split Ejaculate. In : Decision making in infertility.

    Poolan D, Boyers L (eds.) Singapore : Monlygraphic PubL Pte, 1988; 140.5. Lee, R.L Male Infertility Evaluation in : Decision making in Infertility.

    Poolan D, Boyers L. (eds.) Singapore : Monlygraphic Publ Pte, 1988; 158.6. WHO-Laboratory Manual for the examination of human semen and semen

    cervical mucus interaction, Cambridge : Cambridge University Press,1987.

    7. Paulsen CA. Varicocele, Does this anatomical defect adversely effecttesticular function. Seminar on Andrology in Health Services Airlangga

    University September 9, 1989.8. Friberg J. Immunological Infertility in Men. Clinical and therapeutic

    Consideration, dalam : Treatment of male infertility, J. Bain, W.B. Schill,L Schuartztein, eds. Berlin : Springer Verlag,1982; 153-168.

    9. Pangkahila, W. Penanganan kemandulan pri g, Medika 1985; 6 (11) :776-780.

    10. Nieschlag E. Androgen Therapy in Hypogononadism and Infertility. Dalam:Treatment of Male Infertility eds. J. Bain, WB. Sdr ll Swartz Stein, Berlin:Springer Verlag, 1982; 103-115.

    11. WIIO Manual Advance Sperm Function Workshop, University ofHongkong, December 1988.

    12. Isidori A. The Gonadotropins inAndrology Serono 1989; 1.