T M Farmako I - 021211133047 - Alwia Qarisa - Ketentuan Penggunaan Anestesi Loka Pada Pasien...
-
Upload
alsa-qarisa -
Category
Documents
-
view
20 -
download
0
Transcript of T M Farmako I - 021211133047 - Alwia Qarisa - Ketentuan Penggunaan Anestesi Loka Pada Pasien...
i""
Tugas Mandiri Farmakologi I
Ketentuan Penggunaan Anastesi Lokal pada Pasien Perawatan Gigi Anak
!!
Oleh :
Alwia Qarisa
021211133047
FARMAKOLOGI I - DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNAIR
Semester Genap 2014
ii""
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat
dan karunia dan terselesaikan Tugas Mandiri Farmakologi I yang berjudul “Ketentuan
Penggunaan Anastesi Lokal pada Pasien Perawatan Gigi Anak”. Terima Kasih kepada Dr. Ira
Arundina, drg.,M.Si. atas bimbingannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis
menyadari akan kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga masih dibutuhkan
bimbingan dalam pembenaran-pembenaran makalah.
Surabaya, 12 Juni 2014
Penulis
iii""
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................ i
Kata pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................................ iii
DaftarTabel .................................................................................................................... iv
Abstract ............................................................................................................................... 1
Abstrak ............................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 3
1.1. Latar
belakang ........................................................................................................ 3
1.2. Tujuan
penulisan ..................................................................................................... 3
1.3. Manfa
at penulisan .................................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
2.1 Anestesi Lokal
....................................................................................................... 4
2.1.1 Teknik Anestesi Lokal ................................................................................ 4
2.2.1.1
Anestesi Topikal ................................................................................... 4
2.2.1.2
Anestesi Infiltrasi .................................................................................. 5
2.2.1.3
Anestesi Blok ........................................................................................ 5
2.1.2 Komplikasi .................................................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 7
3.1 Hal-
hal yang Perlu Diperhatikan pada Anestesi Lokal untuk Anak ...................... 7
3.1.1 Alat ................................................................................................................. 7
iv""
3.1.2 Bahan............................................................................................................... 8
3.1.3 Persiapan Sebelum Anestesi Lokal untuk Pencabutan Pada Pasien Anak...... 9
BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan
............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12
DAFTAR TABEL
Tabel 3-1. Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan ................................ 6
1""
ABSTRACT
Guideline on Use of Local Anesthesia for Pediatric Dental Patients
Local anesthesia is the temporary loss of sensation including pain in one part of the body produced by
atopically-applied or injected agent without depressing the level of consciousness. Prevention of pain during
pediatric dental procedures can nurture the relationship of the patient and dentist, building trust, allaying fear
and anxiety, and promoting a positive dental attitude. The technique of local anesthetic administration is an
important consideration in the behavior guidance of a pediatric patient.
Keywords: Local anesthetics, Pediatric Dentistry, Techniques, Usage Guidelines
2""
ABSTRAK
Ketentuan Penggunaan Anastesi Lokal pada Pasien Perawatan Gigi Anak
Anestesi lokal adalah hilangnya sensitivitas rasa nyeri sementara pada salah satu bagian tubuh, yang
diaplikasikan secara topikal maupun dengan cara injeksi, tanpa menekan tingkat kesadaran pasien.
Pencegahan rasa sakit saat melakkan prosedur kedokteran gigi anal-anak dapat memeilihara hubungan yang
baik antara pasien dan dokter, membangun kepercayaan, mengurangi rasa takut dan cemas, dan
mempromosikan respon positif terhadap perawatan gigi. Teknik anestesi lokal merupakan pertimbangan
penting di dalam petunjuk perilaku terhadap pasien anak-anak.
Kata kunci : Anestesi Lokal, Kedokteran Gigi Anak, Teknik, Ketentuan Penggunaan
3""
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam mengatur tingkah laku anak dalam perawatan
gigi adalah dengan mengontrol rasa sakit. Pengalaman yang tidak menyenangkan
membuat anak dimasa datang phobia terhadap perawatan gigi.
Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang sangat penting dalam
perawatan pasien anak. Tekniknya tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Namun,
pada anak ada hal yang perlu diperhatikan yaitu variasi anatomi tulang yang jauh
berbeda dengan orang dewasa, teknik injeksi, dan obat yang digunakan juga harus
disesuaikan dengan berat badan. Berat badan anak harus dipertimbangkan untuk
memperkecil kemungkinan terjadi reaksi toksis dan lamanya waktu kerja anastetikum
juga harus diperhatikan, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah.
Umunmya pada kedokteran gigi hanya diberikan anestesi lokal saja yaitu topikal,
infiltrasi, blok, dan intraligamen. Namun, komplikasi yang terjadi pada pemberian
anestesi tetap ada, baik secara lokal maupun sistemik. Hal ini disebabkan oleh teknik
pemberian yang salah atau kurang hati-hati, anestetik lokal dan kesalahan pasien. Maka
itu, operator harus trampil menguasai teknik penyuntikan yang tepat dan menangani
masalah-masalah yang terjadi selama dan setelah pemberian anestesi, sehingga dapat
mengurangi rasa sakit pada anak. Selain itu, keadaan anak selama dalam pengaruh
anestesi harus tetap selalu diperhatikan dan diawasi.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mampu memahami definisi, indikasi, kontra indikasi anastesi lokal pada anak
2. Mampu memahami jenis teknik anastesi lokal pada anak, alat dan bahan, serta batas
penggunaannya
3. Mampu memahami komplikasi anastesi lokal pada anak
1.3 Manfaat
1. Memahami definisi, indikasi dan kontra indikasi anastesi lokal pada anak
2. Memahami jenis teknik anastesi lokal pada anak, alat dan bahan, serta batas
penggunaannya
3. Memahami komplikasi anastesi lokal pada anak
4""
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi Lokal
Anastesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit untuk sementara pada
satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan tanpa
menghilangkan kesadaran. Anestesi lokal bekerja dengan cara memblok konduksi
sepanjang serabut saraf secara reversibel. Anestesi lokal umumnya digunakan
dalam prosedur minor pada tempat bedah sehari. (Neal, 2006).
Anestesi lokal secara umum diindikasikan pada pencabutan dan preparasi
kavitas gigi. Beberapa tipe anestesi lokal antara lain anestesi topical digunakan
untuk mengurangi rasa sakit sewaktu penetrasi jarum pada mukosa mulut, insisi
abses, pasien yang sangat sensitif saat mencetak rahang, dan mengurangi nyeri
pascaoperatif. Anestesi infiltrasi digunakan untuk gigi susu rahang atas/bawah, gigi
permanen rahang atas dan gigi anterior rahang bawah. Anestesi blok digunakan
untuk gigi posterior rahang atas/bawah, perawatan yang melibatkan lebih dari satu
gigi dan perawatan endodontik. Anestesi intraligamen digunakan untuk prosedur
perawatan multikuadran, prosedur perawatan gigi tunggal, perawatan endodontik
dan periodontal. (Malamed, 2004)
Kontraindikasi utama dari anestesi lokal adalah bila disuntikkan ke daerah
yang mengalami infeksi karena masa kerjanya akan hilang atau terlambat.
Kontraindikasi lainnya yaitu penderita penyakit hemophilia, penyakit Christmas
atau von Willebrand, penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti kardiovaskular
dan diabetes, pasien yang alergi atau hipersensitivitas terhadap bahan anestesi
lokal, serta jangan mengusahakan penyuntikan pada anak yang lelah, gelisah dan
tidak kooperatif (Jeske et al., 2002).
2.1.1 Teknik Anestesi Lokal
2.1.1.1 Anestesi Topikal
Anestesi topikal dapat meminimalisir ketidak nyamanan pada proses anastesi
karena anastesi lokal diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah
kulit maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk memblok ujung-
ujung saraf superficial. Semua agen anestesi topical sama efektifnya sewaktu
5""
digunakan pada mukosa dan menganestesi dengan kedalaman 2-3 mm dari
permukaan jaringan jika digunakan dengan tepat. (Jeske et al., 2002)
Yang perlu diperhatikan (Malamed, 2004):
1. Anestesi topikal dapat digunakan sebelum injeksi anestesi lokal untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat penetrasi jarum
2. Sifat farmakologi dari agen topikal
3. Sebuah meteran semprotan sangat dianjurkan jika menggunakan aerosol
semprot untuk pengaplikasian anastesi lokal
4. Penyerapan sistemik obat anestesi topikal dalam harus dipertimbangkan
ketika menghitung jumlah total anestesi yang diberikan
2.1.1.2 Anestesi Infiltrasi
Anestesi infiltrasi digunakan untuk menunjukkan tempat dalam jaringan
dimana larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf yang
berhubungan dengan periosteum bukal dan labial. Pada anak, bidang alveolar
labio-bukal yan tipis umumnya banyak terdapat saluran vaskular dari pembuluh
darah, maka teknik infiltrasi dapat digunakan dengan efektif untuk mendapat efek
anestesi pada gigi-gigi susu atas dan bawah. Infiltrasi 0,5-1,0 ml larutan anestesi
lokal cukup untuk menganestesi pulpa dari kebanyakan gigi anak. (Noerdin, 2000)
Penyuntikan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kesalahan insersi
jarum yang terlalu dalam ke jaringan.
2.1.1.3 Anestesi Blok
Pencabutan molar tetap pada anak sama seperti orang dewasa nervus
alveolaris inferior harus diblok (Neal, 2006). Foramen mandibula pada anak terletak
setingkat di bawah dataran oklusal gigi sulung, oleh karena itu injeksi dibuat lebih
rendah dan lebih posterior daripada pasien dewasa. Kedalaman insersi (masuknya
jarum) bervariasi ( ± 15 mm sesuai ukuran mandibula) perubahan proporsi yang
tergantung usia pasien (Malamed, 2004).
2.1.2 Komplikasi
Komplikasi akibat anastesi lokal antara lain:
1. Overdosis
6""
Keracunan obat anestetikum lokal pada anak jarang terjadi tetapi bila terjadi
dapat menimbulkan kejadian yang tragis. Akibat overdosis sistemik atau
pemberian bersamaan dengan sedative-narkotik dapat terjadi kematian. (Haas,
2004)
2. Pasca-Operasi Cedera Jaringan Lunak
Merupakan reaksi psikis seperti pusing, mual, pucat, dingin, lemas, denyut
nadi cepat, pupil membesar atau mengecil serta tekanan darah turun. Sebaiknya
tindakan selanjutnya ditunda, pasien ditidurkan dengan posisi kepala dan kaki
terangkat 10 derajat, pada posisi demikian sirkulasi darah dari otak dan vena
kembali ke jantung. Kompres dingin diberikan di kepala untuk memberikan rasa
nyaman ada pasien. Sinkop dapat juga disebabkan rasa takut sebelum anestesi.
Keadaan ini dapat dihindari dengan mengajak bicara, atau mengalihkan
perhatian. Bila terjadi pada tahap permulaan dapat dilakukan dengan menarik
nafas panjang dan dalam melalui hidung dengan teratur serta cukup lama.
Tindakan anestesi dapat dilanjutkan bila pasien sudah tenang. (Haas, 2004)
3. Reaksi alergi terhadap obat anestetikum
Reaksi dapat terjadi seketika atau beberapa saat kemudian, ringan, atau akut.
Reaksi alergi akibat prosedur penyuntikan sangat bervariasi, mulai dari ringan
sampai brochoconstriction. Perawatan yang diberikan adalah penyuntikan 0,1-
0,5 ml epinefrin 1:1000 di bawah lidah. (Mertes et al., 2002)
4. Parastesis
Merupakan keadaan dimana bertahannya efek anestesi pada jangka waktu
yang lama setelah penyuntikan anestesi lokal. Pasien mengeluhkan mati rasa
setelah penyuntikan anestesi lokal beberapa jam lamanya. Gejala parestesis
berangsur-angsur reda dan penyembuhan biasanya sempurna, apabila menetap
maka tentukan derajat dan luas parestesis. Hal ini dilakukan dengan tusukkan
jarum dan sentuhan gulungan kapas pada kulit, namun mata pasien harus dalam
keadaan tertutup. Daerah yang terkena dicatat dan pasien diminta datang kembali
secara berkala sehingga kecepatan dan derajat pemulihan sensasi dapat ditentukan.
Berikan obat-obatan dan lakukan termoterapi pada pasien. Bila pemulihan tidak
terjadi, rujuk ke dokter spesialis bedah mulut atau saraf. (Nickel, 2009)
7""
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan pada Penggunaan Anestesi Lokal untuk Anak
Prinsip pencabutan gigi sulung tidak berbeda dengan gigi permanen, tidak
memerlukan tenaga besar, tetapi harus diingat bahwa di bawah gigi sulung terdapat
benih gigi permanen yang mahkotanya sangat dekat dengan akar gigi sulung terutama
gigi molar dua sulung atau penggantinya yaitu premolar dua terjepit diantara akar gigi
sulung molar dua tersebut (Kravitz, 2007). Sehingga waktu pencabutan gigi molar dua
sulung, premolar dua dapat terganggu atau ikut terangkat. Pada akar gigi yang
resorbsinya tidak sempurna terutama molar dua sulung pencabutannya harus hati-hati.
Rongga mulut anak lebih kecil dari rongga mulut orang dewasa sehingga dapat
menyebabkan sedikit kesukaran dalam melakukan tindakan pencabutan ataupun
tindakan operasi. Pada anak pertumbuhan dan perkembangan tulang rahang masih
berjalan terus. Struktur tulang pada anak-anak mengandung bahan organik yang lebih
tinggi daripada orang dewasa sehingga tidak mudah fraktur.
3.1.1 Alat
Peralatan yang diperlukan untuk anastesi lokal harus dapat digunakan dengan
mudah dan dalam keadaan steril. Peralatan yang dibutukan untuk penggunaan anestesi
lokal terdiri dari syringe, jarum, dan catridge. Selain ketiga peralatan tersebut, alat
yang harus ada selama pelaksanaan anestesi lokal adalah sonde lurus, hemostat, dan
cotton bud. (Malamed, 2004)
Syringe adalah alat yang paling sering digunakan pada praktek kedokteran gigi
dewasa ini. Syringe yang digunakan untuk anastesi lokal harus dapat diaspirasi dan
disesuaikan dengan standar American Dental Association (ADA).
Jarum hipodermik yang digunakan pada kedokteran gigi tersedia dalam tiga
ukuran yaitu panjang (32 mm), pendek (20 mm) dan sangat pendek (10 mm).
Kedalaman insersi jarum tidak hanya bervariasi berdasarkan teknik injeksi, melainkan
juga berdasarkan umur dan besar pasien. Rata-rata besar jarum bervariasi mulai dari
ukuran 23 sampai 30. Jarum halus (30 gauge) digunakan untuk infiltrasi dan jarum
yang tebal (27 gauge) untuk semua injeksi lain. Kerusakan jarum memang jarang
tetapi mungkin terjadi (Malamed 2004). Dalam kedokteran gigi anak, biasanya hal ini
terjadi karena membengkokkannya sebelum insersipada jaringan lunak. Jarum tidak
8""
boleh bengkok jika untuk dimasukkan ke jaringan lunak dengan kedalaman > 5 mm
untuk menghindari patah/rusaknya jarum suntik. Penyebab umum lainnya adalah
geraknya pasien anak-anak ketika jarum sudah diinsersikan. (Jeske et al., 2002)
3.1.2 Bahan
Perkembangan obat-obat terus dilakukan secara konstan, namun agen anestesi
ideal dewasa ini masih belum dapat ditemukan. Walaupun demikian, persyaratan agen
ideal perlu diketahui untuk memeriksa sifat obat-obatan yang digunakan dalam bidang
kedokteran gigi anak antara lain tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf
secara permanen, batas keamaanan harus luas sebab anastetik lokal akan diserap dari
tempat suntikan, aksi reversibel obat yang digunakan untuk mendapat anestesi lokal
harus sudah hilang seluruhnya dalam rentan waktu tertentu, awal kerja harus cukup
lama, stabil dalam larutan, dan dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan
(Malamed, 2004). Selain itu, hal yang penting bagi seorang dokter gigi ketika akan
menganastesi pasien anak adalah dosis. Dosis yang diperkenankan adalah berdasarkan
berat badan anak.
Menurut American Dental Association Council (ADA), sejumlah anastetikum
yang ada dapat bekerja 10 menit – 6 jam, dikenal dengan bahan Long Acting. Namun
anastesi lokal dengan masa kerja panjang (seperti bupivakain) tidak
direkomendasikan untuk pasien anak terutama dengan gangguan mental. Hal ini
berkaitan dengan masa kerja yang panjang karena dapat menambah resiko injuri pada
jaringan lunak.
Bahan yang sering digunakan sebagai anastetikum adalah lidocaine dan
epinephrine (adrenaline). Lidocaine 2 % dan epinephrine 1 : 80.000 merupakan
pilihan utama (kecuali bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif
dibandingkan dengan adrenalin. Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio
injeksi. (Stern, 2002)
Bahan anastesi topikal yang dipakai dapat dibagi sebagai berikut (Malamed,
2004):
1. Menurut bentuknya : Cairan, salep, gel
2. Menurut penggunaannya : Spray, dioleskan, ditempelkan
3. Menurut bahan obatnya : Chlor Etil, Xylestesin Ointment, Xylocain Oitment,
Xylocain Spray
9""
4. Anastesi topikal benzokain (masa kerja cepat) dibuat dengan konsentrasi > 20
%, lidokain tersedia dalam bentuk cairan atau salep > 5 % dan dalam bentuk
spray dengan konsentrasi > 10 %.
Tabel-3.1 Dosis anastesi lokal maksimum yang direkomendasikan (Malamed, 2004):
3.1.3 Persiapan Sebelum Anestesi Lokal untuk Pencabutan Pada Pasien Anak
1. Sebagian negara mempunyai hukum yang mengharuskan izin tertulis dari
orang tua (Informed Concent) sebelum melakukan anastesi pada pasien anak.
(Noerdin 2000)
2. Kunjungan untuk pencabutan sebaiknya dilakukan pagi hari (saat anak masih
aktif) dan dijadwalkan, sehingga anak tidak menunggu terlalu lama karena
anak cenderung menjadi lelah menyebabkan anak tidak koperatif. Anak
bertoleransi lebih baik terhadap anastesi lokal setelah diberi makan ± 2 jam
sebelum pencabutan.
3. Penjelasan lokal anastesi tergantung usia pasien anak, teknik penanganan
tingkah laku anak yang dapat dilakukan, misalnya menggunakan model.
4. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja.
Letakkan pada tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan
10""
digunakan. Jangan mengisi jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan
rasa takut dan cemas.
5. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk
dengan jarum (disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak dibohongi
6. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara
sebagai berikut (Noerdin, 2000):
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih
dahulu. Misalnya dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan
jarum. Deponir anastetikum perlahan, deponir yang cepat cenderung
menambah rasa sakit. Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan
dianastesi, operator dapat menyuntikkan anastesi awal, kemudian
merubah arah jarum menjadi posisi yang lebih horizontal, bertahap
memajukan jarum dan mendeponir anastetikum.
d. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat
membantu pengurangan rasa sakit.
e. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada
palatal). Gunanya untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang
maksimum dan mengurangi rasa sakit ketika jarum ditusukan.
7. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh
darah, juga mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
8. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan ± 5 menit dan dijelaskan
sebelumnya kepada anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti
mati rasa, bengkak, kebas, kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak
takut, tidak kaget, tidak bingung atau merasa aneh. Pencabutan sebaiknya
dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi tidak terjadi, anastesi
kemungkinan gagal sehingga harus diulang kembali.
9. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya
xylocaine 2 % dan epinephrine 1 : 100.000 (Yagiela, 2005)
11""
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anestesi lokal pada anak pada dasarnya tidak berbeda dengan anestesi lokal
yang dilakukan pada orang dewasa. Pada dasarnya dapat dilakukan anestesi secara
topical, infiltrasi, serta blok. Pada umumnya, anak-anak lebih menyukai penggunaan
anestesi topical daripada penggunaan jarum suntik, karena anak-anak cenderung takut
saat melihat jarum suntik yang digunakan oleh dokter. Dalam hal ini kita harus
melakukan teknik-teknik khusus dalam upaya anestesi agar supaya anak-anak dapat
merasa lebih nyaman dan tidak merasa takut saat kita melakukan anestesi.
Dalam melakukan anestesi kita sebagai dokter gigi harus bisa melakukan
tindakan tersebut, usahakan pasien tersebut tidak sampai melihat instrumen-instrumen
yang kita pakai, terutama instrumen tajam seperti suntik. Kita bisa melakukannya
dengan tidak menaruh peralatan di tempat yang bisa dilihat pasien, serta dalam
tindakan kita harus bisa melakukannya dengan cepat dan tidak ragu-ragu agar supaya
perawatan lebih cepat selesai dan pasien tidak merasa takut.
Semua teknik anestesi bisa kita lakukan pada anak-anak tergantung kasusnya,
namun kita sebagai dokter gigi harus kompeten dan bisa melakukan tindakan-tindakan
tersebut dengan baik dengan cara tertentu agar pasien merasa lebih nyaman dalam
menerima perawatan.
12""
DAFTAR PUSTAKA
American Dental Association Council on Dental Materials, Instruments, and Equipment.
Addendum to American National Standards Institute/American Dental Association
specification no. 34 for dental aspirating syringes. J Am Dent Assoc 2006;104(1):69-
70.
Haas DA. Local complications. In: Malamed SF, ed.Handbook of Local Anesthesia. 5th ed.
St Louis, Mo:Mosby; 2004:288-9.
Jeske AH, Blanton PL. Misconceptions involving dental local anesthesia. Part 2:
Pharmacology. Tex Dent J 2002; 119(4):310-4.
Kravitz ND. The use of compound topical anesthetics: A review. J Am Dent Assoc
2007;138(10)1333-9.
Malamed SF. Basic injection technique in local anesthesia. In: Handbook of Local
Anesthesia. 5th ed. St. Louis, Mo: Mosby; 2004:159-69.
Malamed SF. Clinical action of specific agents. In: Hand-book of Local Anesthesia. 5th ed.
St Louis, Mo: Mosby; 2004:55-81.
Malamed SF. Local complications. In: Handbook of Local Anesthesia. 5th ed. St. Louis, Mo:
Mosby; 2004:285-7.!23.
Malamed SF. The needle. In: Handbook of Local Anesthesia. 5th ed. St. Louis, Mo: Mosby;
2004:99-107.
Mertes PM, Laxenaire MC. Allergic reactions occurring during anaesthesia. Eur J
Anaesthesiol. 2002;19:240–62.
Neal MJ. At a Glance farmakologi medis, terj. ed 5. Alih bahasa Juwalita S. Jakarta :
Erlangga; 2006: 16-17.
Nickel AA. A retrospective study of reports of paresthesia following local anesthetic
administration. Anesth Prog 2009;37(1):42-5.
Noerdin, Sjaril. Penatalaksanaan Pemberian Anestesi Lokal pada Gigi Anak. Jurnal
Kedokteran gigi Universitas Indonesia. 2000
Stern, Arnold. Pharmacology: PreTest self-assessment and review. New York: McGraw-Hill,
Medical Pub. Division. 2002. ISBN 0-07-136704-7.