SYA'IDAH-FITK.pdf

55
EFEKTIVITAS KEGIATAN KEPUTRIAN PADA EKSTRAKURIKULER ROHIS TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMA NEGERI 29 JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: SYA’IDAH NIM: 106011000192 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M

Transcript of SYA'IDAH-FITK.pdf

  • EFEKTIVITAS KEGIATAN KEPUTRIAN PADA

    EKSTRAKURIKULER ROHIS TERHADAP PEMBENTUKAN

    AKHLAK SISWA DI SMA NEGERI 29 JAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh:

    SYAIDAH

    NIM: 106011000192

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1431 H/ 2010 M

  • ABSTRAKSI

    SYAIDAH, NIM: 106011000192, Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa di SMA Negeri 29 Jakarta, Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, di bawah bimbingan Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A.

    Kerohanian Islam (Rohis) merupakan sebuah lembaga organisasi di bawah

    naungan OSIS yang bergerak di bidang keagamaan. Organisasi ini bertujuan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa dan sebagai wadah bagi siswa untuk menambah wawasan tentang ajaran-ajaran agama serta sebagai sarana untuk menginternalisasikan dan mengaktualisasikan nilai-nilai keagamaan dalam setiap aspek kehidupan.

    Rohis memiliki beberapa program kegiatan keagamaan dan salah satu dari kegiatan tersebut yaitu keputrian. Keputrian merupakan kegiatan yang dikhususkan bagi pelajar putri sebagai wadah untuk menambah wawasan keilmuan tentang perempuan. Pada kegiatan ini ditanamkan tugas dan peran yang harus dimiliki oleh pelajar putri, baik dari segi pergaulan, cara bertatakrama, cara menjaga kesehatan, serta keterampilan lainnya.

    Kegiatan keputrian diharapkan dapat menjadi sarana bagi terbentuknya akhlak terpuji. Proses pembentukan akhlak ini tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pertemuan saja, melainkan harus dilakukan melalui proses yang cukup panjang. Maka demi terciptanya akhlak tersebut Keputrian dapat menjadi sarana yang sangat efektif bagi proses pembentukan akhlak terutama di sekolah umum yang mendapat pelajaran agama sangat minim. Proses pembentukan akhlak yang benar dapat menjadikan siswa memiliki akhlak terpuji baik terhadap Allah, diri sendiri, maupun terhadap sesama.

    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta.

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang didukung melalui teknik-teknik pengumpulan data berupa angket, observasi, dan wawancara dengan Kepala Sekolah, Pembina Rohis, Pembina Keputrian serta Ketua Keputrian di SMA N 29 Jakarta. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi yaitu seluruh pelajar puteri kelas X dan XI sebanyak 232 siswa. Dari populasi tersebut penulis mengambil sampel sebanyak 25% atau 58 siswa.

    Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diketahui secara rinci bahwa kegiatan Keputrian sebagai sarana untuk menginternalisasi dan mengkatualisasikan nilai-nilai ajaran agama telah berperan cukup efektif. Keefektifan tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian indikator-indikator dua variabel yang terkait yaitu variabel X dan variabel Y yang dicapai hasil akhir atau total nilai keseluruhan sebesar 71,74% yang berada pada kategori efektif.

    i

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., atas limpahan rahmat

    dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

    Efektivitas Kegiatan Keputrian Pada Ekstrakurikuler Rohis Terhadap

    Pembentukan Akhlak Siswa Di SMA Negeri 29 Jakarta. Shalawat beserta salam

    semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Revolusioner Islam Nabi Muhammad

    saw., kepada Keluarga, Sahabat dan umatnya yang selalu setia mengikuti setiap

    sunnah Rasulullah. Semoga kita menjadi salah satu umat yang mendapat syafaat

    darinya.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat hambatan

    dan rintangan yang dihadapi. Namun karena bantuan dan motivasi serta

    bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini.

    Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak

    terhingga kepada:

    1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Dr. Hj. Siti Salmiah, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

    meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam

    penyusunan skripsi ini.

    4. H. Abdul Ghofur, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

    banyak memberikan arahan dan masukannya kepada penulis.

    5. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    ii

  • 6. Seluruh dosen serta karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

    khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmunya

    selama proses perkuliahan.

    7. Kepala sekolah SMA N 29 Jakarta, Dra. Hernita HB. Murap; Pembina Rohis,

    Dra. Latifah Mahmudy; Pembina Keputrian, Wijiatun S.Pd.; serta Ketua

    Keputrian, Fitria Hairani A. yang telah memberikan kesempatan kepada

    penulis untuk melakukan penelitian di SMA N 29 Jakarta serta memberikan

    informasi dan masukan kepada penulis selama proses penelitian.

    Skripsi ini juga penulis persembahkan kepada orang-orang yang telah

    dengan setia mendampingi dan menemani penulis selama proses perkuliahan

    khususnya dalam penyusunan skripsi. Serta dengan ketulusan hati meluangkan

    waktu dan pikirannya untuk memberikan masukan terhadap skripsi ini.

    Oleh karenanya dengan segala ketulusan hati penulis pun mengucapkan

    terima kasih yang tidak terhingga kepada:

    1. Ibunda dan ayahanda tercinta dan terkasih Hj. Yayah Suryati dan H. A.

    Gojali, tiada kata yang mampu aku ucapkan atas ketulusan dan kesabaran

    bunda dan ayahanda dalam menemani setiap langkahku, hanya doa tulus yang

    dapat aku berikan. Semoga ketulusan ibunda dan ayahanda akan berbuah

    manis di akhirat kelak dan semoga ridho Allah selalu mengiringi gerak

    langkah keluarga kita dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Amin.

    2. Kakak serta adik-adikku yang tercinta dan tersayang (Maria Ulfah, Abdul

    majid dan Ahmad Ridwan). Semangat dan dukungan kalian senantiasa

    menjadi spirit dan energi yang selalu merekah dalam setiap gerak langkahku.

    3. Izatun Milah the Best my friend, sahabat yang sangat kukagumi dan

    kusayangi. Rasa syukur yang terdalam aku panjatkan pada Allah karena telah

    mempertemukan kita. Semoga persahabatan ini abadi dunia dan akhirat.

    4. MiQiWa (Emi, Qiqi, dan Wati) sahabat sejati dalam menghadapi masa suka

    dan duka ketika kuliah. Kebersamaan kita selama kuliah takkan pernah aku

    lupakan, semoga masa-masa indah itu dapat kita rasakan kembali. Semangat

    selalu sahabat.

    iii

  • 5. KFajri yang selalu menguatkanku saat aku rapuh, KDedy pemotivator sejati

    dalam menjalani kehidupan ini dan KCici pemotivator untuk terus semangat

    dan berjuang dalam menyusun skripsi ini serta selalu memberikan masukan

    dan arahan kepada penulis.

    6. Maryam dan Aniah yang selalu memberikan motivasi dalam beribadah dan

    menjadikan hari-hariku penuh dengan keceriaan, masa-masa indah di kosan

    takkan pernah aku lupakan kalian adalah adik kelas sekaligus sahabat yang

    selalu mengingatkan di kala aku lalai...luv u cz Allah

    7. Nisa dan Rahmad bersama kalian aku menemukan arti persaudaraan yang

    sangat indah, kita adalah orang yang aneh, aku akan selalu ingat itu.

    8. Tri, Salaf dan Erika semangat dan perjuangan kita bersama akan menjadi bait

    kenangan yang indah di masa akhir studi ini. Semangat dan Sukses selalu

    sobat.

    9. Teman-teman IRMAFA khususnya (Beni, KZaki, Ira, Ana, Irna, Intan, Ab,

    dan Basyir) terima kasih atas segala hal yang telah kalian berikan, ilmu yg

    aku raih saat di IRMAFA semoga akan bermanfaat untuk kehidupan di masa

    yang akan datang. Maaf jika selama proses penyusunan skripsi aku jarang

    berkunjung ke IRMAFA.

    10. Teman-teman kosan di Kertamukti (Yeti, Pipit, Aan, Ifah, Lulu, Ade, dan

    Didi) terima kasih kalian telah berkenan menemani sebagian langkahku

    dengan canda dan tawa kalian.

    11. Teman-teman kosan di Kp. Utan (Ana, Wiwin, dan Yolan) maaf jika selama

    di kosan ada hal yang kurang berkenan di hati kalian baik karena sikap dan

    lisanku yang sempat berbuat khilaf. Dan terima kasih kalian berkenan

    menjadi tempat sharing dan curhatku, khususnya untuk Ana dan Sule terima

    kasih banyak atas jasa printnya dan maaf sering mengganggu tidur Ana.

    12. Teman-teman PAI kelas E angkatan 2006 (Dede, Yuni, Tya, Fatiah, Ning,

    Yhuly, Syifa, Sule, Ujang, Welly, Sarli, Ayub, Toto, dkk) kisah kita di kelas

    takkan pernah bisa aku lupakan, terima kasih kalian telah banyak membantu

    aku saat mengalami kesulitan dalam perkuliahan. Semoga kelak kita semua

    iv

  • akan menjadi orang-orang yang sukses baik di dunia maupun di akhirat.

    Amin.

    13. Teman-teman Sejarah (TDevi, Indah, Adit, Mui, Mariah, Ikenk, Nervi, Lulu,

    Erika, Sidroh, Jojo, Edi, Ida, Lesti, Hikma, Andika, dkk) thanks a lot, meski

    hanya sesaat kebersamaan kita tetapi selama di kelas aku benar-benar

    merasakan arti kekeluargaan dan persaudaraan. Semoga hubungan kita tidak

    akan pernah terputus. Untuk TDevi dan Indah kalian adalah sahabat sejati

    yang selalu memotivasi aku serta sebagai tempat bertanya dan sharing

    seputar permasalahan agama. Semoga kita akan selalu dapat berbagi ilmu

    ya...!

    14. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, namun atas

    jasa mereka pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

    Penulis sangat sadar akan segala bantuan dan motivasi yang telah diberikan

    oleh semua pihak. Semoga segala amal kebaikan akan diberi balasan yang

    setimpal oleh Allah swt. baik di dunia maupun di akhirat.

    Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

    semua pihak sehingga akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi

    dimasa yang akan datang. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa

    bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amin...

    Jakarta, Agustus 2010

    Penulis

    Syaidah

    v

  • DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    LEMBAR PERSEMBAHAN

    ABSTRAKSI ................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

    DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 8

    C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8

    D. Perumusan Masalah........................................................................... 9

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 9

    2. Manfaat Penelitian ....................................................................... 9

    BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

    A. Pengertian Efektivitas ...................................................................... 10

    B. Kegiatan Rohis (Rohani Islam)

    1. Pengertian Rohani Islam .............................................................. 11

    2. Fungsi Rohis ................................................................................ 13

    3. Tujuan Rohis ............................................................................... 13

    4. Jenis-jenis Kegiatan Rohis ........................................................... 14

    C. Keputrian Rohis

    1. Pengertian Keputrian .................................................................... 15

    2. Fungsi Keputrian .......................................................................... 16

    3. Tujuan Kegiatan Keputrian .......................................................... 16

    4. Kegiatan Keputrian Rohis ........................................................... 17

    vi

  • D. Akhlak Siswa

    1. Pengertian Akhlak ........................................................................ 18

    2. Sumber Akhlak ............................................................................ 19

    3. Prinsip-prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak .................... 19

    4. Macam-macam Akhlak ............................................................... 20

    5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak ............................................ 23

    6. Metode Pembinaan Akhlak .......................................................... 25

    7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang

    Dihadapinya ......................................................................... 28

    E. Kerangka Berpikir ............................................................................. 30

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 32

    B. Variabel Penelitian ............................................................................ 32

    C. Metode Penelitian .............................................................................. 33

    D. Populasi dan Sampel ......................................................................... 33

    E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 34

    F. Teknik Analisa Data .......................................................................... 36

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Sekolah

    1. Keadaan Sekolah ......................................................................... 39

    2. Visi dan Misi SMA N 29 Jakarta ................................................ 40

    3. Data Guru, Pegawai, dan Siswa ................................................... 40

    4. Sarana dan Prasarana ................................................................... 41

    5. Kegiatan Kesiswaan dan Ekstrakurikuler .................................... 42

    B. Keputrian Rohis

    1. Sejarah Keputrian SMA N 29 Jakarta .......................................... 44

    2. Visi dan Misi Keputrian SMA N 29 Jakarta ................................ 45

    3. Kegiatan Keputrian SMA N 29 Jakarta Periode 2009/2010 ........ 45

    4. Pelaksanaan Kegiatan .................................................................. 47

    5. Struktur Kepengurusan Keputrian ............................................... 48

    6. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Kegiatan Keputrian .......... 49

    vii

  • C. Deskripsi Data .................................................................................. 49

    D. Analisis Data ..................................................................................... 50

    E. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................ 66

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ...................................................................................... 70

    B. Saran-saran ....................................................................................... 71

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    BIODATA PENULIS

    viii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Angket ................................................................. 35

    Tabel 2 Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ................................................... 40

    Tabel 3 Data Pegawai Tahun Ajaran 2009/2010 .............................................. 41

    Tabel 4 Data siswa SMA N 29 Jakarta Tahun Ajaran 2009-2010 ................... 41

    Tabel 5 Sarana dan Prasarana SMA N 29 Jakarta ............................................ 42

    Tabel 6 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester 1 ............................................... 45

    Tabel 7 Jadwal Kegiatan Keputrian Semester II .............................................. 46

    Tabel 8 Struktur Kepengurusan Keputrian-Rohis Periode 2009/2010 ............. 48

    Tabel 9 Pendapat siswa tentang kegiatan Keputrian ...................................... 50

    Tabel 10 Alasan siswa mengikuti kegiatan Keputrian ..................................... 51

    Tabel 11 Pengalaman siswa mengikuti kegiatan Keputrian ............................. 52

    Tabel 12 Keaktifan Keputrian dalam melaksanakan kajian keagamaan .......... 52

    Tabel 13 Kegiatan Keputrian wajib diikuti seluruh siswa ................................ 53

    Tabel 14 Pemberian sanksi bagi yang tidak mengikuti kegiatan Keputrian ..... 53

    Tabel 15 Tema kajian Keputrian up to date dan mudah dipahami ................... 54

    Tabel 16 Materi yang disampaikan relevan dengan masalah siswa ................. 54

    Tabel 17 Materi yang disampaikan tentang perempuan ................................... 55

    Tabel 18 Menambah wawasan tentang kewajiban muslimah .......................... 55

    Tabel 19 Kegiatan Keputrian memotivasi siswa lebih dekat dengan Allah ..... 56

    Tabel 20 Kegiatan Keputrian mempengaruhi akhlak dalam bergaul dengan

    lawan jenis .......................................................................................... 56

    Tabel 21 Kegiatan Keputrian mempengaruhi akhlak siswa sesuai dengan

    tuntunan agama .................................................................................. 57

    Tabel 22 Memotivasi siswa untuk shalat fardhu tepat waktu ........................... 57

    Tabel 23 Perasaan bersalah ketika meninggalkan shalat .................................. 58

    Tabel 24 Meningkatkan pelaksanaan ibadah puasa sunnah senin-kamis .......... 58

    Tabel 25 Menggunakan pakaian ketat dan transparan membuat siswa

    nyaman ............................................................................................... 59

    ix

  • x

    Tabel 26 Mengikuti kegiatan Keputrian dengan berjilbab membuat siswa tidak

    nyaman ................................................................................................ 59

    Tabel 27 Siswa menggunakan jilbab pada saat keluar rumah .......................... 60

    Tabel 28 Menambah pengetahuan siswa tentang mandi wajib setelah haid ..... 60

    Tabel 29 Kegiatan Keputrian memotivasi siswa untuk patuh

    kepada orang tua dan guru ................................................................. 61

    Tabel 30 Sikap siswa terhadap orang tua dan guru .......................................... 61

    Tabel 31 Siswa berbohong kepada orang tua dan guru .................................... 62

    Tabel 32 Menyampaikan materi tentang batas-batas pergaulan antar

    lawan jenis .......................................................................................... 62

    Tabel 33 Siswa putri cenderung bergaul dengan teman laki-laki daripada teman

    perempuan ........................................................................................... 63

    Tabel 34 Bersentuhan tangan ketika berbicara dan bercengkerama dengan lawan

    jenis ..................................................................................................... 63

    Tabel 35 Kegiatan Keputrian melarang siswa berkunjung ke diskotik ............ 64

    Tabel 36 Berkunjung ke diskotik dapat membuat siswa terhibur ..................... 64

    Tabel 37 Materi free sex pada kajian kegiatan Keputrian ................................ 65

    Tabel 38 Pendapat siswa tentang free sex ......................................................... 65

    Tabel 39 Nilai rata-rata skor penilaian berdasarkan indikator .......................... 66

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Arus globasisasi yang membawa pengaruh budaya barat mulai semakin

    marak di negeri ini. Budaya-budaya luar perlahan namun pasti mulai

    menggoyahkan budaya ke-Timuran yang dimiliki oleh bangsa ini. Hal-hal

    yang negatif seperti minum-minuman keras, penggunaan narkoba dan free

    sex sudah hampir menjadi sesuatu yang tidak lagi tabu di negeri ini bahkan

    ditambah lagi dengan dunia perfilman yang sudah semakin vulgar dengan

    mengumbar aurat dan mencontohkan pergaulan bebas tanpa batas.

    Filterisasipun semakin mengendur sehingga dengan mudah budaya-budaya

    tersebut masuk ke negeri ini.

    Akibat dari globalisasi ini membawa dekadensi moral yang berakibat

    pada prilaku-prilaku menyimpang sehingga akhlak masyarakat menjadi

    negatif. Nilai-nilai keislaman seperti kejujuran, kebenaran, keadilan, saling

    tolong menolong, menghargai dan kasih sayang mulai tergantikan oleh

    penipuan, penyelewengan, penindasan, saling menghujat, dan rasa dendam.

    Sehingga lambat laun masyarakat mulai mementingkan diri mereka masing-

    masing dan acuh terhadap kehidupan di sekitarnya.

    Secara umum, Indonesia dewasa ini sedang mengalami berbagai krisis.

    Selain sedang mengalami krisis ekonomi, tanah air kita pun sedang dilanda

    krisis moral, mental, dan spiritual. Sayangnya, kebanyakan obyek dan

    sekaligus penyebab krisis tadi adalah para perempuan, mulai kasus

  • 2

    pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan), tarian erotis, dan banyak

    hal lagi yang sasaran utama dan umpannya adalah perempuan.1 Zakiah

    Daradjat berpendapat dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama bahwa:

    Seorang wanita kelak akan menjadi seorang istri dan ibu bagi suami dan anak-anak mereka, sehingga mereka memiliki peranan yang sangat penting bagi pembinaan generasi muda. Kalau demikian halnya, maka seorang wanita harus dipersiapkan secara matang sebelum menjadi istri dan ibu. Karena hari depan anak-anak yang akan dilahirkannya nanti banyak tergantung kepadanya. Akan tetapi, dalam kenyataan hidup, sekolah atau kursus untuk persiapan menjadi istri dan ibu itu tidak ada, maka terjadilah apa yang terjadi sekarang yaitu wanita dianggap otomatis mampu menjadi istri dan ibu yang baik tanpa persiapan.2

    Kondisi ini sangat memprihatinkan apalagi jika kita melihat peran dari

    seorang perempuan yang kelak dari rahim mereka lah akan lahir penerus

    bangsa.

    Dalam kondisi ini, perempuan yang sadar memiliki tugas untuk

    menjelaskan kembali fungsi agama dalam menghantarkan manusia menuju

    kebahagiaan hakiki (sesuai agama masing-masing). Perempuan yang

    tercerahkan harus mengingatkan saudara-saudara mereka akan peran dan

    tugas yang dipikul perempuan, baik melalui pendekatan, media, pelatihan,

    dan cara lainnya. Tugas ini akan berhasil jika dilakukan oleh perempuan itu

    sendiri.3 Maka, melalui kesadaran inilah perempuan dapat saling bahu

    membahu untuk menginternalisasi nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan

    mereka sehari-hari sehingga akan terbentuk akhlak yang positif dan mereka

    mampu membedakan hal yang baik dan buruk.

    Akhlak seseorang merupakan barometer terhadap kebahagiaan,

    keamanan dan ketertiban dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan

    bahwa akhlak merupakan tiang berdirinya suatu umat, sebagaimana shalat

    merupakan tiang agama Islam. Dengan kata lain apabila rusak akhlak suatu

    1Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun Masyarakat Religius, dalam Syiar

    (Jakarta: Al-Huda, 2009), h. 35-36. 2Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), Cet. 16, h. 157. 3Euis Daryati, Peran Perempuan dalam Membangun, ..., h. 37.

  • 3

    umat maka rusaklah bangsanya. Sebagaimana yang dikutip oleh Abudin Nata:

    As-Syauki Bey mengatakan dalam syairnya:

    Selama umat itu akhlaknya baik ia akan tetap eksis, dan jika akhlaknya sirna,

    maka bangsa itu pun akan binasa.4

    Pembinaan dan pembentukan akhlak dapat melalui proses pendidikan

    dan pelatihan yang dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan.

    Sebagaimana dikatakan Aminudin: Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina dan Al-

    Ghazali, sepakat bahwa akhlak dapat dibentuk melalui pendidikan, pelatihan,

    pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh.5

    Dalam lingkup sekolah umum pembentukan akhlak dapat dilakukan

    melalui pengajaran pendidikan agama Islam. Namun sayangnya, alokasi

    waktu untuk mata pelajaran agama Islam di sekolah umum sangat minim

    yaitu setiap minggu hanya diberikan waktu selama dua jam pelajaran saja.

    Waktu yang diberikan tentu sangat terbatas jika dibandingkan dengan materi

    yang hendak disampaikan, belum lagi jika para pelajar ingin berdiskusi

    seputar permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini

    sangat mungkin terjadi karena pendidikan agama Islam merupakan pedoman

    yang akan mereka aktualisasikan dalam kehidupan nyata.

    Selain itu, menurut Towaf (1996) sebagaimana dikutip oleh Muhaimin

    menyatakan bahwa kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di

    sekolah, antara lain sebagai berikut.

    1. Pendekatan masih cenderung normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga peserta didik kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian.

    2. Kurikulum pendidikan agama Islam yang dirancang di sekolah sebenarnya lebih menawarkan minimum kompetensi atau minimum informasi, tetapi pihak guru pendidikan agama Islam seringkali terpaku padanya sehingga semangat untuk memperkaya kurikulum dengan pengalaman belajar yang bervariasi kurang tumbuh.

    4Abudin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Cet. 5, h. 176. 5Aminudin, dkk., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta:

    Ghalia Indonesia, 2002), h. 155.

  • 4

    3. Sebagai dampak yang menyertai situasi tersebut di atas maka guru pendidikan agama Islam kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa dipakai untuk pendidikan agama sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton.

    4. Keterbatasan sarana/prasarana, mengakibatkan pengelolaan cenderung seadanya. Pendidikan agama yang diklaim sebagai aspek yang penting, seringkali kuranng diberi prioritas dalam urusan fasilitas.6 Dengan demikian sekolah harus mengadakan suatu wadah atau kegiatan

    yang dapat membantu para pelajar untuk mengaplikasikan pengetahuan-

    pengetahuan agama yang telah didapatkan secara optimal. Dalam dunia

    proses pendidikan, dikenal adanya dua kegiatan yang cukup elementer, yaitu

    kegiatan kurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler.

    Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan pokok pendidikan dimana

    didalamnya terjadi proses belajar mengajar antara peserta didik dan guru

    untuk mendalami materi-materi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

    tujuan pendidikan dan kemampuan yang hendak diperoleh peserta didik.

    Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan

    dalam rangka mengembangkan aspek-aspek tertentu dari apa yang ditemukan

    pada kurikulum yang sedang dijalankan.7

    Kegiatan ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta

    didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak

    langsung dengan materi kurikulum.8 Menurut B. Suryosubroto kegiatan

    ekstrakurikuler mencakup semua kegiatan di sekolah yang tidak diatur dalam

    kurikulum.9 Sementara menurut Wahjosumidjo dalam bukunya

    Kepemimpinan Kepala Sekolah menyatakan bahwa:

    Kegiatan ekstrakurikuler, yaitu kegiatan-kegiatan siswa di luar jam pelajaran, yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah, dengan

    6Muhaimin, et. al., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan

    Agama Islam di Sekolah, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), Cet. 3, h. 89-90. 7Departemen Agama RI, Panduan Kegiatan Ekstra Kurikuler Pendidikan Agama Islam,

    (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 3-4.

    8(http://kurikulumsmk.freehosting.net/hp-buku3/page4.html), 23 Desember 2009, 10.30 WIB

    9B. Suryosubroto, Tatalaksana Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), Cet. 1, h. 58.

    http://kurikulumsmk.freehosting.net/hp-buku3/page4.html

  • 5

    tujuan untuk memperluas pengetahuan, memahami keterkaitan antara berbagai mata pelajaran, penyaluran bakat dan minat, serta dalam rangka usaha untuk meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan para siswa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, kesadaran berbangsa dan bernegara, berbudi pekerti luhur dan sebagainya.10

    Kegiatan ekstrakurikuler berada dibawah garis koordinasi OSIS

    (Organisasi Siswa Intra Sekolah) yaitu organisasi kesiswaan yang berada di

    bawah naungan sekolah yang bertujuan untuk melakukan pembinaan terhadap

    siswa melalui berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan yang

    dilakukan oleh ekstrakurikuler harus diketahui oleh OSIS agar dapat

    berkoordinasi dengan baik dan tidak bertentangan dengan visi dan misi

    sekolah.

    Pada dasarnya penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler dalam dunia

    persekolahan ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang

    tertentu. Karena itu, aktivitas ekstrakurikuler itu harus disesuaikan dengan

    hobi serta kondisi siswa sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat

    memperjelas identitas diri. Kegiatan itupun harus ditujukan untuk

    membangkitkan semangat, dinamika, dan optimisme siswa sehingga mereka

    mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah

    masyarakat.11 Bentuk-bentuk kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 29

    Jakarta yang dapat membantu mereka memperjelas identitas diri yaitu sebagai

    berikut; Kerohanian Islam (Rohis), Kerohanian Kristen (Rohkris), Paskibra,

    Palang Merah Remaja (PMR/UKS), Pramuka, Olah raga permainan (Bola

    Basket), Bela Diri (Karate dan Tae Kwon Do), Teater, Modern Dance, Tari

    Saman, Vocal Group, Majalah Dinding, Futsal, Pencak Silat, Marawis,

    Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), Band, Bridge, dan English Club.12

    Kegiatan yang dapat mengatasi ketimpangan antara kurangnya jam

    pelajaran dengan materi pendidikan agama Islam di kelas yaitu

    10Wahyosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999),

    h. 256. 11Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

    (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. 2, h. 187. 12Arsip Profil SMA Negeri 29 Jakarta

  • 6

    ekstrakurikuler Rohis (Kerohanian Islam) karena ekskul ini merupakan salah

    satu ekstrakurikuler keagamaan yang ada di sekolah. Dan diharapkan mampu

    memberikan kontribusi yang positif dalam mengembangkan pola pikir dan

    sikap keberagamaan siswa agar lebih baik lagi. Dan sebagai sarana untuk

    mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam yang telah diberikan dalam

    kehidupan sehari-hari.

    Ekstrakurikuler Rohis di SMA Negeri 29 Jakarta merupakan salah satu

    ekskul keagamaan yang berada dibawah naungan OSIS yang memiliki

    beberapa departemen dalam membantu menginternalisasi ajaran-ajaran Islam

    diantaranya; Asy-Syifa, Orkes (Olahraga dan Kesenian), Dikro (Pendidikan

    Rohis), Intel (Informasi dan Telekomunikasi) dan Perpustakaan. Selain

    departemen-departemen tersebut, ekstrakurikuler Rohis pun memiliki

    kegiatan yang dikhususkan bagi pelajar putri yaitu kegiatan Keputrian13.

    Kegiatan ini memiliki kepengurusan tersendiri tetapi tetap berada di bawah

    garis koordinasi Rohis.

    Kegiatan ekskul Rohis yang paling urgen bagi pelajar putri adalah

    Keputrian. Keputrian cenderung menangani masalah-masalah kewanitaan

    baik dari segi jasmani maupun rohani. Kajian yang dilaksanakan khusus

    untuk putri ini mengkaji tentang berbagai macam hal yang disyariatkan oleh

    agama diantaranya yaitu, kewajiban seorang muslimah untuk menutup aurat,

    batasan-batasan yang harus dijaga antara laki-laki dan wanita yang bukan

    mahram, kewajiban dan hak-hak wanita, tips-tips merawat diri dan lain

    sebagainya.

    Minimnya pemahaman pelajar putri tentang kewajiban-kewajiban yang

    disyariatkan oleh agama terkadang membuat perilaku mereka keluar dari

    norma-norma yang disyariatkan Islam. Seperti halnya beberapa kasus yang

    telah disebutkan di atas yaitu kasus pornografi, komersialisasi seks, pamer

    tubuh (iklan), tarian erotis, dan lain sebagainya ini merupakan akibat yang

    terjadi dari kurangnya pemahaman wanita tentang perannya, hingga mereka

    dapat dengan mudah dijadikan umpan untuk merusak moral bangsa.

    13Arsip Organisasi Rohis-Keputrian SMA Negeri 29 Jakarta.

  • 7

    SMA N 29 Jakarta adalah salah satu lembaga pendidikan umum yang

    ikut serta menyelenggarakan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

    ekstrakurikuler yang menjadi unggulan di sekolah ini salah satunya yaitu

    ekskul keagamaan Rohis (Kerohanian Islam). Pada ekskul ini terdapat

    kegiatan keputrian yang mendapat apresiasi sangat baik dari pihak sekolah.

    Apresiasi ini ditunjukkan dengan mengikutsertakan guru-guru untuk menjadi

    narasumber pada kegiatan tersebut. Dan menjadikan kegiatan keputrian

    sebagai kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh pelajar putri dari kelas X,

    XI, dan XII. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin pada hari Jumat ketika

    berlangsungnya sholat Jumat.

    Dalam hal ini kegiatan Keputrian dapat dijadikan sebagai wadah untuk

    saling mengingatkan khususnya kepada pelajar putri akan tugas dan peran

    yang akan dipikulnya di masyarakat kelak sehingga mereka tidak menjadi

    icon untuk hal-hal yang negatif. Yaitu dengan memberikan arahan kepada

    pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam

    sehingga dapat terbentuk akhlak yang mulia.

    Keberadaan kegiatan keputrian Rohis inilah yang menarik perhatian

    penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul:

    EFEKTIVITAS KEGIATAN KEPUTRIAN PADA

    EKSTRAKURIKULER ROHIS TERHADAP PEMBENTUKAN

    AKHLAK SISWA DI SMA N 29 JAKARTA

    B. Identifikasi Masalah

  • 8

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

    beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut:

    a. Lemahnya Filterisasi terhadap arus globalisasi budaya luar membawa

    dampak negatif bagi perkembangan akhlak individu yang cenderung

    mengarah kepada prilaku negatif.

    b. Wanita dijadikan sebagai obyek krisis mental, moral dan spiritual yang

    terjadi di negeri ini.

    c. Banyak remaja putri yang melanggar norma dan nilai-nilai agama seperti

    melakukan aksi pornografi, komersialisasi seks, pamer tubuh (iklan),

    tarian erotis, dan lain sebagainya.

    d. Rendahnya pemahaman pelajar putri tentang tugas dan perannya,

    terutama tentang kewajiban-kewajiban yang disyariatkan oleh agama.

    e. Minimnya alokasi waktu di sekolah umum untuk mata pelajaran

    pendidikan agama Islam membuat penyampaian materi kurang optimal.

    f. Penyampaian materi pendidikan agama Islam yang cenderung normatif

    sehingga siswa mengalami kesulitan untuk mengaktualisasikannya.

    g. Keterbatasan sarana/prasana dalam penyampaian materi pendidikan

    agama Islam.

    h. Keefektifan kegiatan ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai

    agama pada akhlak siswa.

    C. Pembatasan Masalah Setelah mengidentifikasi berbagai permasalahan yang ada, maka penulis

    membatasi permasalahan sebagai berikut:

    a. Penelitian ini di batasi kepada dua aspek, yaitu kegiatan keputrian Rohis

    dan akhlak siswa, siswa yang dimaksud yaitu pelajar putri.

    b. Rendahnya pemahaman pelajar putri tentang tugas dan perannya,

    terutama tentang kewajiban-kewajiban yang disyariatkan oleh agama.

    c. Keefektifan kegiatan ekstrakurikuler dalam menanamkan nilai-nilai

    agama pada akhlak siswa.

    D. Perumusan Masalah

  • 9

    Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diidentifikasi dan

    dibatasi di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

    berikut: Bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada ekstrakurikuler

    Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N 29 Jakarta?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mendeskripsikan kegiatan keputrian yang berdampak bagi

    pembentukan akhlak siswa.

    b. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kegiatan keputrian pada

    ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa.

    2. Manfaat Penelitian a. Memberikan kontribusi dalam peningkatan kegiatan Keputrian pada

    ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa di SMA N

    29 Jakarta.

    b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

    pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang.

    c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan

    umumnya dan bagi remaja khususnya.

  • 10

    10

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

    A. Pengertian Efektivitas

    Efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata

    efektif yang berarti ada efek (pengaruh, akibat, kesannya).1 Dalam bahasa

    Inggris kata efektivitas berasal dari kata effective yang berarti berhasil,

    mujarab, berlaku atau mengesankan.2

    Dalam Ensiklopedi Indonesia efektivitas berarti menunjukkan

    tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dikatakan efektif apabila usaha itu

    mencapai tujuannya. Secara ideal, efektivitas dapat dinyatakan dengan aturan

    yang pasti.3

    Sementara menurut T. Hani Handoko dalam bukunya Manajemen

    mengatakan bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan

    yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah

    ditetapkan4

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa

    efektivitas adalah suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan oleh

    1Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

    Pustaka, 2003), h. 284. 2John M. Echols dan Hasan Sadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama, 2000), Cet. XXIV, h. 207. 3Hasan Sadily, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve), jilid 2, h. 1. 4T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h. 7.

  • 11

    seseorang atau sekelompok orang agar tujuan yang telah ditetapkan di awal

    dapat tercapai secara optimal.

    B. Kegiatan Rohis (Kerohanian Islam) 1. Pengertian Rohani Islam

    Rohis berasal dari dua kata yaitu Rohani dan Islam. Kata rohani dalam

    bahasa Arab berarti ruh. Muhammad Quthb menyatakan bahwa roh adalah

    suatu kekuatan yang tidak terlihat dan tidak diketahui materi dan cara

    kerjanya. Ia adalah alat untuk mengadakan kontak dengan Allah.5

    Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hijr: 29

    Maka apabila Aku Telah menyempurnakan kejadiannya, dan Telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu

    kepadanya dengan bersujud 6

    Sedangakan pengertian roh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni

    sesuatu (unsur) yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai

    penyebab adanya hidup (kehidupan).7

    Menurut Muhammad Quthb rohani adalah pusat eksistensi manusia dan

    menjadi titik perhatian pandangan Islam. Rohani adalah landasan tempat

    sandaran eksistensi itu seluruhnya serta dengan rohani itulah seluruh alam ini

    saling berhubungan. Ia merupakan pemelihara kehidupan manusia dan ia

    merupakan penuntun kepada kebenaran.8

    Jadi rohani merupakan sesuatu kekuatan yang tidak dapat diraba oleh

    panca indera, namun keberadaannya sangat menentukan eksistensi kehidupan

    manusia dan merupakan penghubung antara manusia dengan Tuhannya.

    5Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun, (Bandung: PT.

    Al-Maarif, 1988), Cet. 2, h. 56. 6Departemen Agama RI, Al-Quran dan terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2000),

    Cet. 10, h. 210. 7Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar,..., h. 960. 8Muhammad Quthb, Sistem Pendidikan Islam, Terj. oleh Salman Harun,, h. 59.

  • 12

    Tanpa rohani manusia bagai makhluk hidup yang tak bernyawa karena

    rohanilah mesin penggerak bagi jasmani manusia.

    Sementara pengertian Islam adalah ketentuan-ketentuan Allah, berupa

    takdir dan sunnah-Nya, demi untuk ketundukan semua makhluk kepada-Nya,

    agar ia senantiasa terpelihara dalam keadaan selamat sentosa.9 Menurut

    Mohammad Daud Ali dalam bukunya Pendidikan Agama Islam, Islam berarti

    ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah). Berasal dari kata

    salima, yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar itu juga

    terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti kedamaian, kepatuhan,

    penyerahan (diri).10

    Islam dapat diartikan juga sebagai bentuk pemasrahan diri yang

    sempurna kepada Allah dan keyakinan yang terus menerus kepada wahyu

    Allah yang telah disampaikan melaui Nabi Muhammad saw. Di sisi lain Islam

    juga dapat berarti way of life, peraturan yang bersifat integral, yang mengatur

    hidup dan kehidupan manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia, yang

    dibawa oleh Nabi Muhammad saw. untuk disampaikan kepada umat

    manusia.11

    Rohani Islam merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang

    keagamaan yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan, yang

    ditujukkan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa.

    Serta menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi yang beragama Islam untuk

    memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam dalam rangka

    menumbuhkembangkan bakat, kemampuan serta memperkuat pengetahuan

    tentang ajaran-ajaran Islam. Dan senantiasa menanamkan, membudayakan,

    mengakrabkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan

    keimanan dan ketakwaan bagi para pelajar.12

    9Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: CV. Grafika Karya Utama,

    2001), Cet. 2, h. 37. 10Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

    2002), Cet. 4, h. 49. 11Altaf Gauhar, Tantangan Islam, (Bandung: Pustaka, 1983), Cet. 3, h. 2. 12Tim Kerja Permanen Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan

    ROHIS-OSIS Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, (Jakarta: Aries Lima, 1994), Cet. 1, h. 18.

  • 13

    Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rohani Islam adalah

    segala usaha dan tindakan guna mendekatkan dan memasrahkan diri kepada

    Allah sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Agar

    kehidupannya dapat terpelihara dengan baik, selamat dan sejahtera serta

    selalu berada pada jalan kebenaran.

    2. Fungsi Rohis Kegiatan rohis berfungsi sebagai wadah untuk memperdalam

    pengetahuan ajaran-ajaran Islam serta sebagai sarana untuk

    mengaktualisasikan ajaran-ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Agar

    pelajaran agama tidak hanya sampai pada aspek kognitif saja melainkan lebih

    dari itu yaitu sampai pada aspek afektif dan psikomotorik yang ditandai

    dengan praktek-praktek keagamaan seperti sholat, puasa, zakat, dan lain

    sebagainya yang dilakukan oleh para pelajar sesuai dengan pengalaman

    belajar yang telah mereka dapatkan.

    Selain itu kegiatan rohis pun berfungsi untuk mempererat tali

    silaturrahmi sesama siswa dan sebagai wadah yang mampu mencirikan nilai-

    nilai Islami mengenai tata cara pergaulan antar sesama manusia melalui

    kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam ekskul tersebut.

    3. Tujuan Rohis Tujuan bimbingan Islam secara garis besar menurut Aunur Rahim Faqih,

    dibagi menjadi dua yakni tujuan secara umum dan tujuan secara khusus,

    sebagaimana berikut:

    1) Tujuan Umum

    Membantu individu guna mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya

    agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

    2) Tujuan Khusus

    a. membantu individu agar tidak menghadapi masalah. b. membantu individu mengatasi masalah yang dihadapinnya. c. membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan

    kondisi yang lebih baik atau yang telah baik agar tetap baik atau

  • 14

    menjadi lebih baik. Sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.13

    Adapun tujuan dibentuknya rohis yaitu untuk membentuk kepribadian

    siswa yang Islami dan untuk menambah wawasan keilmuan yang berkaitan

    dengan agama khususnya dalam hal ibadah, aqidah, dan akhlak. Dan melalui

    ekskul ini siswa diharapkan mampu memiliki akhlak mulia sehingga siswa

    dapat mengaktualisasikan ajaran-ajaran agama yang telah diperoleh dalam

    segala aspek kehidupan.

    4. Jenis-jenis kegiatan Rohis Rohani Islam di SMA N 29 Jakarta memiliki 5 departemen yang terdiri

    dari departemen asy-Syifa, dept. Orkes (Olahraga dan Kesenian), dept. Dikro

    (Pendidikan Rohis), dept. Intel (Informasi dan Telekomunikasi), dan dept.

    Perpustakaan. Adapun kegiatan dari masing-masing departemen ialah sebagai

    berikut:

    a) Departemen Asy-Syifa

    1. Membuat jadwal piket (ikhwan dan akhwat). 2. Membuat jadwal adzan (ikhwan). 3. Mengadakan kegiatan shalat Jumat (ikhwan). 4. Menghubungi khotib saat shalat Jumat. 5. Mengadakan kerja bakti seminggu sekali. 6. Menginventariskan alat kebersihan masjid. 7. Meningkatkan keamanan inventaris masjid. 8. Menyusun keuangan masjid.

    b) Departemen Orkes (Olahraga dan Kesenian)

    1. Mengadakan riyadoh sebulan sekali, seperti futsal, basket, renang, dan bulutangkis.

    2. Mengadakan sparing dengan Rohis sekolah lain. 3. Mengadakah rihlah 1 semester 2 kali.

    c) Departemen Dikro (Pendidikan Rohis)

    1. Taklim mingguan (diselingi orkes). 2. Membuat acara yang bermanfaat dan tidak monoton, contoh: riyadhoh,

    rukiah, tausiyah, thsin, rihlah, studi banding, nonton bareng, dan lain-lain.

    13Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konselinng Dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2001),

    Cet. 2, h. 38.

  • 15

    3. Membuat pelatihan-pelatihan yang bersifat keagamaan. 4. Mengadakan mentoring untuk kelas X, XI, dan XII.

    d) Departemen Intel (Informasi dan Telekomunikasi)

    1. Mengubah isi mading minimal sebulan 2 kali. 2. Setiap Jumat membuat buletin (MIKAIL). 3. Mengisi mading sekolah tentang berita berbau Rohis. 4. Memberi informasi setiap ada acara Rohis (phamplet, membuat jalur

    jarkom untuk pengurus dan anggota). 5. Membuat kalender even Rohis.

    e) Departemen Perpustakaan Rohis

    1. Merapihkan dan mengontrol buku-buku perpustakaan. 2. Mendata buku-buku dan peminjam. 3. Menambah koleksi buku-buku Islami. 4. Mempromosikan buku perputakaan. 5. Membuat kartu dan buku peminjam. 6. Mencari sponsor untuk koleksi buku.14

    Selain kegiatan di atas Rohis juga memiliki kegiatan lain yang

    dikhususkan bagi pelajar putri yakni Keputrian. Kegiatan ini diadakan setiap

    hari jumat untuk mengisi kekosongan waktu ketika pelajar putra sedang

    melaksanakan shalat jumat. Di samping itu ada juga kegiatan silaturrahmi ke

    tempat alumni, pengurus dan anggota Rohis setiap bulannya dalam rangka

    mempererat ukhuwah Islamiah yang telah terjalin. Dan kegiatan-kegiatan

    insidental lainnya.

    C. Keputrian Rohis 1. Pengertian Keputrian

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keputrian berasal dari kata putri

    yang artinya anak perempuan atau sapaan khusus untuk wanita.15

    Penambahan imbuhan ke-an pada kata putri menyatakan sifat atau keadaan.16

    Jadi keputrian menyatakan sifat seorang anak perempuan atau keadaan yang

    melekat pada anak perempuan yang menjadi identitas dirinya.

    14Arsip Organisasi Rohis-Keputrian SMA Negeri 29 Jakarta. 15Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar ... , h. 913. 16Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

    Disempurnakan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. VII, h. 109.

  • 16

    Adapun keputrian Rohis merupakan suatu wadah yang berada di bawah

    naungan Rohis yang dikhususkan bagi pelajar putri. Guna membahas tentang

    ilmu-ilmu keagamaan yang berkaitan tentang wanita seperti fiqh wanita yang

    memaparkan kewajiban-kewajiban serta hak-hak yang harus dilakukan oleh

    seorang muslimah dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tata cara

    berpakaian, bersolek, serta pergaulan dengan sesama dan lawan jenis. Dalam

    kegiatan ini pelajar putri dapat mengeksplorasi keterampilan yang dimilikinya

    seperti belajar membuat kue, jamu, jus, dan lain sebagainya.

    2. Fungsi Keputrian Fungsi keputrian yaitu sebagai sarana untuk menambah wawasan

    keilmuan dalam bidang keagamaan bagi pelajar putri khususnya yang

    terdapat di sekolah umum. Selain itu untuk menanamkan nilai-nilai Islam

    pada akhlak pelajar putri dalam bersikap dan bertingkah laku dalam

    kehidupan sehari-hari. Dan memberikan bekal agar kelak mereka dapat

    mengetahui tugas dan perannya di keluarga dan masyarakat.

    3. Tujuan Kegiatan Keputrian Kegiatan keputrian bertujuan agar pelajar putri dapat mengetahui dan

    memahami kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslimah terutama bagi

    mereka yang sudah baligh. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi

    oleh seorang wanita yang sudah baligh yaitu:

    1) Mengenakan hijab syari, dengan cara menutup seluruh tubuh dengan pakaian yang longgar yang tidak menggambarkan lekuk liku tubuhnya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Ahzab: 59 yang isinya ialah sebagai berikut:

    .

    Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.17

    17Departemen Agama RI, Al-Quran dan..., h. 340.

  • 17

    2) Menundukkan pandangan matanya atas laki-laki yang halal menikahinya. 3) Tidak bercampur baur dengan kaum lelaki. 4) Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahram. 5) Mengetahui cara bersuci dari haid. 6) Tidak boleh shalat dan puasa selama haid. Dan tidak perlu di qadha

    shalat yang ditinggalkannya selama haid, tetapi harus mengqadha puasa Ramadhan yang ditinggalkannya.

    7) Tidak boleh berduaan/berkhalwat dengan laki-laki yang bukan mahram. 8) Tidak boleh memegang mushaf Al-Quran dan membacanya. 9) Tidak boleh masuk masjid. 10) Tidak boleh bercampur dengan suami selagi haid.18

    Dengan demikian tujuan keputrian Rohis yaitu sebagai sarana untuk

    mengetahui kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi oleh seorang muslimah

    dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat membentuk

    akhlak yang mulia pada diri mereka sejak dini.

    4. Kegiatan Keputrian Rohis Kegiatan keputrian Rohis diadakan setiap hari Jumat pada pukul 12.00-

    12.40 di ruang kelas. Adapun kegiatan yang dilakukan yakni berupa diskusi

    keagamaan yang berkaitan dengan masalah kewanitaan seperti mengkaji fiqh

    wanita mengenai tata cara thaharah, masalah menstruasi, tata cara berpakaian,

    bersolek dan lain sebagainya. Selain berdiskusi kegiatan lainnya yaitu

    membuat kue, memasak, membuat minum-minuman seperti jus, jamu,

    wedang, dan lain-lain. Kegiatan ini dilakukan agar ukhuwah antar pelajar

    putri dapat terjalin dengan baik dan mampu menyalurkan bakat/potensi yang

    dimilikinya.19

    D. Akhlak Siswa 1. Pengertian Akhlak

    18Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Jakarta: Darul Falah,

    1998), Cet. 5, h. 163. 19Arsip ekstrakurikuler Rohis-Keputrian di SMA Negeri 29 Jakarta.

  • 18

    Akhlak secara bahasa berasal dari kata khalaqa yang asal katanya

    Khuluqun yang berarti perangai, tabiat, adat atau khalqun yang berarti

    kejadian, buatan, ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak berarti perangai, adat,

    tabiat atau sistem perilaku yang dibuat.20

    Sedangkan menurut Rachmat Djatnika dalam bukunnya Sistem Ethika

    Islami akhlaq yaitu budi pekerti yang merupakan perpaduan dari hasil ratio

    dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.21

    Ada beberapa pengertian tentang akhlak yang dikemukakan oleh

    beberapa tokoh, diantaranya:

    a. Ibnu Miskawaih mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan gerak jiwa

    yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak

    menghajatkan pikiran.22

    b. Imam al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai berikut:

    Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan

    macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa

    memerlukan pemikiran dan pertimbangan.23

    c. Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya Pendidikan Islam dalam

    Keluarga dan Sekolah menyatakan bahwa Akhlak merupakan kelakuan

    yang timbul dari hasil perpaduan antara nurani, pikiran, perasaan,

    bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindak

    akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup kesehariaan .24

    Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah

    suatu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan

    20Zakiah Daradjat, et al, Dasar-dasar Agama Islam: Buku Teks Pendidikan Agama Islam

    pada Perguruan Tinggi dan Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. 10, h. 253. 21Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami: Akhlak Mulia, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996),

    Cet.2, h. 26. 22Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islami..., h. 27. 23Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf... , h. 3. 24Zakiah Darajat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995),

    Cet. 2, h. 10.

  • 19

    lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan

    sudah menjadi kebiasaan .25

    2. Sumber Akhlak Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak

    bagi seorang muslim adalah al-Quran dan as-Sunnah. Sehingga ukuran

    baik/buruk, patut atau tidak, secara utuh diukur dengan al-Quran dan as-

    Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak

    bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah swt. dan Rasul-

    Nya.26

    Dengan demikian dalam proses pembentukan akhlak perlu diperhatikan

    nilai-nilai yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah agar tidak terjadi

    penyimpangan terhadap akhlak tersebut. Nilai-nilai yang terdapat dalam

    sumber akhlak yaitu akhlak al-karimah seperti jujur, bertanggung jawab,

    amanah, menepati janji, tasamuh, dan lain sebagainya. Namun sebaliknya

    apabila terjadi penyimpangan dari sumber akhlak maka akan terbentuk akhlak

    al-madzmumah (akhlak tercela) seperti dusta, khianat, penipu, berlaku kasar,

    ghibah, dan lain sebagainya.

    3. Prinsip-Prinsip Dasar Pandangan Terhadap Akhlak Menurut Jalaluddin prinsip-prinsip yang menjadi dasar pandangan

    terhadap akhlak, meliputi dasar pandangan bahwa:

    1) Akhlak termasuk faktor yang diperoleh dan dipelajari. 2) Akhlak lebih efektif dipelajari dan dibentuk melalui teladan dan

    pembiasaan yang baik. 3) Akhlak dipengaruhi oleh faktor waktu, tempat, situasi, dan kondisi

    masyarakat serta adat istiadat dan cita-cita atau pandangan hidup. Akhlak tidak selalu terpelihara, kebaikan dan keburukan berpengaruh bagi pembentukan akhlak.

    4) Akhlak sejalan dengan fithrah dan akal sehat (common sense) manusia, yaitu cenderung kepada yang baik.

    5) Akhlak mempunyai tujuan akhir yang identik dengan tujuan akhir ajaran Islam yaitu untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

    25Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadat dan

    Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet. 2, h. 30. 26Novi Hardian, Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman untuk Remaja,

    (Bandung: Syaamil Cipta Media, 2003), h. 156-157.

  • 20

    6) Akhlak yang mulia (Akhlak Al-Karimah) merupakan realisasi dari ajaran Islam.

    7) Akhlak berintikan bertanggungjawab terhadap amanat Allah, sehingga dinilai berdasarkan tolok ukur yang diisyaratkan Allah dalam ajaran Islam.27

    4. Macam-macam Akhlak Akhlak terbagi menjadi dua macam, yaitu akhlak al-karimah dan akhlak

    al-madzmumah.

    1) Akhlak al-Karimah

    Akhlak al-Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya,

    namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia

    dengan manusia, akhlak yang mulia dapat dibagi menjadi 3 bagian, antara

    lain:

    a. Akhlak Terhadap Allah

    Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran

    bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Banyak alasan mengapa manusia

    harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal

    sebagai berikut:

    Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistemawaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia berterima kasih kepada yang menciptakannya.

    Karena Allah telah memberikan perlengkapan panca indera, hati nurani, dan naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani ini amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.

    Karena Allah menyediakan berbagai bahan dan sarana kehidupan yang terdapat di bumi, seperti tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang, dan sebagainya. Semua itu tunduk kepada manusia, atau siap untuk dimanfaatkan.28 Adapun akhlak kepada Allah diantaranya yaitu sebagai berikut: Mentauhidkannya. Mencintai-Nya di atas segalanya dengan cara menaati perintah,

    menjauhi larangan dan mendahulukan/mengutamakan-Nya. Bertakwa.

    27Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Cet. 3, h. 45. 28Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak...,h. 49-52.

  • 21

    Selalu mengingat-Nya (zikrullah) baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan dan ucapan.

    Berdoa; hanya berharap dan meminta kepada-Nya, dll.29

    b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

    Berakhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,

    menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-

    baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah

    Allah yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya.30

    Beberapa contoh akhlak al-karimah terhadap diri sendiri yaitu:

    Sabar (tegar, konsisten, kerja keras dalam kebenaran). Syukur dalam bentuk aktualisasi potensi diri. Rendah hati; tidak sombong, angkuh (egoistik). Jujur terhadap hati nurani dan pikiran sendiri. Menjaga kesucian, kebersihan dan kerapian diri. Berperilaku halus, yaitu ramah, santun dan tidak emosional. Dapat dipercaya, tidak curang atau khianat. Ksatria; berani karena benar, bertanggung jawab. Tidak ambisius yaitu tidak menghalalkan segala cara untuk

    mencapai suatu tujuan.31

    c. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

    Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya

    secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain.

    Untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan

    orang lain.32 Bentuk akhlak terhadap sesama diantaranya yaitu kepada

    orang tua, kaum kerabat, teman, dan masyarakat. Adapun contoh-

    contohnya yaitu sebagai berikut.

    Akhlak kepada orang tua:

    Harus menaati kedua orang tua dalam urusan apapun selagi didalamnya tidak terkandung kedurhakaan,

    Berbicara dihadapan kedua oranng tua dengan cara yang lembut dan tidak berbicara keras dihadapan keduanya,

    Menyimak perintah keduanya dengan penuh perhatian,

    29Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 209. 30Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 55. 31Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210. 32Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf: Nilai-nilai Akhlak..., h. 57.

  • 22

    Tidak bermuka masam dihadapan keduanya dengan alasan apapun, Tidak memotong perkataan keduanya tatkala sedang berbicara, dll.

    Akhlak kepada kaum kerabat: Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu; Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka jika

    membutuhkan; Melibatkan mereka dalam berbagai acara khusus, asalkan tidak

    bertentangan dengan syariat, dan saling memeberikan hadiah pada saat itu;

    Menjenguk orang yang sakit diantara mereka, dll.

    Akhlak kepada teman: Rendah hati dan tidak sombong; Saling kasih mengasihi; Memberi perhatian terhadap keadaan sahabat; Selalu membantu keperluan teman; Menjaga teman dari gangguan orang lain; Memberi nasihat; Mendamaikan bila berselisih; Doakan dengan kebaikan.33

    Akhlak kepada masyarakat: Persaudaraan, baik seagama, sebangasa, setanah air, kemanusiaan. Tolong menolong. Toleransi dan berlaku adil. Pemurah. Penyantun (menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang

    lebih muda). Pemaaf. Menepati janji. Musyawarah. Saling berwasiat kepada kebenaran dan kesabaran, dll.34

    d. Akhlak terhadap lingkungan dan alam

    Prinsip umum akhlak al-karimah yang mulia terhadap lingkungan dan

    alam diantaranya yaitu; memikirkan penciptaan dan hukum-

    hukumnya, melestarikannya, dan memanfaatkannya. Adapun contoh-

    contoh akhlak yang baik terhadap lingkungan dan alam yaitu:

    33Haya binti Mubarak Al-Barik, Ensiklopedi..., h. 129-130. 34Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 210.

  • 23

    Memperhatikan, meneliti, dan merenungkan penciptaannya. Mempelajari hukum-hukum Allah di dalam alam. Memanfaatkannya dengan tidak boros/mubazir, tidak kikir. Melestarikan agar senantiasa indah dan lebih bermanfaat.35

    2) Akhlak al-Madzmumah

    Akhlak al-Madzmumah adalah kebalikan dari akhlak al-Karimah yaitu

    akhlak yang tercela dan harus dihindari. Adapun contoh akhlak al-

    Madzmumah yaitu sebagai berikut:

    a. Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik.

    b. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Perbuatan dalam bentuk kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim.

    c. Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi.36

    5. Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

    Menurut Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf faktor-faktor

    yang mempengaruhi pembentukan Akhlak terbagi menjadi 3, yaitu:

    1) Aliran Nativisme Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor pembawaaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain.

    2) Aliran Empirisme Aliran ini menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan.

    35Supriadi, dkk., Buku Ajar Pendidikan Agama..., h. 211. 36Muchtar M. Rani, Akhlak Mahmudah dan Akhlak Madzmumah , dari

    http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html, 06 Maret 2010.

    http://3puspainspirasi.blogspot.com/2009/11/akhlak-mahmudah-dan-akhlak-madzmumah.html

  • 24

    3) Aliran Konvergensi Aliran ini berpendapat bahwa pembentukan akhlak dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan si anak, dan faktor eksternal yaitu pembentukan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.37

    Aliran yang ketiga, yakni aliran konvergensi tampak sesuai dengan

    ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari ayat dan hadits di bawah ini:

    Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (Q.S. An-Nahl: 78)38 Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa manusia memiliki potensi untuk

    dididik, yaitu penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Potensi tersebut

    harus disyukuri dengan cara mengisinya melalui pendidikan dan pengajaran

    terutama tentang nilai-nilai yang telah disyariatkan agama.

    Adapun hadits Nabi yang sejalan dengan teori tersebut adalah:

    ,

    )) , ,

    , (

    ) , tidak ada anak yang dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (kesucian) maka kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi, keluar dari pada suatu binatang melata yang seluruhnya merayap, apakah kamu merasa mengetahui yang ada di dalamnya yaitu dipotong hidungnya, kemudian Abu Hurairah berkata: Allah mensucikan manusia yang telah disucikan

    37Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,, h. 166-167. 38Departemen Agama RI, Al-Quran dan..., h. 220.

  • 25

    atasnya, tidaklah menggantikan segala apa yang diciptakan Allah, yang demikian itu agama yang lurus (HR. Bukhari).39 Ayat dan hadits tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori

    konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama dalam

    pendidikan adalah kedua orang tua.40

    Sedangkan menurut Novi Hardian dalam bukunya Super Mentoring:

    Panduan Keislaman Untuk Remaja, mengatakan bahwa faktor-faktor

    pembentuk akhlak terbagi menjadi empat diantaranya:

    1) Al-Wiratsiyyah (Genetik) Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara cenderung berbicara keras, tetapi hal ini bukan melegitimasi untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus dan memperbaikinya.

    2) Al-Nafsiyyah (Psikologis) Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga (misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak lahir.

    3) Syariah Ijtimaiyyah (Sosial) Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak seseorang.

    4) Al-Qiyam (Nilai Islami) Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi nilai-nilai Islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari keridhoan Allah.41

    6. Metode Pembinaan Akhlak Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian pertama dalam Islam.

    Hal ini dapat dilihat dari salah satu misi kerasulan Nabi Muhammad saw.

    yang utama adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Dalam salah

    satu haditsnya beliau menegaskan:

    , Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia

    39Syaikh Abdul Aziz, Shahih Bukhari, (Beirut: Daar al-Fikr, tth), h. 118. 40Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,, h. 168-169 41Novi Hardian ,Tim ILNA, Super Mentoring: Panduan Keislaman, h. 157.

  • 26

    (HR. Ibnu Hibban)42

    Dalam pembinaan akhlak perlu diketahui tentang perbedaan psikologis

    setiap individu antara anak-anak, remaja dan dewasa. Sehingga dalam proses

    pembinaan akhlak dapat diberikan metode yang tepat.

    Adapun metode-metode yang dapat dilakukan dalam proses pembinaan

    akhlak diantaranya:

    1) Pembiasaan secara kontinyu

    Pembiasaan ini hendaknya dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara

    kontinyu. Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa

    kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha

    pembentukan melalui pembiasaan. Jika manusia berbuat jahat, maka ia akan

    menjadi orang jahat. Untuk ini al-Ghazali menganjurkan agar akhlak

    diajarkan, yaitu dengan cara melatih jiwa kepada pekerjaan atau tingkah laku

    yang mulia. Jika seseorang menghendaki agar ia menjadi pemurah, maka ia

    harus dibiasakan dirinya melakukan pekerjaan yang bersifat pemurah.

    2) Paksaan

    Jika ingin melakukan suatu perbuatan yang belum pernah dilakukan

    sebelumnya, maka metode paksaan cukup tepat. Setelah melakukan terus-

    menerus maka perbuatan tersebut sudah tidak lagi terasa seperti dipaksa dan

    telah menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, seseorang yang ingin menulis dan

    mengatakan kata-kata yang bagus pada mulanya ia harus memaksakan tangan

    dan mulutnya menuliskan atau mengatakan kata-kata dan huruf-huruf yang

    bagus. Apabila pembinaan ini sudah berlangsung, maka paksaan tersebut

    sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.

    3) Keteladanan

    Akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, instruksi,

    dan larangan saja. Misalnya dalam menanamkan sopan santun memerlukan

    pendidikan yang panjang dan harus ada pendidikan yang lestari. Pendidikan

    itu tidak akan sukses melainkan jika disertai dengan pemberian contoh

    42Ibnu Hibban, Al-Mustadrak Ala Sohihain, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1990), Juz. 2, h. 670.

  • 27

    teladan yang baik dan nyata. Cara yang demikian telah dilakukan oleh

    Rasulullah saw. Sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah yang

    berbunyi:

    Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. Al-Ahzab: 21)43 4) Introspeksi Diri

    Dalam hubungan ini Ibn Sina mengatakan jika seseorang menghendaki

    dirinya berakhlak utama hendaknya lebih dahulu mengetahui kekurangan dan

    cacat yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak

    berbuat kesalahan, sehingga kecacatannya tidak terwujud dalam kenyataan.44

    Perbaikan tidak akan berhasil dengan masa bodoh terhadap segala

    kekurangan dan tidak berusaha menutupnya karena kita membawa amanah

    yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan semesta alam dan

    pertanggungjawaban di hadapan sejarah yang tidak meninggalkan keburukan

    dan kebaikan melainkan menuliskannya.45

    5) Nasehat

    Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata

    yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karenanya kata-

    kata tersebut harus diulang-ulangi. Kata-kata ini biasanya berupa nasehat.

    Namun nassehat saja tidaklah cukup jika tidak dibarengi dengan teladan dan

    perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti atau diteladani karena di

    43Departemen Agama RI, Al-Quran dan..., h. 336. 44Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 164-166. 45Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Bersama Para Pendidik Muslim, Terj. Maal

    muallimin Oleh Ahmad Syaikhu, (Jakarta: Darul Haq, 2002), h. 76.

  • 28

    dalam jiwa terdapat berbagai dorongan yang asasi yang terus-menerus

    memerlukan pengarahan dan pembinaan.46

    7. Pengertian Siswa Sekolah Menengah dan Problematika yang Dihadapinya

    Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami

    perkembangan yang sangat pesat.47 Siswa sekolah menengah berusia sekitar

    12 sampai 18 tahun. Masa ini dikenal dengan masa remaja.

    Masa remaja disebut pula sebagai masa adolecenes, yang berarti

    mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik. Menurut M. A. Priyatno

    D. yang dikutip dalam bukunya Sahilun A. Nasir, bahwa, rentangan usia

    remaja adalah antara 13-14 tahun. Menurut Elizabeth B. Hurlock membagi

    usia remaja menjadi usia pra remaja yaitu antara usia 10-12 tahun, usia

    remaja awal yaitu antara usia 13-16 tahun dan usia remaja akhir yaitu antara

    usia 17-21 tahun.48

    Sedangkan menurut Sahilun A. Nasir masa remaja adalah: masa yang

    penuh kontradiksi. Sebagian orang mengatakan masa remaja adalah masa

    energik, heroik, dinamis, kritis dan masa yang paling indah, tetapi adapula

    yang menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa badai dan topan, masa

    rawan dan masa nyentrik.49

    Menurut M. Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Psikologi Umum dan

    Perkembangan menyatakan bahwa masa remaja sebagai masa mencari

    identitas. Pada awal masa remaja, identitas yang dicari remaja berusaha untuk

    46Muhammad Quthb, Terj. oleh Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam,..., h. 334. 47Ridwan, Pengantar Efektif; Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 1998), Cet. 1, h. 109. 48Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja,

    (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. 1, h. 70. 49Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 64.

  • 29

    menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya di masyarakat, dan apakah ia

    seorang anak atau seorang dewasa?.50

    Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa sekolah menengah adalah individu

    yang sedang mengalami masa remaja yaitu masa yang unik, dimana pada

    masa ini manusia mengalami suatu dinamika yang khas, peralihan dan

    perubahan baik dari segi biologis maupun psikologis. Masa ini pun sebagai

    masa pencarian terhadap identitas diri sehingga mereka cenderung menjadi

    individu yang tergolong labil terhadap fenomena kehidupan yang mereka

    hadapi.

    Dalam dirinya, remaja mengalami problem individual yang disebut

    identitas ego, dimana pada saat itu remaja berusaha mencari identitas dirinya

    dengan tidak mau menerima keterlibatan orang lain dalam setiap

    permasalahan.

    Remaja dalam kehidupan tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan

    seperti kebutuhan yang bersifat biologis, psikis, maupun yang bersifat sosial,

    maka sehubungan dengan kebutuhan remaja tersebut timbullah berbagai

    problem yang dihadapi oleh remaja-remaja.51

    Adapun jenis-jenis problema yang dihadapi oleh remaja menurut Zakiah

    Darajat, diantaranya:

    1) Problem memilih pekerjaan dan kesempatan belajar. 2) Problem sekolah. 3) Problem kesehatan. 4) Problem keuangan. 5) Problem seks. 6) Problem persiapan untuk berkeluarga. 7) Problem keluarga. 8) Problem pribadi (emosi). 9) Problem perkembangan pribadi dan sosial. 10) Problem pengisian waktu terluang. 11) Problem agama dan akhlak. 12) Problem kehidupan masyarakat.52

    50M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu

    Jaya, 1993), Cet. 1, h. 162. 51Sofyan S. William, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Aksara, 1981), Cet.

    3, h. 69. 52Sahilun A. Nasir, Peranan Pendidikan..., h. 75.

  • 30

    Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat siswa sekolah

    menengah yang berada pada masa remaja tergolong labil dan merupakan

    masa pencarian identitas/jati diri yang membawa mereka pada problematika

    kehidupan. Pada penyelesaian problem-problem tersebutlah mereka dilatih

    untuk mengatasi sifat labil tersebut dan menemukan identitas diri yang

    mereka cari. Hingga akhirnya mereka dapat menemukan apa yang mereka

    inginkan.

    E. Kerangka Berpikir Efektivitas merupakan suatu usaha atau kemampuan yang dilakukan

    seseorang atau sekelompok orang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan

    di awal secara optimal. Sehingga memberikan hasil yang sesuai dengan

    harapan.

    Kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian dari kegiatan yang ada di

    sekolah yang berada di bawah naungan OSIS. Kegiatan ekstrakurikuler ini

    disediakan untuk menggali potensi peserta didik sesuai dengan hobi dan bakat

    yang dimiliki oleh mereka. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler pun berfungsi

    sebagai sarana untuk menambah wawasan pemahaman siswa berkaitan

    dengan berbagai macam pelajaran yang diberikan di sekolah.

    Rohis (Kerohanian Islam) merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler

    keagamaan yang berada di sekolah. Ekskul Rohis berfungsi untuk

    menanamkan nilai-nilai agama dan sebagai sarana untuk mengaktualisasikan

    nilai-nilai tersebut dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Ekskul tersebut

    dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan siswa tentang pelajaran

    agama yang masih sangat minim diberikan di kelas.

    Ekstrakurikuler Rohis memiliki beberapa program kegiatan salah satu

    diantaranya yaitu kegiatan Keputrian. Kegiatan Keputrian dikhususkan bagi

    pelajar putri sebagai wadah untuk memperoleh wawasan keislaman mengenai

    hal-hal yang berkaitan tentang perempuan dan sebagai sarana dalam

    mengimplementasikan nilai-nilai ajaran agama yang telah didapat dalam

  • 31

    proses pembelajaran agar terbentuk akhlak yang terpuji dalam kehidupan

    sehari-hari.

    Akhlak merupakan perangai atau tabiat seseorang yang sudah tertanam

    kuat dalam jiwa. Akhlak terjadi tanpa adanya proses pemikiran yang panjang

    atau terjadi secara spontanitas dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang

    melekat pada diri seseorang. Baik buruknya akhlak seseorang bergantung

    pada proses pembentukan akhlak. Jika sumber pembentukan akhlak sesuai

    dengan al-Quran dan as-Sunnah maka akan lahir akhlak terpuji dalam jiwa.

    Namun, sebaliknya apabila sumber akhlak tersebut bertentangan dengan al-

    Quran dan as-Sunnah maka yang akan lahir pada perbuatan seseorang yaitu

    akhlak tercela.

    Maka hal yang sangat diperhatikan dalam proses pembentukan akhlak

    yaitu faktor internal dan faktor eksternal seseorang. Faktor internal meliputi

    pembawaan, bakat atau potensi yang dimiliki oleh seseorang. Sementara

    faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dimana seseorang tinggal dan

    menetap. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh dan saling berkaitan

    dalam proses terbentuknya akhlak seseorang. Untuk membentuk akhlak

    seseorang diperlukan pembinaan terhadap akhlak tersebut, pembinaan yang

    dilakukan dapat melalui berbagai macam metode diantaranya yaitu;

    pembiasaan secara kontinyu, paksaan, keteladanan, introspeksi diri, dan

    nasehat.

    Siswa sekolah menengah adalah individu yang sedang mengalami masa

    remaja yaitu masa yang unik, dimana pada masa ini manusia mengalami

    suatu dinamika yang khas, peralihan dan perubahan baik dari segi biologis

    maupun psikologis. Masa ini pun sebagai masa pencarian terhadap identitas

    diri sehingga mereka cenderung menjadi individu yang tergolong labil dalam

    menghadapi permasalahan mereka sehari-hari. Sebagai remaja yang labil

    mereka memiliki berbagai macam problem yang harus dihadapi. Problem-

    problem tersebut diantaranya yaitu; problem memilih pekerjaan dan

    kesempatan belajar, sekolah, kesehatan, keuangan, seks, keluarga, pribadi

    (emosi), agama dan akhlak, serta problem lainnya.

  • 32

    Dari uraian di atas, penulis berasumsi bahwa kegiatan keputrian Rohis

    akan menjadi sangat efektif apabila diselenggarakan di suatu lembaga

    pendidikan, khususnya di sekolah umum. Karena kegiatan tersebut dapat

    dijadikan sebagai wadah bagi proses pembentukan akhlak siswa terutama

    bagi pelajar putri di sekolah menengah yang sedang mengalami masa

    pencarian identitas diri sehingga dapat menambah wawasan bagi mereka

    mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tugas dan peran seorang perempuan.

    Melalui kegiatan keputrian pula para pelajar dapat mengaktualisasikan nilai-

    nilai ajaran Islam yang telah diperoleh selama proses pembelajaran.

  • 32

    32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ditetapkan di SMA Negeri

    29 Jakarta yang beralamat di Jl. Kramat No. 6 Kebayoran Lama.

    Adapun waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk memperoleh data-data

    yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai dari

    bulan April - Juni 2010.

    B. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

    suatu penelitian.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan

    sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan

    empiris mengenai kegiatan keputrian terhadap pembentukan akhlak siswa,

    yaitu:

    1. Variabel bebas (variabel independen), yaitu variabel yang dapat

    memberikan pengaruh terhadap variabel lain, yaitu kegiatan Keputrian

    Rohis (variabel X).

    2. Variabel terikat (variabel dependen), yaitu variabel yang dipengaruhi

    oleh variabel bebas, yaitu pembentukan akhlak siswa (variabel Y).

    1Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka

    Cipta, 2006), Cet. 13, h. 118.

  • 33

    C. Metode Penelitian Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan

    dan menjelaskan permasalahan tentang efektivitas kegiatan keputrian pada

    ekstrakurikuler Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa, maka penulis

    menggunakan penelitian kuanitatif dengan metode deskriptif-analisis.

    Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan

    menyatakan bahwa Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan

    pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

    keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui.2

    Di dalam metode deskriptif-analisis terdapat upaya untuk

    menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

    Dengan tujuan utama yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan

    karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. 3

    D. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh pelajar putri yang ikut serta dalam

    kegiatan keputrian Rohis di SMA N 29 Jakarta dengan populasi sebanyak 232

    pelajar putri yang terdiri dari kelas X dan kelas XI.

    Dan dalam pengambilan sampel penulis berpedoman pada pendapat

    Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa apabila subyeknya kurang dari

    100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan

    penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya lebih dari 100 dapat diambil

    10%-15% atau 20%-25%.4 Berdasarkan hal tersebut maka, penulis

    mengambil sampel sebanyak 25% dari populasi keseluruhan yang berjumlah

    232 siswa yaitu sebanyak 58 pelajar putri yang dijadikan sampel dalam

    penelitian ini.

    2S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka

    Cipta, 2007), Cet. 6, h. 105. 3Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi

    Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157. 4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu ..., h. 134.

  • 34

    Adapun teknik penarikan sampel dilakukan dengan teknik acak

    sederhana (Simple Random Sampling), dimana semua individu dalam

    populasi diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

    Selain pelajar putri penulis pun menjadikan Kepala Sekolah, Pembina Rohis,

    Pembina Keputrian dan Ketua Keputrian sebagai responden yaitu dengan

    melakukan wawancara untuk memperoleh data penunjang.

    E. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam

    pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

    1. Observasi

    Observasi ini digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan

    terhadap fakta-fakta yang berkaitan dengan efektivitas kegiatan keputrian

    Rohis terhadap pembentukan akhlak siswa yang mengikuti kegiatan

    tersebut.

    2. Angket

    Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi

    mengenai efektivitas kegiatan keputrian Rohis terhadap pembentukan

    akhlak siswa. Jenis angket yang digunakan bersifat tertutup yaitu

    pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya sehingga

    responden tinggal memilih.

    3. Studi Dokumentasi

    Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan catatan-catatan mengenai

    profil ekskul Rohis dan keputrian. Dan visi misi yang ingin dicapai oleh

    ekskul tersebut. Serta untuk mendapatkan data-data penelitian yang

    sesuai dengan masalah yang akan diteliti.

    4. Wawancara

    Untuk mendalami data tentang hasil-hasil jawaban yang diperoleh

    melalui angket dan observasi maka diperlukan wawancara. Wawancara

    ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan data mengenai gambaran

  • 35

    umum sekolah terutama tentang kegiatan keputrian Rohis dan akhlak

    siswa yang telah mengikuti kegiatan tersebut.

    Alat pengumpul data berupa angket memiliki 30 item pertanyaan, yang

    terdiri dari 15 item untuk pertanyaan variabel X dan 15 item untuk pertanyaan

    variabel Y. Adapun kisi-kisi instrumen angket ialah sebagai berikut:

    Tabel 1

    Kisi-kisi Instrumen Angket

    Variabel Indikator No. Item Pertanyaan Jumlah (+) (-)

    Kegiatan Keputrian

    1. Respon siswa terhadap

    kegiatan Keputrian