PR ASPK Ke-1_Syifa Nurfadilah Rajbiani_F34130111_K2 TIN 50.xlsx
“PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MASTERY...
Transcript of “PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MASTERY...
“PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MASTERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA MTS AL-KHAIRIYAH
TEGAL PARANG JAKARTA SELATAN
TAHUN AJARAN 2014/2105”
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Disusun Oleh:
NURFADILAH
1110015000001
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI MASTERY LEARNING
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA MTS AL.KHAIRIYAH
TEGAL PARANG JAKARTA SELATAN
TAHUN AJARAN 2014 I2IO5'
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan (S.Pd.)
Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta
Oleh:Nurfadilah
NIM. 1110015000001
Dibawah Bimbingan
Pembimbing
r@4Anissa windarti. M.Sc
NIP. 19820802 201101 2 005
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGBTAHUAN SOSIAL (IPS)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NBGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2015
PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQOSAH
Skripsi berjudul "Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun
Ajaran 201412105 " disusun oleh Nurfadilah, NIM 1110015000001 telah disajikan
dalam siding munaqosah Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan UIN SyarifHidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada ujian munaqosah tanggal 08 Mei
2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
(S.Pd) padajurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, program studi ekonomi.
lakarta,08 Mei 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Tanggal TandaTangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pendidikan
Dr. Iwan Purwanto, M PdNrP. 19730424 20080 | I 012
Sekretaris (Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS)
Drs.Svaripulloh. M.SiNIP. t9670909 200701 1 033
Penguji I
Mochammad Noviadi Nugroho, M.PdNrP. 19761 118 20t101 1006
Penguj i II
Andri Noor Ardiansvah. M.SiNIP" 198403 t2 201 503 1002
IPS) ./
oI?94' tl--
lD * a6 - doly<1--" 4-'
d t- o.b *?^)t{-
Mengetahui
Dekan Fakul Ilmu Tarbiah
Prof. Dr. AhmaNrP. 1955042 8203 I 007
LEMBAR PERTANYATAAN UJI RBFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang berjudul
"Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS
Siswa Mts Al-Khuriyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105 "
yang disusun oleh:
Nama : Nurfadilah
Nim : 1110015000001
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 08 April 2015.
lakarta,08 April 2015
Yang Mengesahkan
Pembimbing
mAnissa windarti. M.ScNIP. 19820802 201101 2 005
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Angkatan Tahun
Alamat
: Nurfadilah
: 1 I 10015000001
: Pendidikan IPS/Ekonomi
:2010
: Jln. Mampang Prapatan VII buncit V no: 30 RT/RW:001/006, Tegal Parang, Jakarta Selatan.
MENYATATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa Skripsi yang berjudul ooPengaruh Penggunaan Strategi Mostery
Leurning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang
Jakarta Selatan Tahun Ajaran 201412105" adalah benar hasil karya sendiri di
bawah bimbingan dosen:
Nama
Dosen Jurusan : Pendidikan IPS
Demikian surat pertanyaan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta,08 April 2015
Nurfadilah
i
ABSTRAK
Nurfadilah, “Pengaruh Penggunaan Strategi Mastery Learning
Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta
Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi, Program Studi Ilmu Pendidikan
Ekonomi, Jurusan Ilmu Pendidikan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiah Dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi
mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah. Penelitian
ini dilakukan di MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan tahun ajaran
2014/2015. Metode yang digunakan adalah eksperimen dan pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster sampling. Adapun sampel dalam penelitian ini terdiri
dari dua kelas yaitu kelas 8C dan 8D berjumlah 33 orang dari kelas 8C sebagai
kelompok eksperimen dan 33 orang dari kelas 8D sebagai kelompok kontrol.
Intrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen menggunakan tes objektif
yang telah diuji validitas dan reliabilitas sebanyak 20 soal. Kemudian untuk teknik
analisis data pada penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan rumus uji
liliefors dan uji homogenitas menggunakan rumus uji fisher selanjutnya uji
hipotesis menggunakan rumus uji t. untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
dan pemahaman siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol maka
dilakukan uji N-Gain menggunakan rumus N-Gain. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai thitung sebesar 8.65 ternyata lebih besar dari ttabel sebesar 1.67 ini
berarti Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf signifikan α = 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi mastery learning
terhadap hasil belajar IPS siswa MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan
tahun ajaran 2014/2015.
Kata Kunci : Strategi mastery learning, Hasil Belajar IPS Siswa.
ii
ABSTRACK
Nurfadilah, "Influence of Mastery Learning Strategies Against IPS
Student Learning Outcomes Mts Al-Khairiyah". Skripsi, Department of
Economics of Education Sciences, Department of Social Education, Faculty of
Science Tarbiah And Teaching, State Islamic University (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
The objective of this research is to find the influence of using mastery
learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) of
MTs Al-Khairiyah. This research is conducted at MTs Al-Khairiyah Tegal Parang
Jakarta Selatan academic year 2014/2015. The method used in this research is
experiment and the sample was taken by using cluster sampling technique. Then,
the sample of this research is consisted of two classes, 8C and 8D, 33 students
from 8C as experiment class and 33 students from 8D as controlled class. The
instrument used in this research is objective test that consist of 20 questions that
has been examined its validity and reliability. The technique of data analyzes used
in this research is normality test, liliefors test and homogeneity test by using the
formula of fisher test, then, the hypothesis is examined by using t test. In order to
find the comparison of students’ outcome and understanding between experiment
and controlled class, the researcher used N-Gain test. Based on the calculation of
the data, ttest that was 8.65 is higher than ttable that was 1.67. It means Ho is
rejected and Ha is accepted in the value of t-table significant degree α = 0,05. In
other word, it can be concluded that there is significant effect of using mastery
learning strategy towards students’ learning outcome in Social Subject (IPS) at
MTs Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan academic year 2014/2015.
Keywords: Strategy Of Mastery Learning, Student Learning Outcomes IPS.
iii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadapan Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini, dan dengan
petunjuk-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh
Penggunaan Strategi Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-
Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”.
Shalawat serta salam semoga terlimpah selalu kepada revolusioner
terbesar nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya
dan seluruh umat yang meyakini kebenarannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dihadapi selama penulisan skripsi ini. Namun, atas bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak penulis menyadari bahwa keberhasilan dan
kesempurnaan merupakan suatu proses yang harus dijalani. Kemudian dengan
selesainya penulisan skripsi ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada mereka yang berjasa, khususnya kepada:
1. Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat, hidayah serta
anugerahnya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof.Dr.Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku ketua jurusan ilmu pengetahuan
sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan izin
penelitian serta memberikan motivasi pada penulis.
4. Bapak Drs.Syaripulloh, M.Si, selaku wakil ketua jurusan ilmu
pengetahuan sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan masukan dan nasehat serta semangat pada penulis.
5. Bapak Dr.Iwan Purwanto, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan motivasi dan nasehat pada penulis.
iv
6. Ibu Anissa Windarti, M.Sc, selaku pembimbing skrispi yang telah banyak
meluangkan waktu untuk penulis guna kepentingan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Dosen beserta seluruh karyawan dan staf-stafnya di Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
8. Kedua Orang Tua (H.Suryani Ahmad, S.Pd dan Hj.Nuroniah) yang selalu
memberikan kasih sayang, bimbingan, do’a dan dukungan baik secara
moril maupun materil. Terima kasih untuk semuanya.
9. Kakak-kakak saya (Rahmawati, MA, Sukriah, M.Pd, Abdul Azim, dan
Abdul Hafiz) dan tak lupa pula kepada kakak ipar dan keponakan-
keponakan saya (Dr.Abdul Muid Nawawi, MA, Silmya Aqila dan Kyara
Aisha) yang selalu menyemangati dan mengingatkan untuk cepat
menyelesaikannya serta selalu setia mendo’akan saya.
10. Keluarga besar H.Fadlullah Ahmad yang tak pernah bosan untuk selalu
mendo’akan saya.
11. Keluarga besar H.Abdullah khususnya Ahmad Fauzi yang telah memberi
semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Kepala MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan (A. Hidayat. S.Pd, M.Si) yang
telah memberikan izin penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
13. Ibu Hj. Shafaul Bariyyah, S.EI selaku guru pendamping dalam kegiatan
penelitian skripsi ini. Dan lupa pula seluruh tenaga pengajar, karyawan,
dan peserta didik MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan yang telah membantu
pengumpulan data penyusunan skripsi ini.
14. Berbagai instansi yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuanganku (Chentauri Galih, Lilian Paramitha, Frisca
Fauziah, Dini Halimah, Gina Rosdianti, Desdemonawita, Cindy Febri)
serta teman-temanku di jurusan IPS Angkatan 2010 (yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu) yang selalu menemaniku disaat aku merindukan
kegembiraan dan kesenangan serta mengisi hari-hariku selama
perkuliahan.
v
Kepada semua pihak yang telah penulis sebutkan di atas, penulis merasa
tidak dapat memberikan apa-apa selain untaian rasa terima kasih yang tulus
dengan diiringi do’a semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka
dengan sebaik-baiknya balasan.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Jakarta, Maret 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... i
HALAMAN ABSTRACK .......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 3
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 3
D. Perumusan Masalah ............................................................... 3
E. Tujuan Penelitian ................................................................... 3
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik .................................................................. 5
1. Hasil Belajar .................................................................. 5
2. Strategi Pembelajaran .................................................... 14
3. Pengertian Mastery Learning Dan Strategi Konvensiona 15
4. Pengertian IPS Sebagai Bidang Kajian Penelitian .......... 30
B. Hasil Penelitian Yang Relevan .............................................. 32
C. Kerangka Berfikir .................................................................. 33
D. Hipotesis Penelitian ............................................................... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................... 35
B. Metode Dan Desain Penelitian. ............................................ 35
vii
C. Populasi Dan Sampel ............................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 37
E. Uji Instrumen Tes ................................................................. 40
F. Uji Prasyarat Analisis ........................................................... 45
G. Uji Hipotesis .......................................................................... 47
H. Teknik Analisis Data ........................................................... 48
BAB IV DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................ 50
B. Hasil Penelitian ...................................................................... 57
C. Pembahasan ........................................................................... 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 76
B. Saran-Saran ........................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 77
LAMPIRAN ............................................................................................... 79
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Uji Referensi .......................................................................... 79
Lampiran 2: Rpp ......................................................................................... 84
Lampiran 3: Instrumen Kisi-Kisi ................................................................ 94
Lampiran 4: Soal Pretest-Posttest ............................................................... 96
Lampiran 5: Wawancara Guru .................................................................... 99
Lampiran 6: Wawancara Siswa ................................................................... 100
Lampiran 7: Observasi Guru ....................................................................... 101
Lampiran 8: Observasi Siswa...................................................................... 103
Lampiran 9: Uji Validitas............................................................................ 108
Lampiran 10: Uji Reliabilitas ...................................................................... 109
Lampiran 11: Uji Tingkat Kesukaran ......................................................... 110
Lampiran 12: Uji Daya Beda ...................................................................... 111
Lampiran 13: Distribusi Pretest-Posttest ..................................................... 112
Lampiran 14: Uji Normalitas ...................................................................... 120
Lampiran 15: Uji Homogenitas ................................................................... 124
Lampiran 16: Uji Hipotesis ......................................................................... 126
Lampiran 17: Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ...................................................................................... 130
Lampiran 18: Foto Kegiatan ....................................................................... 132
Lampiran 19: Riwayat Hidup ...................................................................... 134
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1:Perbandingan Kualitatif Antara Pembelajaran Tuntas Dengan
Pembelajaran Konvensional ....................................................................... 28
Tabel 3.1: Paradigma Penelitian ................................................................. 36
Tabel 3.2: Daftar Nama Guru ..................................................................... 40
Tabel 3.3: Daftar Nama Siswa .................................................................... 40
Tabel 3.4: Kategori Nilai N-Gain................................................................ 49
Tabel 4.1: Daftar Nama-Nama Guru & Karyawan ..................................... 54
Tabel 4.2: Sarana Dan Prasaranan .............................................................. 57
Tabel 4.3: Hasil Uji Validitas .................................................................... 58
Tabel 4.4: Hasil Uji Reliabilitas .................................................................. 58
Tabel 4.5: Hasil Uji Taraf Tingkat Kesukaran ............................................ 58
Tabel 4.6: Hasil Uji Daya Beda .................................................................. 59
Tabel 4.7: Hasil Uji Normalitas Pretest ..................................................... 59
Tabel 4.8: Hasil Uji Normalitas Posttest ..................................................... 60
Tabel 4.9: Uji Homogenitas Pretest ........................................................... 61
Tabel 4.10: Uji Homogenitas Posttest ........................................................ 62
Tabel 4.11: Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest ........................................... 63
Tabel 4.12: Perhitungan N-Gain Kelas Eksperimen ................................... 63
Tabel 4.13: Perhitungan N-Gain 8d ( Kelas Kontrol) ................................. 65
Tabel 4.14: Hasil N-gain Pretest-Posttest Pada Kelas Eksperimen
dan Kontrol ................................................................................................. 67
Tabel 4.15: Pedoman Wawancara Siswa ................................................... 67
Tabel 4.16: Pedoman Wawancara Guru...................................................... 68
x
Tabel 4.17: Lembar Observasi Partisipasi Siswa ....................................... 71
Tabel 4.18: Instrumen Observasi Guru ....................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai lembaga pendidikan selalu berusaha terus menerus dan
terprogram mengadakan pembenahan di berbagai bidang, termasuk salah satunya
adalah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam pembelajaran, guru memiliki
strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Kembali diingatkan pada sebuah hikmah “At-thoriqotu ahammu
min al-maaddah” (metode itu lebih signifikan perannya dari pada materi). Bukan
berarti materi, media, tujuan maupun evaluasi tidak penting, akan tetapi hikmah
tersebut merupakan bentuk penekanan khusus. Seorang guru tidak akan mampu
mengantarkan siswanya untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan tanpa memiliki
metode yang baik, dengan kata lain mempunyai keterampilan dalam
menyampaikan materi.
Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk
mempersiapkan kesuksesan masa depan pada zaman globalisasi. Pendidikan bisa
diraih dengan berbagai macam cara salah satunya pendidikan di sekolah.
Dalam proses pendidikan di sekolah tugas utama guru adalah mengajar
sedangkan tugas utama setiap murid adalah belajar. Selanjutnya keterkaitan antara
belajar dengan mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran La Costa mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu
teaching of thinking, teaching for thinking, and teaching about thinking.
Berdasarkan pengamatan observasi peneliti di kelas VIII MTs Al-
Khairiyah Jakarta Selatan diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada
pada pelajaran IPS yang masih di bawah nilai KKM sebesar 50% dari jumlah
siswa pada semester ganjil kelas VIII tahun ajaran 2014/2015. Dimana nilai KKM
yang ditentukan untuk mata pelajaran IPS adalah 6.60. Hal ini dikarenakan dalam
materi-materi pelajaran IPS banyak memuat kata kata istilah, tanggal sejarah yang
harus diingat, dihafal dan dimengerti. Selain itu menurut peneliti kurangnya
2
penguasaan guru akan penggunaan strategi pembelajaran juga menjadi salah satu
faktor penyebab kurangnya pemahaman siswa akan materi ajar IPS. Penggunaan
strategi pembelajaran dengan model ceramah yang dianggap sebagai model
pembelajaran yang monoton dan membosankan dapat mengurangi minat belajar
siswa. Oleh karena itu guru harus mampu membenahi cara belajar mengajar
dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah
strategi mastery learning.
Keberhasilan guru dilihat dari sejauh mana siswa telah memiliki
kompetensi melalui proses belajar. Dengan demikian, setelah proses pembelajaran
selesai sebaiknya guru bertanya:
“Apakah melalui proses pembelajaran siswa telah berhasil mencapai
sejumlah kompetensi seperti yang dirumuskan?”guru tidak bertanya: “sejauh
mana materi telah tersampaikan kepada siswa”.
Hal ini sangat penting, oleh sebab melalui pertanyaan pertama yang
menjadi sasaran keberhasilan adalah siswa sebagai subyek belajar, sedangkan
pertanyaan kedua yang menjadi sasaran adalah guru. Oleh karena itu penggunaan
metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang benar dan tepat akan
berpengaruh terhadap pembelajaran siswa sebagai upaya pencapaian kompetensi
seperti yang diharapkan.1 Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal
ini seperti yang dikemukan oleh Killen dalam buku Wina Sanjaya: “No teaching
strategy is better than others in all circumtances, so you have to be able to use a
variety of teaching strategy, and make rational decisions about when each of the
teaching strategy is likely to most effective”.
Apa yang dikemukan oleh Killen itu jelas, bahwa guru harus mampu
memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. 2 Strategi mastery
learning dipilih karena di dalamnya mengandung kegiatan-kegiatan yang menarik
serta mengarahkan siswa untuk lebih aktif berpartisipasi dalam proses
pembelajaran dan memotivasi siswa untuk berkompetisi dengan teman sebayanya,
melatih bekerjasama dalam sebuah tim serta mengembangkan sikap siswa.
1 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
kencana, 2006), h. 87. 2 Ibid., h. 103
3
Pembelajaran tuntas juga dapat diterapkan dengan berbagai metode dan media
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan fasilitas yang ada disekolah serta
pada semua mata pelajaran dan pokok bahasan.
Dengan penggunaan mastery learning tersebut diharapkan mampu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi, kerjasama, bertukar
pikiran, menjawab bahkan memberikan pertanyaan. Di samping itu juga telah
dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran IPS terkait dengan penerapan
strategi mastery learning dalam mata pelajaran IPS. Oleh karena itu peneliti
mengambil judul penelitian ini dengan “Pengaruh Penggunaan Strategi
Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Mts Al-Khairiyah Tegal
Parang Jakarta Selatan Tahun Ajaran 2014/2015”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Tingkat kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran IPS
rendah
2. Penggunaan metode, strategi dan pendekatan pembelajaran yang
kurang dikuasai oleh guru
3. Kurangnya penerapan pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas
(mastery learning) dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis memberikan pembatasan terhadap
permasalahan guna mempermudah dalam pembahasan penelitian, yaitu: Pengaruh
pembelajaran dengan menggunakan mastery learning terhadap hasil belajar IPS
pada siswa kelas VIII
4
D. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah yaitu, Bagaimana
pengaruh pembelajaran dengan menggunakan strategi mastery learning Terhadap
Hasil Belajar IPS Siswa MTs Al-Khairiyah Jakarta Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
seberapa jauh pengaruh strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa
MTs Al-Khairiyah Jakarta selatan.
F. Manfaat Penelitian
Secara teoritis:
Dengan adanya hasil penelitian ini, diharapakan hasil penelitian ini dapat
dijadikan masukan dan alternatif untuk menyempurnakan suatu sistem atau
strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran tuntas (mastery learning)
1) Bagi sekolah yaitu,
2) Bagi peneliti yaitu,
3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya yaitu,
4) Bagi para siswa yaitu,
Secara praktis:
1) Bagi sekolah yaitu, Mata pelajaran IPS dalam hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan masukan guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mencapai target belajar siswa yang diinginkan. Serta dapat dijadikan
sebagai bahan dalam mengevaluasi dalam pelaksanaan mastery learning
pada mata pelajaran IPS khususnya dan pelaksanaan bidang studi yang
lainnya.
2) Bagi peneliti yaitu penelitian ini sebagai bekal teoritis dan praktis dalam
mengimplementasikan mastery learning di lapangan. Hasil penelitian ini
juga dapat menjadi sarana belajar untuk menjadi seorang pendidik agar
siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan meningkatkan hasil
belajar siswa sehingga hasil belajar yang diharapkan memuaskan.
5
3) Bagi para praktisi pendidikan dan pendidikan pada umumnya, diharapkan
dapat memberikan pemahaman ilmu pendidikan, pemecahan masalah
dalam mastery learning serta dapat memberikan konstribusi penilaian
bagi dunia pendidikan pada umumnya.
4) Bagi para siswa yaitu dengan model pembelajaran tuntas (mastery
learning) ini diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang
menyenangkan, kondusif dan efektif. Siswa juga diharapkan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam pembelajaran IPS.
5
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hasil Belajar
1) Pengertian Belajar
Dalam hidup manusia dituntut unuk selalu menuntut ilmu dengan banyak
belajar. Jangan pernah ada kata lelah dalam belajar. Belajar adalah proses yang
terus-menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa sepanjang kehidupan manusia akan terus
belajar. Dalam sebuah hadits nabi yang artinya: “tuntutlah ilmu dari buaian
sampai liang lahat”. Dan dalam hadits lain yang Artinya: “Tuntutlah ilmu
walaupun di negeri Cina”, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslim. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayap mereka
kepada para penuntut ilmu karena senang (rela) dengan yang ia tuntut. (H.R. Ibnu
Abdil Bar).
Banyak sekali pendapat-pendapat para ahli tentang belajar. Salah satunya
adalah pendapat dari Hilgard. Menurut Hilgard, belajar adalah proses perubahan
melalui kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun
dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan
pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang,
sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi
karena adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadari.3
Sedangkan menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pencaindra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan Respons (S-
R). Oleh karena itulah teori ini juga dinamakan teori Stimulus-Respons. Belajar
adalah upaya untuk membentuk hubungan Stimulus dan Respons sebanyak-
banyaknya. Salah seorang tokoh behaviorist, yaitu Therndike dengan teori
3 Ibid., h. 89
7
belajarnya koneksionisme mengemukakan bahwa agar terjadi hubungan Stimulus-
Respons perlu memperhatikan hukum-hukum belajar sebagai berikut: a) hukum
kesiapan b) hukum latihan c) hukum akibat.4
2) Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu proses belajar dan mengajar dengan segala
interaksi di dalamnya. Kata “pembelajaran” adalah terjemah dari “instruction”,
yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini
banyak dipengaruhi oleh aliran Psikologi Kognitif-Wholistik, yang menempatkan
siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa
mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan
cetak, program televise, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu
mendorong terjadinya perubahan peranan guru sebagai sumber belajar menjadi
guru sebagai fasilitator dalam belajar mengajar. Hal ini seperti yang diungkapkan
Gagne, yang menyatakan bahwa:
“instruction is a set of event that effect learners in such a waythat learning
is facilitated”
Oleh karena itu menurut Gagne, mengajar atau “teaching” merupakan
bgian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan
kepada bagaimana merancang atau mengarasemen berbagai sumber dan fasilitas
yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari
sesuatu. Lebih lengkap Gagne mnyatakan:
why do we speak of instruction rather than teaching? It is because we wish
to describe all of the events that may have a direct effect on the learning of
a human being, not just those set in motion by individual who is a teacher.
Instruction may include events that are generated by a page of print, by
picture, by a television program, or by combination of physical objects,
among other things. Of course, a teacher may plan an essential role in the
arrangement of any of these events
Dalam istilah “pembelajaran” yang lebih dipengaruhi oleh perkembangan
hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar, siswa
diposisikan sebagai subjek belajar yang memegang peranan yang utama, sehingga
4 Ibid., h. 91
8
dalam setting poses belajar mengajar siswa dituntut beraktifitas secara penuh
bahkan secara individual mempelajari bahan pelajaran. Dengan demikian kalau
istilah “mengajar” atau “teaching” menempatkan guru sebagai “pemeran utama”
memberikan informasi, maka dalam istilah “instruction” guru lebih banyak
berperan sebagai fasilitator, memanage berbagai sumber dan fasilitas untuk
dipelajari siswa. 5
3) Definisi hasil belajar
Dalam proses belajar mengajar guru juga ingin mengetahui seberapa jauh
pemahaman yang telah dicapai oleh siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana: Hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik yang berorientasi pada proses
belajar mengajar yang dialami siswa. Sementara menurut Gronlund: hasil belajar
adalah suatu bagian pelajaran misalnya suatu unit, bagian ataupun bab tertentu
mengenai materi tertentu yang telah dikuasai oleh siswa. Sedangkan Spears
berpendapat bahwa pengalaman belajar meliputi apa-apa yang dialami siswa baik
itu kegiatan mengobservasi, mengobservasi, membaca, meniru, mencoba sesuatu
sendiri, mendengar, mengikuti perintah.
Sistem pendidikan nasional dan rumusan tujuan pendidikan; baik tujuan
kurikuler maupun tujuan instruksional pada umumnya menggunakan klasifikasi
hasil belajar Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah:
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil
belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni: knowledge (pengetahuan),
comprehension (pemahaman), aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua
aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya
termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang
terdiri dari lima aspek, yakni: penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian,
organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri atas enam aspek, yakni:
5 Ibid, h. 78
9
gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan
ekspresif dan interpretatif.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan pada kognitif, afektif dan konatif sebagai pengaruh pengalaman belajar
yang dialami siswa baik berupa suatu bagian, unit, atau bab materi tertentu yang
telah diajarkan. Dalam penelitian ini aspek yang di ukur adalah perubahan pada
tingkat kognitifnya saja.
4) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam proses belajar pasti ada yang mempengaruhi siswa baik dalam
motivasi belajar, minat belajar bahkan terhadap hasil belajar itu sendiri.
Kenyataan menunjukkan bahwa hasil belajar seseorang tidaklah sama, tetapi
sangat berbeda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yang secara
garis besar dapat dibedakan menjadi dua; (1) Faktor dari dalam diri seseorang
(intrinsic) dan (2) Faktor dari luar seseorang (Extrinsic).
Beberapa Faktor dari dalam (Intrinsic)
1.Inteligensi
Winkel (1986) memberi batasan tentang pengertian inteligensi dengan
mengatakan, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mendapatkan
suatu tujuan untuk berfikir secara rasional, dan untuk berhubungan dengan
lingkungan disekitarnya secara memuaskan.
Dari pengertian ini dapat dikatkan bahwa faktor inteligensi menjadi
penting dalam proses belajar seseorang guna mencapai prestasi belajarnya.
2.Motivasi
Winkel (1986) menyatakan motivasi adalah motor penggerak yang
mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri. Hal ini sejalan dengan Sardiman
(2003) yang menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin keberlangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
10
Jadi jelaslah bahwa motivasi mempunyai peranan penting dalam mencapai
prestasi belajar, sehingga perlu upaya untuk menghidupkan motivasi dari
seseorang.
3.Sikap
Sarwono (1988) mendefinisikan sikap adalah kecenderungan atau
kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi suatu
rangsangan tertentu.
Seseorang memiliki sikap tertentu terhadap berbagai hal secara baik positif
maupun negatif. Sikap positif menjadi pilihan untuk dikembangkan/ditanamkan
kepada seseorang sehingga dapat bersikap positip terhadap rangsangan yang
diterima yang pada gilirannya akan mengoptimalkan prestasi belajar yang
optimal.
4.Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Pendapat
ini didukung oleh pernyataan beberapa pakar yang mengatakan bahwa: „minat
adalah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan memegang beberapa
kegiatan yang diamati siswa diperhatikan terus menerus disertai dengan rasa
senang dan diperoleh suatu kepuasan‟ (Cony Semiawan, 1990). Juga menurut
Winkel (1986) bahwa minat adalah kecenderungan yang menetapkan untuk rasa
tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam
bidang-bidang itu.
Seseorang yang didorong oleh minat dan merasa senang dalam belajar
dapat memperoleh prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu yang dapat
diupayakan agar siswa dapat berprestasi dengan baik perlu dibangkitkan minat
belajarnya.
5.Bakat
Bakat menurut Tabrina Rusyan (1989), adalah kapasitas seseorang atau
potensi hipotesis untuk dapat melakukan suatu tugas dimana sebelumnya sedikit
mengalami latihan atau sama sekali tidak memperoleh latihan lebih dahulu.
11
Jadi bakat merupakan potensi dan kecakapan pada suatu lapangan
pekerjaan. Apabila kapasitas mendapat latihan yang memadai maka potensi akan
berkembang menjadi kecakapan yang nyata.
6.Konsentrasi
Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran dengan segala kekuatan
perhatian yang ada pada suatu situasi. Pemusatan pikiran ini dapat dikembangkan
melalui latihan.
Beberapa Faktor dari Luar (Extrinsic)
1.Faktor Keluarga
Faktor keluarga turut mempengaruhi perkembangan prestasi belajar siswa.
Pendidikan yang pertama dan utama yang diperoleh ada dalam keluarga. Jadi
keluarga merupakan salah satu sumber bagi anak untuk belajar. Kalau pelajaran
yang diperoleh anak dari rumah tidak baik, kemungkinan diluar lingkungan
keluarga anak menjadi nakal dan begitu juga sebaliknya.
Pendidikan informal dan formal memerlukan kerjasama antara orang tua
dengan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-
pengalamannya dan menghargai usaha-usahanya. Orang tua juga harus
menunjukkan kerjasamanya dalam cara anak belajar di rumah. Pendidikan
berlangsung seumur hidup berlangsung dan dilaksanakan dalam lingkungan
rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan adalah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
2.Faktor Sekolah
Faktor ini menyangkut proses pembelajaran yang diterima seseorang
dengan bantuan guru. Metode pembelajaran yang diberikan sekolah sangat
menentukan bagaimana anak dapat belajar mandiri dengan baik. Guru yang baik
adalah guru yang menguasai kelas memiliki kemampuan dan menggunakan
metode Pembelajaran yang tepat, yaitu kemampuan membelajarkan dan
kemampuan memilih alat bantu pemelajaran yang sesuai serta kemampuan
menciptakan situasi dan kondisi belajar.
12
Dengan metode pembelajaran yang baik dan tepat akan dapat menarik
minat siswa, perhatian siswa akan tertuju pada bahan pelajaran, sehingga
diharapkan siswa akan dapat mencapai prestasi belajar.
3.Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan pendidikan ketiga sesudah keluarga
dan sekolah, yang mempengaruhi anak dalam mencapai prestasi belajar yang baik.
Anak haruslah dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, karena dari
pengalaman yang dialami siswa dimasyarat banyak diperoleh ilmu yang berguna
bagi anak didik.
Hal ini didukung pendapat Glesser (1987) yang mengatakan, “manusia
normal adalah seorang manusia yang berfungsi secara efektif, yang sampai pada
taraf tertentu merasa bahagia dan menunjukkan prestasi dibidang yang
dianggapnya perlu, ia harus pula dapat bertingkah laku dengan
mempertimbangkan norma dan batasan yang ada dilingkungan setempat ia tinggal
dan hidup”.6
5) Jenis-jenis hasil belajar
Menurut Bloom dalam buku Nana Sudjana 2008 membagi hasil belajar
dalam tiga ranah,yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.
a. Ranah kognitif
Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri
dari enam aspek, yakni: Pengetahuan (knowledge), Pemahaman, Aplikasi,
Analisis, Sintesis, Evaluasi
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari
lima aspek, yakni : penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris
Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan
(skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam aspek yakni: gerakan
reflex, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan
atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpretative.7
6 http://m.kompasiana.com/post/read/558299/1/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-
belajar.html diakses pada 14 maret 2015 7 Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar, (bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2008) h.22
13
6) Pentingnya penilaian hasil belajar
Menurut pendapat Suharsimi dalam buku Eko Putro Widoyoko : “Guru
maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa
karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan penilaian hasil
belajar mempunyai makna yang penting, bagi siswa, guru maupun sekolah”.
Adapun makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah:
1) Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat
mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan
oleh guru. Hasil yang diperoleh siswa dari penilaian hasil belajar ini ada
dua kemungkinan: memuaskan atau tidak memuaskan.
2) Makna bagi guru
Guru akan dapat mengetahui siswa-siswa mana yang sudah berhak
melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) kompetensi yang diharapkan, maupun
mengetahui siswa-siswa yang belum berhasil mencapai KKM kompetensi
yang diharapkan.
Guru akan dapat mengetuhi apakah pengalaman belajar (materi
pelajaran) yang disajikan sudah tepat pada siswa sehingga untuk kegiatan
pembelajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
Guru akan dapat mengetahui apakah strategi pembelajaran yang
digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar dari siswa
memperoleh hasil penilaian yang kurang baik maupun jelek pada penilaian
yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh strategi atau metode
pembelajaran yang kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru
harus introspeksi diri dan mencoba mencari strategi lain dalam kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan.
3) Makna bagi sekolah
Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana
hasil belajar siswa-siswanya, maka akan dapat diketahui pula akademik
14
yang diciptakan oleh sekolah sudah dengan harapan atau belum. Hasil
belajar siswa merupakan cermin kualitas sekolah
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun dapat
digunakan sebagai pedoman bagi sekolah untuk mengetahui apakah yang
dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar pendidikan sebagimana
dituntut standar nasional pendidikan (SNP) atau belum. Pemenuhan
berbagai standar akan terlihat dari bagusnya hasil penilaian belajar siswa.
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai
pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan
disekolah untuk masa-masa yang akan datang.8
2. Strategi Pembelajaran
a. Pengertian strategi pembelajaran
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan
sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu
peperangan. Menurut J.R David dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai
“a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular
educational goal”. Jadi, dengan demikian startegi pembelajaran dapat diartikan
sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas, pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencanan tindakan (rangkaian) termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Artinya arah arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan.
8 Eko Putro Wodoyoko, EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan Praktis Bagi
Pendidikan Dan Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, 2009). h. 36-38
15
Kemp menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah “suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien”.
Senada dengan pendapat diatas, Dick dan Carey juga menyebutkan bahwa
strategi pembelajaran itu adalah “suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang
digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.
Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi pembelajaran digunakan
beberapa metode. Oleh karenanya, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjukan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode
adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan kata lain,
strategi adalah a plan of operation achieving something; sedangkan metode adalah
a way in achieving something.9
b. Jenis jenis strategi pembelajaran
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Rowntree
mengelompokkan ke dalam strategi penyampaian-penemuan atau exposition-
discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran
individual atau groups-individual learning. 10
Selain pendapat Rowntree, Roy
Killen mencatat beberapa macam strategi pembelajaran yang dapat digunakan
seperti: a) Strategi pembelajaran langsung (direct instruction), b) Stratergi
pembelajaran dengan diskusi, c) Strategi pembelajaran dengan kerja kelompok
kecil, d) Strategi pembelajaran cooperative learning, e) strategi pembelajaran
problem solving.11
Carleston Washburne dan teman-temannya mengembangkan
strategi mastery learning.12
9Wina. Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta:kencana, 2008), hal 125-127 10
Wina, Sanjaya. Pembelajaran Dalam Implementasi,….. h. 104 11
Ibid,. h. 105-107 12
“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, Beberapa Catatan Tentang Mastery Learning, (Jakarta:
1980).h.1”
16
3. Pengertian Mastery Learning Sebagai Strategi Pembelajaran Dan
Pengertian Strategi Konvensional
a. Strategi mastery learning
1) Pengertian Mastery Learning (Belajar Tuntas)
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan
yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery
level) terhadap kompetensi tertentu. Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar
yang menginginkan sebagian besar peserta didik dapat menguasai tujuan
pembelajaran secara tuntas. Pendekatan ini diharapkan dapat mempertinggi rata-
rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang
lebih sesuai dan memberikan perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar
menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar.13
Konsep mastery learning (belajar tuntas) sesungguhnya bukanlah barang
baru. Konsep ini sesungguhnya sudah cukup tua dan sudah berkembang sejak
tahun 1920, yaitu dikembangkan oleh Carleston Washburne dan teman-temannya
melalui Winnetka Plan pada tahun 1992 dan oleh Prof. Henry C. Morrison di
Laboratory school Universitas Chicago tahun 1926.
Maksud utama dari mastery learning adalah memungkinkan 75% sampai
90% siswa untuk mencapai hasil belajar yang sama tingginya dengan kelompok
terpandai dalam pengajaran klasikal. Demikian pula maksud mastery learning
tersebut adalah meningkatkan efisiensi belajar, meningkatkan minat belajar, dan
meningkatkan sikap siswa yang positif terhadap bahan pelajaran yang dipelajari
melalui metode-metode belajar dalam kesatuan kelas.
Gambaran pendekatan yang dilakukan oleh kedua ahli tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
a. Mastery learning didefinisikan dalam hubungan dengan tujuan
pendidikan khusus yang diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Bagi
13
Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP)
dan Suksen dalam sertifikasi guru. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2007). h . 327
17
Washburne tujuan kognitif sedangkan bagi Morrison tujuan-tujuan
kognitif, afektif dan psikomotorik.
b. Pengajaran diorganisasikan menjadi satuan-satuan pengajaran yang
tertentu. Setiap satuan terdiri dari kumpulan materi pengajaran yang
diatur secara sistematik untuk diajarkan guna mencapai tujuan-tujuan
satuan pelajaran (Morrison)
c. Penguasaan bahan yang komplit untuk setiap satuan pelajaran dituntut
dari siswa-siswa sebelum guru maju lebih lanjut pada satuan pelajaran
berikutnya. Gambaran ini khususnya penting dalam Winnetka Plan
yang satuan-satuan pelajarannya telah diurutkan sehingga mempelajari
setiap suatu pelajaran menjadi prasyarat untuk mempelajari satuan
pelajaran berikutunya.
d. Diagnostic progress test, dilaksanakan setelah para siswa
menyelesaikan kegiatan belajar untuk setiap satuan pelajaran yang
gunanya untuk memperoleh umpan balik mengenai ketepatan cara
belajar siswa, yaitu sejauh mana tingkat penguasaan bahan oleh siswa
dan sejauh mana pula mereka masih memerlukan penguasaan lebih
lanjut.
e. Untuk penyempurnakan bahan, berdasarkan informasi yang diperoleh
dari diagnostic progress test, dilaksanakan learning correctives, yang
menurut Morrison merupakan pengajaran kembali, pengajaran tutorial,
restrukturasi kegiatan belajar, dan pengajaran kembali kebiasaan-
kebiasaan belajar siswa. Waktu yang disediakan untuk learning
correctives menurut metode Morrison ditentukan sendiri oleh guru,
sedangkan menurut metode Winnetka Plan ditentukan sendiri oleh
siswa.
Ide kedua ahli tersebut menghilang untuk beberapa tahun dan baru diingat
kembali pada saat Skinner memperkenalkan pengajaran berprograma pada tahun
1954. Secara nyata ide mastery learning timbul kembali dengan munculnya
gagasan “Model of school learning” pada tahun 1963 dari John B. Caroll
18
professor dari Harvard University yang mengemukakan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa disekolah, dan ia menunjukkan
interaksi diantara faktor-faktor tersebut.14
2) Pelopor-Pelopor Strategi Mastery Learning
Pada Abad Ke 20 Ini Pelopornya Antara Lain: Carleton Washburne
(1922), Morrison (1926). Skinner (1954), Goodlad and Anderson (1959), Carroll
(1963), Bruner (1966), Suppes (1966), Glaser (1968), Bloom (1968) dan James H.
Block (1971).15
3) Strategi Mastery Learning Menurut James H. Block
James H. Block dari Universitas California, Santa Barbara, Amerika
Serikat, memandang mastery learning sebagai falsafah persekolahan atau strategi
pengajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas. Falsafah tersebut mengatakan
bahwa di dalam kondisi pengajaran yang tepat semua siswa akan dapat dan akan
mau belajar dengan baik sekali. Menurut James falsafah ini sesungguhnya telah
cukup tua. Hal tersebut tersirat dalam tulisan-tulisan kaum Jezuit, Commenius,
Pestalozzi, dan Herbart.
Namun demikian gagasan tentang mastery learning ini baru dilaksanakan
di Amerika Serikat pada akhir abad ke 20 oleh perorangan, seperti Washburne
pada Winnetka Plan dan Morrison di Universitas Chicago.
Ada 2 jenis gagasan mengenai mastery learning ini, yaitu:
1) Yang menitik beratkan pendidikan perorangan
2) Yang menitik beratkan pendidikan melalui pendekatan kerja
kelompok
Walaupun demikian keduanya berusaha untuk mengembangkan individu
siswa sebaik-baiknya, yaitu dengan cara:
1) Membantu siswa yang mengalami kesulitan
14
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y. loc. Cit. h. 2
15 Ibid,. .hal 4
19
2) Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa untuk belajar
3) Menentukan bahan yang harus dipelajari secara jelas ruang
lingkupnya dan tingkat kesukarannya.
Menurut pendapat James H. Block (1971) tidak banyak sekolah yang
mempunyai persyaratan untuk menyelenggarakan format pendidikan individual,
karena ia memusatkan perhatiannya pada strategi mastery learning dengan
orientasi pada kerja kelompok. Untuk keperluan itu ia mengolah kembali strategi
mastery learning yang dikemukakan oleh Bloom (1968). Bloom menyebutkan
istilah mastery learning dengan istilah: learning for master.
4) Prosedur Mastery Learning
Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang berhasil, Bloom
mengembangkan suatu prosedur pengajaran yang dapat diterapkan dalam
memberikan pengajaran kepada suatu kelas. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang
bersifat umum maupun khusus.
b) Menjabarkan materi pelajaran atas sejumlah unit pelajaran.
c) Member pelajaran secara klasikal (kelompok), sesuai dengan unit
pelajaran yang sedang dipelajari
d) Memberikan tes kepada siswa pada akhir masing-masing unit
pelajaran, untuk mengecek kemajuan masing-masing siswa dalam
mengolah materi pelajaran
e) Kepada siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan penuh,
diberikan bantuan khusus.
f) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit
pelajaran tersebut, barulah guru mulai mengajarkan unit pelajaran
yang berikutnya.
g) Unit pelajaran yang menyusul diajarkan secara kelompok dan diakhiri
dengan memberikan tes.
20
h) Setelah hampir semua siswa mencapai tingkat penguasaan pada unit
pelajaran tersebut, barulah guru mengajar unit pelajaran yang ketiga.
i) Prosedur yang sama diikuti pula dalam mengajarkan unit-unit
pelajaran lainnya, sampai seluruh rangkaian selesai.
j) Setelah seluruh rangkain unit pelajaran selesai, siswa mengerjakan tes
yang mencakup seluruh rangkaian unit pelajaran16
Strategi mastery learning dari Bloom tersebut dikembangkan oleh James
H. Block (1971) yang perinciannya mencakup:
1) Prakondisi untuk mastery learning
a) Guru yang ingin berhasil dengan mastery learning mulai dengan
suatu asumsi bahwa sebagian besar murid belajar dengan baik, dan
bahwa ia dapat mengajar sehingga sebagian besar siswa akan
berhasil baik.
b) Langkah berikutnya ialah identifikasi masalah yang dihadapi guru,
yaitu merumuskan maksud mastery learning itu.
c) Hasil test ini diukur dengan jalan membandingkan dengan
keberhasilan yang distandarkan sehingga pengajaran tersebut dapat
dilihat berhasil atau tidaknya.
2) Pelaksanaan mastery learning
Sekarang guru siap untuk mulai mengajar. Karena siswa belum biasa
dengan mastery learning ataupun dengan gagasan tentang penilaian A, B, C dan
seterusnya guru berkewajiban untuk memberikan pengarahan mengenai
pelaksanaannya.
Harap diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Siswa dinilai hanya atas dasar ujian sumatif
b) Penilaian atas standar keberhasilan yang sudah ditentukan.
c) Tahap keberhasilan mungkin A, B, C, D, atau F.
16
Dewi Atikoh, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Mastery Learning Terhadap Hasil Belajar
Sosiologi Siswa”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 15.
21
d) Selama masa belajar, akan diberikan diagnostic progress test
dengan tujuan maningkatkan kemampuan belajar siswa.
e) Setiap siswa mendapatkan bentuan yang diperlukan agar mau
belajar sebagai berikut:
a. Masa pengarahan
Untuk menumbuhkan dorongan belajar, harus menimbulkan pada diri
siswa bahwa dia dapat sanggup belajar.
b. Setelah masa pengarahan
Guru lalu mengajarkan unti pertama dengan pendekatan kelompok. Pada
akhir pelajaran guru memberikan test formatif untuk melihat keberhasilan dan
bukan langsung diteruskan dengan unit berikutnya. Pencatatan skor dilakukan
bersama siswa – siswa sendiri.
c. Berdasarkan hasil penilain test.
Lalu guru menilai kemajuan siswa, agar dapat diketahui siapa yang harus
terus membimbing yang belum berhasil, dan siswa harus mempelajari bagian-
bagian yang belum dikuasai sebelum melanjutkan pelajaran untuk unit berikutnya.
Waktu untuk membimbingnya ditentukan sendiri oleh yang bersangkutan.
Siswa yang mencapai hasil diatas criteria tingkatan yang ditentukan
memperoleh A, sedangkan yang lebih rendah diberikan nilai yang lebih rendah
walaupun umunya dengan mastery learning nilai B, C hanya sedikit, D dan F
hampir tidak ada.
3) Hasil belajar siswa
Umumnya, siswa yang menggunakan strategi mastery learning berlipat 2-
3 kali lebih besar jumlahnya yang memperoleh skala A dibandingkan dengan
mereka yang menggunakan metode konvensional dan kelompok biasa. Jadi,
perbandingan keberhasilan dengan tingkat A dan B itu berkisar antara 25%,. Data-
data menunjukkan mastery learning dapat secara drastis mengurangi jumlah siswa
yang memperoleh C, D dan F. Sebegitu jauh kita telah melihat hasil-hasil yang
22
bersifat kognitif atau aspek kecerdasan. Terdapat juga kenyataan adanya pengaruh
terhadap aspek afektif.
4) Implikasi mastery learning bagi guru
a) Impilikasi mastery learning bagi guru ialah bahwa dia harus
terbiasa terhadap penilain yang eksplisit.
b) Guru harus mempertanggung jawabkan nilai yang diberikannya.
c) Implikasi lainnya ialah bahwa guru harus memelihara mutu-mutu
pengajarannya.
d) Impilkasi berikutnya ialah bahwa guru harus memonitor
keberhasilan belajar secara terus-menerus. Cara mengajar dapat
diperbaiki dengan melihat hasil test formatif.
e) Terakhir ialah bahwa guru harus selalu melakukan hubungan kerja
sama dengan teman sejawat dan dengan siswa. 17
Sedangkan tahap pembelajaran mastery learning yang dikembangkan oleh
John B. Caroll dan Benjamin Bloom adalah sebagai berikut:
a) Orientasi
Pada tahap orientasi ini dilakukan penetapan kerangka isi pembelajaran
b) Penyajian
Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru
disertai dengan contoh-contoh.
c) Latihan Terstruktur
Dalam tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian
masalah, berupa langkah-langkah penting secara bertahap dalam
penyelesaian suatu masalah atau tugas.
d) Latihan Terbimbing
Pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada siswa untuk letihan
menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan.
17
“Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, op. cit., hal 15-21
23
e) Latihan Mandiri
Tahap latihan mandiri merupakan inti dari strategi ini. Latihan mandiri
dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90%
dalam tahap latihan terbimbing.18
5) Kelebihan serta Kekurangan strategi Mastery Learning
a. Kelebihan Mastery Learning
a) Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern
yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar
kelompok.
b) Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana
disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah
sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
c) Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara
partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam
proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
d) Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil
belajar.
e) Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa
mengandung unsur objektivitas yang tinggi.
b. Kekurangan Mastery Learning
a) Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat
perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu
semester, disamping penyusunan satuan-satuan pelajaran yang
lengkap dan menyeluruh.
b) Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai
kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang
memadai.
18
“Dewi Atikoh , op. cit., H 17-18.
24
c) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan
mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang
relatif lebih sulit dan masih baru.
d) Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat,
dana. Dan waktu yang cukup besar.
e) Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan
materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar
menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih
lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan
sumber-sumber yang lebih luas19
b. Strategi Konvensional
Strategi/metode konvensional adalah metode yang biasa dipakai guru pada
umumnya atau sering dinamakan metode tradisional. Diantara metode-metode
konvensional meliputi:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan keterangan yang disampaikan secara lisan
atas bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai
pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Metode ceramah dapat
juga didefinisikan sebagai suatu cara penyampaian pesan dan informasi secara
satu arah lewat yang diterima melalui indra pendengaran.20
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan
oleh setiap guru. Hal ini disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya kebiasaan baik dari guru atau pun siswa, guru biasanya belum merasa puas
jika dalam pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa.
Mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran
melalui ceramah, sehingga ada guru yang ceramah berarti adanya proses belajar
dan tidak ada guru berarti tidak belajar.21
19
Oemar Hamalik. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA.
Bandung: Sinar Baru. hal: 86 20
Iwan purwanto (ed), strategi pembelajaran. (Jakarta: cahaya digita, 2012). Hal. 194 21
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, op.cit.hal 147
25
Metode ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, sebagai
berikut :
1) Kelebihan Metode Ceramah
a. dapat dipakai orang dewasa
b. menghabiskan waktu dengan baik
c. dapat digunakan dalam kelompok besar
d. dapat dipakai sebagai penambah bahan yang sudah di baca
e. dapat dipakai untuk mengulang atau memberi pengantar pada pelajaran atau
aktifitas.
2) Kekurangan Metode Ceramah
a. daya tahan anak didik untuk berkonsentrasi dan mengendalikan alat indra
terbatas.
b. ketika mendengar, peserta didik sangat mudah terganggu karena peserta
didik lebih fokus dengan apa yang dilihat (visual) dari pada yang didengar
(audio)
c. peserta didik tidak dapat membandingkan, menganalisis, mengevaluasi
gagasan atau informasi yang disampaikan ketika ia sedang berceramah.
2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah penyajian materi dengan menggunakan
pertanyaan baik dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik ke guru.
Biasanya metode ini tidak berdiri sendiri, tetapi dilakukan dengan metode
ceramah. Metode Tanya jawab memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,
antara lain :
1) Kelebihan Metode Tanya Jawab
a. melatih kerjasama
b. memusatkan perhatian
c. melihat kemajuan
d. menguarangi kebosanan
e. meningkatkan daya piker
26
2) Kekurangan Metode Tanya Jawab
a. akan menimbulkan frustasi peserta didik bila guru tidak menggunakan
cara-cara bertanya yang baik22
3. Metode Latihan
Metode latihan disebut juga metode training, yaitu suatu cara belajar
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu juga sebagai sarana untuk
memelihara kebiasaan-kebiasaan yang baik. Selain itu, metode ini dapat
digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan
keterampilan.
Metode ini diakui banyak mempunyai kelebihan, tetapi juga mempunyai
beberapa kekurangan sebagai berikut :
1) Kelebihan Metode Latihan
a. Meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan
b. Tidak memerlukan konsentrasi yang tinggi
c. Gerakan yang kompleks bisa menjadi otomatis
2) Kekurangan Metode Latihan
a. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik, karena anak didik lebih
banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan jauh dari pengertian.
b. Membosankan, karena selalu diulang-ulang apalagi jika
pengulangannya monoton.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku, karena penekanan lebih pada
mendapatkan kebiasaan secara otomatis, sehingga tidak memerlukan
intelegensi.
d. Menimbulkan verbalisme, karena penekanan pada menghafal.23
3. Perbedaan antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip
ketuntasan secara individual. Dalam hal pemberian kebebasan belajar, serta untuk
22
Iwan purwanto (ed),op.cit. hal 196 23
Ibid,. hal.199
27
mengurangi kegagalan peserta didik dalam belajar, strategi belajar tuntas
menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan
kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi mengakui dan melayani
perbedaan-perbedaan perorangan peserta didik sedemikiah rupa, sehingga dengan
penerapan pembelajaran tuntas memungkinkan berkembangnya potensi masing-
masing peserta didik secara optimal. Dasar pemikiran dari belajar tuntas dengan
pendekatan individual ialah adanya pengakuan terhadap perbedaan individual
masing-masing peserta didik.
Untuk merealisasikan pengakuan dan pelayanan terhadap perbedaan
individu, pembelajaran harus menggunakan strategi pembelajaran yang
berasaskan maju berkelanjutan (continuous progress). Untuk itu, pendekatan
sistem yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam teknologi pembelajaran
harus benar-benar dapat diimplementasikan. Salah satu caranya adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar harus dinyatakan secara jelas, dan pembelajaran
dipecah-pecah ke dalam satuan-satuan (cremental units). Peserta didik belajar
selangkah demi selangkah dan boleh mempelajari kompetensi dasar berikutnya
setelah menguasai sejumlah kompetensi dasar yang ditetapkan menurut kriteria
tertentu.
Dalam pola ini, seorang peserta didik yang mempelajari unit satuan
pembelajaran tertentu dapat berpindah ke unit satuan pembelajaran berikutnya jika
peserta didik yang bersangkutan telah menguasai sekurang-kurangnya 75% dari
kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan pembelajaran konvensional dalam
kaitan ini diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks klasikal yang sudah
terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga pelaksanaannya kurang
memperhatikan keseluruhan situasi belajar (non belajar tuntas).
Dengan memperhatikan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
perbedaan antara pembelajaran tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah
bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui asas-asas ketuntasan belajar,
sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya kurang memperhatikan
28
ketuntasan belajar khususnya ketuntasan peserta didik secara individual. Secara
kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dicermati pada Tabel berikut,
TABEL 2.1: Perbandingan Kualitatif antara Pembelajaran Tuntas dengan
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Tuntas Pembelajaran Konvensional
A. Persiapan
Tingkat ketuntasan
Diukur dari performance peserta
didik dalam setiap unit (satuan
kompetensi atau kemampuan
dasar
Setiap peserta didik harus
mencapai nilai 75 Diukur dari
performance peserta didik yang
dilakukan secara acak
Satuan Acara Pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan dipakai
sebagai pedoman guru serta
diberikan kepada peserta didik
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan hanya dipakai
sebagai pedoman guru
Pandangan terhadap kemampuan peserta didik
Kemampuan hampir sama,
namun tetap ada variasi
Kemampuan peserta didik
dianggap sama
B. Pelaksanaan pembelajaran
Bentuk pembelajaran
Dilaksanakan melalui
pendekatan klasikal, kelompok
dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya melalui
pendekatan klasikal
29
Cara pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui
penjelasan guru (lecture),
membaca secara mandiri dan
terkontrol, berdiskusi, dan belajar
secara individual
Dilakukan melalui
mendengarkan (lecture), tanya
jawab, dan membaca (tidak
terkontrol)
Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance
peserta didik (kompetensi atau
kemampuan dasar) secara
individual
Pada bahan pembelajaran24
Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik secara individual
Sebagai pengelola pembelajaran
untuk memenuhi kebutuhan
seluruh peserta didik dalam kelas
Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing
peserta didik secara individual
Ditujukan kepada peserta didik
dengan kemampuan menengah
Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik
dengan bantuan guru
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
C. Umpan Balik
Instrumen umpan balik
Menggunakan berbagai jenis Lebih mengandalkan pada
24
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-learning-
dalam-ktsp/ diakses pada bulan October 2014
30
serta bentuk tagihan secara
berkelanjutan
penggunaan tes objektif untuk
penggalan waktu tertentu
Cara membantu peserta didik
Menggunakan sistem tutor dalam
diskusi kelompok (small-group
learning activities) dan tutor
yang dilakukan secara individual
Dilakukan oleh guru dalam
bentuk tanya jawab secara
klasikal
4. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bidang kajian
penelitian
1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah
terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan dasar dan
menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku Teaching Social
Studies (1952) mengartikan Studi Sosial “those portions or aspect of social
sciences that heve been selected and adapted for used in the school or in other
instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu sosial yang dipilih dan
disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau situasi pengajaran lain).
Paul Mathias dalam buku The Teacher’s Handbook for Social Studies
memberikan penjelasan bahwa “Studi Sosial merupakan pelajaran tentang
manusia dalam masyarakat pada masa lalu, sekarang, dan yang akan dating”.
Karena itu Studi Sosial membahas ciri kemasyarakatan yang mendasar dari
manusia, meliputi studi banding tentang perbedaan-perbedaan rasial dan
lingkungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya, dan memerlukan
penelitian rinci terhadap berbagai pernyataan (perilaku) mengenai adaptasi
manusia terhadap lingkungan hidupnya, serta hubungan antara manusia yang satu
dengan lainnya.
31
John Jarolimek menulis Pengetahuan Sosial adalah “bagian dari
kurikulum sekolah dasar yang mengambil subject matter content dari ilmu-ilmu
sosial seperti sejarah, sosiologi, politik, psikologi, philosofi, antropologi, dan
ekonomi”.
Leonard S. Kenworthy mengatakan Pengetahuan Sosial adalah
studi tentang manusia untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun
orang lain, di dalam suatu masyarakat yang sangat bervariasi, baik karena
perbedaan tempat atau waktu sebagai individu maupun kelompok dalam
memenuhi kebutuhannya melalui berbagai institusi seperti halnya
manusia mencari kepuasan batin dan masyarakat yang baik.
Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998) menjelaskan hakikat
pendidikan IPS adalah “berbagai konsep dan prinsip yang terdapat dalam ilmu-
ilmu sosial, misalnya tentang kependudukan, kriminalitas, korupsi dan kolusi dan
sebagainya yang dikemas untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan di berbagai jenjang pendidikan”. Berbagai realitas tersebut
dijelaskan melalui pendekatan multi dimensi arah dalam melakukan berbagai
prinsip dan generalisasi yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, antropologi, psikologi sosial, geografi dan ilmu politik.
Nu‟man Sumantri (2001) mengaskan bahwa IPS adalah “suatu synthetic
discipline yang berusaha untuk mengorganisasikan dan mengembangkan
substansi ilmu-ilmu sosial secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”.
Makna synthetic discipline, bahwa IPS bukan sekedar mensintesiskan konsep-
konsep yang relevan antara ilmu-ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu sosial, tetapi juga
mengkorelasikan dengan masalah-masalah kemasyarakatan, kebangsaan, dan
kenegaraan.
Dengan demikian IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam
lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok
yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial,
seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.25
25
http://www.tuanguru.com/2012/07/pengertian-ilmu-pengetahuan-sosial-ips.html
32
2) Sejarah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Istilah pendidikan IPS dalam menyelenggarakan pendidikan di Indonesia
masih relative baru digunakan. Pendidikan IPS merupakan padanan dari Social
Studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat. Istilah tersebut pertama
kali digunakan di AS pada tahun 1913 menadopsi nama lembaga Social Studies
yang mengembangkan kurikulum di AS.
Kurikulum pendidikan IPS tahun 1994 sebagaimana yang dikatakan oleh
Hamid Hasan pada tahun 1990, merupakan fusi dari berbagai disiplin ilmu.
Martorella pada tahun 1987 mengatakan bahwa pembelajaran IPS lebih
menekankan pada aspek “pendidikan” daripada “transfer konsep”, karena dalam
pembelajaran IPS siswa diharapkan memperoleh pemahaman terhadap sejumlah
konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilan
berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pembelajaran
pendidikan IPS harus diformulasikan pada aspek kependidikannya.
3) Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Mengenai tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (Pendidikan IPS), para ahli
sering mengaitkan dengan berbagai sudut kepentingan dan penekankan dari
program pendidikan tersebut. Gross menyebutkan bahwa tujuan pendidikan IPS
adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam
kehidupannya di masyarakat, secara tegas ia mengetakan “to prepare students to
be well-functioning citizens in a democratic society”. Selain itu , tujuan dari
pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar
kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan
lingkungannya. Serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi.26
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh “ Dewi Atikoh “ dalam
penelitian yang dilakukannya yang berjudul pengaruh strategi Pembelajaran
26
Entin Solihatin, COOPERATIVE LEARNING analisis model pembalajaran IPS,
(Jakarta:bumi aksara. 2008) h.14
33
Mastery Learning (Belajar Tuntas) Terhadap Hasil Belajar Sosiologi Siswa, dapat
diketahui bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran
mastery learning memiliki kenaikan rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa
yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional.27
Pada hasil relevan yang kedua yang dilakukan oleh “Nurhafifah” dalam
penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Belajar Tuntas (mastery learning)
Sebagai Upaya Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Di SMP Pelit Harapan
Pondok Pinang Kebayoran dinyatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa
sesuai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran PAI untuk aspek bilangan
adalah 70. Ketuntasan pada kelas eksperimen pada tabel menunjukkan 85%
sedangkan pada kelas control 70% hal ini menunjukkan bahwa penerapan model
belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa. Kelas eksperimen yang
menggunakan mobel belajar tuntas memiliki ketuntasan belajar lebih besar dari
pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model belajar tuntas.28
Pada hasil relevan ketiga ini yang dilakukan oleh “Hidayattulloh” dalam
penelitiannya yang berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui
Model Pembelajaran Tuntas (mastery learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas
IV Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran
2012/2013 berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa
siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunakan mastery learning pada pembelajaran
IPS dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Strategi
pembelajaran tuntas (mastery learning) sangat membantu guru dan juga peserta
didik dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar baik secara kognitif yang
terlihat dari hasil nilai akademis, juga pada afektif dan psikomotorik peserta didik,
sehingga peserta didik menjadi lebih kritis dalam berpikir dan menganalisis
permasalahan dan juga lebih bijaksana dalam bersikap.29
27
Dewi Atikoh , op. cit., h.77 28
Nurhafifah, “Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HARAPAN”, skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, h: 46 29
Hidayattulloh, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ar-
34
C. Kerangka Berpikir
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk kreatif
dalam mengembangkan komponen-komponen pembelajaran yang terdapat dalam
kompetensi dasar dan kompetensi inti dengan menggunakan berbagai macam
model atau metode pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar proses belajar
mengajar benar-benar terserap dibenak siswa. Oleh karena itu, pemilihan model
atau metode pembelajaran haruslah tepat dan relevan agar dapat efektif untuk
mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model atau strategi
belajar tuntas (mastery learning) yang berorientasi pada kemampuan siswa dalam
menguasai pelajaran maka akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Model atau
strategi ini akan mengacu pada target untuk mencapai suatu ketentuan yang telah
ditetapkan oleh KKM yang ada. Sehingga siswa dapat mencapai target atau dapat
terjadi ketuntasan dalam belajar
Selama ini guru kurang mampu menguasai berbagai macam model atau
metode pembelajaran, sehingga materi pembelajaran kurang tuntas bahkan kurang
dikuasai oleh siswa itu sendiri secara menyeluruh. Oleh sebab itu, dengan
menggunakan model atau strategi belajar tuntas (mastery learning ) ini diharapkan
dapat mencapai pembelajaran secara tuntas. Untuk itu perlu diadakan penelitian
terkait model atau strategi belajar tuntas untuk menguji apakah penerapan strategi
mastery learning ini efektif dalam mencapai ketuntasan pembelajaran. Untuk itu
penulis menggunakan metodologi eksperimen dalam penelitian.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka berpikir di atas maka hipotesis pada penelitian
ini adalah hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang menggunakan strategi
mastery learning diduga akan lebih baik dari hasil belajar IPS yang tidak
menggunakan strategi mastery learning. Maka hipotesisnya adalah:
Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013”, skripsi pada UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta,hal.87
35
Ha (hasil kerja) : ada pengaruh penggunaan strategi mastery learning
terhadap hasil belajar IPS
Ho (hasil nol) : tidak ada pengaruh penggunaan strategi mastery learning
terhadap hasil belajar IPS
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian: Adapun penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-
Khairiyah yang terletak di Jl. Mampang Prapatan 4 no 71/74 Jakarta Selatan.
Waktu Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan selama 5 minggu disemester
ganjil tahun ajaran 2014/2015 tepatnya pada pertemuan materi Proses
Kebangkitan Nasional pada mata pelajaran IPS terpadu. Penelitian ini dimulai
terhitung dari tanggal 22 October 2014 sampai dengan 27 November 2014.
B. Metode Dan Desain Penelitian
Pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pretest-Posttest
Control Group Design. Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-
masing dipilih secara random (R). Kelompok pertama diberi perlakuan (X1) dan
yang kelompok lain tidak diberi perlakuan (X2). Kelompok yang diberi perlakuan
disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut
kelompok Kontrol. Kemudian diberikan pretest untuk mengetahui keadaan awal
adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengaruh
adanya perlakuan (treatment) adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).
Dalam penelitian ini pengaruh treatment dianalisis dengan uji beda
menggunakan statistic t-test.30
Paradigma penelitian dapat digambarkan sebagai
berikut:
30
Sugiyono, metode penelitian pendidikan, Bandung, Alfabeta: 2012 h.112
37
TABEL.3.1
Paradigma penelitian
KELOMPOK PERLAKUAN TES AKHIR
R-E O1 O2
R-K O3 O4
Keterangan:
R-E :kelompok eksperimen
R-K :kelompok Kontrol
O1 :hasil pretest kelompok eksperimen
O2 :hasil posttest kelompok eksperimen
O3 :hasil pretest kelompok kontrol
O4 :hasil posttest kelompok control
C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi juga meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Sedangkan sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.31
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa MTs AL-
KHAIRIYAH. Sedangkan sampelnya adalah kelas VIII C dan VIII D yang
siswanya berjumlah antara 33 siswa dan 33 siswa siswa. Sampel diambil dengan
menggunakan cluster sampling (Area sampling).
31
Ibid., h.117
38
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya adalah: Tes, Observasi,
Wawancara.
1. Tes: Menurut Djemari dalam buku Eko Putro Wodoyoko “tes merupakan
salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus dan
pertanyaan”.32
Tes juga merupakan alat pengukur yang utama dalam
penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
siswa.
Tes terbagi menjadi dua jenis yaitu tes objektif dan subjektif. Dalam
penelitian ini tes yang digunakan adalah jenis tes objektif. Tes objektif adalah
bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus
dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau respons telah
disediakan oleh penyusun butir soal.peserta hanya memilih alternatif jawaban
yang telah disediakan.33
Tes ini dilakukan dengan menggunakan butir soal untuk mengukur hasil
belajar siswa, baik kemampuan awal, perkembangan atau peningkatan selama
tindakan berlangsung, dan kemampuan pada akhir siklus. Pada pra siklus atau
sebelum melakukan tindakan tes juga dilakukan Pre-test dan Post-test
dilakukan pada akhir tiap siklus yang tengah berlangsung. Hal tersebut sebagai
pembanding pada tes yang dilakukan ketika tindakan berlangsung.
a) Pretest: suatu bentuk pertanyaan yang dilontarkan oleh guru kepada
muridnya sebelum memulai suatu pelajaran. Pertanyaan yang ditanya
adalah materi yang akan dibahas pada pertemuan hari itu. Pertanyaan
itu biasanya dilakukan guru pada awal pembukaan pelajaran.
b) Postest: suatu bentuk pertanyaan yang diberikan setelah pelajaran atau
materi telah disampaikan. Dapat dikatakan pula sebagai evaluasi akhir
32
Eko Putro Wodoyoko, op.cit., h.45 33
Ibid., hal. 49
39
saat materi yang diajarkan pada pertemuan hari itu telah diberikan oleh
guru.
a. Kelebihan Tes Objektif
1) lebih respresentatif mewakili isi dan luas bahan.
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat
menggunakan kunci jawaban, bahkan dapat menggunakan alat-alat
kemajuan teknologi misalnya mesin scanner.
3) Pemeriksaanya dapat diserahkan orang lain
4) Dalam pemeriksaanmaupun penskoran, tidak ada unsur subjektif
yang mempengaruhi, baik dari segi guru maupun siswa.
b. Kekurangan Tes Objektif
1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit dari pada tes esai. Karena
butir soal atau item tesnya banyak dan harus teliti untuk
menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
2) Butir-butir soal cenderung hanya mengungkap ingatan dan
pengenalan kembali (recalling) saja, dan sukar untuk mengukur
kemampuan berpikir yng tinggi seperti sintesis maupun kreativitas.
3) Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi atau untung-
untungan (guessing) dalam menjawab soal tes.
4) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih
terbuka.34
2. Observasi: adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti
melihat situasi penelitian. Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data
tentang aktifitas siswa dalam KBM dan implementasi metode mastery
learning dalam mata pelajaran IPS Terpadu.
3. Wawancara: wawancara adalah komunikasi langsung antara yang
mewawancarai dengan yang diwawancarai.35
wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
34
Ibid., h..49-50 35
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi…… op. cit., h. 193
40
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti
juga ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit atau kecil. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.36
Sasaran isi
wawancara biasanya ditujukan untuk :
a) Memperoleh dan memastikan data
b) Memperkuat kepercayaan
c) Memperkuat perasaan
d) Menggali standar kegiatan
e) Mengetahui alasan seseorang
f) Mengetahui prilaku sekarang dan prilaku terdahulu.37
Dalam hal ini peneliti mewawancarai beberapa orang, diantaranya:
TABEL 3.2 daftar nama Guru:
No Nama Guru Mata Pelajaran
1 Shafaul Bariyyah, S.EI IPS 8C-8D
TABEL 3.3 daftar nama Siswa:
No Nama Kelas
1 Ahmad Sholikhin 8C
2 Alfi Nurfitriani 8C
3 Khaka Noerwahida 8C
36
Sugiono, op. cit., h. 194 37
Adang Rukhiyat, Dkk. PANDUAN PENELITIAN BAGI REMAJA. (Jakarta: Dinas Olahraga
Dan Pemuda, 2003). h.29
41
E. Uji Intrumen Tes
1. Validitas
Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang
dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Validitas tidak
berlaku universal sebab bergantung pada situasi dan tujuan tertentu belum
otomatis akan valid untuk tujuan yang lain.38
Tujuan validitas item tes adalah
untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal tersebut membedakan kelompok
dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam kelompok itu.
Validitas soal adalah indeks diskriminasi dalam membedakan antara peserta tes
yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. 39
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, kiranya menjadi cukup jelas
bahwa sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau dapat
dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item yang bersangkutan memiliki
kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya; atau dengan bahasa
statistik: Ada korelasi positif yang signifikan antara skor item dengan skor
totalnya.
Angka yang menujukkan besarnya validitas soal disebut dengan indeks
validitas soal yang besarnya berkisar antara -1 sampai dengan +1. Pada tes
obyektif maka menggunakan teknik korelasi point biserial. Di mana angka indeks
korelasi yang diberi lambang rpbi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
rpbi=
dimana:
rpbi = koefisien korelasi point biserial yang melambungkan kekuatan korelasi
antara variable 1 dengan variable 2, yang dalam hal ini dianggap sebagai
koefisen validitas item.
Mp = skor rata-rata hitung dimiliki oleh testee, yang untuk butir item yang
bersangkutan telah dijawab dengan betul
38
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2012). h. 12 39
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Pengembangan Instrument Penelitian
Pendidikan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013). h.111
42
Mt = skor rata-rata dari skor total
SDt = deviasi standar dari skor total
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item yang sedang diuji
validitas itemnya.40
2. Reliabilitas
Reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran
tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Ujian reliabilitas
alat ukur dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. 41
Salah satu syarat agar hasil ukur suatu tes dapat dipercaya ialah tes
tersebut harus mempunyai reliabilitas yang memadai. Dalam buku ini reliabilitas
dibedakan atas dua macam, yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan dan reliabilitas
konsistensi gabungan item. Ada tiga mekanisme untuk memeriksa reliabilitas
tanggapan responden terhadap tes atau instrumen yaitu: teknik test retest, teknik
belah dua, dan teknik ekuivalen.42
Uji reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi
responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk
pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variable dan disusun dalam suatu
kelompok kuisioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan bersama-sama terhadap
seluruh butir pertanyaan. Jika nilai alpha > 0,60 maka reliable. Dengan rumus
sebagai berikut :
40
Ibid., h. 112-113 41
Syofian siregar. Statistic Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta; PT Bumi Aksara,
2013). h; 87 42
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, op.cit., h.120
43
Keterangan :
r = koefisien reliability instrument (Cronbach alpha)
k = banyaknya pertanyaan
= total varian butir pertanyaan
= total varian43
Rumus yang digunakan untuk menentukan reliabilitas pada tes obyektif
adalah K-R.21
keterangan:
r11 = koefisien reliabilitas tes secara keseluruhan
n = banyaknya soal butir soal
M = Mean atau rata-rata skor soal yang valid
S = Simpangan baku
Untuk menginterpretasikan besarnya r11
r11 : 0,8–1,0 reliabilitas sangat tinggi
0,6–0,8 reliabilitas tinggi
0,4–0,6 reliabilitas cukup
0,2–0,4 reliabilitas rendah
0,0–0,2 reliabilitas sangat jelek
3. Uji tingkat kesukaran
Taraf tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui kriteria tiap buti soal
tergolong sukar, sedang, atau mudah. Bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficult index). Besarnya indeks
kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukkan
taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal
43
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014). h: 85
44
itu terlalu sukar. Sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu
mudah.44
Untuk menentukan tingkat kesukaran suatu tes dapat digunakan rumus:
keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar,
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes45
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah46
4. Daya beda
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan (= mendiskriminasi) antara testee yang berkemampuan
tinggi (=pandai), dengan testee yang kemampuan rendah (=bodoh) demikian rupa
sehingga sebagian besar testee yang memiliki kemampuan tinggi untuk menjawab
butir item tersebut lebih banyak yang menjawab betul, sementara testee yang
kemampuan rendah untuk menjawab butir item tersebut sebagian besar tidak
menjawab item dengan betul.
Mengetahui daya pembeda itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang
dipegang untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya
anggapan, bahwa kemampuan antara testee yang satu dengan testee yang lain itu
berbeda-beda, dan bahwa butir-butir ite tes hasil belajar itu haruslah mampu
44
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006).
h.207 45
Ibid., h. 208 46
Ibid., hal. 210
45
memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan
kemampuan yang terdapat di kalangan testee tersebut.
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar
kecilnya angka indek diskriminasi item. Angka indek diskriminasi item adalah
sebuah angka atau bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya pembeda
(discriminatory power) yang dimiliki oleh sebutir item.47
Untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang
pandai, siswa dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok atas 33%,
kelompok bawah 33% dan sisanya adalah kelompok tengah. Rumus yang
digunakan adalah :
keterangan:
D = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
PA = BA / JA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
JB = BB / JB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar
kriteria, jika D bernilai:
0,00–0,20 : soal jelek 0,40–0,70 : soal baik
0,20–0,40 : soal sedang/cukup 0,70–1,00 : soal baik sekali48
Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak
mengenal tanda negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.49
47
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan ,( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2009).Ed.1-9. h.385-387 48
Suharsimi Arikunto. Op.cit., h.213 49
Ibid., h.211
46
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal ini
menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda
sama sekali, dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang jawabannya betul
(atau salah) sama dengan jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul.
Jadi diantara kedua kelompok siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali,
atau perbedaannya sama dengan nol.
Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda
negatif, maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir item
yang bersangkutan lebih banyak dijawab betul oleh siswa kelompok bawah
ketimbang siswa kelompok atas.50
F. Uji Prasyarat Analisis
Uji persyaratan analisis diperlukan guna mengetahui apakah analisis data
untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Beberapa teknik analisis
data menuntut uji persyaratan analisis. Analisis varian mempersyaratkan bahwa
data berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kelompok-kelompok
yang dibandingkan homogen. Oleh karena itu analisis varian mempersyaratkan uji
normalitas dan homogenitas data.
a. Normalitas
Data yang berdistribusi normal artinya data yang mempunyai sebaran yang
normal, dengan profil yang dapat dikatakan bisa mewakili populasi. Sedangkan
uji normalitas adalah uji untuk mengukur apakah data kita memiliki distribusi
normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametik. Jika data tidak
berdistribusi normal dapat dipakai statistik non parametik. Uji normalitas adalah
melakukan perbandingan antara data yang kita miliki dengan data berdistribusi
normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data kita51
50
Anas Sudijono, op.cit,. h.388 51
V. wiratna, sujarweni. Op.cit., h.102
47
Untuk mengetahui distribusi pada kedua kelas maka dilakukan uji
normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors, dengan langkah
sebagai berikut52
:
a. Hitung rata-rata nilai skor sampel
b. Hitung standar deviasi nilai skor sampel
c. Urutkan data sampel dari yang terkecil hingga ke yang besar (X1, X2,
…, Xn). Nilai Xi dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …, Zn. dimana nilai
baku Zi ditentukan dengan rumus Zi =
d. Tentukan besar peluang masing-masing nilai Z berdasarkan tabel Z
(luas lengkung dibawah kurva normal standar dari 0 ke Z, dan disebut
dengan F(Zi)
e. Hitung frekuensi kumulatif atas dari masing-masing nilai z, dan disebut
dengan S(Zi) kemudian dibagi dengan jumlah number of chases (N)
sampel
f. Tentukan nilai L0(hitung) = F(Zi) – S(Zi) dan bandingkan dengan Ltabel
(tabel nilai kritis untuk uji Liliefors)
g. Apabila L0(hitung) < Ltabel maka sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengatahui kesamaan antara dua varains
atau kedua kelompok. Pengujian homogenitas dilakukan dengan uji homogenitas
dua varians, rumus uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher, yaitu:
Keterangan:
F : homogenitas
S12 : varians data pertama
S22 : varians data kedua
52
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara Perhitungan
dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), cet. ke-1, h. 173.
48
Fhitung < Ftabel : sampel homogen, Fhitung > Ftabel : sampel tidak homogen
G. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:53
t = dimana: =
= dengan
Keterangan:
D : nilai beda (skor pretest - skor posttest)
∑D : jumlah seluruh nilai D
: rata-rata D
SD : simpangan baku D
: rata-rata simpangan baku D
n : banyaknya sampel
Adapun kriteria pengujian hipotesis adalah:
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima Ha ditolak
Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak Ha diterima
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah.
Analisis data dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai
subjek penelitian. Tanpa analisis data, maka data mentah yang telah terkumpul
tidak ada gunanya karena dengan analisislah data tersebut diberi makna dan diberi
arti. 54
Analisis data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian
diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah
53
Ibid, h. 208. 54
Adang Rukhiyat, Dkk. Op. cit., h.55
49
dalam penelitian. Dengan demikian, teknik analisis data dapat diartikan sebagai
cara melaksanakan analisis terhadap data, dengan tujuan mengolah data tersebut
untuk menjawab rumusan masalah.55
Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif,
yaitu teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam
proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan
statistik yang sudah tersedia.56
1. Uji Normalitas Gain ( N-GAIN )
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Rumus: N-GAIN =
Kategorisasi ditentukan dengan nilai N-Gain sebagai berikut:
TABEL 3.4 KATEGORI NILAI N-GAIN
G-Tinggi nilai G 0,70
G-Sedang nilai 0,30 G > 0,70
G-Rendah nilai G < 0,30
2. Observasi
Dalam menganalisis data observasi dalam penelitian ini, peneliti membagi
kriteria bentuk penilaian data sebagai berikut:
Sangat baik : diberi skor 4
Baik : diberi skor 3
Cukup : diberi skor 2
55
V. wiratna, sujarweni. Op.cit., h. 103 56
Sugiono, op.cit,. h.51
50
Kurang baik : diberi skor 1
Adapun dalam pengolahannya dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Menjumlahkan perolehan skor dari seluruh butir pertanyaan.
b) Mencari skor rata-rata dengan cara membagi jumlah perolehan skor
oleh banyaknya pertanyaan.
c) Setelah itu, mencari nilai prosentasinya dengan cara membagi skor
rata-rata dengan nilai maksimum 100%.
Dengan menggunakan skala prosentasi dengan tingkat kriteria sebagai
berikut:
90%-100%= sangat baik
80%-89% = baik
70%-79% = cukup
60%-69% = kurang baik
<60% = sangat kurang baik57
57
http://banjirembun.blogspot.com/2013/05/contoh-skripsi-penelitian-tindakan_1446.html
diakses pada bulan februari 2014
50
BAB IV
DESKRIPSI DATA, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
1.Profil Sekolah
a. Sejarah singkat
Berangkat dari Program Yayasan Al-Khairiyah yang akan menjadikan
Lembaga ini sebagai Lembaga Pendidikan yang bercirikan Islam (Madrasah),
yaitu Lembaga Pendidikan tingkat Ibtidaiyah (setingkat SD), Lembaga
Pendidikan tingkat Tsanawiyah (setingkat SMP), Lembaga Pendidikan tingkat
Aliyah (setingkat SMA), bahkan jika memungkinkan akan didirikan Perguruan
Tinggi Islam.
Setelah keberadaan Madrasah tingkat Ibtidaiyah sekian lama, maka
Pengurus Yayasan Al-Khairiyah bermaksud melangkah lebih jauh dengan
mendirikan lembaga pendidikan tingkat Tsanawiyah. Langkah ini didasari
perkembangan pendidikan yang semakin hari semakin maju dan semakin dituntut
keberadaan Madrasah Tsanawiyah. Latar Belakang Didirikan Mts. Al-Khairiyah
antara lain:
1. Melaksanakan Program Yayasan Al-Khairiyah
2. Lembaga pendidikan yang ada, yaitu Madrasah tingkat Ibtidaiyah
sudah berdiri sejak tahun 1928
3. Keberadaan Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah dibawah naungan
Yayasan Al-Khairiyah mendapat pengakuan dari Pemerintah, dalam
hal ini Dep. Agama (walaupun tidak secara tertulis). Pengakuan
tersebut bisa dibuktikan dengan :
a. Diutusnya beberapa pelajar PGAAN ke Madrasah Ibtidaiyah Al-
Khairiyah untuk praktek pengajar setiap tahun ajaran.
b. Sejak tahun ajaran 1966 Tamatan Madrasah Ibtidaiyah Al-
Khairiyah dibolehkan mengikuti Ujian Akhir Persamaan
51
(Extranei), Ijazah yang dikeluarkan oleh Madrasah Ibtidaiyah Al-
Khairiyah diakui oleh Dep. Agama, dengan ikut menandatangani
Ijazah tersebut oleh Pejabat berwenang.
4. Tuntutan masyarakat yang menginginkan Yayasan Al-Khairiyah
mendirikan Lembaga Pendidikan Tingkat Tsanawiyah, agar dapat
menampung putra-putri mereka yang telah tamat Tingkat
Ibtidaiyah/SD.
5. Setiap tahun tamatan Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah cukup banyak
6. Khusus di wilayah Kecamatan Mampang Prapatan Jakarta Selatan
belum ada Madrasah Tingkat Tsanawiyah.
Berdasarkan data-data di atas, maka disponsori oleh KH. Abdullah Musa
sebagai Pimpinan Umum Yayasan Al-Khairiyah dibantu oleh Pengurus Yayasan
lainnya, para guru Madrasah Ibtidaiyah dan juga dibantu oleh tokoh-tokoh
masyarakat, pada tanggal 1 Oktober 1967 diadakan suatu pertemuan yang khusus
membahas rencana didirikan Madrasah Tsanawiyah Al-Khairiyah dibawah
naungan Yayasan Al-Khairiyah.
Peserta pertemuan yang hadir:
1. KH. Abdullah Musa
2. KH. Ishak Musa
3. KH. Abdul Hadi Musa
4. KH. Bunyamin Musa
5. KH. Muhammad Nuh Tabrani
6. Kol. H. Ahmad Effendi Ilyas
7. Ustadz Muhammad Shoheh Usman
8. Ustadz Zainal Bakri
9. Ustadz Ahmad Hilmani Ishak
52
10. Ustadz Ahmad Fahmi Bunyamin
11. Ustadz Marullah Jailani
Dengan latar belakang dan tujuan tersebut di atas serta fasilitas yang ada,
maka pada tanggal tersebut yaitu tanggal 1 Oktober 1967 dideklarasikan bahwa
pada tahun ajaran 1968 Yayasan Al-Khairiyah memulai lembaga pendidikan
tingkat Tsanawiyah yang langsung dipimpin (Kepala Sekolah) oleh pimpinan
Umum Yayasan Al-Khairiyah yaitu KH. Abdullah Musa, dengan menggunakan
Kurikulum Departemen Agama.
b. Tujuan sekolah
1) Turut membantu Program Pemerintah dalam Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
2) Menampung aspirasi masyarakat sekitar Yayasan Al-Khairiyah
3) Menampung peserta didik belajar di Madrasah Tsanawiyah yang dekat
dengan tempat tinggal mereka.
4) Menjadikan Lembaga Yayasan Al-Khairiyah sebagai Lembaga Perguruan
Islam dibawah naungan Yayasan Al-Khairiyah
5) Mendidik generasi muda Islam menjadi generasi yang berpengetahuan
luas, khususnya pengetahuan Islam
6) Menampung tenaga pengajar (guru) untuk mengembangkan
pengetahuannya.
c. Visi, Misi dan Motto
1) Visi:
Beriman, bertaqwa, berbudi luhur, unggul dalam prestasi dan Istiqomah.
2) Misi:
a) Melatih siswa agar tekun beribadah, tertib dan Istiqomah
b) Menumbuhkan perilaku aktif, kreatif dan menyenangkan dalam
membina hubungan harmonis antara warga madrasah.
c) Bekerja sama, tertib bicara, tertib berpakaian dan berpendapat.
53
d) Menjadikan lembaga yang mandiri, bertanggung jawab dan
mengamalkan akhlakul Islam.
e) Membina sikap dan perilaku kehidupan yang sesuai dengan norma-
norma agama Islam.
f) Menciptakan keluarga beriman, bertaqwa, terampil, cerdas dan siap
hidup dalam masyarakat.
3) Motto :
a) Mencetak generasi yang mampu berilmu amaliah dan beramal ilmiyah.
b) Karena keterbatasan segala sesuatunya, maka untuk sementara fasilitas
yang digunakan baik fisik maupun SDM menggunakan fasilitas yang
ada, yaitu fasilitas yang biasa digunakan oleh Madrasah Ibtidaiyah.
c) Tanggal 2 Januari 1968 adalah hari dimulai tahun ajaran baru 1968,
pada hari tersebut adalah hari pertama Yayasan Al-Khairiyah mendidik
siswa tingkat Tsanawiyah. Tahun pertama siswa yang masuk belajar
sebanyak 38 siswa, semuanya perempuan dan semua tamatan dari
Madrasah Ibtidaiyah Al-Khairiyah. Priode perdana ini awalnya
berjumlah 38 siswa, tiga tahun berjalan pendidikan, yang mengikuti
Ujian Akhir Persamaan MTsN sebanyak 32 orang.
d) MTs. Al-Khairiyah selama 2 tahun tidak mendapat siswa putra, yaitu
tahun ajaran 1968 dan 1969, baru pada tahun 1970 ada siswa putra
yang mendaftar dan belajar di MTs. Al-Khairaiyah, sampai sekarang.
e) Demikian sekelumit sejarah berdirinya MTs. Al-Khairiyah, Mampang
Prapatan yang bernaung dibawah Yayasan Al-Khairiyah.
d. Keadaan Guru Dan Peserta Didik
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. (UU No. 14 tahun 2005:2)
54
Dalam proses pendidikan tenaga pendidik dan kependidikan memegang
peranan yang strategis dalam upaya membentuk watak bangsa melaluui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Berikut jumlah staf
pengajar dan karyawan :
1) Guru/Pengajar
TABEL. 4.1
DAFTAR NAMA-NAMA GURU & KARYAWAN
MTs. Al-Khairiyah 2014 – 2015
NO. NAMA TINGKATAN JABATAN
1 A. Hidayat, S.Pd, M.Si Tsanawiyah Kepala Madrasah
2 Dra. Saidah Ahfas Tsanawiyah Wk. Kepala Madrasah
3 Hj. Zikro AM Tsanawiyah Guru
4 Dra. Hj. Himlah Tsanawiyah Guru
5 Drs. Khairuddin Tsanawiyah Guru
6 Hj. Kholifah Thabrani Tsanawiyah Guru
7 Hj. Rusydah, S.Pd Tsanawiyah Guru
8 Tugino, S.Pd Tsanawiyah Guru
9 Darniah, S.Pd Tsanawiyah Guru
10 Ummi Anjariyah, M.Pd Tsanawiyah Guru / Staff Kurikulum
11 Alfi Rusydiawati S.Ag Tsanawiyah Guru / Staff Sapras
12 DR. H. Ahmad Faiz, Lc, MA Tsanawiyah Guru
13 Ria Chairiah, S.Pd Tsanawiyah Guru
14 H. Ma'mun Asmat, BA Tsanawiyah Guru
15 Hj. Cholilah AM, S.PdI Tsanawiyah Guru
55
16 Iwan Syafei, S.Pd Tsanawiyah Guru / Staff Kesiswaan
17 H. Syamsul Bahri, S.Ag Tsanawiyah Guru
18 Hj. Nurmilah, S.PdI Tsanawiyah Guru
19 Siti Makbullah, SEI Tsanawiyah Guru
20 Bustami Tsanawiyah Guru
21 Dra. Eny Maryani Tsanawiyah Guru
22 Nur Qomariyah Tsanawiyah Guru
23 Fifit Fitriah, S.Pd Tsanawiyah Guru
24 Selly Revianty, S.Pd Tsanawiyah Guru
25 Hj. Shafaul Bariyyah SEI Tsanawiyah Guru
26 Puji Astuti, S.Pd Tsanawiyah Guru
27 Mardhani, S.Sos Tsanawiyah Guru
28 Ihsan, S.Pd Tsanawiyah Guru
29 H. Ma'mun Ibrahim Tsanawiyah Ka. TU
30 Fikri AM Tsanawiyah Staff TU
31 Megawati, S.Pd Tsanawiyah Staff TU
32 Ahmad Shobro Malisi Tsanawiyah Staff TU
33 As'adi, S.Pd Tsanawiyah Perpustakawan
34 A. Rifqi BM Tsanawiyah Pembantu Umum
35 M. Yusuf Tsanawiyah Kebersihan
36 Ali Imron Tsanawiyah Satpam
37 Endang Tsanawiyah Kebersihan
Sumber: Tata Usaha MTs. Al-Khairiyah
56
2) Peserta didik
Jumlah keseluruhan siswa dari kelas VII sampai kelas IX semuanya
berjumlah 423 orang, dengan rincian sebagai berikut :
Kelas VII A : 35 orang Kelas VII C :34 orang
Kelas VII B : 34 orang Kelas VII D :34 orang
Kelas VIII A : 33 orang Kelas VIII C : 33 orang
Kelas VIII B : 33 orang Kelas VIII D : 33 orang
Kelas IX A : 38 orang Kelas IX C : 38 orang
Kelas IX B : 39 orang Kelas IX D : 39 orang
e. Keadaan Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah unsur yang sangat dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar, hal ini disebabkan karena fungsinya sebagai alat yang
digunakan untuk memperlancar proses kegiatan tersebut. Ditinjau dari pengertian
secara umum sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
maksud dan tujuan (media), sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses, usaha atau kegiatan.
1) Sarana dan Prasarana Kegiatan Belajar Mengajar
a) Perpustakaan
Perpustakaan adalah tempat yang dibutuhkan siswa untuk mencari
informasi tentang sesuatu atau menambah ilmu pengetahuan dalam peningkatan
mutu pendidikan sekolah. Kegiatan siswa diperpustakaan umumnya adalah:
Membaca buku-buku ditempat tersebut waktu istirahat atau jam kosong dan
meminjam buku-buku yang diperlukan. koleksi buku-buku diperpustakaan MTs
Al Khairiyah adalah:
1) Buku Paket Depdikbud/Nas
2) Buku Bacaan Fiksi
3) Buku Bacaan Non Fiksi
57
4) Kamus
5) Ensiklopedi
6) Dan Lain-Lain
2) Sarana dan Prasarana sekolah
Sarana dan prasarana sekolah meliputi Musholla, Lab Bahasa, Lab IPA,
Lab Komputer, Ruang Guru, Ruang Kepala Sekolah, Ruang TU, dan prasarana
Olah Raga adalah alat yang menunjang mata pelajaran Olahraga MTs Al
Khairiyah, adapun sarana yang ada di MTs Al Khairiyah adalah lapangan
Footsal, Bola, dan Basket.
TABEL.4.2 Sarana Dan Prasaranan
B. Hasil Penelitian
1. Uji Validitas
Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel.
Hasil perhitungan validitas dapat dilihat pada tabel:
NO SARANA
PENDUKUNG
KET** NO KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER
KET**
1. Mesjid/Mushola √ 1. Pramuka √
2. Perpustakaan √ 2. Palang Merah
3. Lapangan Olah Raga √
3. Pengajian Siswa/Lembaga
Dakwah Siswa √
4. Alat-alat Kesenian √ 4. Buletin/Majalah Sekolah
5. Alat-alat Keterampilan √ 5. Seni Musik √
6. Laboratorium M-IPA √ 6. Seni Lukis/Kaligrafi √
7. Laboratorium Komputer √
7. Olah Raga (Termasuk Bela
Diri) √
58
TABEL.4.3 Hasil Uji Validitas
Statistik
Jumlah Soal 40
Jumlah Responden 39
jumlah soal valid 21
Nomor Soal Valid 3, 7, 8, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19,
26, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36,
37, 40
Nomor Soal Tidak Valid 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 15, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 27, 29, 38, 39
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel.
Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada tabel
TABEL.4.4 Hasil Uji Reliabilitas
statistic
0,66
kesimpulan tingkat reliabilitas tinggi
3. Tingkat Kesukaran
Pengujian taraf tingkat kesukaran dalam penelitian ini menggunakan
Microsoft excel. Hasil perhitungan taraf tingkat kesukaran dapat dilihat
pada tabel
TABEL.4.5 Hasil Uji Taraf Tingkat Kesukaran
Kategori Soal Jumlah Soal
Sukar 14
Sedang 16
Mudah 10
Jumlah 40
4. Daya beda
Pengujian daya beda dalam penelitian ini menggunakan Microsoft excel.
Hasil perhitungan daya beda dapat dilihat pada tabel
59
TABEL.4.6 Hasil Uji Daya Beda
Kriteria Jumlah
Sangat Baik 0
Baik 0
Cukup 7
Jelek 33
Jumlah 40
5. Uji Normalitas
Uji normalitas data pretest
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua data yaitu data pretest dan
data posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini,
uji normalitas di dapat dengan menggunakan uji liliefors. Uji normalitas
digunakan untuk mengetahui apakah datat berdistribusi normal atau tidak.
Dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria thitung
< ttabel dengan taraf signifikasi α=0.05. untuk lebih jelas hasil uji normalitas
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel. Penyebaran
data dapat dilihat pada lampiran
TABEL.4.7 Hasil Uji Normalitas Pretest
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Data Statistik Pretest Pretest
Eksperimen control
N 33 33
X ( NILAI MEAN) 67.5 71
SD 10.77 10.68
Lhitung 0.001684 -0.09495
Ltabel 0,15424 0,15424
KESIMPULAN normal normal
Berdasarkan tabel pada kelompok eksperimen untuk skor pretest
menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu, 0.001684 < 0.15424.
60
sedangkan kelompok kontrol untuk skor pretest menunjukkan bahwa Lhitung
lebih kecil dari Ltabel yaitu, -0.09495 < 0.15424. Jadi kesimpulan dari distribusi
ini yaitu data skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
berdistribusi normal. Karena taraf signifikasi untuk populasi normal yaitu α=0.05.
TABEL.4.8 Hasil Uji Normalitas Posttest
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Data Statistik Posttest posttest
Eksperimen control
N 33 33
X ( NILAI MEAN) 87 76
SD 12.07 12.57
Lhitung 0,009954 0.035729
Ltabel 0.15424 0.15424
KESIMPULAN normal normal
Berdasarkan tabel pada kelompok eksperimen untuk skor prosttest
menunjukkan bahwa Lhitung lebih kecil dari Ltabel yaitu, 0.009954 < 0.15424.
sedangkan kelompok control untuk skor postest menunjukkan bahwa Lhitung
lebih kecil dari Ltabel yaitu, 0.0357295 < 0.15424. jadi kesimpulan dari distribusi
ini yaitu data skor posttest kelompok eksperimen dan kelompok control
berdistribusi normal. Karena taraf signifikasi untuk populasi normal yaitu α=0.05.
penyebaran data dapat dilihat pada lampiran.
6. Uji Homogenitas
Setelah dilakukan uji normalitas pada kedua kelompok penelitian, langkah
selanjutnya mencari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini nilai homogenitas
didapat menggunakan uji fisher pada taraf signifikasi α=0.05. untuk baris atas
dan baris bawah taraf signifikasi α=0.01 pada sampel ini dinyatakan homogeny
apabila Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Hasil uji homogenitas kedua kelompok saat
penelitian dapat dilihat dari tabel.
61
TABEL.4.9 Uji Homogenitas Pretest
Eksperimen Kontrol
S² 115.99 114.06
N 33 33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus:
=
Fhitung = = 1.016
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
db pembilang= n-1 = 33-1 = 32
db penyebut= n-1 = 33-1 = 32
3. Menentukan Ftabel
menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebu t= 32, dan taraf
signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.82
Perbandingan antara Ftabel pada db pembilang 32 dan db penyebut 32. Pada
taraf signifikan 5% = Ftabel(0.05 x 32 x 32) = 1.82 dan
taraf signifikan 1%= Ftabel(0.01 x 32 x32) = 2.34
Ftabel = 1.82 sedangkan Fhitung =1.02
Jadi Fhitung < Ftabel (1.02 < 1.82) karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka kedua
data populasi dinyatakan homogen. Kemudian untuk perhitungan uji homogenitas
varians posttest bisa dilihat pada tabel. Penyebaran data dapat dilihat pada
lampiran.
62
1. Menentukan Fhitung dengan rumus:
=
Fhitung = = 1.084
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
db pembilang= n-1 = 33-1 = 32
db penyebut= n-1 = 33-1 = 32
3. Menentukan Ftabel
menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebut=32, dan taraf
signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.82
perbandingan antara Ftabel pada db pembilang 32 dan db penyebut 32.
Pada taraf siginifikan 5%= Ftabel = (0.05 x 32 x 32) = 1.82
dan pada taraf signifikan 1%=Ftabel = (0.01 x 32 x32) = 2.34
Ftabel = 1.82 sedangkan Fhitung = 1.08
Jadi Fhitung < Ftabel (1.08 < 1.82) Karena Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka kedua
data populasi dinyatakan homogen.
7. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pada hasil
pretest dan posttest siswa dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji
hipotesis yang digunakan adalah uji t karena berdasarkan hasil perhitungan secara
statistik data pretest dan data posttest berdistribusi normal dan homogen. Hasil
perhitungan uji hipotesis pretest dan posttest dari kelompok eksperimen dan
TABEL.4.10 Uji Homogenitas Posttest
Eksperimen Kontrol
S² 145.68 158
N 33 33
63
kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel. Penyebaran data dapat dilihat pada
lampiran.
TABEL.4.11 Uji Hipotesis Pretest Dan Posttest
kelompok DK Thitung Ttabel kesimpulan
eksperimen 64 8.65 1.67 Ho ditolak / Ha diterima
control 64 2.21 1.67 Ho ditolak / Ha diterima
Hasil perhitungan uji hipotesis kelompok eksperimen diperoleh “t” hitung
sebesar 8.65 dengan “t” tabel sebesar 1.67 pada taraf signifikasi α= 0.05 dan
DK=(N1+N2-2) maka DK (33+33-2)= 64. Karena “t”hitung lebih besar dari “t”
tabel maka Ho ditolak Ha diterima. Ditolaknya Ho menunjukkan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa strategi mastery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
8. Uji N-Gain
TABEL.4.12 Perhitungan n-gain kelas eksperimen
NO NAMA NILAI KATEGORI
PRE
TEST
POST
TEST
N-Gain
1 Achmad Pajri . D 80 100 1.00 tinggi
2 Affan Eki . S 65 75 0.29 rendah
3 Ahmad Misbah . H 70 95 0.83 tinggi
4 Ahmad Sholikhin 90 95 0.50 sedang
5 Aldi Zamzami . M 60 95 0.88 tinggi
6 Alfi Nurfitriani 80 85 0.25 rendah
7 Amar Tafakurniallah 70 100 1.00 tinggi
8 Clarannisa Ulyandra 65 95 0.86 tinggi
9 Danu Anggoro Agung 65 70 0.14 rendah
64
10 Edenia Ghina Fadia 65 95 0.86 tinggi
11 Fadilah Edi Saputro 65 90 0.71 tinggi
12 Fahruzi 75 90 0.60 sedang
13 Haikal Nurfauzi 65 80 0.43 sedang
14 Inka Azrita 65 70 0.14 rendah
15 Jihan Salsabila 65 90 0.71 tinggi
16 Khaka Noerwahida 70 65 -0.17 rendah
17 Mahasthy Harita 65 100 1.00 tinggi
18 Mugyasmi Nur . C 70 90 0.67 sedang
19 Muhammad Lutfi 55 70 0.33 sedang
20 Muhammad Daffa 40 95 0.92 tinggi
21 Muhammad Firly . I 65 70 0.14 rendah
22 Muhammad Risky . A 60 100 1.00 tinggi
23 Prizka Fitriyani 75 100 1.00 tinggi
24 Rafli Syahrain 60 80 0.50 sedang
25 Ridwan Adam 45 75 0.31 sedang
26 Sarah Elvira . R 60 90 0.75 tinggi
27 Surya Al-Ghazali 70 75 0.17 rendah
28 Syahrul Ramadhan 55 75 0.44 sedang
29 Syifa Lailatis . S 80 85 0.25 rendah
30 Syintia Efriani 65 70 0.14 rendah
31 Vinka Romadona . K 85 100 1.00 tinggi
32 Zidane As‟sajad . P 65 90 0.71 tinggi
33 M. Fardhan . M 75 95 0.80 tinggi
JUMLAH 2205 2850 19.16
Rata-Rata 66.82 86.36 0.58
65
Tinggi 16/33 x 100% = 0.4849 / 48.49%
Sedang 8/33 x 100% = 0.2424 / 24.24%
Rendah 9/33 x 100% = 0.2728 / 27.28%
TABEL.4.13 Perhitungan n-gain 8D ( kelas kontrol)
NO NAMA NILAI KATEGORI
PRE
TEST
POST
TEST
N-GAIN
1 Adam Faturrahman 75 70 -0.20 rendah
2 Ahmad Nalal Khoir 65 65 0.00 rendah
3 Ahmad Reza Maulana 60 60 0.00 rendah
4 Ahmad Zahrin 80 70 -0.50 rendah
5 Alfiansyah 70 60 -0.33 rendah
6 Anggi Irawan 70 70 0.00 rendah
7 Daula Nahdah 85 90 0.33 sedang
8 Femi Syarif . F 55 60 0.11 rendah
9 Hany Safira 80 95 0.75 tinggi
10 Intan Deviant 60 70 0.25 rendah
11 Kartika Indah Purnama 55 90 0.78 tinggi
12 Kotrun Nada 60 65 0.13 rendah
13 Mandha Aulia 70 90 0.67 sedang
14 Muhamad Anis 75 55 -0.80 rendah
15 Muhammad Khadavi 50 75 0.50 sedang
16 Muhammad Miftah 80 65 -0.75 rendah
17 Muhammad Naufal 85 75 -0.67 rendah
18 Muhammad Wahyu 75 70 -0.20 rendah
19 Nadiyah Ulfa 70 90 0.67 sedang
66
20 Nur Amalina 55 70 0.33 sedang
21 Putri Husnul . K 60 95 0.88 tinggi
22 Raeyhan Ardianto 85 75 -0.67 rendah
23 Raihan Hanif 75 65 -0.40 rendah
24 Risa Andini 65 85 0.57 sedang
25 Rizhal Rasofi 75 70 -0.20 rendah
26 Risky Hidayat 85 80 -0.33 rendah
27 Shella Risky . P 65 70 0.14 rendah
28 Siska Monika 70 80 0.33 sedang
29 Tiara Azkia 80 100 1.00 tinggi
30 Yasmin Utami. N 85 100 1.00 tinggi
31 Yudha Prasetyo 75 65 -0.40 rendah
32 Zahrah Firyal. A 85 100 1.00 tinggi
33 Rayhan Saputra 75 75 0.00 rendah
JUMLAH 2355 2515
3.99
Rata-Rata 71.36 76.21 0.12
Tinggi 6/33 x100%=0.181818 /18.18%
Sedang 7/33 x 100%=0.21212 / 21.21%
Rendah 20/33 x 100%=0.60606 / 60.61%
Setelah melakukan dua pengujian data, selanjutnya data dihitung uji N-
gain yang berguna untuk mengetahui perbandingan antara nilai pretest dan
posttest dari kedua kelas penelitian. Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai
berikut:
67
Tabel 4.14
Hasil N-gain Pretest-Posttest Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Eksperimen Kontrol
Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain
∑ 2205 2850 19.16 2355 2515 3.99
66.82 86.36 0.58 71.36 76.21 0.12
Berdasarkan data di atas, dapat dianalisis bahwa selisih antara nilai pretest
dan posttest menghasilkan nilai N-gain. Untuk kelas eksperimen rata-rata nilai
pretest sebesar 66.82 dan rata-rata nilai posttest sebesar 86.36 dengan perolehan
rata-rata N-gain sebesar 0,58 dan masuk dalam kategori sedang. Kemudian untuk
kelas kontrol rata-rata nilai pretest sebesar 71.36 dan rata-rata nilai posttest
sebesar 76.21 dengan perolehan rataan N-gain sebesar 0,12 dan masuk dalam
kategori rendah. Dapat disimpulkan bahwa kedua kelas ini memiliki perbedaan
pada hasil belajar IPS siswa.
9. Hasil wawancara
TABEL.4.15 Pedoman wawancara guru
no pertanyaan jawaban
1 Bagaimana kondisi kelas pada saat proses KBM? pada saat proses KBM
terkadang kondusif, tapi tidak
jarang kelas terasa cukup gaduh
2 Seberapa jauh pencapaian siswa pada materi ajar? sampai saat ini Alhamdulillah
baik dan bagus
3 Berapa nilai KKM untuk matpel IPS? untuk tahun ini nilai KKM 6.60
4 Berapa persen siswa yang mampu mencapai nilai KKM? sekitar 50% dari jumlah siswa
5 Strategi pembelajaran apa yang sering digunakan pada
saat proses KBM?
menggunakan ceramah plus
diskusi
6 Bagaimana respon siswa terhadap strategi yang
digunakan pada proses KBM?
cukup mengamati meski kadang
68
mereka kurang konsen/fokus
7 Bagaimana cara menyikapi kemampuan siswa yang
berbeda-beda?
dengan melakukan pendekatan
dan sharing
8 Kendala/kesulitan apa yang sering terjadi pada saat
proses KBM?
kurang aktifnya siswa dalam
proses KBM
9 Apa yang guru lakukan jika masih ada siswa yang masih
belum mampu mencapai target pembelajaran?
paling tidak dengan melakukan
remedial dan pengayaan
10 Media apa saja yang guru gunakan pada saat proses
belajar mengajar?
buku cetak, internet, LKS
TABEL.4.16 Pedoman wawancara siswa
No Pertanyaan Jawaban
1 cara mengajar guru seperti apa yang diinginkan
siswa?
siswa menginginkan cara mengajar
guru yang asik, yang tidak membuat
ngantuk, yang tidak membosankan,
tidak membuat siswa tegang, tidak
arogan dan cara mengajar yang
nyantai tapi bermakna.
2 bagaimana respon siswa terhadap cara mengajar
guru yang digunakan?
cukup mengikuti dan menikmati cara
belajar yang digunakan oleh guru,
meski terkadang masih sulit untuk
dipahami dan dimengerti.
3 apa hambatan dan kesulitan siswa dalam
memahami pelajaran?
terkadang siswa mengalami kesulitan
dalam menghafal rumus dan nama-
nama latin dalam pelajaran IPS.
Terutama pada mata pelajaran
69
sejarah. Siswa sulit untuk mengahafal
tanggal bersejarah dan nama-nama
tokohnya.
4 apa yang siswa lakukan pada saat guru tidak
hadir (izin/sakit)?
mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru piket atau mengerjakan
tugas lainnya.
5 apakah siswa sudah mampu mencapai nilai
sesuai KKM?
50% sudah mampu mencapai target
nilai KKM (6.60). sedangkan 50%
lagi belum mampu memncapai target
nilai KKM (6.60)
6 apakah siswa mengetahui kemampuan diri
masing-masing?
kebanyakan siswa belum mampu
untuk mengetahui kemampuan diri
masing-masing
7 bagaimana penilaian siswa terhadap metode
yang digunakan guru?
cukup menyenangkan, tapi kadang
membuat siswa bingung, dan kadang
membuat ngantuk karna terlalu
monoton.
8 apakah tugas kelompok lebih efektif
dibandingkan dengan tugas individu?
siswa lebih menyukai tugas individu
dari pada kelompok, dikarnakan jika
tugas kelompok terkadang ada siswa
yang enggan ikut mengerjakan tugas
tersebut
9 apa faktor penyebab siswa malas, nakal, tidur di
kelas bahkan membolos?
tidur terlalu malam, terlalu banyak
bermain, pengaruh lingkungan.
10 apa tujuan siswa datang kesekolah? belajar dan menuntut ilmu
70
Dari hasil wawancara dengan guru dan siswa, peneliti menyimpulkan
bahwa strategi dan metode yang digunakan oleh guru mata pelajaran IPS kelas 8C
dan 8D yang bernama ibu Hj. Shafaul Bariyyah, S.EI sudah cukup baik namun
kurang menguasai perhatian dan fokus siswa. Terkadang pula metode yang
digunakan membuat siswa merasa bosan dan jenuh yang mengakibatkan siswa
mengantuk dikelas dan tidak memperhatikan guru.
Melihat standar nilai KKM yang harus siswa capai dapat dikatakan
bahwa masih 50% dari jumlah siswa yang masih belum mampu untuk mencapai
nilai KKM yang sudah ditargetkan. Ini menjadi salah satu tugas seorang guru
untuk membimbing dan lebih memperhatikan siswanya agar semua mampu
mencapai target nilai KKM 6.60 minimal 85% dari jumlah siswa.
Hal demikian banyak sekali faktor yang mempengaruhi siswa belum
mampu mencapai target nilai KKM. Beberapa faktornya antara lain adalah siswa
terlalu banyak bermain, kurang istirahat/tidur terlalu malam, bahkan faktor dari
lingkungan pun kerap terjadi. Oleh karena itu, guru juga harus mampu memilih
strategi/metode pembelajaran yang tepat sehingga siswa dapat mengikuti
pembelajaran dengan baik dan mendapatkan hasil yang baik pula.
71
10. Hasil observasi
TABEL.4.17 Instrumen Observasi Guru
Nama Sekolah : Mts Al-Khairiyah
Nama Guru : Nurfadilah
Mata Pelajaran : Ips Terpadu
Materi Pokok : Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kelas : VIII
Jumlah Siswa : 33 Orang
PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH ANGKA YANG SESUAI UNTUK
MENGGAMBARKAN AKTIFITAS GURU DALAM SETIAP KEGIATAN
PEMBELAJARAN.
NO
ASPEK YANG
DIAMATI
KRITERIA PENILAIAN
CATAT
AN
TIDAK
BAIK
KURANG
BAIK
CUKUP
BAIK
BAIK
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
I PENDAHULUAN
1. MEMBERITAHUK
AN SK, KD, DAN
INDIKATOR
2. MENULISKAN
TOPIK
PEMBELAJARAN
3. APERSEPSI DAN
MOTIVASI
II KEGIATAN POKOK
1. PENYAJIAN
SESUAI DENGAN
URUTAN MATERI
2. METODE/PENDEK
ATAN SESUAI
DENGAN MATERI
3. MENGARAHKAN
KETERLIBATAN
SISWA
72
4. MEMBIMBING
SISWA
MELAKUKAN
KEGIATAN
5. PENGELOLAAN
KELAS
6. PENGEMBANGAN
KETERAMPILAN
SISWA
7. MENGAWASI
SETIAP SISWA
SECARA
BERGILIRAN
8. MEMBERIKAN
BANTUAN
KEPADA SISWA
YANG
MENGALAMI
KESULITAN
9. PELAKSANAAN
SESUAI DENGAN
WAKTU
III PENUTUP
1. MEMBIMBING
SISWA MEMBUAT
KESIMPULAN
2. MEMBERIKAN
EVALUASI
JUMLAH
ARTI ANGKA : 1= TIDAK BAIK 3= CUKUP BAIK
2= KURANG BAIK 4= BAIK
KESAN UMUM: …………………………………………………........................
SARAN: ……………………………………………………………………………
Jakarta, 07 november 2014
Observer Pendamping Guru Mata Pelajaran
Shafaul Bariyyah, S.Ei Nurfadilah
73
TABEL.4.18 Instrumen Lembar Observasi Siswa
Lembar Observasi Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran
2014/2015
Kelompok : EKSPERIMEN
Materi :
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera
No
Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
kelompok Antusias
Menerima
Pelajaran
Konsentrasi
Dalam
Pelajaran
Kerja Sama
Dalam
Kelompok
Keaktifan
Bertanya
Ketepatan
Jawaban
Keaktifan
Menjawab
Pertanyaan
Guru
Maupun
Pertanyaan
Siswa
1 I 23 25 26 21 19 17
2 II 23 22 25 21 17 18
3 III 22 23 25 21 19 17
4 IV 19 19 21 18 16 15
5 V 19 19 21 18 14 13
C. PEMBAHASAN
Pada dasarnya belajar tuntas (mastery learning) akan menciptakan siswa
memiliki kemampuan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya,
mengecilkan perbedaan antara anak cerdas dengan anak yang tidak cerdas. Belajar
tuntas (mastery learning) menciptakan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga di dalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan
pembelajaran, sedangkan anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian
tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran.
John B Carrol menyatakan dalam buku Martinis Yamin bahwa siswa
yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf
penguasaan bahan dibandingkan dengan siswa yang memiliki bakat rendah. Siswa
74
dapat mencapai penguasaan penuh terhadap bahan yang disajikan, bila kualitas
pengajaran dan kesempatan waktu belajar dibuat tepat sesuai dengan kebutuhan
masing-masing siswa.58
Berdasarkan teori mastery learning, maka seorang peserta didik
dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi
atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65 % dari seluruh tujuan
pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik
yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65% sekurang-kurangnya
85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.59
Peningkatan kualitas pembelajaran siswa dilihat dari perolehan nilai hasil
belajar siswa dan suasana pembelajaran didalam kelas memberi indikasi yang kuat
terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh
karena itu pembelajaran dengan strategi mastery learning (belajar tuntas) selain
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan mutu proses pembelajaran, juga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.
Dengan menggunakan uji N-gain dapat dilihat bahwa data pretest untuk
kelompok eksperimen diperoleh nilai rata-rata sebesar 66.82 sedangkan posttest
diperoleh nilai rata-rata sebesar 86.36. Maka dapat dikatakan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar siswa sebesar 19.41 yang berarti adanya pengaruh yang
signifikan antara strategi mastery learning dengan hasil belajar siswa.
Temuan diatas sesuai dengan penelitian yang diungkapkan oleh oleh
“Dewi Atikoh“ dalam penelitian yang dilakukannya yang berjudul pengaruh
strategi Pembelajaran mastery learning (Belajar Tuntas) Terhadap Hasil Belajar
Sosiologi Siswa, dapat diketahui bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan
strategi pembelajaran mastery learning memiliki kenaikan rata-rata lebih tinggi
dibandingkan siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional.
Diungkapkan juga oleh “Nurhafifah” dalam penelitiannya yang berjudul
Penerapan Model Belajar Tuntas (mastery learning) Sebagai Upaya
Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Di SMP Pelit Harapan Pondok Pinang
58
Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik”Implementasi KTSP & UU No.14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”. Gaung Persada Press. Jakarta. Indonesia. 2008. h. 216 59
Mulyasa. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003. h.99
75
Kebayoran dinyatakan bahwa indikator ketuntasan belajar siswa sesuai kriteria
ketuntasan minimal mata pelajaran PAI untuk aspek bilangan adalah 70.
Ketuntasan pada kelas eksperimen pada tabel menunjukkan 85% sedangkan pada
kelas kontrol 70% hal ini menunjukkan bahwa penerapan model belajar tuntas
dapat meningkatkan hasil belajar PAI siswa. Kelas eksperimen yang
menggunakan mobel belajar tuntas memiliki ketuntasan belajar lebih besar dari
pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model belajar tuntas.
Sedangkan menurut penelitian “Hidayattulloh” dalam penelitiannya yang
berjudul Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran
Tuntas (mastery learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas IV Madrasah
Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun Pelajaran 2012/2013
berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa siklus 1 dan
siklus 2 dengan menggunkan mastery learning pada pembelajaran IPS dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar. Strategi pembelajaran
tuntas (mastery learning) sangat membantu guru dan juga peserta didik dalam
meningkatkan kualitas belajar mengajar baik secara kognitif yang terlihat dari
hasil nilai akademis, juga pada afektif dan psikomotorik peserta didik, sehingga
peserta didik menjadi lebih kritis dalam berpikir dan menganalisis permasalahan
dan juga lebih bijaksana dalam bersikap.
Dari penelitian ini jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang
relevan yang sudah ada sebelumnya dapat diambil kesimpulan yang sama yaitu;
berdasarkan data hasil analisis, terlihat bahwa tingkat kualitas pembelajaran dan
kemampuan guru dalam metode pembelajaran yang berbeda dari metode
pembelajaran yang biasa digunakan yaitu metode ceramah dalam pembelajaran
memberikan pengaruh terhadap meningkatnya mutu proses pembelajaran dan nilai
hasil belajar siswa. Hasil penelitian-penelitian diatas juga menunjukkan bahwa
peningkatan kualitas pembelajaran berbanding lurus dengan tingkat kemampuan
mengajar guru.
76
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan
strategi mastery learning terhadap hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat
dari rata-rata hasil posttest kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata hasil
posttest kelas kontrol. Dari hasil keduanya memiliki selisih nilai rata-rata, yaitu
untuk kelas eksperimen 86.36 dan 76.21 untuk kelas kontrol.
Demikian juga berdasarkan hasil perhitungan uji “t” untuk data posttest
diperoleh nilai thitung sebesar 8.65, sedangkan ttabel sebesar 1.67. Maka dapat
dikatakan bahwa thitung > ttabel berarti hipotesis alternatif (Ha) diterima dan
hipotesis nol (Ho) ditolak.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran dalam penelitian ini adalah:
1. Dalam kegiatan belajar mengajar guru diharapkan menjadikan startegi mastery
learning sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran IPS.
2. Guru hendaknya menggunakan startegi mastery learning sebagai salah satu
strategi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Guru bidang studi IPS hendaknya memilih dan menggunakan strategi
pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa, yang menjadikan siswa
sebagai subjek belajar, sehingga pembelajaran dapat bermakna.
4. Penelitian ini masih banyak memiliki kelemahan. Oleh sebab itu disarankan
untuk penelitian selanjutknya agar lebih baik dan melengkapi segala
kekurangan dalam penelitian ini. Salah satu kekurangan dalam penelitian ini
adalah perbedaan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Sebaiknya
dalam kedua kelas ini menggunakan strategi/metode yang sama.
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2006).
Atikoh, Dewi. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Mastery Learning Terhadap Hasil
Belajar Sosiologi Siswa”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A. Y , Maman Achdiat Ngadiyono. Beberapa Catatan Tentang Mastery
Learning, (Jakarta: 1980).
Hamalik, Oemar.. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA. Bandung: Sinar Baru. 2001
Hidayattulloh, “Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS
Dikelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur
Tahun Pelajaran 2012/2013”, skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta,
Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
(KTSP) dan Suksen dalam sertifikasi guru. (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2007).
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2003).
Nurhafifah, “Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HARAPAN”,
skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta,
Purwanto, Iwan (ed), strategi pembelajaran. (Jakarta: cahaya digita, 2012).
Rukhiyat, Adang. Dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas
Olahraga Dan Pemuda, 2003).
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: kencana, 2006)
------------------. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
(Jakarta:kencana, 2008),
Siregar, Syofian . Statistic Parametik Untuk Penelitian Kuantitatif, Jakarta; PT
Bumi Aksara, 2013.
Sudaryono, dkk. Pengembangan Instrument Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta;
Graha Ilmu, 2013).
78
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan ,(Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2009).
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2009).
-----------------. penilaian hasil proses belajar mengajar, (bandung: PT Remaja
Rosdakarya.2008)
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, an
R&D. (Bandung, Alfabeta, 2012) h.51
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2014).
Susetyo, Budi. Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2010), cet. ke-1,
Solihatin, Entin. COOPERATIVE LEARNING analisis model pembalajaran IPS,
(Jakarta:bumi aksara. 2008)
Wodoyoko, Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Bagi
Pendidikan Dan Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, 2009).
Yamin, Martinis. Paradigma Pendidikan Kontruktivistik”Implementasi KTSP &
UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen”. (Jakarta: Gaung Persada
Press. 2008).
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/11/02/pembelajaran-tuntas-mastery-
learning-dalam-ktsp/ diakses pada bulan October 2014
http://banjirembun.blogspot.com/2013/05/contoh-skripsi-penelitian
tindakan_1446.html diakses pada bulan februari 2014
http://m.kompasiana.com/post/read/558299/1/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
prestasi-belajar.html diakses pada 14 maret 2015
http://www.tuanguru.com/2012/07/pengertian-ilmu-pengetahuan-sosial-ips.html
79
LAMPIRAN 1
Uji referensi
I]AB
i-BUKU PARAF
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h.87
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h. 1 03---'A
-lrWina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h.89 ---6*-ts
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Ko mpe t ens i, Q al<arta: kencana, 2006), h.9 1
Wina Sanjaya, Pembelajaron Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h.78 --='A*--'--http : //m. kompasiana. com I postl readl 5 5 8299 I I I faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-prestasi-belaj ar.html diakses pada | 4 maret 201 5
Nana Strdjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, @andung: PT
Remaja Rosdakarya 2008). h.22
Eko Putro Wodoyoko,
Bugi Pendidikan Dan
2009). h.36-38
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan
Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah,
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaron Berorientasi Standar Proses
P e n di di kan. (J akarta : kencana, 2 0 0 8 ), h.125 - 127
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Ko mpe tens i, Q akarta: kencana, 2006), h. 1 04 ---AaWina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Qakarta: kencana , 2006), h. 105- 107 ----A*--""--
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, Beberapa Catatan Tentang Mastery
Learning, Qal<arta: 1980) h.1
Kunandar, Guru Profesional implementasi Kurikulum
Pendidikan 6fSP) dan Suksen dalam sertifikasi guru.
Tingkat satuan
Qakarta: Raja
80
G rafi ndo Persada, 2007 ).h.327
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, Beberapa Catatan Tentang Mastery
Learning, Qakarta: 1980) h.2
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, Beberapa Catatan Tentang Mastery
Learning, Qal<arta 1980) h.4 kDewi Atikoh,
Hasil Belajar
.lal<afia. h.4
D.*i Atil.olr"
Hasil Belajar
Jakarta. h.15
"Pengaruh
Sosiologi
"P*g"r"tSosiologi
Strategi
Siswa",
Strrt.g,
Siswa",
Pembelaj ararl Mastery Learning Terhadap
skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
P"-b.l"Ja*
skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
----A--r'
Maman Achdiat Ngadiyono A. Y, Beberapa Catatan Tentang Mastery
Learning, Qakarta: 1980) h.l5-21 *----'--*A**-'-.?
Dewi Atikoh, "Pengaruh
Hasil Belajar Sosiologi
.lakarta. h.17-18
Strategi Pembelaj ararl Mastery Learning Terhadap
Siswa", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Oemar Hamalik . Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
(.'BSA. Bandung: Sinar Baru. 2001.h.86 /--'*"^*-*"-*
Iwan Purwanto (Ed), Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Cahaya Digita, 2012).
h.r94
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaron Berorientasi Standar Proses
P e ndidikan. (J akarta:kencana, 2008), h.l 47
-.
h.1 96
-'-z\--
-----7- -'
lwan Purwanto (Ed), Strategi Pembelajaran. (Jakarta: Cahaya Digita, 2012).
h.1 99
Inrastery-learning-dalam-ktsp/ diakses pada bulan October 2014
-:"4\--*- "-^
/--'A--g
http : /iwww.tuangurt .coml 20 12 I 07 I pengertian-ilmu-pengetahuan- so sial-
ips.html ----a-
8t
Entin Solihatin, COOPERATIVE LEARI{ING analisis model pembalajaron/PS, (Jakarta:bumi aksara. 2008) h.l4Dewi Atikoh, "Pengaruh Strategi Pembelajaran Mastery Learning Terhadap
Hasil Belajar Sosiologi Siswa", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. h.77
Nr"rrhafifah, " Penerapan Model Belajar Tuntas (Mastery Learning) Sebagai
[Jpcrya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di SMP PELITA HAMPAN',
skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta.h.46
Hidayattulloh, "(Jpaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswo Melalui Model
Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) Pada Mata Pelajaran IPS Dikelas
IV Madrasah lbtidaiyah Ar-Rahmah Ciracas Jakarta Timur Tahun
Pelajaran 2012/2013", skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.h.87
-----'*f-
III Sr-rgiono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan kuantitatif
kualitatif, an R&D. (Bandung, ALFABETA, 2012)h.ll2
Srrgiono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan kuantitatif,
kualitatif, an R& D. (Bandung, ALFABETA, 2012)h.l 17
Eko Putro Wodoyoko,
Bugi Pendidikan Dan
2009). h.4s
EVALLIASI P ROGRAM P EMBELAJARAI{ Panduan
Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, H
E[<o Putro Wodoyoko,
Bagi Pendidikan Dan
2009). h.4e.
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan
Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah,
Eko Putro Wodoyoko,
lSctgi Pendidikan Dan
2009). h.49-s0
EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN Panduan
Calon Pendidik. ( Yogyakarta: Bima Bayu Atijah, e-----71+-
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompete ns i, Q akafia: kencana, 2006), h. I 93
-7PSrrgiono. METODE PENELITIAI\I PEI{DIDIKAN pendekatan kuantitatif,
ktrulitatif, an R&D. (Bandung, ALFABETA, 2012)h.194
Adang Rukhiyat, Dkk. PAI{DUAI{ PENELITIAN BAGI REMAJA. Jakarta:
Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003).h.29 -*:?^-
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belojar Mengajar, @andung: PT
Remaj a Ro sdakary a 20 12).h.12
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani Rahayu, Pengembangan
Instrument Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013).h.1 1 I
Rahayu, Pengembangan
Graha Ilmu, 201 3).h. 112-
Sudaryono,
lns'lrument
r 13
Gaguk Margono, dan Wardani
P enelitian P endidikan, (Yogyak arta; ---'k-
Syofian Siregar. statistik parametik untuk penelitian kuantitatif, Jakarta; PT
Bumi Aksara, 2013.h.87
Sudaryono, Gaguk Margono, dan Wardani
I n s' I r um e nt P e n e I i t i an P e ndi dikan, (Y o gy akarta;
Rahayu, Pengembangan
Graha Ilmu, 2013).h.120
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2014).h.85
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010).h.207tu
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi
Aksara, 201 0).h.208
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010).h.210
Anas Sudijono , Pengantar Evaluasi Pendidikan , ( Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2009).Ed. 1 -9.h.385-387
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Qakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010).h.213 *___--X___
Sr"rharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikon, Qakarta: PT. Bumi
Aksara, 2010).h.211 kAnas Sudijono , Pengantar Evaluasi Pendidikan , ( Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2009).8d. 1 -9.h.3 8 8
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2014).h.102
Budi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Cara
82
I
I
I
-lI
I
I
83
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika
Aditama,2010), cet. ke-1 .h.173
Bndi Susetyo, Statistika Untuk Analisis Data Penelitian Dilengkapi Caro
Perhitungan dengan SPSS dan MS Office Excel, (Bandung: PT Refika
Aditama , 2010),, cet. ke- 1 .h.208
Adang Rukhiyat, Dkk. PAI\TDUAI\I PEI{ELITIAN BAGI REMAJA. Jakafia:
Dinas Olahraga Dan Pemuda, 2003).h.55
V. wiratna, sujarweni. Metodologi penelitian. (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2014).h.103
Sugiono. METODE PENELITIAN PENDIDIKAN pendekatan kuantitatif,
kuulitaty') an R&D. (Bandung, ALFABETA, 2072)h.5 I
hfitp : I I b anj i re mb un. b I o g sp ot. c oml 20 1 3 I 0 5 I conto h- skrip s i -p enel iti an-
tindakan _l446.html diakses pada bulan februari 2014 ---?\---
IV Yamin, Martinis. Paradigma
K'\SP & UU No.I4 Tahun 2005
Persada Press.2008)h.2 1 6
Pendidikan Kontruktivistik" Implementasi
tentang Guru dan Dosen" (jakarta: Gaung
Mrrlyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003.h.99 /"---^--
84
LAMPIRAN 2
RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama sekolah : MTs AL-KHAIRIYAH
Mata pelajaran : IPS TERPADU
Kelas /semester : VIII /1 (satu)
Alokasi waktu : 8 X 40MENIT (4x pertemuan)
Standar Kompetensi : 2.Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kompetensi Dasar: 2.2 menguraikan proses terbentuknya kesadaran
nasionalisme, identitas Indonesia, dan perkembangan pergerakan kebangsaan
Indonesia.
A. Indikator :
1. Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan Kolonial, perkembangan
pendidikan barat, dan perkembangan pendidikan islam terhadap
munculnya nasionalisme Indonesia
2. Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar, profesional, dan pers dalam
menumbuh kembangkan kesadaran nasional Indonesia
3. Mendiskripsikan perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat
etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme
Indonesia
4. Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, konggres pemuda 1928,
dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas
kebangsaan Indonesia
B. Tujuan Pembelajaran :
Setelah selesai kegiatan pembelajaran, diharapkan siswa mampu :
1. Menjelaskan pengaruh perluasan kekuasaan kolonial, perkembangan
pendidikan barat, dan perkembangan pendidikan islam terhadap
munculnya nasionalisme Indonesia
85
2. Mendiskripsikan peranan golongan terpelajar, profesional, dan pers dalam
menumbuh kembangkan kesadaran nasional Indonesia
3. Mendiskripsikan perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat
etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme
Indonesia
4. Mendiskripsikan peran manifesto politik 1925, konggres pemuda 1928,
dan konggres perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas
kebangsaan Indonesia
C. Materi Pembelajaran :
Pergerakan perkembangan kebangsaan Indonesia:
1. Perkembangan pendidikan barat dan perkembangan pendidikan islam
terhadap munculnya nasionalisme Indonesia
2. Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam
menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia.
3. Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik,
kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia.
4. Peran manifesto politik, konggres pemuda dan konggres perempuan
pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan indonesia
D. Metode Pembelajaran
a. Membaca
b. Mencatat
c. ekspositori
d. Bamboo dancing
e. Tugas Latihan
E. Karakter siswa yang diharapkan :
a. Disiplin
b. Rasa hormat dan perhatian
c. Tekun
d. Tanggung jawab
e. Ketelitian
86
F. Langkah-Langkah Pembelajaran :
Pertemuan Ke 1, 2
Materi pembelajaran :
1. Perkembangan pendidikan barat dan perkembangan pendidikan islam
terhadap munculnya nasionalisme Indonesia
2. Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam menumbuh
kembangkan kesadaran nasional Indonesia.
1. Pendahuluan:
a. Membaca do‟a
b. Memeriksa daftar hadir siswa, kebersihan dan kerapihan kelas
c. Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
Apersepsi :
Pendidikan merupakan upaya untuk mengangkat derajat bangsa Indonesia dan
memberikan pelajaran tentang pentingnya persatuan dalam memperjuangkan
sesuatu apalagi nasib sebuah bangsa.
Motivasi :
Memberi semangat atau motivasi kepada siswa tentang pentingnya untuk
selalu menanamkan rasa nasionalisme kebangsaan Indonesia dalam diri kita
2. Kegiatan inti :
Eksplorasi :
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1. guru meminta siswa untuk memperhatikan dan menjawab siapa saja
pahlawan nasional
2. siswa menyebutkan pahlawan nasional
3. guru menjelaskan proses terbentuknya beberapa sekolah yang didirikan oleh
pemerintah belanda
4. guru meminta siswa melihat surat kabar yang terbit pada jaman belanda
melalui gambar
5. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dengan
topic/tema materi yang akan dipelajari
87
6. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain
7. memfasilitaskan terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan.
8. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap pembelajaran
Elaborasi :
Dalam Kegiatan Elaborasi, Guru :
1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna
2. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
3. siswa menyebutkan berbagai surat kabar yang terbit saat pendudukan
belanda
4. guru menyimpulkan pendapat siswa
5. guru membiarkan pertanyaan siswa dengan diskusi interaktif
6. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan
masalah, dan bertindak tanpa rasa takut
7. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran strategi mastery learning
8. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi dan hasil belajar
9. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok
10. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
Konfirmasi :
Dalam kegiatan konfirmasi guru :
1. guru melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum dikehatui siswa
2. guru bersama peserta didik melakukan tanya jwab untuk meluruskan
kesalahan pemahaman, memberikan penguatan jawaban dan menyimpulkan.
88
3. Kegiatan penutup :
Dalam kegiatan penutup guru :
1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau guru sendiri membuat
rangkuman atau kesimpulan dari materi pelajaran
2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
3. memberikan umpan balik terhadap proses an hasil pembelajaran
4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remedial, pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas tambahan baik individu
maupun kelompok, sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh peserta didik
5. meminta seluruh siswa untuk menyebutkan organisasi pendidikan islam,
kelompok golongan terpelajar dan professional, dan pers dalam tumbuh
kembang nasionalisme bangsa Indonesia
Pertemuan Ke 3, 4
Materi pembelajaran :
3. Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik,
kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme Indonesia.
4. Peran manifesto politik, konggres pemuda dan konggres perempuan
pertama dalam proses pembentukan identitas kebangsaan Indonesia
1. Pendahuluan:
a. Membaca do‟a
b. Memeriksa daftar hadir siswa, kebersihan dan kerapihan kelas
c. Memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa
Apersepsi :
dapatkah kalian menyebutkan organisasi pergerakan nasioanal yang bersifat
keagamaan?
ingatkah kalian dengan bunyi ikrar sumpah pemuda?
Motivasi :
Memberi semangat atau motivasi kepada siswa tentang pentingnya untuk
selalu menanamkan rasa nasionalisme kebangsaan Indonesia dalam diri kita
89
2. Kegiatan inti :
Eksplorasi :
Dalam kegiatan eksplorasi guru :
1. membaca buku referensi tentang perkembangan pergerakan nasioanl dari
yang bersifat etnik, kedaerahan, keagamaan sampai terbentuk nasionalisme
indonesial
2. menelaah peran manifesto politik 1928, dan kongres pemuda 1928 dan
kongres wanita
3. melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dengan
topic/tema materi yang akan dipelajari
4. menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain
5. memfasilitaskan terjadinya interaksi antar peserta didik, serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan.
6. melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap pembelajaran
Elaborasi :
Dalam kegiatan elaborasi guru :
1. membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna
2. memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis
3. siswa menyebutkan berbagai surat kabar yang terbit saat pendudukan
belanda
4. guru menyimpulkan pendapat siswa
5. guru membiarkan pertanyaan siswa dengan diskusi interaktif
6. memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut
7. memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran strategi mastery learning
8. memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi dan hasil belajar
90
9. memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok
10. memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik
11. memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan, isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik
12. memfasilitaskan peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan
13. memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik melalui berbagai sumber
14. memfasilitaskan peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna dalam mencapai kompetensi dasar
3. Kegiatan penutup :
Dalam kegiatan penutup guru :
1. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau guru sendiri membuat
rangkuman atau kesimpulan dari materi pelajaran
2. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
3. memberikan umpan balik terhadap proses an hasil pembelajaran
4. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk remedial, pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas tambahan baik individu
maupun kelompok, sesuai dengan hasil yang diperoleh oleh peserta didik
G. Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Alat : kertas no acak
2. Sumber : buku paket IPS terpadu, LKS, Internet
H. Penilaian
1. Jenis : Tugas Mencatat Dan Tugas Latihan
2. Bentuk Instrumen : Resume/Ringkasan Dan Tes Tertulis
3. Instrumen Soal tes tertulis :
1. Siapakah penganut liberal yang mendesak pemerintah belanda…
a.Soekarno c. E.E.EDouwes Dekker
91
b. Ratu Wilhelmina d. Van De Ventere
2. Pada masa kolonialisme pendidikan bertujuan untuk…
a.Mencerdaskan rakyat Indonesia
b.Memajukan pendidikan pribumi
c.Meningkatkan pendidikan di Indonesia
d.Menghasilkan tenaga terampil yg murah
3. Anak bumi putera kalangan bawah yang pandai akan memperoleh
kesempatan belajar disekolah lanjutan yang disebut…
a.Rajatschool c. HIS
b.Vervolgschool d. HBS
4. Apa yang dimaksud dengan perguruan kebangsaan…
a.Pendidikan yang diorganisasikan oleh pendidik colonial
b.Pendikan yang diorganisasikan oleh bangsa Indonesia
c.Pendidikan yang diorganisasikan atas kerja sama colonial dan
Indonesia
d.Pendidikan yang diorganisasikan oleh para Gujarat arab
5. Nama lain dari indonesische nederlandsche kayu taman adalah…
a.Perguruan kebangsaan c. Perguruan taman siswa
b.perguruan kayu taman d. perguruan kesantrian
6. Siapa pendiri perguruan kesatrian pada tahun 1924…
a.E.E.E Douwes Dekker c. Ki Hajar Dewantara
b.Mohammad Syafei d. Mohammad Hatta
7. Masyarakat indonesia pada saat sebelum politik etis terdiri atas
beberapa golongan berdasarkan status sosialnya, yaitu…
a.Kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas
b.Kalangan bawah dan kalangan atas, kalangan artis
c.Kalangan bawah dan kalangan menengah
d.Kalangan menengah dan kalangan atas
8. Yang termasuk sebagai tokoh pergerakan nasional sebagai pejuang
muslim kecuali…
92
a.KH.Ahmad Dahlan c. Budi Utomo
b.Abdullah Ahmad d. H.Zainuddin
9. siapa saja yang berperan dalam pergerakan nasional, kecuali…
a. golongan terpelajar c. peran kolonial
b. golongan professional d. peran pers
10. motivasi awal pembentukan sarekat dagang islam ialah…
a. untuk memperjuangkan kepentingan pribumi di hindia belanda
b. untuk meluaskan pemasaran di hindia belanda
c. untuk mengembangkan bakat dibidang perdagangan
d. untuk menguasai bidang ekonomi (perdagangan)
11. pada masa kebangkitan pers di Indonesia terdapat berbagai
organisasi, yaitu..
a. Indonesia Raya c. Merah Putih
b. Republika d.Perhimpunan Indonesia
12. salah satu majalah yang diterbitkan oleh pers indische partij
adalah…
a. De Express c. Indonesia Merdeka
b. Darmo Kondo d. Hindia Poetra
13. siapa perintis majalah hindia poetra pada tahun 1916…
a. Budi Utomo c. H. Agus Salim
b.Abdul Moeis d. Suwardi Suryaningrat
14. R.A Kartini sebelum menikah ia mendirikan sekolah untuk para
gadis di daerah…
a. Jepara c. Bandung
b. Rembang d. Gorontalo
15. siapakah wanita yang memimpin kongres wanita di Yogyakarta
pada tahun 1928..
a. R.A Sukanto c. Siti Wardah
b. R.A Kartini d. Dewi Sartika
93
No Kunci
Jawaban
No Kunci
Jawaban
No Kunci
Jawaban
1 d 6 a 11 d
2 d 7 a 12 a
3 b 8 c 13 d
4 b 9 c 14 a
5 b 10 a 15 a
c. Lembar pengamatan diskusi :
No Nama
Siswa
Aspek Yang Diamati Jumlah
Inisiatif Keaktifan Kerjasama Presentasi Nilai
*nilai maksimal tiap aspek 25 (25 x 4 =100)
d. Lembar penilaian tugas :
No Nama
Siswa
Aspek Yang Diamati Jumlah
Ketepatan
Waktu
Kerapihan
Pekerjaan
Esensi
Jawaban
Nilai
*norma penilaian :
*) norma penilaian : - aspek ketepatan waktu : 15
- aspek kerapihan pekerjaan : 10
- aspek esensi jawaban : 75
= 100
JAKARTA, 17 November 2014
MENGETAHUI
KEPALA SEKOLAH GURU MATA PELAJARAN
A. Hidayat, S.Pd, M.Si Nurfadilah
94
LAMPIRAN 3
Instrumen Kisi-Kisi
KISI-KISI PENULISAN SOAL
JENIS SEKOLAH : MTs Al-Khairiyah JUMLAH SOAL : 20 SOAL
MATA PELAJARAN : IPS TERPADU BENTUK SOAL/ TES: PILIHAN GANDA
KURIKULUM : 2006 PENYUSUN : NURFADILAH
ALOKASI WAKTU :
NO STANDAR
KOMPETENSI
KOMPETEN
SI DASAR
KELAS /
SEMES
TER
MATERI
POKOK
INDIKATOR
SOAL
NOMOR
SOAL
1. Memahami
proses
kebangkitan
nasional
Menguraikan
proses
terbentuknya
kesadaran
nasionalisme,
identitas
Indonesia,
dan
perkembanga
n pergerakan
kebangsaan
indonesia
VIII / 1 1. Perkembangan
pendidikan
barat dan
perkembangan
pendidikan
islam terhadap
munculnya
nasionalisme
Indonesia.
2. Peranan
golongan
terpelajar,
professional
dan pers dalam
menumbuh
kembangkan
kesadaran
1. Menjelaskan
pengaruh
perluasan
kekuasaan
kolonial,
perkembangan
pendidikan
barat, dan
perkembangan
pendidikan
islam terhadap
munculnya
nasionalisme
Indonesia
2. Mendiskripsik
an peranan
golongan
terpelajar,
1, 2, 3,
4, 5, 6,
7, 8, 9,
10, 11
12, 13,
14, 15,
95
nasional
Indonesia.
3. Peran
manifesto
politik,
konggres
pemuda dan
konggres
perempuan
pertama dalam
proses
pembentukan
identitas
kebangsaan
Indonesia
professional,
dan pers
dalam
menumbuh
kembangkan
kesadaran
nasional
Indonesia.
3. Mendiskripsik
an peran
manifesto
politik 1925,
konggres
pemuda 1928,
dan konggres
perempuan
pertama dalam
proses
pembentukan
identitas
kebangsaan
Indonesia
16
17, 18,
19, 20
96
LAMPIRAN 4
Soal Pretest-Postest
SOAL PRE TEST DAN POST TEST
MATA PELAJARAN : IPS TERPADU KELAS : VIII
BERILAH TANDA SILANG (X) PADA SALAH SATU HURUF a, b, c, atau
d PADA JAWABAN YANG PALING TEPAT!
1) Pada tahun 1901, ratu belanda wihelmina mengatakan pidatonya, yang
dikenal sebagai…
a. Politik etis c. Politik demokratis
b. politik komunis d. politik pancasila
2) Dalam politik etis ada tiga tujuan politik, kecuali…
a. edukasi c. emigrasi
b. irigasi d. migrasi
3) Sekolah yang setingkat dengan SMU disebut…
a. HBS c. MULO
b. HIS d. AMS
4) Siapakah pendiri perguruan taman siswa…
a. Muhammad Syafei c. Ki Hajar Dewantara
b. E.E.E Douwes Dekker d. Soekarno
5) Tujuan dari didirikannya perguruan taman siswa antara lain, kecuali…
a. Menambah ilmu pengetahuan c. Menambah pendidikan
b. membentuk jiwa kebangsaan d. membantu para kolonial
6) Masyarakat indonesia pada saat sebelum politik etis terdiri atas
beberapa golongan berdasarkan status sosialnya, yaitu…
a. Kalangan bawah, kalangan menengah dan kalangan atas
b. Kalangan bawah dan kalangan atas, kalangan artis
c. Kalangan bawah dan kalangan menengah
d. Kalangan menengah dan kalangan atas
97
7) Masyarakat setelah politik etis ditandai oleh…
a. Lahirnya kolonialisme baru c. Didirikan sekolah baru
b. banyak para pemberontak d.lahir kalangan terpelajar
8) Jenis pendidikan islam yang ada di indonesia antara lain…
a. Pendidikan madrasah c. Pendidikan militer
b. pendidikan SD d. pendidikan internasional
9) Lembaga pendidikan islam yang merupakan pengembangan dari
pendidikan langgar atau surau adalah…
a. SD c. Pesantren
b. Madrasah d. tsanawiyah
10) Pimpinan pondok pesantren biasa disebut sebagai…
a. Ustadz c. Modin
b. Kiai d. Santri
11) Pendiri dan pelopor sistem pendidikan madrasah pertama kali adalah…
a. Nizam El Mulk c. Muhammad syafei
b. Ki Hajar Dewantara d. KH. Ahmad Dahlan
12) Berikut ini yang termasuk sebagai tokoh pergerakan nasional sebagai
pejuang muslim kecuali…
a. KH.Ahmad Dahlan c. Budi Utomo
b. Abdullah Ahmad d. H.Zainuddin
13) Pada saat penjajahan jepang, banyak para santri yang mendapat
pelatihan kemiliteran. Pada umumnya mereka masuk ke dalam satuan
tentara…
a. PETA c. pergerakan nasional
b. G30S PKI d. hizbullah
14) Lahirnya nasionalisme di Indonesia dipelopori oleh…
a. Para bangsawan c. Golongan terpelajar
b. Golongan elit d. Para saudagar
15) siapa saja yang berperan dalam pergerakan nasional, kecuali…
a. golongan terpelajar c. peran kolonial
b. golongan professional d. peran pers
98
16) pers sarekat islam juga menerbitkan surat kabar yang dinamakan….
a. Hindia Poetra c. Oetoesan
b. Darmo Kondo d. Indonesia Merdeka
17) R.A Kartini sebelum menikah mendirikan sekolah untuk para gadis di
daerah…
a. Jepara c. Bandung
b. Rembang d. Gorontalo
18) pada tahun1912 di Jakarta berdiri organisasi wanita pertama
bernama….
a. R.A Kartini c. Dewi Sartika
b. Putri Mardika d. Siti Wardah
19) kapan terjadi hari sumpah pemuda…
a. 28 October 1928 c. 28 October 1945
b. 28 November 1928 d. 17 Agustus 1945
20) apa yang menjadi salah satu identitas nasional indonesia…
a. seni budaya c. Bahasa melayu
b. motif batik d. makanan khas
No Kunci Jawaban No Kunci Jawaban
1 a 11 A
2 c 12 C
3 d 13 D
4 c 14 C
5 d 15 D
6 a 16 C
7 d 17 A
8 a 18 B
9 c 19 A
10 b 20 C
99
LAMPIRAN 5
Pedoman Wawancara Guru
INSTRUMEN WAWANCARA GURU
Nama Sekolah : Mts Al-Khairiyah Guru Mata Pelajaran:
Nama Responden : Hari/Tanggal :
INSTRUMEN WAWANCARA (GURU)
1. Bagaimana kondisi kelas pada saat proses KBM?
2. Seberapa jauh pencapaian siswa pada materi ajar?
3. Berapa nilai KKM untuk matpel IPS?
4. Berapa persen siswa yang mampu mencapai nilai KKM?
5. Strategi pembelajaran apa yang sering digunakan pada saat proses KBM?
6. Bagaimana respon siswa terhadap strategi yang digunakan pada proses KBM?
7. Bagaimana cara menyikapi kemampuan siswa yang berbeda-beda?
8. Kendala/kesulitan apa yang sering terjadi pada saat proses KBM?
9. Apa yang guru lakukan jika masih ada siswa yang masih belum mampu
mencapai target pembelajaran?
10.Media apa saja yang guru gunakan pada saat proses belajar mengajar
100
LAMPIRAN 6
Pedoman Wawancara Siswa
INSTRUMEN WAWANCARA SISWA
Nama Sekolah : Mts Al-Khairiyah Kelas :
Nama Responden : Hari/Tanggal :
INSTRUMEN WAWANCARA (SISWA)
1. cara mengajar guru seperti apa yang diinginkan siswa?
2. bagaimana respon siswa terhadap cara mengajar guru yang digunakan?
3. apa hambatan dan kesulitan siswa dalam memahami pelajaran?
4. apa yang siswa lakukan pada saat guru tidak hadir (izin/sakit)?
5 apakah siswa sudah mampu mencapai nilai sesuai KKM?
6.apakah siswa mengetahui kemampuan diri masing-masing?
7.bagaimana penilaian siswa terhadap metode yang digunakan guru?
8.apakah tugas kelompok lebih efektif dibandingkan dengan tugas individu?
9. apa factor penyebab siswa malas, nakal, tidur di kelas bahkan membolos?
10. apa tujuan siswa dating kesekolah?
101
LAMPIRAN 7
Lembar Observasi Guru
INSTRUMEN OBSERVASI GURU
Nama Sekolah : Mts Al-Khairiyah
Nama Guru : Nurfadilah
Mata Pelajaran : Ips Terpadu
Materi Pokok : Memahami Proses Kebangkitan Nasional
Kelas : VIII
Jumlah Siswa : 33 Orang
PETUNJUK PENGISIAN : BERILAH ANGKA YANG SESUAI UNTUK
MENGGAMBARKAN AKTIFITAS GURU DALAM SETIAP KEGIATAN
PEMBELAJARAN.
NO
ASPEK YANG
DIAMATI
KRITERIA PENILAIAN
CATATAN
TIDAK
BAIK
KURANG
BAIK
CUKUP
BAIK
BAIK
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
I PENDAHULUAN
1. MEMBERITAHUK
AN SK, KD, DAN
INDIKATOR
2. MENULISKAN
TOPIK
PEMBELAJARAN
3. APERSEPSI DAN
MOTIVASI
II KEGIATAN POKOK
1. PENYAJIAN
SESUAI DENGAN
URUTAN MATERI
2. METODE/PENDE
KATAN SESUAI
DENGAN MATERI
102
3. MENGARAHKAN
KETERLIBATAN
SISWA
4. MEMBIMBING
SISWA
MELAKUKAN
KEGIATAN
5. PENGELOLAAN
KELAS
6. PENGEMBANGA
N
KETERAMPILAN
SISWA
7. MENGAWASI
SETIAP SISWA
SECARA
BERGILIRAN
8. MEMBERIKAN
BANTUAN
KEPADA SISWA
YANG
MENGALAMI
KESULITAN
9. PELAKSANAAN
SESUAI DENGAN
WAKTU
III PENUTUP
1. MEMBIMBING
SISWA
MEMBUAT
KESIMPULAN
2. MEMBERIKAN
EVALUASI
JUMLAH
ARTI ANGKA : 1= TIDAK BAIK 3= CUKUP BAIK
2= KURANG BAIK 4= BAIK
103
LAMPIRAN 8
Lembar Observasi Siswa
Lembar Observasi
Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelompok : 1
Materi : Perkembangan pendidikan barat dan perkembangan pendidikan
islam terhadap munculnya nasionalisme Indonesia
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera
No
Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
Nama Antusias
Menerima
Pelajaran
Konsentrasi
Dalam
Pelajaran
Kerja Sama
Dalam
Kelompok
Keaktifan
Bertanya
Ketepatan
Jawaban
Keaktifan
Menjawab
Pertanyaan
Guru
Maupun
Pertanyaan
Siswa
1 Achmad Pajri . D 3 3 3 3 3 2
2 Inka Azrita 4 4 4 3 3 3
3 Muhammad Lutfi 3 4 3 3 3 2
4 Ahmad Sholikhin 4 4 4 3 3 3
5 Mahasthy Harita 3 3 4 3 2 2
6 Alfi Nurfitriani 3 3 4 3 2 2
7 Vinka Romadona.K 3 4 4 3 3 3
jumlah 23 25 26 21 19 17
Jakarta, 31 October 2014
Observer pendamping observer
Shafaul Bariyyah, S.EI Nurfadilah
104
Lembar Observasi
Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelompok : II
Materi :Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam
menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia.
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera
No
Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
Nama Antusias
Menerima
Pelajaran
Konsentrasi
Dalam
Pelajaran
Kerja Sama
Dalam
Kelompok
Keaktifan
Bertanya
Ketepatan
Jawaban
Keaktifan
Menjawab
Pertanyaan
Guru
Maupun
Pertanyaan
Siswa
1 M. Fardhan . M 3 3 3 3 2 3
2 Syahrul Ramadhan 3 3 3 3 2 2
3 Prizka Fitriyani 3 3 4 3 3 3
4 Syintia Efriani 3 3 4 3 3 3
5 EdeniaGhina Fadia 4 3 4 3 2 2
6 Muhammad Firly.I 3 3 3 3 2 2
7 Khaka Noerwahida 4 4 4 3 3 3
jumlah 23 22 25 21 17 18
Jakarta, 03 November 2014
Observer pendamping observer
Shafaul Bariyyah, S.EI Nurfadilah
105
Lembar Observasi
Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelompok : III
Materi :Peranan golongan terpelajar, professional dan pers dalam
menumbuhkembangkan kesadaran nasional Indonesia.
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera
No
Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
Nama Antusias
Menerima
Pelajaran
Konsentrasi
Dalam
Pelajaran
Kerja Sama
Dalam
Kelompok
Keaktifan
Bertanya
Ketepatan
Jawaban
Keaktifan
Menjawab
Pertanyaan
Guru
Maupun
Pertanyaan
Siswa
1 Haikal Nurfauzi 3 3 3 3 2 2
2 Aldi Zamzami . M 3 4 3 3 3 3
3 Rafli Syahrain 3 3 3 3 3 2
4 Jihan Salsabila 4 4 4 3 3 3
5 Danu Anggoro
Agung
3 3 4 3 2 2
6 Mugyasmi Nur . C 3 3 4 3 3 2
7 Affan Eki . S 3 3 4 3 3 3
jumlah 22 23 25 21 19 17
Jakarta, 07 November 2014
Observer pendamping observer
Shafaul Bariyyah, S.EI Nurfadilah
106
Lembar Observasi
Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelompok : IV
Materi : Perkembangan pergerakan nasional dari yang bersifat etnik,
kedaerahan, keagamaan sampai terbentuknya nasionalisme
Indonesia.
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera
No
Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
Nama Antusias
Menerima
Pelajaran
Konsentrasi
Dalam
Pelajaran
Kerja Sama
Dalam
Kelompok
Keaktifan
Bertanya
Ketepatan
Jawaban
Keaktifan
Menjawab
Pertanyaan
Guru
Maupun
Pertanyaan
Siswa
1 Muhammad Daffa 3 3 3 3 2 2
2 Clarannisa Ulyandra 4 4 4 3 3 3
3 FadilahEdi Saputro 3 3 3 3 3 2
4 Muhammad Risky.A 3 3 3 3 3 3
5 Syifa Lailatis . S 3 3 4 3 3 3
6 Zidane As‟sajad . P 3 3 4 3 2 2
jumlah 19 19 21 18 16 15
Jakarta, 14 November 2014
Observer pendamping observer
Shafaul Bariyyah, S.EI Nurfadilah
107
Lembar Observasi
Partisipasi Siswa Dalam Proses Pembelajaran IPS
Di Kelas VIII C Mts Al-Khairiyah Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015
Kelompok : V
Materi :Peran manifesto politik, konggres pemuda dan konggres
perempuan pertama dalam proses pembentukan identitas
kebangsaan indonesia
Petunjuk Pengisian: Berilah Tanda Cheklis () Pada Aspek Yang Tertera
No
Banyak Siswa Dan Aspek Yang Diamati
Nama Antusias
Menerima
Pelajaran
Konsentrasi
Dalam
Pelajaran
Kerja Sama
Dalam
Kelompok
Keaktifan
Bertanya
Ketepatan
Jawaban
Keaktifan
Menjawab
Pertanyaan
Guru
Maupun
Pertanyaan
Siswa
1 Ridwan Adam 3 3 3 3 2 2
2 Ahmad Misbah . H 3 3 3 3 2 2
3 Sarah Elvira . R 3 4 4 3 3 2
4 Fahruzi 4 3 3 3 3 3
5 Surya Al-Ghazali 3 3 4 3 2 2
6 Amar
Tafakurniallah
3 3 4 3 2 2
jumlah 19 19 21 18 14 13
Jakarta, 17 November 2014
Observer pendamping observer
Shafaul Bariyyah, S.EI Nurfadilah
112
76
LAMPIRAN 13
Distribusi Kelas Eksperimen
Distribusi pretest kelas eksperimen
R = X max - X min = 90 - 40 = 50
K = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 33
k = 1 + 3,3(1.5185)
k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6
p = R/K = 50 /6 = 8,33 = 8
no interval
titik
tengah Fa Fk F.Relatif
1 40-47 43,5 2 2 6.06%
2 48-55 51.5 2 4 6.06%
3 56-63 59,5 4 8 12.12%
4 64-71 67,5 17 25 51.52%
5 72-79 75,5 3 28 9.09%
6 80-87 83,5 4 32 12.12%
7 88-95 91,5 1 33 3.03%
100.00%
no interval Fi fk Xi Fi.Xi Xi² Fi.Xi²
1 40-47 2 2 43,5 87 1892,25 3784.50
2 48-55 2 4 51.5 103 2652,25 5304.50
3 56-63 4 8 59,5 238 3540,25 14161
4 64-71 17 25 67,5 1147,5 4556,25 77456.25
5 72-79 3 28 75,5 226,5 5700,25 17100.75
6 80-87 4 32 83,5 334 6972,25 27889
7 88-95 1 33 91,5 91,5 8372,25 8372.25
2227.5 33685.75 154068.25
1. m ean = Fi.Xi/n =2227.5/33 = 67.5
2. median (nilai tengah)
Me = b+i{(1/2 n - fb)/f}
b(batas bawah) = 63,5
113
i(panjang interval)= 8
fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 8
f=17
Me = 63,5 + 8 {(1/2 33 - 8)/17}
Me = 63,5 + 8 {(16,5 - 8)/17}
Me = 63,5 + 8 (8,5/17)
Me = 63,5 + 8 (0,5)
Me = 63,5 + 8,5
Me = 72
3. modus( nilai yang paling banyak muncul)
Mo = b+i(bs/bs+bm)
b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 63,5
i= panjang kelas interval = 8
bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 13
bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 14
Mo= b+i(bs/(bs+bm))
Mo= 63,5+8(13/(13+14))
Mo = 63,5 + 8 (13/27)
Mo = 63,5 + 8 (0,76)
Mo = 63,5 + 6.08
Mo = 69.58
4. simpangan baku (S)
√n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1)
√33(154068.25)-(2227.5)²/33(33-1)
√5084252.25- 4961756.25/33(32)
√122496/1056
√116 = 10.77 10.77
5. varians (S²)
114
S=10.77²
S=116
distribusi posstest kelas eksperimen
R = X max - X min
=100- 65 = 35
K = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 33
k = 1 +
3,3(1.5185)
k = 1 + 5.0110 = 6.0110
=6
p = R/K = 35 /6 = 5.8 = 6
no interval
titik
tengah Fa Fk F.Relatif
1 65-70 68 6 6 18.18%
2 71-76 74 4 10 12.12%
3 77-82 80 2 12 6.06%
4 83-88 86 2 14 6.06%
5 89-94 92 6 20 18.18%
6 95-100 98 13 33 39.39%
100.00%
no interval Fi fk Xi Fi.Xi Xi² Fi.Xi²
1 65-70 6 6 68 408 4624 27744
2 71-76 4 10 74 296 5476 21904
3 77-82 2 12 80 160 6400 12800
4 83-88 2 14 86 172 7396 14792
5 89-94 6 20 92 552 8464 50784
6 95-100 13 33 98 1274 9604 124852
2862 41964 252876
1. m ean = Fi.Xi/n =2863/33 = 86.7 = 87
2. median (nilai tengah)
Me = b+i{(1/2 n - fb)/f}
b(batas bawah) = 94,5
i(panjang interval)= 6
115
fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 20
f=13
Me = 94,5 + 6{(1/2 33 - 20)/13}
Me = 94,5 + 6 {(16,5 - 20)/13}
Me = 94,5 + 6 (-3.5/13)
Me = 94,5+ 6 (-0.26)
Me = 94.5 + (-1.61)
Me = 92.89
3. modus( nilai yang paling banyak muncul)
Mo = b+i(bs/bs+bm)
b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak
frekuensinya = 94,5
i= panjang kelas interval = 6
bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 7
bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 0
Mo= b+i(bs/(bs+bm))
Mo= 94,5+6(7/(7+0))
Mo = 94,5 + 6 (7/7)
Mo = 94,5 + 6 (1)
Mo = 94,5 + 6
Mo = 100,5
4. simpangan baku (S)
√n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1)
√33(252876)-(2862)²/33(33-1)
√8344908-8191044 /33(32)
√153864/1056
√145.7
12.07
116
5. varians (S²)
S=12.07²
S=145.7
Distribusi kelas kontrol
Distribusi pretest kelas kontrol
R = X max - X min = 85 - 50 = 35
K = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 33
k = 1 + 3,3(1.5185)
k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6
p = R/K = 35/6 = 5,8 = 6
no interval titik tengah Fa Fk F.Relatif
1 50-55 52,5 4 4 12.12%
2 56-61 58,5 4 8 12.12%
3 62-67 64,5 3 11 9.09%
4 68-73 70,5 5 16 15.15%
5 74-79 76,5 7 23 21.21%
6 80-85 82,5 10 33 30.30%
100.00%
no interval Fi fk Xi Fi.Xi Xi² Fi.Xi²
1 50-55 4 4 52.5 210 2756.25 11025.00
2 56-61 4 8 58.5 234 3422.25 13689.00
3 62-67 3 11 64.5 193.5 4160.25 12480.75
4 68-73 5 16 70.5 352.5 4970.25 24851.25
5 74-79 7 23 76.5 535.5 5852.25 40965.75
6 80-85 10 33 82.5 825 6806.25 68062.50
2350.5 27967.50 171074.25
1. m ean = Fi.Xi/n =2350.5/33 = 71.2 = 71
2. median (nilai tengah)
Me = b+i{(1/2 n - fb)/f}
b(batas bawah) = 79,5
117
i(panjang interval)= 6
fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 23
f=10
Me = 79,5 + 6 {(1/2 33 - 23)/10}
Me = 79,5 + 6 {(16,5 - 23)/10}
Me = 79,5 + 6 (-6.5/10)
Me = 79,5 + 6 (-0.65)
Me = 79,5 + (-3.9)
Me = 75.6
3. modus( nilai yang paling banyak muncul)
Mo = b+i(bs/bs+bm)
b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 79,5
i= panjang kelas interval = 6
bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 3
bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 0
Mo= b+i(bs/(bs+bm))
Mo= 79,5+6(3/(3+0))
Mo = 79,5 + 6 (3/3)
Mo = 79,5 + 6 (1)
Mo = 79,5 + 6
Mo = 85.5
4. simpangan baku (S)
√n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1)
√33(171074.3)-(2350.5)²/33(33-1)
√5645451.9-5524850.25/33(32)
√120601.65/1056
√114
10.68
118
5. varians (S²)
S=10.68²
S=114
Distribusi posttest kelas kontrol
R = X max - X min = 100 - 60 = 40
K = 1 + 3,3 log n
k = 1 + 3,3 log 33
k = 1 +
3,3(1.5185)
k = 1 + 5.0110 = 6.0110 =6
p = R/K = 40 /6 = 6.7 = 7
no interval
titik
tengah Fa Fk F.Relatif
1 60-66 63 8 8 24.24%
2 67-73 70 9 17 27.27%
3 74-80 77 6 23 18.18%
4 81-87 84 1 24 3.03%
5 88-94 91 4 28 12.12%
6 95-100 98 5 33 15.15%
33 100%
no interval Fi fk Xi Fi.Xi Xi² Fi.Xi²
1 60-66 8 8 63 504 3969 31752
2 67-73 9 17 70 630 4900 44100
3 74-80 6 23 77 462 5929 35574
4 81-87 1 24 84 84 7056 7056
5 88-94 4 28 91 364 8281 33124
6 95-100 5 33 98 490 9604 48020
2534 39739 199626
1. m ean = Fi.Xi/n =2534/33 = 76.8 = 77
2. median (nilai tengah)
Me = b+i{(1/2 n - fb)/f}
b(batas bawah) = 66.5
i(panjang interval)= 7
fb(frekuensi yang berada di bawah kelas interval median) = 8
f = 9
119
Me = 66,5 + 7{(1/2 33 - 8)/9}
Me = 66,5 + 7 {(16,5 - 8)/9}
Me = 66,5 + 7 (8,5/9)
Me = 66,5+ 7(0.94)
Me = 66,5 + (6,58)
Me = 73.08
3. modus( nilai yang paling banyak muncul)
Mo = b+i(bs/bs+bm)
b = batas bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling banyak frekuensinya = 66.5
i= panjang kelas interval = 7
bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus = 1
bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sesudah kelas interval modus = 3
Mo= b+i(bs/(bs+bm))
Mo= 66,5+7(1/(1+3))
Mo = 66,5 + 7 (1/4)
Mo = 66,5 + 7(0.25)
Mo = 66,5 + 1.75
Mo = 68.25
4. simpangan baku (S)
√n(ΣFiXi²)-(ΣFiXi)²/n(n-1)
√33(199626)-(2534)²/33(33-1)
√6587658-6421156 /33(32)
√166502/1056
√158
12.57
5. varians (S²)
S=12.57²
S= 158
120
LAMPIRAN 14
Uji Normalitas
Kelas eksperimen
pretest
no X F Fk Zi F(Zi) S(Zi)
F(Zi)-
S(Zi)
1 40 1 1 -2.55339 0.005334 0.030303 -0.02497
2 45 1 2 -2.08914 0.018348 0.060606 -0.04226
3 55 2 4 -1.16063 0.122896 0.121212 0.001684
4 60 4 8 -0.69638 0.243096 0.242424 0.000672
5 65 12 20 -0.23213 0.40822 0.606061 -0.19784
6 70 5 25 0.232126 0.59178 0.757576 -0.1658
7 75 3 28 0.696379 0.756904 0.848485 -0.09158
8 80 3 31 1.160631 0.877104 0.939394 -0.06229
9 85 1 32 1.624884 0.947906 0.969697 -0.02179
10 90 1 33 2.089136 0.981652 1 -0.01835
jumlah 665 33
rata-rata (mean)= 67.5
simpangan baku (S) = 10.77
1. Mencari nilai Zi =
Contoh perhitungan Zi =
2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z
3. Mencari S(Zi) =
Contoh perhitungan S(Zi) =
Untuk perhitungan selanjutnya sama.
Maka diperoleh :
Ltabel= 0,15424
Lhitung = 0.001684
Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel (0.001684 < 0.15424 )
Berarti data prestest pada kelas ekperimen berdistribusi normal
121
Posttest
no X F Fk Zi F(Zi) S(Zi)
F(Zi)-
S(Zi)
1 65 1 1 -1.8227009 0.034174351 0.030303 0.003871
2 70 5 6 -1.4084507 0.079498827 0.181818 -0.10232
3 75 4 10 -0.9942005 0.160062633 0.30303 -0.14297
4 80 2 12 -0.5799503 0.28097407 0.363636 -0.08266
5 85 2 14 -0.1657001 0.43419649 0.424242 0.009954
6 90 6 20 0.24855012 0.598145604 0.606061 -0.00792
7 95 7 27 0.66280033 0.746270779 0.818182 -0.07191
8 100 6 33 1.07705054 0.859271156 1 -0.14073
jumlah 660 33
rata-rata (mean)= 87
simpangan baku (S) =12.07
1. Mencari nilai Zi =
Contoh perhitungan Zi = 65-87
12.07
2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z
3. Mencari S(Zi) =
Contoh perhitungan S(Zi) =
Untuk perhitungan selanjutnya sama.
Maka diperoleh:
Ltabel = 0,15424
Lhitung = 0,009954
Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel ( < )
Berarti data posttest pada kelas ekperimen berdistribusi normal
122
Kelas kontrol
Pretest
no X F Fk Zi F(Zi) S(Zi)
F(Zi)-
S(Zi)
1 50 1 2 -1.96629 0.024632 0.060606 -0.03597
2 55 3 5 -1.49813 0.06705 0.151515 -0.08447
3 60 4 9 -1.02996 0.151514 0.272727 -0.12121
4 65 3 12 -0.5618 0.287127 0.363636 -0.07651
5 70 5 17 -0.09363 0.4627 0.515152 -0.05245
6 75 7 24 0.374532 0.645996 0.727273 -0.08128
7 80 4 28 0.842697 0.800301 0.848485 -0.04818
8 85 6 33 1.310861 0.905048 1 -0.09495
jumlah 580 33
rata-rata (mean)= 71
simpangan baku (S) = 10.68
1. Mencari nilai Zi =
Contoh perhitungan Zi =
2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z
3. Mencari S(Zi) =
Contoh perhitungan S(Zi) =
Untuk perhitungan selanjutnya sama.
Maka diperoleh :
Ltabel = 0,15424
Lhitung = -0.095
Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel (-0.095 < 0.15424 )
Berarti data pretest pada kelas kontrol berdistribusi normal.
123
posttest
no X F Fk Zi F(Zi) S(Zi)
F(Zi)-
S(Zi)
1 60 3 3 -1.27287 0.101532 0.090909 0.010623
2 65 5 8 -0.8751 0.19076 0.242424 -0.05166
3 70 9 17 -0.47733 0.316565 0.515152 -0.19859
4 75 4 21 -0.07955 0.468296 0.636364 -0.16807
5 80 2 23 0.318218 0.62484 0.69697 -0.07213
6 85 1 24 0.71599 0.763001 0.727273 0.035729
7 90 4 28 1.113763 0.86731 0.848485 0.018825
8 95 2 30 1.511535 0.934674 0.909091 0.025583
9 100 3 33 1.909308 0.971889 1 -0.02811
jumlah 720 33
rata-rata (mean)= 76
simpangan baku (S) = 12.57
1. Mencari nilai Zi =
Contoh perhitungan Zi =
2. Mencari F(Zi) = lihat pada tabel Z
3. Mencari S(Zi) =
Contoh perhitungan S(Zi) =
Untuk perhitungan selanjutnya sama.
Maka diperoleh:
Ltabel = 0.15424
Lhitung = 0.035729
Dapat disimpulkan bahwa Lhitung < Ltabel ( 0.035729 < 0.15424 )
Berarti data posttest pada kelas kontrol berdistribusi normal
124
LAMPIRAN 15
Uji Homogenitas
Pretest
Uji Homogenitas Pretest
Eksperimen Kontrol
S² 115.99 114.06
N 33 33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus:
=
Fhitung = = 1.016
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
db pembilang= n-1 = 33-1 = 32
db penyebut= n-1 = 33-1 = 32
3. Menentukan Ftabel
menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebut=32, dan taraf
signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.8044
Dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (1,016 < 1.8044 ) artinya kedua
kelas tersebut bersifat homogen.
125
Posttest
Uji Homogenitas Posttest
Eksperimen Kontrol
S² 145.68 158
N 33 33
1. Menentukan Fhitung dengan rumus:
=
Fhitung = = 1.084
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians
terkecil)
db pembilang= n-1 = 33-1 = 32
db penyebut= n-1 = 33-1 = 32
3. Menentukan Ftabel
menentukan Ftabel dengan db pembilang=32 dan db penyebut=32, dan taraf
signifikan α=0,05. diperoleh Ftabel= 1.844
Dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel (1.084 < 1.844) artinya kedua kelas
tersebut bersifat homogen.
126
LAMPIRAN 16
Uji Hipotesis
Kelas eksperimen
NO PRETEST POSTTEST
NILAI
BEDA (D)
BEDA
KUADRAT (D²)
(D-
D )
(D-
D )²
1 80 100 20 400 0.45 0.21
2 65 75 10 100 -9.55 91.12
3 70 95 25 625 5.45 29.75
4 90 95 5 25 -14.55 211.57
5 60 95 35 1225 15.45 238.84
6 80 85 5 25 -14.55 211.57
7 70 100 30 900 10.45 109.30
8 65 95 30 900 10.45 109.30
9 65 70 5 25 -14.55 211.57
10 65 95 30 900 10.45 109.30
11 65 90 25 625 5.45 29.75
12 75 90 15 225 -4.55 20.66
13 65 80 15 225 -4.55 20.66
14 65 70 5 25 -14.55 211.57
15 65 90 25 625 5.45 29.75
16 70 65 -5 25 -24.55 602.48
17 65 100 35 1225 15.45 238.84
18 70 90 20 400 0.45 0.21
19 55 70 15 225 -4.55 20.66
20 40 95 55 3025 35.45 1257.02
21 65 70 5 25 -14.55 211.57
22 60 100 40 1600 20.45 418.39
23 75 100 25 625 5.45 29.75
24 60 80 20 400 0.45 0.21
25 45 75 30 900 10.45 109.30
26 60 90 30 900 10.45 109.30
27 70 75 5 25 -14.55 211.57
28 55 75 20 400 0.45 0.21
29 80 85 5 25 -14.55 211.57
30 65 70 5 25 -14.55 211.57
31 85 100 15 225 -4.55 20.66
32 65 90 25 625 5.45 29.75
33 75 95 20 400 0.45 0.21
127
TOTAL 2205 2850 645 17925 0.00 5318.18
RATA-
RATA 19.55 543.18 161.16
SD =√Σ(D-D )²/n-1
SD =√5318.18/33-1
SD=√166.2 = 12.9
SD = SD / √33
SD = 12.9 / √33
SD = 12.9/5.7
SD =2.26
t=D /SD
t=19.55/2.26
t= 8.65
dk=n1+n2-2= 33+33-2= 64
ttabel = 1,66901
thitung =8.65
kesimpulan t hitung > t tabel
Kelas kontrol
NO PRETEST POSTTEST
NILAI
BEDA (D)
BEDA
KUADRAT
(D²) (D-D ) (D-D )²
1 75 70 -5 25 -10.30 106.15
2 65 65 0 0 -5.30 28.12
3 60 60 0 0 -5.30 28.12
4 80 70 -10 100 -15.30 234.18
5 70 60 -10 100 -15.30 234.18
6 70 70 0 0 -5.30 28.12
7 85 90 5 25 -0.30 0.09
8 55 60 5 25 -0.30 0.09
128
9 80 95 15 225 9.70 94.03
10 60 70 10 100 4.70 22.06
11 55 90 35 1225 29.70 881.91
12 60 65 5 25 -0.30 0.09
13 70 90 20 400 14.70 216.00
14 75 70 -5 25 -10.30 106.15
15 50 75 25 625 19.70 387.97
16 80 65 -15 225 -20.30 412.21
17 85 75 -10 100 -15.30 234.18
18 75 70 -5 25 -10.30 106.15
19 70 90 20 400 14.70 216.00
20 55 65 10 100 4.70 22.06
21 60 95 35 1225 29.70 881.91
22 85 75 -10 100 -15.30 234.18
23 75 70 -5 25 -10.30 106.15
24 65 85 20 400 14.70 216.00
25 75 70 -5 25 -10.30 106.15
26 85 80 -5 25 -10.30 106.15
27 65 70 5 25 -0.30 0.09
28 70 80 10 100 4.70 22.06
29 80 100 20 400 14.70 216.00
30 85 100 15 225 9.70 94.03
31 75 65 -10 100 -15.30 234.18
32 85 100 15 225 9.70 94.03
33 75 75 0 0 -5.30 28.12
TOTAL 2355 2530 175 6625 0.00 5696.97
RATA-
RATA 5.30 200.76 0.00 172.64
SD =√Σ(D-D )²/n-1
SD =√5696.97/33-1
SD=√182.3 = 13.5
SD = SD / √33
129
SD = 13.5 / √33
SD = 13.5/5.7
SD = 2.4
t=D /SD
t=5.30/2.4
t= 2.20833
dk=n1+n2-2= 33+33-2= 64
ttabel = 1,66901
thitung = 2.21
kesimpulan t hitung > t tabel
130
LAMPIRAN 17
Ketuntasan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
No Siswa Nilai Ketuntasan
Belajar (%)
No Siswa Nilai Ketuntasan
Belajar (%)
1 A 100 Tuntas 1 A 70 Tuntas
2 B 75 Tuntas 2 B 65 Tidak Tuntas
3 C 95 Tuntas 3 C 60 Tidak Tuntas
4 D 95 Tuntas 4 D 70 Tuntas
5 E 95 Tuntas 5 E 60 Tidak Tuntas
6 F 85 Tuntas 6 F 70 Tuntas
7 G 100 Tuntas 7 G 90 Tuntas
8 H 95 Tuntas 8 H 60 Tidak Tuntas
9 I 70 Tuntas 9 I 95 Tuntas
10 J 95 Tuntas 10 J 70 Tuntas
11 K 90 Tuntas 11 K 90 Tuntas
12 L 90 Tuntas 12 L 65 Tidak Tuntas
13 M 80 Tuntas 13 M 90 Tuntas
14 N 70 Tuntas 14 N 55 Tidak Tuntas
15 O 90 Tuntas 15 O 75 Tuntas
16 P 65 Tidak Tuntas 16 P 65 Tidak Tuntas
17 Q 100 Tuntas 17 Q 75 Tuntas
18 R 90 Tuntas 18 R 70 Tuntas
19 S 70 Tuntas 19 S 90 Tuntas
20 T 95 Tuntas 20 T 70 Tuntas
21 U 70 Tuntas 21 U 95 Tuntas
22 V 100 Tuntas 22 V 75 Tuntas
23 W 100 Tuntas 23 W 65 Tidak Tuntas
131
24 X 80 Tuntas 24 X 85 Tuntas
25 Y 75 Tuntas 25 Y 70 Tuntas
26 Z 90 Tuntas 26 Z 80 Tuntas
27 AA 75 Tuntas 27 AA 70 Tuntas
28 AB 75 Tuntas 28 AB 80 Tuntas
29 AC 85 Tuntas 29 AC 100 Tuntas
30 AD 70 Tuntas 30 AD 100 Tuntas
31 AE 100 Tuntas 31 AE 65 Tidak Tuntas
32 AF 90 Tuntas 32 AF 100 Tuntas
33 AG 95 Tuntas 33 AG 75 Tuntas
Jumlah 2850 96.97% Jumlah 2515 72.73%
Rata-Rata 86.36 Rata-Rata 76.21
Ketuntasan Kelompok eksperimen:
32/33 x 100 = 96.97%
Ketuntasan kelompok kontrol:
24/33 x 100 = 72.73%
132
LAMPIRAN 18
Foto-Foto Kegiatan
133
134
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nurfadilah
NIM : 1110015000001
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 03 Agustus 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jln. Mampang Prapatan VII buncit V no: 30 RT/RW: 001/06
Jakarta Selatan
Riwayat Pendidikan :
1. TPA Al-Hasanah Buncit 2 Jakarta Selatan lulus tahun 1997
2. MI Al-Khairiyah Tegal Parang Jakarta Selatan lulus tahun 2004
3. SMP Al-Kholidin Kebayoran Baru Jakarta Selatan lulus tahun 2007
4. SMA Al-Kholidin Kebayoran Baru Jakarta Selatan lulus tahun 2010
5. Mahasiswi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tercatat tahun 2010 sampai dengan sekarang
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya
dan apabila terdapat kekeliruan penulis bersedia untuk diperiksa.
Jakarta, maret 2015
Hormat saya
Nurfadilah