Suspek Karsinoma Sel Basal
-
Upload
kartika-soka-rahmita-dachlan -
Category
Documents
-
view
67 -
download
0
description
Transcript of Suspek Karsinoma Sel Basal
1. Mengapa pada pasien ini didiagnosis dengan kanker kulit suspek
karsinoma sel basal?
Kanker pada kulit terbagi menjadi dua kelompok yaitu melanoma
(melanoma maligna) dan non-melanoma (karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa).
Karsinoma sel basal (BCC) adalah neoplasma maligna yang merupakan
karsinoma kulit non melanoma terbanyak dan paling sering ditemukan (terjadi
pada 80% kasus kanker kulit). BCC ini biasanya tidak bermetastasis, berkembang
lambat, invasif, dan mengadakan detruksi lokal. Tempat predileksi BCC pada
umumnya di daerah wajah, telinga, kulit kepala, leher, dan tubuh bagian atas,
terutama pada orang kulit putih yang kurang perlindungan dari sinar UV. Tumor
ini berasal dari sel lapisan basal atau dari lapis luar sel folikel rambut, pada
awalnya berbentuk nodulus kecil pada kulit yang sklerotik, lambat meluas dan
cenderung bertukak, pinggirnya mirip bekas gigitan tikus (ulkus rodens).
Patogenesis BCC karena paparan sinar ultraviolet yang menyebabkan terjadinya
mutasi pada gen supresor tumor. Risiko BCC tertinggi pada usia >60 tahun
(jarang <40 tahun), insidensi pada laki-laki lebih banyak dari perempuan,
mortalitas dan morbiditasnya rendah karena jarang terjadi metastasis (<0,1%).
Diagnosis karsinoma dapat ditegakkan sel basal berdasarkann anamnesis
dan gambaran klinis. Pemeriksaan fisik dengan gambaran klasik yang dikenal
sebagai “ulkus rodent”. Pemeriksaan penunjang terdiri atas foto polos di daerah
lesi untuk melihat infiltrasi dan biopsi insisi untuk menentukan diagnosis
histopatologis. Bila ada destruksi diperlukan CT-Scan dan MRI untuk
menentukan tingkat kedalaman infiltrasi yang terjadi akibat desktruksi tersebut.
Konfirmasi histopatologis dengan cara biopsi eksisi, biopsi insisi, atau eksisi
terapeutik diperlukan tergantung pada ukuran tumor dan tindakan yang akan
diambil. Apabila sudah terjadi metastasis ke kelenkar limfe atau organ dalam
perlu dilakukan pemeriksaan USG limfonodus, foto rontgen thoraks, dan CT-Scan
Abdomen.
Etiologi dan factor predisposisi BCC :
A. Faktor Lingkungan
Radiasi ultraviolet
Radiasi lain yaitu sinar X dan sinar grenz
Paparan arsen lewat obat-obatan, pekerjaan, atau diet
Pengobatan dengan imunosupresan jangka
Adanya trauma, jaringan parut, dan luka bakar
B. Faktor Genetik
Kulit tipe 1, rambut kemerahan atau keemasan dengan anak mata berwarna
hijau atau biru
Xeroderma pigmentosum
Sindrom nevoid basalioma (sindrom nevus sel basal, sindrom Gorlin)
Sindrom Bazex
Terdapat riwayat kanker kulit non melanoma sebelumnya
Penentuan stadium karsinoma sel basal menurut PERABOI, 2003 adalah sebagai
berikut: (TNM)
2. Bagaimana penatalaksanaan karsinoma sel basal pada pasien ini?
Dalam memilih penatalaksanaan yang tepat harus diperhatikan hal-hal
sebagai beikut: ukuran, lokasi lesi, umur penderita, hasil kosmetik, tipe histologik,
bentuk tumor, dan kemampuan penderita untuk mentoleransi tindakan operasi.
Terapi operatif kombinasi dengan konfirmasi histologis merupakan prosedur
standar penanagan karsinoma sel basal. Tujuan tindakan operasi adalah untuk
mengangkat tumor sehingga tidak berproliferasi lagi. Dalam penatalaksanaan
karsinoma sel basal eksisi harus mencapai lesi primer yang radikal dna
rekonstruksi dengan memperhatikan fungsi dan kesannya terutama yang terdapat
di wajah
Terapi berupa eksisi pada jaringan kulit sehat disekitarnya, lalu dilakukan
pemeriksaan sediaan beku untuk memastikan bahwa tepi luka eksisi sudah bebas
tumor. Radiasi sedapat mungkin dihindari mengingat dampak negatif sinar
ionisasi. Terapi dapat juga dilakukan dengan pembedahan beku.
A. Terapi Operatif
1) Destruksi
a. Kuretase dan kauter/
b. Cryosurgery
c. Carbondioxide laser
2) Eksisi
a. Operasi konvensional
b. Operasi mikrografi (pemotongan lengkap)
B. Terapi Non-operatif
1) Radioterapi
2) Kemotrapi/ imunoterapi
3. Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Karsinoma sel basal umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat
invasif, dan jarang bermetastasis. Selain itu tumor ini dapat merusak jaringan di
sekitarnya, bahkan dapat sampai ke tulang serta cenderung untuk residif apalagi
bila pengobatannya tidak adekuat. Orang dengan karsinoma sel basal mempunyai
resiko tinggi untuk kambuh. Berdasarkan sebuah penelitian, resiko kumulatif tiga
tahun sebesar 33% dan 77%. Resiko ini tergantung pada jumlah lesi yang ada.
Lesi yang berada di tubuh mempunyai resiko yang lebih tinggi. Daerah yang
paling sering tejadi metastasis adalah kelenjar getah bening, paru-paru, dan tulang.
Resiko untuk mengidap karsinoma sel skuamosa lebih tinggi setelah mendapat
karsinoma sel basal dengan resiko 6% dalam 3 tahun. Penderita juga mempunyai
resiko yang lebih tinggi untuk menderita melanoma maligna.
Kebanyakan penelitian menunjukkan mayoritas karsinoma sel basal
mengalami rekuren dalam lima tahun setelah terapi, walaupun 18% terjadi setelah
jangka waktu tersebut. Penderita dengan karsinoma sel basal mempunyai resiko
yang kebih tinggi untuk mendapat lesi primer yang baru. Individu yang telah
didiagnosis dengan karsinoma sel basal memiliki resiko 30% lebih tinggi daripada
orang biasa untuk menderita karsinoma sel basal tipe lain yang tidak berhubungan
dengan lesi sebelumnya.10
XIII. PROGNOSIS
Karsinoma sel basal yang tidak diobati secara menyeluruh dapat timbul kembali.
Semua pengobatan yang telah dilakukan harus terus dimonitor meningat sekitar
20% dari kekambuhan yang ada biasanya terjadi antara 6 – 10 tahun pasca
operasi. Rekurensi karsinoma sel basal setelah follow-up adalah sebanyak 18%
untuk kasus eksisi, 10% untuk teraoi radiasi, 40% untuk elektrodesikasi dan
kuretasi (dengan follow-up kurang dari lima tahun). Sedangkan tingkat rekurensi
dengan menggunakan terapi Mohs setelah follow-up lima tahun adalah antara
3,4% dan 7,9%. Dengan demikian Mohs mikrografi merupakan terapi pilihan
untuk karsinoma sel basal yang rekuren.3