Strabismus - kelainan pada otot penggerak bola mata.

18
Strabismus Vici Muhammad Akbar G4A014098

description

strabismus - kelainan pada otot penggerak bola mata.koass universitas jenderal soedirman purwokerto

Transcript of Strabismus - kelainan pada otot penggerak bola mata.

Hipopion

Strabismus Vici Muhammad AkbarG4A014098DefinisiStrabismus adalah kondisi dimana kedua mata tidak tertuju pada satu obyek yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah.

Keadaan ini bisa menetap (selalu tampak) atau dapat pula hilang timbul. Mata yang tampak juling dapat terlihat lurus dan yang tadinya tampak lurus dapat terlihat juling.Juling dapat mengenai pria dan wanita. Juling dapat diturunkan pada keturunannya. EtiologiEnam otot mata, yang mengontrol pergerakan bola mata, melekat pada bagian luar masing-masing mata. Pada setiap mata, dua otot menggerakkan ke kanan dan ke kiri. Empat otot lainnya menggerakkan ke atas,ke bawah, dam memutar.M. rectus medius, m. rectus lateral, m. rectus superior, m. rectus inferior, m. oliq superior, m. obliq inferior. Pada strabismus terdapat kelemahan otot otot mata tersebut

Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial

Exotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah lateralHipertrofia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah superior

Hipotrofia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah inferiorPenegakan DiagnosisAnamnesis (KU, Onset, RPS, RPD, RPK)Pemeriksaan Fisikkeadaan umum, vital sign, visus, dan Inspeksi strabismus yang terjadi konstan atau intermitten, berpindah atau tidak, bervariasi atau tidak. Fiksasi, pakah satu mata atau bergantian. Adanya ptosis, dan lipatan epikantus yang menonjol atau tidak.Macam macam PemeriksaanPemeriksaan Cover and Uncover TestUji Penutupan plus prismaUji Objektif (metode Hirschberg dan Metode Refleksi Prisma)Duksi (rotasi monokular)Versi (greakan konjugasi okular)Pemeriksaan sensoris (uji stereopsis, uji supresi, uji kelainan korespondensi retina, uji kaca beralur bagolini)Cover and Uncover TestCover (menutup mata)Tujuan : Untuk memeriksa adanya heterotropia (juling) pd satu mataDasar :Mata yang heterotropia akan terus menerus berusaha untuk fiksasi dgn matanya yang mata dominanAlat :Kartu SnellenPenutup mataTeknik :Bila pasien pakai kaca mata, maka kaca mata dipasang.Pasien duduk 6 meter dari kartu uji coba atau optopip atau 30 cm kertas kaca dgn addisi S + 3.00Pasien melihat pd satu titik atau pd baris 20/40 kartu snellen.Pemeriksa menutup salah satu mataDilihat sifat gerakan yg mungkin terjadi pd mata yg tdk ditutup, untuk melakukan fiksasi.Nilai :Mata yang terbuka mungkin :Bergerak keluar berarti mata ini sebelumnya esotropia (strabismus konvergen)Bergerak ke dalam berarti mata ini sebelumnya eksotropia (strabismus divergen)Bila mata yang berfiksasi yang terbuka maka tidak akan terjadi pergerakan

Cover Uncover Test (uji tutup buka mata)Tujuan : untuk mengetahui adanya fusi dan foriaDasar : heteroforia merupakan deviasi laten. Bila pada heteroforia fusi kedua mata diganggu deviasi laten akan terlihatAlat :Kartu SnellenOkluderTeknik :Bila pasien memakai kaca mata maka kaca mata tersebut dipasangFiksasi pasien Diperiksa dalam kedudukan mata posisi primerBenda yang dilihat 1 garis lebih besar daripada tajam penglihatan terburukDapat dipergunakan nonakomodatif target (sinar)Mata ditutup bergantian dgn okluder dari mata kanan ke kiri dan sebaliknyaDilihat kedudukan mata di bawah okluder atau saat okluder dipindah pd mata yang lainNilai :Bila mata dibelakang okluder bergerak keluar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah menunjukkan adanya heteroforia.Bila mata segera sesudah okluder dibuka mencoba berfiksasi sehingga terlihat pergerakan keluar, ke dalam, ke atas, atau ke bawah, hal ini berarti ada foriaDerajat foria dapat diukur dgn meletakkan prisma sehingga tidak terjadi pergerakan mata pada saat mata dibukaCatatan : pemeriksaan dilakukan untuk jarak 30 cm dan 6 meter

Uji penutupan plus prismaUntuk mengukur deviasi secara kuantitatif, diletakkan prisma dengan kekuatan yang semakin tinggi dengankekuatan satu atau kedua mata sampai terjadi netralisasi gerakan mata pada uji penutup berselang-seling. Misalnya untuk mengukur esodeviasi penuh, penutup dipindah-pindahkan sementara diletakkan prisma dengan kekuatan base out yang semakin tinggi didepan salah satu atau kedua mata sampai gerakan re-fiksasi horizontal dicapai oleh mata yang deviasi

Uji ObjektifMetode HirschbergPasien disuruh melihat sumber cahaya pada jarak 33 cm kemudian lihat pantulan cahaya pada kedua kornea mata.1)Bila letaknya ditengah berarti tidak ada deviasi2)Bila letaknya dipinggir pupil maka deviasinya 15 3)Bila letaknya dipertengahan antara pupil dan limbus maka deviasinya 30 4)Bila letaknya dilimbus maka deviasinya 45

Metode Refleksi Prisma (modifikasi uji krimsky)Penderita memfiksasi pada cahaya dengan jarak sembarangan. Prisma ditaruh didepan mata sedang deviasi. Kekuatan prisma yang diperlukan agar refleksi kornea pada mata yang juling berada ditengah-tengah pupil menunjukkan besarnya sudut deviasi.

DuksiSatu mata ditutup dan mata yang lain mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan, sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini bisa karena paralisis otot atau karena kelainan mekanik anatomik.

VersiUji untuk Versi dikerjakan dengan mata mengikuti gerakan cahaya pada jarak 33 cm dalam 9 posisi diagnosis primer lurus kedepan; sekunder kekanan, kekiri keatas dan kebawah; dan tersier keatas dan kekanan, kebawah dan kekanan, keatas dan kekiri, dan kebawah dan kekiri. Rotasi satu mata yang nyata dan relative terhadap mata yang lainnya dinyatakan sebagai kerja-lebih (overreaction) dan kerja kurang (underreaction). Konsensus : pada posisi tersier otot-otot obliq dianggap bekerja-lebih atau bekerja-kurang berkaitan dengan otot-otot rektus pasangannya. Fiksasi pada lapangan kerja otot paretik menyebabkan kerja-lebih otot pasangannya, karena diperlukan rangsangan yang lebih besar untuk berkontraksi. Sebaliknya, fiksasi oleh mata yang normal akan menyebabkan kerja-kurang pada otot yang paretik.Uji SensorisUji stereopsisDigunakan kaca sasaran Polaroid untuk memilahkan rangsangan. Sasaran yang dipantau secara monokular hampir-hampir tidak bisa dilihat kedalamannya. Stereogram titik-titik acak (random stereogram) tidak memiliki petunjuk kedalaman bila dilihat monocular. Lapangan titik-titik secara acak(A field of random dots)terlihat oleh mata masing-masing tetapi hubungan titik ke titik yang sesuai antara 2 sasaran adalah sedemikian rupa sehingga bila ada stereopsis akan tampak suatu bentuk yang terlihat stereoskopis

Uji SupresiAdanya supresi bisa ditunjukkan dengan uji 4 titik Worth. Gagang pencoba dengan 4 lensa merah didepan satu mata dan lensa hijau didepan mata yang lain. Ditunjukkan senter dengan bulatan-bulatan merah, hijau dan putih. Bulatan-bulatan berwarna ini adalah tanda untuk persepsi mata masing-masing dan bulatan putih yang bisa dilihat kedua mata dapat menunjukkan adanya diplopia. Pemilahan bulatan-bulatan dan jaraknya Dari mata, menentukan luasnya retina yang diperiksa. Daerah fovea dan daerah perifer dapat diperiksa dengan jarak dekat atau jauhUji kelainan Korespondensi retinaKelainan korespondensi retina dapat ditentukan dengan dua cara:1.Dengan menunjukkan bahwa salah satu fovea tidak tegak lurus didepannya2.Dengan menunjukkan bahwa titik retina perifer pada satu mata dan fovea mata lainnya mempunyai arah yang bersamaan.

Uji kaca beralur BagoliniUji ini merupakan uji metode yang kedua. Kaca bening dengan alur-alur halus yang arahnya berbeda tiap-tiap mata ditempatkan didepan mata. Kondisi uji sedapat mungkin mendekati penglihatan normal. Terlihat sebuah titik sumber cahaya dan seberkas sinar tegak lurus pada arah alur. Jika unsur retina perifer mata yang berdeviasi menunjuk berkas cahaya melalui titik sumber cahaya maka berarti ada kelainan korespondensi retina

Diagnosis BandingPseudosetropia karena epikantus yang lebarPenatalaksanaanPengobatan non-bedahTerapi oklusi : mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat denganmatayang ambliopKacamata : perangkat optik terpenting dalam pengobatan strabismus adalah kacamata yang tepat. Bayangan yang jelas di retina karena pemakaian kacamata memungkinkan mekanisme fusi bekerja sampai maksimal. Jika ada hipermetropia tinggi dan esotropia, maka esotropianya mungkin karena hipermetropia tersebut (esotropia akomodatif refraktif).Obat :Sikloplegik, melumpuhkan otot siliar dengan cara menghalangi kerja asetilkolin ditempat hubungan neuromuskular dan dengan demikian mencegah akomodasi. Miotik, digunakan untuk mengurangi konvergensi yang berlebihan pada esotropia dekat, yang dikenal sebagai rasio konvergensi akomodatif dan akomodasi (rasio KA/A) yang tinggi.

PenatalaksanaanBedahReseksi dan resesi Cara yang paling sederhana adalahmemperkuat dan memperlemah. Memperkuat otot dilakukan dengan cara yang disebut reseksi. Otot dilepaskan dari mata, ditarik sepanjang ukuran tertentu dan kelebihan panjang otot dipotong dan ujungnya dijahit kembali pada bola mata, biasanya pada insersi asal. Resesi adalah cara melemahkan otot yang baku.Vaughan D, Asbury T. 1992.Oftalmologi Umum. Jilid 2. Edisi II. Yogyakarta: Widya MedikaIlyas S, Mailangkay, Hilaman T dkk.Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta : Sangung Seto, 2009.Hamidah, Djiwatmo, Indriaswati L.Pedoman Diagnosis dan Terapi.Surabaya: SMF Ilmu Penyakit Mata RSUD Dr Soetomo, 2006American Academy of Ophtalmology,Pediatric Ophtalmology and Strabismus.Section 6. San Fransisco: American Academy of Ophtalmology, 2008.Terima Kasih