Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

19
Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa Biomarka Darah dan Hubungannya dengan Asupan Zat Besi Gabriella Juli Lonardy 1 , Saptawati Bardosono 2 1 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2 Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Defisiensi besi menganggu proses eritropoiesis sehingga dapat berlanjut menjadi anemia defisiensi besi. Defisiensi besi dan anemia didefinisikan berdasarkan indikator status besi, berupa parameter hematologi dan biomarka darah, yaitu hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Salah satu faktor penyebab terjadinya defisiensi besi pada ibu hamil adalah kurangnya asupan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi dan status besi ibu hamil trimester 1 yang diukur melalui kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Rancangan penelitian adalah potong-lintang pada trimester 1 kehamilan. Asupan zat besi diukur menggunakan metode food frequency questionnaire dan 24 hour recall. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel. Terdapat 120 sampel ibu hamil, 53,3% berpendidikan tinggi, 58,3% bekerja, dan median usia 28 tahun. Nilai median asupan zat besi pada seluruh sampel adalah 10,64 mg. Sebanyak 86,67% sampel tidak memenuhi kecukupan asupan zat besi pada ibu hamil trimester 1 berdasarkan AKG 26 mg/hari. Sebanyak 8,33% sampel mengalami anemia (Hb<11g/dl). Dari seluruh subjek, 7 sampel mengalami defisiensi besi dan 5 mengalami penurunan cadangan besi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit (p>0,05). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan zat besi dan status besi ibu hamil pada trimester 1. Kata kunci: status besi, asupan zat besi, ibu hamil, biomarka darah Iron Status of Pregnant Women in 1 st Trimester Based on Blood Biomarkers and Its Relation with Iron Dietary Intake Abstract Iron deficiency disrupts erythropoiesis process that leads to iron deficiency anemia. Iron deficiency and anemia are defined by iron status indicator, in the form of hematological parameters and blood biomarkers, such as hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte count. One of the factors causing iron deficiency in pregnant women is inadequate iron intake. This research aims to assess the relationship between iron dietary intake and iron status of pregnant women in 1 st trimester. Iron status is measured by the value of hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte. This research implemented a cross- sectional design during the 1 st trimester of pregnancy. Iron dietary intake was assessed by food frequency questionnaire and 24 hour recall. Spearman correlation analysis was used to identify the relationship between the two variables. There were 120 samples of pregnant women, 53.3% were high-educated, 58.3% were employed, with the age median of 28 years old. The median of iron dietary intake is 10.64 mg, with 86.67% of samples did not meet the Recommended Dietary Allowance of 26 mg. There were 8,33% of pregnant women with anemia (Hb<11g/dL). From all subjects, 7 were iron deficient, and 5 were iron depleted. Results of the study showed that there is no correlation between iron dietary intake and hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte (p>0.05). It was concluded that iron dietary intake is not related to iron status of pregnant women in 1 st trimester. Key words: iron status, iron dietary intake, pregnant women, blood biomarkers Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Transcript of Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

Page 1: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa Biomarka Darah dan Hubungannya dengan Asupan Zat Besi

Gabriella Juli Lonardy1, Saptawati Bardosono2

1Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Defisiensi besi menganggu proses eritropoiesis sehingga dapat berlanjut menjadi anemia defisiensi besi. Defisiensi besi dan anemia didefinisikan berdasarkan indikator status besi, berupa parameter hematologi dan biomarka darah, yaitu hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Salah satu faktor penyebab terjadinya defisiensi besi pada ibu hamil adalah kurangnya asupan zat besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan zat besi dan status besi ibu hamil trimester 1 yang diukur melalui kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Rancangan penelitian adalah potong-lintang pada trimester 1 kehamilan. Asupan zat besi diukur menggunakan metode food frequency questionnaire dan 24 hour recall. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel. Terdapat 120 sampel ibu hamil, 53,3% berpendidikan tinggi, 58,3% bekerja, dan median usia 28 tahun. Nilai median asupan zat besi pada seluruh sampel adalah 10,64 mg. Sebanyak 86,67% sampel tidak memenuhi kecukupan asupan zat besi pada ibu hamil trimester 1 berdasarkan AKG 26 mg/hari. Sebanyak 8,33% sampel mengalami anemia (Hb<11g/dl). Dari seluruh subjek, 7 sampel mengalami defisiensi besi dan 5 mengalami penurunan cadangan besi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit (p>0,05). Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara asupan zat besi dan status besi ibu hamil pada trimester 1. Kata kunci: status besi, asupan zat besi, ibu hamil, biomarka darah

Iron Status of Pregnant Women in 1st Trimester Based on Blood Biomarkers and Its

Relation with Iron Dietary Intake

Abstract

Iron deficiency disrupts erythropoiesis process that leads to iron deficiency anemia. Iron deficiency and anemia are defined by iron status indicator, in the form of hematological parameters and blood biomarkers, such as hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte count. One of the factors causing iron deficiency in pregnant women is inadequate iron intake. This research aims to assess the relationship between iron dietary intake and iron status of pregnant women in 1st trimester. Iron status is measured by the value of hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte. This research implemented a cross-sectional design during the 1st trimester of pregnancy. Iron dietary intake was assessed by food frequency questionnaire and 24 hour recall. Spearman correlation analysis was used to identify the relationship between the two variables. There were 120 samples of pregnant women, 53.3% were high-educated, 58.3% were employed, with the age median of 28 years old. The median of iron dietary intake is 10.64 mg, with 86.67% of samples did not meet the Recommended Dietary Allowance of 26 mg. There were 8,33% of pregnant women with anemia (Hb<11g/dL). From all subjects, 7 were iron deficient, and 5 were iron depleted. Results of the study showed that there is no correlation between iron dietary intake and hemoglobin, hematocrite, ferritin, MCV, MCH, MCHC, and reticulocyte (p>0.05). It was concluded that iron dietary intake is not related to iron status of pregnant women in 1st trimester. Key words: iron status, iron dietary intake, pregnant women, blood biomarkers

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 2: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

2

Pendahuluan

Defisiensi besi merupakan keadaan kekurangan zat besi yang mengganggu fungsi fisiologis

tubuh dan merupakan defisiensi nutrisi yang paling sering terjadi pada ibu hamil. Defisiensi

besi kronis dapat menganggu proses eritropoiesis sehingga dapat berlanjut menjadi anemia

defisiensi besi.1 Prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia mencapai 38,2% pada tahun

2011.2 Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan sebesar 37,1% ibu hamil di Indonesia menderita

anemia.2 Setidaknya 50% anemia merupakan anemia akibat defisiensi besi.3 Anemia pada ibu

hamil meningkatkan risiko kelahiran bayi prematur dan bayi berat lahir rendah. Selain itu,

anemia pada ibu hamil juga meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan anak, meningkatkan

mortalitas ibu, serta berpengaruh jangka panjang terhadap kemampuan kognitif, pertumbuhan

fisik, dan perkembangan bayi.1

Defisiensi besi dan anemia didefinisikan berdasarkan indikator status besi tubuh, berupa

parameter hematologi dan biomarka darah, yaitu hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV,

MCH, MCHC, dan retikulosit darah tepi. Masing-masing indikator berperan sebagai indikator

zat besi tubuh dalam proses fisiologis yang berbeda sehingga diperlukan beberapa

pemeriksaan sekaligus untuk mengetahui status besi tubuh. Ferritin merupakan penanda

cadangan besi dalam tubuh. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator besi fungsional

dalam darah. MCV, MCH, dan MCHC merupakan indeks sel darah merah yang dapat

digunakan untuk mengklasifikasikan anemia. Retikulosit digunakan untuk menilai aktivitas

eritropoiesis pada sumsum tulang.4

Kebutuhan zat besi didapatkan melalui asupan zat besi dari makanan. Salah satu faktor

terpenting penyebab terjadinya defisiensi besi pada ibu hamil adalah kurangnya asupan zat

besi untuk memenuhi kebutuhan besi yang meningkat pada masa kehamilan. Ma A

menyatakan bahwa asupan zat besi lebih tinggi pada ibu hamil yang tidak anemia

dibandingkan dengan ibu hamil anemia (p<0,01).5 Cavalcanti DS juga menyatakan bahwa

total asupan besi lebih tinggi pada orang yang tidak anemia dibandingkan yang anemia

(p=0,01).6 Berbagai penelitian lain menunjukkan bahwa status besi ibu hamil dan anemia

dipengaruhi oleh asupan zat besi ibu hamil.7,8 Suplementasi besi merupakan salah satu metode

intervensi untuk meningkatkan asupan besi ibu hamil dan mencegah defisiensi besi. WHO

merekomendasikan suplementasi besi sebesar 30-60 g besi elemental pada ibu hamil

sepanjang masa kehamilan.3 Sedangkan Kemenkes RI merekomendasikan suplementasi 60

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 3: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

3

mg besi selama 90 hari. Berdasarkan Riskesdas 2013, konsumsi suplemen zat besi pada ibu

hamil di Indonesia telah mencapai 89,1%, walaupun hanya 33,3% ibu hamil yang

mengonsumsi suplemen selama minimal 90 hari sepanjang masa kehamilan.2 Angka ini

menunjukkan bahwa walaupun pencakupan suplementasi besi sudah cukup baik, namun

angka kejadian anemia pada ibu hamil masih tinggi. Salah satu upaya untuk menurunkan

angka tersebut adalah dengan mengetahui pola dan jumlah asupan zat besi yang berhubungan

dengan status besi ibu hamil, sehingga dapat dilakukan modifikasi jumlah dan metode asupan

yang tepat.

Terdapat penelitian di Indonesia yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

asupan zat besi dan indikator zat besi berupa hemoglobin, ferritin, jumlah eritrosit, dan MCV

pada ibu hamil.9 Hal ini bertolak belakang dengan penelitian serupa di luar negeri sehingga

peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara asupan zat besi dengan status besi

ibu hamil di Indonesia. Penelitian yang meneliti hubungan asupan zat besi dengan beberapa

biomarka darah sekaligus masih jarang ditemukan di Indonesia. Peneliti juga belum

menemukan penelitian yang mengkaji hubungan asupan zat besi dan status besi yang

digambarkan oleh hematokrit, MCH, MCHC, dan retikulosit dengan jumlah sampel yang

cukup besar.

Peningkatan kebutuhan besi akibat ekspansi sel darah merah terjadi sejak trimester 1 dan

mencapai puncak pada trimester 2, sehingga penting untuk mengetahui status besi tubuh ibu

hamil sejak trimester 1 agar dapat mendeteksi dini dan menata laksana cepat apabila terdapat

kekurangan zat besi. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan asupan

zat besi dan status besi yang digambarkan melalui hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV,

MCH, MCHC, dan retikulosit pada ibu hamil trimester 1.

Tinjauan Teoritis

Status Besi Ibu Hamil

Zat besi merupakan mikronutrien yang penting bagi hampir setiap mahkluk hidup, khususnya

dalam fungsi metabolisme energi, metabolisme intermediet, sintesis nukleotida, dan

pertahanan tubuh.10 Dalam tubuh terdapat dua kelompok zat besi, yaitu (1) zat besi fungsional

dan (2) penyimpanan atau cadangan zat besi. Zat besi fungsional ditemukan dalam

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 4: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

4

hemoglobin, myoglobin, dan berbagai enzim. Cadangan zat besi disimpan dalam ferritin,

hemosiderin, dan transferrin.11

Status besi seseorang digambarkan melalui parameter hematologi dan eritropoiesis. Hal ini

disebabkan oleh: (1) efek dari perubahan status besi pada elemen darah mudah dievaluasi

dibandingkan dengan efek pada enzim di jaringan yang memerlukan sampel biopsi, dan (2)

sel darah merah merupakan kompartemen besi fungsional terbesar di dalam tubuh sehingga

cukup menggambarkan transpor dan penyimpanan besi dalam tubuh.11

Beberapa parameter untuk mengukur status besi adalah sebagai berikut:11–13

• Hemoglobin

Hemoglobin merupakan protein di dalam sel darah merah yang berfungsi untuk

membawa oksigen. Tiap molekul hemoglobin mengandung 1 ion besi. Kadar hemoglobin

digunakan untuk mendiagnosis anemia.

• Hematokrit

Hematokrit merupakan perbandingan volume sel darah merah terhadap volume darah.

• Ferritin

Ferritin merupakan protein penyimpan besi sebagai cadangan besi tubuh. Ferritin secara

tidak langsung digunakan untuk mengetahui kadar besi tubuh. WHO merekomendasikan

pemeriksaan ferritin sebagai pemeriksaan defisiensi besi. Namun, ferritin merupakan

reaktan fase akut yang meningkat apabila tubuh dalam keadaan inflamasi, infeksi,

keganasan, penyakit liver, dan lain-lain.

• Indeks Eritrosit

Indeks eritrosit terdiri dari Mean Cell Volume (MCV), Mean Cell Hemoglobin (MCH),

dan Mean Cell Hemoglobin Concentration (MCHC). Ketiga jenis pemeriksaan di atas

dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anemia. Pada keadaan kurang besi, MCV,

MCH, dan MCHC akan menurun.

Masa hidup eritrosit adalah sekitar 120 hari, dan pembentukan sel baru harian hanya 1%

dari seluruh sel darah merah yang bersirkulasi. Oleh karena itu, perubahan pada sel darah

merah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat dideteksi.4

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 5: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

5

MCV merupakan pengukuran rerata volume sel darah merah. Kadar MCV dapat

menunjukkan sel darah merah mikrositik, normositik, atau makrositik. Nilai MCV

didapatkan dari sel darah merah di sirkulasi, sehingga nilai MCV cukup lambat berubah

dan sulit mendeteksi kekurangan besi akut. MCH merupakan pengukuran kadar

hemoglobin di dalam rerata sel darah merah. Pengukuran MCH dapat mengetahui apakah

sel darah merah hipokromik, normokromik, atau hiperkromik. Nilai MCH sulit

mendeteksi kondisi kekurangan besi akut, dan hanya digunakan untuk menilai tren untuk

periode minggu atau bulan. Pada eritropoiesis defisiensi besi, sintesis hemoglobin

mengalami gangguan sehingga terbentuk eritrosit dengan kadar hemoglobin

rendah/hipokromik.14 MCHC merupakan rerata konsentrasi hemoglobin di dalam

sejumlah volume sel darah merah. MCHC merupakan pengukuran availabilitas besi

selama 90-120 hari sebelumnya dan menilai besi dalam hemoglobin intrasel.

• Retikulosit darah tepi

Retikulosit merupakan sel darah merah imatur yang tidak bernukleus dan mengandung

RNA residual. Pengukuran ini berfungsi untuk mengetahui aktivitas eritropoiesis tubuh

yang merefleksikan ketersediaan besi untuk eritropoiesis. Pada anemia berat, terjadi

pelepasan retikulosit dari medulla sehingga menyebabkan peningkatan jumlah retikulosit

di darah tepi. Retikulosit akan bertahan kira-kira 48 jam sebelum matur menjadi sel darah

merah. Oleh karena itu, retikulosit dapat digunakan sebagai marka awal defisiensi besi

dan anemia. Retikulosit juga dapat digunakan untuk mengevaluasi respon sumsum tulang

terhadap tata laksana anemia.4

Asupan Zat Besi Ibu Hamil

Masa kehamilan merupakan periode kritis yang dicirikan dengan pertumbuhan yang cepat dan

perkembangan yang membutuhkan peningkatan kebutuhan nutrisi. Kebutuhan zat besi pada

masa kehamilan meningkat untuk mendukung pertumbuhan fetus dan jaringan plasenta serta

peningkatan massa hemoglobin. Volume plasma meningkat untuk mengakomodasi kebutuhan

aliran darah menuju fetus, plasenta, uterus, serta untuk mengompensasi kehilangan darah

yang akan terjadi saat proses kelahiran. Massa hemoglobin juga meningkat untuk

meningkatkan kapasitas transpor oksigen bagi ibu dan anak.15 Selama masa kehamilan terjadi

penurunan konsentrasi hemoglobin fisiologis. Peningkatan volume plasma selama masa

kehamilan terjadi lebih dahulu dan dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan peningkatan

massa sel darah merah, sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin fisiologis.

Penurunan ini terjadi terus menerus hingga akhir trimester 2, dimana peningkatan volume

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 6: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

6

plasma dan peningkatan massa sel darah merah sama besar. Konsentrasi hemoglobin

kemudian meningkat hingga akhir masa kehamilan.15

Sebagian besar ibu hamil tidak memiliki cadangan besi yang cukup sebelum memasuki masa

kehamilan. Ketika zat besi yang dibutuhkan fetus tidak cukup, kebutuhan tersebut akan

diambil dari cadangan zat besi ibu. Hal ini menyebabkan ibu hamil sangat rentan mengalami

defisiensi besi.15,16 Keseimbangan negatif zat besi dapat terjadi akibat asupan zat besi yang

tidak mencukupi kehilangan zat besi tubuh. Keseimbangan negatif besi dapat dibagi menjadi

3 tahap. Tahap pertama adalah defisiensi besi, dimana cadangan besi dalam keadaan sangat

kurang. Tahap kedua adalah eritropoiesis defisiensi besi, dimana suplai besi sangat kurang

sehingga menganggu eritropoiesis namun belum mencapai anemia. Tahap ketiga adalah

anemia defisiensi besi, dimana konsentrasi hemoglobin jatuh di bawah normal.15 Konsekuensi

dari ketidakseimbangan antara kebutuhan besi pada sumsum tulang eritroid dan suplai besi

adalah penurunan konten hemoglobin pada sel darah merah, sehingga menghasilkan sel darah

matur hipokromik dan retikulosit. Kondisi ini dapat diukur dengan penurunan nilai MCV,

MCH, dan MCHC.11 Pada ibu hamil, diagnosis anemia ditegakkan jika konsentrasi

hemoglobin <11 g/dL pada trimester 1 dan 3.

Hubungan Asupan Zat Besi dan Status Besi Ibu Hamil

Asupan zat besi untuk ibu hamil berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) adalah sebesar

26 mg pada trimester 1, 35 mg pada trimester 2, dan 39 mg pada trimester 3.17 Asupan zat

besi berhubungan erat dengan status besi ibu hamil. Zat besi dalam makanan terdiri dari 2

bentuk kimia. Pertama, dalam bentuk heme yang dapat ditemukan pada hemoglobin,

myoglobin, dan enzim. Besi heme didapatkan dari daging merah, daging unggas, dan ikan.

Kedua, dalam bentuk nonheme yang dapat ditemukan dari sumber nabati, sedikit pada sumber

hewani, enzim nonheme, dan ferritin.18 Sumber besi nonheme dari tumbuh-tumbuhan berupa

kacang-kacangan, beras, dan maize.7 Kedua jenis zat besi di atas memiliki kemampuan

diabsorpsi tubuh yang berbeda. Absorpsi besi heme cukup efisien, berkisar antara 15-35%

ddan kurang dipengaruhi oleh jenis diet.15 Sedangkan absorpsi besi nonheme dipengaruhi oleh

berbagai komponen dalam diet. Faktor penghambat absorpsi besi nonheme adalah kalsium

dan phytat. Faktor pendukung absorpsi besi nonheme adalah vitamin C. Pengaruh vitamin C

terhadap absorpsi besi bersifat dose-dependent dan dapat mengurangi efek inhibisi absorpsi

oleh kalsium dan phytat.19

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 7: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

7

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada trimester 1 untuk mengetahui

hubungan asupan zat besi dan status besi ibu hamil. Status besi yang dimaksud diukur melalui

kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, mean corpuscular volume (MCV), mean corpuscular

hemoglobin (MCH), mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC), dan retikulosit

darah tepi. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Data penelitian merupakan data sekunder yang didapatkan dari penelitian berjudul

“Effects of a Probiotic and Micronutrient-enriched Milk on Maternal Micronutrients’ status

and digestive health among Indonesian Pregnant Women: A Randomized Double-blind

Placebo-controlled Study” pada Agustus 2013 sampai dengan Agustus 2014 di RSIA Bunda

dan RSIA Budi Kemuliaan.

Perhitungan besar sampel tunggal pada uji hipotesis dengan koefisien korelasi (r)

menggunakan rumus:

𝑛 =(Z! + 𝑍!)

0,5 ln[1+ 𝑟1− 𝑟]

!

+ 3

Peneliti menentukan nilai batas kemaknaan Zα sebesar 1,96 dengan interval kepercayaan 95%.

Peneliti menentukan nilai Zβ sebesar 1,28 dengan tingkat kesalahan 10%. Nilai r sebesar 0,4

ditentukan peneliti karena tidak ditemukan data penelitian sebelumnya.

𝑛 =(1,96+ 1,28)

0,5 ln 1+ 0,41− 0,4

!

+ 3

𝑛 = 61,49 ≈ 62

Melalui perhitungan didapatkan bahwa jumlah sampel minimal adalah 62 subjek.

Kriteria inklusi penelitian adalah data ibu hamil usia 18-35 tahun, usia kehamilan 8-12

minggu, kehamilan tunggal, IMT 21-25, tekanan darah 100-120/70-80 mmHg, dan bertempat

tinggal di Jakarta. Kriteria eksklusi penelitian adalah data subjek yang tidak lengkap.

Variabel independen penelitian ini adalah asupan zat besi ibu hamil yang diukur sebagai

rerata antara asupan melalui pengukuran 24 hour recall dan semiquantitative food frequency

questionnaire. Variabel dependen penelitian ini adalah status besi ibu hamil, yang terdiri dari

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 8: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

8

kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit. Variabel

dependen dan variabel independen merupakan data numerik. Untuk mendapatkan hubungan

antara 2 variabel numerik digunakan uji korelasi.

Hasil Penelitian

Sebaran Karakteristik Subjek

Dari data sekunder didapatkan 143 sampel penelitian. Selanjutnya dilakukan eliminasi

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga didapatkan 120 sampel. Sebaran sampel

berdasarkan karakteristik sosiodemografi dapat dilihat pada Tabel 1. dan menunjukkan bahwa

subjek sebagian besar berpendidikan tinggi dan bekerja dengan median usia pada 28 tahun.

Tabel 1. Sebaran karakteristik subjek

Karakteristik Frekuensi (%) Median (Min-Maks)

Usia - 28 (19 – 35)

Pendidikan -

Dasar 10 (8,3)

Menengah 46 (38,3)

Tinggi 64 (53,3)

Pekerjaan -

Tidak Bekerja 50 (41,7)

Bekerja 70 (58,3)

Sebaran Subjek Berdasarkan Asupan Zat Besi

Melalui uji Kolmogorov-Smirnov, ditemukan bahwa sebaran data asupan zat besi tidak

normal (p<0,01). Nilai median asupan zat besi pada seluruh sampel adalah 10,64 mg (min

3,36 – maks 67,83). Dari seluruh sampel, 86,67% tidak memenuhi kecukupan asupan zat besi

pada ibu hamil trimester 1 berdasarkan AKG 26 mg/hari.

Sebaran Subjek Berdasarkan Biomarka Darah

Hasil uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan sebaran hemoglobin, hematokrit, dan MCHC

normal (p>0,05), sedangkan sebaran data ferritin, MCV, MCH, dan retikulosit tidak normal

(p<0,05). Sebaran subjek berdasarkan pengukuran biormarka darah ditampilkan pada Tabel 2.

Terdapat 10 sampel (8,33%) mengalami anemia (Hb<11g/dl). Dari seluruh subjek, 7 sampel

mengalami defisiensi besi (ferritin ≤15 µg/l) dan 5 mengalami penurunan cadangan besi

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 9: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

9

(ferritin = 15,01 – 20 µg/l). Terdapat 8 sampel yang memiliki kadar hematokrit di bawah nilai

normal. Terdapat 26 sampel yang mengalami mikrositosis, 8 diantaranya mengalami anemia

mikrositik (Hb <11 g/dL dan MCV <81 fL). Berdasarkan nilai MCH, terdapat 103 sampel

yang mengalami hipokromia, 10 diantaranya mengalami anemia (Hb <11 g/dL dan MCH <32

pg/cell). Terdapat 2 sampel yang memiliki nilai MCHC di bawah normal, dan 25 sampel yang

memiliki nilai retikulosit di bawah normal.

Tabel 2. Sebaran subjek berdasarkan biomarka darah

Variabel Frekuensi (%) Median (Min-Maks) Mean ± sd

Hemoglobin (g/dL) 12,49 ± 1,03

< 11 10 (8,33) - 10,39 ± 0,40

≥ 11 110 (91,67) - 12,68 ± 0,84

Hematokrit (%) - 36,81 ± 2,77

< 33 8 (6,67) - 31,20 ± 1,20

≥ 33 112 (93,33) - 37,21 ± 2,39

Ferritin (µg/l) 60,74 (5,81 – 483,7) -

≤15 7 (5,8) 9,98 (5,81 – 14,26) -

15,01 – 20 5 (4,2) 17,96 (15,61 – 19,63) -

≥ 20 108 (90) 68,26 (21,52 – 483,7) -

MCV (fL) 83,85 (55,10 – 91,30) -

< 81 26 (21,67) 77,90 (55,10 – 80,80) -

81-96 94 (78,33) 84,70 (81,00 – 91,30) -

>96 0 0

MCH (pg/cell) 28,6 (18,90 – 31,60) -

< 30 103 (85,83) 28,40 (18,90 – 29,90) -

≥ 30 17 (14,17) 30,40 (30,00 – 31,60) -

MCHC (g/dL) - 33,91 ± 0,85

< 32 2 (1,67) - 31,45 ± 0,36

≥ 32 118 (98,33) - 33,96 ± 0,79

Retikulosit (%) 1,39 (0,43 – 3,30) -

< 1 25 (20,83) 0,86 (0,42 – 0,99) -

≥ 1 95 (79,17) 1,55 (1,00 – 3,30) -

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 10: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

10

Analisis Hubungan Asupan Zat Besi dan Biomarka Darah

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi dan

kadar hemoglobin, hematokrit, ferritin, MCV, MCH, MCHC, dan retikulosit (p>0,05). Hasil

uji korelasi asupan zat besi dan biomarka darah ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Korelasi asupan zat besi dan biomarka darah

Asupan Zat Besi (mg/hari)

Spearman’s

rho

Hemoglobin Correlation Coefficient 0,070

Sig. (2-tailed) 0,447

N 120

Hematokrit Correlation Coefficient 0,055

Sig. (2-tailed) 0,551

N 120

Ferritin Correlation Coefficient -0,113

Sig. (2-tailed) 0,221

N 120

MCV Correlation Coefficient -0,137

Sig. (2-tailed) 0,136

N 120

MCH Correlation Coefficient -0,141

Sig. (2-tailed) 0,124

N 120

MCHC Correlation Coefficient 0,022

Sig. (2-tailed) 0,812

N 120

Retikulosit Correlation Coefficient 0,166

Sig. (2-tailed) 0,070

N 120

Pembahasan

Karakteristik Subyek

Subjek ibu hamil trimester 1 pada penelitian ini sebagian besar berusia 27 – 35 tahun dengan

median 28 tahun. Sebagian besar subjek berpendidikan tinggi memiliki pekerjaan. Penelitian

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 11: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

11

ini mengambil data di RSB Bunda dan RS Budi Kemuliaan di Jakarta, yang merupakan

daerah urban. Penelitian oleh Wibowo N dan Irwinda R di RS Budi Kemuliaan Jakarta juga

menunjukkan karakteristik sosiodemografi ibu hamil yang serupa dengan penelitian ini, yaitu

58% ibu hamil bekerja, 89% berpendidikan tinggi, dan rerata usia subjek 29 tahun.

Sebaran Asupan Zat Besi dan Biomarka Darah

Nilai median asupan zat besi pada seluruh sampel adalah 10,64 mg (min 3,36 – maks 67,83).

Pada penelitian ini, 86,67% subjek tidak memenuhi Angka Kebutuhan Gizi (AKG) zat besi 26

mg/hari. AKG merupakan angka Recommended Dietary Allowance (RDA), yaitu angka yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada sebagian besar populasi. Kajian oleh

Hatriyanti Y, et al20 merekomendasikan penggunaan angka Estimated Average Requirements

(EAR) untuk menilai kecukupan asupan nutrisi pada populasi dibandingkan RDA untuk

mencegah overestimasi. EAR merupakan angka yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi pada 50% populasi.20 Angka EAR untuk zat besi adalah 21,7 mg, sehingga apabila

menggunakan indikator EAR, terdapat 81,67% subjek yang tidak mencapai EAR.

Asupan zat besi pada penelitian ini memiliki median 10,64 mg/hari, yaitu 40,92% RDA, dan

49,03% EAR. Hasil asupan zat besi pada ibu hamil pada penelitian ini lebih rendah

dibandingkan dengan hasil kajian Hatriyanti Y, dkk.20 Kajian tersebut mengumpulkan lima

penelitian mengenai asupan zat besi ibu hamil di Pulau Jawa, dengan hasil asupan zat besi

44%, 65%, 65%, 64%, dan 140% EAR. Perbedaan hasil dapat terjadi akibat perbedaan

kriteria inklusi dan eksklusi pada studi tersebut dibandingkan dengan penelitian ini. Lima

penelitian tersebut tidak mengambil kriteria inklusi ibu hamil pada trimester 1. Penelitian oleh

Noroyono W, dkk menunjukkan hasil asupan zat besi pada ibu hamil di trimester 1 lebih

tinggi, yaitu sebesar 18,5 mg/hari.21

Pada penelitian ini ditemukan prevalensi anemia berdasarkan kadar hemoglobin pada ibu

hamil di trimester 1 cukup rendah, yaitu sebesar 8,33%. Hasil ini mendekati penelitian oleh

Noroyono W, dkk yang menunjukkan prevalensi anemia berdasarkan kadar hemoglobin

sebesar 12%.21 Prevalensi anemia pada penelitian ini rendah apabila dibandingkan dengan

prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia tahun 2013, yaitu sebesar 37,1%.2 Penelitian

ini menunjukkan bahwa terdapat 5,8% subjek yang mengalami defisiensi besi (ferritin ≤15

µg/l ). Hasil ini berbeda dengan penelitian oleh Muslimatun S yang menunjukkan bahwa

65,26% ibu hamil trimester 2 di Bogor memiliki kadar ferritin <12 µg/l .

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 12: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

12

Namun, perbedaan prevalensi dapat terjadi sebab penelitian ini hanya menilai prevalensi

anemia pada trimester 1. Prevalensi anemia pada trimester 1 lebih rendah dibandingkan

trimester 2 dan 3 sebab pada trimester 2 dan 3 terjadi proses hemodilusi akibat peningkatan

volume plasma yang sangat besar dan tidak diimbangi oleh ekspansi sel darah merah,

sehingga menyebabkan penurunan kadar hemoglobin fisiologis.16

Korelasi Asupan Zat Besi dan Biomarka Darah

Penelitian ini tidak membedakan asupan zat besi yang berasal dari makanan atau dari

suplementasi besi. Penelitian sebelumnya sebagian besar meneliti pengaruh suplementasi besi

terhadap status besi ibu hamil, dan tidak meneliti zat besi dari asupan makanan. Bentuk zat

besi dalam makanan dan suplemen berbeda, sehingga dapat terjadi perbedaan hasil penelitian

sebelumnya dengan penelitian ini.

Tidak terdapat korelasi (r=0,070, p>0,05) antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin. Hasil

penelitian ini bertentangan dengan penelitian oleh Besuni A, et al di Kabupaten Gowa yang

mendapatkan korelasi positif sedang (r = 0,722) yang signifikan secara statistik (p < 0,05)

antara asupan zat besi dan kadar hemoglobin. Namun penelitian oleh Besuni A, et al tersebut

tidak menginklusikan subjek ibu hamil pada trimester 1 tetapi mengambil sampel seluruh ibu

hamil.22 Studi-studi sebelumnya yang mencari hubungan antara asupan zat besi terhadap

kadar hemoglobin tidak menggunakan uji korelasi, namun menggunakan kategori hemoglobin

yang digolongkan menjadi anemia dan tidak anemia. Hasil penelitian Samuel TM, et al pada

ibu hamil trimester 1 di India Selatan mendukung hasil penelitian ini, dimana hasil

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara asupan zat besi pada

kelompok anemia dan tidak anemia.19 Hasil ini bertentangan dengan penelitian oleh

Setyaningsih W, et al23 di Kabupaten Jember yang menyatakan bahwa tingkat kecukupan zat

besi berdasarkan AKG berhubungan dengan kejadian anemia berdasarkan kadar hemoglobin

(p<0,001). Penelitian oleh Setyaningsih W, et al memiliki jumlah sampel yang mirip dengan

penelitian ini (n = 128), sehingga kemungkinan terjadinya perbedaan adalah akibat perbedaan

populasi dan adanya faktor perancu pada penelitian ini.23 Suplementasi besi diketahui dapat

meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Hasil kajian sistematis dan meta-analisis

oleh Pena-Rosas JP, dkk menyatakan bahwa suplementasi besi harian selama kehamilan

menurunkan risiko anemia maternal menjelang kelahiran sebesar 70% (RR 0,3; 95% CI 0,19

– 0,46).1

Saptawati Bardosono� 12/5/16 11:47 PMComment [1]: Kaitandenganhemodilusipadakehamilan?

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 13: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

13

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi dan hematokrit

(r=0,055, p>0,05). Tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi dan kadar MCV (r=-0,137,

p>0,05), kadar MCH (r=-0,141, p>0,05), dan kadar MCHC (r=0,022, p>0,05). Studi serupa

menggunakan uji korelasi tidak ditemukan oleh peneliti. Penelitian oleh Dogar MZ, et al di

Pakistan menyatakan bahwa terdapat peningkatan kadar MCV, MCH, dan MCHC pada ibu

hamil anemia yang diberikan suplemen besi ferro sulfat.24 Akan tetapi perlu diperhatikan

bahwa keadaan anemia sebelum intervensi merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi

respon suplementasi, sedangkan pada penelitian ini sampel tidak dibatasi pada ibu hamil yang

sudah mengalami anemia.25

Penelitian ini menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi dan kadar ferritin

(r=-0,113, p>0,05). Meta-analisis oleh Casgrain A, et al menyatakan bahwa suplementasi besi

meningkatkan kadar serum ferritin secara signifikan, namun dengan tingkat heterogenitas

yang tinggi.25 Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi dan

kadar retikulosit (r=0,166, p>0,05). Penelitian oleh Schoorl M, et al, menunjukkan bahwa

suplementasi ferro fumarat selama 4 minggu menaikkan jumlah retikulosit secara signifikan.26

Perlu diperhatikan bahwa asupan zat besi saja tidak cukup untuk meningkatkan status besi

tubuh. Absorpsi besi dari makanan sangat dipengaruhi oleh bentuk besi dalam makanan,

faktor inhibitor, dan faktor pendukung absorpsi besi. Oleh karena itu, status besi dipengaruhi

oleh komposisi makanan. Penelitian oleh Abriha A, et al di Ethiopia menyatakan bahwa ibu

hamil dengan Dietary Diversity Score (DDS) rendah memiliki 13 kali lebih besar

kemungkinan untuk mengalami anemia dibandingkan ibu hamil dengan nilai DDS tinggi.27

Penelitian oleh Samuel TM, et al membuktikan bahwa asupan mikronutrien fosfor (P),

mangan (Mn), dan kalsium (Ca) merupakan faktor independen yang menyebabkan anemia

pada ibu hamil trimester 1, sedangkan asupan zat besi bukan merupakan faktor independen

penyebab anemia pada subjek yang sama. P, Mn, dan Ca merupakan faktor inhibitor absorpsi

besi. Kurangnya asupan vitamin C juga merupakan faktor yang dapat menurunkan absorpsi

zat besi. Ma A menyatakan bahwa asupan vitamin C lebih tinggi pada ibu hamil yang tidak

anemia dibandingkan dengan ibu hamil anemia (p<0,01).5 Faktor inhibitor (fosfor, mangan,

dan kalsium) serta faktor pendukung (vitamin C) mempengaruhi absorpsi besi, khususnya

besi dalam bentuk nonheme.

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 14: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

14

Zat besi dalam bentuk heme lebih efisien diabsorpsi oleh tubuh dibandingkan besi non-heme.

Besi heme dapat ditemukan di dalam daging dan besi nonheme ditemukan pada tumbuh-

tumbuhan. Ibu hamil yang mengonsumsi daging satu kali per minggu memiliki 2,2 kali risiko

mengalami anemia dibandingkan ibu hamil yang mengonsumsi daging lebih dari 2 kali per

minggu.27 Penelitian oleh Andersen LT, et al menyatakan bahwa asupan makanan ibu hamil

sebagian besar terdiri dari tumbuh-tumbuhan (beras, kacang-kacangan, dan sayur-sayuran),

sedangkan konsumsi daging pada ibu hamil cukup rendah. 28

Dari data-data di atas, disimpulkan bahwa kemungkinan penyebab hasil penelitian yang

menunjukkan asupan zat besi kurang pada subjek dan status besi subjek cukup baik adalah

konsumsi besi nonheme ibu hamil Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan besi heme.

Absorpsi besi nonheme dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor inhibitor dan faktor pendukung,

serta komposisi makanan. Oleh karena itu, penting untuk memenuhi kadar asupan zat besi

namun tetap memperhatikan asupan besi heme, serta faktor-faktor yang berpengaruh.

Berbagai jenis biomarka darah digunakan untuk mendeskripsikan status besi tubuh selama

kehamilan. Pada penelitian ini, digunakan tujuh jenis biomarka darah yang merepresentasikan

proses fisiologis besi dalam tubuh. Deplesi besi terjadi ketika cadangan besi tubuh berkurang

namun tidak terjadi gangguan perpindahan besi ke kompartemen fungsional, keadaan ini

digambarkan melalui kadar ferritin yang menurun. Bila berlanjut menjadi eritropoiesis

defisiensi besi, terjadi ketidakseimbangan jumlah besi yang diabsorpsi dan jumlah besi yang

dilepaskan dari cadangan dengan jumlah zat besi yang dibutuhkan oleh sel. Tahap ini dapat

digambarkan melalui peningkatan total iron binding capacity (TIBC) dan peningkatan

konsentrasi reseptor transferrin di plasma. Tahap akhir adalah anemia defisiensi besi, dimana

terjadi defisiensi pada kompartemen fungsional besi di sel darah merah. Sel darah merah yang

kekurangan zat besi mengalami sintesis hemoglobin yang tidak cukup sehingga menyebabkan

penurunan ukuran sel darah merah (diukur melalui MCV) dan penurunan konten hemoglobin

sel (diukur melalui MCH). Masa hidup eritrosit adalah sekitar 120 hari, dan pembentukan sel

baru harian hanya 1% dari seluruh sel darah merah yang bersirkulasi. Oleh karena itu,

perubahan pada sel darah merah membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat dideteksi.

Walaupun pada penelitian ini jumlah subjek yang mengalami defisiensi besi dan anemia

defisiensi besi tidak besar, perlu diperhatikan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil akan

meningkat pada trimester 2 dan 3. Pada trimester 2, terjadi peningkatan eritropoiesis yang

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 15: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

15

sangat tinggi sehingga menghabiskan cadangan besi yang ada. Oleh karena itu, cadangan besi

yang cukup harus dipenuhi saat trimester 1 dan bahkan saat sebelum kehamilan berlangsung.

Kesimpulan

Subjek pada penelitian ini memiliki median 28 tahun, sebagian besar berpendidikan tinggi

(53,3%), dan bekerja (58,3%). Nilai median asupan zat besi pada seluruh sampel adalah 10,64

mg, 86,67% subjek tidak memenuhi kecukupan asupan zat besi berdasarkan AKG. Sebagian

besar subjek memiliki status besi yang cukup baik. Sebanyak 10% sampel mengalami anemia

(Hb<11g/dl). Dari seluruh subjek dengan anemia, 7 sampel mengalami defisiensi besi dan 5

mengalami penurunan cadangan besi. Tidak terdapat korelasi antara asupan zat besi dan status

besi tubuh ibu hamil pada trimester 1.

Saran

Peneliti menyarankan kepada ibu hamil diharapkan untuk memenuhi kebutuhan zat besi

sesuai AKG dengan tetap memperhatikan asupan faktor pendukung dan penghambat absorpsi

besi. Selain itu, peneliti juga menyarankan agar dilaksanakan penelitian yang meneliti status

besi ibu hamil berdasarkan asupan zat besi beserta faktor inhibitor dan pendukung absorpsi

untuk mengetahui faktor mana yang berhubungan independen dengan status besi ibu hamil

dan penelitian yang membandingkan asupan zat besi dari makanan atau dari suplemen

terhadap status besi ibu hamil.

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 16: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

16

Daftar Referensi

1. Peña-Rosas JP, De-Regil LM, Garcia-Casal MN, Dowswell T. Daily oral iron supplementation during pregnancy. In: The Cochrane Collaboration, editor. Cochrane Database of Systematic Reviews [Internet]. Chichester, UK: John Wiley & Sons, Ltd; 2015 [cited 2016 Sep 23]. Available from: http://doi.wiley.com/10.1002/14651858.CD004736.pub5

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan RI; 2013.

3. World Health Organization. Guideline: Daily iron and folic acid supplementation in pregnant women [Internet]. 2012 [cited 2016 Sep 26]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK132263/

4. Wollmann M, Gerzson BMC, Schwert V, Figuera RW, de Oliveira Ritzel G. Reticulocyte maturity indices in iron deficiency anemia. Rev Bras Hematol E Hemoter. 2014;36(1):25–8.

5. Ma A, Chen X, Zheng M, Wang Y, Xu R, Li J. Iron status and dietary intake of Chinese pregnant women with anaemia in the third trimester. Asia Pac J Clin Nutr. 2002;11(3):171–5.

6. Cavalcanti DS, Vasconcelos PND, Muniz VM, Santos NFD, Osório MM. Iron intake and its association with iron-deficiency anemia in agricultural workers’ families from the Zona da Mata of Pernambuco, Brazil. Rev Nutr. 2014 Apr;27(2):217–27.

7. Collings R, Harvey LJ, Hooper L, Hurst R, Brown TJ, Ansett J, et al. The absorption of iron from whole diets: a systematic review. Am J Clin Nutr. 2013 Jul 1;98(1):65–81.

8. Young MF, Griffin I, Pressman E, McIntyre AW, Cooper E, McNanley T, et al. Utilization of Iron from an Animal-Based Iron Source Is Greater Than That of Ferrous Sulfate in Pregnant and Nonpregnant Women. J Nutr. 2010 Dec 1;140(12):2162–6.

9. Haryawan AG. Korelasi Antara Indikator Zat Besi dengan Asupan Zat Besi pada Ibu Hamil Trimester Pertama [Skripsi]. [Jakarta]: Universitas Indonesia; 2015.

10. Ganz T. Systemic Iron Homeostasis. Physiol Rev. 2013 Oct 1;93(4):1721–41.

11. WHO. Assessing the Iron Status of populations [Internet]. World Health organization; 2007. Available from: http://www.who.int/nutrition/publications/micronutrients/anaemia_iron_deficiency/9789241596107.pdf

12. Miller EM. Iron Status and Reproduction in US Women: National Health and Nutrition Examination Survey, 1999-2006. Collins JF, editor. PLoS ONE. 2014 Nov 6;9(11):e112216.

13. WHO. Serum ferritin concentrations for assessment of iron status and iron deficiency in populations . World Health organization; 2011.

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 17: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

17

14. Urrechaga E, sa, Borque L, s, Escanero J, F S. Biomarkers of Hypochromia: The Contemporary Assessment of Iron Status and Erythropoiesis. BioMed Res Int. 2013 Feb 28;2013:e603786.

15. Leong W, Lonnerdal B. Iron Nutrition. In: Anderson GJ, McLaren GD, editors. Iron physiology and pathophysiology in humans. Totowa, NJ: Humana Press; 2012. p. 81–99.

16. Cunningham FG, editor. Williams obstetrics. 24th edition. New York: McGraw-Hill Medical; 2014. 1358 p.

17. KEMENKES RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Kementerian Kesehatan RI; 2013.

18. Mahan LK, Escott-Stump S, editors. Krause’s food & nutrition therapy. 12th ed. St. Louis, Mo: Saunders/Elsevier; 2008. 1352 p.

19. Samuel TM, Thomas T, Finkelstein J, Bosch R, Rajendran R, Virtanen SM, et al. Correlates of anaemia in pregnant urban South Indian women: a possible role of dietary intake of nutrients that inhibit iron absorption. Public Health Nutr. 2013 Feb;16(2):316–24.

20. Hartriyanti Y, Suyoto PST, Muhammad HFL, Palupi IR. Nutrient intake of pregnant women in Indonesia: a review. Malays J Nutr. 2012 Apr;18(1):113–24.

21. Wibowo N, Irwinda R. The effect of multi-micronutrient and protein supplementation on iron and micronutrients status in pregnant women. Med J Indones. 2015 Nov 9;24(3):168.

22. Angreani B, Jafar N, Indriasari R. Hubungan Asupan Zat Gizi Pembentuk Sel Darah Merah dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil Di Kabupaten Gowa [Internet]. 2013 [cited 2016 Sep 27]. Available from: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/7968

23. Setyaningsih W. Iron Folate Consumption, Energy dan Iron Adequacy Level Associated With Prevalence of Anemia Among Pregnant Women in Jember. Public Health Prev Med Arch [Internet]. 2015 Jul 14 [cited 2016 Oct 1];3(1). Available from: http://ojs.unud.ac.id/index.php/phpma/article/view/16666

24. Mz D, I L, A S, S K, Ah K, Zi K, et al. Evaluation of Iron Supplementation Effects on Various Haematological Parameters in Pregnant Anemic Patients of Sargodha Region in Pakistan. J Environ Anal Toxicol [Internet]. 2013 Jul 1 [cited 2016 Oct 2];3(4). Available from: http://www.omicsonline.org/environmental-analytical-toxicology-abstract.php?abstract_id=15667

25. Casgrain A, Collings R, Harvey LJ, Hooper L, Fairweather-Tait SJ. Effect of iron intake on iron status: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Am J Clin Nutr. 2012 Oct 1;96(4):768–80.

26. Schoorl M, Schoorl M, van der Gaag D, Bartels PCM. Effects of iron supplementation on red blood cell hemoglobin content in pregnancy. Hematol Rep. 2012 Nov 19;4(4):e24.

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 18: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

18

27. Abriha A, Yesuf M, Wassie M. Prevalence and associated factors of anemia among pregnant women of Mekelle town: a cross sectional study. BMC Res Notes. 2014;7(1):888.

28. Andersen LT, Thilsted SH, Nielsen BB, Rangasamy S. Food and nutrient intakes among pregnant women in rural Tamil Nadu, South India. Public Health Nutr. 2003 Apr;6(2):131–7.

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016

Page 19: Status Besi Ibu Hamil Trimester 1 Berdasarkan Beberapa ...

19

Status besi ..., Gabriella Juli Lonardy, FK UI, 2016