GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III …
Transcript of GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III …
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG
PERSIAPAN LAKTASI DI PUSKESMAS KERTASARI KABUPATEN
BANDUNG TAHUN 2018
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna menyelesaikan
Pendidikan Program Studi D III Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung
Oleh :
SHAFIRA KHARISMA PUTRI
NIM : CK.1.15.074
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
PROGRAM STUDI D.III KEBIDANAN
B A N D U N G
2 0 1 8
ABSTRAK
Persiapan laktasi pada masa kehamilan merupakan hal yang penting, sebab
dengan persiapan yang lebih baik, maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya.
Kendala dalam proses menyusui salah satunya bisa dicegah pada saat ibu hamil
dengan cara pemberian informasi mengenai persiapan laktasi, ASI eksklusif dan
mengenai perawatan payudara.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu
hamil trimester III tentang persiapan laktasi di Puskesmas Kertasari Kabupaten
Bandung tahun 2018.
Desain penelitian menggunakan deskriptif. Populasi sebanyak 104 orang
dan pengambil sampel dengan accidental sampling sehingga sampel diambil
sebanyak 51 orang. Pengambilan data secara primer menggunakan kuesioner
dengan analisa data mengunakan analisis univariat.
Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan ibu hamil trimester III tentang persiapan laktasi lebih dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak
29 orang (56,9%), pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ASI eksklusif lebih
dari setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 28 orang (54,9%) dan
pengetahuan ibu hamil trimester III tentang perawatan payudara lebih dari
setengahnya berpengetahuan kurang sebanyak 34 orang (66,7%).
Simpulan didapatkan bahan pengetahuan ibu hamil trimester II tentang
persiapan laktasi, ASI eksklusif dan perawatan payudara berpengetahuan kurang.
Saran bagi puskesmas untuk bisa menyediakan sarana yang memfasilitasi
penyuluhan kesehatan, bidan bisa melakukan penyuluhan kesehatan mengenai
persiapan laktasi pada saat di Posyandu dan juga menyediakan brosur atau leaflet
mengenai ASI eksklusif dan perawatan payudara yang bisa dibagikan ke setiap
rumah terutama bagi ibu yang tidak bisa hadir di Posyandu.
Kata kunci : Persiapan Laktasi, ASI Eksklusif, Perawatan Payudara
Daftar Pustaka : 21 Sumber (Tahun 2008-2016).
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Cahaya umat islam Nabi besar
Muhammad SAW., keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua selaku umat-
Nya.
Adapun laporan tugas akhir yang berjudul “GAMBARAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER III TENTANG PERSIAPAN
LAKTASI DI PUSKESMAS KERTASARI KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2018” dimaksudkan untuk memenuhi salah syarat meraih gelar Ahli
Madya Kebidanan pada Program Studi D.III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bhakti Kencana Bandung.
Penulisan laporan tugas akhir ini tidak mungkin terwujud tanpa
bimbingan, arahan, motivasi, doa, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. H. Mulyana, SH., M.Pd., MH.Kes, selaku Setua Yayasan Adhi Guna Kencana
Bandung.
2. R. Siti Jundiah, S.Kp., M.Kep., selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana
Bandung.
3. Dewi Nurlaela Sari, M.Keb., selaku Ketua Program Studi D.III Kebidanan
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK ................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan ........................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Pengetahuan ......................................... 7
2.1.2 Tingkat Pengetahuan .............................................. 7
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan .... 9
2.2 Persiapan Laktasi ............................................................... 11
2.2.1 Pengertian ............................................................... 11
2.2.2 Hal yang Dilakukan dalam Persiapan Laktasi ....... 12
2.3 ASI Eksklusif ..................................................................... 17
2.3.1 Pengertian ASI Eksklusif ....................................... 17
2.3.2 Macam-Macam ASI ............................................... 18
2.3.3
Manfaat ASI ............................................................
23
2.3.4
Masalah-Masalah dalam Pemberian ASI ................
29
2.4 Perawatan Payudara ............................................................ 31
2.4.1 Pengertian Perawatan Payudara .............................. 31
2.4.2 Tujuan Perawatan Payudara .................................... 32
2.4.3 Teknik Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui .... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................ 37
3.2 Populasi Penelitian ............................................................. 37
3.3 Sampel dan Cara Pengambilan Sampel............................... 37
3.4 Kerangka Pemikiran dan Kerangka Konsep ...................... 38
3.5 Definisi Operasional............................................................ 41
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 41
3.7 Prosedur Penelitian.............................................................. 43
3.8 Instrumen Penelitian ........................................................... 44
3.9 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ......................... 44
3.10 Pengolahan dan Analisa Data.............................................. 43
3.11 Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian .................................................................. 48
4.2 Pembahasan ........................................................................ 51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................
56
5.2 Saran ...................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 41
4.1 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
Persiapan Laktasi di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung
Tahun 2018 ...................................................................................... 48
4.2 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang ASI
Eksklusif di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung Tahun
2018 ................................................................................................. 49
4.3 Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang
Perawatan Payudara di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung
Tahun 2018 ...................................................................................... 50
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................... 40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-kisi Kuesioner Uji Validitas
Lampiran 2 : Kuesioner Uji Validitas
Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Uji Validitas
Lampiran 4 : Kisi-kisi Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Penelitian
Lampiran 7 : Lembar Bimbingan LTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Terkait itu, ada suatu hal
yang perlu disayangkan, yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan
masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya, program
pemberian ASI Eksklusif tidak berlangsung secara optimal (Prasetyono, 2009)
ASI eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah,
namun sering kali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali
mendapat informasi yang salah tentang persiapan pemberian ASI, manfaat
ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar, dan apa yang
harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya (Roesli,
2010).
Berdasarkan data badan kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2014
menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia hanya sekitar
38 persen dari target minimal 50% hal ini membuktikan bahwa masih
rendahnya pemerintah ASI eksklusif dengan berbagai faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target minimal tersebut. Rendahnya
pemberian ASI eksklusif ini dikarenakan pengetahuan dan sikap yang merasa
kurang penting diberikannya ASI sampai umur bayi 6 bulan (Carmen, 2014).
Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) 2015 cakupan
ASI eksklusif di Indonesia mencapai 55,7%. Dengan target renstra 2015
sebesar 39%. Di Jawa Barat tercatat jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif
hanya sebanyak 35,3% (Kemenkes RI, 2016).
Bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan bayi tersebut
sudah diberikan MP ASI sebelum usia 6 bulan. Dampak bayi tidak diberikan
ASI eksklusif diantaranya bayi lebih sering menderita diare, bayi mudah
alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadinya malnutrisi, menurunnya daya
tahan tubuh bayi sehingga bayi cepat terkena penyakit infeksi, terjadi
obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan gerak peristaltik
dengan baik (Narendra, 2012).
Risiko diberikan makanan pendamping ASI lebih awal berdampak
terhadap kondisi bayi. Dampak tersebut diantaranya seperti sulitnya makanan
dicerna dengan baik, peluang sakit lebih besar karena sistem imunitas bayi
belum sempurna, mengalami alergi makanan, berpeluang mengalami obesitas
karena proses pemecahan sari-sari makanan dalam tubuh bayi belum
sempurna (Nakita, 2015).
Persiapan laktasi pada masa kehamilan merupakan hal yang penting,
sebab dengan persiapan yang lebih baik, maka ibu lebih siap untuk menyusui
bayinya. Oleh karena itu di Rumah Sakit, Puskesmas atau di Rumah Bersalin
terdapat kelas seperti kelas persiapan menjadi orang tua (parent education),
yang salah satu materi yang disampaikannya adalah bimbingan persiapan
menyusui. Bidan dan perawat sangat berperan dalam memberikan
penyuluhan-penyuluhan persiapan menyusui bagi ibu agar mendapatkan air
susu yang optimal, salah satu yang dapat dilakukan bidan yaitu dengan
memberikan konseling menyusui kepada ibu hamil sebelum melahirkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan laktasi diantaranya
niat ibu untuk mau menyusui secara eksklusif, menghilangkan stres,
memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, melakukan pijat payudara dan
menciptakan gaya hidup sehat (Maryunani, 2012).
Seorang ibu diharapkan tidak memiliki unsur keterpaksaan disaat
menyusui bayinya, oleh karena itu menyusui merupakan sebuah usaha untuk
memberikan kehidupan awal bagi bayi. Ibu mungkin akan merasa sangat
bahagia sekaligus bangga karena bisa menyusui si kecil terutama setelah
kehamilan anak pertama, hal tersebut menjadi pengalaman pertama ibu dalam
hal menyusui bayi. Ibu yang terpenuhi rasa cinta, sabar, tekun, percaya diri,
dan menggunakan cara-cara yang benar, akan berhasil menyusui bayinya
(Indarti, 2015).
Kendala dalam proses menyusui salah satunya bisa dicegah pada saat
ibu hamil dengan cara pemberian informasi mengenai persiapan laktasi, ASI
eksklusif dan mengenai perawatan payudara. Masalah persiapan laktasi
biasanya karena ibu tidak mengetahui apa yang harus dilakukan pada saat
hamil seperti melakukan perawatan payudara. Permasalahan ASI eksklusif
dikarenakan kurangnya informasi mengenai pentingnya pemberian ASI
eksklusif dan adanya pemahaman masyarakat yang tidak mengerti mengenai
ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja sampai usia bayi 6 bulan.
Studi pendahuluan berdasarkan data Dinkes Kabupaten Bandung,
didapatkan data bahwa wilayah kerja Puskesmas tiga terendah se-kabupaten
Bandung dalam cakupan ASI eksklusif yaitu Puskesmas Kertasari (1,0%),
puskesmas Margahayu Selatan (1,18%) dan puskemas Margaasih (4,0%)
(Dinkes Kabupaten Bandung, 2017).
Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Kertasari didapatkan 8 orang mengatakan belum pernah
mendapatkan informasi mengenai persiapan laktasi yang salah satu
diantaranya dengan cara melakukan perawatan payudara dan juga belum
pernah mendapatkan informasi bahwa apabila bayi lahir maka harus diberikan
ASI secara eksklusif. Dari 8 orang tersebut 7 orang mengatakan bahwa setahu
mereka apabila bayi lahir maka bayi boleh diberi madu ataupun bubur saring
setidaknya bayi berusia 3 bulan.
Rendahnya pemberian ASI eksklusif di Kertasari yang terjadi bisa
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan yang rendah,
pengetahuan yang kurang, sikap yang tidak mendukung, ibu yang bekerja
yang akhirnya menyebabkan ibu tidak melakukan persiapan laktasi pada saat
kehamilan. Pada saat kehamilan kaitannya dengan laktasi yang perlu
diperhatikan diantaranya pengetahuan ibu tentang persiapan laktasi, ASI
eksklusif dan perawatan payudara.
Berdasarkan latar belakang di atas dan puskemas Kertasari merupakan
puskesmas dengan cakupan ASI eksklusif terendah di Kabupaten Bandung,
oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III tentang persiapan laktasi di
Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung tahun 2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan data dan uraian di atas dalam latar belakang masalah,
maka menjadi rumusan masalah adalah “bagaimana gambaran pengetahuan
ibu hamil trimester III tentang persiapan laktasi di Puskesmas Kertasari
Kabupaten Bandung tahun 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III
tentang persiapan laktasi di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung
tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III
tentang persiapan laktasi (Pengertian dan hal yang perlu dilakukan
dalam persiapan laktasi) di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung
tahun 2018.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III
tentang ASI eksklusif (pengertian, manfaat dan cara pemberian) di
Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung tahun 2018.
3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu hamil trimester III
tentang perawatan payudara (pengertian, tujuan dan manfaat serta cara
perawatan) di Puskesmas Kertasari Kabupaten Bandung tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini akan turut memaknai perkembangan ilmu
kebidanan khususnya tentang pelayanan kebidanan.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Sebagai media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapat pada perkuliahan serta sebagai pembelajaran
bagi peneliti dalam melakukan penelitian secara sistematis dan ilmiah.
2. Bagi Institusi
Sebagai bahan informasi dan bahan pertimbangan bagi mahasiswa
dan pihak-pihak yang berkepentingan melakukan penelitian lebih
lanjut. Sehingga penelitian yang akan datang lebih baik lagi dan
melengkapi bacaan/kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu,
pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom, pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recaall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh
sebab itu ini merupakan tingakt pengetahun yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
(Notoatmodjo, 2010).
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo,
2010).
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam sutu struktur organisasi dan masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010).
5. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
6. Mencipta (Creating)
Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi
suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang
tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan
memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Sebagaimana faktor yang mempengaruhi pengetahuan manusia
antara lain.
1. Pengalaman
Pengalaman diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain. Pengalaman seseorang atau yang sudah
diperoleh dan dapat memperluas pengetahuan seseorang.
2. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat menambah wawasan atau pengetahuan
seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai
pengetahuan lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan
yang rendah.
3. Keyakinan
Keyakinan diperoleh secara turun-temurun terhadap adanya
pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bisa dipengaruhi oleh
pengetahuan seseorang baik positif atau negatif.
4. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat dipengaruhi
oleh pengetahuan seseorang, misalnya : radio, TV, majalah, buku,
melalui penyuluhan di puskesmas atau bidan praktik swasta.
5. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang
memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Pekerjaan ibu juga diperkirakan
dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu
memberikan ASI Eksklusif. pengetahuan responden yang bekerja
lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang
tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja
diliuar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik
terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi
tentang pemberian ASI Eksklusif (Azwar, 2009).
6. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan dalam suatu
penelitian, karena hampir semua kondisi ada hubungannya dengan
umur. (Depkes RI, 2009).
Umur mempengaruhi bagaimana ibu mengambil keputusan
dalam pemeliharaan kesehatan dirinya, semakin bertambah usia
maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah atau
dengan umur yang bertambah pengalaman terhadap pengetahuan
dan sumber informasi yang didapat lebih baik. Umur
mempengaruhi bagaimana ibu menyusui mengambil keputusan
dalam pemberian ASI Eksklusif, semakin bertambah umur (tua)
maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah.
(Notoatmodjo, 2010).
2.2 Persiapan Laktasi
2.2.1 Pengertian
Persiapan laktasi adalah persiapan menyusui sejak kala hamil.
Dalam hal ini berarti proses menyusui sebaiknya sudah dipersiapkan
jauh hari sebelum melahirkan. Hal ini penting supaya ibu benar-benar
siap, baik secara fisik maupun mental. Kesiapan ini akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI (Maryunani, 2012).
2.2.2 Hal yang Dilakukan dalam Persiapan Laktasi
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam persiapan laktasi
diantaranya adalah sebagai berikut (Maryunani, 2012):
1. Niat
1) Niat adalah kunci sukses untuk memberikan ASI eksklusif
bagi bayi.
2) Niat ini seharusnya sudah tertanam kuat jauh hari sebelumnya.
3) Ibu harus bertekad akan memberikan makanan yang terabik
baginya.
4) Dengan niat bulat, ibu akan berfikir optimis.
5) Dengan fikiran optimis tersebut, akan terbentuk energi positif
yang dapat mempengaruhi kesiapan semua organ-organ
menyusui sehingga ASI dapat mengalir lancar.
6) Jika ibu yakin bisa menyusui, ASI yang keluar pasti banyak.
7) Anjurkan ibu untuk membuang jauh-jauh pikiran negatif,
seperti bagaimana kalau ASI tidak keluar, atau bagaimana
kalau payudara bermasalah, dan sebagainya.
8) Untuk itu, dalam masa hamil, ibu dianjurkan untuk :
(1)Mempelajari mengenai manajemen laktasi, rawat gabung
dan bahaya susu formula.
(2)Berniat bersungguh-sungguh untuk memberikan ASI pada
bayi sekurang-kurangnya 6 bulan.
(3)Belajar ketrampilan menyusui.
(4)Meningkatkan gizi dan kesehatan ibu.
(5)Memakai BH yang menyokong dan ukuran sesuai
payudara.
(6)Memeriksa payudara dan puting susu (Maryunani, 2012).
2. Menghilangkan Stres
1) Anjurkan pada ibu untuk berusaha selalu berpikiran positif
tentang kehamilan.
2) Berikan pengertian bahwa kehamilan jangan sampai membuat
ibu merasa terbatasi.
3) Apabila ada masalah, anjurkan untuk berkonsultasi pada
petugas kesehatan.
4) Anjurkan pada ibu untuk melakukan semua hal yang
menyenangkan selama hamil, seperti jalan-jalan, berekreasi,
berkumpul dengan teman, mengerjakan hobi dan lain
sebagainya.
5) Semua aktivitas tersebut sangat penting untuk menjaga
ketenangan batin karena perasaan tenang dan bahagia
berpengaruh pada produksi ASI.
3. Memenuhi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil Dan Menyusui
Kebutuhan gizi ibu meningkat pada saat hamil dan
menyusui. Karena, selain untuk ibu, gizi tersebut juga diperlukan
untuk janin. Oleh karena itu, asupan makanan yang dikonsumsi
ibu harus mencakup pola makan gizi yang cukup dan seimbang.
Gizi tersebut harus bercakup :
1) Karbohidrat sebagai sumber tenaga.
2) Protein sebagai sumber pembangun.
3) Vitamin dan mineral yang dapat dari sayuran dan buah-buahan
sebagai sumber pengatur dan pelindung.
4) Perhatikan juga pola makan dan usahakan selalu untuk
mengonsumsi makanan sehat.
5) Jauhi cemilan yang tidak terjamin kebersihannya. Perlu diingat
bahwa pola makan yang sehat pada saat hamil juga akan
mempengaruhi kualitas ASI ibu.
Asupan gizi ibu selama hamil yang bisa memicu produksi
ASI, antara lain :
1) Triwulan I (Kehamilan 1-3 Bulan)
(1) Makan makanan dalm porsi kecil tetapi sering.
(2) Makan buah-buahan segar atau sari buah-buahan
(3) Menjaga agar kenaikan berat badan 0,7-1,4 kg selam 3
bulan.
2) Triwulan II (Kehamilan 4-6 Bulan)
(1) Nafsu makan akan pulih sehingga semua boleh dimakan
(2) Makan makan dengan porsi lebih banyak dari biasanya.
(3) Kenaikan berat badan bervariasi antara 0,3-04 kg/minggu.
3) Triwulan III (Kehamilan 7-9 Bulan)
(1) Ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu berlebihan.
(2) Anjurkan ibu untuk mengurangi mkanan yang banyak
mengandung lemak, gula, garam dan karbohidrat.
(3) Diupayakan agar kenaikan berat badan tidak terlalu
berlebihan karena ada kecenderungan terjadinya keracunan
kehamilan (pre eklampsi).
4. Melakukan Pijat Payudara
1) Pijat payudara sangat baik sebagai persiapan sebelum
menyusui
2) Pelaksanaanya biasanya setelah masa kehamilan akhir.
3) Ibu dianjurkan untuk membuat rangsangan secara lembut dan
pelan kedua puting payudara dengan tangan.
4) Buatlah gerakan memutar dan lakukan beberapa kali dalam
sehari.
5) Konsultasikan aktivitas ini pada petugas kesehatan, karena
pada kasus tertentu tinadakan ini tidak boleh dilakukan,
terutama untuk ibu yang pernah melahirkan bayi prematur
(Maryunani, 2012).
5. Menciptakan Gaya Hidup Sehat
Menciptakan gaya hidup sehat bertujuan agar kehamilan
dan persalinan berlangsung lancar dan janin dapat berkembang
optimal. Ibu dianjurkan untuk menghindari makanan atau
minuman yang mengandung kafein, alkohol dan menjauhi asap
rokok. Agar stamina tubuh terjaga, anjurkan ibu untuk melakukan
olahraga secara teratur.
Olahraga yang dilakukan adalah olahraga ringan, seperti
jalan-jalan pagi atau berenang. Dengan demikian diharapkan
kondisi ibu yang sehat ikut meningkatkan produksi ASI. Beberapa
cara hidup sehat bagi ibu hamil di antaranya:
1) Menjaga kebersihan diri.
2) Mengasumsi makanan yang bergizi sesuai anjuran ibu hamil.
3) Cukup istirahat.
Ibu hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam per hari.
Kegiatan dan gerakanya sehari-hari harus memperhatikan
perubahab fisik dan mental yang terjadi pada dirinya. Diantara
waktu kegiatannya tersebut, diperlukan waktu untuk istirahat
(santai) guna melemaskan otot-ototnya (Maryunani, 2012).
4) Perawatan payudara pada usia kehamilan 7,5 bulan.
5) Pemakaian obat selama hamil hanya atas petunjuk bidan atau
dokter
6) Cukup dalam berolahraga (senam hamil).
7) Memperhatikan kebersihan diri dan menggunakan pakaian,
yaitu yang longgar, ringan, mudah dipakai dan mudah
menyerap keringat dan sopan serta sepatu yang nyaman.
8) Memperhatikan dan memeriksakan diri bila ada keluhan pada
daerah gigi mulut karena dapat menjalar keorgan tubuh lain
dan mengganggu kehamilan.
9) Sebaiknya sejak kehamilan 3 bulan terakhir telah mengenal
dan memilih dokter yang akan mengawasi kesehatan anaknya
kelak.
10) Membatasi frekuensi persetubuhan pada kehamilan muda dan
berhenti pada saat 4 minggu sebelum perkiraan kelahiran.
11) Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid.
12) Mengurangi perjalanan dan berpegian jauh.
13) Melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur (Maryunani,
2012).
2.3 ASI Eksklusif
2.3.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti
susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan tim (Roesli, 2013).
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka
waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan.
Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan
makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2013).
2.3.2 Macam-Macam ASI
ASI adalah makanan untuk bayi. Air susu ibu khusus dibuat
untuk bayi manusia. Kandungan gizi dan ASI sangat khusus dan
sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI
mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga
mengandung enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang
terdapat dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas
tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan bayi/anak (Maryunani, 2015).
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu: kolostrum, air susu
transisi, dan air susu matur. Komposisi ASI hari 1-4 (kolostrum)
berbeda dengan ASI hari ke 5-10 (transisi) dan ASI matur. Masing-
masing ASI tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1. Kolostrum
1) Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar.
2) Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh
kelenjar mammae yang mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar
mammae, sebelum dan segera sesudah melahirkan.
3) Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada hari
pertama sampai hari ke empat pasca persalinan.
4) Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket
dan berwarna kekuningan.
5) Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali keluar,
berwarna kekuning-kuningan. Banyak mengandung protein,
antibody (kekebalan tubuh), immunoglobulin.
6) Kolostrum berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi
pada bayi, dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Apabila ibu terinfeksi, maka
(2) Sel darah putih dalam tubuh ibu membuat perlindungan
terhadap ibu.
(3) Sebagian sel darah putih menuju payudara dan membentuk
antibody.
(4) Antibody yang terbentuk, keluar melalui ASI sehingga
melindungi bayi.
7) Kolostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin
A, nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada
ASI matur.
8) Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan
mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai
dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
9) Selain itu, kolostrum masih mengandung rendah lemak dan
laktosa.
10) Protein utama pada kolostrum adalah imunoglobulin (IgG, IgA
dan IgM), yang digunakan sebagai zat antibody untuk
mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan parasit.
11) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama Iga untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare.
12) Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari
hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
13) Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan
gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
14) Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita,
tetapi volume kolostrum yang ada dalam payudara mendekati
kapasitas lambung bayi yang berusia 1-2 hari. Volume
kolostrum antara 150-300 ml/24 jam.
15) Kolostrum juga merupakan pencahar ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru
lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bagi
bayi, makanan yang akan datang. Artinya, membantu
mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama
berwarna hitam kehijauan.
16) Perbandingan Kolostrum dengan ASI matur:
(1) Kolostrum lebih kuning dibandingkan dengan ASI matur.
(2) Kolostrum lebih banyak mengandung protein
dibandingkan ASI matun, tetapi berlainan dengan ASI
matur dimana protein yang utama adalah casein pada
kolostrum adalah globulin, sehingga dapat memberikan
daya perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
(3) Kolostnum lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya
dibandingkan dengan ASI matun.
(4) Total energi lebih rendah dibandingkan ASI matur yaitu
58 kalori/100 ml kolostrum.
(5) Kolostrum bila dipanaskan menggumpal, sementara ASI
matur tidak.
(6) Kolostrum lemaknya lebih banyak mengandung
kolesterol dan lecithin dibandingkan ASI matun.
(7) pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur
(Maryunani, 2015).
2. Air Susu Transisi/Peralihan
1) ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum
sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari
ke-10.
2) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur.
Terjadi pada hari ke 4-10, berisi karbohidrat dan lemak dan
volume ASI meningkat.
3) Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan
karbohidrat semakin tinggi.
4) Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan
berubah warna serta komposisinya.
5) Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak
dan laktosa meningkat (Maryunani, 2015).
3. Air Susu Matur
1) ASI matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya.
2) ASI matur tampak berwarna putih kekuning-kuningan, karena
mengandung casineat, riboflaum dan karotin.
3) Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila
dipanaskan.
4) Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan
ada yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan
makanan satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama
bagi bayi.
5) Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit
pertama disebut foremilk.
(1) Foremilk lebih encer.
(2) Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi
laktosa, gula, protein, mineral dan air.
6) Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.
(1) Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi.
(2) Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
7) Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik
foremilk maupun hindmilk.
8) Komposisi Foremilk (ASI permulaan) berbeda dengan
Hindmilk (ASI paling akhir).
9) ASI mature tidak menggumpal jika dipanaskan.
10) Volume 300-850ml/24 jam.
11) Terdapat antimikrobakterial faktor, yaitu:
(1) Antibody terhadap bakteri dan virus.
(2) Sel (fagosile, granulosil, makrofag, limfosil tipe-T).
(3) Enzim (lisozim, lactoperoxidese).
(4) Protein (laktoferin, B12 Ginding Protein).
(5) Faktor resisten terhadap staphylococcu.
(6) Complement (C3 dan C4) (Maryunani, 2015).
2.3.3 Manfaat ASI
Menyusui merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi ibu,
sekaligus memberikan manfaat yang tak terhingga pada anak. Manfaat
yang dimaksud tersebut, antara lain (Yuliarti, 2010):
1. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan.
2. Bayi mendapatkan zat-zat imun, serta perlindungan dan
kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunya.
3. Meningkatkan sensitivitas ibu akan kebutuhan bayinya.
4. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein, dan zat
lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang
terbuang.
5. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.
6. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi,
terganggunya pernapasan, diare, dan obesitas pada anak.
ASI sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasan anak. Mnurut penelitian, anak-anak yang tidak diberi ASI
mempunyai IQ (Inteliectual Quotient) lebih rendah 7- 8 poin
dibandingkan dengan anak-anak yang diberi ASI secara eksklusif. ASI
merupakan makanan bayi yang paling sempurna, mudah dicerna dan
diserap karena mengandung enzim pencernaan, dapat mencegah
terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat penangkal
penyakit (misalnya, immunoglobulin), praktis dan mudah
memberikannya, serta murah dan bersih. Selain itu, ASI mengandung
rangkaian asam lemak tak jenuh yang sangat penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan otak anak. ASI selalu berada dalam
suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, dapat mencegah
kerusakan gigi, dan dapat mengoptimalkan perkembangan bayi
(Yuliarti, 2010).
Selain keuntungan yang tampak ketika masih bayi, menyusui
juga mempunyai kontribusi dalam menjaga kesehatan anak seumur
hidupnya. Orang dewasa yang mendapatkan ASI eksklusif semasa
bayi mempunyai risiko rendah terkena hipertensi, kolesterol,
overweight, obesitas, dan diabetes tipe 2, serta mempunyai kecerdasan
lebih tinggi. Anak-anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif sangat
rentan terkena penyakit knonis, seperti kanker, jantung, hipertensi, dan
diabetes setelah ia dewasa nanti. Tidak hanya itu, anak juga dapat
menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas (kegemukan)
(Yuliarti, 2010).
Manfaat lain dari ASI adalah menangkal alergi susu. Alergi tak
mengenal usia, termasuk pada balita. Justru merekalah yang paling
rentan mengalami alergi, baik terhadap lingkungan yang tidak sehat
maupun dari makanan yang dikonsumsi. Kematangan atau maturasi
salunan cerna pun sangat penting. Bayi semakin rentan kanena
matunasinya belum sempurna. Inilah sebabnya ASI eksklusif selama 6
bulan pentama dapat mengurangi kemungkinan terjadinya alergi.
Reaksi alergi tidak jelas gejala klinisnya dan reaksinya di dalam tubuh
pun bermacam-macam. Oleh karena itu, penanganannya juga harus
tepat, jangan berlebihan, dan jangan dibiarkan begitu saja (Yuliarti,
2010).
Untuk alergi makanan, pemicunya adalah susu, telur, kacang,
dan ikan laut. Para ahli memperkirakan tenjadi peningkatan kasus
alergi dalam 10 tahun terakhir. Salah satu penelitian di tahun 2007
menyebutkan bahwa alergi susu sapi merupakan bentuk alergi
makanan yang paling sering ditemukan pada anak berusia kurang dari
2 tahun, diperkirakan 2-7,5% anak dalam kelompok umur ini
mengalami alergi protein susu sapi. Alergi susu sapi sering ditemukan
pada anak di bawah usia 3 tahun, terutama di bawah usia 12 bulan.
Hal itu dihubungkan dengan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang
paling sering muncul adalah gangguan saluran cerna sebesar 50-80%
mulai muntah, diare berlanjut yang kadang-kadang disertai darah,
konstipasi (sembelit), bahkan pada beberapa kasus ada yang hingga
mengganggu pertumbuhan badan anak. Gejala lainnya berupa reaksi
kulit (misalnya, eksim dan urikaria) dan saluran napas (misalnya,
batuk berulang dan asma) (Yuliarti, 2010).
Salah satu pemicu timbulnya alergi adalah faktor genetik. Bila
ibunya alergi maka 40% anaknya alergi; bila bapaknya alergi maka
20% anaknya alergi; bila bapak dan ibunya alergi maka 60-70%
anaknya alergi. Selain itu, paparan terhadap debu, tungau, asap rokok,
polusi, dan konsumsi makanan juga dapat memicu munculnya alergi.
Penanganan dasar dan efektif untuk alergi protein susu sapi
adalah dengan menghindari protein susu sapi atau produk turunannya.
Oleh karena itu, diperlukan pengganti yang mengandung protein,
tetapi tidak menimbulkan reaksi alergi dan tetap memenuhi
kandungan nutrisi anak. Salah satunya dengan memberikan protein
susu sapi yang sudah dihidrolisis secara penuh sehingga efek
alerginya jauh berkurang (Yuliarti, 2010).
Ada 3 langkah penting untuk mengurangi risiko terkena alergi,
antara lain:
1. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan tunda pemberian
makanan pada bayi selama 6 bulan pertama.
2. Lakukan kontrol lingkungan dengan cara menjaga kebersihan,
tidak menggunakan karpet, jangan memelihara kucing, dan jangan
merokok.
3. Jangan berhenti memberikan ASI hanya karena menduga anaknya
alergi susu. Yang harus diperbaiki adalah makanan ibunya.
Artinya, ibu harus menghindari susu sapi dan produk turunannya,
seperti telur, soya, ikan laut, dan kacang tanah (Yuliarti, 2010).
Selain pada anak, pemberian ASI juga sangat bermanfaat bagi
ibu. Selain dapat diberikan dengan cara mudah dan murah, ASI juga
dapat mencegah terjadinya perdarahan setelah persalinan,
mempercepat mengecilnya rahim, menunda masa subur, mengurangi
anemia, serta menunda terjadinya kehamilan berikutnya. Menyusui
juga dapat menurunkan risiko terjadinya kanker payudara dan kanker
ovarium pada ibu di kemudian hari (Yuliarti, 2010).
Manfaat ASI untuk mengurangi risiko kanker payudara
mungkin jarang diketahui orang. Pada tahun 2000, penelitian di 6
negara berkembang yang melibatkan 147 orang ibu menunjukkan
bahwa minimal 20% ibu yang menyusui akan terhindar dari kanker
payudara. Semakin lama ibu tersebut menyusui maka semakin sedikit
risiko terserang kanker payudara. Hal lain yang jauh lebih penting
adalah timbulnya ikatan batin yang kuat antara ibu dan anak. Ibu juga
tidak perlu susah-susah melakukan diet untuk mengecilkan perut
setelah melahirkan karena isapan anak pada puting susu ibu
merangsang keluarnya hormon yang dapat mengencangkan dinding-
dinding perut ibu kembali. Ibu yang menyusui juga memiliki
keuntungan karena badannya akan kembali normal dengan cepat.
Faktor yang membuat perubahan di badan dan payudara adalah
kehamilan, bukan menyusui. Pada saat hamil, kelenjar susu
bertambah, bahkan sudah keluar ASI pada usia kehamilan 8 bulan.
Kalau hamil, badan sekurus apa pun akan tetap besar untuk
menyimpan Cadangan lemak guna produksi ASI. Menyusui juga
mempercepat kontraksi rahim sehingga lebih cepat normal dan
kembali seperti sebelum hamil. Ibu yang bekerja di luar rumah pun
tidak perlu khawatir tidak dapat memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya karena ASI dapat diperah setiap 3-4 jam sekali dan disimpan
dalam lemari pendingin. Dalam kondisi biasa, ASI yang disimpan
dapat tahan selama 6-8 jam, tetapi jika disimpan dalam lemari
pendingin maka dapat tahan sampai 2 x 24 jam (Yuliarti, 2010).
Dari sudut psikologis, kegiatan menyusui dapat membantu ibu
dan bayi dalam membentuk tali kasih. Kontak akan terjalin setelah
persalinan, yaitu pada saat ibu menyusui bayinya untuk pertama kali.
Keadaan ini akan menumbuhkan ikatan psikologis antara ibu dan
bayinya. Proses ini disebut “pelekatan” (bonding). Bayi jarang
menangis atau rewel, bahkan akan tumbuh lebih cepat jika ia tetap
berada dekat ibunya dan disusui secepat mungkin setelah persalinan.
Ibu-ibu yang menyusui akan merawat bayi mereka dengan penuh
kasih sayang.
Memberi ASI dapat membantu pertumbuhan dan kecerdasan
bayi. Karena begitu pentingnya menyusui maka para ibu hendaknya
memperhatikan hal tersebut. Kalaupun produksi ASI kurang, hal
tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk berhenti menyusui. Jika
semakin sering menyusui maka dapat merangsang produksi ASI.
Umumnya, ibu memerlukan waktu sekitar 1 minggu untuk
mengembalikannya pada kondisi normal, yang dalam hal ini produksi
ASI cukup untuk memenuhi kebutuhan si bayi. Demikian pula dengan
gangguan yang muncul saat menyusui, bukanlah alasan untuk
menghentikan ASI. Gangguan tersebut umumnya berupa puting lecet
atau nyeri dan terkait dengan posisi menyusui yang keliru. Jika puting
lecet maka ibu dapat menggunakan krim guna menghilangkan lecet
tersebut (Yuliarti, 2010).
2.3.4 Masalah-Masalah dalam Pemberian ASI
1. Puting susu lecet; penyebabnya:
1) Kesalahan dalam tehnik menyusui.
2) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, dll untuk
mencuci puting susu.
3) Rasa nyeri dapat timbul jika ibu menghentikan menyusui
kurang hati-hati.
2. Payudara bengkak
Penyebabnya:
Pembekakan ini terjadi karena ASI tidak disusukan
secara adekuat, sehingga sisa ASI terkumpul pada duktus yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan. Pembekakan ini terjadi
pada hari ketiga dan keempat.
3. Saluran susu tersumbat (obstuvtive duct)
Suatu keadaan dimana terdapat sumbatan pada duktus
lakteferus, dengan penyebabnya adalah:
1) Tekanan jari ibu pada waktu menyusui.
2) Pemakaian BH yang terlalu ketat.
3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu yang terkumpul
tidak segera dikeluarkan sehingga menimbulkan sumbatan.
4. Mastitis
Hal ini merupakan radang pada payudara, yang disebabkan oleh :
1) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
2) Puting lecet yang memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak.
3) BH yang terlalu ketat.
4) Ibu yang diit jelek, kurang istirahat, anemia akan mudah
terinfeksi.
5. Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini
Dikarenakan meluasnya peradangan payudara. Payudara
tampak merah sehingga perlu insisi untuk mengeluarkannya.
6. Kelainan anatokis pada puting susu (puting tenggelam/datar)
Pada puting susu yang mengalami kelainan dapat
diatasi dengan perawatan payudara dan perasat Hoffman secara
teratur. Jika hanya salah satu puting yang tenggelam maka masih
dapat menyusui di puting yang lainnya. Jika puting masih tidak
biasa diatasi maka untuk mengeluarkanASI dapat dilakukan
dengan tangan/pompa kemudian dapat diberikan dengan
sendok atau pipet. Laktasi terjadi di bawah pengaruh berbagai
kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin
dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan
emosi ibu (Sitti Saleha, 2009).
2.4 Perawatan Payudara
2.4.1 Pengertian Perawatan Payudara
Merupakan suatu tindakan perawatan payudara yang
dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang
dilaksanakn mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan.
(Anggraini, 2010).
Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama
hamil sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu-satu
penghasil ASI yang merupakan merupakan makanan pokok bayi
baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Azwar, 2008).
2.4.2 Tujuan Perawatan Payudara
Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi
darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga mempelancar
pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya pembekakan dan
kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara
agar tidak mudah terkena infeksi. (Anggraini, 2010).
Sedangkan menurut Sitti Saleha (2009) perawatan payudara
setelah melahirkan bertujuan untuk :
1. Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi
2. Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar
air susu melalui pemijatan
3. Mencegah bendungan ASI atau pembengkakan payudara
4. Melenturkan dan menguatkan puting
5. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha
untuk mengatasinya
6. Persiapan psikis ibu menyusui.
2.4.3 Teknik Perawatan Payudara pada Ibu Menyusui
Langkah-langkah yang dilakukan dalam perawatan payudaran
pada ibu menyusui diantaranya yaitu:
1. Pengurutan Payudara secara umum:
1) Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa / baby oil.
2) Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah puting
susu
3) Selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.
4) Persiapkan Handuk bersih 1-2 buah.
5) Persiapkan Air hangat dan air dingin dalam baskom.
6) Persiapkan Waslap atau sapu tangan dari handuk.
2. Langkah-langkah pengurutan payudara:
1) Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan
kedua telapak tangan diantara kedua payudara lakukan
pengurutan, dimulai dari arah atas lalu arak sisi samping kiri
kemudian kearah kanan, lakukan terus pengurutan kebawah
atau melintang. Lalu kedua tangan dilepas dari payudara,
ulangi gerakan 20-30 kali untuk setiap satu payudara.
2) Pengurutan yang kedua
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri,
kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan tahap
mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah
puting susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.
3) Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan,
sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam dari
pangkal menuju ke puting susu. Langkah gerakan 20-30 kali.
4) Pengompresan
Alat-alat yang disiapkan:
(1) 2 buah baskom sedang yang masing-masing diisi
dengan air hangat dan air dingin.
(2) 2 buah waslap.
Caranya:
(1) Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama
3 menit,
(2) Kemudian ganti dengan kompres dingin selama 2 menit.
(3) Kompres bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan
kompres air hangat.
5) Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.
3. Perawatan puting susu
Puting susu memegang peranan penting pada saat
menyusui. Air susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada
puting susu oleh karena itu puting susu perlu dirawat agar dapat
bekerja dengan baik, tidak semua wanita mempunyai puting
susu yang menonjol (normal). Ada wanita yang mempunyai
puting susu dengan bentuk yang mendatar atau masuk kedalam,
bentuk puting susu tersebut tetap dapat mengeluarkan ASI jika
dirawat dengan benar. Langkah-langkah yang perlu dilakukan
untuk merawat puting susu:
1) Setiap pagi dan sore sebelum mandi puting susu (daerah
areola mamae), satu payudara diolesi dengan minyak
kelapa sekurang-kurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali.
2) Jika puting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan
minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya
pada Puting susu dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik
selama 30 kali putaran untuk kedua puting susu.
3) Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan
berikut:
(3) Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan
puting susu, kemudian tekan dan hentakkan kearah luar
menjahui puting susu secara perlahan.
(4) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu lalu
tekan serta hentakkan kearah puting susu secara perlahan.
4) Kemudian untuk masing-masing puting digosok dengan
handuk kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada
puting susu dapat terlepas.
5) Akhirnya payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.
Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali
pada pagi dan sore hari, sebaiknya tidak menggunakan
alkohol atau sabun untuk membersihkan puting susu karena
akan menyebabkan kulit kering dan lecet. Penggunaan
pompa ASI atau bekas jarum suntik yang dipotong
ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah
pada puting susu yang terbenam. (Anggraini, 2010).
Gambar 2.1
Cara Perawatan Payudara
Sumber: Anggraini, 2010