INDEKS ERITROSIT PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA DI …
Transcript of INDEKS ERITROSIT PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA DI …
INDEKS ERITROSIT PADA IBU HAMIL TRIMESTER
PERTAMA DI RUMAH SAKIT UMUM HASANAH
GRAHA AFIAH DEPOK PERIODE
APRIL 2016 - JULI 2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Maskur Fahmi Adi Bhaskoro
NIM: 11141030000094
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2017 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji syukur peneliti panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, karunia serta hidayah-Nya dan juga shalawat beserta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya, para sahabat
dan pengikutnya hingga akhir zaman sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul INDEKS ERITROSIT PADA IBU HAMIL
TRIMESTER PERTAMA DI RUMAH SAKIT UMUM HASANAH GRAHA
AFIAH DEPOK PERIODE APRIL 2016 - JULI 2017. Dalam proses
penyelesaian penelitian ini tak lepas karena bantuan, bimbingan, dan arahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih sebesar- besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Arief Sumantri, S.KM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, PhD, FICS, FACS sebagai Ketua Program Studi
Kedokteran dan Pendidikan Dokter (PSKPD) FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Muniroh, Sp.PK sebagai pembimbing I yang telah mencurahkan
bimbingan, perhatian, dukungan, serta motivasi yang membuat peneliti
dapat menyelesaikan penelitian ini serta semangat dalam menjalankan
semua prosesnya.
4. dr. Alyya Siddiqa, Sp.FK sebagai pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, waktu, masukan, dan dukungan kepada peneliti selama
penyelesaian penelitian ini.
5. drg. Putri Herliana yang telah membantu memberi bimbingan dan saran
kepada peneliti selama proses penyelesaian penelitian ini.
6. Bapak Chris Adhiyanto, M. Biomed, PhD sebagai penanggung jawab modul
riset PSKPD angkatan 2014.
7. Staf dosen PSKPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan tentang penelitian.
vi
8. Staf Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok yang telah
memberikan bantuan kepada peneliti dalam proses pengumpulan data.
9. dr. Sayid Ridho, Sp.PD sebagai pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dalam aktivitas akademik peneliti.
10. Ayah dan Ibu yang saya cintai, Bapak Moch Khairul Huda dan Ibu Siti
Amanah atas jasa, limpahan do’a dan kasih sayang serta dukungannya
kepada peneliti.
11. Teman-teman sejawat dalam kelompok penelitian yang sama, Raden
Partinah, Neti Kurniawati, Intan Nur Zamzam, dan Hanan Luthfi atas
kerjasama dan bantuannya dalam perjuangan untuk menyelesaikan
penelitian ini.
12. Teman sejawat Asiah Mutiah yang telah membantu dalam pengenalan
program IBM SPSS sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
13. Teman-teman sejawat PSKPD 2014 FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah berjuang bersama dari awal perkuliahan hingga saat ini, sehingga
peneliti dapat menyeselesaikan penelitian ini.
14. Ustadz DR. Khalid Basalamah, MA, ustadz Adi Hidayat, LC, ustadz Hanan
Attaki, LC, dan KH Abdullah Gymnastiar yang telah memberikan kajian
dan motivasi islam kepada peneliti sehingga peneliti dapat selalu
bersemangat dan bekerja keras untuk menyelesaikan penelitian ini
15. Seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan penelitian ini yang tidak
dapat peneliti sebutkan.
Demikian, Semoga Allah SWT membalas kebaikan kepada
semuanya. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat di duinia dan di
akhirat kelak bagi peneliti maupun pembaca. Maka dari itu peneliti bersedia
menerima seluruh saran dan kritik yang membangun. Terimakasih
Ciputat, 6 November 2017
Maskur Fahmi Adi Bhaskoro
vii
ABSTRAK
Maskur Fahmi Adi Bhaskoro. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
INDEKS ERITROSIT PADA IBU HAMIL TRIMESTER PERTAMA DI
RUMAH SAKIT UMUM HASANAH GRAHA AFIAH DEPOK PERIODE
APRIL 2016 - JULI 2017.
Pada ibu hamil terjadi perubahan fisiologis hematologi berupa indeks
eritrosit berdasarkan mean corpuscular volume (MCV) yang bisa meningkat hingga
sebanyak 4 fL. Penurunan MCV dapat terjadi pada keadaan awal defisiensi besi.
Mean corpuscular haemoglobin (MCH) dapat menurun. Anemia akan menjadi
berat keadaannya ketika mean corpuscular haemoglobin concentration (MCHC)
juga menurun. Penelitian ini dilakukan untuk melihat indeks eritrosit pada ibu hamil
trimester pertama di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok dengan
status umur, kadar feritin, dan gambaran eritrosit. Desain yang digunakan dalam
penelitian adalah deskriptif observasional dengan metode potong lintang. Data
diperoleh dari rekam medik pasien ibu hamil di Rumah Sakit Umum Hasanah
Graha Afiah Depok periode April 2016 – Juli 2017 yang dilakukan pemeriksaan
hematologi. Sebanyak 73 data rekam medik disertakan karena memenuhi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi. Indeks eritrosit pada median MCH subyek penelitian
adalah 28,4 (18,9 – 83,9) pg, median MCV adalah 81,2 (36 – 91,9) fL, rerata MCHC
adalah 34,1 ± 1,1 g/dL. Rerata umur subjek penelitian adalah 30,3 ± 4,4 tahun.
Rerata hemoglobin subjek penelitian adalah 12,7 ± 1,1 g/dL. Rerata kadar feritin
subjek penelitian adalah 43,6 ± 43,3 g/dL. Gambaran eritrosit berdasarkan
gambaran darah tepi sebanyak 60 subjek (82,2%) normositik normokrom, 10 subjek
(13,7%) mikrositik hipokrom, tiga subjek (4,1%) mikrositik normokrom. Pada 10
mikrositik normokrom sebanyak tujuh subjek (70%) dengan kadar feritin rendah,
tiga subjek (30%) dengan kadar feritin normal.
Kata kunci: Kehamilan Trimester Pertama, Hemoglobin, Indeks Eritrosit,
Gambaran Darah Tepi, Gambaran Eritrosit, Kadar Feritin.
viii
ABSTRACT
Maskur Fahmi Adi Bhaskoro. Medical Study and Doctor Profession
Programme. Erythrocyte Indice on Pregnant First Trimester at Hasanah
Graha Afiah General Hospital Depok period April 2016 - July 2017.
In pregnant women there was a physiological changed in hematology at the
erythrocyte indice based on mean corpuscular volume (MCV) which can increased
up to 4 fL. Decreased of MCV can occur in the early state of iron deficiency. Mean
corpuscular haemoglobin (MCH) may also decreased and eventually anemia will
occur. Anemia will be severe when the mean corpuscular haemoglobin
concentration (MCHC) is also decreased. This study was conducted to see the
erythrocyte indice in the first trimester pregnant women at Hasanah Graha Afiah
General Hospital Depok with age status, ferritin level, and erythrocyte morphology.
The design used in this research was descriptive observational with cross sectional
method. Data obtained from medical record of pregnant woman patient at General
Hospital of Hasanah Graha Afiah Depok period of April 2016 - July 2017 with
hematology examination. A total of 73 medical record data are included because
they meet the inclusion criteria and exclusion criteria. The erythrocyte index in the
median MCH of study subjects was 28.4 (18.9 - 83.9) pg, median MCV was 81.2
(36 - 91.9) fL, the mean MCHC was 34.1 ± 1.1 g / dL . The mean age of the study
subjects was 30.3 ± 4.4 years. The mean haemoglobin of the study subjects was
12,7 ± 1,1 g/dL. The mean ferritin of the study subjects was 43.6 ± 43.3 g / dL.
Erythrocyte morphoplogy based on peripheral blood smear were 60 subjects
(82.2%) normochromic normocytic, 10 subjects (13.7%) hypochromic microcytic,
three subjects (4.1%) normochromic microcytic. At 10 normochromic microcytic
counted seven subjects (70%) with low ferritin levels, three subjects (30%) with
normal ferritin levels.
Keywords: First Trimester Pregnancy, Haemoglobin, Erythrocyte Indice,
Peripheral Blood, Erythrocyte Morphology, Ferritin Level.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………….………….……....ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.….…………….……………..…iii
LEMBAR PENGESAHAN………...………….………..……...………….…….iv
KATA PENGANTAR……...………..…………………………………………...v
ABTRAK……………………….……..………………………………………….vi
ABSTRACT…………………………..…………………..……..………………vii
DAFTAR ISI……………...…………..………………………..………………...ix
DAFTAR TABEL………...…………..……………………..……………….....xii
DAFTAR GAMBAR……………....…..…………………………………….…xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………........………………..………………….....xiv
DAFTAR SINGKATAN……………..……...……………..…………………...xv
BAB I PENDAHULUAN…….....…..……………….…………………………...1
1.1 Latar Belakang…………..…………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….2
1.3 Tujuan Penelitian………...………….……………………………………..3
1.3.1. Tujuan Umum……...………………………………………………..3
1.3.2. Tujuan Khusus……...……………………………………………….3
1.4. Manfaat Penelitian………………………………………………………...3
1.4.1. Bagi Penulis…………………………………………………………3
1.4.2. Bagi Institusi………………………………………………………...4
1.4.3. Bagi Masyarakat Umum…………...………………………………..4
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………..……..………………………..……..5
2.1. Kehamilan…………………………………………………………………5
2.1.1 Perubahan Fisiologi Kehamilan...…....……….……………………...5
2.1.2 Perubahan Hematologi Kehamilan……..…….……………………...6
2.2. Sel Darah…….......................….………………………………………......7
2.2.1. Eritrosit.........................................……….…………..……………...8
2.2.2. Indeks Eritrosit…………...……………...…………...………..……10
2.2.3. Gambaran Eritrosit.....………….……………………………….…11
2.2.4. Zat Besi...........................................................……...…………......15
2.2.5. Ferritin…..………………………………....………………………16
2.3. Anemia Pada Kehamilan……….…….…………………………………..16
2.3.1. Defisiensi Besi…..………....…………….....…………………...…19
2.4. Kerangka Teori………………….………………………………………..21
2.5. Kerangka Konsep………….………………….……...…………………..20
2.6. Definisi Operasional………….…………………………………….....….22
BAB III METODE PENELITIAN…...……...........………….………………...24
3.1. Desain Penelitian…………….…………...………………………………24
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian…………...……………………………….24
3.3. Populasi dan Sampel……………………...……………………………...24
3.3.1. Populasi Target…..………...…….………………………………...24
3.3.2. Populasi Terjangkau……....……………………………………….24
3.3.3. Kriteria Pemilihan Subjek.…….…..........….……………………...24
3.3.4. Perkiraan Besar Subjek ……….……..……....……………………25
xi
3.3.5. Teknik Pengambilan Subjek……..…..……………………………25
3.4. Alat dan Bahan………….…….…………………………………………26
3.5. Cara Kerja Penelitian………….………………………………………...26
3.5.1. Persiapan Penelitian………...……………………………………..26
3.5.2. Alur Kerja Penelitian……………...………………………………26
3.5.3. Pengolahan dan analisis data. ………......…………….…………..27
3.6. Etik Penelitian ……………….…………………….....…………………27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …....................................…………….28
4.1. Karakteristik Umur...................…………….…………………………..28
4.2. Karakteristik Hemoglobin.............………….…………………………..29
4.3. Karakteristik Indeks Eritrosit.........……………………………………..30
4.4. Karakteristik Gambaran Eritrosit.........…..……………………………..33
4.5. Kadar Ferritin ...........…………………………………………………...35
4.6. Gambaran Eritrosit Mikrositik Hipokrom dengan Kadar Ferritin...........36
4.7. Keterbatasan Penelitian.........………...………………………………...38
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..........……………………………...39
5.1. Simpulan…………..…….......………………………………………….39
5.2. Saran…………………………….……………………………………...39
DAFTAR PUSTAKA………………...…………………………………………40
LAMPIRAN..............……………………………………………………………42
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Karakteristik eritrosit............................………………..……………...11
Tabel 2.2. Tingkat morfologi eritrosit berdasarkan gambaran darah tepi …….....15
Tabel 2.3. Tingkat morfologi eritrosit berdasarkan nilai indeks eritrosit..........…15
Tabel 2.4. Nilai hemoglobin untuk diagnosis anemia ...........................................16
Tabel 2.5. Penyebab anemia selama kehamilan..............................................…..18
Tabel 2.6. Diagnosis anemia defisiensi besi..................……...…………...……...19
Tabel 4.1. Karakteristik umur .........................................……………....…….......28
Tabel 4.2. Hemoglobin.......... .........................................……………....…….......29
Tabel 4.3. Indeks eritrosit .......................................……………....………...........31
Tabel 4.4. Indeks eritrosit pada anemia...................……………....………...........32
Tabel 4.5. Gambaran eritrosit.... .......................................……………....…….....34
Tabel 4.6. Gambaran eritrosit pada anemia............................…...……....….........34
Tabel 4.7. Kadar feritin .......................................……………....………...............35
Tabel 4.8. Kadar feritin pada anemia...................……………....………...............36
Tabel 4.9. Gambaran eritrosit mikrositik hipokrom dengan kadar feritin .............36
Tabel 4.10. Gambaran eritrosit mikrositik hipokrom dengan kadar feritin ...........37
pada anemia
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Masa Gestasi ..................................………………........……….……5
Gambar 2.2. Perubahan volume darah selama kehamilan................................…....6
Gambar 2.3. Elemen selular dan hitung sel darah yang normal.........................…..7
Gambar 2.4. Sitoskeleton atau kerangka eritrosit......................................….......... 8
Gambar 2.5. Struktur hemoglobin.............................................................…...........9
Gambar 2.6. Kontrol eritropoiesis...............................................................….......10
Gambar 2.7. Normositik pada apusan darah tepi.....................................….......... 12
Gambar 2.8. Makrositik pada apusan darah tepi....................................................12
Gambar 2.9. Mikrositik pada apusan darah tepi.....................................................13
Gambar 2.10. Normokrom pada apusan darah tepi ..................................….........13
Gambar 2.11. Hipokrom pada apusan darah tepi ....................................…..........14
Gambar 2.12. Hiperkrom pada apusan darah tepi ...................................…..........14
Gambar 2.13. Konsentrasi hemoglobin rerata pada kehamilan..............................17
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Perizinan Rumah Sakit.....…………….…….……....…….......43
Lampiran 2. Surat Persetujuan Etik…………………………….……...................44
Lampiran 3. Riwayat Hidup......…………...……….…….....….…………………47
xv
DAFTAR SINGKATAN
ADB = Anemia Defisiensi Besi
BBLR = Berat Badan Lahir Rendah
BKKBN = Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
CDC = Centers for Disease Control and Prevention
dL = Desiliter
DEPKES = Departemen Kesehatan
fL = Fentoliter
FKIK = Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Hb = Hemoglobin
Ht = Hematokrit
HPHT = Hari Pertama Haid Terakhir
IBM SPSS = International Business Machine Statistical Product and Service
Solutions
Kemenkes = Kementerian Kesehatan
MCH = Mean Corpuscular Haemoglobin
MCHC = Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration
MCV = Mean Corpuscular Volume
Pg = Pikogram
PSKPD = Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter
RDW = Red cell Distribution Width
RISKESDAS = Riset Kesehatan Dasar
TIBC = Total Binding Iron Capacity
UIN = Universitas Islam Negeri
WHO = World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada ibu hamil terjadi adaptasi tubuh berupa perubahan anatomik dan
fisiologis yang signifikan terhadap kehamilan. Perubahan anatomik pada ibu
hamil diantaranya yaitu pembesaran uterus, serviks menjadi lunak dan
kebiruan, perubahan kulit abdomen menjadi kemerahan dan kusam, payudara
menjadi lunak dan bertambah besar, serta perubahan anatomik jantung yang
disebabkan oleh peningkatan curah jantung. Meningkatnya curah jantung
tersebut terjadi karena perubahan fisiologis berupa peningkatan volume darah
yang dimulai saat trimester pertama. Peningkatan volume darah tersebut terdiri
dari peningkatan volume plasma dan volume eritrosit, yang terjadi karena
bertambahnya kebutuhan oksigen selama kehamilan akibat perangsangan
eritropoietin oleh ginjal. Namun, peningkatan volume plasma lebih banyak
dibandingkan dengan volume eritrosit, sehingga akan mengakibatkan
hemodilusi (pengenceran) dan penurunan hemoglobin. 1,2
Berdasarkan kementerian kesehatan (Kemenkes), populasi ibu hamil
yang mengalami anemia sebesar 37,1%. Proporsi anemia pada ibu hamil di
daerah perkotaan sebesar 36,4% dan pedesaan sebesar 37,8%. Jenis anemia
pada ibu hamil paling banyak adalah anemia mikrositik hipokromik (59% dari
ibu hamil yang anemia). Anemia mikrositik hipokromik biasanya terjadi
karena defisiensi besi.4 Berdasarkan World Health Organization (WHO),
kejadian anemia defisiensi besi (ADB) di negara maju sebesar 22,7%
sedangkan di negara berkembang sebesar 52%.3
Anemia defisiensi besi dapat terjadi akibat berkurangnya pasokan besi
untuk eritropoiesis karena cadangan besi yang berkurang. Hal tersebut
mengakibatkan berkurangnya pembentukan hemoglobin.5 Pada ibu hamil,
defisiensi besi terjadi akibat pengalihan pasokan besi ke janin untuk
eritropoiesis. Jika ibu hamil mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang
rendah, maka dengan pengalihan pasokan besi ke janin tersebut akan
mengakibatkan ADB pada ibu hamil.2 Anemia defisiensi besi akan
2
meningkatkan risiko infeksi, depresi jantung hingga peningkatan angka
kematian ibu. Sedangkan komplikasi pada janin berupa retardasi pertumbuhan,
kelahiran prematur, dan defisiensi besi pada bayi setelah kelahiran.6
Pada ibu hamil normal terjadi perubahan indeks eritrosit berdasarkan
mean corpuscular volume (MCV) yang bisa meningkat hingga sebanyak 4 fL.
Penurunan MCV dapat terjadi pada keadaan awal defisiensi besi. Mean
corpuscular haemoglobin (MCH) dapat menurun juga dan akhirnya akan
terjadi keadaan anemia.2 Keadaan anemia akan menjadi berat ketika mean
corpuscular haemoglobin concentration (MCHC) juga menurun.4
Pemeriksaan hematologi pada trimester pertama berupa indeks eritrosit
tersebut dapat digunakan untuk pendeteksian awal ADB dan juga untuk
menentukan jenis serta perkiraan penyebab anemia lainnya. Kelebihan
pemeriksaan tersebut yaitu mampu laksana di banyak fasilitas kesehatan dan
harga terjangkau atau murah.8,9 Pada penelitian Akinsegun didapatkan rerata
indeks eritrosit MCV pada ibu hamil trimesrer pertama sebesar 79,70 ± 0,96
fL, sedangkan nilai MCH sebesar 28,23 ± 2,40 pg, dan nilai MCHC sebesar
36,27 ± 1,21 g/dL.10
Namun untuk menegakkan diagnosis ADB diperlukan pemeriksaan
biokimia berupa pemeriksaan kadar feritin. Feritin merupakan ukuran untuk
suatu cadangan besi pada retikuloendotelial.8,9 Menurut penelitian Tiwari
terdapat hubungan antara MCH, MCV, dan MCHC dengan kadar ferritin yang
berguna untuk membantu dalam mendiagnosis ADB pada kehamilan trimester
kedua dan ketiga secara signifikan.11
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melihat indeks
eritrosit pada ibu hamil trimester pertama.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran indeks eritrosit pada ibu hamil trimester pertama
di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok periode April 2016 - Juli
2017 ?
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui indeks eritrosit pada ibu hamil trimester pertama di
Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok periode April 2016 - Juli
2017.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui status umur, kadar hemoglobin, dan kadar feritin pada ibu hamil
trimester pertama di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok
periode April 2016 - Juli 2017.
2. Mengetahui gambaran eritrosit berdasarkan indeks eritrosit dengan
korfirmasi gambaran darah tepi pada ibu hamil trimester pertama di Rumah
Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok periode April 2016 - Juli 2017.
3. Mengetahui status kadar feritin dengan gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom pada ibu hamil trimester pertama di Rumah Sakit Umum Hasanah
Graha Afiah Depok periode April 2016 - Juli 2017.
4. Mengetahui indeks eritrosit, gambaran eritrosit dan kadar feritin pada ibu
hamil trimester pertama di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah
Depok periode April 2016 - Juli 2017 yang mengalami anemia.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
1. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan serta keterampilan diri yang
telah diperoleh untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memenuhi persyaratan kelulusan akhir dari pendidikan preklinik serta
persyaratan mengikuti pendidikan klinik Program Studi Kedokteran dan
Profesi Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Mampu memberikan edukasi dalam menanggapi masalah hematologi pada
ibu hamil saat perkuliahan maupun saat profesi nanti.
4
1.4.2 Bagi Institusi
1. Menambah artikel dan data tentang hematologi pada ibu hamil sebagai
informasi pembelajaran bagi mahasiswa maupun dosen serta civitas
akademis di perpustakaan .
2. Sebagai sumber pengetahuan dan referensi untuk peneliti selanjutnya yang
akan melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
1.4.3 Bagi Masyarakat Umum
1. Memberikan Informasi tentang masalah hematologi pada ibu hamil.
2. Meningkatkan kesadaran terkait pemeriksaan hematologi dan dampaknya
pada ibu hamil.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu keadaan akibat terjadinya fertilisasi
(penyatuan sel telur dan sel sperma di tuba falopi) dan kemudian implantasi
pada uterus yang akhirnya menjadi janin.12 Masa gestasi (kehamilan)
merupakan kehamilan yang terjadi selama sekitar 38 minggu dari konsepsi yaitu
sekitar 40 minggu dari haid terakhir. Selama gestasi, 0-2 minggu setelah fertilasi
(ovum), 3-5 minggu (embrio) lebih dari 5 minggu (fetus/janin) tumbuh dan
berkembang hingga ke tahap mandiri dari ibunya.13,14 Kehamilan dibagi
menjadi 3 trimester, yaitu trimester pertama yang berlangsung selama 12
minggu, kemudian trimester kedua selama 15 minggu (minggu ke-13 hingga
ke-27) dan trimester ketiga selama 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40).5
Gambar 2.1 Masa Gestasi.1
2.1.2 Perubahan Fisiologi Kehamilan
Sejumlah perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada ibu hamil
untuk memenuhi kebutuhan janin selama kehamilan berlangsung. Sistem tubuh
selain sistem reproduksi juga mengalami berbagai perubahan anatomi dan
fisiologi yang diperlukan selama kehamilan.13
Selama kehamilan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi berupa kalsium,
fosfat, besi dan vitamin. Janin membutuhkan sekitar 375 mg besi untuk
6
membentuk darahnya dan ibu juga membutuhkan tambahan 600 mg untuk
membentuk darah tambahan bagi dirinya sendiri. Simpanan besi yang bukan
hemoglobin, normalnya pada ibu yang tidak hamil sekitar 100 mg dan tidak
pernah lebih dari 700 mg. Oleh karena itu, jika ibu hamil tidak cukup
mengkonsumsi besi, biasanya akan mengalami anemia defisiensi besi. 15
2.1.3 Perubahan Hematologi Kehamilan
Perubahan pada volume darah, volume plasma, dan massa eritrosit
yang terjadi selama kehamilan. Volume plasma meningkat untuk mengisi
ruang intravaskular yang dibentuk oleh plasenta dan pembuluh darahnya.
Massa eritrosit bertambah untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang semakin
meningkat. Karena pertambahan eritrosit yang jauh lebih kecil dibandingkan
peningkatan volume plasma, konsentrasi eritrosit di dalam darah menurun
sehingga kadar hemoglobin rendah. Walaupun kadar hemoglobin menurun
menjadi kurang lebih 120 g/dl pada minggu ke 32, wanita hamil mempunyai
hemoglobin total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil.
Bersamaan itu jumlah leukosit meningkat sekitar 10.500 per ml. Hitung
trombosit juga meningkat. Untuk mengatasi pertambahan volume darah dan
kebutuhan oksigen yang meningkat, curah jantung meningkat sebesar 30-50%
pada kehamilan.15
7
Gambar 2.2 Perubahan volume darah selama kehamilan.1
Peningkatan volume darah ini terjadi akibat peningkatan dari plasma
dan eritrosit. Meskipun jumlah plasma yang bertambah di sirkulasi darah ibu
lebih banyak dibandingkan dengan jumlah eritrosit, namun peningkatan
volume eritrosit cukup signifikan dengan rerata sekitar 450 mL. Pada sumsum
tulang, terjadi hiperplasia eritroid sedang serta hitung retikulosit sedikit
meningkat saat kehamilan normal. Perubahan ini berkaitan dengan
meningkatnya kadar eritropoietin plasma, yang meningkat selama trimester
ketiga dan akhirnya menyebabkan produksi eritrosit yang maksimal. Karena
pertambahan ini cukup besar, maka konsentrasi haemoglobin dan hematokrit
dapat berkurang selama kehamilan. Akibatnya kekentalan darah secara
keseluruhan pun berkurang. Konsentrasi hemoglobin pada aterm rerata adalah
12,5 g/dL dan pada sekitar 5% dari wanita, konsentrasinya kurang dari 11,0
g/dL. Karena itu, konsentrasi hemoglobin dibawah 11,0 g/dL, terutama pada
akhir kehamilan, dapat dianggap dalam keadaan abnormal dan biasanya
diakibatkan oleh defisiensi besi. 1
2.2 Sel Darah
Sel darah membentuk sekitar 8 % berat tubuh total dan masing-masing
memiliki volume rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Sel darah
terdiri dari tiga jenis elemen sel utama, antara lain eritrosit (sel darah merah),
leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Tiga jenis elemen sel
utama tersebut membentuk suspensi dalam cairan kompleks plasma.13
Gambar 2.3 Elemen selular dan hitung sel darah yang normal.13
8
Pada orang dewasa, eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk dalam
sumsum tulang. Sedangkan pada anak, sel darah terbentuk dalam hati dan
limpa, dan pada orang dewasa bisa terjadi hematopoiesis extrameduller
tersebut dalam hati dan limpa jika terdapat penyakit yang menyebabkan
sumsum tulang mengalami kerusakan atau fibrosis.17
2.2.1 Eritrosit
Eritrosit berbentuk piringan bikonkaf dengan garis tengah 8 µm,
ketebalan 2 µm di tepi luar, dan ketebalan 1 µm di bagian tengah dengan
hidup rerata selama 120 hari. Struktur bikonkaf ini dibentuk oleh sitoskeleton
atau kerangka sel dari filamen dan protein yang terdapat di membran eritrosit.
Bentuk eritrosit tersebut berperan dalam melakukan fungsi utamanya yaitu
mengangkut O2 dalam darah.18
Terdapat tiga sifat dari bentuk eritrosit yaitu pertama, bentuk bikonkaf
menghasilkan luas permukaan yang lebih besar untuk difusi O2 menembus
membran dibandingkan dengan bentuk sel bulat dengan volume yang sama.
Kedua, bentuk tipis dengan membran yang lentur memungkinkan O2 dapat
berdifusi dengan cepat. Eritrosit dengan garis tengah normalnya 8 µm dapat
mengalami deformitas sewaktu bergerak satu per satu melewati kapiler yang
garis tengahnya sebesar 3 µm. Maka eritrosit pun dapat menyalurkan O2 di
tingkat jaringan tanpa pecah dan rusak.17
Gambar 2.4 Sitoskeleton atau kerangka eritrosit.18
9
Ketiga, terdapat hemoglobin di dalamnya. Hemoglobin memiliki 2
bagian yaitu bagian globin (suatu protein yang terbentuk dari empat rantai
polipeptida yang berlipat-lipat dan bagian gugus hem (suatu gugus non
protein berjumlah empat yang mengandung besi). Masing-masing dari besi
tersebut dapat berikatan secara reversibel dengan satu molekul O2, maka
setiap hemoglobin dapat mengangkut O2 dari paru. 98,5% O2 terangkut dalam
darah terikat dengan hemoglobin karena O2 tidak mudah larut dalam plasma.
Hemoglobin adalah suatu pigmen, yaitu berwarna secara alami karena
kandungan besinya. Hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan
O2 dan kebiruan jika mengalami deoksigenasi. 13
Gambar 2.5 Struktur hemoglobin. 13
Transpor O2 dalam darah merupakan fungsi utama dari eritrosit,
maka rangsangan utama untuk peningkatan produksi eritrosit yaitu
berkurangnya penyaluran O2 ke jaringan. Tetapi ternyata kadar O2 yang
rendah di jaringan tidak langsung merangsang eritropoiesis pada sumsum
tulang merah. Namun penurunan penyaluran O2 ke ginjal yang merangsang
ginjal untuk mengeluarkan hormon eritropoietin ke dalam darah, kemudian
hormon ini akan merangsang eritropoiesis oleh sumsum tulang. Eritropoietin
bekerja pada turunan sel induk tak berdiferensiasi yang sudah ditentukan akan
menjadi eritrosit serta merangsang pembelahan dan pematangan sel-sel induk
ini menjadi eritrosit yang matang. Peningkatan aktivitas eritropoietik ini dapat
meningkatkan jumlah eritrosit dalam darah sehingga kapasitas darah dalam
10
mengangkut O2 pun meningkat dan penyaluran O2 ke jaringan akan kembali
ke normal. Jika penyaluran O2 ke ginjal telah kembali normal, maka sekresi
eritropoietin pun akan dihentikan hingga dibutuhkan kembali jika terjadi
penurunan penyaluran O2 ke ginjal. Maka dari itu, produksi eritrosit dalam
keadaan normal disesuaikan dengan kerusakan atau kehilangan eritrosit,
sehingga kemampuan darah mengangkut O2 tetap stabil. Untuk kasus
kehilangan eritrosit yang berlebihan, seperti pada perdarahan atau perusakan
abnormal eritrosit muda dalam darah, laju eritropoiesis dapat meningkat
menjadi lebih dari enam kali lipat nilai normal sebagai kompensasi. 13
Gambar 2.6 Kontrol eritropoiesis.13
2.2.2 Indeks Eritrosit
1. Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata – rata
merupakan gambaran dalam menentukan ukuran eritrosit. Nilai normal
MCV yaitu 80 – 100 fL (fentoliter). Nilai MCV menunjukkan kategori
dengan melihat ukuran per eritrosit sebagai normositik (ukuran normal),
mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau makrositik (ukuran besar >100 fL).7
2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata
– rata merupakan nilai yang mengindikasikan berat hemoglobin rata-rata di
dalam eritrosit. Nilai normal MCH yaitu 27– 34 pg (pikogram). Nilai MCH
dapat menentukan kuantitas warna eritrosit yaitu normokrom (MCH warna
11
normal), hipokrom (MCH <27 pg), hiperkrom (MCH >34 pg). MCH juga
dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia. 7
3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi
hemoglobin eritrosit rata – rata merupakan nilai untuk mengukur konsentrasi
hemoglobin rata-rata dalam eritrosit. Semakin kecil ukuran eritrosit, maka
semakin tinggi konsentrasinya. Perhitungan MCHC tergantung pada
hemoglobin dan hematokrit. Gambaran ini adalah gambaran Hb darah yang
lebih baik, karena ukuran sel akan mempengaruhi nilai MCHC dibandingkan
dengan nilai MCH. Nilai normal MCHC yaitu 32 – 36 g/dL. 7
Tabel 2.1 Karakteristik eritrosit. 17
Karakteristik Eritrosit Perhitungan
Hematocrit (Ht) (%)
Red Blood Cells (RBC) (106/µL)
Mean Corpuscular Volume (MCV) (fL) = Ht x 10
RBC (106/µL)
Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) (pg) = Hb x 10
RBC (106/µL)
Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) (g/dL) = Hb x 100
Ht
2.2.3 Gambaran Eritrosit Berdasarkan Indeks Eritrosit dan Gambaran
Darah Tepi
Pemeriksaan mikroskopik pada gambaran darah tepi yang dipulas
dengan pewarnaan giemsa. Pada penyakit tertentu misalnya anemia terdapat
eritrosit dengan bentuk, ukuran, atau warna yang abnormal. Untuk mencari
eritrosit yang abnormal ini, perlu mengamati pada bagian pulasan sebelum
ujung yang tipis, pada bagian tesebut eritrosit tersebar bersentuhan satu
sama lain tidak tumpang tindih. Eritrosit normal berukuran 6-8 µm, bentuk
bulat, seperti cakram, kadang sedikit irreguler atau berukuran sama dengan
ukuran inti limfosit kecil. Sitoplasma bagian perifernya terwarnai pink
dongker, bagian sentralnya terwarnai pink pucat atau tidak terwarnai.mirip
dengan sferosit (bulat sempurna, lebih gelap).19
12
Gambar 2.7 Normositik pada apusan darah tepi.20
Peningkatan nilai MCV (makrositik) dapat terlihat pada penyakit
hati, pecandu alkohol, terapi antimetabolik, defisiensi folat/vitamin B12,
terapi valproat, dan biasa disebut dengan anemia makrositik. Pada
umumnya MCV meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering
digunakan sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung. 7
Makrositik merupakan ukuran eritrosit yang membesar dengan
diameter lebih besar dari 8,5 µm atau lebih besar dari inti limfosit kecil.
Peningkatan MCV yang signifikan dapat menyebabkan MCH menjadi
meningkat juga. Biasanya bentuk eritrosit makrositik yaitu bulat atau oval.
Eritrosit pada bayi prematur, bayi baru lahir dan neonatus secara fisiologis
lebih besar daripada orang dewasa. Retikulositosis juga dapat menyebabkan
peningkatan MCV.4 Gambaran mirip dengan retikulosit (terdapat
granula/sisa inti yg terwarnai biru gelap, menghilang setelah 4 jam sewaktu
eritrosit terbentuk di sirkulasi).19
Gambar 2.8 Makrositik pada apusan darah tepi.20
13
Penurunan nilai MCV (Mikrositik) merupakan ukuran eritrosit
yang mengecil dengan diameter kurang dari 6 µm atau lebih kecil dari inti
limfosit kecil. Mikrositik biasanya berkaitan dengan penurunan jumlah
hemoglobin (hipokrom).4 Mikrositik dapat terlihat pada anemia defisiensi
besi, anemia pernisiosa dan talasemia, atau disebut juga anemia
mikrositik.7
Gambar 2.9 Mikrositik pada apusan darah tepi.20
Gambar 2.10 Normokrom pada apusan darah tepi.20
Penurunan MCH (hipokrom) mengindikasikan anemia hipokrom
yang biasanya berkaitan dengan mikrositik. Hipokrom dapat terlihat pada
anemia penyakit kronis, hemoglobinopati herediter akibat defisiensi
sintesis globin, defisiensi enzim eritrosit.7
Hipokrom adalah pengurangan pewarnaan eritrosit dengan bagian
tengah yang pucat hingga lebih dari sepertiga diameter eritrosit. Penurunan
MCH seiring dengan penurunan MCHC pada hipokrom berat. Kondisi
klinis yang menyebabkan hipokrom sering berkaitan dengan mikrositik.
14
Hipokrom juga bisa dilihat pada eritrosit yang lebih tipis dari biasanya
namun memiliki konsentrasi dan volume hemoglobin yang normal. 4
Gambar 2.11 Hipokrom pada apusan darah tepi.20
Peningkatan MCH (hiperkrom) mengindikasikan anemia hiperkrom
yang biasanya berkaitan dengan makrositik. Hiperkrom dapat terlihat pada
anemia hemolitik dengan heinz body, piropoikilositosis herediter, dan luka
bakar berat. Hiperkrom biasanya berhubungan dengan sferositosis yang
pada pemeriksaan apusan darah tepi menunjukkan banyak sferosit dan
mikrosferosit. 7, 21
Gambar 2.12 Hiperkrom pada apusan darah tepi.20
Penurunan MCHC terjadi pada defisiensi besi, anemia mikrositik,
anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik. Sedangkan
MCHC akan meningkat pada sferositosis. 7
15
Tabel 2.2 Tingkat morfologi eritrosit berdasarkan gambaran darah tepi.22
Grading System
Cell Name Few/1+ Mod/2+(%) Many/3+(%)
RBC
Anisocytosis N/A 11-20 >20
Macrocytes N/A 11-20 >20
Oval Macrocytes N/A 2-5 >5
Microcytes N/A 11-20 >20
Hypochromic cells N/A 11-20 >20
Tabel 2.3 Tingkat morfologi eritrosit berdasarkan nilai indeks eritrosit.22
RBC (cell type) Normal 1+/few(%) 2+/Moderate(%)
Hypochromasia
(MCH – pg)
27-34 pg
5-15
22-26
16-40
18-21
Polychromasia 3-5 6-20
Microcytes (MCV-fL) 80-99fL 70-79 60-69
Macrocytes (MCV-fL) 80-99 fL 100-11- 111-125
2.2.4 Zat Besi
Rerata jumlah total besi dalam tubuh sebesar 4-5 gram. Total besi
tersebut 65% ditemukan dalam bentuk hemoglobin, 4% dalam bentuk
mioglobin, dan 15-30% besi disimpan di dalam sistem retikuloendotelial
dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin untuk penggunaan
besi selanjutnya. 15
Ketika besi diabsorbsi oleh usus halus, besi tersebut akan segera
bergabung dalam plasma darah dengan beta globulin, yakni apotransferin.
Setelah itu membentuk transferin, yang selanjutnya akan diangkut oleh
plasma. Di dalam sitoplasma sel, besi akan bergabung dengan suatu protein,
yakni apoferitin. Kemudian membentuk feritin. Besi yang disimpan dalam
bentuk feritin disebut cadangan besi. 15
16
2.2.5 Feritin
Feritin adalah molekul intraseluler dengan 24 subunit protein
pada membran. Feritin merupakan ukuran untuk suatu cadangan besi pada
retikuloendotelial. Sebanyak 1 µg/L dapat mewakili 10 mg cadangan besi.
Feritin bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan jenis kelamin juga
menentukan variasi feritin. 23,24
Feritin berfungsi sebagai diagnosis defisiensi besi dan
pemantauan dari efektivitas pengobatan besi pada anemia. Namun karena
feritin merupakan protein respons fase akut yang konsentrasinya dapat
meningkat selama peradangan, maka dengan itu feritin tidak dapat
mencerminkan ukuran cadangan besi. Hal tersebut membuat interpretasi
feritin dapat normal atau tinggi palsu. 23
2.3 Anemia pada Kehamilan
Ibu hamil membutuhkan oksigen yang lebih tinggi, sehingga memicu
peningkatan produksi eritropoietin. Eritropoietin merangsang eritropoiesis
untuk meningkatkan volume plasma dan eritrosit. Namun, peningkatan
volume plasma lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan peningkatan
eritrosit, sehingga konsentrasi hemoglobin menjadi menurun karena proses
hemodilusi (pengenceran).5,25
Peningkatan volume plasma tersebut mengakibatkan anemia
fisiologis pada ibu hamil karena dapat menurunkan hematokrit, konsentrasi
Hb, dan hitung eritrosit. Anemia fisiologis dalam kehamilan bertujuan
menurunkan viskositas darah ibu hamil, sehingga meningkatkan perfusi
plasenta dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin.5
Tabel 2.4 Nilai hemoglobin untuk diagnosis anemia.26
Non-anaemia Anaemia
Population (g/dL) Mild Moderate Severe
Non pregnant women 12 11-11,9 8-10,9 >8
Pregnant women 11 10-10,9 7-9,9 >7
17
Peningkatan volume plasma mencapai puncak pada minggu ke-24
kehamilan. Perubahan Hb mengikuti umur kehamilan. Pada trimester
pertama, konsentrasi Hb menurun, kecuali pada perempuan yang telah
memiliki kadar Hb rendah (<11 g/dL). Penurunan Hb paling rendah terdapat
pada trimester kedua, yaitu puncaknya pada umur kehamilan sekitar 30
minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali pada
perempuan yang telah memiliki kadar Hb tinggi (14,6 g/dL) pada
pemeriksaan pertama.5
Gambar 2.13 Konsentrasi Hemoglobin rerata pada kehamilan.1
Penyebab anemia paling banyak adalah akibat defisiensi nutrisi.
Biasanya defisiensi nutrisit tersebut bersifat multipel, dengan gejala klinik
yang disertai infeksi, gizi buruk atau kelainan herediter seperti
hemoglobinopati. Penyebab yang mendasar anemia akibat defisiensi nutrisi
meliputi asupan nutrisi yang kurang, absorbsi nutrisi yang tidak adekuat, dan
kebutuhan nutrisi oleh tubuh yang berlebihan. Sekitar 75% anemia akibat
defisiensi nutrisi pada ibu hamil disebabkan oleh defisiensi besi dengan
gambaran eritrosit mikrositik pada apusan darah tepi. Penyebab anemia akibat
defisensi nutrisi terbanyak selanjutnya adalah anemia megaloblastik yang
dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12.5
18
Tabel 2.5 Penyebab anemia selama kehamilan.1
Acquired Hereditary
Iron-deficiency anemia Thalasemia
Anemia caused by acute blood loss Sickle-cell hemoglobinopathies
Megaloblastic Anemia Other hemoglobinopathies
Acquired hemolytic anemia Hereditary hemolytic anemias
Aplactic or hypoplactic anemia
Anemia of inflammation or malignancy
2.3.1 Defisiensi besi
Defisiensi besi merupakan defisiensi nutrisi yang paling banyak
ditemukan di negara maju maupun negara berkembang. Risiko defisiensi
besi meningkat pada kehamilan, yang berkaitan dengan asupan besi yang
kurang dibandingkan kebutuhan besi untuk pertumbuhan janin. 5
Anemia defisiensi besi merupakan tahapan defisiensi besi yang
paling berat, ditandai dengan penurunan cadangan besi, konsentrasi besi
serum, saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau
nilai hematokrit yang menurun. Defisiensi besi selama kehamilan terjadi
karena pengalihan besi dari ibu hamil ke janin untuk eritropoiesis,
kehilangan darah saat persalinan, dan proses menyusui. Total pengalihan
besi ke janin tersebut dapat mencapai 900 mg atau setara dengan 2 liter
darah. Jika ibu mengawali kehamilan dengan cadangan besi yang rendah,
maka kebutuhan tambahan itu dapat mengakibatkan defisiensi besi. 5
Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan
suplementasi besi. WHO menganjurkan untuk memberikan suplementasi
besi sebanyak 60 mg selama 6 bulan pada kehamilan agar kebutuhan
fisiologis terpenuhi. Suplementasi besi yang diberikan setiap hari besi
sampai minggu ke-28 kehamilan tanpa anemia dapat menurunkan
prevalensi anemia dan bayi berat lahir rendah. Namun, jika suplemtasi besi
diberikan pada ibu hamil dengan konsentrasi Hb sudah tinggi selama
19
kehamilan, dapat meningkatkan risiko komplikasi seperti kelahiran
prematur, hipertensi maternal, dan mortalitas perinatal. 5
Status besi dapat dinilai melalui beberapa uji laboratorium, yaitu tes
hematologi berdasarkan karakteristik eritrosit meliputi konsentrasi Hb,
hematokrit, indeks eritrosit, dan RDW (Red Cell Distributin Width) lebih
banyak tersedia dan lebih murah daripada tes biokimia. Adapun tes biokimia
yang terdiri dari konsentrasi protoporfirin eritrosit, konsentrasi feritin
serum, dan transferrin.8
Tabel 2.6 Diagnosis anemia defisiensi besi.40
Iron deficiency
anemia
Anemia of
chronic disease
Anemia of
mixed origin
Serum iron ↓ ↓ ↓
Transferin ↑ ↓/N ↓
Transferi saturaion ↓ ↓ ↓
Ferritin ↓ (<30ng/ml) ↑(>100ng/ml) N
C-reactive protein N ↑ ↑
Erythropoietin ↑ ↑ ↑/N
20
2.4 Kerangka Teori
Gambar 2.14 Kerangka Teori
Ibu Hamil
Perubahan
Hematologis Ibu
Kebutuhan zat besi
meningkat
indeks eritrosit
Normositik
Indeks MCH
Indeks MCV
80-100 fL (Normal)
>100 fL (Meningkat)
<80 fL (Menurun)
Makrositik
Mikrositik
Indeks MCHC
27-34 fL (Normal)
>34 fL (Meningkat)
<27 fL (Menurun)
32-36 fL (Normal)
>36 fL (Meningkat)
<32 fL (Menurun)
Normokromik
Hiperkromik
Hipokromik
Gambaran eritrosit
Status feritin
Mikrositik hipokrom
Cadangan besi
Feritin rendah
Pengalihan zat
besi ke janin
Plasma > Eritrosit
Anemia
Hemoglobin ↓
Anemia
Defisiensi Besi
21
2.5 Kerangka Konsep
Keterangan:
Variabel terikat
Variabel bebas
Gambar 2.15 Kerangka Konsep
Ibu hamil pada
trimester pertama Indeks eritrosit
Gambaran eritrosit
Status feritin Defisiensi besi
Status hemoglobin
22
2.6 Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat
Ukur
Hasil Pengukuran Skala
Pengukuran
Umur Masa Kehiduapan
dari waktu
kelahiran hingga
saat diperiksa
Rekam
Medik
Umur terlalu muda
(15-19 tahun)
Umur ideal (20-34
tahun)
Umur terlalu tua
(>35 tahun)
Kategorik
Mean
Corpuscular
Volume
Volume eritrosit
rata – rata untuk
melihat ukuran
eritrosit
Rekam
Medik
Femtoliter (fL) Numerik
Mean
Corpuscular
Haemoglobin
Hemoglobin rata -
rata pada eritrosit
untuk melihat
warna eritrosit
Rekam
Medik
Pikogram (pg) Numerik
Mean
Corpuscular
Haemoglobin
Concentration
Konsentrasi
hemoglobin rata –
rata pada eritrosit.
Rekam
Medik
Gram/desiliter
(g/dL)
Numerik
Kadar Feritin Cadangan besi
didalam sel
Rekam
Medik
Normal(≥30ng/ml)
Rendah(<30ng/ml)38
Numerik
Gambaran
eritrosit
berdasarkan
indeks eritrosit
Pemeriksaan
laboratorium
ukuran dan warna
eritrosit
berdasarkan
indeks eritrosit
Rekam
Medik
Ukuran :
Normositik (80-
100 fL), Mikrositik
(ukuran kecil < 80
fL), atau
Makrositik (ukuran
besar >100 fL).18
Warna :
Normokrom
(MCH 27-34 pg),
Hipokrom (MCH
<27 pg),
Hiperkrom (MCH
>34 pg). 18
Kategorik
23
Gambaran
eritrosit
berdasarkan
gambaran
darah tepi
Pemeriksaan
mikroskop ukuran
dan warna
eritrosit
berdasarkan
gambaran darah
tepi
Rekam
Medik
Ukuran :
Normositik (6-8
µm atau sama
dengan inti
limfosit kecil),
Mikrositik ( > 6µm
atau lebih kecil
dari inti limfosit
kecil), atau
Makrositik (> 8µm
atau lebih besar
dari inti limfosit
kecil). 18
Warna :
Normokrom
(bagian sentral
pucat 1/3),
Hipokrom (bagian
sentral pucat >
1/3), Hiperkrom
(bagian sentral
pucat < 1/3). 18
Kategorik
Hemoglobin Protein yang
mengandung zat
besi pada eritrosit
Rekam
Medik
Normal (≥11 g/dl)
Rendah (<11 g/dl) 26
Numerik
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif
observasional dengan metode potong lintang.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2017 hingga Agustus 2017.
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok.
3.3 Populasi dan Subjek Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Semua ibu hamil trimester pertama yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok pada
periode April 2016 - Juli 2017.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Semua ibu hamil trimester pertama yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok pada
periode April 2016 - Juli 2017 yang diperiksa indeks eritrositnya.
3.3.3 Kriteria Subjek Penelitian
3.3.3.1 Kriteria Inklusi
1. Umur kehamilan trimester pertama.
2. Melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin
3. Melakukan pemeriksaan indeks eritrosit.
4. Melakukan pemeriksaan gambaran darah tepi.
5. Melakukan pemeriksaan kadar feritin.
3.3.3.2 Kriteria Eksklusi
1. Riwayat terapi transfusi darah.
2. Mengalami infeksi.
25
3.3.4 Perkiraan Besar Subjek
Penelitian ini menggunakan rumus besar subjek untuk penelitian
deskriptif numerik sebagai berikut :27
ո = (𝑍𝛼×𝑠
𝑑)2
Keterangan :
ո : Besar subjek
Zα : Tingkat Kepercayaan (1,96) (ditetapkan peneliti).28
s : Standar Deviasi dari penelitian terdahulu (MCH 2,40 ,MCV 0,96
dan MCHC 1,21) (dari kepustakaan)10
d : Presisi (1) (ditetapkan peneliti).27
Untuk perhitungan MCH yaitu n = (1,96×2,40
1)2= 22,2 atau 23 subjek
Untuk perhitungan MCV yaitu n = (1,96×0,96
1)2= 3,6 atau 4 subjek
Untuk perhitungan MCHC yaitu n = (1,96×1,21
1)2= 5,6 atau 6 subjek
Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh total subjek yang
diperlukan pada penelitian ini minimal sebesar 23 orang (MCH 23 orang,
MCV 4 orang, dan MCHC 6 orang).
3.3.5 Teknik Pengambilan Subjek
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini
adalah total sampling. Subjek penelitian berasal dari data rekam medik
Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok pada pemeriksaan
hematologi ibu hamil trimester pertama. Subjek penelitian kemudian dipilih
sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
26
3.4 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah data
rekam medik pada ibu hamil trimester pertama yang dilakukan pemeriksaan
hematologi di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1 Persiapan Penelitian
Pembuatan dan penyerahan surat izin kepada pihak Rumah Sakit
Umum Hasanah Graha Afiah Depok untuk pengambilan data rekam medik
pasien ibu hamil.
3.5.2 Alur Kerja Penelitian
Kriteria inklusi dan eksklusi
Gambar 3.1 Alur Kerja Penelitian.
Persiapan penelitian
Pengambilan data rekam medik
hematologi ibu hamil berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi
Analisis dan pengolahan data
Hasil dan pembahasan
penelitian
• Perizinan ke Rumah Sakit Umum
Hasanah Graha Afiah Depok
• Uji etik oleh komite etik penelitian FKIK
27
3.5.3 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan program microsoft excel
dan International Business Machine Statistical Product and Service (IBM SPSS
Statistics) versi 22. Data dengan variabel numerik dilakukan uji normalitas
dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui distribusi data. Jika
distribusi data normal (p>0,05), maka data akan disajikan dalam bentuk rerata
(mean) dan simpang baku (standar deviasi). Bila distribusi data tidak normal
(p<0,05), maka data akan disajikan dalam bentuk nilai tengah (median) dan
rentang (maximum and minimum). Data dengan variabel kategorik akan
disajikan dalam bentuk frekuensi dan presentase.
3.6 Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapatkan perizinan dari pihak Rumah Sakit
Umum Hasanah Graha Afiah Depok dengan nomor surat 520/SEKR/DIR/
RSHGA/VI/2017 dan keterangan lulus uji etik dari komite etik Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta dengan nomor surat
Un.01/F10/KP.O1.1/KE.SP/09.12.009/2017. Data yang diperoleh dan
digunakan akan dijaga kerahasiannya.
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari penelitian ini didapatkan dari rekam medik ibu hamil trimester
pertama dengan pemeriksaan hematologi yang tersedia sebanyak 80 orang.
Terdapat tujuh subjek penelitian yang dikeluarkan karena tidak terdapat nilai kadar
feritin, sehingga diperoleh subjek penelitian sebanyak 73 orang.
4.1 Karakteristik Umur
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 73 subjek penelitian ibu hamil
trimester pertama berumur 22 tahun hingga 41 tahun dengan rerata umur subjek
penelitian adalah 30,3 ± 4,4 tahun. Persentase karakteristik umur dari 73 subjek
penelitian disajikan pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik umur
Jumlah (n=73) Persentase (%)
Umur
Terlalu Muda (< 20 tahun) 0 0
Ideal (20 – 35 tahun) 64 87,7
Terlalu Tua (>35 tahun) 9 12,3
Total 73 100 %
Berdasarkan tabel 4.1, Terdapat 64 subjek penelitian (87,7%) berumur
20 - 35 tahun, sedangkan sembilan subjek penelitian (12,3%) berumur > 35
tahun. Pada penelitian ini tidak didapatkan subjek penelitian < 20 tahun.
Menurut Kementerian Kesehatan (kemenkes), umur ideal untuk
kehamilan dan persalinan yaitu umur 20 – 35 tahun. Sedangkan pada umur
yang berisiko tinggi untuk kehamilan dan persalinan yaitu umur < 20 tahun dan
> 35 tahun.29 Pada penelitian ini terdapat subjek penelitian umur > 35 tahun
yang berisiko tinggi untuk kehamilan dan persalinan.
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN), Ibu hamil dengan umur terlalu muda memiliki risiko tinggi
kesakitan dan kematian ibu saat kehamilan maupun persalinan, serta kematian
29
janin karena secara fisik, kondisi rahim dan panggul belum optimal. Secara
mental, ibu hamil dengan umur terlalu muda masih belum siap untuk
menghadapi perubahan yang terjadi saat kehamilan dan saat menjalankan peran
sebagai seorang ibu yang harus mengasuh anaknya serta mengurus rumah
tangga. Selain berisiko pada kehamilan dan persalinan, melahirkan pada umur
terlalu muda juga dapat mengurangi kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan atau mendapat pekerjaan.30
Adapun risiko ibu hamil dengan umur terlalu tua diantaranya kematian
janin, kelainan genetik pada janin, kelahiran multipel, komplikasi medis pada
ibu seperti hipertensi dan diabetes, serta komplikasi pada persalinan dan
kelahiran berupa plasenta previa, plasenta abruptio, kelahiran caesar, kelahiran
prematur, dan berat bayi lahir rendah (BBLR).31
Maka dari itu kehamilan dengan umur yang berisiko tinggi tersebut
diperlukan asuhan antenatal dengan rujukan untuk konsultasi atau kerjasama
dalam hal penanganannya agar risiko komplikasi pada kehamilan dan
persalinan dapat dihindari.23
4.2 Karakteristik Hemoglobin
Pada penelitian ini, sebanyak 73 subjek penelitian didapatkan nilai
rerata hemoglobin sebesar 12,7 ± 1,1 g/dL.
Berdasarkan penelitian Mustafa dkk di turki tahun 2012 – 2014
terhadap 5228 ibu hamil trimester pertama didapatkan rerata hemoglobin
sebesar 11,8 ± 1,1 g/dL41. Pada penelitian Mustafa dkk dan penelitian ini
terdapat rerata kadar hemoglobin dalam batas normal pada ibu hamil trimester
pertama. Persentase karakteristik hemoglobin dari 73 subjek penelitian
disajikan pada tabel 4.2 dibawah ini.
Tabel 4.2 Hemoglobin
Karakteristik Hemoglobin Jumlah (n=73) Persentase (%)
Rendah (< 11 g/dL) 4 5,5
Normal (≥ 11 g/dL) 69 94,5
Total 73 100 %
30
Berdasarkan tabel 4.2, Terdapat 69 subjek penelitian (94,5%) memiliki
kadar hemoglobin normal, sedangkan empat subjek penelitian (5,5%) kadar
hemoglobin rendah (anemia).
Tamar dkk meneliti komplikasi dari anemia pada 33888 ibu hamil
trimester pertama di Israel tahun 2000 – 2010 didapatkan 32170 subjek
penelitian memiliki kadar hemoglobin normal (94,9%), sedangkan 1718 subjek
penelitian memiliki kadar hemoglobin rendah (5,1%).42 Pada penelitian Tamar
dkk dan penelitian ini terdapat persamaan proporsi kadar hemoglobin pada ibu
hamil trimester pertama.
Konsentrasi hemoglobin trimester pertama yang rendah dapat
meningkatkan risiko berat bayi lahir rendah, persalinan kurang bulan, dan bayi
dengan hambatan lahir rendah.1
4.3. Karakteristik Indeks Eritrosit
Pada penelitian ini, sebanyak 73 subjek penelitian didapatkan nilai
median indeks MCH sebesar 28,4 pg dengan nilai minimum 18,9 pg dan nilai
maksimum 83,9 pg. Sedangkan indeks MCV didapatkan median adalah 81,2
fL dengan nilai minimum 36,0 fL dan nilai maksimum 91,9 fL. Untuk indeks
MCHC didapatkan rerata sebesar 34,1 ± 1,1 g/dL.
Berdasarkan penelitian Akinsegun dkk yaitu mengevaluasi nilai
parameter hematologi pada 274 ibu hamil tiap trimester di Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Lagos Nigeria tahun 2012 didapatkan pada ibu hamil
trimester pertama rerata indeks MCH adalah 28,2 ± 2,4 pg, indeks MCV
sebesar 79,7 ± 0,9 fL, indeks MCHC sebesar 36,2 ± 1,2 g/dL.10 Pada penelitian
Akinsegun dkk terdapat rerata indeks MCH, MCV, dan MCHC dalam batas
normal. Hal tersebut serupa dengan penelitian ini pada ibu hamil trimester
pertama.
Persentase indeks eritrosit berdasarkan indeks MCH, MCV, dan MCHC
dari 73 subjek penelitian disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini.
31
Tabel 4.3 Indeks Eritrosit
Indeks Eritrosit Jumlah (n=73) Persentase (%)
Indeks MCH
Normokrom (27-34 pg) 51 68,5
Hipokrom (<27 pg) 21 28,8
Hiperkrom (>34 pg) 2 2,7
Indeks MCV
Normositik (80-100 fL) 50 68,5
Mikrositik (<80 fL) 23 31,5
Makrositik (>100 fL) 0 0
Indeks MCHC
Normal (32-36 g/dL) 70 95,9
Rendah (<32 g/dL) 3 4,1
Tinggi (>36 g/dL) 0 0
Total 73 100 %
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan subjek penelitian yang memiliki
indeks MCH normokrom (27-34 pg) lebih banyak dibandingkan dengan subjek
penelitian yang memiliki indeks MCH hipokrom (<27 pg) dan indeks MCH
hiperkrom (>34 pg). Pada penelitian ini terdapat indeks MCH normokrom
sebanyak 51 subjek penelitian (68,5%) dan indeks MCH hipokrom sebanyak
21 subjek penelitian (28,8%) dan indeks MCH hiperkrom sebanyak dua subjek
penelitian (2,7%).
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan subjek penelitian yang memiliki
indeks MCV normositik (80-100 fL) lebih banyak dibandingkan dengan subjek
penelitian yang memiliki indeks MCV mikrositik (<80 fL) dan indeks MCV
makrositik (>100 fL). Pada penelitian ini terdapat indeks MCV normositik
sebanyak 50 subjek penelitian (68,5%), dan indeks MCV mikrositik sebanyak
23 subjek penelitian (31,5%). Pada penelitian ini tidak terdapat indeks MCV
makrositik.
32
Berdasarkan tabel 4.3, didapatkan subjek penelitian yang memiliki
indeks MCHC normal (32-36 g/dL) lebih banyak dibandingkan dengan subjek
penelitian yang memiliki indeks MCHC rendah (<32 g/dL) dan indeks MCHC
tinggi (>36 g/dL). Pada penelitian ini terdapat indeks MCHC normal sebanyak
70 subjek penelitian (95,9%), dan indeks MCHC rendah sebanyak tiga subjek
penelitian (4,1%). Pada penelitian ini tidak terdapat indeks MCHC tinggi.
Tabel 4.4 Indeks Eritrosit pada Anemia
Indeks Eritrosit Jumlah (n=4) Persentase (%)
Indeks MCH
Normokrom (27-34 pg) 2 50
Hipokrom (<27 pg) 2 50
Hiperkrom (>34 pg) 0 0
Indeks MCV
Normositik (80-100 fL) 2 50
Mikrositik (<80 fL) 2 50
Makrositik (>100 fL) 0 0
Indeks MCHC
Normal (32-36 g/dL) 3 75
Rendah (<32 g/dL) 1 25
Tinggi (>36 g/dL) 0 0
Total 4 100 %
Berdasarkan tabel 4.4, pada subjek penelitian yang mengalami anemia
didapatkan nomositik (50%) dan mikrositik (50%) pada indeks MCV,
normkrom (50%) dan hipokrom (50%) pada indeks MCH, dan indeks MCHC
rendah (25%) indeks MCHC normal (75%).
Olujimi dkk melakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi anemia
dan morfologi eritrosit pada 400 ibu hamil di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Uyo Nigeria tahun 2012. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan gambaran eritrosit 56 normokrom (71,8%) dan 22 normokrom
(28,2%) pada anemia, 111 normositik (62%) dan 68 normositik (38%) pada
anemia, 127 hipokrom (39,4%) dan 195 hipokrom (60,6%) pada anemia, 54
33
mikrositik (33,5%) dan 107 mikrositik (66,5%) pada anemia, 29 makrositik
(32,6%) dan 60 makrositik (67,4%) pada anemia. 32
Terdapat perbedaan antara penelitian Olujimi dkk dengan penelitian ini.
Pada penelitian Olujimi dkk lebih banyak gambaran eritrosit mikrositik dan
hipokrom dibandingkan dengan penelitian ini yang lebih banyak gambaran
eritrosit normositik dan normokrom. Perbedaan tersebut kemungkinan karena
faktor sosiodemografi dan fakor asupan gizi. Sedangkan pada subjek yang
mengalami anemia terdapat persamaan yaitu tidak terdapat anemia hiperkrom.
Peningkatan nilai MCV (makrositik) dapat terlihat pada penyakit hati,
pecandu alkohol, terapi antimetabolik, defisiensi folat, defisiensi vitamin B12,
terapi valproat, dan biasa disebut dengan anemia makrositik. Pada umumnya
MCV meningkat pada pengobatan Zidovudin (AZT) dan sering digunakan
sebagi pengukur kepatuhan secara tidak langsung. Penurunan nilai MCV
(mikrositik) dapat terlihat pada anemia defisiensi besi, anemia pernisiosa dan
talasemia. Penurunan MCH (hipokrom) dapat terlihat pada anemia penyakit
kronis, hemoglobinopati herediter akibat defisiensi sintesis globin, defisiensi
enzim eritrosit. Peningkatan MCH (hiperkrom) dapat terlihat pada anemia
hemolitik dengan heinz body, piropoikilositosis herediter, dan luka bakar berat.
Hiperkrom biasanya berhubungan dengan sferositosis yang pada pemeriksaan
apusan darah tepi menunjukkan banyak sferosit dan mikrosferosit. Penurunan
MCHC terjadi pada defisiensi besi, anemia mikrositik, anemia karena
piridoksin, talasemia dan anemia hipokromik. Sedangkan MCHC akan
meningkat pada sferositosis.7
4.4 Karakteristik Gambaran Eritrosit
Pada penelitian ini, didapatkan sebanyak 73 subjek penelitian dengan
gambaran eritrosit berdasarkan gambaran darah tepi. Persentase subjek
penelitian tersebut disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini.
34
Tabel 4.5 Gambaran Eritrosit Berdasarkan Gambaran Darah Tepi
Gambaran Eritrosit Jumlah (n=73) Persentase (%)
Mikrositik Hipokrom 10 13,7
Mikrositik Normokrom 3 4,1
Normositik Normokrom 60 82,2
Total 73 100 %
Berdasarkan tabel 4.5, didapatkan subjek penelitian dengan gambaran
eritrosit berdasarkan gambaran darah tepi yang normositik normokrom lebih
banyak dibandingkan pada subjek penelitian dengan gambaran eritrosit
berdasarkan gambaran darah tepi yang mikrositik normokrom dan mikrositik
hipokrom. Pada penelitian ini terdapat gambaran eritrosit berdasarkan
gambaran darah tepi yang normositik normokrom sebanyak 60 subjek
penelitian (82,2%), mikrositik hipokrom sebanyak 10 subjek penelitian
(13,7%), mikrositik normokrom sebanyak tiga subjek penelitian (4,1%).
Terdapat perbedaan proporsi gambaran eritrosit normositik normokrom
berdasarkan gambaran darah tepi (82,2%) dibandingkan dengan indeks eritrosit
(68,5%). Perbedaan tersebut disebabkan oleh tehnik pemeriksaan, yaitu indeks
eritrosit menggunakan alat penghitung sel otomatis dan gambaran darah tepi
menggunakan mikroskop pada sediaan kaca objek apusan darah yang dinilai
oleh dokter spesialis patologi klinik dan petugas laboratorium.
Tabel 4.6 Gambaran Eritrosit pada Anemia
Gambaran Eritrosit Jumlah (n=4) Persentase (%)
Mikrositik Hipokrom 2 50
Mikrositik Normokrom 0 0
Normositik Normokrom 2 50
Total 4 100 %
Berdasarkan tabel 4.6, pada subjek penelitian yang mengalami anemia
didapatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom (50%) dan normositik
hipokrom (50%) berdasarkan gambaran darah tepi.
35
Menurut Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007
(RISKESDAS) untuk mengetahui jenis anemia pada ibu hamil berdasarkan
morfologi eritrosit didapatkan lebih banyak gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom (59%) dibandingkan dengan gambaran eritrosit makrositik (10,3%)
dan gambaran eritrosit lainnya (30,8%). Anemia mikrositik hipokrom bisa
terlihat pada defisiensi zat besi, penyakit kronis tingkat lanjut atau keracunan
timbal. Anemia normostik normokrom bisa terlihat pada penyakit kronis fase
awal atau perdarahan akut. Anemia makrositik bisa terlihat pada defisiensi
vitamin B12. Jika dikaitkan dengan penelitian ini, kemungkinan jika nantinya
terjadi anemia pada ibu hamil dengan gambaran eritrosit tersebut, maka
penyebab tersebut kemungkinan paling banyak karena penyakit kronis fase
awal atau lanjut dan defisiensi besi.34 Terdapat persamaan proporsi gambaran
eritrosit pada RISKESDAS dengan penelitian ini pada subjek yang mengalami
anemia dengan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom.
4.5 Karakteristik Kadar Feritin
Pada penelitian ini didapatkan rerata kadar feritin sebesar 43,6 ± 43,3
ng/ml. Berdasarkan penelitian Nuzhat dkk di Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Hazara Pakistan tahun 2006 didapatkan rerata kadar feritin pada 90
ibu hamil trimester pertama adalah 19,9 ± 8,6 ng/ml.33 Hasil penelitian Nuzhat
dkk rerata kadar feritin berbeda dengan penelitian ini. Pada penelitian Nuzhat
dkk menunjukkan rerata kadar feritin rendah, sedangkan pada penelitian ini
menunjukkan rerata kadar feritin normal. Perbedaan tersebut kemungkinan
karena faktor sosiodemografi dan faktor asupan gizi. Persentase subjek
penelitian tersebut disajikan pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.7 Kadar Feritin
Kadar Feritin Jumlah (n=73) Persentase (%)
Normal (≥30 ng/ml) 51 69,9
Rendah (<30 ng/ml) 22 30,1
Total 73 100 %
Berdasarkan tabel 4.7, didapatkan subjek penelitian yang kadar feritin normal
36
(≥30 ng/ml) lebih banyak dibandingkan dengan subjek penelitian yang
memiliki kadar feritin rendah (<30 ng/ml). Pada penelitian ini terdapat yang
kadar feritin normal sebanyak 51 subjek penelitian (69,9%), dan kadar feritin
rendah sebanyak 22 subjek penelitian (30,1%).
Tabel 4.8 Kadar Feritin pada Anemia
Kadar Feritin Jumlah (n=4) Persentase (%)
Normal (≥30 ng/ml) 2 50
Rendah (<30 ng/ml) 2 50
Total 4 100 %
Berdasarkan tabel 4.8, pada subjek penelitian yang mengalami anemia
didapatkan kadar feritin normal (50%) dan kadar feritin rendah (50%).
Sabriani dkk meneliti kadar feritin pada 72 ibu hamil di Kabupaten
Mongondow Utara tahun 2015, didapatkan 46 subjek penelitian dengan kadar
feritin normal (63,9%) dan 26 subjek penelitian dengan kadar feritin rendah
(36,1%).35 Hasil penelitian Sabriani dkk terdapat proporsi kadar feritin rendah
lebih banyak dibandingkan dengan penelitian ini karena perbedaan
karakteristik subjek berupa asupan nutrisi ibu hamil.5
4.6 Gambaran Eritrosit Mikrositik Hipokrom dengan Kadar Feritin
Pada penelitian ini didapatkan rerata gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom dan kadar feritin sebesar 19,1 ± 12,3 ng/ml. Persentase gambaran
eritrosit mikrositik hipokrom dengan kadar feritin dari 10 subjek penelitian
disajikan pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.9 Gambaran Eritrosit Mikrositik Hipokrom dengan Kadar Feritin
Mikrositik Hipokrom Jumlah (n=10) Persentase (%)
Kadar Feritin
Normal (≥30 ng/ml) 3 30
Rendah (<30 ng/ml) 7 70
Total 10 100 %
37
Dari tabel 4.9, didapatkan subjek penelitian dengan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom yang kadar feritin normal rendah (<30 ng/ml) lebih
banyak dibandingkan dengan subjek penelitian yang memiliki kadar feritin
normal (>30 ng/ml). Pada penelitian ini terdapat yang kadar feritin rendah
sebanyak tujuh subjek penelitian (70%) dengan rerata sebesar 12,3 ± 5,5 ng/ml,
dan kadar feritin normal sebanyak tiga subjek penelitian (30%) dengan rerata
sebesar 34,9 ± 7,5 ng/ml.
Tabel 4.10 Gambaran Eritrosit Mikrositik Hipokrom dengan Kadar Feritin
pada Anemia
Mikrositik Hipokrom Jumlah (n=2) Persentase (%)
Kadar Feritin
Normal (≥30 ng/ml) 0 0
Rendah (<30 ng/ml) 2 100
Total 2 100 %
Berdasarkan tabel 4.10, pada subjek penelitian yang mengalami anemia
didapatkan kadar feritin rendah pada seluruh gambaran eritrosit mikrositik
hipokrom.
Abdul dkk meneliti prevalensi anemia defisiensi besi terhadap 410 kasus
mikrositik hipokrom di Pakistan tahun 2012 – 2015, didapatkan rerata feritin
sebesar 7,60 ± 3,89 ng/ml.36 Hasil penelitian Abdul dkk terdapat rerata kadar
feritin yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian ini, yaitu sebesar 12,3
± 5,5 ng/ml pada ibu hamil trimester pertama dengan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom. Hal tersebut menunjukkan keadaan defisiensi besi.
Pada pemeriksaan gambaran darah tepi dengan hasil mikrositik
hipokrom, maka diagnosis anemia defisiensi besi dapat ditegakkan. Namun
mikrositik hipokrom juga dapat digunakan untuk mendiagnosis anemia penyakit
kronis, anemia sideroblastik, hemoglobinopati.37 Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu pemeriksaan kadar feritin. Kadar feritin
yang rendah menunjukkan defisiensi besi. Pada penelitian ini didapatkan tujuh
subjek penelitian yang mengalami defisiensi besi berdasarkan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom dengan kadar feritin rendah.
38
Berdasarkan medical experts university of Utah School of Medicine and
Arup laboratories, untuk mendiagnosis anemia, pada pemeriksaan gambaran
eritrosit mikrositik hipokrom dapat ditegakkan diiagnosis anemia defisiensi besi
jika kadar feritin turun dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) tinggi. Namun
jika kadar feritin normal atau tinggi dan TIBC normal atau rendah maka
diagnosis mengarah pada thalasemia, penyakit kronik dan peradangan.38
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), diantara ibu
hamil yang mengalami anemia defisiensi besi selama dua trimester pertama
kehamilan dapat meningkatkan dua kali risiko persalinan prematur dan
peningkatan tiga kali risiko berat bayi lahir rendah. Maka dari itu penting untuk
melakukan pencegahan utama defisiensi besi selama kehamilan, meliputi asupan
zat besi dan suplementasi zat besi yang cukup (dosis kecil 30mg/hari).8
Beradasarkan hasil penelitian ini pada gambaran eritrosit mikrositik hipokrom
dengan kadar feritin rendah maupun anemia diwajibkan untuk diberikan
suplementasi zat besi dan memerhatikan jenis makanan dengan asupan zat besi
yang cukup. Pada seluruh ibu hamil trimester pertama juga dianjurkan untuk
pemberian suplementasi besi sebagai tindakan pencegahan dari keadaan
defisiensi besi.
4.7 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini belum mencakup seluruh trimester pada ibu hamil karena
hanya melihat pada trimester pertama saja.
2. Tidak dilakukan analisis data rekam medik pemeriksaan hematologis pada
trimester kedua dan ketiga kehamilan karena tidak mencukupi jumlah
minimal sampel yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan rumus dari rekam
medik tersebut.
39
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Telah dilakukan penelitian pada 73 subjek penelitian ibu hamil trimester
pertama di Rumah Sakit Umum Hasanah Graha Afiah Depok pada periode
April 2016 – Juli 2016, didapatkan indeks eritrosit berupa indeks MCH, MCV,
dan MCHC dalam batas normal.
2. Umur ideal lebih banyak dibandingkan dengan umur terlalu tua.
3. Kadar hemoglobin normal lebih banyak dibandingkan dengan kadar
hemoglobin rendah (anemia).
4. Kadar feritin normal lebih banyak dibandingkan dengan kadar feritin rendah.
Sedangkan pada anemia didapatkan kadar feritin normal dan kadar feritin
rendah dengan jumlah yang sama.
5. Gambaran eritrosit berdasarkan indeks eritrosit dan gambaran darah tepi
didapatkan normositik normokrom lebih banyak dibandingkan dengan
mikrositik hipokrom, dan mikrositik normokrom. Sedangkan pada subjek
anemia didapatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom dan normositik
normokrom.
6. Gambaran eritrosit mikrositik hipokrom dengan kadar feritin rendah lebih
banyak dibandingkan dengan gambaran eritrosit mikrositik hipokrom dengan
kadar feritin normal. Sedangkan pada subjek anemia didapatkan kadar feritin
rendah pada gambaran eritrosit mikrositik hipokrom.
5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian, dapat disarankan bahwa:
1. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada trimester kedua dan ketiga untuk
pemeriksaan indeks eritrosit, kadar feritin, dan gambaran eritrosit.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk melakukan penelitian analitik yang
menganalisis hubungan dari faktor risiko dan komplikasi dari kelainan indeks
eritrosit, kadar feritin, dan gambaran eritrosit pada kehamilan.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham G, Leveno K. Obstetri williams. Ed 23. Vol 1. Jakarta: EGC;
2012. 50-3 p.
2. Hoffbrand A, Pettit H. Kapita selekta hematologi, Ed 4. Jakarta: EGC; 2005.
18-20 p.
3. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan; 2013. 256 p.
4. Palmer L, Briggs C, McFadden S, Zini G, Burthem J, Rozenberg G.
International hematology recommendations for the standardization of
nomenclature and grading of peripheral blood cell morphological features. Int
J of Lab Hematology. 2015;1:3-5.
5. Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan, Ed 4. Jakarta: PT Bina Pustaka; 2014. 774 p.
6. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin pusat data dan informasi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2014. 1 p.
7. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman interpretasi data klinik. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2011. 13-4 p.
8. Centers for Disease Control and Prevention [Internet].Recommendations to
prevent and control iron deficiency. Atlanta: Morbidity and Mortality Weekly
Report; 1998. [dikutip 13 Oktober 2017]. Tersedia Pada: https-
://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/ 00051880.html
9. World Health Organization [Internet]. Iron deficiency anaemia 2001. [dikutip
13 Oktober 2017]. Tersedia pada: http://www.who.int/nutrition/pu-
blications/en/ida_assessment_prevention_control.pdf.
10. Akinbami A, Ajibola, Rabiu, Adewunmi AA, Dosunmu, Adediran.
Hematological profile of normal pregnant women in Lagos. Int J of Women’s
Health; 2013;1:3-4.
11. Tiwari M, Kotwal J, Kotwal A, Mishra P, Dutta V, Chopra S. Correlation of
haemoglobin and red cell indices with serum ferritin in Indian women in
second and third trimester of pregnancy. Med J Armed Forces India. 2013
;1:31-36.
12. Dorland. Kamus saku kedokteran dorland, Ed 29. Singapura: Elsevier; 2013.
282 p.
41
13. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem, Ed 6. Jakarta: EGC; 2011.
416-420 p.
14. Bagian Obstetri & Ginekologi FK UNPAD. Obstetri fisiologi. Bandung:
Elemen; 1983. 13-5 p.
15. Guyton A, Hall J. Buku ajar fisiologi kedokteran, Ed 12. Singapura: Elsevier;
2016. 408-15 p.
16. Llewellyn J. Dasar - dasar obstetri dan ginekologi, Ed 6. Jakarta: Hipokrates;
2001. 15-7 p.
17. Susan M. Ganong’s review of medical physiology 23th edition. United States
of America: The McGraw-Hill Companies; 2010. 35 c.
18. Silverthorn DU, Johnson BR. Human physiology: an integrated approach 5th
edition. San Francisco: Pearson/Benjamin Cummings; 2010. 546 p
19. Agung A. Pedoman teknik dasar untuk laboratorium kesehatan, Ed 2. Jakarta:
EGC; 2011. 11-2 p.
20. Rodak BF, Carr JH. Clinical hematology atlas 4th edition. Missouri: Elsevier;
2013. 94-6 p.
21. Shaman JA. Diagnostic cells in the peripheral blood smear. 2014 [dikutip 11
Oktober 2017]; Tersedia pada: https://pdfs.semanticscholar.org-
/3fae/6cb2f9c516a756cb8f22462719f3ac4a7e21.pdf
22. Constantino BT. Reporting and grading of abnormal red blood cell
morphology. Canada: Int J of Lab Hematology. 2015;1:1-3.
23. Waterbury L. Buku saku hematologi, Ed 3. Jakarta: EGC; 2001. 5 p.
24. World Health Organization. Serum ferritin concentrations for assesment of
iron status and iron deficiency in populations. VitMin Nutrition Info
Sys.2011;2:3-4.
25. Errol R. At glance obstetri dan ginekologi, Ed 2. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2008. 20 p.
26. World Health Organization. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of
anaemia and assessment of severity. VitMin Nutrition Info Sys. 2011;1:3-4.
27. Dahlan S. Langkah - langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran
dan kesehatan, Ed 2. Jakarta: Sagung Seto; 2014. 83 p.
42
28. Sofyan SS. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa
Aksara; 1995. 40-8 p.
29. Kementerian Kesehatan RI. Buletin Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2013. 21-2 p.
30. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional [Internet]. Laporan
kinerja instansi pemerintah 2015 [dikutip 13 Oktober 2017]. Tersedia pada:
https://www.bkkbn.go.id/pocontent/uploads/LAKIP_BKKBN_2016.pdf.
31. Best start meilleur depart [Internet]. Pregnancy after age 35 [dikutip 13
Oktober 2017]. Tersedia pada: https://www.beststart.org/resources/rep_healt
/pdf/bs_pregnancy_age35.pdf.
32. Olatunbosun OA, Abasiattai AM, Bassey EA, James RS, Ibanga G, Morgan
A prevalence of anaemia among pregnant women at booking in the University
of Uyo Teaching Hospital. BioMed Research Int. 2014;1:3-5.
33. Raza N, Sarwar I, Munazza B, Ayub M, Suleman M. Assessment of iron
deficiency in pregnant women by determining iron status. J Ayub Med Coll
Abbottabad. 2011;23:2-4.
34. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Departemen
Kesehatan. 2007. 153-4 p.
35. Pontoh S, Mayulu N. Hubungan kadar feritin dan asupan protein pada ibu -
hamil trimester 1-3 di kabupaten mangodow. Jurnal Biomed. 2015;3:4-5.
36. Kandhro A, Prachacyasittikul V. Prevalence of thalasemia traits and iron de-
ficiency anemia. Taylor and Francis Group. 2017;1:3-4.
37. Sharma J, Shankar M. Anemia in pregnancy. J India Med. 2010;23:1-3.
38. ARUP Consult [Internet]. Anemia testing algorithm. [dikutip 13 Oktober
2017]. Tersedia pada: https://arupconsult.com/sites/default/files/Anemia_-
Tes-ting_algorithm.pdf.
40. Gisbert P, gomollon F. A guide to diagnosis of iron deficiency. The WJG
Press and Baishideng. 2009;5:4638-43.
41. Ozturk M, Ulubay M, Karashin E. Anemia prevalence at the time of pregnancy
detection. Turkey J Obs Gyn. 2017;1:3-4.
42. Tzur T, Weintraub A. Can anemia in the first trimester predict obstetrical
complications later in pregnancy?. Infroma Health Care. 2012;1:1-4.
43
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Surat perizinan Rumah Sakit
44
LAMPIRAN 2
Kode etik
45
LAMPIRAN 3
Daftar riwayat hidup
Nama : Maskur Fahmi Adi Bhaskoro
Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 20 Agustus 1996
Alamat : Jl. Mirah Delima VII No 322 RT 04, RW 039, Rawalumbu, Kota Bekasi
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : - SD Negeri 13 Bojong Rawalumbu Bekasi 2002-2008
- SMP Negeri 16 Kota Bekasi 2008 – 2011
- SMA Negeri 2 Kota Bekasi 2011-2014
- UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – sekarang