SPI (MAKALAH UAS)
Click here to load reader
-
Upload
hilmina-nasution -
Category
Documents
-
view
115 -
download
2
Transcript of SPI (MAKALAH UAS)
1
BAB IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Kehidupan berpolitik sampai saat ini yang dirasakan dan diamati oleh bangsa
Indonesia bisa dikatakan hampir tidak dapat diprediksi dan dideskripsikan.
Perkembangan implementasi dari sistem kehidupan bangsa yang berjalan secara
demokrasi juga hampir kehilangan makna-makna dari unsur-unsur dari demokrasi itu
sendiri. Setiap unsur bangsa seolah-olah meyakini definisi yang berbeda-beda dari
demokrasi itu namun tetap tidak memaknainya secara menyeluruh dan selalu mengarah
pada kalimat “kebebasan bersuara”. Akibat ketidakpahaman secara menyeluruh tersebut
maka muncullah secara bertubi-tubi jenis-jenis kebebasan, baik itu ‘kebebasan positif’
atau ‘kebebasan negatif’. Demokrasi yang sesungguhnya memiliki tujuan positif untuk
mengangkat masyarakat luas tidak lagi sebagai objek melainkan sebagai partner dalam
membangun bangsa ternyata pada aplikatifnya seperti mendapatkan penghianatan dari
kepercayaan dan kesepakatan kerjasama tersebut. Penghianatan ini tentu saja mungkin
beralasan karena faktor-faktor di masa lalu. Masa lalu diperlakukan sebagai objek yang
dirasakan begitu lama dalam penekanan dan kerelaan untuk mejalankan apa yang telah
ditetapkan. Nilai positif yang bisa terlihat adalah penguasa kini sungguh telah menuai
buah pahit dari sistem buruk yang mereka pertahankan sejak dahulu. Para penguasa
seolah-olah menginginkan kondisi masyarakat sama seperti dahulu yang ‘manut’ saja
terhadap setiap kebijakan yang mereka ciptakan, padahal sistem ‘demokrasi’ itu sendiri
adalah ciptaan mereka.
Dan semua ini tentu saja menyentuh segala aspek kehidupan berdampingan
pemerintah dan masyarakat, salah satunya tentu saja pergerakan politiknya yang saat ini
menduduki peringkat tertinggi aspek paling rentan konflik dan menciptakan polemik
yang semakin tidak terarah entah sampai kapan. Setiap aktor-aktor pelaku politik pada
bangsa kita seolah-olah berlomba-lomba menuai sensasi dan mengekspresikan diri
sebebas mungkin untuk mempopulerkan demokrasi yang bisa dikatakan secara aplikatif
tidak berbeda dengan pemahaman para awam yang tidak memiliki pemahaman penuh
juga terhadap pengertian demokrasi itu sendiri.
2
B. POKOK PERMASALAHAN
Dikaitkan dengan kenyataan yang bisa dirasakan berkaitan polemik-polemik
dunia politik di Indonesia, jelas sekali praktek politik saat ini telah kehilangan ruh
Pancasila sebagai idiologi dasar bangsa ini. Pancasila yang telah ditetapkan sebagai dasar
pemikiran dan pertimbangan bangsa dalam segala aspek semakin lama hanya akan
menjadi idiologi lama yang untuk diingat tapi akan selalu sulit untuk diterapkan. Ini
karena penerapan Pancasila itu sendiri dirasakan tidak bisa lagi beradaptasi dengan
kondisi lingkungan dan perkembangan zaman dan moralitas baik itu masyarakat atau
pemerintah saat ini.
Untuk itulah makalah ini mencoba untuk menguraikan kembali kondisi ideal
seperti apa yang bisa diraih oleh bangsa Indonesia bila pembangunan politik bangsa ini
baik secara teoritis maupun secara aplikatif masih didasarkan kepada nilai-nilai luhur
yang ada dalam Pancasila. Dari praktek demokrasi yang berdasarkan Pancasila sampai
era reformasi saat ini yang juga masih bisa disesuaikan dengan Pancasila.
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Untuk memenuhi penulisan tugas akhir mata kuliah Sistem Politik Indonesia,
berdasarkan arahan topik yang diberikan oleh dosen mata kuliah ini Bapak Tatang
Sudrajat, penulis berusaha menguraikan secacara sederhana mengenai topik berikut.
Mendalami lebih jauh keterkaitan yang erat antara perkembangan dunia politik
bangsa Indonesia dengan Pancasila yang sampai saat ini masih menjadi idiologi bangsa
Indonesia. Penulis berusaha mengangkat beberapa teori dan materi yang berkaitan
dengan Pengaruh Pancasila Sebagai Idiologi Bangsa Dalam Pembangunan Politik di
Indonesia. Berikutnya akan dibahas beberapa topik, diantaranya mengulas kembali
pemahaman kita tentang apa itu ideologi dan sistem politik di Indonesia? Pengaruh
Pancasila dalam pembangunan politik di Indonesia? Dan memandang Pancasila sebagai
dasar reformasi yang saat ini terjadi?
3
BAB IIPEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IDIOLOGI
Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang tentang nilai-
nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan
oleh Negara maka ideology diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang
disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya,
baik sebagai individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai
dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam ideology terbuka terdapat
cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh karenanya
ideology tersebut tidak langsung bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan,
dijabarkan melalui penafsiran yang sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai
ideologi terbuka memiliki ideologi-ideologi idealitas, normative dan realities.
Perbandingan antara Ideologi Liberalisme, Komunisme dan Pancasila.
a. Liberalisme.
Jika dibandingkan dengan ideology Pancasila yang secara khusus norma-normanya
terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal
yang terdapat di dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi
Pancasila menolak liberalisme sebagai ideology yang bersifat absolutisasi dan
determinisme.
b. Ideologi Komunis
Ideologi komunisme bersifat absolutisasi dan determinisme, karena memberi
perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu,
hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam Negara komunis. Manusia dianggap
sebagai “sekrup” dalam sebuah kolektivitas.
c. Ideologi Pancasila.
Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk social. Pancasila bertitik tolak dari pandangan
bahwa secara kodrati bersifat monopluralis, yaitu manusia yang satu tetapi dapat
dilihat dari berbagai dimensi dalam aktualisasinya.
4
B. PANCASILA SEBAGAI IDIOLOGI NASIONAL
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai- nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan
nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan
penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia,
sedangkan negara merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia maka tidak
berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok ukur penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia.
Hakikat manusia menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang
monopluralis tersebut mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya
meningkatkan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi,
sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional sebagai upaya
peningkatan manusia secara totalitas.
Pembangunan sosial harus mampu mengembangkan harkat dan martabat
manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembangunan dilaksanakan di berbagai
bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan, meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila menjadi paradigma
dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
MAKNA SILA-SILA PANCASILA
1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptanya. Pencipta itu adalah kausa prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Hal ini berarti bahwa manusia
mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal
5
bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita
terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan
dan kemerdekaan dijunjung tinggi.
3. Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia
Makna persatuan hakekatnya adalah satu, yang artinya bulat, tidak terpecah. Jika
persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut
nasionalisme. Oleh karena rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka timbulah rasa
cinta bangsa dan tanah air.
4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.
Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada
permusyawarata. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-
keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksaan ini merupakan suatu prinsip bahwa
yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.
5. Arti dan Makna Sila Keadila Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi
seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai
dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan
meningkat.
6. Pentingnya Paradigma dalam Pembangunan
Pembangunan yang sedang digalakkan memerlukan paradigma, suatu kerangka
berpikir atau suatu model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial
dilakukan. Pembangunan dalam perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat
muatan nilai yang berfungsi menajdi dasar pengembangan visi dan menjadi referensi
kritik terhadap pelaksanaan pembangunan.
7. Pancasila sebagai Orientasi dan Kerangka Acuan
a. Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan.
Pada saat ini Pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian
kapitalisme daripada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan
kapitalisme yang bersifat global. Fungsi Pancasila ialah memberi orientasi untuk
terbentuknya struktur kehidupan social-politik dan ekonomi yang manusiawi,
demokratis dan adil bagi seluruh rakyat.
6
b. Pancasila sebagai Kerangka Acuan Pembangunan
Pancasila diharapkan dapat menjadi matriks atau kerangka referensi untuk
membangun suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan social
budaya.
C. SISTEM POLITIK DI INDONESIA
Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, di mana kedaulatan
berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden
berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
Para Bapak Bangsa (the Founding Fathers) yang meletakkan dasar
pembentukan negara Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945. Mereka sepakat menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku
bangsa, agama, dan budaya yang tersebar di ribuan pulau besar dan kecil, di bawah
payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia pernah menjalani sistem
pemerintahan federal di bawah Republik Indonesia Serikat (RIS) selama tujuh bulan (27
Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke bentuk pemerintahan republik.
Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997), pemerintah merespon desakan
daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat sentralistis, dengan
menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan.
Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan berbagai
kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk
proses penentuan tujuan, upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan,
seleksi dan penyusunan skala prioritasnya.
Politik adalah semua lembaga-lembaga negara yang tersebut di dalam
konstitusi negara ( termasuk fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam
Penyusunan keputusan-keputusan kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang
seimbang dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur
politik sehingga memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuan-tujuan
masyarakat/Negara. Dalam hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-
Lembaga Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni
MPR, DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial. Lembaga-lembaga ini yang akan membuat keputusan-
keputusan yang berkaitan dengan kepentingan umum.
7
Memahami lebih jauh pengaruh beberapa indikator penentu kebijakan politik tersebut
berikut adalah penjelasan sederhana sarana dan alat politik bangsa Indonesia.
Undang-undang Dasar 1945
Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang
mengatur kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara negara; kewenangan, tugas, dan
hubungan antara lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). UUD
1945 juga mengatur hak dan kewajiban warga negara.
Lembaga legislatif terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
merupakan lembaga tertinggi negara dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Lembaga Eksekutif terdiri atas Presiden, yang dalam menjalankan tugasnya
dibantu oleh seorang wakil presiden dan kabinet. Di tingkat regional, pemerintahan
provinsi dipimpin oleh seorang gubernur, sedangkan di pemerintahan
kabupaten/kotamadya dipimpin oleh seorang bupati/walikota.
Lembaga Yudikatif menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh
Mahkamah Agung (MA) sebagai lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan
kehakiman lain yang berada di bawahnya. Fungsi MA adalah melakukan pengadilan,
pengawasan, pengaturan, memberi nasehat, dan fungsi adminsitrasi.
Saat ini UUD 1945 dalam proses amandemen, yang telah memasuki tahap
amandemen keempat. Amandemen konstitusi ini mengakibatkan perubahan mendasar
terhadap tugas dan hubungan lembaga-lembaga negara.
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Fungsi pokok MPR selaku lembaga tertinggi negara adalah menyusun
konstitusi negara; mengangkat dan memberhentikan presiden/wakil presiden; dan
menyusun Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Fungsi pokok MPR yang disebut di atas dapat berubah bergantung pada proses
amandemen UUD 1945 yang sedang berlangsung. Jumlah anggota MPR adalah 700
orang, yang terdiri atas 500 anggota DPR dan 200 anggota Utusan Golongan dan Utusan
Daerah, dengan masa jabatan lima tahun.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Selaku lembaga legislatif, DPR berfungsi mengawasi jalannya pemerintahan
dan bersama-sama dengan pemerintah menyusun Undang-undang.
Jumlah anggota DPR adalah 500 orang, yang dipilih melalui Pemilihan Umum setiap
lima tahun sekali.
8
Presiden/Wakil Presiden
Presiden Republik Indonesia memegang pemerintahan menurut UUD 1945 dan
dalam melaksanakan kewajibannya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden. Dalam
sistem politik Indonesia, Presiden adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan
yang kedudukannya sejajar dengan lembaga tinggi negara lainnya.
Presiden juga berkedudukan selaku mandataris MPR, yang berkewajiban
menjalankan Garis-garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan MPR. Presiden
mengangkat menteri-menteri dan kepala lembaga non departemen (TNI/Polri/Jaksa
Agung) setingkat menteri untuk membantu pelaksanaan tugasnya. Dalam UUD 1945
(versi sebelum amandemen) disebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh
MPR dengan suara yang terbanyak. Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan
selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.
Mahkmah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah pelaksana fungsi yudikatif, yang
kedudukannya sejajar dengan lembaga tinggi negara lainnya. MA bersifat independen
dari intervensi pemerintah dalam menjalankan tugasnya menegakkan hukum dan
keadilan, meski penunjukan para hakim agung dilakukan Presiden.
Lembaga Tinggi Negara Lainnya
Lembaga tinggi negara lainnya adalah Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan
Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Fungsi utama BPK adalah melakukan pemeriksaan keuangan pemerintah.
Temuan-temuan BPK dilaporkan ke DPR, selaku badan yang menyetujui Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN).
DPA berfungsi untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
Presiden yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara, termasuk dalam masalah
politik, ekonomi, social budaya, dan militer. DPA juga dapat memberi nasehat atau saran
atau rekomendasi terhadap masalah yang berkaitan dengan kepentingan negara. Anggota
DPA diusulkan oleh DPR dan diangkat oleh Presiden untuk masa bakti lima tahun.
Jumlah anggota DPA adalah 45 orang.
9
Pemerintah Daerah
Di tingkat daerah, sebuah provinsi dikepalai oleh seorang gubernur sedangkan
kabupaten/kotamadya dikepalai oleh seorang bupati/walikota. Saat ini terdapat 30
provinsi dan 360 kabupaten/kotamadya.
Sejak diberlakukannya UU Nomor 22/1999 tentang pelaksanaan Otonomi Daerah pada
tanggal 1 Januari 2001, kewenangan pengelolaan daerah dititikberatkan ke Kabupaten,
sehingga hubungan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten lebih bersifat
koordinasi.
Hubungan lembaga legislatif, eksekutif, dan legislatif di tingkat daerah sama
halnya dengan hubungan antarlembaga di tingkat nasional. Contohnya, tugas DPR
Tingkat I adalah mengawasi jalannya pemerintahan di tingkat provinsi dan bersama-sama
dengan Gubernur menyusun peraturan daerah. Lembaga yudikatif di tingkat daerah
diwakili oleh Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok
kepentingan (Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media
Komunikasi Politik, Tokoh Politik (Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah
merupakan infrastruktur politik, melalui badan-badan inilah masyarakat dapat
menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam proses pembuatan
keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat
pemerintah sesuai dengan aspirasi dan kehendak rakyat.
D. PENGARUH PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN POLITIK DI INDONESIA
Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka
pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subjek harus mampu menempatkan
kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem
politik demokrasi bukan otoriter Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus
dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).
10
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas
moral daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem
politik Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral
persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara
maupun penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga
menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral.
E. PANCASILA SEBAGAI DASAR REFORMASI POLITIK
Pada saat ini Indonesia tengah berada pada era reformasi yang telah
diperjuangkan sejak tahun 1998. ketika gerakan reformasi melanda Indonesia maka
seluruh tatanan kehidupan dan praktik politik pada era Orde Baru banyak mengalami
keruntuhan. Pada era reformasi ini, bangsa Indonesia ingin menata kembali (reform)
tatanan kehidupan yang berdaulat, aman, adil, dan sejahtera. Tatanan kehidupan yang
berjalan pada era orde baru dianggap tidak mampu memberi kedaulatan dan keadilan
pada rakyat.
Reformasi memiliki makna, yaitu suatu gerakan untuk memformat ulang,
menata ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada
format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat.
Apabila gerakan reformasi ingin menata kembali tatanan kehidupan yang lebih baik,
tiada jalan lain adalah mendasarkan kembali pada nilai-nilai dasar kehidupan yang
dimiliki bangsa Indonesia. Nilai-nilai dasar kehidupan yang baik itu sudah terkristalisasi
dalam pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Oleh karena itu, pancasila sangat
tepat sebagai paradigma, acuan, kerangka, dan tolok ukur gerakan reformasi di Indonesia.
Dengan pancasila sebagai paradigma reformasi, gerakan reformasi harus
diletakkan dalam kerangka perspektif sebagai landasan sekaligus sebagai cita-cita. Sebab
tanpa suatu dasar dan tujuan yang jelas, reformasi akan mengarah pada suatu
gerakan anarki, kerusuhan, disintegrasi, dan akhirnya mengarah pada kehancuran
bangsa. Reformasi dengan paradigma pancasila adalah sebagai berikut :
a. Reformasi yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa.
Artinya, gerakan reformasi berdasarkan pada moralitas ketuhanan dan harus
mengarah pada kehidupan yang baik sebgai manusia makhluk tuhan.
b. Reformasi yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab. Artinya, gerakan
reformasi berlandaskan pada moral kemanusiaan yang luhur dan sebagai upaya
penataan kehidupan yang penuh penghargaan atas harkat dan martabat manusia.
11
c. Reformasi yang berdasarkan nilai persatuan. Artinya, gerakan reformasi harus
menjamin tetap tegaknya negara dan bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan.
Gerakan reformasi yang menghindarkan diri dari praktik dan perilaku yang dapat
menciptakan perpecahan dan disintegrasi bangsa.
d. Reformasi yang berakar pada asas kerakyatan. Artinya, seluruh penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara harus dapat menempatkan rakyat sebagai subjek
dan pemegang kedaulatan. Gerakan reformasi bertujuan menuju terciptanya
pemerintahan yang demokratis, yaitu rakyat sebagai pemegang kedaulatan.
e. Reformasi yang bertujuan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya, gerakan reformasi harus memiliki visi yang jelas, yaitu demi terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Perlu disadari bahwa ketidakadilanlah penyeban
kehancuran suatu bangsa.
12
BAB IIIPENUTUP
KESIMPULAN
Dalam kehidupan berpolitik dilihat dari aspek yang meabsorbsi nilai-nilai Pancasila
sesungguhnya benar-benar akan menghasilkan proses berpolitik yang jelas jauh lebih baik dan
lebih membangun bila diterapkan secara konsisten. Namun sejauh pemahaman penulis sendiri,
terkait dengan kondisi perpolitikan saat ini, Indonesia sebaiknya tidaklah menerapkan Demokrasi
murni yang membebaskan segala hal namun tanpa pengendali yang jelas. Hal ini jelas akan
melahirkan kondisi yang semakin carut-marut.
SARAN
Untuk kondisi bangsa yang masih dalam tahap pengemabngan atau masih berstatus
negara berkembang yang masih dini, Indonesia sebaiknya menerapkan sistem demokrasi yang
terkendali. Demokrasi yang terkendali ini dimaksudkan adalah mengarahkan kebebasan itu
mayoritas ke arah yang positif, dan menindak tegas segala bentuk demokrasi yang negatif untuk
meminimalisir konflik di masa yang akan datang. Demokrasi yang sukses menghasilkan suara-
suara dan aspirasi yang positif adalah demokrasi yang berasal dari rakyat yang telah terdidik dan
makmus sejahtera. Demokrasi yang diterapkan di Indonesia yang masih dalam tahap
pembangunan dengan tingkat pembangunan pendidikan dan kesejahteraan rakyat cenderung
lambat ini jelas hanya akan menghasilkan suara-suara ‘sumbang’ tuntutan yang tidak akan habis-
habisnya. Seperti sebuah penelitian yang menyatakan bahwa sebuah negara yang layak
menerapkan demokrasi murni hanyalah negara yang memiliki indeks kemakmuran rakyatnya
dengan skala pendapatan mampu menghasilkan $4.00/ hari. Untuk kondisi bangsa Indonesia
yang secara keseluruhan bahkan tidak mampu mencapai angka $2.00/ hari, hal ini jelas
merupakan sebuah fakta pahit yang harus kita terima. Fakta pahit bahwa Indonesia belum
waktunya berbangga diri untuk memaksakan demokrasi murni diterapkan secara sempurna
dalam masyarakat kita saat ini.
13
kata lain kontrol pemerintah yang bijaksana masih diperlukan oleh bangsa ini. tangan-
tangan otoriter yang bijaksana penulis anggap masih diperlukan untuk mengarahkan jalannya
sistem demokrasi itu sendiri. Meskipun suatu kebanggan tersendiri bahwa bangsa Indonesia yang
telah menjadi sorotan dunia dengan perkembangan demokrasinya yang begitu pesat sehingga
menjadi bahan perhatian dan penelitian banyak bangsa-bangsa dunia. Namun itu hanyalah
sesuatu yang tidak banyak menguntungkan Indonesia.
Ibaratkan seperti gunung yang indah terlihat dari jauh, namun memiliki banyak onak
duri serta menyesatkan bila kita berada didalamnya. Bagi rakyat Indonesia atau Pemerintah
sendiri yang menjadi bagian utama dari bangsa ini, tentu saja kondisi seperti ini menemui banyak
masalah seperti yang kita rasakan saat ini. Karena kenyataannya adalah demokrasi yang kita
laksanakan sejauh ini sedikit sekali memberikan solusi. Yang bermunculan adalah demokrasi
penuntutan dan cercaan yang tidak habis-habisnya kepada pemerintah yang berkuasa sehingga
lambat laun hingga saat ini telah terjadi krisis kepercayaan dan tidak saling mendukung antara
sesama masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah, bahkan antara sesama personil
kepemerintahan. Pemerintah yang berisikan pejabat-pejabat pemangku kepentingan saat ini
bahkan dengan terang-terangan berperang di atas panggung pemerintahan dan masyarakat
luaslah yang menjadi penonton setia yang hampir muak dan bosan dengan siaran-siaran ulang
dan carut marut drama persembahan tersebut.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://materikuliah.net/artikel/pancasila-sebagai-ideologi-negara.aspx (diakses tanggal 23 April 2010)
http://www.anakkendari.co.cc/2009/01/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan/ (diakses tanggal 23 April 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_politik (diakses tanggal 23 April 2010)
http://kewarganegaraan-rosi.blogspot.com/2009/01/sistem-politik-indonesia.html (diakses tanggal 23 April 2010)