SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia...

9
Karya Zahra Khairunnisa XI MIPA 7 SMA Negeri 10 Samarinda

Transcript of SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia...

Page 1: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Karya Zahra KhairunnisaXI MIPA 7

SMA Negeri 10 Samarinda

Page 2: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Karma yang Tidak Terbantahkan

Sekolah Menengah Pertama Taruna Siswa adalah salah satu sekolah swasta

terfavorit di Samarinda. Salah satu sekolah yang banyak diminati karena biayanya yang

tidak begitu mahal dengan kualitas pendidikannya yang pantas diacungi jempol. Akan

tetapi, tidak menutup kemungkinan calon peserta didik baru akan melewati seleksi yang

sangat ketat. Lina adalah salah satu bagian dari warga sekolah tersebut. Ia sangat

pendiam.

Lina : Kenapa dunia ini begitu membosankan. (sambil menghembuskan napas

dengan kasar dan menatap kosong lapangan dari koridor kelas)

Nadya : “ Oy, ngapain di situ? Nanti kesurupan baru tau.” (sambil menepuk pundak

Lina)

Lina : “ Apaan sih Ga liat aku lagi melamun.” Dasar sok deket. Kenal aja tidak.

Nadya : “ Hidih, seram amat. Kamu Lina dari kelas 1-B, kan?” (Sambil duduk di

samping Lina)

Lina : “ Ih, jangan sok kenal ya!”

Nadya : “ Kamu ini kemana aja sih. Kita sudah sekelas satu semester. Masa kamu

masi tidak mengenaliku. Ya sudah, kalau begitu ayo kita kenalan.

Namaku Nadya” (sambil mengulurkan Lina sebuah jabatan)

Lina : “ Lina.” (Sambil menerima jabatan)

Nadya : “ Semester satu kemarin, kamu mendapat peringkat berapa di kelas?”

Lina : “Tujuh. Kalau kamu?”

Nadya : “ Aku kalah dengan Raihana.”

Lina : “ Raihana siapa lagi?” (sambil mengerutkan kening)

Nadya : “ Wah, ketinggalan info nih anak. Itu loh, Raihana teman sekelas kita yang

kabarnya dia dari SD tidak pernah keluar dari yang namanya juara

kelas.”

Lina : “ Oh. Ngomong-ngomong, kamu banyak bicara ya. haha”

Lina dan Nadya pun begitu dekat hingga kenaikan kelas pun dirasa sangat cepat.

Walaupun pergantian dan perombakan kelas tetap Dilakukan. Seakan takdir telah

membawa mereka untuk tetap menjadi teman sekelas.

Lina : “ Oy, Nad. Aku masih tidak menyangka kamu sekelas lagi denganku.”

Page 3: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Nadya : “ Emangnya kamu tidak mau sekelas denganku lagi? Sejahat itukah

dirimu” (sambil berpura-pura menangis)

Lina : “ Ih baper amat ni anak. Haha”

Nadya : “ By the way, kita sekelas lagi sama Raihanna. Aku tidak akan pernah bisa

melampauinya.” (dengan wajah yang sedikit sedih)

Lina : “ Tidak. Kamu pintar, Nadya. Kamu pasti bisa.”

Radika : “ Eh, Dil. Coba lihat deh mereka. Nempel terus dari kelas 1. Dia teman

sekelas mu bukan sih?”

Dila : “ Eh. Kamu benar, Rad. Sepertinya, anak itu minta pelajaran dari kita.”

(sambil menggenggam buku yang ia bawa sekuat tenaga)

Dila : “Heh, Nadya. Ngapain kamu disini? Kamu ini sahabat ku apa bukan?

sahabat bukannya bareng sama sahabatnya malah nempel terus sama

anak busuk ini. Ini lagi, pintar aja tidak.” (sambil menendangku)

Nadya : “ Dila. Kamu ini apa-apaan, sih? Marah-marah tidak jelas. Sini ikut aku

sekarang! Puas?” (sambil menarik tangan Dila dan pergi)

Lina : Dasar orang tidak jelas. Kurang waras kali ya. Semoga

ketidakwarasannya tidak menulariku. Tenang Lina, sepi akan

menemanimu mulai sekarang. (sambil mengenduskan napas dengan

kasar)

Sekolah telah usai, raga Lina pergi menuju rumahnya. Akan tetapi, jiwanya

masih melayang memikirkan apa yang terjadi tadi siang di kelas barunya. Ia masih tidak

menyangka bahwa ia akan belajar satu tahun bersama teman yang memiliki emosional

yang tinggi. Batinnya merasakan bahwa ia akan kembali ke zaman dimana ia menutup

mata dan telinga terhadap orang lain. Seperti halnya ia saat menduduki kelas 1 semester

satu. Bahkan ia memiliki firasat yang lebih buruk dari hal itu.

Lina : Anggap Dila tidak ada. Anggap dia tidak ada. Lina, kamu harus kuat jika

nanti ia menyebarkan fitnah dan menuduhmu dengan hal yang tidak-

tidak. (sambil berjalan menuju kelas dengan kepala tertunduk)

Dila : “ Eh, ada kambing lagi jalan. Baunya seperti belum mandi satu abad.”

Radika : “ Sudah bau, jelek, bodoh, tidak tahu diri lagi. Kambing memang seperti

itu ya. Haha”

Dila : “ Coba lihat nih kambingnya! Kambingnya malu ya? Haha” (sambil

menarik tas Lina dan dihempaskannya dengan kasar)

Page 4: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Firasat Lina benar. Ia akan dibully dengan teman sekelasnya. Lina tidak tahu apa

yang harus ia lakukan di tengah situasi ini. Dia bingung ingin belajar, bermain, dan

mencurahkan isi hatinya kepada siapa. Lina merasa, ia mulai kehilangan teman yang

sangat berharga baginya. Setiap waktu ia dimaki. Terkadang makian itu diselengi oleh

sebuah tindakan fisik yang sedikit tidak berperikemanusiaan.

Lina : Beratnya hari ini. Tidak seperti biasanya aku lelah. Mungkin dengan

memakan bekalku, aku akan kembali berenergi. (sambil mengambil

bekal dari dalam tas dan meletakkannya di meja)

Dila : “ Radika. Coba lihat deh. Ada kambing makan sosis. Sepertinya enak”

Radika : “ Loh, bukankah kambing memakan rumput. Dari pada tidak dimakan,

bagaimana sosisnya untuk kita saja?” (sambil melirik Dila)

Dila : “ Sini sosisnya untukku ya, kambing. Nanti kamu sakit loh kalau makan

ini.” (sambil mengambil sosis Lina tanpa sisa)

Lina : Ya Allah. Kuatkanlah Lina dari perbuatan ini. Tidak apa. Aku masih bisa

makan masakan mama di rumah dengan puas. Aku akan membawa bekal

lebih banyak.

Sekolah telah usai. Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia

merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Ia dengan semangat pulang ke rumahnya, dan menceritakan semua hal yang ia alami

kepada ibunya. Ia akan akan membayangkan betapa tertariknya beliau mendengar

ceritanya.

Dila : “ Ibu, Dila pulang. Ibu masak apa? Baunya sangat menggugah selera.”

Ibu : “ Hei. Jangan mendekat! Kamu dari mana saja? Main kok sampai bau

kambing begini. Masakan ibu jadi tidak sedap. Sudah, pergi mandi sana!”

Dila : “ Ibu ini apaan sih? Dila tidak pernah bermain dengan kambing.”

Ibu : “ Sudah, jangan banyak bicara! Cepat mandi sana!”

Dila : Ibu ini tidak pernah merasakan kebahagiaan anaknya sedikitpun.

Keesokan harinya, pagi hari sebelum memulai pelajar. Dila dan sekongkolannya

menjaga pintu kelas dan siap membully Lina. Biasanya, jika seseorang memiliki harga

diri yang tinggi dibully, ia akan tidak segan-segannya melawan. Lain halnya dengan

Lina. Ia akan tetap menutup telinga dan matanya. Ia akan tetap menahannya dan

bersabar. Hingga waktu yang akan menyadarkannya. Bagi Lina, tidak menghiraukan

mereka adalah jalan yang terbaik.

Dila : “ Sepertinya ada kambing yang mendoakan kita, Rad”

Page 5: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Radika : “ Ih, tidak tahu diri itu namanya. Emang kambing bisa berdoa?”

Dila : “ Heh. Kamu mendoakan apa tentangku? Pasti yang tidak-tidak, kan?”

(sambil menarik kerah bajuku)

Lina : “ Aku tidak merasa. Lagi pula untuk apa aku mendoakan kalian? Kalian

minta doaku?”

Dila : “ Ah. Orang sepertimu hanyalah sampah. Tidak berguna berbicara dengan

kambing kepala batu”

Lina selalu melewati masa yang sulit. Ia merasa mulai dijauhi oleh semua teman

kelasnya. Hingga saatnya istirahat, ia pergi menuju koridor kelas dan ingin menikmati

kebiasaan lamanya menatap kosong lapangan.

Dila : “ Aduh. Kamu ini apa-apaan sih. Mau cari masalah? Kalo jalan tu pakai

mata dong! Kaki orang ditendang seenaknya.”

Lina : “Iya, maaf.” Dia kali yang cari masalah. Sudah tau ada orang mau lewat

sengaja buat orang jatuh kesandung. Menyalahkan orang lain lagi.

Dila : “ Enak banget minta maafnya. Kamu ini anak siapa sih? Kamu tidak

pernah diajarkan cara meminta maaf dengan benar ya?” (sambil berdiri

dan menendang kaki Lina dengan kuat)

Lina : “Aw.” (sambil meringis kesakitan)

Radika : “ Rasakan balasannya! Dasar kambing bodoh”

Lina tidak menghiraukan mereka dan langsung pergi menuju sisi koridor lain

untuk mencari ketenangan. Hingga akhirnya ada seseorang tidak dikenal duduk

disampingnya.

Nia : “ Hai. Namamu siapa?”

Lina : “ Lina.” (sambil tetap menatap kosong lapangan)

Nia : “ Dari kelas mana?”

Lina : “ 2-C”

Nia : “ Kamu kenapa? Ada masalah ya?”

Lina : “ Ah. Tidak. Tidak ada apa-apa.” (sambil sedikit terkejut)

Nia : “ Perkenalkan. Namaku Nia kelas 2-B. kamu bisa cerita semua masalah mu

ke aku. Akan aku dengarkan semuanya. Dan ku bantu sebisaku.” (sambil

tersenyum)

Page 6: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Jamilah : “ Wah. Nia ada teman baru tidak mengajakku. Hai. Namaku Jamilah.

Kamu siapa? Dari kelas mana?”

Lina : “ Lina 2-C”

Nia : “ Aku sama Jamilah boleh dong ya mendengarkan ceritamu?”

Lina : “ Ya” (sambil menganggukkan kepala)

Lina menceritakan semuanya. Ia keluarkan semua keluh kesahnya. Lina sangat

bersyukur pada Tuhan. Akhirnya ia menemukan teman yang sangat tulus

mendengarkannya. Mereka pun dekat, dan selalu menghabiskan waktu istirahat

bersama.

Jamilah : “ Eh, Lin. Aku ada info lomba menggambar sketsa bangunan tingkat

nasional di Malang loh”

Nia : “ Nah. Bagus tuh Lin. Kamu akhir-akhir ini punya hobi menggambar

sketsa bangunan rumah impianmu, kan?”

Lina : “ Iya sih. Nanti deh ku coba. Terima kasih ya teman-teman. Mohon

bantuannya.”

Jamilah : “ Kalau nanti menang. Jangan lupa traktirannya ya, Lin. Haha”

Lina : “ Amin. Tenang saja.”

Walaupun Lina memiliki teman baru, bukan berarti ia telah bebas dari

pembullyan teman kelasnya. Semakin ia dimaki, Lina semakin terpacu untuk belajar dan

mengikuti lomba sesuai hobinya. Lina akan menunjukkan bahwa ia akan lebih baik

daripada mereka.

Dila : “ Eh, Radika. Coba lihat di line today deh. Ada namanya Lina disini.”

Radika : “ Iya. Coba baca selanjutnya. Dia melakukan apa sih? Kok sampai

diberita”

Dila : “ Pemenang juara 1 dan juara umum pada lomba Engineering Sketch

Building for Future 2017 disabet oleh Lina Maharina siswi SMP Taruna

Siswa Samarinda. CEO perusahaan Pertindo membeli sketsa tersebut

kepada pihak panitia dengan harga yang fantastis.” (sambil membaca

berita)

Radika : “ Gila. Bagus banget gambarnya. Ini bukan dia,, kan? Pasti ini hasil

bayaran orang lain.”

Dila : “ Tidak diragukan lagi.”

Page 7: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Lina menjalani hidupnya di sekolah seperti biasa. Ia telah kebal dengan semua

makian yang dilontarkan oleh Dila dan Radika. Ia tidak memperdulikannya lagi. Meski

terkadang Lina menangis di hadapan Nia dan Jamilah, ia tetap berusaha dan belajar

bahwa dia bisa melampaui semuanya.

Lina : “ Sebenarnya apa salahku?” (sambil menangis tersedu-sedu)

Nia : “ Sudahlah Lina. Masi ada kita disini. Kamu jangan memikirkan mereka.

Tidak perlu memikirkan mereka. Nanti kamu yang lelah sendiri

memikirkannya” (sambil mengusap punggung Lina)

Jamilah : “ Iya, Lina. Jangan kamu buang energimu hanya untuk memikirkan

mereka. Lebih baik kamu berusaha untuk menunjukkan bahwa kamu bisa

menjadi orang yang mereka segani. Berjanjilah pada kami, bahwa kamu

akan menjadi juara kelas pada semester ini.”

Lina : “ Itu tidak akan terjadi, Jamilah. Aku tidak akan pernah bisa menjadi juara

kelas. Ada Raihanah di kelasku.”

Nia : “ Tidak peduli kamu akan berhadapan dengan siapa, Lina. Raihanah juga

manusia, dia juga sama-sama belajar sepertimu. Kamu hanya sedikit

lebih berusaha dibanding dia, kamu pasti bisa melampauinya. Tenang,

ada kami disini membantumu belajar.”

Jamilah : “ Sudah. Jangan menangis lagi, Lina!”

Lina : “ Terima kasih, ya. Kalian sudah mau menjadi temanku selama ini.”

Ujian akhir semester satu telah usai. Siswa dan siswi SMP Taruna Siswa sedang

menunggu namanya dipanggil oleh wali kelas di kelas masing-masing untuk menerima

buku raport. Suasana berubah menjadi sangat tegang. Sesekali terdengar suara

menangis. Beberapa siswa dan wali orangtua sangat bangga setelah melihat buku raport,

sebagiannya lagi berekspresi sedih. Tidak terkecuali Lina.

Wali Kelas : “Lina Maharina.”

Mama Lina: “Iya, Bu. Ayo, Lina.” (sambil menarik tangan Lina)

Wali Kelas : “Anak ibu semester ini memiliki peningkatan yang sangat baik. Ia pernah

juara satu dan juara umum lomba sketsa bangunan tingkat nasional. Itu

sudah sangat luar biasa. Saya harap untuk semester depan Lina bisa

menjadi lebih baik lagi, ya. Dan selamat untuk Lina.” (sambil tersenyum

kepada Lina)

Lina : “ Baik, Bu.”

Page 8: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

Mama : “ Alhamdulillah. Lina mau Mama belikan apa? Anggap saja ini hadiah dari

Mama”

Lina : “ Tidak usah, bu. Lina tidak meminta apapun dari ibu. Lina sudah sangat

bahagia mendapatkan ini.”

Lina memulai kehidupan barunya di semester dua. Ia berharap bahwa Lina yang

sekarang bukanlah Lina yang dulu, Lina yang dibully oleh teman sekelasnya.

Guru : “ Bagaimana liburan kalian? Sudah fresh kan otaknya? Siapa kemarin yang

mendapat peringkat 3?

Nadya : “ Saya, Pak.” (sambil mengangkat tangan)

Guru : “ Yang mendapat peringkat 2 siapa?”

Raihanah : “ Saya, Pak.” (sambil mengangkat tangan)

Guru : “ Loh. Raihanah peringkat 2, ya? Lalu siapa yang peringkat 1?

Lina : “ Saya, Pak.” (sambil mengangkat tangan dan menunduk malu)

Guru : “ Oh, Lina. Nah, kalian cobalah mencontoh Lina. Dia sangat rajin. Dia

pintar sekarang. Kalian boleh menanyakan pelajaran Bapak ke Lina jika

kalian merasa kesulitan. Tolong bantu saya ya, Lina.”

Lina : “ Iya, Pak.”

Lina mulai merasa dia akan segera berubah menjadi Lina yang disegani teman

sekelasnya. Lina selalu membantu temannya yang kesusahan. Ia selalu mengajarkannya

apa yang ia bisa kepada temannya yang bertanya. Ia mulai memiliki banyak teman,

termasuk Raihanah. Raihanah adalah anak yang bukan pendendam. Raihanah selalu

mengajak Lina mengerjakan tugas dan belajar bersama. Hingga saatnya istirahat.

Radika : “ Eh. Ada kambing yang bisa mendapat peringkat satu, ya?” (sambil

berdiri di depan pintu keluar kelas dan menyilangkan tangan di depan

dada.)

Dila : “ Woy. Perhatian semua! Lihat! Ada ya, kambing yang membayar orang

lain untuk menggambar sketsa bangunan sebagus itu. Tidak mungkin dia

mendapatkan peringkat 1 jika ia tidak menyontek.” (dengan suara yang

lantang)

Nadya : “ Eh, Dila. Kalau berbicara jangan asal, ya! Lina itu memang pandai

menggambar. Dia memang pintar. Kamu tidak melihatnya dia telah

membantu banyak orang di kelas? Tidak sepertimu, yang selalu

menyotek ulanganku dan tidak pernah mengerjakan tugas sendiri. Aku

Page 9: SMA Negeri 10 Samarinda€¦ · Bagi Lina, hari ini adalah hari yang sangat berat. Sehingga ia merasakan bahwa hari ini adalah hari yang panjang bagi Lina. Lain halnya dengan Dila.

tahu sebenarnya kamu itu iri dengan Lina, kan? Apa kamu tidak malu

dengan perbuatanmu itu? Sekarang kamu menjadi pusat perhatian kami.

Apa lagi yang akan kamu perbuat sekarang? Aku tahu, selama ini kamu

hanya memanfaatkanku, kan? Kamu anggap aku sahabat? Halah,

bicaramu saja itu yang besar. Mulai sekarang, aku tidak akan pernah mau

berteman dengan mu. Menjauhlah dariku!”

Semua orang di kelas tersebut seketika meneriaki Dila dan Radika. Mereka

mulai menjauhinya. Lina adalah tipe orang yang pemaaf. Akan tetapi, butuh waktu lama

bagi Lina untuk dapat memaafkan Dila dan Radika.

Sejak saat itu hingga upacara kelulusan telah lama usai, Lina tidak pernah

mendengar kabar Dila dan Radika lagi. Lina sadar bahwa seorang manusia tidak akan

pernah bisa berubah tanpa adanya cobaan dan kenangan pahit datang yang akan

merubahnya. Tanpa adanya kenangan itu, Lina pasti tidak akan bisa menjadi manusia

yang memiliki kepribadian pantang menyerah, bersosialisasi dan disegani banyak orang.

Tanpa kenangan pahit itu, Lina sadar ia tidak akan memiliki cerita hidup yang menarik.

Ya, bagi Lina di kehidupan ini, tidak akan ada manusia yang dapat membantah karma

yang ia dapatkan. Dan satu hal yang terpenting bagi Lina adalah sabar dan percaya

bahwa Allah Maha Adil.