Presus __ Lina
-
Upload
supianto-talenta-milan -
Category
Documents
-
view
188 -
download
11
Transcript of Presus __ Lina
PRESENTASI KASUSKEJANG DEMAM SEDERHANA
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan
Profesi Kedokteran Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Diajukan Kepada :
dr. Heru Wahyono Sp.A
Disusun Oleh :
Aditia Pria Laksana, S.Ked20050310121
FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK RSUD UNIT SWADAYA KABUPATEN WONOSOBO
2010
1
HALAMAN PENGESAHAN
Telah dipresentasikan dan disetujui Presentasi kasus dengan judul :
KEJANG DEMAM SEDERHANA
Telah dipresentasikan padaTanggal :
Tempat : RSUD Unit Swadana Kabupaten Wonosobo
Menyetujui
Dosen Pembimbing
(dr. Heru Wahyono, Sp A)
2
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas
hidayah, rahmat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
pembuatan presentasi kasus untuk memenuhi sebagian syarat mengikuti ujian
akhir program pendidikan profesi kedokteran di bagian Ilmu Kesehatan Anak
dengan judul :
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Penulisan Presentasi Kasus ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Heru Wahyono, Sp A, selaku dosen pembimbing dan penguji
2. dr. Ratih Dewanti Sitadewi Maduseno, Sp A, selaku dosen pembimbing
3. Semua perawat bangsal anak (Dahlia), Perinatal, ICU dan IGD di RSUD
Setjonegoro, wonosobo
4. Semua teman-teman koass periode XXXVIII atas dukungannya
Akhir kata penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Presentasi Kasus ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik, serta harapan penulis
semoga Presentasi Kasus ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa wabarakatuhu
Wonosobo, Januari 2010
Penulis
3
BAB 1
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Evaniya
Umur : 3,5 tahun
Berat Badan : 8,5 kg
Jenis Kelamin : perempuan
AYAH
Nama : Tri Suparjo
Umur : 37 tahun
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SD
IBU
Nama : Satiyem
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Karangayar 7/1 Sukoharjo
Agama : Islam
No RM : 45 21 08
Tanggal masuk RS : 01 Desember 2009
B. ANAMNESIS
Alloanamnesa dengan ayah dan ibu pasien pada tanggal 2 Desember 2009.
Keluhan Utama : kejang
Keluhan Tambahan : panas
4
1 HSMRS : Anak kejang >30 menit pagi hari, 1x hanya pada sisi kiri tubuh,
BAB cair 1x, perut kembung. Sebelumnya anak panas 1 minggu,
lalu dibawa ibu ke praktek dokter dan diberikan sirup untuk
penurun panas warna ungu rasa anggur yang diminum 4x sehari.
Hari ke 6 panas masih tinggi, dibawa ibu ke dokter lagi dan
diberi sirup turun panas dan CDR ½ tablet perhari.
HMRS : Anak kejang lagi pagi hari >30 menit, 1x hanya pada sisi kiri
tubuh. Semalam anak mengalami keringat malam. Oleh orang
tuanya anak dibawa ke RSUD Wonosobo.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Anak belum pernah kejang sebelumnya.
Anak berusia 1 tahun mengalami batuk > 1 bulan → pengobatan flek secara
teratur selama 3 bulan (??) → sembuh (??) → berhenti pengobatan.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang pernah kejang dan menderita TB.
Riwayat Kehamilan
Ibu G1P0A0 usia 30 tahun, kontrol kehamilan hanya 1x selama kehamilan
pada usia kehamilan 2 bulan. Ibu mengalami tekanan darah tinggi selama
kehamilan. Riwayat muntah - muntah diawal kehamilan,perdarahan, trauma,
bengkak anggota gerak, dan sakit selama kehamilan disangkal.
Riwayat Persalinan
Ibu melahirkan di RS, cukup bulan (9 bulan), lahir secara SC atas indikasi ibu
hipertensi, BBL 3700 gram, begitu lahir langsung menangis, dan tidak ada
riwayat bayi kuning atau biru, ibu sehat.
5
Riwayat Pasca Persalinan
Ibu hanya 1x membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang dan mengaku
telah diimunisasi.
Kesimpulan : Riwayat kehamilan buruk,
Riwayat persalinan baik,
Pasca persalinan buruk.
Riwayat makanan
Asi diberikan sejak lahir sampai usia 2 tahun, ditambah susu sambung
(bendera+dancow plus) diberikan sejak anak usia 6 bulan. Nasi tim diberikan
saat anak usia 9 bulan, nasi tim diberikan bersama ati, wortel, bayam, tempe,
tahu. Anak makan 2x sehari dan makan selalu habis.
Sejak anak usia 3 tahun mengalami penurunan nafsu makan dan berat badan
dari 12 kg menjadi 8,5 kg anak makan 2x sehari tetapi tidak pernah
dihabiskan.
Kesimpulan : Kuantitas dan kualitas makanan buruk
Riwayat Vaksinasi
Anak diimunisasi hanya 1x langsung setelah bayi lahir.
BCG : (1x) pada umur 0 bulan, di RS
DPT : ( - )
Polio : (1x) pada umur 0 bulan di RS
Campak : ( - )
Hepatitis B : (1x) pada umur 0 bulan di RS
Kesimpulan : riwayat vaksinasi tidak lengkap sesuai umur
6
PERKEMBANGAN DAN KEPANDAIAN
Motorik kasar
berjalan tak jatuh : usia 19 bulan
berlari : usia 25 bulan
berdiri dengan 1 kaki : usia 36 bulan
Motorik Halus
gambar lingkaran : usia 24 bulan
gambar orang : usia 38 bulan
Sosial
bab/bak teratur : usia 18 bulan
ada kehendak bab/bak : usia 24 bulan
Bahasa
mengucapkan 2 kata : usia 9 bulan
tanpa arti : usia 16 bulan
bicara jelas : usia 36 bulan
Kesimpulan : perkembangan dan kepandaian baik
Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
Pendapatan keluarga tidak teratur ± Rp. 700.000,- setiap bulan, digunakan
untuk menghidupi keluarga yang terdiri ayah, ibu dan 4 anak. Pasien tinggal
bersama orangtuanya, rumah ukuran 6x9 m2. Kamar tidur 2, ruang tamu,
dapur. Dinding dari tembok, lantai semen dan atap asbes. Ventilasi dan
pencahaan cukup. Kamar mandi di belakang rumah, sumber air minum dari
sumur di belakang rumah.
7
Kesimpulan : kesan sosial ekonomi kurang dan lingkungan cukup
Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal : pasien dalam keadaan sadar, demam
Sistem Kardiovaskuler : tidak ada kelaian
Sistem Respiratorius : ronkhi basah kasar pada lapangan paru
Sistem Gastrointestinal : tidak ada kelaian
Sistem Urogenital : tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : tidak ada kelaian
Sistem Muskuloskeletal : ekstrimitas kiri parese dengan kekuatan otot 1,
adanya wasting muscle.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : compos mentis
Vital sign
Suhu : 38,7º C
Nadi : 96x/menit, isi dan tegangan lemah, teratur
RR : 24x/menit tipe thorakoabdominal
Status Gizi
Berat badan : 8,5 kg
Tinggi badan : 91 cm
8
BB ideal : 8,5/14 x 100 = 60,71 %
Berdasarkan CDC tahun 2000 (gizi buruk)
Lingkar kepala : 49 cm
Lingkar dada : 52 cm
Ubun- ubun besar sudah menutup
Lingkar lengan atas (kiri) : 12 cm
Kesimpulan status gizi : gizi buruk
Pemeriksaan Kepala
Kepala : Simetris, bentuk mesochepal, rambut hitam diatribusi merata
Wajah : Pipi kanan/kiri tidak bengkak dan tidak ada tanda-tanda radang.
Mata : Konjungtiva kanan kiri anemis, sklera tidak ikterik, tidak udem,
tidak hiperemi, dan pupil isokor (+/+)
Hidung : Tidak ada deviasi septum, tidak ada sekret ,tidak ada nafas cuping
hidung
Mulut : Tidak sianosis, lidah tidak kotor ,tidak hiperemis, faring tidak
hiperemi, dan bibir tidak kering.
Telinga : tidak ada discharge, pendengaran normal.
Pemeriksaan Leher
Ada pembesaran limfonodi cervikalis kanan dan kiri
Pemeriksaan Khusus
Thoraks : dinding dada simetris kanan dan kiri, tidak ada
ketinggalan gerak saat bernapas.
9
Jantung :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, deformitas (-), ketinggalan gerak
(-), pernafasan thoracoabdominal, jejas (-), retraksi (-), ictus
cordis tidak terlihat.
Palpasi : Simetris, ketinggalan gerak (-), nyeri tekan (-), krepitasi
(-), massa (-).
Perkusi : Lapang paru sonor, Cor redup
Batas jantung:
Kanan atas : SIC III LPS dex
Kiri atas : SIC III LMC sin
Kanan bawah : SIC V LPS dex
Kiri bawah : SIC V LMC sin
Auskultasi : S1/S2 reguler, bising (-)
Paru :
Depan :
Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi
Palpasi : vokal premitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi basah kasar
Belakang :
Inspeksi : simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada retraksi
Palpasi : vokal premitus kanan = kiri
Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
10
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan ronkhi basah kasar
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Flat/datar, dinding dada // dinding perut, tidak tampak adanya
luka, tidak tampak massa dan tidak ada sikatrik, tidak tampak
hematom.
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani, hepar lien redup, pekak beralih tidak ada
Palpasi : Supel, tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba, turgor
elastisitas baik
Anogenital
Perempuan
Ekstrimitas: ekstrimitas kiri parese dengan kekuatan otot 1, adanya wasting
muscle.
Meningeal sign :
Kaku kuduk (-)
Brudzinski 1 (-)
Brudzinski 2 (-)
Reflek patologis : babinsky (-), Chaddock (-), Oppenheim (-), Gordon (-),
schaeffer (-), Hoffman (-), trommer (-).
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin:
WBC 15,21 + (4,50 – 13,00)
RBC 3,89 - (3,90 – 5,30)
11
HGB 6,4 - (9,5 – 14,1)
HCT 23,84 - (30,0 – 40,0)
MCV 61 - (70 – 84)
MCH 16,5 - (23,0 – 29,0)
MCHC 26,9 - (31,0 – 35,0)
BBS/LED ½ jam : 19 mm/l
BBS/LED 1 jam : 45 mm/l
Golda : B
Kimia Darah
SGOT : 59 u/l + 5 – 40
SGPT : 90 u/l + 5 - 35
Rencana Pemeriksaan Lanjutan :
Lumbal pungsi
EEG
Pemeriksaan darah rutin dan elektrolit
Foto thoraks
DIAGNOSIS BANDING
1. Kejang Demam Kompleks
2. Kejang Demam Sederhana
3. Bronkopneumonia
4. Anemi Defisiensi Nutrisi
5. PEM
RENCANA TERAPI
O2 1L/menit
Stesolid perektal
Dosis < 10 kg : 5 mg, > 10 kg : 10 mg
12
Dosis yang dibutuhkan : 5 mg
Bila serangan kembali, berikan diazepam iv 0,3 - 0,5 mg/kgBB dengan
perlahan dalam waktu 5 menit.
Dosis yang dibutuhkan diazepam iv 2,4 - 4 mg.
Bila kejang lagi pasien dipindahkan ke PICU kemudian diberikan
midazolam dosis 0,2 mg/kgBB/kali pemberian secara iv lambat
Dosis yang dibutuhkan 1,6 mg/kali pemberian secara iv lambat (5-10
menit)
Bila kejang lagi berikan fenitoin bolus iv 10 – 20 mg/kgBB dicampur
Nacl 0,9% 50 cc menggunakan syringe pump diberikan dalam waktu
20 menit.
Dosis yang dibutuhkan fenitoin bolus iv 80 mg+Nacl 0,9% 50 cc.
Untuk terapi maintenance digunakan luminal pulv 40 mg/hari dalam
2x pemberian.
Medikamentosa :
Cefotaxime inj 100 – 200 mg/kgBB diberikan 3-4 kali pemberian
Dosis yang dibutuhkan 3 x 300 mg iv
Dexamethason inj 3 x 5 mg iv
Personde :
Paracetamol sirup 10 -15 mg/kg BB/ kali
Dosis yang dibutuhkan 3 x 120 mg
Luminal 5 mg/kgBB/kali
Dosis yang dibutuhkan 2 x 20 mg
Vical 2 x 1 cth 15 ml
Cairan :
Kaen 3B, < 10 kg : 100cc/kgBB
Dosis yang dibutuhkan 900 cc/ 24 jam
13
Aminofusin 90 cc/ 24 jam
Dietika : modisko
Edukasi : Cegah anak agar jangan sampai panas lagi.
Anak diberi makan sedikit-sedikit tapi sering dengan
nutrisi imbang.
PROGNOSIS
que et vitam : dubia et bonam bila kejang tidak berulang
que et sanam : dubia et bonam bila segera diatasi kejangnya
que et fungsional : dubia et bonam
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEJANG DEMAM
A. Definisi
Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu di
atas 38,40C per rektal) tanpa adanya infeksi saraf pusat atau gangguan elektrolit
akut, terjadi pada anak di atas usia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa
demam sebelumnya.1
B. Klasifikasi
- Kejang demam sederhana : Kejang bersifat umum, singkat, tidak lebih dari
15menit, hanya terjadi sekali dalam 24 jam.
- Kejang demam komplek : Kejang bersifat fokal/multipel, berlangsung lebih
dari 15 menit.Kejang berulang dalam 24 jam.1
C. Etiologi
a. Demam itu sendiri.
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.
b. Efek produk toksik daripada mikroorganisme.
c. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
d. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.
15
Infeksi bakteri Rangsang mekanik dan biokimia.
Virus dan parasit Gangguan keseimbangan cairan&elektrolit
Reaksi inflamasi Perubahan konsentrasi ion
di ruang ekstraseluler
Proses demam
Ketidakseimbangan kelainan neurologis
Hipertermia potensial membran perinatal/prenatal
ATP ASE
Resiko kejang berulang
difusi Na+ dan K+
Pengobatan perawatan
Kondisi, prognosis, lanjut KEJANG resiko cedera
Dan diit
Kurang informasi, kondisi kurang dari lebih dari 15 menit
Prognosis/pengobatan 15 menit
Dan perawatan perubahan suplay
Tidak menimbulkan Darah ke otak
Kurang pengetahuan/ gejala sisa
16
Cemas
Inefektif
Penatalaksanaan kejang Resiko kerusakan sel
Cemas neuron otak
Perfusi jaringan cerebral
tidak efektif 2
D. Diagnosis
Anamnesis
Umur pasien
untuk membedakan apakah kejang demam sederhana atau epilepsi yang
dibangkitkan serangannya oleh demam.
Frekuensi kejang
untuk diagnosis dan tatalaksana kejang. Ditanyakan kapan kejang terjadi,
bila sudah pernah berapa kali dan waktu anak berumur berapa.
Sifat kejang
apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal.
Lama serangan kejang
interval antara dua serangan, kesadaran pada waktu kejang dan pasca
kejang.
Gejala lain yang menyertai
demam, muntah, lumpuh, penurunan kesadaran atau kemunduran
kepandaian.
17
Riwayat kejang pada keluarga
Riwayat epilepsi pada keluarga 3
E. Pemeriksaan Fisik
Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan
yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan
membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang
dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi
yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas
tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena
kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu. 3
Meningeal sign :
Kaku kuduk
Brudzinski 1 dan 2
Reflek patologis :
reflek babinski
reflek oppenheim
reflek hoffman
reflek klonus pergelangan kaki
reflek patela
Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis
dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.
18
Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma, berlanjut dengan hipoventilasi,
henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya
negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya
perdarahan intraventikular.1
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi lengkap dan elektrolik
Pemeriksaan EEG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia dan
menegakkan diagnosa kejang. EEG juga diperlukan untuk menentukan
prognosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar
belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan
brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak
baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan
perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk
menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang
tidak dapat meramalkan prognosis.
Pemeriksaan pungsi lumbal untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala
meningitis sering tdk jelas
bayi 12-1 bulan dianjurkan melakukan lumbal pungsi kecuali pasti
bukan meningitis
19
bayi >18 bulan umumnya gejala meningitis sudah terlihat dg jelas.
Bila pasti bukan meningitis, lumbal pungsi tidak dianjurkan.1
G. Penatalaksanaan
1. Segera diberikan diezepam intravena dosis rata-rata 0,3mg/kgBB
atau diazepam rektal dosis < 10 kg = 5mg rektiol
dapat diulangi dengan dosis/cara yang sama
berikan dosis awal fenobaritol
neonatus = 30 mg IM
1 bln-1 thn = 50 mg IM
>1 thn = 75 mg IM
4 jam kemudian
Hari I+II = fenobarital 8-10 mg/kgBB dibagi dlm 2 dosis
Hari berikutnya = fenobaritol 4-5 mg/kgBB dibagi dlm 2 dosis
2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai fenobarbital dengan dosis
awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.
20
Pengobatan rumat
Kejang berhenti
> 10 kg = 10 mg rektiol
Bila kejang tidak berhenti tunggu 15 menit
3. Pengobatan rumat
a. Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumat dengan
cara mengirim penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan
lebih lanjut. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu:
Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita
kejang demam sederhana diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak yang bila
menderita demam lagi. Antikonvulsan yang diberikan ialah
fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek
samping paling sedikit dibandingkan dengan obat antikonvulsan
lainnya. Obat yang kini ampuh dan banyak dipergunakan untuk
mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik
diberikan secara rectal maupun oral pada waktu anak mulai terasa
panas.
Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai
kemungkinan anak untuk menderita kejang demam sedehana
sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.
Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya
dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita
untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.
Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
21
1) Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian
fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak menjadi
hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan
kognitif atau fungsi luhur.
2) Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis.
Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan
dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual,
kerusakan hepar, pancreatitis.
3) Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan
gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital.
Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian
antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan
sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi.
Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-
lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.
4) Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks
biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu
untuk mengobati infeksi tersebut.
22
Secara akademis pada anak dengan kejang demam yang datang
untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi
lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di
dalam otak misalnya meningitis.
Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama,
pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan
pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula darah, kalium,
magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.1
H. Komplikasi
Kerusakanotak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D
Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuoran secara irreversible.
Retardasi mental
Dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam neonatus. 1
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Hassan, Rusepna Dr. Ilmu Kesehatan Anak UI Jilid 2. 1985.
Infomedika. Jakarta.
2. Kejang Pada Anak. www.google.com
3. Latif, Abdul, dkk. Diagnosis Fisis Pada Anak. 2003. Jakarta. Sagung
Seto.
24