dila presus obgyn

18
 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun tugas REFRAT POLI HI DRAMNI ON. Penyus unan tugas ini masi h jau h da ri sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat membuatnya lebih baik lagi. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kep ada dr. KGS Halim Lutfi Sp.OG dan dr . Isna ina Perwi ra Sp.OG, serta be rbagai pi hak yang tel ah membantu penyelesain presentasi kasus ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Arjawinangun, 29-08-2011 Penyusun Page | 1

Transcript of dila presus obgyn

Page 1: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 1/18

 

KATA PENGANTAR 

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun

tugas REFRAT POLIHIDRAMNION. Penyusunan tugas ini masih jauh dari

sempurna baik isi maupun penyajiaannya sehingga diharapkan saran dan kritik yang

membangun dari berbagai pihak agar dikesempatan yang akan datang penulis dapat

membuatnya lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. KGS Halim

Lutfi Sp.OG dan dr. Isnaina Perwira Sp.OG, serta berbagai pihak yang telah

membantu penyelesain presentasi kasus ini.Semoga tugas ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Arjawinangun, 29-08-2011

Penyusun

Page | 1

Page 2: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 2/18

 

DAFTAR ISI

Kata

Pengantar…………………………………………………………………………...1

Dafta rIsi……………………………………………………………………………2

BAB I PENDAHULUAN……………..……………………………………………3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi…………………………………………………………………………….4

2.2 Epidemiologi………………………………………………………………………5

2.3 Patogenesis………………………………………………………………………...5

2.4 Patofisiologi……………………………………………………………………….8

2.5 Klasifikasi…………………………..…………………………………………… 12

2.6 Gejala Klinis…...…………………………………………………………………14

2.7

Diagnosis………………………………………………………………………….15

2.8 Diagnosis

Banding………………………………………………………………...18

2.9Penatalaksanaan…………………………………………………………………...19

2.10

Komplikasi……………………………………………………………………….25

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………...27

Daftar 

Pustaka…………………………………………………………………………………28

BAB I

Page | 2

Page 3: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 3/18

 

PENDAHULUAN

Cairan amnion atau air ketuban merupakan bagian penting dalam kehamilan

dan perkembangan janin. Cairan amnion terdapat dalam ruang yang diliputi oleh

selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion. Volume cairan amnion

meningkat sampai 1 L atau lebih sampai 36 minggu, dan akan berkurang sesudahnya.

Pada kehamilan  post-term, volume cairan amnion mungkin hanya sekitar 100-200

ml.1 

Cairan amnion berfungsi sebagai bantalan untuk fetus, membantu

 perkembangan musculoskeletal dan melindungi janin dari trauma, juga menjaga

temperatur dan memiliki fungsi nutrisi minimal. Cairan amnion juga sangat penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan paru-paru serta traktus gastrointestinal.2 

Masalah cairan amnion terjadi sekitar 7 % dari kehamilan. Kelebihan atau

kekurangan cairan amnion dari volume normal berhubungan dengan ketidaknormalan

 perkembangan dan komplikasi – komplikasi pada kehamilan.1

Jumlah amnion lebih dari 2000 ml dianggap sebagai jumlah yang berlebihan

dan disebut sebagai hidramnion atau polihidramnion. Jumlah cairan yang berlebihan

tersebut dilaporkan dapat mencapai sebanyak 15 L.  Pada hidramnion kronik 

  peningkatan cairan yang berlebihan terjadi secara bertahap, sedangkan pada

hidramnion akut uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari

saja.1

Pada hidramnion biasanya disertai malformasi fetus, terutama pada sistem

saraf pusat atau traktus gastrointestinal.1

BAB II

Page | 3

Page 4: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 4/18

 

TINJAUAN PUSTAKA 

DEFINISI

Secara anatomi, hidramnion atau polihidramnion adalah keadaan dimana

 banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc.

Secara klinis, hidramnion atau polihidramnion adalah penimbunan berlebihan

dari cairan amnion yang menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu dan/atau saat

 pemeriksaan imaging dibutuhkan untuk menyokong diagnosa klinis dari letak dan

keberadaan janin.3

Dengan pemeriksaan USG kebanyakan studi klinis mendefinisikan

hidramnion dimana ICA lebih dari 24-25 cm. Studi lain mendefinisikan hidramnion

sebagai kantung berukuran vertikal lebih besar dari 8 cm.

INSIDENS

Dengan adanya banyak kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan

hidramnion, insidens hidramnion bervariasi antara 0,5 – 1 % dari seluruh kasus. Lebih

sering terjadi pada multipara dibanding primipara. Walaupun kebanyakan hidramnion

ringan, namun menimbulkan keluhan pada 1 dari 1000 kehamilan.3

Mortalitas/ Morbiditas1

• Penelitian dengan menggunakan ultrasonography yang dilakukan pada 7562

 pasien dengan kehamilan resiko tinggi yang dilakukan oleh Chamberlin dkk 

menunjukkan bahwa Perinatal Mortality Rate pada pasien dengan jumlah amnion

yang normal sebesar 1,97 kematian per 1.000 pasien. Angka ini meningkat hingga

4,12 kematian per 1.000 pasien dengan polihidramnion 1. • Pada sekitar 26 % dari ibu dengan hidramnion akan terjadi persalinan preterm.

Komplikasi pada ibu antara lain premature rupture of the membranes ( PROM),

Page | 4

Page 5: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 5/18

 

solutio plasenta, inersia uteri, serta perdarahan postpartum serta persalinan dengan

sectio caesar. Sedangkan pada janin prognosisnya seringkali kurang baik oleh

karena adanya kelainan kongenital, prematuritas, prolap funiculli, dan mall

 presentasi1,3. • Pada penelitian berseri pada tahun 1990 menunjukkan sekitar 20 % dari kasus

 polihidramnion berhubungan dengan kelainan kongenital pada janin termasuk di

dalamnya kelainan sistem gastrointestinal ( 40%), sistem saraf pusat ( 26 %),

sistem cardiovaskular ( 22 %), dan sistem genitourinari ( 13 %). • Diantara kasus kasus diatas 7,5 % berhubungan dengan multiple gestation, 5%

  berhubungan dengan diabetes pada ubu, 8,5 % disebabkan oleh sebab yang

lainnya. • Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan resiko tinggi karena dapat

membahayakan kesehatan ibu dan anak.

KLASIFIKASI

Berdasarkan onset, hidramnion dibagi3:

a. Kronik, onset dalam beberapa minggu

  b. Akut, onset tiba-tiba, dalam beberapa hari atau terlihat akut pada

hidramnion kronik yang sebelumnya telah ada.

Klasifikasi lain menentukan hidramnion ringan sebagai kantong-kantong

cairan ketuban mempunyai ukuran vertikal 8 hingga 11 cm. Hidramnion

diklasifikasikan sedang jika kantong cairan berisi bagian-bagian kecil yang berukuran

12 sampai 15 cm. Akhirnya, hidramnion dianggap berat bila fetus yang mengapung

 bebas ditemukan dalam kantong-kantong cairan yang berukuran 16 cm atau lebih.1

Page | 5

Page 6: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 6/18

 

ETIOLOGI

Sampai sekarang penyebab pasti hidramnion masih spekulatif. Mungkin

disebabkan kurangnya penyerapan dan kelebihan produksi cairan amnion. Ada

 beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain3:

1. Anomali Fetal

- Anencefali

- Spina bifida

- Atresia esofagus atau duodenum

-  Facial clefts dan massa pada leher 

- Hidrops fetalis

2. Plasenta

Choriangioma dari plasenta

3. Kehamilan ganda

4. Maternal

- Diabetes Mellitus

- Penyakit jantung atau ginjal

5. Idiopatik 

 

Polyhydramnios

• Idiopathic (60%)

• Maternal (20%)

• Diabetes

• Rh incompatibility (fetal hydrops)

Fetal (20%)

Page | 6

Page 7: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 7/18

 

•  N eural tube defect

• GI obstruction (prox. to ileum)

• Cardiac

• Dwarfism

• P lacental chorioangioma

PATOFISIOLOGI

Pada trimester pertama kehamilan cairan amnion terutama berasal dari plasma

darah yang berdifusi melalui jaringan tipis fetus ke ruangan sekitarnya. Setelah ginjal

 janin terbentuk pada minggu 10-11, urine dari fetus menjadi sumber utama dari cairan

ini hingga pada masa akhir kehamilan. Selain itu cairan amnion juga mengandung

cairan yang diproduksi oleh paru-paru, serta sebagian kecil dari sekret nasal dan oral

dari janin

Volume cairan amnion dikendalikan lewat sejumlah cara. Pada awal

kehamilan, rongga amnion akan terisi oleh cairan yang komposisinya serupa dengan

komposisi cairan ekstrasel. Selama trimester pertama, transfer air dan molekul kecil

lainnya tidak berlangsung hanya lewat selaput amnion tetapi juga melalui kulit fetus.

Dalam trimester kedua, janin mulai mengeluarkan urin, menelan dan menghisap

cairan amnion (Abramoich & colleagues, 1979, Duenhoelter & Pitchart). Proses ini

hampir selalu mempunyai peranan penting dalam mengendalikan volume cairan

amnion. Meskipun sumber utama cairan amnion pada kasus hidramnion dianggap

terdapat pada epitel amnion, namun perubahan tidak terdapat perubahan histologis

maupun kimia yang ditemukan dalam cairan amnion.

Page | 7

Page 8: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 8/18

 

Menelan pada janin diperkirakan menjadi salah satu mekanisme untuk 

mengendalikan volume cairan amnion. Kebenaran teori ini dibuktikan dengan

hidramnion terjadi saat refleks menelan terganggu, misalnya pada kasus atresia

esophagus. Namun demikian, refleks menelan bukan satu-satunya mekanisme untuk 

mencegah terjadinya hidramnion.

Terdapat 6 jalur regulasi dari cairan amnion yang mempengaruhi jumlah

volume cairan amnion. Jalur-jalur tersebut adalah :

1. Urine dari janin

2. Proses menelan pada janin

3. Proses pertukaran melalui korionik 

a. pada tali pusat

Page | 8

Page 9: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 9/18

 

 b. melalui kulit janin

4. Sekresi dari saluran pernafasan

5. Sekresi dari oral dan nasal

6. Jalur transmembraneal

Pada dasarnya terdapat 2 jalur penting yang mempengaruhi secara nyata

sebagai sumber dari volume cairan amniotik, yaitu urine dari janin dan cairan paru

dan ditambah juga dengan sedikit penambahan dari sekresi dari oral dan nasal.

Terdapat juga 2 jalur penting yang mempengaruhi secara nyata dari pengeluaran

cairan amnion yaitu proses menelan pada janin dan absorsi oleh plasenta.

Pada anensefalus dan spina bifida, peningkatan transudasi cairan dari

meningen yang terbuka ke dalam rongga amnion adalah faktor penyebab hidramnion.

Keadaan lain yang mungkin menerangkan terjadinya hidramnion pada anensefalus

adalah refleks menelan hilang serta pengeluaran urin berlebihan yang dapat terjadi

akibat stimulasi pada pusat serebrospinal yang kehilangan penutup pelindungnya dan

 penekanan pada efek antidiuretik karena kekurangan sekresi vasopresin arginin.1.

Pada janin dengan  facial clefts (palatoschisis dll) ataupun dengan massa di

leher, reflek menelan akan lebih susah sampai hilang.

Tumor pada plasenta seperti chorioangioma juga dapat menyebabkan

hidramnion. Tumor tersebut berasal dari satu vili yang terdiri dari pembuluh-

 pembuluh darah dan jaringan penyambung yang hiperplasia. Keadaan tersebut dapat

meningkatkan transudasi cairan ke kantung amnion.3

Pada hidramnion yang berkaitan dengan kehamilan kembar monozigot,

dikemukakan hipotesis yang mengatakan bahwa salah satu janin yang menggunakan

 bagian terbesar dari sirkulasi darah bagi kedua janin, akan mengalami hipertrofi

  jantung yang selanjutnya akan mengakibatkan peningkatan pengeluaran urin. Naeye

Page | 9

Page 10: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 10/18

 

dan Blane (1972) menemukan dalam sindrom tersebut tubulus renal yang berdilatasi,

kandung kemih yang membesar dan peningkatan ekskresi urin dalam periode

neonatus dini, yang semuanya menunjukkan bahwa peningkatan produksi urin janin

 bertanggungjawab terhadap terjadinya hidramnion.1,4

Hidramnion yang sering dijumpai pada diabetes maternal selama trimester 

ketiga tetap tidak jelas penyebabnya. Diyakini dengan peningkatan gula darah ibu

gula darah fetus juga meningkat, kemudian terjadi diuresis yang berlebihan sehingga

akhirnya menyebabkan hidramnion.3

GEJALA KLINIK 

Gejala klinik pada hidramnion terjadi karena faktor mekanik sebagai akibat

 penekanan uterus yang besar terhadap organ-organ sekitarnya. Uterus yang besar akan

menekan diafragma sehingga si wanita merasa sesak. Penekanan vena-vena yang

 besar menyebabkan edema terutama di kedua tungkai, vulva dan abdomen. Kadang

kala, oliguri berat dapat terjadi akibat obstruksi ureter oleh uterus yang besar.

Pada hidramnion kronis, penumpukan cairan berlangsung secara bertahap dan

 pasien dapat mentoleransi distensi abdomen yang berlebihan dan hanya merasa sedikit

tidak nyaman. Tetapi pada hidramnion yang akut distensi tersebut dapat menimbulkan

gangguan yang cukup serius sehingga mengancam keselamatan ibu. Gejala-gejala

yang umum terjadi pada hidramnion meliputi pertumbuhan cepat pada uterus dimana

tinggi uterus lebih tinggi dari waktu amenoreanya, ketidaknyamanan dalam abdomen,

kontraksi uterus. Pada hidramnion palpasi anak sulit dan bunyi jantung sering tidak 

terdengar. 2,5,6,

DIAGNOSIS

Page | 10

Page 11: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 11/18

 

Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang lengkap dan pemeriksaan fisik 

dapat juga dengan ultrasound dengan mengukur kantong cairan amnion untuk 

menghitung volume total.

HIDRAMNION KRONIK 

Onset perlahan-lahan dan terjadi pada trimester III. Keluhannya tidak hebat.

A. ANAMNESIS

Dyspnoe, terutama pada posisi berbaring

Palpitasi

Bengkak pada tungkai, vulva, perut dan hemoroid

B. PEMERIKSAAN FISIK 

Mungkin terdapat tanda-tanda pre eklamsia

1. Inspeksi

Abdomen terlihat besar, sangat buncit, tidak sesuai umur kehamilan

Kulit abdomen dapat terlihat tegang, mengkilat, dengan striae yang lebar 

2. Palpasi

Fundus lebih tinggi dari usia kehamilannya

 Fluid thrill dapat dirasakan di semua tempat

Bagian-bagian janin dan presentasi serta letak sukar dikenal karena

 banyaknya cairan

Kesalahan letak janin dapat terjadi karena janin dapat bergerak dengan

 bebas.

3. Auskultasi

Page | 11

Page 12: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 12/18

 

Denyut jantung sukar didengar atau kalau dapat didengar, terdengar halus

sekali.

4. Pemeriksaan dalam

Serviks terdorong ke atas, dilatasi, ketuban terasa tegang dan menonjol bila

diraba melalui lubang pembukaan.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sonografi7

• Hidramnion, asites dan kista ovarium yang besar dapat dibedakan

tanpa kesulitan dengan USG. Cairan amnion yang banyak dapat dilihat

sebagai ruang non-echoik yang besar dan abnormal.

• Hidramnion dinilai berdasarkan indeks cairan amnion (ICA) di atas

24 cm. Pertama kali digambarkan oleh Phalan dkk, metode ini

menjumlahkan kantung vertikal maksimum (Maksimum Vertical 

 Pocket = MVP) pada masing-masing 4 kuadran. Pendekatan ini membagi

uterus menjadi 4 kuadran dengan umbilikus dan linea nigra sebagai titik 

acuan dan memperhitungkan ICA dengan menjumlahkan perhitungan

MVP ari masing-masing kuadran.

• Penilaian ICA:

Meningkat (>24 cm)

Peningkatan ICA adalah sebuah indikasi untuk tes antepartum,

termasuk pengukuran ICA berseri setidaknya setiap minggu. Sebuah

 pemeriksaan ultrasound lengkapharus dilakukan untuk mencari adanya

anomali pada janin dan plasenta seperti yang terjadi pada hidramnion.

 Normal (10-24 cm)

Page | 12

Page 13: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 13/18

 

Rendah normal (5,1-9,9 cm)

Menurun ( <5 cm)

2. Radiografi

Daerah radiolusen yang luas di sekeliling skeleton janin menunjukkan adanya

hidramnion, meskipun massa jaringan lunak seperti tumor juga dapat

memberikan gambaran yang sama. Adanya kelainan kongenital anensefalus

mudah terdeteksi dengan pemeriksaan ini. Namun sekarang pemeriksaan ini

kurang populer.

3. Pemeriksaan darah3

ABO dan Rh

Rhesus isoimunisasi dapat menyebabkan hydrops fetalis dan asites pada

 janin.

Gula darah post prandial dan tes toleransi glukosa bila diperlukan.

HIDRAMNION AKUT

Onset tiba-tiba, dimana penambahan cairan ketuban terjadi mendadak dan

uterus akan  mengalami distensi yang nyata dalam beberapa hari. Biasanya terjadi

 pada trimester II dan kehamilan sering berakhir pada usia 28 minggu.

A. ANAMNESIS3

1. Abdomen membesar melebihi usia kehamilan

2. Abdomen membesar dalam beberapa hari

3. Biasanya terjadi pada usia kehamilan dibawah 20 minggu

4. Nyeri perut

5. Mual dan muntah

Page | 13

Page 14: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 14/18

 

B. PEMERIKSAAN FISIK 

1. Tinggi fundus uteri melebihi usia kehamilan.

2. Edema tungkai, mungkin bersama dengan tanda-tanda preeklamsia.

3. Bisa sampai terdapat tanda-tanda syok karena proses akut.

4. Biasanya pada pemeriksaan USG terdapat kehamilan ganda atau

abnormalit fetus

KOMPLIKASI

Komplikasi ibu antara lain persalinan preterm,  pregnancy-induced 

hypertension, ketuban pecah dini, kesulitan bernapas. Komplikasi intrapartum antara

lain solutio plasenta, prolaps tali pusat, inersia uteri, insufisiensi plasenta dan

 bertambahnya insiden sectio caesar. Perdarahan postpartum adalah komplikasi yang

 paling dikhawatirkan. Kematian janin dapat terjadi, dimana penyebab utama kematian

 janin adalah kelainan kongenital yang tidak memungkinan janin untuk hidup serta

 prematuritas.1,3

PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan hidaramnion adalah untuk mengatasi

ketidaknyamanan, mengetahui penyebabnya dan untuk menghindari dan mengatasi

komplikasinya.3

Penatalaksanaan spesifik hidramnion dapat dilakukan berdasarkan keadaan

kehamilan, keadaan umum dan riwayat penyakit ibu; derajat penyakit; toleransi untuk 

 pengobatan spesifik, prosedur dan terapi.

Ibu yang didiagnosa sengan hidramnion harus melakukan monitoring ketat

  jumlah cairan amnion. Hidramnion ringan jarang membutuhkan terapi. Bahkan

hidramnion sedang terkadang tidak membutuhkan terapi walaupun ada

Page | 14

Page 15: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 15/18

 

ketidaknyamanan sampai saat persalinan atau sampai ketuban pecah. Apabila rasa

ketidaknyamanan benar-benar mengganggu, maka dibutuhkan bed rest  ataupun

hospitalisasi.1,6

Amniosintesis dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan ibu dengan

melakukan drainase cairan amnion. Amniosintesis dapat dilakukan berulang, terutama

dilakukan pada hidramnion akut.1,3 Ibu dengan hidramnion dimana bayinya menderita

cacat kongenital, dilakukan terminasi kehamilan tanpa mempedulikan usia kehamilan.

Penatalaksanaan lain dari hidramnion adalah pemakaian indomethacin.

Indomethacin mengurangi produksi cairan paru-paru dan meningkatkan penyerapan,

serta mengurangi produksi urin fetus, serta meningkatkan aliran cairan yang melitasi

membran fetus. Diberikan dengan dosis 1,5 sampai 3 mg/kgBB/hari. Tetapi terapi ini

sangat potensial menyebabkan penutupan lebih awal dari duktus arteriosus fetus.1,5

PROGNOSIS

Prognosis untuk anak kurang baik walaupun pada pemeriksaan penunjang

tidak tampak kelainan. Sebab-sebab prognosis kurang baik ialah cacat bawaan,

 prematuritas, prolapsus funikuli, eritroblastosis, preeklamsi, diabetes mellitus. Bahaya

untuk ibu ialah solution plasenta, inersia uteri, perdarahan postpartum.

Page | 15

Page 16: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 16/18

 

BAB III

KESIMPULAN

 Kesimpulan :

Hidramnion adalah suatu kelainan akumulasi cairan amnion yang berlebihan.

Penyebab hidramnion dibagi berdasarkan kondisi ibu, janin dan idiopatik. Adapun

secara klinis terdapat hidramnion akut dan kronis. Diagnosis hidramnion ditegakkan

 berdasarkan anamnesa yang menunjukkan gejala yang tampak akibat penekanan

uterus yang besar terhadap organ - organ sekitarnya, pemeriksaan fisik dan

 pemeriksaan penunjang terutama pemeriksaan USG.

Page | 16

Page 17: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 17/18

 

Pada kasus ini ditemukan tanda-tanda khas hodramnion kronik, yaitu perut ibu

yang membesar tidak sesuai dengan umur kehamilan, dan sulitnya perabaan bagian-

 bagian janin pada pemeriksaan fisik. Punktum maksimum janin juga sulit dinilai.

Komplikasi pada pasien ini adalah prematuritas. Hal ini dapat terjadi pada

kehamilan dengan hidramnion.

DAFTAR PUSTAKA 

1. Cuningham FG, MD, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC dkk.

Abnormalities of the fetal membran and amnionic fluid. Dalam: Williams

obstetrics, edisi ke 21. New York; McGraw-Hill. 815-21.

2. William M Gilbert, MD, Amniotic Fluid. Dalam: Clinical Obstetrics and

Gynecology, edisi June 1997, volume 40,California,Lippincort-Raven.265-

277

3. Cuningham FG, MD, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC, Hauth JC dkk.

Fetal growth and development. Dalam: Williams obstetrics, edisi ke 21. New

York; McGraw-Hill. 142-5..

Page | 17

Page 18: dila presus obgyn

5/12/2018 dila presus obgyn - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/dila-presus-obgyn 18/18

 

4. Dutta DC. Multiple pregnancy, hydramnios & abnormalities of placenta &

cord. Dalam: Textbook of Obstetrics DC Dutta, edisi ke 4. Calcutta; New

central book agency. 224-30.

5. Martaasoebrata D, Sumapraja S.Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput

  janin. Dalam:Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, penyunting.

Ilmu kebidanan, edisi ke 3. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka sarwono P. 358-9.

6. Sastawinata SR dkk; Hydramnion : Obstetri patologi, UNPAD, Bandung,

1981

7. Lembel Arda, MD, Berkowitz L. Richard, MD. Polyhidramnions :

Contemporary. OB/Gyn vol 44 no.9, September 1999

Page | 18