Laporan Obgyn

47
TUGAS PRESENTASI KASUS BLOK ECCE III STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI PERSALINAN NORMAL (INPARTU KALA 1) PEMBIMBING dr. Yuli Trisetiyono, Sp.OG Oleh : Fickry Ardiansyah G1A009008 JURUSAN KEDOKTERAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Transcript of Laporan Obgyn

Page 1: Laporan Obgyn

TUGAS PRESENTASI KASUSBLOK ECCE III

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PERSALINAN NORMAL(INPARTU KALA 1)

PEMBIMBING

dr. Yuli Trisetiyono, Sp.OG

Oleh :

Fickry Ardiansyah G1A009008

JURUSAN KEDOKTERAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Laporan Obgyn

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS BLOK ECCE III

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PERSALINAN NORMAL(INPARTU KALA 1)

Disusun oleh :

Fickry Ardiansyah G1A009008

Telah diprensentasikan dan disetujui

Pada tanggal 15 Desember 2012

Pembimbing,

dr. Yuli Trisetiyono, Sp.OG

Page 3: Laporan Obgyn

STATUS PASIEN

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Nani

Umur : 25 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Karangnanas RT 08 RW 02 Kebasen, Purwokerto

Tanggal Masuk : 14 Desember 2012 pukul 09.00 WIB

Tanggal Pemeriksaan : 14 Desember 2012 pukul 11.00 WIB

Ruang Pemeriksaan : Ruang bersalin RSUD Margono Soekarjo

Purwokerto

B. Subyektif

Tanggal pemeriksaan : 14 Desember 2012

Jam pemeriksaan : 11.00 WIB

1. Keluhan Utama : rujukan dari bidan karena terdapat tanda-tanda

persalinan disertai denyut jantung ibu yang tidak teratur

2. Keluhan Tambahan :

Kenceng-kenceng sejak pukul 01.00 WIB

Keluar cairan dari vagina (seperti kencing yang tidak bisa ditahan)

pukul 09.00 WIB

3. Riwayat Penyakit Sekarang

a. Onset : tanggal 14 Desember 2012

b. Kronologis :

Pasien bernama Ny. Nani usia 25 tahun, datang ke IGD RSUD

Margono Soekarjo tanggal 14 Desember 2012 pukul 09.00 WIB

karena rujukan dari bidan. Pasien dirujuk karena terdapat tanda-tanda

persalinan disertai dengan denyut jantung pasien yang tidak teratur.

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis kepada pasien.

Pasien mengaku sudah merasa kencang-kencang sejak tanggal 14

Desember 2012 pukul 01.00 WIB dan dibawa ke bidan. Pasien tidak

mendapat intervensi maupun obat apapun dari bidan. Pada pukul

Page 4: Laporan Obgyn

09.00 WIB pasien dirujuk ke RSUD Margono Soekarjo karena denyut

jantung pasien yang tidak teratur. Sesampai di RS pasien

mengeluarkan cairan seperti kencing yang tidak bisa ditahan. Hasil

pemeriksaan didapatkan tekanan darah 120/60 mmHg, RR 20 x/menit,

nadi 60 x/menit, suhu 36o C, His 2x tiap 10 menit dengan durasi 30

detik.

4. Riwayat Menstruasi :

a. Haid pertama umur 12 tahun

b. Menstruasi teratur

c. Siklus 28 hari

d. Durasi 7 hari

e. Volume menstruasi: 3-4 kali ganti pembalut perhari

f. Nyeri saat menstruasi disangkal

g. HPHT : 20 Maret 2012

h. HPL : 27 Desember 2012

5. Riwayat Perkawinan :

Pasien menikah sekali

6. Riwayat Obstetri:

G1P0A0

Kehamilan pertama, tidak ada riwayat partus, tidak ada riwayat abortus

7. Riwayat ANC :

Trisemester pertama : 2 bulan sekali di bidan

Trisemester kedua : sebulan sekali dibidan

Trisemester ketiga : 2 minggu sekali dibidan

Pasien mendapat imunisasi TT sekali sebelum menikah dan selama

kehamilan belum mendapat imunisasi TT

8. Riwayat KB

Pasien belum pernah KB

9. Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat hipertensi disangkal

b. Riwayat DM disangkal

c. Riwayat penyakit jantung disangkal

Page 5: Laporan Obgyn

d. Riwayat asma disangkal

e. Riwayat alergi obat-obatan disangkal

10. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien seorang ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMP, penanggung

jawab pasien adalah suaminya bernama Tn. Lasman

C. Obyektif

Tanggal pemeriksaan : 14 Desember 2012

Jam pemeriksaan : 11.00 WIB

1. Keadaan Umum : sedang

2. Kesadaran : compos mentis

3. BB : 68 kg

4. TB : 155 cm

5. Vital Sign :

a. Tekanan Darah : 120/60 mmHg

b. Nadi : 60x/menit

c. RR : 20x/menit

d. Suhu : 36,8o Celsius

6. Status Generalis

a. Kepala dan leher

1) Mata : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

pupil isokor

2) Hidung : discharge (-), epiktasis (-)

3) Telinga : discharge (-)

4) Mulut/ gigi : sianosis (-), lidah tremor (-)

5) Trachea : deviasi (-)

6) Tyroid : pembesaran (-)

7) KGB : tidak teraba

b. Paru

Inspeksi : hemithorax sinistra = dekstra

tidak ada ketinggalan gerak

Palpasi : susah dinilai karena pasien kesakitan

Page 6: Laporan Obgyn

Perkusi : susah dinilai karena pasien kesakitan

Auskultasi : susah dinilai karena pasien kesakitan

c. Cor

Inspeksi : susah dinilai karena pasien kesakitan

Palpasi : susah dinilai karena pasien kesakitan

Perkusi : susah dinilai karena pasien kesakitan

Auskultasi : susah dinilai karena pasien kesakitan

d. Pemeriksaan ekstremitas :

1) Superior : edema (-/-)

2) Inferior : edema (-/-)

3) Kuku : clubbing finger (-), sianosis (-)

e. Pemeriksaan kulit : sianosis (-), ikterik (-)

f. Pemeriksaan akral: hangat

i. Status Lokalis Abdomen

Inspeksi : Cembung gravid

Auskultasi : DJJ (+) 136 kali/menit

Perkusi : Pekak janin

Palpasi : TFU 34 cm

j. Status Vegetatif

BAB (+)

BAK (+)

Flatus (+)

7. Status Obstetrik

a. Leopold I : TFU 34 cm, teraba bulat besar lunak 1 buah

(bokong)

b. Leopold II : Tahanan memanjang di sebelah kanan (punggung

kanan)

teraba bagian kecil di sebelah kiri

c. Leopold III : Bulat keras 1 buah (kepala) sudah terfiksasi

d. Leopold IV : sudah masuk pintu atas panggul

e. DJJ : (+) 136x/menit, letak DJJ di regio umbilikus

f. His : 2 kali dalam 10 menit dengan durasi 30 detik

Page 7: Laporan Obgyn

g. VT : sudah pembukaan 4, portio lunak, UUK kiri atas,

panggul baik, kulit ketuban (-)

D. Assesment

Diagnosis :

G1P0A0, usia 25 tahun, usia kehamilan 38 minggu. Janin tunggal hidup intra

uteri. Presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP. Inpartu kala I

fase aktif pada tanggal 14 Desember 2012 jam 11.00 WIB

E. Planning Of Therapy

Manajemen kala I

1. Monitoring fetal well-Being selama persalinan

Selama Kala I persalinan tanpa diserta abnormalitas lainnya, maka pemeriksaan auskultasi direkomendasikan tiap 30 menit dan tiap 15 menit saat kala II.

2. Kontraksi uterus

Kontraksi uterus dapat dievaluasi secara manual untuk menilai baik secara

kuantitatif maupun kualitatif. Dengan meletakkan telapak tangan

pemeriksa pada uterus, maka pemeriksa dapat menentukan onset

kontraksinya. Intensitas kontraksi dapat diidentifikasi menurut tingkat

kekerasan uterus yang dapat dicapai. Pada saat kontraksi tercapai efefktif,

maka jari pemeriksa tidak akan mampu menekan uterus. Kemudian saat

kontraksi menghilang juga dicatat. Sekuens ini akan terus berulang dan

dievaluasi frekwensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.

3. Vital sign maternal

4. Pemeriksaan vaginal berikutnya

5. Intake oral

6. Infus RL

7. Amniotomi

8. Pemeriksaan fungsi kandung kemih

Secara umum, manajemen penanganan persalinan kala I adalah sebagai

berikut :

1. Pendampingan oleh keluarga

Page 8: Laporan Obgyn

2. Perhatikan asupan nutrisi untuk persiapan kala II

3. Dianjurkan jalan-jalan dan menjaga kebersihan diri (mandi) apabila

ketuban belum pecah

4. Ajarkan baring miring kiri

5. Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase

aktif (pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6

jam).

Page 9: Laporan Obgyn

I. PENDAHULUAN

Persalinan dan kelahiran normal adalah kejadian fisologis yang normal

dialami oleh seorang ibu yaitu proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin

dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan

teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-

robekan kecil pada serviks, kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya,

pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah ada.

  Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas umum otot polos

miometrium yang relative tenang sehingga memungkinkan pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterine sampai kehamilan aterm. Menjelang persalinan,

otot polos uterus mulai menunjukan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi,

diselingi suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan,

serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum, kontraksi otot polos

uterus ini lah yang disebut dengan his.

Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan

sendirinya, tetapi persalinan pada manusia kapan saja dapat terancam oleh

penyulit yang tentunya membahayakan bagi ibu maupun janinnya sehingga

memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang

memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan

kemungkinan ancaman penyulit persalinan dapat terjadi pada setiap tahap

tersebut.

Kala I (kala pembukaan), secara klinis dapat dikatakan partus dimulai

apabila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah

(bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis

servikalis mulai membuka atau mendatar. Proses membukanya serviks sebagai

akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten dan fase aktif

Page 10: Laporan Obgyn

Kala II (kala pengeluaran janin), pada kala II ini his menjadi lebih kuat

dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya kepala janin

sudah masuk di ruang panggul, maka saat muncul his dirasakan tekanan pada

otot-otot dasar panggul, yaitu secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.

Pada kala ini ibu juga merasa adanya tekanan pada rectum, hendak buang air

besar, perineum mulai menonjol dan melebar, serta labia mulai membuka dan

tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.

Kala III (kala pengeluaran plasenta), terdiri dari 2 fase, yaitu fase

pelepasan plasenta dan fase pengeluaran plasenta. Setelah anak lahir, his berhenti

sebentar, tetapi timbul kembali setelah beberapa menit. His ini dinamakan his

pelepasan plasenta yang berfungsi untuk melepaskan plasenta, sehingga terletak

pada segmen bwah rahim atau bagian atas vagina. Pada masa ini, uterus akan

teraba sebagai tumor yang keras, segmen atas melebar karena mengandung

plasenta, dan fundus uteri teraba sedikit dibawah pusar.

Kala IV (kala pengawasan), merupakan kala pengawasan selama 2 jam

setelah bayi dan plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap

bahaya perdarahan postpartum. Ada hal-hal pokok penting yang harus

diperhatikan pada kala IV, yaitu kontraksi uterus harus baik, tidak ada perdarahan

pervaginam atau dari alat genital lain, plasenta dan selaput ketuban harus harus

sudah lahir lengkap, kandung kencing harus kosong, luka-luka di perineum harus

dirawat dan tidak ada hemtoma, resume keadaan umum bayi dan resume keadaan

umum ibu.

Page 11: Laporan Obgyn

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan

berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 280 hari atau 9

bulan 7 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan

dibagi menjadi tiga trimester, yaitu trimester satu (12 minggu pertama),

trimester dua (minggu ke 13 -27) dan trimester tiga(minggu ke 28- 40).

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun ke dalam jalan lahir . sedangkan kelahiran adalah proses dimana

janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Oleh sebab itu

persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

B. Diagnosis kehamilan

1. Anamnesis

Keluhan-keluhan secara umum yang ditemukan pada anamnesis

kehamilan mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Amenore

b. Mual dan muntah (morning sickness), yang disebabkan oleh

adanya perubahan aktivitas hormon yang menurunkan peristaltik

usus dan tertumpahnya asam lambung keujung atas lambung.

Penurunan peristaltik usus ini juga akan memperlambat proses

pencernaan dan mengakibatkan sembelit.

c. Rasa mudah lelah, yang dipicu oleh peningkattan kebutuhan aliran

darah yang kurang dibanding dengan ketersediaan darah. Volume

darah ibu hamil meningkat sampai 30-50%, dan frekuensi denyut

jantung meningkat hingga 20%. Selain itu, uterus yang telah

membesar akan mendesak sekat rongga dada (diafragma) dan

mengganggu ekspansi paru, sehingga wanita hamil tampak

Page 12: Laporan Obgyn

terengah-engah, dan keadaan ini akan diperberat oleh

meningkatnya kebutuhan oksigen pada ibu hamil.

d. Payudara kencang

e. Gangguan berkemih

f. Hari pertama haid terakhir (HPHT) untuk menentukan usia

kehamilan

g. Siklus haid dan lama haid

h. Menanyakan pengecoh pada awal kehamilan seperti penggunaan

kontrasepsi dan menstruasi yang tidak teratur

Klasifikasi lain mengelompokkan tanda kehamilan menjadi tiga, yaitu

tanda mungkin hamil, tanda tidak pasti hamil, dan tanda pasti hamil.

a. Tanda mungkin hamil

- Amenorrhea, yaitu wanita tidak datang mentruasi 2 bulan

berturut-turut.

- Nausea (mual) dan emesis (muntah), yang umumnya terjadi pada

wanita hamil muda umur 6-8 minggu.

- Mual-mual pada pagi hari disebut morning sickness.

- Mastodynia, yaitu payudara terasa nyeri dan kencang disebabkan

payudara membesar karena pengaruh hormone estrogen ductus

mammae dan progestreon pada alveoli.

- Quickening, yaitu perasaan gerakan janin pada minggu ke 18

atau minggu 20 (primigravida) dan umur 14 atau 16 minggu pada

multi gravida.

- Miksi yang terjadi pada wanita hamil trimester I dan III sering

merasakan sering kencing karena uterus yang gravid mendesak

vesica urinaria.

- Konstipasi, yaitu kesulitan buang air besar karena pengaruh

hormon progesterone yang menghambat peristaltik usus dank

arena perubahan pola makan.

- Weight gain, yaitu pertumbuhan berat badan ibu tidak selalu

berbanding lurus dengan pertambahan berat janin. Pertambahan

Page 13: Laporan Obgyn

umur 20 minggu, umumnya pertambahan berat badan normal

selama kehamilan adalah 8-14 kg.

- Fatigue, yaitu berupa perasaan lelah pada ibu hamil dan lebih

berat pada umur 32 minggu.

- Nail sign, yaitu umumnya umur 6 minggu wanita hamil

mengaluh ujung kuku lunak dan lebih tipis.

- Mengidam atau pica, yaitu ingin makanan atau minuman

tertentu. Hal ini terjadi pada bulan-bulan pertama.

- Sinkope, yaitu adanya gangguan sirkulasi ke daerah kepala

sehingga menyebabkan iskemik susunan saraf pusat.

- Pigmentasi kulit, yang disebabkan oleh pengaruh hormone

kortikosteroid plasenta, biasanya sering dijumpai pada muka

(chloasma gravidarum), dinding perut (striae gravidarum, yaitu

suatu perubahan warna seperti jaringan parut), leher dan sekitar

payudara (hiperpigmentasi areola mamae), putting susu menonjol

(kelenjar montgmery menonjol).

- Epulis (hipertrofi papilla gingivae atau gusi berdarah)

- Varises (pemekaran vena-vena, yang dapat terjadi pada kaki,

betis, dan vulva), biasanya dijumpai pada trimester akhir.

b. Tanda tidak pasti hamil

- Perut membesar

- Uterus membesar, sesuai dengan umur kehamilan.

- Tanda Chadwicks, mukosa vagina berwarna kebiruan

- Discharge, lebih banyak dirasakan wanita hamil.

- Tanda Goodell, portio teraba melunak.

- Tanda Hegar, isthmus uteri teraba lebih panjang dan lunak.

- Tanda Piscaseck, pembesaran dan pelunakan pada

tempat implantasi. Biasannya ditemukan saat umur 10 minggu.

- Teraba ballotement (tanda ada benda mengapung/ melayang

dalam cairan), pada umur 16-20 minggu.

- Kontraksi Braxton Hicks, kontraksi uterus (perut terasa kencang)

tetapi tidak disertai rasa nyeri.

Page 14: Laporan Obgyn

- Reaksi kehamilan positif (Mochtar, 1998).

c. Tanda pasti hamil

- Adanya gerakan janin yang dapat dilihat, dirasakan dan diraba

serta ditemukan bagian-bagian janin.

- Terdengar denyut jantung janin secara auskultasi : Dapat

didengar dengan stetoscop monoculer laenec, doppler, alat

kardiotograf dan dilihat pada USG.

- Terlihat tulang-tulang janin pada foto rontgen (rongten sudah

tidak disarankan) (Mochtar, 1998).

2. Pemeriksaan fisik

a. Kontraksi Braxton hicks, yaitu kontraksi yang tidak teratur dan

tidak nyeri, yang bersifat ritmis dan sporadic, yang dimulai sejak

kehamilan 6 minggu, yang mulai teraba dengan pemeriksaan

bimanual pada trimester kedua, dan teraba dengan palpasi pada

trimester ketiga.

b. Ballotement, yaitu pemantulan tubuh janin ketika dilakukan palpasi

abdomen.

c. Chadwik sign, yaitu vulva, vagina serviks tampak berwarna

keunguan atau lividae, yang dapat dilihat dengan inspekulo.

d. Goodel sign, yaitu perubahan konsistensi serviks menjadi lebih

lunak dan kenyal, yang dapat dirasakan pada pemeriksaan

bimanual.

e. Hegar sign, yaitu perlunakan pada ismus sehingga ujung jari di

abdomen dengan jari di dalam vagina dapat bertemu, temuan ini

diperoleh pada pemeriksaan bimanual.

f. Piscaseck sign, yaitu uterus yang teraba tidak rata akibat ada

bagian yang terdapat plasenta sehingga mengalami penebalan.

g. Perubahan kulit, yaitu tampak mengalami hiperpigmentasi, yaitu

kelebihan pigmen pada tempat-tempat tertentu. Perubahan pada

kulit ini tidak selalu sama pada setiap wanita hamil, ada yang

sebagian saja dan ada juga yang pada semua tempat.

Page 15: Laporan Obgyn

h. Perubahan pada kelenjar. Tampak pembesaran pada kelenjar tiroid,

seingga leher wanita kelihatan seperti leher pria. Namun perubahan

ini tidak terdapat pada setiap wanita hamil.

i. Perubahan pada mammae. Perubahan ini pasti terdapat pada

sermua wanita hamil karena bersama-sama dengan kehamilan

mammae menyiapkan diri untuk memproduksi makanan pokok

yang nantinya akan diberikan kepada bayi setelah lahir. Perubahan

ini meliputi mammae membesar, tegang dan sakit; Vena dibawah

kulit mammae membesar dan kelihatan jelas; Hiperpigmentasi

pada areola mammae; dan kelenjar Montgomerry yang tenletak

dalam areola mammae membesar dan terlihat dari luar.

j. Perubahan perut. Uterus mengalami perubahan konsistensi, bentuk

dan ukuran sehingga perut tampak makin lama makin membesar.

Biasanya dari umur kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum

kelihatan. Perubahan ini mulai kelihatan setelah kehamilan 4 bulan,

atau pada usia kehamilan 5 bulan.

k. Perubahan pada alat kelamin luar. Alat kelamin luar terlihat

kebiruan yang disebabkan adanya kongesti pada peredaran darah.

Kongesti disebabkan karena pembuluh darah membesar, yang

disertai banyaknya darah yang menuju ke uterus sesuai dengan

kebutuhan uterus untuk pertumbuhan dan nutrisi janin. Pembuluh

darah pada alat kelamin luar merupakan cabang pembuluh darah

uterus, sehingga kongesti pembuluh darah alat kelamin luar juga

mengalami kongesti (tanda Chadwick)

l. Perubahan pada tungkai. Perubahan pada tungkai adalah berupa

timbulnya varices pada sebelah atau kedua belah tungkai. Pada

hamil tua sering oedema pada salah satu tungkai. Oedema ini

disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada vena

femoralis, pada sebelah kanan atau sebelah kiri.

Page 16: Laporan Obgyn

m. Perbedaan primipara dan multipara

Tabel 2.1 Perbedaan primipara dan multipara

Primipara Multipara

Perut Tegang Longgar, terdapat striae

Pusat Menonjol Dapat datar

Rahim Tegang Agak lunak

Payudara Tegang, tegak Menggantung, agak lunak, terdapat striae

Labia Bersatu Agak terbuka

Himen Koyak beberapa tempat

Karankula himenalis

Vagina Sempit dengan rugae utuh

Lebar, rugae berkurang

Serviks Licin, lunak, tertutup

Sedikit terbuka, teraba bekas robekan persalinan

PembukaanMendatar lalu membuka

Membuka dan mendatar

Perineum Masih utuh Bekas luka episiotomi

3. Pemeriksaan penunjang

- Uji hormonal kehamilan

Uji ini didasarkan pada terbentuknya homon hCG ( human Chorionic

Gonadotropin ) oleh sinsisiotrofoblas. Hormon ini dieksresikan ke

dalam sirkulasi ibu dan disekresikan melalui urin. hCG dalam urin

sudah dapat dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat

pada usia kehamilan 60-70 hari lalu menurun dan meneteap hingga

akhir kehamilan setelah 100-130 hari. Rendahnya kadar hCG dapat

disebabkan oleh kehamilan ektopik dan abortus iminens. Sedangkan

tingginya kadar hCG dapat disebabkan oleh kehamilan kembar, mola

hidatosa atau korio karsinoma.

Page 17: Laporan Obgyn

Cara kerjanya bila urin diteteskan pada antiserum, maka terjadi

mediasi aktivitas antiserum untuk bereaksi dengan partikel lateks

yang dilapisi hCG (latex particle agglutination inhibition test). Pada

wanita hamil, hCG dalam urin akan menetralisir antibodi dalam

antiserum sehingga tidak terjadi reaksi aglutinasi. Pada wanita tidak

hamil, tidak terjadi netralisasi antibodi sehingga terjadi reaksi

aglutinasi.

False negative terjadi bila tes dilakukan pada usia hamil terlalu dini

(dibawah 6 minggu) atau terlalu lama ( di atas 18-20 minggu). False

positive terjadi pada 5% dari seluruh uji kehamilan dan umumnya

terjadi pada wanita dengan proteinuria masif menjelang menopause

dan reaksi silang gonadotropin

- USG obstetrik

USG merupakan metode diagnostik menggunakan gelombang

ultrasonik berdasarkan gambaran eko yang dipantulkan organ untuk

mempelajari morfologi dan fungsi suatu organ. Pada USG obstetri

dapat dilakukan melalui transvaginal (USG-TV) atau melalui

abdominal (USG-TA). Pada trimester pertama dilakukan dengan

USG-TV, sedangkan pada trimester kedua dan ketiga dilakukan

USG-TA. Atau bila pada trimester pertama dilakukan USG-TA,

maka kandung kemih harus dalam keadaan penuh sehingga disebut

juga USG-Transvesikal.

- Kardiotokografi janin

Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang

digunakan untuk tujuan pemantauan kesejahteraan janin, yaitu

apakah terjadi gangguan yang berkaitan dengan hipoksia janin,

seberapa jauh gangguan tersebut dan akhirnya melakukan tindak

lanjut dari hasil pemantauan tersebut. Penilaian berdasarkan denyut

jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi maupun

aktivitas janin.

Hasil rekaman CTG normal pada umumnya memberikan gambaran

frekuensi dasar denyut jantung janin sekitar 120-160 dpm;

Page 18: Laporan Obgyn

Variabilitas denyut jantung janin antara 6-25 dpm; Terdapat

akselerasi; Tidak terdapat deselerasi atau kalaupun ada hanya suatu

deselerasi dini ( deselerasi yang hilang timbulnya bersamaan dengan

kontraksi uterus, atau deselerasi ini seolah mencerminkan kontraksi

uterus)

C. Antenatal care (ANC)

1. Definisi

Antenatal care adalah suatu pemeriksaan kehamilan yang dilakukan

untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti

dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.

Antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh petugas

(dokter/bidan/perawat)dalam membina suatu hubungan daalm proses

pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinan (Kontjoro,2005).

2. Tujuan

Antenatal care ditujukan untuk kepentingan ibu dan anaknya. Bagi ibu,

melalui Antenatal care diharapkan dapat mengurangi penyulit,

persalinan yang aman, diperoleh kondisi sehat postpartum, serta

memenuhi kebutuhan janin. Sedangkan bagi anak, Antenatal care

dimaksudkan untuk mengurangi prematuritas, kelahiran mati dan

kematian neonatal.

3. Pelayanan

- Timbang berat badan

- Ukur Tekanan darah

- Ukur Tinggi fundus uteri

- Pemberian imunisasi TT lengkap

Tabel 2.2 Jadwal imunisasi TT

Antigen

Interval(selang waktu

minimal)

Lama perlindungan %

perlindunganTT1 Pada kunjungan ANC

pertama- -

TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun * 80TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95

Page 19: Laporan Obgyn

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun /

seumur hidup99

- Pemberian Tablet zat besi,minimal 90 tablet selam masa kehamilan

dan bisa diberiakan pada masa nifas 30 tablet

- Tes penyakit menular seks (PMS) (Kontjoro,2005).

- Temu wicara

4. Kunjungan antenatal

Kunjungan antenatal adalah kontak ibu hamil dengan tenaga

profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan

standar yang ditetapkan. Menurut kebijakan dari Pemerintah

kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

hamil. Dengan ketentuan minimal satu kali pada trimester pertama,

minimal satu kali pada trimester kedua, minimal dua kali pada

trimester ketiga. Pada kehamilan kurang dari 28 minggu kunjungan

diharapkan stiap bulan, sedangkan pada kemalan lebih dari 28 minggu

atau hingga 36 minggu, kunjungan yang diharapkan adalah setiap 2-3

bulan atau tiap minggu jika usia kehamilan telah lebih dari 36 minggu

D. Fisiologi dan mekanisme persalinan

Beberapa jam terakhir pada kehamilan manusia ditandai dengan kontraksi

uterus yang menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui

jalan lahir. Banyak energi yang digunakan pada waktu ini sehingga istilah

labor (kerja keras) dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini.

Kontraksi miometrium menyebabkan nyeri, sehingga istilah nyeri

persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini.

Myometrium mengalamai kontraksi uterus yang khas pada persalinan

terasa sangat nyeri, penyebab nyeri tidak diketahui secara pasti, tetapi

sudah diusulkan beberapa kemungkinan :

1. Hipoksia pada miometrium yang berkontraksi (seperti pada angina pektoris).

Page 20: Laporan Obgyn

2. Penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian bawah oleh berkas-berkasotot yang saling bertautan.

3. Peregangan serviks sewaktu dilatasi.

4. Peregangan peritoneum yang terletak di atas fundus

Persalinan dibagi menjadi empat kala, yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV.

1. Kala I persalinan

Kala satu persalinan adalah periode waktu dimulainya persalinan

sampai dilatasi maksimal serviks. Fase ini dibagi menjadi fase laten

dan fase aktif. Fase aktif dibagi lagi menjadi akselerasi, dilatasi

maksimal dan deselerasi

- Perubahan serviks

Yaitu berupa pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi).

Pendataran adalah pemendekan saluran serviks dari panjang 2 cm

menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis

kertas. Sementara dilatasi merupakan dampak dari pendataran

serviks yang diakibatkan oleh tekanan hidrostatik cairan amnion.

Pola dilatasi serviks digambarkan dengan kurva Friedman, yaitu kala

satu laten dan kala satu aktif. Kala aktif dibagi lagi menjadi tiga,

yaitu fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase deselerasi.

Kala satu laten dengan pembukaan < 4 cm dan kala satu aktif dengan

pembukaan 4-10 cm. Kala satu berlangsung kurang lebih 8-12 jam.

Page 21: Laporan Obgyn

Gambar 2.1. Kurva friedman dan dilatasi kala 1 servik uteri

Selanjutnya adalah fase akselerasi. Fase akselerasi sangat sulit untuk dinilai kecuali sering dilakukan periksa dalam. Fase ini meliputi periode yang pendek sebelum dimulainya fase dilatasi maksimum. Pada nullipara fase akselerasi sesuai dengan pembukaan 3-5 cm, namun dalam praktek sesungguhnya akan terjadi variasi lamanya fase signifikan.

Fase dilatasi maksimum. Fase ini merupakan fase tercepat terjadinya dilatasi selama persalinan. Khasnya akan terjadi selama pembukaan 5-8 cm. Pada kurva Friedman gambaran kecepatan dilatasi selama fase ini menampakan hubungan yang linear sementara pendapat lain menyatakan bahwa kurva selama fase ini adalah hiperbola. Berdasarkan pemantauan kemajuan dilatasi didapatkan gambaran kecepatan dilatasi yang konstan. Untuk saat ini kecepatan dilatasi selama fase akselerasi digambarkan dalam hubungan yang linear. Pada fase ini harus diketahui bahwa sudah mulai terjadi desensus bagian terbawah (presentasi) janin, sehingga penolong harus mulai bersiap.

Fase deselerasi. Keberadaan fase deselerasi masih dalam perdebatan karena lamanya fase yang singkat, dimana lebih pendek dari fase akselerasi dan mudah sekali hilang bila tidak dilakukan pemeriksaan serviks yang jarang. Fase ini terjadi 3 jam pada nullipara dan 1 jam pada multipara, tetapi sangat jarang. Biasanya memanjang saat dilatasi 8-9 cm sampai lengkap. Kurva desensus akan mencapai

Page 22: Laporan Obgyn

maksimum bersamaan dengan fase deselerasi ini. Kecepatan desensus bagian terbawah janin (presentasi) sekitar 1cm/jam pada nullipara atau 2 cm/jam pada multipara.

- Letak, presentasi, sikap dan posisi janin

Orientasi janin digambarkan menurut letak, presentasi, sikap dan posisi. Hal ini dapat ditentukan secara klinis melalui palpasi abdomen, pemeriksaan vagina, dan auskultasi, atau secara teknis menggunakan USG atau sinar-X. Pemeriksaan klinis kurang akurat, atau terkadang tidak mungkin dilakukan atau diinterpretasikan pada wanita obese.

Letak janin : letak janin adalah hubungan sumbu panjang ibu dengan janin dan dapat memanjang atau melintang. Kadangkala sumbu janin dan ibu dapat bersilangan dengan sudut 45 derajat, membentuk letak oblik, yang tidak stabil dan selalu berubah menjadi letak memanjang atau melintang selama proses persalinan. Letak memanjang terjadi pada 99% persalinan aterm. Faktor predisposisi untuk letak lintang adalah multiparitas, plasenta previa, hidramnion, dan anomali uterus

Presentasi janin : merupakan bagian terbawah janin, dan dapat diraba dengan pemeriksaan vagina. Pada letak memanjang bagian terbawah janin adalah kepala atau bokong, masing-masing membentuk presentasi kepala atau bokong. Jika janin melintang, bagian terbawah adalah bahu.

Presentasi kepala: fleksi maksimal akan membuat verteks atau oksiput atau ubun-ubun kecil menjadi bagian terbawah janin, ini adalah presentasi belakang kepala. Jauh lebih jarang leher akan hiperekstensi sehingga oksiput dan punggung akan menempel dan wajah menjadi bagian terdepan di jalan lahir, ini adalah presentasi muka. Keadaan fleksi parsial dengan bagian terbawah adalah fontanela anterior (ubun-ubun besar) atau bregma, ini adalah presentasi sinsiput. Atau mengalami ekstensi parsial dengan dahi sebagai bagian terbawahnya, ini adalah presentasi dahi.

Gambar 2.2 Presentasi kepala janin (A : presentasi belakang kepala atau oksiput, B : presentasi ubun-ubun besar atau sinsiput, C :

presentasi dahi, D : presentasi muka)

Page 23: Laporan Obgyn

Sikap: pada bulan terakhir janin membentuk suatu postur khas yangdisebut sebagai sikap atau habitus. Janin melipat sehingga punggungnya menjadi sangat konveks; kepala fleksi maksimal hingga dagu menempel dada; paha fleksi di depan abdomen; tungkai bawah tertekuk pada lutut; dan lengkung kaki bersandar pada permukaan anterior tungkai bawah. Pada semua presentasi kepala lengan biasanya menyilang di dada atau terletak di samping, dan tali pusat terletak antara kedua lengan dengan ekstremitas bawah. Pengecualian bila kepala janin ekstensi menjadi presenrasi wajah, maka kolumna vertebralis akan menjadi konkaf (ekstensi).

Posisi janin adalah hubungan antara titik yang ditentukan sebagai acuan bagian terbawah janin, dan sisi kanan atau kiri jalan lahir ibu. Karena itu, pada setiap presentasi terdapat dua posisi, kanan atau kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sakrum janin masing-masing titik penentu pada presentasi verteks, muka dan bokong

2. Kala II persalinan

Kala dua persalinan dimulai saat pembukaan atau dilatasi serviks

lengkap untuk melahirkan janin. Diharapkan bagian terbawah janin

dapat desensus ketika mencapai fase deselerasi pada kala satu aktif.

Seperti yang telah dijelaskan, tiga faktor penting dalam persalinan

adalah kekuatan yang ada pada ibu seperti his dan mengejan (power),

keadaan jalan lahir (passager), janin itu sendiri (passage).

Karena bentuk lorong panggul yang tidak teratur dan dimensi-dimensi

kepala janin matur yang relatif besar, jelaslah bahwa tidak semua

diameter kepala dapat melewati diameter panggul. Selanjutnya

diperlukan suatu proses adaptasi atau akomodasi bagian-bagian kepala

yang bersangkutan terhadap berbagai segmen panggul untuk

menyelesaikan pelahiran per vaginam. Perubahan-perubahan posisi di

bagian terbawah janin ini merupakan mekanisme persalinan.

Gerakan-gerakan pokok persalinan (Cardinal Movement) terdiri dari

engagement, desensus, fleksi, rotasi interna (putaran paksi dalam),

fleksi, rotasieksterna (putaran paksi luar), dan ekspulsi.

- Engagement adalah mekanisme turunnya diameter biparietal untuk melewati pintu atas panggul. Bila diameter biparietal yang merupakan diameter terbesar kepala bayi (normalnya dalam kondisi fleksi) telah melewati pintu atas panggul. Kepala yang berukuran

Page 24: Laporan Obgyn

normal umumnya tidak mengalami engagement dengan sutura sagitalisnya mengarah ke anteroposterior. Sutura sagitalis seringkali mengalami defleksi posterior ke arah promontorium (asinklitismus anterior) atau defleksi anterior ke arah simfisis (asinklitismus posterior). Asinklitismus derajat sedang pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat akan menyebabkan disproporsi sefalopelvik pada panggul yang berukuran normal sekalipun. Perubahan dari asinklitismus posterior ke anterior memudahkan desensus dengan kepala janin memanfaatkan rongga panggul yang luas.

- Desensus terjadi akibat satu atau lebih gaya (tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus pada bokong saat kontraksi, usaha mengejan yang menggunakan otot abdomen, ekstensi dan pelurusan badan janin).

- Fleksi terjadi begitu desensus mengalami tahanan, baik dari serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, biasanya terjadi fleksi kepala. Pada gerakan ini, dagu mendekat ke dada janin, dan diameter suboksipitobregmatika menggantikan diameter oksipitofrontal yang lebih panjang.

- Rotasi interna (Putaran paksi dalam). Gerakan ini adalah pemutaran kepala dengan suatu cara sehingga oksiput perlahan-lahan bergerak dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau yang lebih jarang ke posterior menuju sacrum. Rotasi interna biasanya belum terjadi sampai kepala mencapai dasar spina.

- Ekstensi terjadi setelah kepala mencapai fleksi maksimal akibat rotasi interna, kepala mencapai vulva dan mengalami ekstensi. Gerakan ini membawa dasar oksiput berkontak langsung dengan margo inferior simfisis pubis. Karena pintu keluar pubis mengarah ke atas dan ke depan, maka kepala harus terekstensi untuk melewatinya. Pada saat kepala menekan lorong panggul, ada dua kekuatan yang bekerja. Pertama gaya dari uterus bekerja lebih ke posterior, dan kedua yang ditimbulkan oleh dasar panggul yang resisten dan simfisis mengakibatkan resultan gaya mengarah ke arah vulva dan terjadilah ekstensi.

- Ekspulsi. Hampir segera setelah rotasi eksterna, bahu depan akan tampak di bawah simfisis pubis, dan perineum segera teregang oleh bahu belakang. Setelah kedua bahu tersebut lahir, sisa badan bayi lainnya akan segera terdorong ke luar.

Page 25: Laporan Obgyn

Gambar 2.3. Cardinal Movement.

3. Kala III persalinan

Kala tiga persalinan adalah periode waktu setelah lahirnya bayi sampai

dilahirkannya plasenta. Ada beberapa tanda antara plasenta dengan

dinding uterus, yaitu uterus yang menjadi globular dan adanya aliran

darah yang tiba-tiba. Lakukan peregangan tali pusat dan masase fundus

uteri (Brandt-Andrews manuever). Tarikan yang terlalu kuat akan

menyebabkan evulsi plasenta, komplikasinya dapat terjadi inversio

uteri. Plasenta akreta juga dihubungkan dengan kejadian ini. Bila

terjadi inversio uteri maka harus segera dikoreksi. Untuk mencegah

perdarahan masif, plasenta sebaiknya segera dikeluarkan segera setelah

uterus dimasukan kembali kedalam abdomen. Berikan uterotonika

methylergonovine atau prostaglandin yang diberikan secara

intramiometrium, karena efeknya lebih cepat dibandingkan pemberian

secara intramuskular. Dibeberapa tempat pemberian oxytocin yang

diencerkan dilakukan secara intravena setelah plasenta dilahirkan.

Namun, oxytocin sebaiknya tidak diberikan secara bolus intravena

karena dapat menyebabkan hipotensi.

Untuk melahirkan plasenta dapat dilakukan maneuver kustner. Yaitu

tangan kanan meregangkan sedikit tali pusat, tangan kiri menekan

sedikit daerah diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam

vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap atau

tidak masuk kembali, berarti plasenta telah lepas. Harus dilakukan

dengan hati-hati, karena bila plasenta ditarik paksa sebelum lepas, akan

terjadi perdarahan. Setelah plasenta lahir perhatikan apakah

kotiledonnya sudah lengkap atau ada yang tertinggal di kavum uteri.

Page 26: Laporan Obgyn

Perbaiki pula kontraksi uterus dengan melakukan masase di korpus

uteri. Bila perlu dapat diberikan uterotonika.

Pengeluaran plasenta dalam waktu 5-10 menit setelah bayi lahir. Dapat

terjadi kegagalan pengeluaran plasenta selama 30 menit atau lebih

yang disebabkan oleh retensio plasenta, perlu dilakukan pengeluaran

secara manual. Bila perdarahan hebat tidak terjadi dapat diberikan

sedasi dengan kombinasi morfin dan benzodiazepin atau dengan

anestesi regional jika untuk mengatasi nyeri persalinan. Dalam

keadaan darurat dapat dilakukan tanpa analgetik.

Setelah plasenta dilahirkan lakukan pemeriksaan jalan lahir apakah ada

laserasi atau hematom. Laserasi derajat satu, yaitu robekan dari

mukosa vagina dan kulit perineum tanpa mengenai fascia dan otot.

Laserasi derajat dua, robekan terjadi sampai kulit perineum tetapi tidak

sampai ke sfingter ani. Laserasi derajat tiga robekan mulai dari

mukosa, kulit dan perineum sampai sfingter ani. Laserasi derajat empat

sampai mengenai mukosa sfingter ani, robekan pada uretra mungkin

dapat terjadi pada derajat empat dan menyebabkan perdarahan hebat.

Pasien dengan laserasi berat setelah dikoreksi harus dilakukan

pemeriksaan pelvis ulang dalam beberapa jam untuk mengetahui

adanya hematom atau tidak. Pasien dengan episiotomi atau laserasi

harus diperiksa dahulu secara manual dan inspeksi perineum sebelum

dipulangkan. Beritahu pasien tentang kemungkinan terjadinya infeksi

atau rusaknya jahitan episiotomi.

4. Kala IV persalinan

Mengamati adakah perdarahan sekurang-sekurangnya 1 jam post

partum.Yang harus diperhatikan saat kala IV ini adalah :

- Kontraksi uterus

- Tidak ada perdarahan pervaginaatau dari alat genital lainnya

- Plasenta dan selaput ketuban harus lahir lengkap

- Kandung kemih harus kosong

- Luka – luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada

hematoma

Page 27: Laporan Obgyn

- Bayi dalam keadaan baik

- Ibu dalam keadaan baik (tanda vital normal, tidak ada keluhan sakit

kepala dan lain – lain)

E. Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan

dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Jika digunakan dengan

tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan untuk

mencatat kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan janinnya,

mencatat asuhan yg diberikan selama persalinan dan kelahiran,

menggunakan informasi yang tercatat untuk indentifikasi dini penyulit

persalinan, menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Catatan temuan partograf meliputi:

1. Denyut jantung janin (DJJ) : setiap ½ jam

DJJ Normal antara 120-160 kali per menit. Denyut jantung janin

dihitung dan dicatat setiap 30 menit lalu menghubungkan setiap titik

(jumlah denyut jantung janin dihubungkan). Jika ada tanda-tanda

gawat janin (DJJ < 100 atau >180 kali per menit), maka ibu harus

dirujuk.

2. Kondisi selaput, cairan dan warna air ketuban. Air ketuban bisa Utuh

(U), Jernih (J), Campur mekonium (M), dan Kering (K). Mekonium

dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukkan adanya gawat janin.

Jika terdapat mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk mengenali

tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan.

3. Molase ( penyusupan tulang tengkorak )

4. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap ½ jam

5. Nadi ibu : setaip ½ jam

6. Pembukaan serviks : setiap 4 jam

7. Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam

8. Tekanan darah dan temperatur tubuh ibu : setiap 4 jam

9. Produksi urine, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam

Page 28: Laporan Obgyn

Gambar 2.4. penurunan kepala janin

Gambar 2.5. Partograf

Dengan menggunakan partograf, semua hasil pemeriksaan berkala dicatat

pada bentuk grafik. Partogaf membantu bidan atau perawat memonitor

proses persalinan dan kelahiran serta mendeteksi dengan cepat komplikasi-

komplikasi agar petugas kesehatan dengan cepat dapat membuat intervensi

yang perlu serta memastikan kesejahteraan ibu dan bayi

(PUSDIKNAKES-WHO, 2003). Bahaya / komplikasi persalinan sulit /

abnormal dapat berupa;

1. Kematian ibu atau kematian bayi atau keduanya

2. Rupture uteri

Page 29: Laporan Obgyn

3. Infeksi / sepsis puerperal

4. Perdarahan postpartum

5. Fistel

Penggunaan partograf terutama untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu

persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu

penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi dan membuat

keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan

penyulit. Partograf juga digunakan selama persalinan dan kelahiran di

semua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll),

yang secara rutin diguunakan oleh semua penolong persalinan yang

memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis

Obgin, bidan, dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya

mendapatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga

mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa

mereka (Prawirohardjo, 2002).

Partograf mulai diisi bila :

1. Ibu yang masuk dalam persalinan :

- fase laten (pembukaan < 3 cm), his teratur, frekuensi min.2x/10’,

lamanya<20″.

- fase aktif (pembukaan >3cm), his teratur, frekuensi min.1x/10’,

lamanya<20″.

2. Masuk dengan ketuban pecah spontan tanpa adanya his :

- bila infus oksitosin dimulai

- bila persalinan dimulai

3. Masuk untuk induksi persalinan :

- Pemecahan ketuban (amniotomi) dengan atau tanpa infus oksitosin

- Induksi medis (infus oksitosin, balon kateter atau pemberian

prostaglandin)

- Bila persalinan dimulai atau induksi dimulai atau ketuban pecah.

Page 30: Laporan Obgyn

III. KESIMPULAN

1. G1P0A0, usia 25 tahun, usia kehamilan 38 minggu. Janin tunggal hidup intra

uteri. Presentasi kepala, punggung kanan, sudah masuk PAP. Inpartu kala I

fase aktif pada tanggal 14 Desember 2012 jam 11.00 WIB

2. Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin.

3. Kala satu persalinan adalah periode waktu dimulainya persalinan sampai

dilatasi maksimal serviks. Fase ini dibagi menjadi fase laten dan fase aktif.

Fase aktif dibagi lagi menjadi akselerasi, dilatasi maksimal dan deselerasi

4. Manajemen Kala I meliputi pendampingan oleh keluarga, asupan nutrisi

untuk persiapan kala II, anjuran untuk jalan-jalan dan menjaga kebersihan

diri (mandi) apabila ketuban belum pecah, mengajarkan baring miring kiri.

Kala I fase laten (pembukaan <4 cm) umumnya selama 8 jam; kala I fase

aktif (pembukaan 4-10 cm) umumnya terjadi pembukaan 1 cm/ jam (6 jam).

Page 31: Laporan Obgyn

DAFTAR PUSTAKA

Kontjoro, T.,2005. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan Sebagai Strategi Dalam Peningkatan Mutu Klinis, Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol.08/No3.

Manuaba, IBG, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan Keluarga Berencana Untuk Bidan. EGC. Jakarta.

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi/Rustam Mochtar; Editor, Defli Lutan, Ed 2 Jakarta : EGC, 1998.

Pusdiknakes, 2001. Buku 2 Asuhan Antenatal.

Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.Scott, J. 2002. 

Buku Saku Obstetri Ginekologi. Jakarta: Widya Medika