Laporan Magang Lina

94
LAPORAN PRAKTEK MAGANG RUMAH SAKIT TK III 04.06.02 BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 16-22 MEI 2014 DISUSUN OLEH : MARLIANI EKA SUTANTI ( 6411411063 ) RAFIKA FARIANITA ( 6411411107 ) RESA WAHYUNI ( 6411411138 ) DEVINTA VERY F ( 6411411156 ) TRI WAHYUNI ( 6411411180 )

Transcript of Laporan Magang Lina

Page 1: Laporan Magang Lina

LAPORAN

PRAKTEK MAGANG

RUMAH SAKIT TK III 04.06.02

BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG

16-22 MEI 2014

DISUSUN OLEH :

MARLIANI EKA SUTANTI ( 6411411063 )

RAFIKA FARIANITA ( 6411411107 )

RESA WAHYUNI ( 6411411138 )

DEVINTA VERY F ( 6411411156 )

TRI WAHYUNI ( 6411411180 )

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Laporan Magang Lina

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Magang yang dilaksanakan pada :

Tempat : Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

Alamat : Jl. Dr. Soetomo No. 17 Semarang

Tanggal : 16-22 Mei 2014

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu tugas pada Program Studi S1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Semarang.

Semarang, 22 Mei 2014

Kepala Instalasi Gizi Koordinator Praktik

Puji Nuryati, SKM Tri WahyuniNIP 196911121993032001 NIM 6411411180

Mengetahui,

An. Kepala RS Bhakti Wira Tamtama

Wakil Kepala

dr. Hendratni D.Mayor CKM (K) NRP. 34099

Ketua Jurusan S1

Ilmu Kesehatan Masyarakat

Dr. dr Oktia Woro K.H., M. KesNIP. 19591001. 198703. 2. 001

Page 3: Laporan Magang Lina

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya

sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Magang yang

dilaksanakan pada tanggal 16-22 Mei 2014 di Rumah Sakit Tk. III 04.06.02

Bhakti Wira Tamtama.

Laporan ini disusun sebagai salah satu tugas pada Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang serta menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun dalam menghadapi dunia kerja yang

sesungguhnya.

Dalam penyusunan laporan Praktek Magang ini, penyusun banyak

mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu

penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Oktia Woro Kasmini Handayani, M. Kes., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri Semarang.

2. Irwan Budiono, S.KM, M.Kes dan Galuh Nita Prameswari, S.KM, M.Si.,

selaku dosen pengampu sekaligus pembimbing Mata Kuliah Manajemen Gizi

Institusi.

3. Letkol CKM (K) dr. Rahayu, selaku Kepala Rumah Sakit Tk. III Bhakti Wira

Tamtama.

4. Mayor CKM (K) dr. Hendratni D, selaku Wakil Kepala Rumah Sakit Tk. III

Bhakti Wira Tamtama.

5. Puji Nuryati, SKM, selaku Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Tk. III Bhakti

Wira Tamtama.

6. Para pegawai dan staff karyawan di Rumah Sakit Tk. III Bhakti Wira

Tamtama yang telah membantu sepenuh hati dalam membimbing untuk

melaksanakan kegiatan Praktek Magang.

Page 4: Laporan Magang Lina

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

Praktek Magang ini, oleh karena itu penyusun menerima kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan Praktek

Magang ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, 22 Mei 2014

Tim Penyusun

Page 5: Laporan Magang Lina

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan

nasional tidak terlepas dari peran tenaga kesehatan itu sendiri baik dari

lulusan ilmu kesehatan masyarakat. Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1992

tentang kesehatan, bahwa tenaga kesehatan harus memiliki pengetahuan

dan ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan. Maka

pendidikan tenaga kesehatan diselenggarakan untuk memperoleh tenaga

kesehatan yang bermutu dan terampil dalam rangka memenuhi kebutuhan

pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat. Menurut Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga

kesehatan, bahwa orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan

untuk melakukan upaya kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan

sangatlah penting untuk meningkatkan ketrampilan atau penguasan

pengetahuan di bidang kesehatan.

Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan

yang didapatkan selama ini jurusan ilmu kesehatan masyarakat peminatan

administrasi dan kebijakan kesehatan bermaksud mengadakan praktek

magang yang dilaksanakan di Rumah Sakit. Praktek magang ini

diharapkan mahasiswa nantinya dapat mempraktekkan teori yang ada

Page 6: Laporan Magang Lina

dibangku kuliah dan mengaplikasikan di tempat atau instansi yang dituju.

Sehingga nantinya mahasiswa dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan

melalui magang tersebut dan dapat mengembangkannya melalui potensial

yang ada pada diri mahasiswa tersebut.

Selain itu, disiplin dan ketrampilan dengan kegiatan magang ini

mahasiswa diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan

bersosialisasi dalam lingkungan kerja nantinya. Disamping itu aktif dalam

berkomunikasi dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri

mahasiswa tersebut. Kreativitas dalam mengembangkan pola pikir sangat

diperlukan, kejujuran dan ketelitian yang tinggi. Sehingga terwujudnya

mahasiswa yang berkompeten dan memiliki kepribadian yang baik dan

menarik serta memiliki jiwa sosial.

Mempersiapkan mahasiswa untuk terjun langsung ke dunia kerja,

maka kegiatan magang Rumah Sakit ini dapat memberikan gambaran dan

pandangan yang nyata tentang dunia kerja sebagai ahli administrasi dan

kebijakan kesehatan dan juga mampu menerapkan segala pengetahuan

yang didapat selama perkuliahan, sebagai dalam menjalankan profesinya

nanti.

Page 7: Laporan Magang Lina
Page 8: Laporan Magang Lina

2.1 Manfaat dan Tujuan

2.1.1 Manfaat

Mengetahui, menambah ilmu pengetahuan, mengetahui

manajemen penyelenggaraan gizi di Rumah Sakit dan memahami

tentang dunia kerja secara langsung serta bersosialisasi.

2.1.2 Tujuan

Tujuan dari praktek magang ini dibedakan menjadi 2 tujuan

yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

2.1.2.1 Tujuan Umum :

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah

didapatkan melalui praktek magang.

b. Meningkatkan kemampuan komunikasi dan

bersosialisasi.

c. Mengetahui gambaran dunia kerja secara langsung.

2.1.2.2 Tujuan Khusus :

a. Mengetahui Manajemen Perencanaan Menu Rumah

Sakit meliputi perencanaan anggaran, perencanaan dan

penyusunan menu, siklus menu, contoh menu, standar

resep, dan standar porsi .

b. Mengetahui Manajemen Perbekalan (Logistik)

Makanan meliputi perencanaan kebutuhan bahan

makanan, pemesanan bahan makanan, pembelian bahan

Page 9: Laporan Magang Lina

makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan

bahan makanan .

c. Mengetahui Manajemen Produksi Makanan meliputi

perencanaan pengolahan/persiapan memasak ,proses

pengolahan makanan, Standart Grooming, Higiene

Personal dan sanitasi makanan, pencucian perlengkapan

dan peralatan, penyajian hidangan .

d. Mengetahui Manajemen Distribusi dan Pelayanan

Makanan meliputi cara atau model distribusi dan

pelayanan makanan, pemeliharaan dan pencucian alat

makan.

e. Mengetahui dan mempelajari Manajemen Jaminan

Mutu meliputi pengawasan dan evaluasi

f. Memberikan masukan yang bermanfaat untuk instansi

kesehatan sebagai tempat magang.

g. Membina dan meningkatkan kerjasama antara Jurusan

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang dengan

instansi pemerintah tempat mahasiswa melaksanakan

magang.

Page 10: Laporan Magang Lina
Page 11: Laporan Magang Lina

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Rumah Sakit

Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Kesehatan sebagai salah

satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan melalui berbagai

upaya kesehatan dalam rangkaian pembangunan kesehatan secara

menyeluruh dan terpadu yang didukung oleh suatu sistem

kesehatan nasional.

Sejalan dengan amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan

bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan,

kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung

jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas

pelayanan umum yang layak.

Page 12: Laporan Magang Lina

2.1.2 Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi,

dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan

pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan.

Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan

yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pelayanan kesehatan paripurna tingkat kedua adalah upaya

kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan

pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Pelayanan

kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan

perorangan tingkat lanjut dengan mendayagunakan pengetahuan

dan teknologi kesehatan sub spesialistik.

Page 13: Laporan Magang Lina

2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna.

Rumah sakit mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga

sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka

peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika

ilmu pengetahuan bidang kesehatan;

2.1.4 Kewajiban dan Hak Rumah Sakit

Setiap rumah sakit mempunyai kewajiban:

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah

sakit kepada masyarakat.

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti

diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan

pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Page 14: Laporan Magang Lina

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai

dengan kemampuan pelayanannya.

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya.

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak

mampu atau miskin.

f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan

fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan

gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan

korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan.

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan

kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani

pasien.

h. Menyelenggarakan rekam medis.

i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara

lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang

cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia.

j. Melaksanakan sistem rujukan.

k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar

profesi dan etika serta peraturan perundang-undangan.

l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

hak dan kewajiban pasien.

Page 15: Laporan Magang Lina

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

n. Melaksanakan etika rumah sakit.

o. Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan

bencana.

p. Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik

secara regional maupun nasional.

q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik

kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit

(hospital by laws).

s. Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua

petugas rumah sakit dalam melaksanakan tugas.

t. Memberlakukan seluruh lingkungan rumah sakit sebagai

kawasan tanpa rokok.

Setiap rumah sakit mempunyai hak:

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya

manusia sesuai dengan klasifikasi rumah sakit.

b. Menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan

remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka

mengembangkan pelayanan.

Page 16: Laporan Magang Lina

d. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundangundangan.

e. Menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian.

f. Mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan.

g. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Mendapatkan insentif pajak bagi rumah sakit publik dan rumah

sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan.

Page 17: Laporan Magang Lina

2.2 Manajemen Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Salah satu pelayanan kesehatan dalam rantai sistem rujukan adalah

rumah sakit yang didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan utama

memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan,

tindakan medis, asuhan nutrisi dan diagnostik serta upaya rehabilitasi

untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Segmen utama pada pasar pelayanan makanan dalam

Classification of Foodservices, salah satunya adalah Healt Care Market

yang didalamnya terdiri dari tiga jenis yaitu : Rumah Sakit, Panti atau

Rumah Perawatan dan Tempat Perawatan Khusus (rumah peristirahatan,

panti jompo, rumah yatim piatu, panti asuhan dan lainlain). Masing-

masing usaha dengan klasifikasinya itu memiliki tujuan, sasaran dan tipe

organisasi dan manajemen, meskipun klasifikasi usaha mereka itu

mungkin sangat berbeda, masing-masing memperhatikan penyediaan

servis makanan pada beberapa segmen publik. Hal ini merupakan

kebiasaan diantara mereka yang dapat diidentifikasi untuk

pengelompokan hingga menjadi tipe-tipe spesifik pada sistem pelayanan

makanan.

Usaha pelayanan kesehatan di rumah sakit bertujuan agar tercapai

kesembuhan penderita dalam kurun waktu sesingkat mungkin. Untuk itu

perlu dilakukan kegiatan pengembangan pelayanan gizi rumah sakit.

Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) adalah pelayanan gizi yang

Page 18: Laporan Magang Lina

diberikan di rumah sakit bagi pasien dirawat dan berobat jalan. Kegiatan

PGRS dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelompok kegiatan :

a. Kegiatan Pengadaan dan Penyediaan Makanan

b. Kegiatan Pelayanan Gizi di ruang rawat inap.

c. Kegiatan Penyuluhan dan Konsultasi Rujukan Gizi.

d. Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terapi Gizi.

Dalam SK Menkes No. 143 / Men.Kes / SK / IV / 78 dan No. 983 /

Men.Kes / SK / X / 92, dinyatakan bahwa wadah yang menangani

kegiatan gizi di rumah sakit adalah Instalasi Gizi yang merupakan sarana

penunjang kegiatan Unit Pelaksana Fungsional.

1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit.

Pelayanan gizi diselenggarakan secara terintegrasi dengan unit

pelayanan kesehatan lain di rumah sakit, agar dicapai pelayanan gizi

yang optimal dan penyelenggaraan makanan yang bermutu tinggi.

Kriteria:

a. Adanya tujuan tertulis, serta petunjuk yang obyektif dalam

kegiatan pelayanan gizi.

b. Sasaran pelayanan gizi adalah pasien rawat inap, pasien rawat

jalan, pasien yang memerlukan pelayanan gawat darurat,

pegawai serta masyarakat.

c. Lingkup kegiatan meliputi produksi dan distribusi makanan,

pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan dan konsultasi diet,

Page 19: Laporan Magang Lina

penelitian dan pengembangan gizi terapan, penentuan anggaran

serta semua aspek pelayanan gizi.

d. Standar Pelayanan gizi dinilai setiap tiga tahun.

2. Administrasi dan Pengelolaan.

Pelayanan gizi rumah sakit harus mempunyai bagaian

organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi semua jenis personil.

Kriteria:

a. Pelayanan gizi rumah sakit dikelola dan diorganisir oleh

Dietesien.

b. Pola kegiatan gizi rumah sakit harus mencakup kegiatan yang

telah ditetapkan Depkes RI sesuai dengan kelas rumah sakit.

c. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis

komando yang menunjukkan tanggung jawab kewenangan dan

hubungan kerja dalam pelayanan gizi dengan unut lain.

d. Ada uraian tugas tertulis untuk setiap petugas yang mencakup:

1. Kualifikasi sesuai jabatan.

2. Garis komando.

3. Fungsi dan tanggung jawab.

4. Penilaian staf.

5. Pertemuan berkala staf Instalasi Gizi diadakan paling sedikit

setiap bulan, yang dibuktikan dengan notulen rapat.

e. Standar makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dalam

kualitas dan kwantitas.

Page 20: Laporan Magang Lina

f. Dietesien mengelola pelayanan gizi sebagai berikut :

1. Menyusun standar makanan Rumah Sakit sesuai dengan

penuntun diet.

2. Menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap.

3. Menyusun menu dan perencanaan kebutuhan bahan makanan.

4. Menyusun anggaran belanja Instalasi Gizi.

5. Menyusun diet pasien rawat inap sesuai dengan keadaan

Pasien dan penyakitnya.

6. Melakukan pengadaan bahan makanan, penerimaan,

penyimpanan dan distribusi bahan makanan.

7. Mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat

inap dan pasien rawat jalan serta pegawai.

8. Melakukan evaluasi diet diruang rawat inap.

9. Merencanakan dan melakukan penyuluhan konsultasi diet dan

rujukan diet bagi pasien rawat inap dan rawat jalan secara

individu, kelompok dan masal.

10. Melakukan pengkajian, perencanaan, penerapan dan

penelitian diet pasien secara terintegrasi dengan tim asuhan

gizi.

11. Melakukan pencatatan diet pasien rawat inap.

12. Membuat laporan tahunan kegiatan pelayanan gizi.

2.2.1 Manajemen Logistik

Page 21: Laporan Magang Lina

The Council of Logistics Management (CLM), organisasi

pelopor logistik di Amerika mendefinisikan Manajemen Logistik

sebagai berikut :

Manajemen Logistik merupakan bagian dari proses Supply

Chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan

mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran serta

penyimpanan barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik

permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of

consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para

pelanggan.

Martin (1998) mengartikan Manajemen Logistik sebagai

proses yang secara strategis mengatur pengadaan bahan

(procurement), perpindahan dan penyimpanan bahan, komponen

dan penyimpanan barang jadi (informasi terkait) melalui organisasi

dan jaringan pemasarannya dengan cara tertentu sehingga

keuntungan dapat dimaksimalkan baik untuk jangka waktu

sekarang maupun waktu mendatang melalui pemenuhan pesanan

dengan biaya yang efektif.

Logistik modern mendefinisikan Manajemen Logistik

sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan

dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para

suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para

langganan.

Page 22: Laporan Magang Lina

Tujuan Logistik adalah menyampaikan barang jadi dan

bermacam-macam material dalam jumlah yang tepat pada waktu

dibutuhkan, dalam keadaan yang dapat dipakai, ke lokasi dimana ia

dibutuhkan, dan dengan total biaya yang terendah.

Sasaran penyelenggaraan logistik adalah mencapai level

sokongan manufacturing – pemasaran yang telah ditentukan

sebelumnya dengan total biaya yang serendah mungkin. Tanggung

jawab utama manajer logistik adalah merencanakan dan mengelola

suatu sistem operasi yang mampu mencapai sasaran ini. Dalam

tanggung jawab perencanaan dan pengelolaan yang luas ini

terdapat banyak sekali hal yang kompleks dan mendetil. Ciri-ciri

utama logistik adalah integrasi berbagai dimensi dan tuntutan

terhadap pemindahan (movement) dan penyimpanan (storage) yang

strategis.

1. Manajemen Logistik Rumah Sakit

Logistik Rumah Sakit dapat diartikan sebagai proses

pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan

penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari pemasok

di dalam sarana dan fasilitas rumah sakit dan sampai kepada

para pemakai jasa pelayanan rumah sakit. Adapun rumusan

logistik secara mudahnya merupakan kegiatan yang menyangkut

segi :

Page 23: Laporan Magang Lina

a. Perencanaan dan Pengembangan, pengadaan, penyimpanan,

pemindahan, penyaluran, pemeliharaan, dan penghapusan

alat- alat perlengkapan.

b. Pemindahan, pengadaan atau pembuatan, penyelenggaraan,

pemeliharaan dan penghapusan fasilitas-fasilitas.

c. Pengusahaan atau pemberian pelayanan.

Dalam ruang lingkup Rumah Sakit istilah logistik

merupakan subsistem dan menjadi lebih sempit yakni:

a. Suatu proses pengelolaan secara strategis terhadap

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian serta pemantauan

persediaan bahan serta barang yang diperlukan bagi produksi

jasa rumah sakit.

b. Bagian dari rumah sakit yang menyediakan barang dan bahan

yang diperlukan untuk kegiatan operasional rumah sakit dalam

jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat sesuai kebutuhan

dengan harga yang efisien.

Beberapa kepentingan rumah sakit dalam melakukan

kegiatan logistik yang perlu mendapat perhatian yakni :

a. Operasional : Barang harus tetap tersedia dan bahan dalam

jumlah yang tetap dan kualitas yang memadai pada saat

diperlukan.

Page 24: Laporan Magang Lina

b. Keuangan : Mengupayakan biaya operasional dengan

efisien dan efektif. Nilai persediaan yang sesungguhnya

tercermin dalam sistem akutansi.

c. Keamanan : Penyediaan tidak terganggu oleh kerusakan,

pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan

penyusutan yang tidak wajar.

2. Tujuan Manajemen Logistik Rumah Sakit

Tujuan Manajemen Logistik Rumah Sakit dapat diuraikan

dalam tiga tujuan pokok, yaitu :

a. Tujuan operasional : agar tersedia barang atau material dalam

jumlah yang tepat dan kwalitas yang memadai pada waktu yang

dibutuhkan.

b. Tujuan keuangan : agar tujuan operasional tercapai dengan biaya

terendah.

c. Tujuan kebutuhan : agar persediaan tidak terganggu oleh

pencurian, kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak dan nilai

persediaan dinyatakan dengan benar pada buku-buku bagian

keuangan atau akuntansi.

2.2.2 Manajemen Logistik Rumah Sakit

1. Pengelolaan Bahan Makanan.

Pengelolaan bahan makanan pada Instalasi Gizi di

rumah sakit merupakan suatu aspek manajemen rumah sakit

yang penting oleh karena ketidak-efisienannya akan memberi

Page 25: Laporan Magang Lina

dampak yang negatif terhadap rumah sakit baik secara medik

maupun ekonomik. Efisiensi dalam organisasi non–for profit

(rumah sakit) dapat berarti cara mengkombinasikan jumlah dan

mutu terbaik dengan biaya produksi yang serendah mungkin

dalam penggunaan sumber daya untuk mempdoduksi barang-

barang atau jasa pelayanan.

2. Pembiayaan Bahan Makanan.

Makanan merupakan elemen biaya yang cukup besar di

setiap institusi. Jika dikendalikan dengan baik akan dapat

menjamin tercapainya keuntungan dan tujuan yang optimal.

Meskipun biaya makanan sangat tergantung pada fluktuasi

harga, akan tetapi dapat dikendalikan, oleh karena itu perlu

sistem pengendalian biaya makan yang efektif, disamping itu

biaya makan merupakan anggaran yang besarnya kurang lebih

25–50 % dari biaya penyelenggaraan pelayanan gizi diinstitusi

terserap untuk pembelian bahan makanan. Pengendalian biaya

bahan makanan dapat dilakukan pada semua proses

penyelenggaraan makanan mulai dari perencanaan menu

sampai dengan distribusi makanan dan penjualan.

Upaya-upaya pengendalian biaya yang dapat dilakukan

dirumah sakit meliputi :

1) Meningkatkan efisiensi, yang terdiri dari tiga jenis yaitu :

Page 26: Laporan Magang Lina

a. Economic Efficiency (efisiensi ekonomi) atau sering

disebut juga Using leas cost input. Contoh: penggunaan

obat generik karena relatif murah.

b. Technical in Efficiency (efisiensi teknik), banyak sekali

pemborosan teknis akibat kombinasi dari sumber daya

yang tidak sesuai. Contoh ada alat canggih tapi tidak

ada operatornya.

c. Scale Efficiency, efisiensi yang berkaitan dengan

besarnya investasi yang sangat rawan untuk terjadi

inflasi.

2) Mengembangkan kesadaran akan biaya (cost

consciousness) yang bertujuan agar para pelaku rumah sakit

berprilaku hemat supaya biaya bisa ditekan lebih murah.

3) Investasi teknis yaitu mencari peluang untuk menghemat

pengeluaran.

4) Hospital Investment Control, yaitu dengan menghindari

investasi yang tidak optimal.

Dalam melaksanakan program efisiensi biaya manajer

rumah sakit dapat membaginya dalam empat langkah strategis

yaitu

a. Langkah pertama adalah awas biaya. Administrator rumah sakit

perlu awas tentang biaya yang timbul dari setiap operasional

rumah sakit.

Page 27: Laporan Magang Lina

b. Langkah kedua adalah pengawasan biaya. Administrator rumah

sakit perlu menyediakan mekanisme dan media untuk

mengidentifikasi, melaporkan dan mengawasi biaya.

c. Langkah ketiga adalah pengelolaan biaya yaitu menyusun

sistem untuk mengontrol dan mengusahakan timbulnya

rencana, strategi, program dan tercapainya tujuan efisiensi

biaya.

d. Langkah keempat adalah penyediaan insentif dan kompensasi

yang menyebabkan program efisiensi biaya dapat berjalan

terus.

Disamping itu intervensi manajemen dapat dilakukan untuk

mengefisienkan biaya melalui manajemen tenaga rumah sakit,

melalui peningkatan produktivitas atau melalui manajemen

peralatan, sarana dan fasilitas. Dan dapat pula dibentuk sebuah

Komosi Program Efisiensi Biaya yang tujuannya membantu

administrator rumah sakit dalam usaha mengefisienkan biaya

rumah sakit. Kegiatan manajemen logistik dirumah sakit meliputi

hal-hal sebagai berikut :

a. Peramalan (perencanaan dan penentuan kebutuhan) terhadap

permintaan pelayanan kesehatan customers.

b. Penganggaran untuk merumuskan perincian kebutuhan sesuai

dengan standar mutu dan dana yang tersedia.

c. Pengadaan usaha untuk memenuhi kebutuhan operasional.

Page 28: Laporan Magang Lina

d. Penyimpanan dan distribusi merupakan pelaksanaan

penerimaan, penyimpanan untuk kemudian disalurkan ke unit

pengguna.

e. Pemeliharaan, proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi

tehnis, daya guna dan hasil guna barang logistik.

f. Penghapusan kekayaan.

g. Pengendalian yaitu upaya menjamin terselenggaranya

manajemen logistik rumah sakit.

Perbekalan bahan makanan merupakan salah satu logistik

yang berada di rumah sakit. Apabila pengelolaan bahan makanan

dilakukan dengan pendekatan manajemen logistik tahapan-tahapan

tersebut di atas harus dilakukan. Secara umum siklus dan

penggunaan bahan makanan di rumah sakit akan mencakup tahap

seleksi bahan makanan, tahap pengadaan, tahap distribusi dan

tahap penggunaan yang disusun berdasarkan pengalaman tahun-

tahun yang lalu dan perkiraan yang akan datang, kesemuanya dapat

berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari pihak

manajemen yaitu pengorganisasian, dana, sistem informasi

manajemen dan sumber daya manusia.

3. Perencanaan Bahan Makanan.

Perencanaan pengadaan bahan makanan dilakukan agar

jumlah persediaan bahan makanan dapat efisien dan efektif,

mendukung kelancaran proses produksi perusahaan (rumah sakit),

Page 29: Laporan Magang Lina

terpenuhinya modal investasi yang memadai. Perencanaan

pengadaan makanan adalah serangkaian kegiatan mulai dari

perencanaan macam dan jumlah bahan makanan, pengadaan bahan

makanan hingga proses penyediaan makanan matang bagi pasien

dan karyawan rumah sakit, yang meliputi :

a. Perencanaan anggaran belanja.

b. Perencanaan menu.

c. Perhitungan kebutuhan bahan makanan.

d. Prosedur pembelian bahan makanan

e. Prosedur penerimaan bahan makanan

f. Prosedur penyimpanan bahan makanan

g. Tehnik persiapan bahan makanan

h. Pengaturan pemasakan makanan

i. Cara pelayanan dan distribusi makanan

j. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi.

Sedangkan seleksi bahan makan dalam rangka efisiensi

dapat dilakukan dengan cara analisis ABC. Pada umumnya

persediaan bahan makanan terdiri dari berbagai jenis dan sangat

besar jumlahnya. Masing-masing jenis barang membutuhkan

analisis tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan

order point. Berbagai jenis bahan makanan yang ada dalam

persediaan tersebut tidak seluruhnya memiliki tingkat prioritas

yang sama. Sehingga untuk mengetahui jenis-jenis barang mana

Page 30: Laporan Magang Lina

saja yang perlu mendapat prioritas, dapat digunakan analisis ABC.

Analisis ABC ini dapat mengklasifikasikan seluruh jenis barang

berdasarkan tingkat kepentingannya.

Metode analisis ABC dikelompokkan menjadi tiga bagian

yaitu :

a. Kelompok A, yaitu kelompok 70 % dari nilai perencanaannya.

b. Kelompok B, yaitu kelompok 20 % dari nilai perencanaannya.

c. Kelompok C, yaitu kelompok 10 % dari nilai perencanaannya.

Diidentifikasi bahan makanan apa saja yang memakai 70 %

jumlah anggaran pembelian bahan makananan masuk dalam

kelompok A, 20 % masuk dalam kelompok B dan 10 % masuk

dalam kelompok C.

4. Pengadaan Bahan Makanan

Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan

perbekalan. Tujuan sistem pengadaan adalah untuk

mendapatkan bahan makanan dengan mutu yang baik,

pengiriman barang terjamin tepat waktu, proses berjalan lancar

tidak memerlukan tenaga yang berlebihan.

Langkah proses pengadaan dimulai dengan a) mereview

daftar bahan yang akan diadakan, b) menentukan jumlah

masing-masing item yang akan dibeli, c) menyesuaikan dengan

situasi keuangan, d) memilih metode pengadaan, e) memilih

Page 31: Laporan Magang Lina

supplier atau rekanan, f) membuat syarat kontrak kerja, g)

memonitor pengiriman barang, menerima barang dan

memeriksa, h) melakukan pembayaran serta menyimpan yang

kemudian i) didistribusikan.

Pada proses pengadaan ada 3 (tiga) elemen penting

yang perlu diperhatikan yaitu :

a. Metode pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat

menjadikan biaya yang tinggi.

b. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja, sangat penting

untuk menjaga agar pelaksanaan pengadaan terjamin

mutu, waktu kelancarannya.

c. Order pemesanan, agar barang dapat sesuai macamnya,

waktu dan tempat.

Pada umumnya ada 4 (empat) metode pengadaan :

a. Tender terbuka, berlaku untuk semua pemborong yang

terdaftar dan sesuai kriteria yang ditentukan.

b. Tender terbatas sering disebut dengan lelang tertutup,

hanya dilakukan pada pemborong tertentu yang sudah

termasuk dalam daftar dan mempunyai riwayat pekerjaan

yang baik.

c. Pembelian dengan tawar menawar, dilakukan bila jenis

barang tidak urgent, tidak banyak, biasanya untuk jenis

barang tertentu.

Page 32: Laporan Magang Lina

d. Pengadaan langsung, pembelian dalam jumlah kecil dan

perlu segera tersedia, relatif agak mahal.

5. Pengadaan Persediaan Bahan Makanan.

Pengadaan persediaan atau inventori adalah

kegiatan yang menunjukkan segala sesuatu atau

sumberdaya-sumberdaya yang disimpan, dalam

antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Permintaan akan sumber daya-sumber daya bisa

internal dan bisa juga eksternal. Sistem inventori adalah

merupakan serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian

yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat

persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi,

dan berapa besar pesanan harus dilakukan. Sistem ini

bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya

sumberdaya yang tepat, dalam kwantitas, waktu, jenis dan

kualitas yang tepat, serta meminimalkan biaya total melalui

penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan dilakukan secara

optimal.

Pada prinsipnya persediaan akan mempermudah dan

memperlancar jalannya operasional perusahaan, yang harus

dilakukan dalam memproduksi barang-barang, untuk

selanjutnya menyampaikan kepada pelanggan atau

konsumen.

Page 33: Laporan Magang Lina

Untuk mengantisipasi penggunaan yang tidak pasti

dalam rumah sakit, dapat dilakukan dengan membuat

persediaan pengaman. Persediaan pengaman perlu

ditentukan secara tepat agar tidak terlalu besar, tetapi juga

tidak terlalu kecil. Tetapi yang paling ideal adalah apabila

rumah sakit dapat meniadakan persediaan (zero inventori),

sebab dengan adanya persediaan, perusahaan harus

menanggung biaya simpan, biaya investasi gudang, biaya

modal yang tertanam dalam persediaan, biaya kemungkinan

kerusakan dan lain-lain.

Pada saat ini banyak perusahaan (termasuk rumah

sakit) yang berusaha mengurangi persediaan dengan

melakukan sistem produksi tepat waktu (just in time),

sistem ini bertujuan untuk meniadakan persediaan (zero

inventori), meniadakan produk cacat (zero defects),

meniadakan waktu tunggu (zero lead time), meniadakan

kerusakan mesin (zero breakdowns), meniadakan waktu

persiapan (zero set up time), meniadakan penanganan bahan

(zero handling), dan meniadakan gangguan skedul produksi

(zero scedulle interruptions).

Dalam just in time ini perusahaan (termasuk rumah

sakit) berusaha untuk mendapatkan kesempurnaan dengan

berusaha melakukan perbaikan terus menerus untuk

Page 34: Laporan Magang Lina

mendapat yang terbaik, menghilangkan pemborosan dan

ketidakpastian, konsisten dalam meningkatkan

produktivitas.

Masalah dalam sistem persediaan kaitannya dengan

pengadaan adalah berapa jumlah yang harus dipesan dan

berapa lama waktu selang antara pesanan pertama dengan

pesanan berikutnya yang mendatangkan biaya yang paling

minimal. Dalam penentuan jumlah pembelian yang paling

optimal dikenal dengan Metode Economic Order Quantity.

Macam-macam perhitungan yang ada didalam

manajemen pengadaan persediaan :

a. Economic Order Quantity (EOQ).

EOQ adalah metode yang digunakan untuk

menentukan kwantitas pengadaan persediaan yang

meminimumkan biaya langsung penyimpanan

persediaan dan biaya pemesanan persediaan. EOQ

adalah jumlah pembelian bahan pada setiap kali pesan

dengan biaya yang paling rendah.

Beberapa asumsi yang dibuat untuk mendukung

model ini adalah:

Page 35: Laporan Magang Lina

1. Demand atau kebutuhan diketahui dan konstan.

2. Lead time yaitu waktu tunggu yang diperlukan sejak

saat pemesanan dilakukan sampai dengan barang

tiba juga diketahui dengan konstan.

3. Pemesanan diterima sekaligus.

4. Quantity discount tidak dimungkinkan.

5. Variabel cost hanya terdiri dari set up cost dan

holding/carrying cost

6. Stock outs / shortage dapat dihindari jika pesanan

datang tepat waktu.

b. Persediaan pengaman (safety stock).

Persediaan pengaman adalah persediaan

tambahan yang diadakan untuk melindungi atau

menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan

(stock out). Adanya kebutuhan persediaan pengaman

adalah karena ketidakpastian mengenai penjualan di

masa depan dan pengisian kembali persediaan.

Persediaan pengaman merupakan proteksi dua jenis

ketidakpastian yaitu ketidakpastian mengenai penjualan

yang melebihi ramalan selama periode pengisian

kembali persediaan dan ketidakpastian mengenai

Page 36: Laporan Magang Lina

keterlambatan (delays) dalam pengisian kembali

persediaan.

c. Pemesanan kembali (Reorder Point).

Reorder point adalah waktu atau titik

pemesanan yang harus dilakukan, karena adanya Lead

Time, yaitu waktu antara pemesanan dilakukan dengan

barang diterima dan Safety Stock atau persediaan

pengaman.

d. Tingkat perputaran barang (Turn Over Ratio).

Turn over ratio adalah tingkat perputaran barang

dalam periode tertentu, dengan adanya jumlah

kebutuhan dan rata-rata persediaan barang maka akan

diketahui frekuensi perputaran persediaan dalam suatu

periode tertentu.

6. Penyimpanan dan Distribusi Bahan Makanan.

Kegiatan penyimpanan atau Storage atau pergudangan,

dimulai dari datangnya barang yang diadakan sampai adanya

permintaan untuk digunakan atau distribusi. Kegiatan

penyimpanan dan distribusi diawali dengan penerimaan barang

di gudang, penelitian dan pengecekan, pencatatan pada kartu

stok gudang untuk pengendalian inventori serta barang

dimasukkan dan ditempatkan pada tempat yang telah

ditentukan di dalam gudang.

Page 37: Laporan Magang Lina

Dalam menentukan jumlah pembelian yang perlu

diperhatikan adalah biaya variabel dari penyediaan persediaan.

Biaya variabel terdiri dari biaya-biaya yang berubah–ubah

sesuai dengan frekuensi pesanan (procurement cost) dan biaya

yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya penyimpanan

(storage cost).

Procurement cost terdiri dari biaya selama proses

persiapan, biaya pengiriman pesanan, biaya penerimaan barang

yang dipesan, biaya-biaya proses pembayaran, sedangkan

storage cost terdiri dari biaya penggunaan atau sewa ruangan

gudang, biaya pemeliharaan material untuk kemungkinan

rusak, biaya asuransi, biaya pajak,dan lainlain. Pada umumnya

besarnya biaya penyimpanan antara 20 % - 25 % dari nilai

persediaan.

Page 38: Laporan Magang Lina

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Sejarah Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama Semarang

3.1.1 Sejarah Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Semarang

RS. TK. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama yang berdiri pada

tanah seluas 23.982 m2 dengan luas bangunan 14.964 m2 dan terletak di

Jln. Dr. Sutomo 17 Semarang merupakan salah satu peninggalan sejarah

jaman penjajahan Belanda. Rumah sakit ini dibangun pada tahun 1925,

pada jaman kolonilaisme digunakan untuk merawat tentara Belanda

yang terluka saat perang.

Pada tanggal 8 Desember 1949 telah tersusun organisasi Divisi

III/ Gubernur III dengan Panglima Divisi dijabat oleh Kolonel Gatot

Subroto, Kepala Kesehatan (Dk Divisi III) dijabat oleh Lektol dr.

Suhardi dibantu staff administasi Lettu Adam Saleh. Lokasi kantor

berada di Hotel Dibya Putri Semarang, mereka bertugas langsung

menjadi LJC (Local Join Commite ) yang akan menerima kekuasaan

dari militer Belanda yaitu KOMANDO DIVISI 20 DESEMBER

KONINKLUKE LEGER (Komando Divisi 20 Des. K.L).

Mayor Dr. Sumartono diperintahkan oleh kepala DKT III untuk

menerima penyerahan Militer Hospital yang berkedudukan di Jalan

Bojong 150 Semarang dari Komando Divisi 20 Des.K.L. serah terima

dilaksanakan pada 14 Desember 1949 dimana Mayor Dr. Sumartono

Page 39: Laporan Magang Lina

didampingi oleh Lettu Adam Saleh dan Lettu Ismaun. Penyerahan

dilaksanakan secara bertahap dimana tahap pertama baru diserahkan

TMGD (Territorial Militari Gezondheids Dienst ) Rumah sakit yang

berlokasi di Jalan Bojong 15, sedang yang di jalan HOS Cokroaminoto

10 masih dipergunakan untuk merawat tentara Belanda yang luka- luka

akibat pertempuran. Sebagai penanggung jawab Rumah sakit di Jalan

Bojong 150 ditunjuk Lettu Ismaun dibantu Zr. Sumartini serta

bebebrapa orang tenaga tambahan dari DKT Solo. DKT Divisi III yang

semula berkedudukan di Hotel Dibya Putri kemudian bergabung dengan

rumah sakit adi Jalan Bojong 150.

Pada bulan Juni 1950 Mayor Dr. Sumartono di pindah tugaskan ke

Jakarta dan ditunjuk Lektol Dr. Suwondo sebagai penggatinya. Pada

bulan Agustus 1950 Militer Hospital Yuliana Jalan HOS Cokroaminoto

10 daerah diserah terimakan kepada RI dan diberi nama RUMAH

SAKIT DIVISI III/ TENTARA DAN TERITORIUM JAWA

TENGAH. Setelah serah terima, dilanjutkan pemisahan personil antara

yang bergabung dengan APRIS dengan tetap bergabung dibawah

KANIL/KL.

3.1.2 Profil Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira TamtamaKesdam

IV/Diponegoro

Profil Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Kesdam IV/Diponegoro. Rumah Sakit ini berada di bawah naungan

Kesehatan Kodam IV/ Diponegoro Semarang.

Page 40: Laporan Magang Lina

Nama Kesatuan : Kesdam IV/Diponegoro

Nama Unit Kerja : Rumkit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Alamat : Jl. Dr. Sutomo No. 17 Semarang 50141 Telp.

(024) 35559444

Visi : Menjadikan Rumah Sakit Tk.III 04.06.02

Bhakti Wira Tamtama andalan masyarakat

penggunanya.

Misi : Rumah Sakit Tk.III 04.06.02 Bhakti Wira

Tamtama menyelenggarakan pelayanan

kesehatan secara profesional, ramah dan

nyaman bagi komunitas TNI dan masyarakat

pengguna lainnya.

Pelayanan : Melayani anggota TNI, PNS, keluarga

Purnawirawan serta masyarakat umum.

Tipe Rumah sakit : Tingkat III / Tipe C

3.1.3 Pelayanan Kesehatan Rumkit Bhakti Wira Tamtama Semarang

Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang memadai, Rumkit

Bhakti wira Tamtama menyediakan beberapa instalasi, yaitu:

1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

Pada instalasi farmasi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

sebelum adanya BPJS terdapat 3 apotek yaitu apotek dinas, ASKES

dan swadana. Dimana masing-masing apotek mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian dengan

Page 41: Laporan Magang Lina

jenis pasien yang berbeda yaitu pasien dinas, ASKES dan swadana.

Namun setelah adanya BPJS instalasi Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama di gabung menjadi satu apotek yang melayani semua

pasien Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.

2. Instalasi Unit Gawat Darurat (UGD)

Melayani pasien selama 24 jam penuh, khususnya untuk

menangani kasus yang bersifat darurat. Dalam pelaksanannya

didukung oleh tenanga dokter umum dan spesialis serta tenaga

paramedis.

3. Instalasi Rawat Jalan

Pada Instalasi Rawat Jalan terdiri dari berbagai klinik

dengan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda, yaitu:

a. Poli Klinik Umum

b. Poli Klinik Spesialis Penyakit Dalam

c. Poli Klinik Spesialis Bedah

d. Poli Klinik Spesialis THT

e. Poli Klinik Spesialis Penyakit Kulit dan Kelamin

f. Poli Klinik Umum Gigi dan Prostetik Ordentik Mulut

g. Poli Klinik SpesialisMata

h. Poli Klinik Spesialis Kesehatan Anak

i. Poli Klinik Spesialis Kebidanan Dan Penyakit Kandungan

j. Poli Klinik Spesialis Saraf

k. Poli Klinik Spesialis Akupuntur

Page 42: Laporan Magang Lina

l. Poli Klinik Spesialis Jantung

m. Poli Klinik Spesialis Paru

n. Poli Klinik Spesialis Rehabilitasi Medik

o. Poli Klinik Spesialis Radiologi

4. Instalasi Rawat Inap

Pada Instalasi Rawat Inap terdapat beberapa ruang perawatan, yaitu:

a. Ruang Anggrek (Ruang Anak-anak)

b. Ruang Bougenville (Ruang Nifas)

c. Ruang Dahlia (Ruang Bedah)

d. Ruang Flamboyan (Ruang Penyakit Dalam)

e. Ruang ICU (Ruang Penyakit Kritis)

f. Ruang Melati (Ruang VIP)

g. Ruang Paviliun Nusa Indah (Multi Kasus)

5. Instalasi Pendidikan

Pada Instalasi Pendidikan menyelenggarakan upaya

pengembangan tenaga kesehatan yang ada di Rumah Sakit Bhakti

Wira Tamtama berupa pendidikan dan pelatihan baik internal yang

dilaksanakan di dalam RS maupun eksternal yang dilaksanakan di

luar RS dengan bekerjasama dengan institusi pendidikan di luar RS

untuk meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan yang selalu

diperbaharui sesuai dengan perkembangan zaman.

Page 43: Laporan Magang Lina

Diklat RS Bhakti Wira Tamtama juga mengelola mahasiswa

yang sedang menempuh pendidikan kesehatan untuk melakukan

praktek kerja lapangan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.

3.3 Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama memiliki 1 orang kepala

bagian Gizi, 2 orang bagian administrasi, dan 8 orang juru masak dengan

berbagai macam latar pendidikan. Kegiatan harian yang dilakukan di instalasi

gizi adalah melakukan pemesanan dan penerimaan barang, pengecekan bahan

pangan yang akan diolah, kegiatan pengolahan bahan bahan pangan, kegiatan

pemorsian, hingga kegiatan distribusi makanan ke pasien (oleh petugas khusus

distribusi). Sedangkan untuk kegiatan perencanaan menu dilaksanakan apabila

terdapat perubahan anggaran yang dianggarkan untuk kegiatan pengadaan

makanan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

3.4 Penyelenggaraan Manajemen Gizi Institusi

3.4.1 Perencanaan Menu

Sistem perencanaan dan penyusunan menu di Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama disusun oleh kepala instalasi gizi yang

bekerja sama dengan bagian manajemen rumah sakit. Karena setiap

perubahan menu disesuaikan dengan anggaran yang disediakan,

jadi tidak pasti dalam satu tahun dilakukan pergantian. Siklus menu

yang digunakan adalah siklus menu 10 hari, akan tetapi khusus

untuk bulan yang berjumlah 31 hari menggunakan siklus khusus

yaitu 11 hari.Kemudian untuk standar porsi yang digunakan pada

Page 44: Laporan Magang Lina

masing-masing makanan disesuaikan dengan spesifikasi bahan

makanan. Rumah sakit Bhakti Wira Tamtama membuat

pengembangan resep baru untuk pembaharuan, kegiatan ini juga

dilakukan sesuai anggaran yang tersedia. Contoh menu dapat

dilihat pada bagian lampiran.

3.4.2 Pemesanan dan Penerimaan Bahan Pangan

Rumah sakit Bhakti Wira Tamtama mendapatkan supply

bahan makanan untuk kebutuhan logistik rumah sakit melalui kerja

sama dengan CV Bhakti Sarana Utama. Siklus belanja untuk bahan

makanan segar seperti sayur, buah, dan daging dilakukan sehari

sebelum bahan dimasak (setiap hari dilakukan pembelanjaan), jadi

setiap hari dilakukan pembelanjaan untuk bahan pangan segar.

Sedangkan untuk bahan makanan kering dan tahan lama seperti

beras, tepung, minyak, teh, kacang hijau, dan sebagainya dilakukan

selama 10 hari sekali. Pengiriman dan penerimaan bahan pangan

tersebut dilaksanakan di pagi hari, diterima oleh petugas gizi. Pada

proses penerimaan juga dilakukan pengecekan apakah bahan

pangan yang diterima sudah sesuai dengan Order Penerimaan

Barang (OPB) atau belum. Semua barang yang diterima dicatat

dalam form daftar pemesanan bahan makanan, kemudian

dimasukkan ke dalam buku rekapan bahan makanan, kemudian

dikembalikan kepada CV terkait. Setelah pengecekan selesai,

bahan makanan disimpan pada tempat penyimpanan. Seperti sayur

Page 45: Laporan Magang Lina

dan buah disimpan dalam chiller, daging disimpan dalam freezer,

dan bahan makanan kering disimpan di dalam lemari.

3.4.3 Pengecekan Bahan Pangan

Pengecekan bahan pangan dilakukan setiap hari, hal ini

untuk menghindari pengolahan bahan pangan yang sudah rusak.

Selain itu, penyimpanan bahan pangan di Rumah Sakit Bhakti

Wira Tamtama menggunakan sistem FIFO (Firts In Firts Out)

dalam penyimpanan bahan pangan, terutama bagi bahan pangan

kering yang penyimpanannya lebih lama dibandingkan bahan

pangan segar.

3.4.4 Persiapan Pengolahan

Persiapan dilakukan sebelum proses memasak. Persiapan

dilakukan dipagi hari, untuk selanjutnya bahan pangan yang sudah

disiapkan diolah untuk membuat menu makan pagi, makan siang,

dan makan malam. Persiapan bahan pangan yang akan diolah

dibedakan berdasarkan jenisnya. Seperti bahan pangan pokok

beras. Pertama, beras dicuci terlebih dahulu baru kemudian diolah.

Biasanya diolah menjadi nasi, bubur, dan tim. Untuk lauk hewani

seperti ayam atau daging, pertama-tama dipotong-potong

kemudian dicuci sampai bersih. Pada daging yang terdapat bagian

lemaknya, dibuang terlebih dahulu lemaknya baru dicuci. Untuk

lauk nabati seperti tempe, langsung diolah. Untuk sayuran, setelah

bahan diterima kemudian dihilangkan kotorannya, dipotong, dan

Page 46: Laporan Magang Lina

kemudian dicuci. Untuk buah-buahan dilakukan pemotongan

setelah pencucian dengan air mengalir. Yang terakhir adalah

bumbu, Rumah Sakit Bhakti wira Tamtama menggunakan standar

resep pada pengolahan bahan pangan yang dilakukan.

3.4.5 Pengolahan Bahan Pangan

Sistem pengolahan makanan yang ada di Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama dilakukan untuk pengolahan makan pagi,

selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan sore.

Pengolahan makanan tersebut dilakukan oleh juru masak (8 orang),

dibagi menjadi 3 shift. Higiene personal juru masak diterapkan

dengan baik. Juru masak yang bertugas memakai apron (celemek),

penutup kepala, atau alas kaki sebagai alat perlindungan diri (APD)

ketika menjalankan pekerjaannya. Teknik yang biasanya disajikan

pada masing-masing alat makan bagi tiap kelasnya, seperti plato

digunakan sebagai alat makan bagi pasien kelas II dan kelas III,

piring digunakan sebagai alat makan bagi pasien kelas I dan VIP.

Penyajian makanan di rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama di

sesuaikan dengan kelas perawatan pasien, yaitu:dilakukan

diantaranya adalah merebus, mengukus, dan menggoreng.

3.4.6 Penyajian Makanan

Penyajian makanan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

disesuaikan dengan kelas perawatan pasien, yaitu :

Page 47: Laporan Magang Lina

1) Ruang utama menggunakan piring tempat makanan pokok,

mangkuk untuk tempat sayur, dan piring kecil untuk tempat lauk,

dilengkapi dengan buah untuk penyajian setiap waktu makan

besar. Sedangkan tempat penyajian snack untuk selingan,

disesuaikan setiap jenisnya.

2) Kelas I menggunakan piring untuk makanan pokok,

mangkuk untuk tempat sayur, dan piring kecil untuk tempat lauk,

sedangkan buah ditempat mika makanan.

3) Kelas II menggunakan piring untuk makanan pokok,

mangkuk untuk tempat sayur, dan piring kecil untuk tempat lauk,

sedangkan buah ditempat mika makanan.

4) Kelas III menggunakan plato yang berisi makanan pokok,

sayur, dan lauk, sedangkan buah ditempatkan dalam mika

makanan. Seluruh peralatan yang digunakan telah diberi tanda

untuk meminimalkan terjadinya pertukaran alat atau kehilangan.

Seluruh makanan yang disajikan dibungkus dengan plastik

perekat untuk menghindari kontaminasi sebelum dan selama

pendistribusian.

3.4.7 Distribusi makanan

Pendistribusian makanan di Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama dilakukan oleh petugas khusus distribusi, distribusi

Page 48: Laporan Magang Lina

dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Distribusi makanan

dilakukan 5 kali dalam sehari, yaitu untuk distribusi makan pagi,

selingan pagi, makan siang, selingan sore, dan makan malam.

3.4.8 Evaluasi Sisa Makanan

Kegiatan evaluasi sisa makanan pasien dilakukan tiga bulan

sekali, yaitu dengan pengamatan langsung. Kegiatan ini dilakukan

oleh petugas gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.

3.5 Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen untuk ketenagaan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama meliputi:

3.5.1 Kepala Instalasi Gizi

Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

berjumlah satu orang yang memiliki pendidikan S1 FKM, hal ini

berarti sudah memenuhi standar PGRS. Adapun tugas pokok

Kepala Instalasi Gizi adalah merencanakan, mengkoordinasi,

mengawasi pelaksanaan empat kegiatan pokok instalasi gizi yang

meliputi penyelenggaraan makanan, asuhan gizi rawat inap dan

rawat jalan, serta penelitian dan pengembangan.

3.5.2 Tenaga Pelaksana Gizi Ruangan

Page 49: Laporan Magang Lina

Tenaga pelaksana gizi ruangan di Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama berjumlah 3 orang. Tenaga pelaksana gizi ruangan

mempunyai tanggung jawab dalam pengawasan mutu pelayanan.

3.5.3 Tenaga Administrasi

Menurut standar PGRS seharusnya ada 2 tenaga

administrasi dengan pendidikan minimal SMA atau sederajat.

Tetapi di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama memiliki 2 tenaga

administrasi yang sekaligus merangkap sebagai tenaga pelaksana

gizi ruangan.

3.5.4 Tenaga Pengatur Gizi

Tenaga pengatur gizi yang ada di Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama sebanyak 2 orang yang membantu sebagian tugas kepala

instalasi gizi dalam bidang pengawasan mutu non pelayanan.

3.5.5 Tenaga Pemasak

Menurut standar PGRS, jumlah tenaga pemasak yang

seharusnya ada di rumah sakit sebanyak 22 orang tetapi di Rumah

Sakit Bhakti Wira Tamtama hanya memiliki 8 tenaga pemasak.

Dalam kegiatan pengolahan, dilakukan sistem pembagian 3 shift

untuk tenaga pemasak yaitu:

1) Shift pagi : 04.00 – 11.00

2) Shift siang : 07.00 – 14.00

3) Shift sore : 14.00 – 19.00

3.5.6 Tenaga Distribusi

Page 50: Laporan Magang Lina

Untuk tenaga distribusi di instalasi gizi Rumah Sakit Bhakti

Wira Tamtama dilakukan pembagian shift berdasarkan pembagian

shift karyawan biasa, yaitu:

1) Shift pagi : 12.00 – 13.00

2) Shift sore : 17.00 – 18.00

3) Shift subuh : 07.00 – 08.00

3.5.7 Tenaga Logistik

Tenaga logistik yang ada di instalasi gizi Rumah Sakit

Bhakti Wira Tamtama belum ada, sehingga dilakukan oleh petugas

gizi yang ada. Tugas pokok dari tenaga logistik adalah melakukan

penerimaan dan pencatatan bahan makanan kering yang masuk dan

keluar, melaksanakan proses pengeluaran bahan makanan kering

dari gudang logistik ke bagian dapur sesuai jumlah pasien dan jenis

menu yang dipakai, kemudian dilakukan pencatatan sesuai

pesanan.

3.5.8 Tenaga Pencucian Alat dan Tenaga Kebersihan

Tenaga pencucian alat dan tenaga kebersihan yang ada di

instalasi gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama dilakukan oleh

juru masak.

3.6 Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Page 51: Laporan Magang Lina

3.6.1 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan merupakan serangkaian kegiatan

pengumpulan, pengolahan data kegiatan Pelayanan Gizi Rumah

Sakit (PGRS) dalam jangka waktu tertentu untuk menghasilkan

bahan bagi penilaian PGRS dan pengambilan keputusan. Tujuan

dari pencatatan dan pelaporan adalah tersedianya pencatatan dan

pelaporan bahan makanan/anggaran belanja makanan, personalia,

dan perlengkapan gizi. Sasarannya adalah:

a. Pencatatan dan pelaporan pemasukan, pemakaian, dan sisa

bahan makanan harian, bulanan.

b. Pencatatan tribulanan dan tahunan, macam dan jumlah

perlengkapan instansi gizi.

c. Pencatatan ketenagaan instalansi gizi semester dan tahunan.

Bagian pengadaan makanan segar di Rumah Sakit Bhakti Wira

Tamtama dicatat setiap hari oleh pengawas mutu non pelayanan.

Untuk bahan makanan kering pencatatan juga dilakukan tiap hari

oleh karyawan dibagian logistik. Pelaporan dilakukan setiap satu

bulan sekali.

3.6.2 Asuhan Gizi Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan

Kegiatan asuhan gizi ruang rawat inap di instalasi gizi

dilakukan oleh seorang staf gizi sebagai tenaga pelaksana gizi

ruangan. Kegiatan tersebut meliputi pengkajian data pasien,

penentuan diet pasien (melihat catatan medis pasien), pelaksanaan

Page 52: Laporan Magang Lina

diet, konsultasi atau penyuluhan, monitoring dan evaluasi serta

tindak lanjut. Konsultasi dan rujukan gizi yang dilakukan untuk

pasien dengan diet khusus dan resiko tinggi seperti Diabetes

Mellitus, GOUT, Hipertensi, CRF dan lain-lain.

3.7 Higiene dan Sanitasi Makanan

3.7.1 Keadaan Sanitasi

3.7.1.1 Sanitasi Tenaga Pemasak

Berdasarkan hasil observasi tenaga pemasak di

Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama belum memenuhi

standar grooming. Hal ini terlihat dari perilaku tenaga

pemasak di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yang masih

menggunakan handphone saat bekerja, ada beberapa tenaga

masak yang tidak memakai penutup kepala saat memasak,

tidak memakai apron saat mengolah makanan dan masih

kurangnya kebersihan dari tenaga pemasak.

3.7.1.2 Sanitasi Bahan Makanan

Untuk menyajikan makanan yang berkualitas, selain

cita rasa, nilai gizi dan penampilan yang menarik, menu

yang bervariasi, juga didukung dengan makanan bersih

yang aman dan tidak berbahaya untuk dimakan. Higiene

dan sanitasi merupakan standar utama yang harus

ditetapkan setiap rumah sakit. Beberapa hal yang harus

Page 53: Laporan Magang Lina

diperhatikan dalam sanitasi makanan yaitu asal bahan

makanan.

Bahan makanan yang digunakan di instalasi gizi

Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama berasal dari rekanan

yang cara pengangkutannya dengan kantung plastik, khusus

bahan makanan segar seperti daging, ayam, dan ikan.

Untuk buah pisang menggunakan keranjang bambu, telur

dengan krat, sedangkan sayur-sayuran diangkut dengan

menggunakan keranjang plastik ukuran besar.

3.7.1.3 Sanitasi Tempat Persiapan Bahan Makanan

Tempat persiapan bahan makanan dan tempat

peneriamaan bahan makanan dijadikan satu ruangan.

Fasilitas yang ada yaitu meja persiapan untuk sayur, meja

persiapan untuk buah. Sanitasi meja persiapan untuk sayur

tidak tertata dengan baik karena banyak barang-barang

yang tidak sesuai tempatnya, meskipun demikian untuk

kebersihannya sudah cukup baik karena setiap selesai

proses persiapan selalu dibersihkan. Begitu juga dengan

meja tempat persiapan untuk buah selalu dibersihkan

setelah proses persiapan selesai.

Page 54: Laporan Magang Lina

Bak pencucian yang ada di instalasi gizi Rumah

Sakit Bhakti Wira Tamtama memiliki 2 tempat pencucian

yaitu:

1) Tempat pencucian untuk alat-alat makan dan peralatan

pengolahan yang menggunakan sabun colek,

2) Tempat pencucian bahan makanan. Tempat pencucian

bahan makanan memiliki sanitasi yang kurang baik

karena tempat pencucian jadi satu antara tempat cuci

tangan dengan tempat pencucian bahan makanan.

3.7.1.4 Sanitasi Ruang Pengolahan

Dapur yang sehat harus memenuhi syarat-syarat

tertentu, yaitu syarat fisiologis, psikologis, serta

menghindarkan terjadinya kecelakaan, maupun penyakit.

Syarat fisiologis meliputi suhu ruangan, penerangan,

ventilasi. Sedangkan syarat psikologis meliputi segi

keindahan dan kenyamanan.

Ruang pengolahan terletak di bagian paling

belakang bangunan instalasi gizi. Sanitasi dapur sudah

cukup baik tetapi untuk tempat pembuangan sampah

jaraknya terlalu dekat dengan tempat proses pengolahan

sehingga dikhawatirkan dapat mencemari bahan-bahan

makanan yang ada di tempat proses pengolahan. Secara

fisiologis kondisi ruang pengolahan sudah memenuhi

Page 55: Laporan Magang Lina

syarat, yakni sudah dilengkapi Exhaust Hood dan Exhaust

Fan untuk pertukaran udara, masuknya cahaya nmatahari,

dan menjaga suhu ruangan agar tetap stabil.

Pintu masuk dan keluar ruang pengolahan di Rumah

Sakit Bhakti Wira Tamtama belum terjaga keamanannya

dari binatang seperti kucing. Hal ini tentu akan mengancam

keutuhan bahan makanan.Selain itu, apabila ada binatang

masuk akan sangat mengganggu tenaga pemasak saat

mengolah makanan.

Adapun fasilitas yang ada di ruang pengolahan yaitu:

1) Meja persiapan bahan makanan yang telah siap

2) Lemari persediaan bahan kering (chiller)

3) Lemari persediaan bahan basah (freezer)

4) Meja penataan lauk

Page 56: Laporan Magang Lina

3.7.1.5 Sanitasi Tempat Pencucian Alat Makan dan Masak

Sanitasi pada tempat pencucian harus terjaga

dengan baik karena akan menjadi faktor yang efektif dalam

menularkan penyakit. Adapun fasilitas yang terdapat pada

tempat pencucian alat makan pasien dan masak yaitu:

1) Bak I untuk pencucian bahan makanan

2) Bak II untuk pencucian alat masak

3) Rak penirisan

4) Tempat persiapan teh

5) Temopat persiapan air panas

6) Kompor gas

7) Ember pencucian bahan makanan

8) Tempat sampah

Dalam proses pengeringan alat makan terkadang

masih menggunakan lap kain sehingga memungkinkan

bakteri yang terdapat di lap akan mengkontaminasi pada

alat makan. Tempat pencucian alat terlihat kurang bersih

karena terdapat kotoran-kotoran di dalam saluran

pembuangan air limbah pencucian dan lantai sedikit licin

sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

Page 57: Laporan Magang Lina

3.7.1.6 Sanitasi Tempat Penyimpanan Peralatan Makan dan

Masak

Sanitasi tempat penyimpanan peralatan makan dan

peralatan masak menggunakan rak. Hal ini memungkinkan

terjadinya kontaminasi dari serangga atau debu, sehingga

akan lebih baik jika rak tersebut mempunyai penutup.

3.8 Sarana, Peralatan dan Perlengkapan

Peralatan dan perlengkapan di ruang penyelenggaraan makanan pada

Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama antara lain:

3.8.1 Ruangan penerimaan

Terdapat timbangan, rak bahan makanan, alat-alat kecil

seperti pembuka botol, gunting, pisau, dan lain-lain.

3.8.2 Ruang penyimpanan

Ruang penyimpanan bahan makanan antara lain lemari es

atau chiller untuk menyimpan buah dan sayur, freezer untuk

menyimpan bahan pangan segar, lemari, ruangan untuk

menyimpan beras.

3.8.3 Ruang persiapan bahan makanan

Terdapat meja persiapan sayur, meja persiapan buah,

bangku, dan lain-lain.

Page 58: Laporan Magang Lina

3.8.4 Ruang masak

Terdapat blender, panci besar, kompor, kipas angin, tenpat

pencucian, meja persiapan makanan, lemari, lemari es, meja kerja,

bangku, dan lain sebagainya.

3.8.5 Ruang pegawai

Terdiri dari tempat sholat, lovker, meja kerja, tv, kipas

angin, dan tempat sampah.

3.8.6 Ruang perkantoran

Terdiri dri meja kursi, alat tulis, filling cabinet, lemari

buku, komputer, lemari kaca, dan kipas angin.

Page 59: Laporan Magang Lina
Page 60: Laporan Magang Lina

BAB IV

PENUTUP

1.1 Simpulan

Dari data di atas dapat dibuat simpulan bahwa penyelenggaraan makanan di

Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama dilakukan oleh Instalasi Gizi. Ketenagaan di

Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama meliputi Kepala Instalasi Gizi,

tenaga administrasi, juru masak, dan tenaga distribusi.

Penyusunan menu dan standar makanan berpedoman pada Pedoman

Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit (PPMRS). Selain itu, penyajian makanan

diet pada pasien dilakukan sesuai dengan kondisi dan penyakit pasien yang

bekerjasama dengan tim asuhan gizi. Untuk pengawasan bahan makanan

dilakukan mulai tahap penerimaan bahan makanan hingga distribusi makanan.

1.2 Saran

Saran yang diberikan untuk memperbaiki penyelenggaraan manajemen

makanan gizi, antara lain:

1) Melakukan optimalisasi pada kinerja petugas pengolahan bahan

makanan agar instalasi gizi dapat memberi hasil yang memuaskan.

2) Menempatkan ketenagaan di instalasi gizi sesuai dengan dasar

kemampuan dan latar belakang pendidikan.

3) Mengadakan sosialisasi inovasi menu secara berkala agar inovasi

menu berjalan sesuai yang diharapkan.

Page 61: Laporan Magang Lina

4) Melakukan pemantauan dan pengawasan kepada tenaga masak agar

tetap menjaga hiegiene personal dan sanitasi.

5) Membentuk tim pengawasan bahan makanan dari tahap penerimaan

bahan makanan hingga distribusi sehingga dapat meminimalisasi

kesalahan selama proses berlangsung.

Page 62: Laporan Magang Lina

DAFTAR PUSTAKA

1. Fuad, A. (2006). Analisis Model Pengadaan Bahan Makanan Kering

Berdasarkan Metode EOQ Pada Instalasi Gizi Rumah Sakit Roemani

Semarang(Online),(http://eprints.undip.ac.id/17448/1/Fuad_Alhamidy.pdf)

Diakses 20 Mei 2014.

2. Kemenkes RI .(2013). Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit(Online).

(http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/COVER

%20PGRS_PGRS%20Final.pdf) Diakses 19 Mei 2014.

3. Sumber Data Profil Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama.

Page 63: Laporan Magang Lina

A. Profil Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi penderita sesuai dengan kebutuhan

dan jenis penyakitnya.

2. Meningkatkan sistem pengadaan, pengolahan, dan penyajian mkanan yang

bermutu dan berkualitas.

3. Meningkatkan SDM yang berkualitas dengan meningkatkan sistem

pembelajaran yang berkesinambungan.

Visi

Meningkatkan kualitas pelayanan gizi penderita dengan menyajikan makanan

sesuai kebutuhan dan jenis penyakitnya.

Motto

Aman, Tepat, Menarik

Page 64: Laporan Magang Lina

B. Struktur Organisasi Instalasi Gizi Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama

BAG. SANITASI & PEMELIHARAAN

BAG. PENERIMAAN BAG. PEMASAKAN BAG. PEMASAKAN MAKANAN

KHUSUS/DIIT

BAG. LOGISTIK & PENYULUHAN GIZI

BAG. ADMINISTRASI & KEUANGAN

PENATA GIZI

BG. PEMASAKAN MAKANAN PEGAWAI

KAINSTALJANGWAT

ADMINISTRASI PEMESANAN REKAP

INVENTARIS ALAT

Page 65: Laporan Magang Lina