skripsi pengaruh pajak BAB III revisi.docx
description
Transcript of skripsi pengaruh pajak BAB III revisi.docx
BAB III
METODE PENELITIAN DAN OBJEK PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitiannya. Menurut Sujoko, Stevanus, dan
Yuliawati (2004:7) menjelaskan bahwa:
“Metode penelitian adalah suatu cara peneliti dalam menganalisis data. Metode Penelitian merupakan bagian dari metodologi yang secara khusus mendeskripsikan tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2012:2) menyatakan bahwa:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Pengertian dari
Metode analisis deskriptif adalah sebagai berikut:
Menurut Sugiyono (2012:147) menyatakan bahwa:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.
Sedangkan metode verifikatif menurut Arikunto (2004:7) adalah:
“Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran melalui pengumpulan data di lapangan”. Sifat verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, dimana dalam penelitian ini
penelitian verifikatif bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bandung.
Menurut Sugiyono (2012:8) metode penelitian kuantitatif adalah
sebagai berikut :
“Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sample tertentu, pengumpulan data menggunkan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
Sedangkan Andi Supangat (2007:1) mendefinisikan metode
kuantitatif sebagai berikut:
“Metode kuantitatif adalah informasi dalam bentuk pernyataan bilangan (jumlah) yang didasarkan pada hasil perhitungan maupun hasil pengukuran dalam bentuk angka (bilangan)”.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
analisis deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif merupakan
metode yang bertujuan menggambarkan benar tidaknya fakta-fakta yang
ada serta menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang diselidiki
dengan cara mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan
menginterpretasi data dalam pengujian hipotesis statistik. Dalam
penelitian ini, metode deskriptif verifikatif tersebut digunakan untuk
menguji lebih dalam pengaruh, dari pengaruh penerimaan pajak daerah
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) serta menguji teori dengan
pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.
3.1.1 Desain Penelitian
Desain penelitian mengungkapkan cara atau pendekatan yang
digunakan dalam mengkaji atau meneliti masalah-masalah penelitian.
Pengertian desain penelitian dikemukakan oleh Schuman dalam Nazir
(2009:84) yaitu :
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desain penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja, sedang dalam pengertian luas, desain penelitian mencakup proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena
penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian,
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi, Identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah penerimaan pajak daerah berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) lalu merumuskan
permasalahannya,
3. Menetapkan tujuan masalah,
4. Menetapkan hipotesis penelitian berdasarkan fenomena dan
dukungan teori-teori yang relevan,
5. Metode penelitian,
Dalam melakukan penelitian peneliti menggunakan metode deskriptif
dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan
masalah pertama dan kedua. Sedangkan metode verifikatif
digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga.
6. Menentukan operasionalisasi variabel sekaligus pengukuran variabel
penelitian yang digunakan. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah variabel bebas (independen), yaitu pajak daerah
dan variabel terikat (dependen), yaitu pendapatan asli daerah (PAD).
Kedua variabel tersebut akan diuraikan secara khusus mulai dari
indikator, kategori, dan skala pengukuranya.
7. Menentukan sumber data, teknik penentuan sampel, dan teknik
pengumpulan data. Sampel dalam penelitian ini selama 10 tahun
(2002-2011), diperoleh dari laporan keuangan tahunan Kabupaten
Bandung berupa laporan realisasi anggaran (LRA) pada Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan (DPPK) Kabupaten Bandung.
8. Melakukan analisis data terhadap nilai penerimaan pajak daerah,
dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Bandung
9. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis dan saran.
Dari pemaparan di atas, maka dapat dikatakan bahwa desain
penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu yang telah
ditetapkan.
3.1.2 Operasionalisasi Variabel
Definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69)
adalah:
“Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.
Menurut Sugiyono (2011:3) menyatakan bahwa variabel penelitian
adalah:
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.”
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis,
indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian,
sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan
secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh
penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD), maka
variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas/Independen (X)
Pengertian variabel independen menurut Sugiyono (2011:4) yaitu:
“Variabel independen (bebas) adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat).” Variabel bebas/variabel
independen, pada penelitian ini adalah Pajak Daerah.
2. Variabel Terikat/Dependen (Y)
Pengertian variabel dependen menurut Sugiyono (2011:4)
memaparkan bahwa, “Variabel dependen (terikat) merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas”. Variabel tidak bebas/variabel dependen pada
penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hubungan antar variabelnya, yaitu: “Hubungan Asimetris Dua
Variabel”. Hubungan asimetris merupakan hubungan yang terjadi sebagai
akibat pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Bagan
hubungan antar variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Hubungan Antar Variabel
Keterangan :
X = Pajak Daerah
Y = Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel operasionalisasi
variabel berikut ini:
Variabel Independen
(X)
Variable Dependen
(Y)
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variavel X dan Y
Variabel Indikator Kategori Skala
Pajak
Daerah
(X)
Hasil realisasi pungutan dari
berbagai jenis pajak yang di kelola
Kabupaten Bandung. Dari tahun
2002 s/d 2011 (periode 10 tahun)
Rupiah
(Rp)
Rasio
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
(Y)
Realisasi penerimaan yang
diperoleh dari sektor pajak daerah,
retribusi daerah, hasil
pengeloalaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah
Kabupaten Bandung dari tahun
2002 s/d 2011 (periode 10 tahun)
Rupiah
(Rp)
Rasio
Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel menggunakan
skala rasio. Skala pengukuran menggunakan skala rasio, yaitu data yang
dinyatakan dalam bentuk angka dan angka pada data ini menunjukkan
ukuran yang sebenarnya dari objek yang diukur.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Riduwan (2005:85) menyatakan
bahwa, ”Skala ratio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol
mutlak dan mempunyai jarak yang sama”. Karena skala pengukuran
datanya menggunakan skala rasio maka pengujian hipotesis penelitian ini
menggunakan alat uji statistik.
3.1.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, di
mana data diperoleh secara tidak langsung, artinya data-data tersebut
berupa data yang telah diolah lebih lanjut dan data yang disajikan oleh
pihak lain. Menurut Sugiyono (2012:137) “Sumber sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau dokumen.”
Data sekunder dapat diperoleh dengan cara membaca, mempelajari
dan memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur dan
buku-buku perpustakaan atau data-data dari perusahaan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang bersifat kuantitatif yang dinyatakan dalam bentuk angka-
angka yang diperoleh dari laporan realisasi anggaran (LRA) DPPK
Kabupaten Bandung selama masa pengamatan tahun 2002-2011 selama
10 periode yang berhubungan dengan Pajak Daerah dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian
ini dengan dua cara, yaitu:
1. Studi Lapangan (Field Research)
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Dalam
memperoleh data sekunder tersebut cara yang digunakan adalah
dokumentasi (documentation), yaitu pengumpulan data yang
diperoleh dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen atau
catatan-catatan yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diteliti untuk mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas. Data
sekunder tersebut diperoleh di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dengan
mencari, mempelajari, dan mengumpulkan teori serta bahan-bahan
yang mendukung bagi penelitian ini dengan cara mempelajari
beberapa literatur atau buku-buku yang berkaitan untuk
mendapatkan data berupa teori untuk dijadikan sebagai bahan
pembanding dalam pembahasan.
3.1.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah karakteristik tertentu untuk dapat ditarik kesimpulan.
Menurut Sugiyono (2012:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi terdiri dari manusia atau orang, file-file atau
dokumen-dokumen yang dapat dipandang sebagai objek penelitian”.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa populasi
adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang telah
ditetapkan untuk diteliti dan dipelajari untuk kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) DPPK Kabupaten Bandung yaitu sejak
tahun 2002 s/d tahun 2011 selama 10 periode.
Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara
(hipotesis), maka peneliti melakukan pengumpulan data pada obyek
tertentu. Karena obyek dalam populasi terlalu luas, maka peneliti
menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Pengertian
sampel menurut Sugiyono (2012:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul mewakili
(representatif).”
Mengenai jenis teknik sampling yang tepat ditimbang dari kondisi
dan karakteristik populasi yang menjadi objek pada penelitian ini adalah
menggunakan jenis teknik purposive sampling/judgment sampling/expert
choice subteknik sampling non peluang dengan cara pemilihan sampling
tanpa pengembalian (nonprobabilitas sampling) yaitu dengan
menggunakan purposif sampling. Nonprobability sampling design dengan
menggunakan purposif sampling merupakan teknik penarikan sampel
yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap
unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
Pengertian Nonprobability sampling menurut Sugiyono (2012:84)
sebagai berikut:
”Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel”.
Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2012:85) yaitu:
”Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”.
Peneliti mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan diteliti yaitu
berdasarkan :
1. Data yang diambil merupakan laporan keuangan Kabupaten
Bandung, yaitu Laporan Realisasi Aanggaran (LRA) yang terbaru.
2. Sampel data yang diambil sebanyak sepuluh periode karena sudah
dianggap mewakili (representatif ) untuk dilakukan penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah berupa
Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Bandung periode tahun
2002-2011 pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK)
Kabupaten Bandung, karena peneliti menganggap sampel dari tahun
2002-2011 dapat mewakili populasi yang ada. Alasan penggunaan sampel
mulai tahun 2002 s/d 2011 karena data berupa laporan keuangan harus
yang terbaru sehingga dapat dihitung perkembangan dan
permasalahannya.
3.1.5 Analisis Kuantitatif
Terkait dengan sifat penelitian ini yang menggambarkan secara
deskriptif dan pengujian hipotesis. Teknik pengolahan data yang
diperlukan adalah analisis statistik dimana data dikumpulkan,
ditabulasikan dengan menggunakan perhitungan statistik untuk
selanjutnya dianalisis lebih lanjut dan peneliti menggunakan bantuan
perhitungan program computer, MS. Excel dan Program SPSS for
windows 16.
Langkah-langkah dalam analisis statistik yang digunakan peneliti
adalah sebagai berikut :
1) Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis ini digunakan untuk mempelajari bentuk hubungan
yang ada di antara variabel yang terlibat, sehingga dapat diketahui
bagaimana variabel dependent dapat diprediksi melalui variabel
independen. Peneliti menggunakan analisis regresi sederhana untuk
mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah (PAD). Menurut Sugiyno (2011:260)
”Analisis regresi adalah analisis yang digunakan untuk
memprediksikan seberapa jauh perubahan nilai variabel dependen
bila nilai variabel independen dimanipulasi/dirubah-rubah atau dinaik-
turunkan”.
Peneliti menggunkan analisis regresi linier sederhana karena
dalam penelitian ini hanya meneliti dua variabel saja yaitu
penerimaan pajak daerah sebagai variabel independen (X) dan
pendapatan asli daerah (PAD) sebagai variabel dependen (Y).
Bentuk Persamaan umum analisis regresi linear sederhana menurut
Sugiyono (2011:261) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan.
X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai
nilai tertentu.
a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan).
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan
angka peningkatan ataupun penurunan variabel
depeden yang didasarkan pada prubahan variabel
independen. Jika angka b (+) arah garis naik, dan bila
(-) maka arah garis turun.
Harga a dan b dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
a=¿¿
Keterangan :
a = Konstanta (nilai Y pada saat nol)
b = Koefisien regresi
n = Ukuran sampel atau banyak data di dalam sampel
X = Nilai variabel independent
Y = Nilai varaibel dependent
(Sugiyono, 2011: 262)
2) Analisis Korelasi Product Moment
Y’ = a + bX
Setelah mengetahui nilai masing-masing, langkah selanjutnya
adalah menghitung koefisien regresi antara kedua variabel tersebut
menggunakan teknik korelasi product moment.
Menurut Sugiyono (2011:228) “Teknik ini digunakan untuk
mencari hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk
interval atau ratio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih
tersebut adalah sama.”
Peneliti menggunakan analisis Korelasi Product Moment
karena dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala pengukuran
rasio dan skala pengukuran rasio tersebut dapat diukur dengan
analisis Korelasi Product Moment.
Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui tingkat
hubungan dua variabel yaitu antara variabel independent
(penerimaan pajak daerah) dengan variabel dependent (pendapatan
asli daerah) yang diteliti. Apakah mempunyai hubungan yang kuat
atau lemah. Kuat atau tidaknya hubungan antara variabel yang
terlibat ditunjukkan oleh besarnya koefisien korelasi.
Nilai korelasi (r) product moment dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
r xy=n∑X iY i−(∑X i)(∑Y i)
√¿¿¿
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara penerimaan pajak daerah
dengan pendapatan asli daerah (PAD)
n = Jumlah sampel
X = Variabel bebas (penerimaan pajak daerah)
Y = Varaibel terikat (pendapatan asli daerah)
(Sugiyono, 2011: 228)
Untuk dapat menentukan penafsiran terhadap koefisien
korelasi, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi
Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2011: 231)
Setelah hasil nilai koefisien regresi diketahui, konsultasikan nilai
tersebut dalam daftar tabel. Jika nilai r hitung lebih besar r tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antar kedua variabel yang dihipotesiskan memiliki
hubungan fungsional (pengaruh). Maka selanjutnya adalah mencari
nilai koefisien determinasi dengan mengkuadratkan nilai r ( r²) yang
telah diperoleh. Besaran nilai r tersebut menggambarkan kekuatan
pengaruh variabel X terhadap Y, sedangkan sisanya merupakan
pengaruh variabel lain yang tidak dihitung dalam penelitian.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa
besar persentase pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap,
pendapatan asli daerah (PAD). Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi
r = Koefisien korelasi
Jika menggunakan SPSS versi 16, maka nilai koefisien
determinasi dapat dilihat dari hasil perhitungan koefisien regresi
pada tabel model summary (R Square) dikalikan dengan 100%.
3) Pengujian Hipotesis
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, ada beberapa
langkah yang harus dilakukan, yaitu:
a. Merumuskan Hipotesis
Berdasarkan pada hipotesis sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, yaitu “Terdapat
pengaruh yang signifikan antara penerimaan pajak daerah
Terhadap pendapatan asli daerah (PAD)”, maka peneliti
Kd = r2 x 100%
menetapkan hipotesis yang digunakan pada penelitian ini
adalah hipotesis asosiatif.
Menurut Sugiyono (2011:89) “Hipotesis asosiatif adalah
suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih”.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yang
berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan
antara penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli
daerah (PAD), maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
penerimaan pajak daerah terhadap pendapatan asli
daerah (PAD) di Kabupaten Bandung
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penerimaan
pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
di Kabupaten Bandung
b. Hipotesis Statistik
Berdasarkan pada alat statistik yang digunakan dan
hipotesis penelitian di atas maka peneliti menetapkan dua
hipotesis. Hipotesis yang ditetapkan yaitu Hipotesis Nol (Ho)
dan Hipotesis alternatif (Ha). Ho adalah penetapan dugaan
tidak ada pengaruh antara penerimaan pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah, sedangkan Ha adalah penetapan
dugaan ada pengaruh antara penerimaan pajak daerah
terhadap pendapatan asli daerah penetapan dugaan tersebut
dinyatakan sebagai berikut, yaitu:
Ho : ρ=0 , Ho ditolak: Tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara penerimaan pajak daerah
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di
Kabupaten Bandung
Ha : ρ≠0 , Ha diterima: Terdapat pengaruh yang
signifikan antara penerimaan pajak daerah
terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di
Kabupaten Bandung
c. Uji Hopotesis
Untuk mengetahui tingkat signifikansi dari koefisien
korelasi, maka peneliti menggunakan statistik uji t student.
Dimana uji t ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu
hipotesis yang dilakukan dapat diterima atau ditolak. Rumus
dari uji t ini adalah sebagai berikut :
t= r √n−2
√1−r 2dengan tingkat signifikansi α = 0,05
Keterangan:
t = Nilai uji t
r = Nilai koefisien korelasi
r 2 = Koefisien determinasi
n = Jumlah sampel
Menurut sugiyono (2011:230 untuk mengetahui ditolak
atau tidaknya dinyatakan dengan kriteria sebagai berikut :
Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
Jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Untuk membuat keputusan apakah hipotesis itu terbukti
atau tidak, maka harga t hitung tersebut dibandingkan dengan t
tabel. Penelitian ini menggunakan uji dua (two tail test) dengan
kesalahan (α) 5% dan derajat kebebasan dk = n-2. Dengan
kriteria uji hipotesis sebagai berikut :
t hitung > t table, dengan α = 5 % maka tolak Ho artinya
signifikan.
t hitung ≤ t table, dengan α = 5 % maka terima Ho artinya tidak
signifikan.
Tingkat signifikannya yaitu 5% (α = 0,05), artinya jika
hipotesis nol ditolak dengan taraf kepercayaan 95%, maka
kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan
mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukan adanya
pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel
tersebut.
Daerah PenolakanHo
Daerah PenolakanHo
Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan
maka digunakan gambar sebagai berikut :
Gambar 3.3
Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Dengan Uji Dua Pihak
3.2 Objek Penelitian
Dalam Penelitian ini peneliti mengambil judul penelitian yaitu,
“Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kabupaten Bandung” serta peneliti akan mengumpulkan data-
data mengenai pajak daerah dan pendapatan asli daerah (PAD). Adapun
pengertian dari objek penelitian adalah sebagai berikut:
Menurut Husein Umar (2008:303) menerangkan bahwa:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian, dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Daerah PenerimaanHo
0 t tabel- t tabel
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa objek
penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh peneliti untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu
hal. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pajak
daerah dan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Bandung.
Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan (DPPK) Kabupaten Bandung, Jl. Raya Soreang Km. 17
(Komplek Pemda Kabupaten Bandung).
3.2.1 Gambaran Umum DPPK Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung lahir berdasarkan piagam Sultan Agung
Mataram, yaitu pada Ping Songo tahun alif bulan Muharam, atau pada
hari sabtu, tanggal 20 April tahun 1641M dan sebagai Bupati pertama
adalah Tumenggung Wiraangun-angun(1641-1681).
Cikal bakal Kabupaten Bandung semula berada didaerah Karapiak
atau Bojongasih di sungai Cikapundung dekat muara, nama Karapiak
kemudian menjadi Citeureup, sebagai ibu kota Kabupaten Bandung yang
berpenduduk 200 jiwa. Sultan Agung Mataram, kemudian meminta agar
Timbangaten salah satu Kabupaten di Priangan di bawah pemerintah
Bupati R. Ardi Kusuma mengirimkan 800 penduduknya untuk mengisi
Kabupaten Bandung sebagai Kabupaten baru. Ditambah 200 penduduk
lama Karapiak, maka didirikanlah bakal ibukota Kabupaten Bandung di
tepi muara sungai Cikapundung yang kemudian diberi nama Citeureup.
Hari jadi Kabupaten Bandung adalah pada tanggal 20 April 1641. Tahun
ketahun terpilih beberapa orang untuk menjadi Bupati Bnadung kemudian
terpilih Kolonel R.H Lily Sumantri atau Bupati Bandung ke-20. Ia menjabat
selama dua periode (1969-1980). Pada waktu ia menjabat Bupati, sempat
mencatat peristiwa penting, yaitu rencana pemindahan ibukota Kabupaten
Bandung yang semula berlokasi di kodia Bandung ke wilayah hukum
Kabupaten Bandung, di daerah Baleendah.
Dalam perkembangannya, di lahan peruntukan Ibu kota Kabupaten
Bandungitu, sempat di bangun berbagai fasilitas antara lain perkantoran
untuk beberapa instansi. Rencana kepindahan ke Ibukota Kabupaten
Bandung tersebut, berlanjut hingga jabatan Bupati Bandung di pegang
Kol. R. Sani Lupias Abdurrcman (1980-1985), ia merupakan Bupati ke-21.
Akan tetapi atas beberapa pertimbangan, fisik geografis daerah
Baleendah tidak memungkinkan untuk Ibukota Kabupaten. Maka pada
masa jabatan Bupati Bandung di jabat oleh Kol.H.D. Cherman Effendi
(1985-1990), Ibukota Kabupaten di boyong ke lokasi baru yakni
Kecamatan Soreang. Bupati ke-22 itu membangun Ibukota Kabupaten
Bandung tepatnya di desa Pemekaran pinggir Jalan Raya Soreang-
Bandung.
Di lahan seluas 24 hektar kini berdiri megah kompleks perkantoran
Kabupaten Bandung dengan menampilkan gaya arsitektur tradisional
priangan, hingga kompleks perkantoran ini disebut-sebut sebagai
kompleks perkantoran Kabupaten termegah di Jawa Barat. Pembangunan
kompleks tersebut dilanjutkan oleh penggantinya Bupati Bandung ke23
yakni Kol. H.U. Hatta Djatipermana (1990-2000) yang kemudian
digantikan oleh H. Obar Sobarna,S.Ip (2001-sekarang).
Dengan terbitnya Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 20
Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten
Bandung Badan Administrasi Keuangan Daerah Bergabung Dengan
Dinas Pendapatan daerah dengan nama yang baru yaitu Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPK) sebagai Satuan
Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) atau dengan nama lainnya
SKPKD sebagai Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) atau
Bendahara Umum Daerah (BUD).
3.2.2 Tugas Pokok dan Susunan Organisasi DPPK Kab. Bandung
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bandung Nomor
20 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis
Daerah Kabupaten Bandung, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan termasuk salah satu lembaga teknis dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Bandung yang mempunyai tugas Pokok “merumuskan
kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional di
bidang pengelolaan pendapatan dan keuangan yang meliputi
perencanaan, pengendalian operasional, pendapatan, anggaran,
perbendaharaan dan akuntansi serta melakukan ketatausahaan Dinas”.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi di atas, maka susunan
organisasi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretariat
a. Sub Bag Penyusunan Program
b. Sub Bag Umum dan Kepegawaian
c. Sub Bag Keuangan
3. Bidang Perencanaan Pengendalian Operasional (P2O)
a. Seksi Perencanaan Pendapatan
b. Seksi Pemantauan dan Pengendalian
c. Seksi Analisa, Evaluasi dan Pelaporan
4. Bidang Pendapatan
a. Seksi Pendapatan Asli Daerah
b. Seksi Dana Perimbangan
c. Seksi Lain-Lain Pendapatan yang sah
5. Bidang Anggaran
a. Seksi Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Pembiayaan
b. Seksi Penyusunan Anggaran Biaya Langsung
c. Seksi Penyusunan Anggaran Biaya Tidak Langsung
6. Bidang Perbendaharaan
a. Seksi administrasi perbendaharaan
b. Seksi Penelitian dan Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
c. (SP2D)
d. Seksi Kas daerah
7. Bidang Akuntansi
a. Seksi Pendapatan dan Pembiayaan
b. Seksi Belanja Langsung
c. Seksi Belanja Tidak Langsung
8. UPTD Pajak Daerah
9. UPTD Pajak Bumi dan Bangunan
10. UPTD Belanja Tidak Langsung
11. Jabatan Fungsional
3.2.3 Visi dan Misi
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK) Kabupaten
Bandung memiliki peran yang sangat strategis yaitu sebagai koordinator
pendapatan daerah juga sebagai pengelola pendapatan, pembina teknis
dibidang pendapatan serta. Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, Pemerintah Kabupaten Bandung dalam penyelengaraan
otonomi daerah membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit sehingga
aparat pengelola pendapatan daerah dituntut meningkatkan pendapatan
asli daerah secara optimal. Peningkatan PAD akan terwujud jika diimbangi
dengan peningkatan kinerja para aparat pengelola pendapatan dengan
didukung oleh pihak-pihak terkait sehingga dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi, Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK)
Kabupaten Bandung mempunyai visi sebagai berikut :
VISI
“Terwujudnya peningkatan kinerja DPPK sebagai andalan penerimaan
pendapatan daerah dan terciptanya administrasi keuangan daerah yang
efektif, efisien, akurat dan dapat dipertangungjawabkan melalui akselerasi
pengelolaan keuangan daerah secara profesional dengan berbasis
Religius, Kultural dan berwawasan lingkungan yang berorientasi pada
peningkatan Likuiditas dan Stabilitas Keuangan Daerah Kabupaten
Bandung”
MISI
Sebagai upaya pencapaian tujuan sesuai dengan visi yang telah
ditetapkan maka Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan (DPPK)
Kabupaten Bandung mempunyai misi :
1. Meningkatkan kualitas dan profesionalitas SDM aparatur pengelola
keuangan daerah.
2. Mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan daerah melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi.
3. Meningkatkan kualitas data potensi sumber pendapatan daerah agar
lebih baik, akuarat dan aktual sebagai dasar penetapan target
pendapatan.
4. Merumuskan kebijakan teknis dan pelaksanaan operasional bidang
pendapatan daerah, serta menyususn aspek legalitas pemungutan
pendapatan daerah dan penerapannya melalui pengkajian Peraturan
Daerah.
5. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian operasional dalam
pendapatan daerah.
6. Mengembangkan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah
(SIPKD) dan Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD).
7. Merumuskan dan melaksanakan konsep Bank Minded dalam
pendapatan.
8. Merumuskan kebijakan anggaran dan menyusun APBD/Perubahan
APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD serta
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan daerah sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Meningkatkan pengendalian operasional dalam rangka menjaga
Likuiditas dan Stabilitas keuangan daerah.
11. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan keuangan daerah dan
mewujudkan tertib administrasi TPTGR.
12. Menjalin kemitraan dengan Lembaga Keuangan / Perbankan dalam
rangka meningkatkan PAD melalui Penyertaan Modal Daerah.