SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS...
Transcript of SKRIPSI MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS...
1
SKRIPSI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGA NNARASI
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN
INSPIRATOR LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA
KELAS VIII B SMP NEGERI 1SUSUT BANGLI
TAHUN AJARAN 2013/2014
OLEH :
I NYOMAN SUDARMAN
NPM : 10. 8. 03. 51. 31. 1. 5. 2986
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
TAHUN 2014
2
3
4
5
6
KATA PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya tulis ini kepada :
1. Orang tuaku tercinta
2. Saudara-saudaraku tersayang
3. Dosen-dosen pengasuh terbaik
4. Teman-teman seperjuangan
7
MOTTO
“Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban adalah
perjuangan kita untuk menjadi sukases”
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Hyang Maha Esa, karena berkat petunjuk dan Rahmat-Nya, penulis dapat
menyusun sebuah sekripsi penelitian dengan judul “ Meningkatkan Kemampuan
Menulis Karangan Narasi Melalui Pendekatan Kontekstual Dengan Inspirator
Lingkungan Sekolah siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Susut Bangli Tahun Ajaran
2013/2014.
Tersusunnya skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan guna mencapai
gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNMAS Denpasar.
Dalam rangka penyelesaian skripsi ini sudah barang tentu ada hambatan-
hambatan yang penulis alami, namun penulis berusaha menyusun dengan sebaik-
baiknya sesuai dengan kemampuan penulis. Di samping itu pula, berkat adanya
bimbingan, petunjuk-petunjuk pembimbing, serta rekan-rekan yang telah banyak
membantu demi tersusunnya skipsi ini.
Berkenaan dengan hal itu perkenankanlah penulis dengan segaala kerendahan
hati menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada yth.
1. Bapak Dr. Drs. I Made Sukamerta, M.Pd. selaku Rektor Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba, selaku Dekan FKIP Universitas
Mahasaraswati Denpasar.
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum. selaku KPS Bahasa dan Sastra
Indonesia FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar.
9
4. Bapak Dr. Drs. I Nyoman Suparsa, M.S. selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan bimbingan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Ni Ketut Pola Rusmini, M. Hum. selaku pembimbing II yang
telah banyak membantu serta memberikan bimbingan dan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Segenap keluarga besar SMP Negeri 1 Susut, Bangli yang telah banyak
memberikan informasi dan pelayanan dalam penelitian skripsi ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuan
dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.
Atas segala budi baik dari Bapak Ibu sekalian, semoga Tuhan Yang Maha Esa
melimpahkan Asung Kerta Nugraha-Nya, sehingga senantiasa dalam keadaan
sehat dan sejahtera lahir dan bathin. Akhir kata dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan semoga skripsi yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca dan penulis selanjutnya.
Bangli, Juli 2014
Peneliti
10
ABTRAK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI
MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUALDENGAN INSPIRATOR
LINGKUNGAN SEKOLAH SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1
SUSUT BANGLITAHUN AJARAN 2013/2014
Nama : I Nyoman Sudarman
NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2986
Tebal Halaman : 93 halaman
Tahun : 2014
Berdasarkan hasil pencermatan penulis bersama guru mata pelajaran bahasa
Indonesia, ternyata kemampuan menulis siswa SMP Negeri 1 Susut masih
tergolong rendah. Padahal, kemampuan dibidang ini sangat bermanfaat dalam
menunjang kemampuan berbahasa siswa, dan terlebih lagi dalam menghadapi
ujian nasional dengan tipe soal yang sudah mengarah pada aspek penggunaan
bahasa. Oleh karena itu, kemampuan menulis sangat penting dan mendesak
dikuasai siswa.
Menurut hasil diagnosis penulis bersama guru mata pelajaran bahasa
Indonesia khususnya kelas VIII B di SMP Negeri 1 Susut, ternyata akar penyebab
masalah ini dapat diidenfikasi sebagai berikut (1) siswa sangat jarang diberikan
kesempatan mengembangkan kemampuan menulis karangan narasi, (2) siswa
lebih sering disuruh menghafal jenis-jenis paragraf, tanpa diminta mencoba
menulis paragraf, (3) pelajaran menulis masih ditakuti siswa, (4) pelajaran
menulis membosankan bagi siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkap bahwa penerapan
pendekatan kontekstual dengan inspirator lingkungan sekolah dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut
tahun pelajaran 2013/2014, dan mengetahui serta menemukan langkah-langkah
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan
narasi.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut tahun
pelajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan
kelas dan dilakukan dalam tiga siklus, yang pada ketiga siklus tersebut membahas
satu aspek kebahasaan yakni “Menulis karangan narasi”. Sesuai dengan rancangan
penelitian tindakan, pada setiap siklus dilakukan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, refleksi tindakan dan
hasil-hasilnya. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan
11
teknik lembar observasi dan teknik tes. Data diolah dengan menggunakan teknik
deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil analisis data, ternyata pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan mutu pembelajaran menulis karangan narasi siswa kelas VIII B
SMP Negeri 1 Susut, tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini dapat dicermati dari
perolehan nilai rata-rata siswa yang mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
hasil tes awal nilai rata-rata siswa hanya mencapai 6,0. Nilai rata-rata siswa
mengalami peningkatan pada tes siklus I menjadi 6,8, meningkat menjadi 7,58
pada siklus II, dan meningkat pula peda siklus III menjadi 8,03. Pendekatan
kontekstual dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk berkompetisi di dalam
menyusun karangan narasi sesuai dengan ciri-ciri karangan narasi. Perubahan
tingkah laku atau sikap tampak dalam pembelajaran menyusun karangan narasi.
Kata kunci : Menulis karangan narasi, pendekatan kontekstual, inspirator
lingkungan sekolah
12
DAFTAR ISI
HALAM PENGESAHAN PEMBIMBING........................................................ i
HALAM PENGESAHAN PANITIA UJIAN.................................................... ii
PERNYATAAN.................................................................................................. iii
KATA PERSEMBAHAN................................................................................... iv
MOTTO............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
ABSTRAK.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR ISI....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN ........................................................................... 3
1.4 RUANG LINGKUP PENELITIAN .......................................................... 3
1.5 MANFAAT PENELITIAN ....................................................................... 3
1.6 ASUMSI .................................................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
2.1 Pengertian Narasi dan Sruktur Narasi........................................................ 5
2.1.1 struktur Narasi ........................................................................................... 10
2.2 Pendekatan Kontekstual............................................................................. 13
2.2.1 Keunggulan Pendekatan Kontekstual ........................................................ 15
13
2.2.2 Karakteristik Pendekatan Kontekstual ....................................................... 16
2.2.3 langkah-langkah Pembelajaran di Kelas .................................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 24
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................... 24
3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian ...................................................... 24
3.3 Rancangan Penelitian................................................................................. 25
3.4 Prosedur Penelitian .................................................................................... 26
3.4.1 Refleksi Awal ............................................................................................. 28
3.4.2 Siklus I ....................................................................................................... 28
3.4.2.1 Perencanaan ................................................................................... 28
3.4.2.2 Pelaksanaan.................................................................................... 29
3.4.2.3 Observasi dan Evaluasi .................................................................. 36
3.4.2.4 Refleksi .......................................................................................... 37
3.5 Pengumpulan Data/Instrumen Penelitian .................................................. 37
3.5.1 Observasi ........................................................................................ 38
3.5.2 Tes................................................................................................... 39
3.6 Analisis data............................................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................ 41
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 41
4.1.1 Refleksi Awal ............................................................................................ 41
4.1.1.1 Hasil Observasi Awal .................................................................. 41
4.1.1.2 Hasil Tes Awal ............................................................................ 46
4.1.1.3 Analisis Data ................................................................................ 48
14
4.1.2 Siklus I ....................................................................................................... 51
4.1.2.1 Perencanaan ................................................................................. 51
4.1.2.2 Pelaksanaan.................................................................................. 52
4.1.2.3 Hasil Observasi ............................................................................ 55
4.1.2.4 Hasil Tes Siklus I......................................................................... 57
4.1.2.4 Analisis Data ................................................................................ 60
4.1.2.5 Refleksi Siklus I ........................................................................... 64
4.1.3 Siklus II ...................................................................................................... 64
4.1.3.1 Perencanaan ................................................................................. 64
4.1.3.2 Pelaksanaan.................................................................................. 66
4.1.3.3 Observasi ..................................................................................... 70
4.1.3.4 Hasil Tes Siklus II ....................................................................... 71
4.1.3.5 Analisis Data ............................................................................... 73
4.1.3.6 Refleksi ........................................................................................ 75
4.1.4 Siklus III ................................................................................................... 75
4.1.4.1 Perencanaan ................................................................................. 75
4.1.4.2 Pelaksanaan.................................................................................. 77
4.1.4.3 Observasi ..................................................................................... 78
4.1.4.4 Hasil Tes Siklus III ...................................................................... 79
4.1.4.5 Analisis Data ............................................................................... 80
4.1.4.6 Refleksi ........................................................................................ 84
4.2 Rekapitulasi ............................................................................................... 84
4.3 Pembahasan ............................................................................................... 87
15
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 91
5.1 Simpulan .................................................................................................... 91
5.2 Saran .......................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
16
DAFTAR TABEL
Tabel.
Hasil Tindakan Awal....................................................................................... 46
Analisis Tes Awal.............................................................................................. 48
Hasil Siklus I..................................................................................................... 58
Analisis Hasil Siklus I ................................................ ....................................... 60
Hasil Siklus II.................................................................................................... 71
Analisis Hasil Siklus II .......................................... ............................................ 73
Hasil Siklus III ................ .................................................................................. 79
Analisis Hasil Siklus III .......................................... ........................................... 82
Rekapitulasi Hasil Tindakan Awal, Hasil Siklus I, Hasil Siklus II dan Hasil
Siklus III............................................................................................................. 85
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran bahasa Indonesia menekankan pada pemerolehan empat
keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut adalah keterampilan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa
disajikan secara terpadu namun dimungkinkan untuk memberikan penekanan pada
salah satu keterampilan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang bersifat produktif, artinya keterampilan menulis merupkan keterampilan
yang menghasilkan tulisan. Menulis secara umum dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan atau komonikasi dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya.
Menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk
dapat menyusun dan mengorganisasikannya dalam formulasi ragam bahasa tulis.
Dibalik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan
mental, intelektual dan sosial siswa (Suparno dan Mohammad Yunus, 2007:3).
Melalui kegiatan menulis paragraf siswa dapat mengkomonikasikan ide/gagasan
dan pengalamannya. Siswa juga dapat meningkatkan dan memperluas
pengetahuannya melalui tulisn-tulisannya. Di samping itu ada beberapa manfaat
yang dapat dipetik/diperoleh dari menulis, antara lain (1) peningkatan kecerdasan,
(2) pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas, (3) menumbuhkan keberanian,
18
dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Suparno
dan Mohammad Yunus, 2007:4).
Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki empat fungsi. Keempat fungsi
tersebut yakni (1) fungsi informasi, (2) fungsi ekspresi diri, (3) fungsi adaptasi
dan integrasi dan (4) fungsi kontrol sosial (Santosa dkk, 2006:156). Alat bahasa
yang terpenting adalah bunyi walaupun kemudian ditemukan ada juga media
tulisan. Bahasa bersifat manusiawi karena bahasa menjadi berfungsi selama
manusia yang memanfaatkannya, bukan makhluk lainnya. Bahasa disebut sebagai
alat komunikasi karena fungsi bahasa sebagai penyatu keluarga, masyarakat, dan
bangsa dalam segala kegiatannya. Setiap bahasa memiliki fungsi khusus.
Demikian juga bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai fungsi
khusus yang sesuai dengan kepentingan bangsa Indonesia. Bahasa merupakan
sarana komonikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kadar
komonikasi seseorang akan terlihat pada kualitas keterampilan berbahasa yang
dimilikinya. Dalam bahasa tulis, kualitas keterampilan berbahasa seseorang
tergantung pada kemampuan menulis. Semakin baik kemampuan menyusun
kalimat yang dimilikinya, semakin besar pula kemungkinan seseorang terampil
menulis. Memahami hal tersebut, dapat dimengerti betapa pentingnya
pembelajaran kalimat yang bersistem dan berveriasi di sekolah-sekolah sedini
mungkin, untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Kemampuan menulis siswa SMP Negeri 1 Susut masih tergolong rendah.
Padahal, kemampuan dibidang ini sangat bermanfaat dalam menunjang
kemampuan berbahasa siswa, dan terlebih lagi dalam menghadapi ujian nasional
19
dengan tipe soal yang sudah mengarah pada aspek penggunaan bahasa. Oleh
karena itu, kemampuan menulis sangat penting dan mendesak dikuasai siswa.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan salah seorang guru
bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Susut, diperileh informasi bahwa kemampuan
tentang menulis karangan narasi siswa masih rendah. Penyebab rendahnya
kemampuan menulis siswa SMP Negeri 1 Susut adalah sebagai berikut: (1) siswa
sangat jarang diberikan kesempatan mengembagkan kemampuan menulis; (2)
siswa lebih sering disuruh menghafal jenis-jenis karangan, tanpa diminta mencoba
menulis atau menyusu karangan; (3) pelajaran menulis masih ditakuti siswa; (4)
pelajaran menulis membosankan bagi siswa. Rendahnya kemampuan siswa dalam
menulis terutama dalam menulis karangan narasi terbukti dari nilai rata-rata kelas
yang diperoleh dalam pembelajaran menulis karangan narasi siswa hanya 6,0.
Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi standar Ktriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah ditetapkan di SMP
Negeri 1 Susut yaitu 7,5. Oleh karena itu, kemampuan menulis karangan narasi
siswa di kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut perlu ditingkatkan.
Dari masalah yang dihadapi guru dan siswa di kelas VIII B SMP Negeri 1
Susut, maka perlu dicarikan upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Tindakan yang dianggap dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
mengubah desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dianggap mampu
mengatasi permasalahan tersebut adalah menerapkan pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning (CTL). Secara teoritis, dengan pendekatan
kontekstual, pembelajaran akan berjalan lebih produktif dan bermakna, karena
20
proses pembelajaran berlangsung alamiah dan bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Depdiknas, 2003:1).
Peneliti kemudian berkolaborasi dengan guru bahasa Indonesia kelas VIII B SMP
Negeri 1 Susut, dan memutuskan untuk menerapkan pendekatan kontekstual
untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa VIII B SMP
Negeri 1 Susut tahun pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian
tindakan kelas (PTK), melalui pendekatan kontekstual. Oleh karena itu, peneliti
mengangkat judul : Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi melelui
Pendekatan Kontekstual dengan Inspirator Lingkungan Sekolah Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Susut, Bangli Tahun Ajaran 2013/2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan pada latar belakang tersebut di atas, maka dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut.
1. Apakah pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut tahun pelajaran
2013/2014 ?
2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan
kemampuan menulis karangan narasi ?
21
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
menulis siswa SMP Negeri 1 Susut.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, dapat dirumuskan tujuan khusus
penelitian. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berkut.
1. Untuk mendapatkan data yang objektif, bahwa pendekatan kontekstual
dengan inspirator lngkungan sekolah meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut.
2. Menemukan langkah-langkah penerapan metode pembelajaran kontekstual
untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa
kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Dari judul yang telah dirumuskan maka ruang lingkup yang menjadi
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi dengan inspirator
lingkungan sekolah.
2. Penerapan metode pembelajaran kontekstual.
1.5 Manfaat Penelitian
22
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapt dipaparkan manfaat
penelitian ini sebagai berikut.
1.5.1 Manfaat Teoritis
1). Penelitian ini bisa menjadi acuan untuk pemerintah dbidang pendidikan
dalam penerapan kurikulum yang dibutuhkan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
2). Dalam pembelajaran juga dapat bermanfaat yaitu sebagai acuan dalam
meningkatkan efektivitas pembelajaran yang lebih inovatif.
1.5.2 Manfaat Praktis
1). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran menulis
lebih bermakna bagi dirinya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
motivasinya, sehingga siswa merasa bergairah dan senang dengan
pelajaran menulis, khususnya dalam menulis karangan narasi.
2). Hasil penelitian ini dari segi proses sangat bermanfaat dalam
meningkatkan kinerja proposionalnya, khususnya dalam
mengembangkan iklim dalam pembelajaran menulis yang bermakna bagi
siswa. Dari segi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan rujukan konseptual bagi perbaikan kinerja diri dan
siswanya, iklim sosial pembelajaran menulis khususnya menulis
karangan narasi.
3). Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motifasi untuk
mengkaji ulang dan membandingkan pembelajaran menulis dengan
menggunakan strategi lain yang dapat diterapkan di SMP Negeri 1 Susut.
23
4). Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pijakan konseptual dalam
mengambil dan merumuskan kebijakan pendidikan kearah perbaikan
mutu pendidikan.
1.6 Asumsi
Pada hakekatnya asumsi adalah suatu pernyataan yang kebenarannya tdak
diragukan lagi. Pendapat sementara yang sudah danggap benar yang tidak perlu
pembuktian lagi.
Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Sarana prasarana di kelas sudah memadai.
2. Situasi dan kondisi belajar siswa semuanya sama.
3. Guru pelajaran bahasa Indonesia sudah memiliki kewenangan mengajar
bahasa Indonesia.
4. Guru yang mengajar di kels VIII B SMP Negeri 1 Susut sudah
berpedoman dengan kurikulum yang berlaku.
24
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Struktur Narasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan bahwa narasi adalah
penceritaan suatu cerita atau kejadian (Tim Penyusun Kamus, 1995:685).
Sedangkan menurut Keraf, (1985:135), bahwa narasi adalh suatu bentuk wacana
yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak
seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh karena
itu, unsur yang penting pada sebuah narasi adalh unsur perbuatan atau tindakan.
Pendapat Keraf didukung oleh Akhadiah yang menyatakan bahwa narasi adalah
suatu karangan atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa
atau kejadian dalam suatu rangkaian waktu. Dengan pengisahan peristiwa ini
penulis berharap dapat membawa pembaca kepada suatu suasana yang
memungkinkannya seperti menyaksikan atau mengalami sendiri peristiwa itu.
Menurut Akhaidah, unsur penting yang membedakan karangan narasi dengan
deskripsi adalh karangan narasi mengandung unsur utama berupa unsur perbuatan
dan waktu. Kedua unsur tersebut terjalin dalam keutuhan tempat dan waktu
(Akhaidah, dkk, 1997:7).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi
adalah suatu bentuk karangan atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan
sejelas-jelasnya kepada pembaca atau peristiwa atau kejadian dalam suatu jalinan
waktu yang dinamis. Dengan pengisahan peristiwa ini penulis berharap dapt
25
membawa pembaca suatu suasana yang memungkinkannya seperti menyaksikan
atau mengalami sendiri peristiwa itu.
Karangan narasi itu tidak selalu bersifat fiktif imajinatif yang menggunakan
daya khayal sebagai bahannya. Hal ini tentu bergantung pada bahan serta
tujuannya. Ada karangan narasi yang berasal dari kenyataan yang disajikan untuk
memperluas pengetahuan atau wawasan pembacanya. Narsai seperti ini disebut
narasi ekspositoris. Ada pula karangan narasi yang disusun dari kenyataan atau
fiksi dengan ramuan kesastraan, dan dimaksudkan untuk memancing daya
imajinasi atau daya khayal pembacanya. Karangan seperti ini disebut narasi
sugestif.
Perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif terlihat dalam tabel berikut.
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif
(1) (2)
1. Memperluas pengetahuan
2. Menyampaikan informasi faktual
mengenai suatu hal atau peristiwa
3. Menyajikan kehidupan tokoh dari
sisi yang dapat diamati
4. Menggunakan penalaran untuk
mencapai kesepakatan nasional
5. Memiliki tingkat subjektivitas yang
relatif rendah
6. Menggunakan bahasa yang lebih
1. Memancing daya khayal dan daya
estetik
2. Menyampaikan suatu makna atau
amanat tertentu yang diramu dalam
format kesastraan
3. Menyajikan secara lengkap
kehidupan lahiriah dan bathiniah
tokoh-tokoh secara mendalam
4. Menggunakan penalaran sebagai
alat untuk menyampaikan makna
26
bersifat informatif dengan
penekanan pada pemakaian kata-
kata denotatif
sehingga kalau perlu penalaran
dapat dilanggar
5. Memiliki subjektivitas yang tinggi
6. Menggunakan bahasa yang lebih
bersifat figuratif dengan penekanan
pada pemakaian kata-kata
konotatif
Tabel 1 : Perbedaan narasi ekspositoris dengan sugestif
(Keraf, 1985:138-139)
2.1.1 Struktur Narasi
Karangan narasi memiliki struktur karena terdiri atas bagian-bagian yang
secara fungsional berkaitan satu sama lain. Komponen yang membentuk struktur
tergantung pada macam narasinya, narasi ekspositoris atau narasi sugestif. Khusus
narasi sugestif, komponen-komponen pembentuk strukturnya adalah alur (plot),
perbuatan, perwatakan, penokohan, latar (setting) dan sudut pandang.
1. Alur (plot)
Menurut Keraf (1985:147) alur adalah sebuah interelasi fungsional antar
unsur narasi yang timbul dari peristiwa atau perbuatan, karakter, suasana hati dan
pikiran, serta sudut pandang, yang ditandai oleh klimaks-klimaks dalam suatu
rangkaian prilaku atau peristiwa yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian
dalam keseluruhan narasi. Hubungan antar komponen itu bersifat logis dan
kausalitas. Logis artinya hubungan itu wajar. Kausalitas maksudnya terjadinya
atau munculnya unsur-unsur itu tidak tiba-tiba, tetapi merupakan suatu rangkaian
27
yang berhubungan sebab akibat. Dengan demikian, pengertian di atas mencakup
unsur-unsur mana yang membentuk alur (tindak tanduk, karakter dan sebgainya)
dan mencakup pula kerangka utama dari sebuah kisah atau cerita.
Alur merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam sebuah cerita.
Alur mengatur bagaimana tindakan demi tindakan saling bertalian, bagaimana
suatu peristiwa dengan peristiwa lain saling berhubungan, bagaimana tokoh-tokoh
harus digambarkan dan berperan dalam tindakan itu secara wajar, dan bagaimana
pula situasi dan kondisi bathin tokoh yang terlibat dalam tindakan itu terikat
dalam suatu kesatuan waktu.
2. Perbuatan
Sudah dijelaskan bahwa pembeda utama antara deskripsi dengan narasi
terletak pada adanya sebuah rangkaian perbuatan atau tindak tanduk. Tanpa
rangkaian perbuatan, maka narasi akan berubah menjadi deskripsi karena
semuanyaterlihat dalam keadaan statis.
3. Perwatakan dan penokohan
Perwatakan (karaktersasi) dalam pengisahan dapat diperoleh dengan
memberikan gambaran mengenai tindak-tanduk dan ucapan-ucapan para tokohnya
(pendukung karakter), sejalan tidaknya kata dan perbuatan Motivasi para tokoh
dapat dipercaya atau tidak, dapat diukur melalui tindak-tanduk, ucapan kebiasaan,
dan sebagainya. Penggambaran watak dari tokoh-tokoh dapat dicapai melalui
tokoh atau karakter lain yang berinterasi dalam pengisahan. Sebuah karakter dapat
diungkapkan secara baik, kalu pengarang mempunyai pengetahuan yang dalam
tentang karakter. Penokohan yang baik adalah penokohan yang berhasil
28
menggambarkan tokoh-tokoh serta mengembangkan watak dari tokoh-tokoh
tersebut yang mewakili sifat atau tipe manusia yang dikehendaki oleh tema dan
amanat dari narasi tersebut. Cara mengungkapkan watak ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara.
Dalam penelitian ini dipaparkan ada tiga cara untuk melukiskan perwatakan
para tokoh yaitu:
1) Secara analik, artinya pengarang secara langsung menceritakan karakter
tokoh-tokohnya,
2) Secara dramatik, dalam hal ini pengarang secara tidak langsung menceritakan
karakter tokoh-tokohnya, dan
3) Gabungan cara analik dan dramatik
4. Latar atau setting
Latar atau seting adalah waktu, tempat, dan suasana yang melingkupi
terjadinya suatu prilaku atau peristiwa dalam cerita.
5. Sudut pandang atau pusat pengisahan
Menurut Keraf (1985:148) sudut pandang atau pusat pengisahan adalah posisi
pengarang dalam sebuah cerita. Untuk keperluan penceritaan seorang pengarang
dapat menggunakan sudut pandang orang pertama atau disebut pencerita Akuan
karena menggunakan kata Aku atau Saya, atau sudut pandang orang ketiga yang
disebut pencerita Diaan, karena menggunakan nama, gelar atau kata ganti Dia.
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa ada dua jenis narasi yakni narasi
ekspositoris, dan narasi sugestif. Dalam penelitian ini difokoskan pada jenis narasi
29
sugestif. Hal ini dilakukan mengingat subjek penelitian masih tergolong remaja.
Secara empiris, masa remaja biasanya penuh dengan imajinasi.
2.2 Pendekatan Kontekstual
Pendekatan Kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan mereka (Sanjaya 2005:6). Konsep ini senada dengan yang diungkapkan
Depdiknas (2003:5) bahwa pendekatan kontekstual yang dalam bahasa Inggris
diistilahkan dengan Contextual teaching and Learning (CTL), merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dengan konsep ini diharapkan pelajaran lebih bermakna bagi
peserta didik. Pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan, siswa
bekerja dan mengalami secara langsung, bukan sekedar transfer pengetahuan dari
guru ke siswa, dalam konteks ini strategi pembelajaran lebih diutamakan daripada
hasil (Depdiknas, 2003:1).
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan yang
memperdayakan siswa. Dalam pendekatan ini tersirat makna bahwa pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi sesuatu yang
harus dikonstruksi sendiri oleh siswa. Anak belajar dan mengalami sendidri,
30
mengonstruksi sendiri pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan
itu. Anak harus tahu makna belajar yang dilakukan dan menggunakan
pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah
yang dihadapi. Sementara tugas guru mengatur strategi belajar, membantu
menghubungkan pengetahuan lama dan baru, memotivasi dan memfasilitasi siswa
dalam belajar. Jadi melalui pendekatan ini guru diharapkan mampu mengubah
paradigma lama, dimana dalam proses pembelajaran guru sebagai aktor utama di
depan kelas, sedangkan siswa sebagai penonton, ke paradigma baru yaitu siswalah
yang menjadi aktor utama di depan kelas, siswa aktif bekerja dan belajar di kelas,
sementara guru berperan sebagai fasilitator yaitu melayani dan mengarahkan
siswa dari dekat (Depdiknas, 2003:1-5). Dalam proses pembelajaran kontekstual,
setiap guru perlu memahami tipe belajar dalam dunia siswa. Dalam proses
pembelajaran konvensional hal ini sering dilipakan, sehingga proses pembelajaran
tidak ubahnya pemaksaan kehendak, yang menurut Paulo Freire sebagai sistem
penindasan. Menurut Bobi Deporter (dalam Sanjaya, 2005:116) terdapat beberapa
hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan
CTL antara lain.
1. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluluasaan pengalaman yang dimilikinya. Anak
bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan oraganisme yang
sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Kemampuan belajar akan
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pengalaman mereka.
31
Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa”
yang memaksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
2. Setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
penuh tantangan. Kegemaran anak adalah mencoba hal-hal yang dianggap
aneh dan baru. Oleh karena itu, belajar bagi mereka adalah mencoba
memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian, guru
berperan dalam memilih bahan belajar yang dianggap penting dipelajari oleh
siswa.
3. Belajar bagi siswa adalh proses mencari keterkaitan atau keterhubungan
antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan
demikian peran guru adalah membantu agar setiap siswa mampu menemukan
keterkaitan antara pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya.
4. Belajar bagi anak adalh proses menyempurnakan skema yang telah ada
(asimilasi) atau proses pembentukan skema baru (akomodasi). Dengan
demikian tugas guru adalh memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu
melakukan kegiatan belajar dengan baik.
2.2.1 Keunggulan Pembelajaran Kontekstual
Menurut Paulo Freire (1987:36) ada beberapa keunggulan dari pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan
32
materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi
itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya
akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, diman seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktitivisme siswa
diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.
3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil
temuan mereka di lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil pemberian
dari guru.
6. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna.
2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Menurut Paulo Freire (1987:37) pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
mempunyai karakteristik sebagai berikut.
33
1). Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata
atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah.
2). Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna.
3). Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa.
4). Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman.
5). Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam.
6). Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama.
7). Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan.
Secara lebih sederhana karakteristik pembelajaran kontekstual dapat
dinyatakan menggunakan sepuluh kata kunci yaitu: kerja sama, saling menunjang,
menyenangkan, belajar dengan gairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan
berbagai sumber, siswa aktif, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif.
Penerapan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan menulis karangan narasi,
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis narasi. Dengan
34
demikian, dapat dirumuskan hipotesis bahwa penerapan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan kualitas proses dan haasil pembelajaran menulis narasi.
Perbedaan alur kerangka berpikir pendekatan kontekstual dengan model
pembelajaran lain antara lain terlihat pada bagan di bawah ini .
Gambar 1 : Alur berpikir Pendekatan kontekstual
Sanjaya (2005:9)
2.2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Menurut Paulo Freire (1987:38) pendekatan CTL memiliki tujuh
komponen utama. Kelas dikatakan menerapkan CTL jika menerapkan ke tujuh
Model Pembelajaran
Pembelajaran Berpusat pada
Guru
Pembelajaran dengan Pen
dekatam Kontekstual
Keterampilan menulis
Siswa rendah
Siswa tertarik dengan
pembl. menulis
Pembelajaran bermakna
bagi siswa
Keterampilan menulis
meningkat
Pembelajaran
berpusat pada siswa
35
komponen tersebut dalam pembelajarannya. Secara garis besar langkah-langkah
penerapatan CTL dalam kelas sebagai berikut.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan
dan keterampilan barunya
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4) Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok)
5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Untuk lebih jelasnya uraian setiap komponen utama CTL dan penerapannya
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut sebagai berikut.
1. Kontruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berpikir pendekatan CTL. Pembelajaran
konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif,
kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman
belajar yang bermakna. Pengetahuan bukanlah serangkaian fakta, konsep dan
kaidah yang siap dipraktekkan, melainkan harus dkonstruksi terlebih dahulu dan
memberikan makna melalui pengalaman nyata. Karena itu siswa perlu dibiasakan
untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
mengembangkan ide-ide yang ada pada dirinya.
36
Menurut Piaget (dalam Sanjaya, 2005:118) prinsip konstruktivisme yang harus
dimiliki guru adalah sebagai berikut.
1) Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran.
2) Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting
daripada informasi verbalistis.
3) Siswa mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri.
4) Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam
belajar.
5) Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri.
6) Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat
apabila diuji dengan pengalaman baru.
7) Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun
dari pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan
yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan hadirnya pengalaman
baru).
2. Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Bertanya dalam
pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa
untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi,
sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berfikir siswa. Pada sisi lain,
kenyataan menunjukkan bahwa pemerolehan pengetahuan seseorang selalu
bermula dari bertanya.
37
Prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran berkaitan dengan
komponen bertanya sebagai berikut.
1) Penggalian informasi lebih efektif apabila dilakukan melalui bertanya.
2) Konfirmasi terhadap apa yang sudah diketahui siswa lebih efektif melalui
tanya jawab.
3) Dalam rangka penambahan atau pemantapan pemahaman lebih efektif
dilakukan lewat diskusi baik kelompok maupun kelas.
4) Bagi guru, bertanya kepada siswa bisa mendorong, membimbing dan menilai
kemampuan berpikir siswa.
5) Dalam pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya berguna untuk:
menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon
siswa, mengetahui kadar keingintahuan siswa, mengetahui hal-hal yang
diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa sesuai yang dikehendaki guru,
membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan menyegarkan
pengetahuan siswa. (Depdiknas, 2003:10-19)
3. Menemukan (Inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali
dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan
bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. Dengan
demikian pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri dari fakta yang
dihadapinya.
38
Prinsip yang bisa dipegang guru ketika menerapkan komponen inquiry dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa
menemukan sendiri.
2) Informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap apabila diikuti dengan
bukti-bukti atau data yang ditemukan sendiri oleh siswa.
3) Siklus inquiry adalah observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan
data, dan penyimpulan.
4) Langkah-langkah kegiatan inquiry: merumuskan masalah; mengamati atau
melakukan observasi; menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan,
gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lain; mengkomunikasikan atau
menyajikan hasilnya pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens
yang lain). (Depdiknas, 2003:10-19).
4. Masyarakat belajar (learning community)
Komponen ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing antar
teman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di
dalam maupun di luar kelas. Karena itu pembelajaran yang dikemas dalam diskusi
kelompok dengan anggota heterogen dan jumlah yang bervariasi sangat
mendukung komponen learning community.
Menurut Sanjaya, 2005:198) prinsip-prinsip yang bisa diperhatikan guru
ketika menerapkan pembelajaran yang berkonsentrasi pada komponen learning
community adalah sebagai berikut.
39
1) Pada dasarnya hasil belajar diperoleh dari kerja sama atau sharing dengan
pihak lain.
2) Sharing terjadi apabila ada pihak yang saling memberi dan saling menerima
informasi.
3) Sharing terjadi apabila ada komunikasi dua atau multi arah.
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan
kelas mengikutsertakan perencanan yang bersifat reflektif mandiri secara terus
menerus. Dengan demikian, proses pelaksanaan penelitian ini merupakan tahapan-
tahapan yang siklusif. Sesuai prinsip dasar penelitian tindakan yang umum, setiap
tahapan dan siklusnya selalu dilakukan secara partisipatoris dan kolaboratif antara
peneliti dengan rekan guru yang serumpun di SMP Negeri 1 Susut. Proses
pelaksanaan tindakan dilakukan dalam empat tahapan secara berdaur ulang yang
berawal dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Kurt
Lewin, (dalam Tantra, 1997:21).
3.2 Subjek, Objek dan Tempat Penelitian
3.2.1 Subjek Penelitian
Sehubungan dengan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
tindakan kelas (PTK), maka penelitian ini difokuskan pada satu kelas saja. Kelas
yang dipilih adalah siswa kelas VIII B. Kelas ini dipilih karena latar belakang
siswanya kurang dalam hal keterampilan menulis. Kelas ini juga kurang semangat
dalam belajar. Ini berarti, bahwa subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas
VIII B SMP negeri 1 Susut tahun ajaran 2013/2014.
41
3.2.2 Objek Penelitian
Objek penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan menulis
karangan narasi melalui pendekatan kontekstual dengan inspirator lingkungan
sekolah, pada siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut tahun pelajaran 2013/2014.
3.2.3 Tempat Penelitian
Tempat peneltian tindakan kelas ini yaitu di SMP Negeri 1 Susut
3.3 Rancangan Penelitian
3.3.1 Perencanaan
Perencanaan adalah tindakan atau langkah-langkah yang digunakan untuk
mendapatkan suatu data. Perencanaan merupakan suatu rencana tindakan yang
akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan prlaku dan
sikap sebagai solusi. (Tantra, 1997:21).
3.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilakukan pada proses pembelajaran secara terstruktur,
berencana, dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.
3.3.3 Observasi/Evaluasi
Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. (Hadari Namawi,
2000:100) Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menemukan
nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama
satu periode tertentu. (Sutrisno Hadi, 2000:136) Pengamatan dilakukan terhadap
aktivitas, interaksi dan kemajuan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.
42
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pengamatan
bertujuan untuk mengamati apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar
tindakan yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan.
3.3.4 Refleksi
Kegiatan refleksi yang mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil
dan dampak dari tindakan, kelemahan, dan kekurangan dari proses pembelajaran
yang dilakukan diperbaiki dengan rencana selanjutnya.
3.4 Prosedur Penelitian
Dibagian ini diuraikan bahwa semua langkah penelitian dirangkai menjadi
suatu prosedur penelitian yang utuh, dimulai dari perencanaan atau persiapan
tindakan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan penelitian. Beberapa hal perlu
direncanakan secara baik, antara lain adalah (1) membuat skenario pembelajaran
yang berisikan langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran yang berisikan
langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan, (2) mempersiapkan sarana
pembelajaran yang mendudkung terlaksananya tindakan. Sarana pembelajaran ini
dapat berupa perangkat lembar kerja siswa (LKS), (3) mempersiapkan instrumen
penelitian, misalnya untuk mengobservasi proses kegiatan dan hasil pembelajaran,
(4) melakukan simulasi pelaksanaan tindakan dan mengaji keterlaksanaannya di
lapangan. Selanjutnya diuraikan pula bagaimana rencana pelaksanaan tindakan,
rencana observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi. Kurn Lewin, (dalam Tantra,
1997:21)
43
Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat
tahapan, yaitu: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi,
dan 4) refleksi. Untuk lebih jelasnya rangkaian dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2 : Alur Penelitian Tindakan kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007:16)
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
44
3.4.1 Refleksi Awal
Refleksi awal dilakukan pada studi pendahuluan dan atau pada masa pra
tindakan. Refleksi awal ini dilakukan untuk menemukan, mengkaji dan
merenungkan kembali informasi-informasi awal berkenaan dengan adanya loose
set of aktivities (aktivitas yang kurang) dari dari pembelajaran menulis karangan
narasi yang diselenggarakannya. Tujuannya adalah untuk merumuskan proposisi-
proposisi awal yang kemudian dituangkan ke dalam rencana tindakan ini.
3.4.2 Siklus I
3.4.2.1 Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini peneliti menyusun perangkat pembelajaran yang
terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa
(LKS), menyusun tes hasil belajar, ulangan harian (UH), pekerjaan rumah (PR),
dan membuat lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa.
Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran di kelas dibuat persiapan-
persiapan. Adapun langkah-langkah kegiatan perencanaan ini meliputi :
1. Menyusun rancangan pembelajaran yang berbasis kontekstual, yang sesuai
dengan topik kajian yang akan disajikan;
2. Mempersipkan bahan-bahan dan tugas-tugas belajar yaang mendukung upaya
pengembangan pembelajaran menulis karangan narasi berdasarkan
pendekatan kontekstual; dan
3. Menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian yaitu lembar observasi
beserta kriteria keberhasilannya.
45
3.4.2.2 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dalam hal ini adalah praktik pembelajaran nyata
berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Walapun dapat
berubah sesuai dengan kondisi di lapangan, walaupun tindakan ini tetap ditujukan
untuk memperbaiki keadaan atau proses dan hasil pembelajaran. Prosedur
pengembangan pembelajaran menulis karangan narasi melalui pendekatan
kontekstual (CTL). Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan sesuai dengan
jadwal pelajaran bahas Indonesia di kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut Sesuai
dengan RPP yang telah dibuat dan disepakati bersama antara peneliti dan guru
yang bersangkutan, mengenai pembelajaran menulis karangan narasi.
Adapun tahapan pelaksanaan tindakan pada siklus I ini adalah sebagai berikut.
Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
(1) (2) (3)
Tahap 1 :
Orientasi siswa
terhadap masalah
1. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran,
melaksanakan absersepsi,
dan menekankan manfaat
pembelajaran
1. Siswa mendengarkan
dengan antusias.
2. Siswa mengingat kembali
materi yang berkaitan
dengan materi yang akan
dipelajari
Tahap 2 :
Mengelola
pengetahuan awal
1. Guru memotivasi siswa
dalam membangun
pengetahuan siswa dari
1. Siswa secara aktif
menggali informasi
pengetahuan melalui
46
(1) (2) (3)
siswa terhadap
masalah
2. pengalaman baru
berdasarkan pada
penetahuan awal.
(Kontruktivisme)
2. pengalaman sendiri
3. Siswa mempunyai
kesempatan
mengembangkan idenya
sendiri.
Tahap 3 :
Mengorganisasikan
Serta membimbing
penyelidikan
individual dan
kelompok
1. Guru membimbing siswa
untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai
melalui observasi dan
eksperimen dengan
mengkaitkan antara
masalah dengan konteks
keseharian siswa sehingga
dari mengamati siswa
dapat memahami masalah
tersebut. (Inkuiri
1. Siswa berusaha
menemukan pengetahuan
dan keterampilan sendiri.
2. Siswa menampilkan hasil
kerjanya
3. Siswa menyimak hasil
kerja yang dibawakan
temannya
2. Memberikan kesempatan
kepada siswa
memaparkan hasil
pemecahan masalahnya.
3. Guru membantu siswa
menyiapkan karya yang
47
(1) (2) (3)
4. sesuai seperti, laporan,
dan model baik secara
individual maupun
kelompok terhadap proses
pemecahan masalah yang
dilakukan. (pemodelan
Tahap 4 :
Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
1. Menanyakan kesulitan
atau materi yang belum
dimengerti siswa oleh
siswa dalam pembelajaran
2. Guru menyimpulkan
materi pelajaran
3. Memberikan tes evaluasi
1. Siswa menyampaikan
kesulitan yang dihadapi
dalam pembelajaran, dan
menanyakan materi yang
belum dimengerti
2. Siswa menyimpulkan
materi yang telah
dipelajari
3. Mengerjakan tes evaluasi
yang diberikan oleh guru
Tabel 2 : Tahapan pelaksanaan tindakan siklus I
(Nurhadi, 2003:59)
48
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Nama sekolah : SMP Negeri 1 Susut
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/I
Alikasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : I (pertama)
A. Standar Kompetensi
Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, secara tertulis dalam
bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis.
B. B. Kompetensi Dasar
Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan
kata dan penggunaan ejaaan.
C. Materi Pokok
Menulis narasi berdasarkan inspirator lingkungan sekolah
D. Skenario Pembelajaran
No Jenis Kegiatan Waktu Metode
(1) (2) (3) (4)
1
Pendahuluan
1. Guru mengkondisikan kelas dan
mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pelajaran
10 menit
Tanya jawab,
ceramah
49
(1) (2) (3) (4)
2. Guru menjelaskan manfaat dan tujuan
kegiatan pembelajaran menulis
3. Bertanya jawab tentang pengalaman
siswa dalam menulis (mengarang),
misalnya, apakah anak-anak pernah
menulis narasi?; Hal-hal apa yang perlu
diperhatikan ketika menulis narasi?
2
Inti
1. Guru membagi siswa dalam bentuk
kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 6-7 siswa, dan
memberikan kesempatan untuk
menamai tim/kelompoknya
2. Guru menjelaskan materi yang
berkaitan dengan menulis dan sekaligus
memberikan contoh kerangka karangan
beserta pengembangannya
3. Guru meminta siswa untuk menyusun
kerangka karangan dan
pengembangannya berdasarkan tema
yang telah disediakan
4. Setiap anggota tim mengembangkan
55 menit
Masyarakat
belajar
Ceramah,
pemodelan
Tugas
pribadi
50
(1) (2) (3) (4)
kerangka karangan yang telah disusun
ke dalam beberapa alinea
5. Siswa mendiskusikan hasil
pekerjaannya dengan satu tim dengan
cara memeriksa, mengoreksi, dan
memperbaiki kesalahan dalam tulisan
Guru memberi penguatan mengenai hasil
tulisan siswa
Kontruktivis
me
Assesment
3 Penutup
a. Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dikerjakan
15 menit
Tabel 4 : Skenario pembelajaran siklus I
E. Sumber Pembelajaran
a. Buku paket bahasa Indonesia kelas VIII
b. Model/contoh karangan narasi
c. Buku referensi lain tentang karangan narasi
F. Penilaian
Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Indikator Pencapaian Penilaian
Tehnik
Penilaian
Bentuk
Penilaian
Instrumen
(1) (2) (3) (4)
Mampu menemukan Tes tulis Tes uraian Tentukan unsur-
51
(1) (2) (3) (4)
unsur-unsur karangan
narasi
Mampu menulis
karangan berdasarkan
pengalaman dengan
memperhatikan pilihan
kata dan penggunaan
ejaaan.
Tes tulis Uraian unsur intrinsik
karangan narasi?
Buatlah satu
buah karangan
narasi dengan
inspirator
lingkungan
sekolah?
Tabel 5 : Instrumen penilaian
1. Peserta didik menentukan unsur intrinsik karangan narasi !
No Kegiatan Skor
(1) (2) (3)
1 Siswa mampu menentukan unsur-unsur intrinsik
karangan narasi secara benar
30
2 Siswa hanya mampu menyebutkan 2 unsur intrinsik
karangan narasi
20
3 Siswa tidak mampu menyebutkan unsur intrinsik
karangan narasi
0
Tabel 6 : Penilaian unsur intrinsik karangan narasi
52
2. Peserta didik membuat karangan narasi
No Kegiatan Skor
(1) (2) (3)
1 Siswa mampu membuat karangan narasi sesuai aspek
yang terkait dalam menulis karangan narasi, aspek
bentuk, aspek isi dan aspek bahasa
30
2 Siswa hanya mampu benar dari segi aspek isi dan aspek
bahasa.
20
3 Siswa hanya mampu benar dari segi aspek bentuk 10
Tabel 7 : Penilaian aspek karangan narasi
Keterangan :
Skor 3 = baik
Skor 2 = sedang
Skor 1= cukup
3.4.2.3 Observasi dan Evaluasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan kaidah-kaidah pembelajaran yang diterapkan, atau masih memerlukan
suatu perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya, khususnya dalam
meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi dengan inspirator lingkungan
sekolah melalui metode pembelajaran kontekstual. Observasi ini perlu dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai pelaksanaan tindakan dalam
setap siklus. Hasil observasi ini akan dijadikan pedoman untuk memperbaiki
53
tindakan selanjutnya. Atas dasar observasi yang telah dilakukan, selanjutnya
dilakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan yang dilakukan
ini. Evaluasi akan dilakukan pada akhir pembelajaran.
3.4.2.4 Refleksi
Refleksi dilakukan dengan melihat hasil observasi aktivitas belajar dan
keterampilan menulis karangan narasi, siswa apakah sudah sesuai dengan sasaran
yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan dengan merefleksi tindakan yang telah
dilakukan, merangkum kendala-kendala yang ditemui selama tindakan,
memikirkan peluang dan rencana yang dilakukan untuk perbaikan pada siklus
selanjutnya. Refleksi dilakukan dengan ujuan melihat hasil observasi pada siklus I
yang akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rencana tindakan siklus
selanjutnya.
3.5 Penumpulan Data/Instrumen Penelitian
Dalam penelitian terutama dalam rangka pengumpulan data dilakukan secara
efektif dan efesien, maka penelitian sebaiknya menggunakan instrumen yang
memadai. Dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengumpulan data. Oleh
karena itu harus benar-benar mampu memilih instrumen penelitian sesuai kondisi
data (Kaelan, 2005:154). Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya (Ridwan, 2004:98). Selanjutnya instrumen sebagai alat bantu
54
yang merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam bentuk, teknik tes,
pedoman wawancara dan lembar observasi atau pengamatan.
Dalam penelitian ini diperlukan data langsung dari subjek penelitian. Untuk
memperoleh data yang memadai, instrumen yang digunakan adalah lembar
observasi/pengamatan, dan teknik tes.
3.5.1 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk menggali data tentang aspek efektif yang
terjadi pada diri siswa, partisipasi siswa dalam pembelajaran, sikap khusus siswa,
maupun respon siswa dalam pembelajaran menulis. Lembar observasi dapat juga
digunakan untuk mencatat problema dan tingkat perkembangan siswa dalam
menguasai isi pembelajaran, sikap kemampuan siswa dalam bekerjasama,
partisipasi siswa, kemampuan bertanya atau minat siswa terhadap pembelajaran.
Lembar observasi juga digunakan untuk menjaring data yang berkaitan
dengan prilaku guru selama mengajar di kelas. Ini berarti bahwa dengan teknik
observasi akan digali prilaku guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Observasi merupakan suatu teknik untuk mengadakan pencatatan
secara sistematis tentang tingkah laku seseorang dengan cara mengamati objek
baik secara langsung maupun tidak langsung.
55
3.5.2 Teknik Tes
Instrumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalh instrumen tes. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam penyusunan tes ini adalah 1) inventarisasi masalah
materi tes, dan 2) pemilihan tipe tes. (Redana, 2008:18)
3.5.2.1 Pemeilihan Tipe Tes
Tipe tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes unjuk kerja.
Tes ini digunakan untuk mengumpilkan data kemampuan siswa menulis karangan
narasi. Jumlah tes ini sebanyak satu butir dengan teknik penyetoran.
3.5.2.2 Inventarisme Masalah Materi Tes
Masalah-masalah kemampuan menulis karangan narasi yang dituangkan ke
dalam tes berasal dari studi kepustakaan terutama buku teks siswa, dan buku-buku
lai yang berkaitan dengan menulis karangan narasi.
3.6 Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk mengolah data.
Data-data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dan diolah dengan menggunakan
metode analisis dan deskriptif. Skor yang diperoleh oleh masing-masing siswa
akan dianalisis dengan rumus adalah sebagai berikut :
∑ fx
N
= M
56
Keterangan :
M = Mean (nilai rata-rata)
∑ fx = Jumlah skor
N = Jumlah individu
Penentuan nilai siswa digunakan rumus sebagai berikut :
∑ SP
SM
Keterangan :
N = Nilai
∑ SP = Skor perolehan (skor yang diperoleh)
SM = Skor maksimal
(Nurkancana & Sumardana, 1986 : 129)
Data hasil tes dimasukan ke dalam rumus sesuai dengan teknik penilaian
(pemberian skor) yang dipakai dalam penelitian ini. Data hasil tes ini kemudian
diubah menjadi skor mentah dan skor standar dengan metode deskriftif. Prosedur
yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut : (1) data hasil tes disajikan
apa adanya (dalam bentuk tabel), (2) data ditulis berdasarkan urutan nilai terbesar
sampai terkecil, (3) menentukan masing-masing nilai menjadi tingkat kemampuan
siswa sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.
N = X 10
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Refleksi Awal
Berkenan dengan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa yang diperoleh
pada pratindakan, maka dilakukan refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini,
diputuskan untuk mempertahankan hal-hal yang positif yang dapat mendukung
pembelajaran dan merevisi hal-hal yang negatif yang menghambat proses
pembelajaran.
Hal-hal yang menghambat berhasilnya proses belajar-mengajar di kelas
dengan metode sebelumnya dapat penulis amati yaitu antara lain :
1. Kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran, siswa hanya sebagai
pendengar yang pasif,
2. Siswa hanya disuruh mencatat dan guru sibuk menjelaskan di depan kelas,
dan
3. Suasana kelas yang kurang kondusif.
Dengan adanya beberapa kelemahan yang penulis amati, perlu adanya refleksi
untuk dijadikan acuan dalam melakukan tindakan pada siklus I.
.
4.1.1.1 Hasil Observasi Awal
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi awal yang
dilaksanakan pada tanggal 7 April 2014, di SMP Negeri 1 Susut. Kegiatan ini
58
melakukan observasi kemampuan siswa dalam proses pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis
siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Susut, khususnya
kelas VIII B. Pada kegiatan pratindakan ini, guru melaksanakan proses belajar-
mengajar seperti biasa dan peneliti mengamati pembelajaran yang terjadi di kelas
sebagai partisipan pasif. Setelah selesai menyampaikan materi mengenai langkah-
langkah menyusun karangan seperti menentukan tema, judul, membuat kerangka
karangan, dan mengembangkan kerangka karangan, kemudian guru melaksanakan
tes untuk mengetahui tingkat keterampilan menulis narasi berdasarkan
pengalaman siswa.
Secara terinci, pembelajaran menulis narasi yang dilakukan guru pada saat
pembelajaran berlangsung yaitu (1) guru menjelaskan langkah-langkah menyusun
kerangka karangan, siswa diharuskan mencatat sambil memperhatikan, (2) guru
mendekati siswa dengan memberikan penjelasan berupa contoh kerangka
karangan beserta pengembangannya yang ditulis di papan tulis, (3) guru
menugaskan siswa untuk menulis berdasarkan pengalaman dengan judul yang
telah ditentukan, (4) guru mengharuskan siswa untuk mengembangkan kerangka
karangan menjadi empat alinea, (5) guru mengumpulkan hasil karangan yang
telah ditulis siswa seadanya, dan (6) guru menilai hasil karangan siswa.
Langkah-langkah pembelajaran menulis cenderung konvensional, yakni guru
memberikan banyak penjelasan tanpa memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya jawab. Selain itu, pembelajaran dengan model tersebut dapat
mengakibatkan siswa menjadi pasif, sehingga siswa malas untuk berpikir kreatif
59
dalam mengungkapkan pengalamannya. Pembelajaran dengan metode tersebut
lebih berorientasi pada hasil berupa tulisan siswa daripada proses mengarang.
Berdasarkan hasil karangan siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut
dikategorikan rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain
(1) siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara lancar dan runtut, (2)
perbendaharaan kata (kosa kata) yang dimiliki siswa terbatas, sehingga banyak
siswa yang mengulang kata-kata yang sama dalam satu alinea, (3) belum mampu
memilih kata (diksi) secara tepat, dan (4) kurangnya kemampuan siswa dalam
mengembangkan paragraf. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan yang
diberikan guru pada saat survei awal sebagian besar siswa memperoleh nilai yang
tidak memuaskan.
Dari kegiatan wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Indonesia SMP
Negeri 1 Susut yang menjadi partner dalam penelitian ini, serta dari observasi
peneliti terhadap kegiatan belajar-mengajar di kelas yang dilaksanakan oleh guru
yang bersangkutan, ada beberapa faktor yang menjadikan keterampilam siswa
dalam pembelajaran mengarang rendah, yaitu sebagai berikut.
1. Siswa terlihat tidak tertarik pada pembelajaran menulis
Berdasarkan kegiatan observasi kelas, serta wawancara yang dilakukan
peneliti dengan siswa atau guru, terungkap bahwa siswa kurang tertarik dalam
mengikuti pembelajaran menulis. Hal ini terbukti pada saat peneliti
melakukan pengamatan. Menurut siswa pelajaran menulis itu sulit dan
membosankan, sedangkan keterangan dari guru yang membuat siswa tidak
tertarik dengan pelajaran menulis karena pelajaran itu dianggap sulit bagi
60
siswa dan selama ini pembelajaran menulis bersifat individual, menjelaskan
materi kemudian dilanjutkan dengan menulis yang dikumpulkan seadanya.
2. Siswa kesulitan dalam mengorganisasikan gagasan
Pada saat kegiatan mengarang berlangsung, kebanyakan siswa masih
mengalami kesulitan untuk mengawali kegiatannya dalam menulis yakni
memulai merangkai kata-kata, terlebih menuangkan gagasannya dalam
bentuk tulisan secara runtut dan sistematis. Pada umumnya siswa masih
kacau untuk menuliskan suatu tulisan yang baik.
3. Kesulitan dalam memilih kata dan menggunakan ejaan serta tanda baca.
Sebagian besar siswa belum mampu memilih kata dan menggunakan ejaan
serta tanda baca secara tepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa,
sebagian besar siswa belum menggunakan kosakata yang bervariasi. Dalam
hal ini, penguasaan kosakata yang dimiliki siswa terbatas seperti mengulang-
ulang kata yang sama dalam satu kalimat. Siswa masih banyak mengulang
kata seperti kalau, kemudian, dan, sehingga dan sebagainya. Hal ini, tidak
berbeda jauh dengan aspek mekanik, sebagian besar siswa juga sering
melakukan kesalahan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sepaerti
penulisan huruf kapital, kurang tanda koma, titik, dan penulisan kata yang
salah.
4. Guru kesulitan dalam mengkondisikan kelas
Pada saat pembelajaran menulis berlangsung di kelas terlihat tidak kondusif.
Berdasarkan pengamatan, pada saat guru menyampaikan pelajaran yang
berkaitan dengan materi menulis sebagian besar siswa tampak berbicara
61
sendiri dengan teman sebangkunya, terutama bagi mereka yang duduk di
belakang. Hal ini sering mengakibatkan suasana kelas menjadi tidak kondusif
dalam arti ramai dan gaduh, sehingga guru seringkali tampak kesal atau
marah.
5. Guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan materi
menulis
Selama ini dalam mengajarkan materi mengarang pada siswa, guru cenderung
menggunakan metode konvensional separti metode ceramah dan tugas. Pada
awal kegiatan belajar mengajar, guru menjelaskan tentang langkah-langkah
menyusun karangan hingga mengembangkannya ke dalam beberapa alenia
dengan cara mendekati siswa secara berlahan-lahan yang selanjutnya ditulis
di papan tulis, dan hal ini tentu saja membuat siswa menjadi lebih pasif serta
malas berpikir.
Berdasarkan observasi awal tersebut, peneliti kemudian mencari solusi
tentang masalah di atas yang dapat membuat pelajaran bahasa Indonesia yang
menarik dan menyenangkan agar materi yang disampaikan mudah diterima
dengan baik oleh siswa, selain itu siswa lebih bersemangat dalam tugas-tugas
yang diberikan khususnya dalam belajar karangan narasi.
4.1.1.2 Hasil Tes Awal
Sebelum melakukan penelitian lebih jauh terkait dengan karangan narasi,
peneliti memberikan tes awal atau percobaan terkait kemampuan siswa menulis
karangan narasi. Hasil dari tes awal terkait kemampuan siswa menulis karangan
62
narasi, nilai rata-rata yang diperoleh dari pelaksanaan tes awal adalah 6,0 dari 31
orang siswa yang diberi tes, hanya dua orang siswa memperoleh nilai di atas
standar kriteria ketuntasan minimal (KKM), 29 orang siswa memperoleh nilai di
bawah KKM. KKM mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1
Susut, Bangli adalah 7,5. Untuk lebih jelasnya, terkait dengan hasil tes awal
menulis karangan narasi siswa SMP Negeri 1 Susut dapat dicermati pada tabel
berikut.
Tabel 1. Hasil Awal Menulis Karangan Narasi
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 20 20 20 60 6 Cukup
2 I W. Krisna Widya P 20 20 20 60 6 Cukup
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 30 20 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 20 20 20 60 6 Cukup
5 Ni Kdk Ariastuti 30 30 20 80 8 Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 20 20 20 60 6 Cukup
7 Dw. Ari Wikananda 20 20 20 60 6 Cukup
8 Ni Wayan Arini 20 20 20 60 6 Cukup
9 I Gede Artawan 20 20 20 60 6 Cukup
10 Ni Putu A. Tejawati 20 20 20 60 6 Cukup
11 I Ketut Budiarta 20 20 10 50 5 Cukup
63
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
12 I Wyn. Budiartana 20 20 20 60 6 Cukup
13 Ni Ketut Cermen 20 10 20 50 5 Cukup
14 I Gd. D. Lascarya 20 20 20 60 6 Cukup
15 I Wyn. Darmawan 20 20 20 60 6 Cukup
16 Ni Komang Deviani 20 20 20 60 6 Cukup
17 I Wyn Eka Indrayasa 20 20 20 60 6 Cukup
18 Ni Wayan Ekayanti 20 10 20 50 5 Cukup
19 I Nyoman Endrawan 20 20 20 60 6 Cukup
20 I Ngh. E. Purwanto 20 20 20 60 6 Cukup
21 I Dw. Md. Putra N. 20 20 20 60 6 Cukup
22 Ni Putu Mayoni 20 20 20 60 6 Cukup
23 Ni Kdk A. Miliyanti 20 30 20 60 6 Cukup
24 Dw Gd. Oka Ari P. 20 20 20 60 6 Cukup
25 Ni Ngh. Riastini 20 30 10 60 6 Cukup
26 Ni Wyn Risa Febian 20 20 20 60 6 Cukup
27 Ni Wyn Srinadi 20 20 10 50 5 Cukup
28 Ni Luh Putu Suartini 20 20 20 60 6 Cukup
29 I Wayan Widiasa 20 20 20 60 6 Cukup
30 S.A. Md. Antari 20 20 20 60 6 Cukup
31 I Kdk Yoga M. Nadi 20 20 20 60 6 Cukup
Jumlah 640 630 590 1860 186
64
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Rata-rata kelas 6,0
Daya serap 6,0%
Ketuntasan kelas 6,45 %
Keterangan :
Aspek yang dinilai yakni (1) aspek bentuk. (2) aspek isi, dan (3) aspek bahasa.
1. Aspek bentuk meliputi : tata penulisan paragraf yang benar dan kerapian
tulisan. Untuk aspek bentuk semakin lengkap subaspek yang ditulis maka
semakin tinggi skor yang diperoleh. Skor maksimal untuk aspek ini adalah
40.
2. Kesesuaian isi, yaitu kesesuaian isi karangan dengan tema. Semakin sesuai isi
karangan narasi dengan tema yang diberikan maka semakin tinggi skor yang
diperoleh siswa. Skor maksimal untuk aspek ini adalah 30.
3. Aspek bahasa, yakni ejaan, kalimat, dan penggunaan gaya bahasa. Aspek ini
diberikan skor maksimal 30.
4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal
Gambar 2. Analisis data tes awal
No Kategori Rentanga
n
Skor
Skor
Standar
(x)
Frekuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 - 10 10 0 0 0%
65
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
2 Baik sekali 8,5 - 9 9 0 0 0%
186
31
= 6,0
(cukup)
3 Baik 7,5 - 8 8 2 16 6,45%
4 L.d. cukup 6,5 - 7 7 0 0 0
5 Cukup 5,5 - 6 6 25 150 80,65%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 4 20 12,90%
7 Kurang 3,5 - 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 - 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 - 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 186 100%
Keterangan :
L.d cukup = Lebih dari cukup
H. cukup = Hampir cukup
Brk. Sekali = buruk sekali
S.b. sekali = Sangat buruk sekali
Hasil dari tes awal terkait kemampuan siswa menulis karangan narasi, nilai
rata-rata yang diperoleh dari pelaksanaan tes awal adalah 6,0 dari 31 orang siswa
yang diberi tes, hanya dua orang siswa memperoleh nilai di atas standar kriteria
ketuntasan minimal (KKM), 29 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
66
KKM mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Susut, Bangli
adalah 7,5.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, maka beberapa temuan
yang menonjol dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan mutu
pembelajaran karangan narasi. Dalam observasi awal didapatkan temuan yang
dapat menghambat peningkatan mutu pembelajaran karangan narasi antara lain.
1. Kurangnya pengetahuan siswa tentang menulis karangan narasi.
2. Sulitnya cara merangkai dan menemukan kata yang cocok untuk menulis
karangan narasi.
3. Banyak dari mereka tidak mengiraukan penulisan huruf kapital pada awal
kalimat dan penggunaan tanda titik pada akhir kalimat.
4. Siswa sangat jarang diberikan kesempatan mengembagkan kemampuan
menulis.
5. Siswa lebih sering disuruh menghafal jenis-jenis karangan, tanpa diminta
mencoba menulis atau menyusun karangan.
6. Pelajaran menulis membosankan bagi siswa.
Berdasarkan temuan tersebut peneliti perlu mencarikan upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan yang dianggap dapat mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan mengubah desain pembelajaran. Desain
pembelajaran yang dianggap mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah
menerapkan pembelajaran kontekstual. Secara teoritis, dengan pendekatan
kontekstual pembelajaran akan berjalan lebih produktif dan bermakna, karena
67
proses pembelajaran berlangsung alamiah dan bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
4.1.2 Siklus I
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing
terdiri atas empat tahapan, yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan (4) analisis dan refleksi.
4.1.2.1 Perencanaan
Pembelajaran siklus I ini terdiri atas dua pertemuan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap perencanaan pertemuan pertama ini adalah guru membuat RPP, catatan
lapangan, dan lembar soal pretes Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama
ini mengenai menulis karangan narasi. Pada pertemuan pertama ini, setelah guru
memberikan soal pretest kepada siswa, guru memperkenalkan model
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai teknik menulis karangan
narasi, kepada siswa dengan harapan siswa dapat menyukai pembelajaran
keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII B yang berjumlah 31 siswa yang
terdiri atas 15 perempuan dan 16 laki-laki. Pada pembelajaran kontekstual guru
menyampaikan teknik-teknik atau langkah-langkah pendekatan kontekstual
tersebut dalam proses menulis agar siswa dapat menjawab pertanyaan yang ada.
Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan. Soal
yang tidak dimengerti oleh siswa harus dikonfirmasi dahulu kepada guru sebelum
68
dilaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Dalam observasi awal
didapatkan temuan yang dapat menghambat peningkatan mutu pembelajaran
karangan narasi, sehingga peneliti merencanakan mengatasi kekurangan atau
kelemahan yang dialami siswa tersebut dalam pelaksanaan tindakan siklus I.
4.1.2.2 Pelaksaanaan
Pertemuan I
Tahap pelaksanaan adalah tahap guru merealisasikan perencanaan yang telah
dibuat pada tahap perencanaan. Kegiatan pembelajaran dilakukan dalam dua kali
pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10
April 2014 sesuai dengan jam mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII B
SMP Negeri 1 Susut yaitu jam ke III sampai jam ke V. Pelaksanaan tindakan
siklus I ini, dirancang menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
menulis karangan narasi. Adapun langkah-langkah guru dalam mengatasi
kekurangan atau kelemahan pada pelaksanaan tindakan awal dapat diuraikan
sebagai berikut.
1. Guru memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran, dan mengingatkan siswa tentang kegiatan yang lalu.
2. Guru memberikan pelajaran singkat untuk mengingatkan siswa tentang
pentingnya penggunaan kalimat yang benar dalam berbahasa, untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
3. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5.
69
4. Guru memberikan tema yaitu „lingkungan sekolah‟ untuk menulis
karangan narasi kepada masing-masing kelompok.
5. Sebelum menyusun karangan narasi, terlebih dahulu guru mengajak siswa
bertanya jawab prihal pengertian karangan narasi, ciri-ciri karangan narasi,
dan cara menyusun karangan narasi.
6. Guru meminta siswa menyusun karangan narasi.
7. Guru menyuruh siswa mengungkapkan karangan narasi yang dibuatnya
secara lisan. Pada saat ini guru terus melakukan bimbingan kepada siswa
baik secara klasikal maupun individual untuk mengarahkan siswa
membuat karangan narasi yang benar.
8. Guru memberikan peluang kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya.
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan memberikan tes untuk mengevaluasi
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pertemuan II
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pertemuan kedua ini adalah
guru membuat RPP, catatan lapangan, dan lembar soal pretes. Materi yang
diajarkan pada pertemuan kedua ini mengenai menulis karangan narasi. Pada
pertemuan kedua ini, setelah guru memberikan soal pretes kepada siswa, guru
memperkenalkan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai
teknik menulis karangan narasi, kepada siswa dengan harapan siswa dapat
menyukai pembelajaran keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan
70
kemampuan pemahaman siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII B yang
berjumlah 31 siswa yang terdiri atas 15 perempuan dan 16 laki-laki. Pada
pembelajaran kontekstual guru menyampaikan teknik-teknik atau langkah-
langkah pendekatan kontekstual tersebut dalam proses menulis agar siswa dapat
menjawab pertanyaan yang ada. Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan
soal latihan yang diberikan. Soal yang tidak dimengerti oleh siswa harus
dikonfirmasi dahulu kepada guru sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Dalam observasi awal didapatkan temuan yang dapat menghambat
peningkatan mutu pembelajaran karangan narasi, sehingga peneliti merencanakan
mengatasi kekurangan atau kelemahan yang dialami siswa tersebut dalam
pelaksanaan tindakan siklus I.
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan pada hari Senin tanggal 14 April 2014
sesuai jam mata pelajaran bahasa Indonesia di kels VIII B SMP Negeri 1 Susut
yaitu jam keenam samapai jam ketujuh. Pelaksanaan tindakan siklus I ini,
dirancang menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis
karangan narasi. Adapun langkah-langkah guru dalam mengatasi kekurangan atau
kelemahan pada pelaksanaan tindakan awal daapat diuraikan sebagai berikut.
1. Guru memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran, dan mengingatkan siswa tentang kegiatan yang lalu.
2. Guru memberikan pelajaran singkat untuk mengingatkan siswa tentang
pentingnya penggunaan kalimat yang benar dalam berbahasa, untuk
meningkatkan kemampuan berkomonikasi.
71
3. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5.
4. Guru memberikan tema yaitu „lingkungan sekolah‟ untuk menulis
karangan narasi kepada masing-masing kelompok.
5. Sebelum menyusun karangan narasi, terlebih dahulu guru mengajak siswa
bertanya jawab prihal pengertian karangan narasi, ciri-ciri karanga narasi,
dan cara menyusun karangan narasi.
6. Guru meminta siswa menyusun karangan narasi.
7. Guru menyuruh siswa mengungkapkan karangan narasi yang dibuatnya
secara lisan. Pada saat ini guru terus melakukan bimbingan kepada siswa,
baik secara klasikal maupun individual untuk mengarahkan siswa
membuat karangan narasi yang benar.
8. Guru memberikan peluang kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya.
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan memberikan tes untuk mengevaluasi
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
4.1.2.3 Hasil Observasi
Pelaksanaan proses belajar-mengajar yang dilakukan pada siklus I, masih
ditemukan adanya kelemahan, namun di samping itu, sudah adanya kemajuan
siswa dalam menulis karangan narasi jika dibandingkan dengan pelaksanaan tes
awal.
72
1. Berdasarkan hasil observasi didapatkan beberapa hal yang berdampak positif
yang dapat mendukung pencapaian tujuan pembelajaran secara maksimal.
Berdasarkan data observasi diperoleh hasil sebagai berikut.
1). Apersepsi yang dilakukan oleh guru, dapat memberikan gambaran
terhadap siswa tentang materi yang akan dipelajari.
2). Penyampaian kompetensi dasar dan manfaat pembelajaran, dapat
berpengaruh positif terhadap siswa, karena mereka dapat mengetahui
manfaat dari materi yang dipelajari terutama dalam menunjang
kehidupannya kelak.
3). Memberikan peluang tanya jawab amat mendukung terhadap pemecahan
masalah yang belum dipahami.
4). Dalam pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual terlihat siswa cukup antusias dan bergairah.
Kegairan ini terlihat ketika siswa disuruh oleh guru (peneliti) untuk
menulis karangan narasi, kemudian secara bergilir membacakan karangan
narasi tersebut di depan kelas.
5). Pemberian penguatan terhadap siswa dengan kata “bagus, tepat sekali”,
dan acungan jempol sangan efektif untuk lebih memotivasi kreativitas
siswa.
6) Siswa senang dan sangat tertarik pembelajaran menulis karangan narasi
dengan pendekatan kontekstual, karena sambil belajar mereka dapat
bermain dan berkelompok sebagai masyarakat belajar.
73
2. Dari hasil observasi dampak negetif yang dapat menghambat pencapaian
tujuan pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut.
1). Kurangnya pengetahuan siswa tentang menulis karangan narasi.
2). Beberapa orang siswa mengalami kesulitan, ketika mereka disuruh
menulis karangan narasi. Kesulitan tersebut terkait dengan cara
merangkai dan menemukan kata yang cocok untuk menulis karangan
narasi. Ketika beberapa dari mereka didekati, banyak dari mereka tidak
mengiraukan penulisan huruf kapital pada awal kalimat dan penggunaan
tanda titik pada akhir kalimat. Sehingga pada kegiatan ini pun waktu
yang disediakan tidak cukup.
3). Guru tampaknya belum melakukan bimbingan individual secara
maksimal.
4.1.2.4 Hasil Tes Siklus I
Hasil dari tes siklus I terkait kemampuan siswa menulis karangan narasi, nilai
rata-rata yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I adalah 6,6 dari 31 orang siswa
yang diberi tes, hanya 8 orang siswa memperoleh nilai di atas standar kriteria
ketuntasan minimal (KKM), 23 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
Sudah ada peningkatan 0,90% dari hasil tes awal. KKM mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Susut, Bangli adalah 7,5. Untuk lebih
jelasnya, terkait dengan hasil tes siklus I menulis karangan narasi siswa SMP
Negeri 1 Susut dapat dicermati pada tabel berikut.
74
Tabel 3. Hasil tes Siklus I Menulis Karangan Narasi
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 20 30 30 80 8 Baik
2 I W. Krisna Widya P 20 20 20 60 6 Cukup
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 30 20 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 20 20 20 60 6 Cukup
5 Ni Kdk Ariastuti 30 20 30 80 8 Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 20 20 20 60 6 Cukup
7 Dw. Ari Wikananda 30 30 20 80 8 Baik
8 Ni Wayan Arini 20 20 20 60 6 Cukup
9 I Gede Artawan 20 20 20 60 6 Cukup
10 Ni Putu A. Tejawati 30 30 20 80 8 Baik
11 I Ketut Budiarta 20 20 20 60 6 Cukup
12 I Wyn. Budiartana 20 20 20 60 6 Cukup
13 Ni Ketut Cermen 20 20 20 60 6 Cukup
14 I Gd. D. Lascarya 20 20 20 60 6 Cukup
15 I Wyn. Darmawan 20 20 20 60 6 Cukup
16 Ni Komang Deviani 30 30 20 80 8 Baik
17 I Wyn Eka Indrayasa 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
18 Ni Wayan Ekayanti 30 20 20 70 7 Ld. Cukup
75
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
19 I Nyoman Endrawan 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
20 I Ngh. E. Purwanto 20 20 20 60 6 Cukup
21 I Dw. Md. Putra N. 30 20 20 70 7 Ld. Cukup
22 Ni Putu Mayoni 30 30 20 80 8 Baik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
24 Dw Gd. Oka Ari P. 20 20 20 60 6 Cukup
25 Ni Ngh. Riastini 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
26 Ni Wyn Risa Febian 30 30 20 80 8 Baik
27 Ni Wyn Srinadi 20 20 20 60 6 Cukup
28 Ni Luh Putu Suartini 20 20 20 60 6 Cukup
29 I Wayan Widiasa 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
30 S.A. Md. Antari 20 20 30 70 7 Ld. Cukup
31 I Kdk Yoga M. Nadi 30 20 20 70 7 Ld. Cukup
Jumlah 680 730 640 2110 211
Rata-rata kelas 6,8
Daya serap 6,8%
Ketuntasan kelas 25,80 %
Keterangan :
Aspek yang dinilai yakni (1) aspek bentuk. (2) aspek isi, dan (3) aspek
bahasa.
76
1. Aspek bentuk meliputi tata penulisan paragraf yang benar dan kerapian
tulisan. Untuk aspek bentuk semakin lengkap subaspek yang ditulis maka
semakin tinggi skor yang diperoleh. Skor maksimal untuk aspek ini adalah
40.
2. Kesesuaian isi, yaitu kesesuaian isi karangan dengan tema. Semakin sesuai isi
karangan narasi dengan tema yang diberikan maka semakin tinggi skor yang
diperoleh siswa. Skor maksimal untuk aspek ini adalah 30.
3. Aspek bahasa, yakni ejaan, kalimat, dan penggunaan gaya bahasa. Aspek ini
diberikan skor maksimal 30.
Dari tes siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 6,8. Terjadi peningkatan
sebesar 0,80%, jika dibandingkan dengan hasil tes awal (hasil tes awal diperoleh
rata-rata sebesar 6,0).
4.1.2.5 Analisis Data
Gambar 4. Analisis data siklus I
No Kategori Rentangan
Skor
Skor
Standar
(x)
Fre
kuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata-
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 – 10 10 0 0 0%
211
31
= 6,8
(cukup)
2 Baik sekali 8,5 – 9 9 0 0 0%
3 Baik 7,5 – 8 8 8 64 25,80%
4 L.d. cukup 6,5 – 7 7 9 63 29,04%
5 Cukup 5,5 – 6 6 14 84 45,16%
77
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 0 0 0%
7 Kurang 3,5 – 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 – 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 – 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 211 100%
Keterangan :
L.d cukup = Lebih dari cukup
H. cukup = Hampir cukup
Brk. Sekali = buruk sekali
S.b. sekali = Sangat buruk sekali
Hasil dari tes siklus I terkait kemampuan siswa menulis karangan narasi, nilai
rata-rata yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I adalah 6,8 dari 31 orang siswa
yang diberi tes, hanya 8 orang siswa memperoleh nilai di atas standar kriteria
ketuntasan minimal (KKM), 23 orang siswa memperoleh nilai di bawah KKM.
Sudah ada peningkatan 0,8% dari hasil tes awal. KKM mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas VIII SMP Negeri 1 Susut, Bangli adalah 7,5.
Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan dalam sub bab di atas, maka
beberapa temuan yang menonjol dan berpengaruh langsung terhadap peningkatan
78
mutu pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan pendekatan
kontekstual, dibahas secara singkat di bagian ini.
1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual karena sangat
menyenangkan karena di samping menarik, siswa dapat bermain sambil
menyusun karangan narasi.
2. Bimbingan yang dilakukan guru, baik secara klasial maupun individual
dapat memotivasi dan membantu siswa dalam mengatasi kesulitan yang
dialaminya.
Memberikan penguatan pada saat proses pembelajaran, baik secara verbal
maupun nonverbal sangat efektif dilakukan kepada siswa yang berusia
belasan tahun.
Diterapkannya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan
narasi dilatarbelakangi oleh hal-hal berikut. Subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Susut yang usianya antara 14 sampai dengan 15 tahun
yang masih memiliki sifat suka berkelompok dan bermain. Sementara
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual, selain memberikan
pengetahuan juga dapat memenuhi hasrat bermasyarakat (masyarakat belajar
melalui diskusi), misalnya ketika dalam mencocokan tema dengan isi karangan
narasi. Hal tersebut dapat memotivasi diri siswa untuk senang belajar. Dengan
sifat siswa yang suka bermasyarakat dan bermain, maka aneka permainan dan
latihan yang mengandung unsur emosional sangat cocok untuk pembelajaran
menulis karangan narasi bagi siswa yang berumur belasan tahun.
79
Agar penerapan metode kontekstual terlaksana dengan efektif diperlukan
kesungguhan guru untuk berinovasi dan kreatif. Selain itu siswa SMP Negeri 1
Susut masih membutuhkan bimbingan guru baik secara klasikal maupun
individual. Hal ini diperlukan mengingat kondisi mental dan intelktual siswa SMP
Negeri 1 Susut tergolong rendah. Untuk bimbingan bagi siswa SMP Negeri 1
Susut sangat diperlukan. Bimbingan klasikal kepada siswa secara psikologis
mengingatkan rasa kebersamaan dalam diri mereka. Di samping itu, bimbingan
klasikal juga sangat membantu guru dalam penyampaian berbagai permasalahan
secara umum. Sedangkan, bimbingan individu memberikan kesempatan kepada
guru untuk memberikan kesempatan kepada guru untuk memberikan bimbingan
dalam dalam konsep orang per orang. Hal ini penting sebab dalam sebuah kelas,
setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda, baik dari segi
intelektualitas, sikap, dan prilaku, maupun cara mereka dalam memandang materi
yang diajarkan guru. Dengan kata lain, proses penyerapan isi materi yang
diajarkan juga beragam. Untuk mampu menciptakan keseragaman itulah maka
bimbingan sangat diperlukan.
Hal yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses pembelajaran menulis
karangan narasi dengan pendekatan kontekstual yaitu pemberian penguatan secara
intensif kepada siswa setelah selesai melakukan kegiatan, kerena pemberian
penguatan baik secara verbal maupun non verbal yakni berupa kata „bagus‟, „tepat
sekali‟, atau acungan jempol maupun anggukan kepala akan dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan menambah keyakinan terhadap dirinya sendiri akan
kemampuan yang dimilikinya.
80
4.1.2.6 Refleksi Siklus I
Berkenan dengan hasil yang diperoleh pada tindakan I, maka dilakukan
refleksi. Berdasarkan hasil refleksi ini, diputuskan untuk mempertahankan hal-hal
yang positif yang dapat mendukung pembelajaran dan merevisi hal-hal yang
negatif yang menghambat proses pembelajaran.
Adapun hal-hal yang direvisi pada tidakan I dan dilaksanakan pada tindakan
II adalah sebagai berikut.
1. Guru memberikan penjelasan untuk menambah pemahaman siswa tentang
tata cara menulis karangan narasi.
2. Guru memberikan penjelasan tentang penyusunan kalimat yang baik, yaitu
penggunaan hurup kapital, penggunaan tanda titik atau tanda baca, dan
merangkai kata atau menata kalimat dengan baik.
3. Untuk penulisan karangan narasi diberikan tambahan waktu dari lima
belas menit menjadi 20 menit.
4. Di samping memberikan bimbingan secara klasikal, guru juga
memberikan bimbingan secara individual yang dilakukan secara intensif,
khususnya terhadap siswa yang mendapat nilai kurang.
4.1.3 Siklus II
4.1.3.1 Perencanaan
Pembelajaran siklus II terdiri atas dua pertemuan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap perencanaan pertemuan pertama ini adalah guru membuat RPP, catatan
lapangan, dan lembar soal pretes. Materi yang diajarkan pada pertemuan pertama
81
ini mengenai menulis karangan narasi. Untuk menunjang pembelajaran, guru juga
sudah menyiapkan lembar observasi dan jurnal siswa untuk setiap akhir
pertemuan yang diberikan pada siswa.
Pada pertemuan pertama ini, setelah guru memberikan soal pretes kepada
siswa, guru memperkenalkan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
sebagai teknik menulis karangan narasi, kepada siswa dengan harapan siswa dapat
menyukai pembelajaran keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII B yang
berjumlah 31 siswa yang terdir atasi 15 perempuan dan 16 laki-laki. Pada
pembelajaran kontekstual guru menyampaikan teknik-teknik atau langkah-
langkah pendekatan kontekstual tersebut dalam proses menulis agar siswa dapat
menjawab pertanyaan yang ada. Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan
soal latihan yang diberikan. Soal yang tidak dimengerti oleh siswa harus
dikonfirmasi dahulu kepada guru sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Dalam pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa kekurangan
atau kelemahan yang dialami siswa, sehingga peneliti merencanakan mengatasi
kekurangan tersebut dalam pelaksanaan tindakan siklus II yaitu dengan tindakan
antara lain.
1. Peneliti (guru) memberikan penjelasan untuk menambah pemahaman
siswa tentang tata cara menulis karangan narasi.
2. Peneliti (guru) memberikan penjelasan tentang penyusunan kalimat yang
baik, yaitu penggunaan hurup kapital, penggunaan tanda titik atau tanda
baca, dan merangkai kata atau menata kalimat dengan baik.
82
3. Untuk penulisan karangan narasi diberikan tambahan waktu dari dua puluh
menit menjadi 25 menit.
4. Di samping memberikan bimbingan secara klasikal, guru juga
memberikan bimbingan secara individual yang dilakukan secara intensif,
khususnya terhadap siswa yang mendapat nilai kurang.
4.1.3.2 Pelaksanaan
Pertemuan I
Tahap pelaksanaan adalah tahap dimana guru akan merealisasikan
perencanaan yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Siklus II ini dilaksanakan
pada hari Kamis 17 April 2014, pada jam ketiga sampai jam kelima. Pada siklus II
ini masih tetap menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran
menulis karangan narasi. Adapun langkah-langkah guru dalam tindakan ini secara
umum daapat diuraikan sebagai berikut.
1. Guru memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran, dan mengingatkan siswa tentang kegiatan yang lalu.
2. Guru memberikan pelajaran singkat untuk mengingatkan siswa tentang
pentingnya penggunaan kalimat yang benar dalam berbahasa, untuk
meningkatkan kemampuan berkomonikasi.
3. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5.
4. Guru memberikan tema yaitu „lingkungan sekolah‟ untuk menulis
karangan narasi kepada masing-masing kelompok.
83
5. Sebelum menyusun karangan narasi, terlebih dahulu guru mengajak siswa
bertanya jawab prihal pengertian karangan narasi, ciri-ciri karanga narasi,
dan cara menyusun karangan narasi.
6. Guru meeminta siswa menyusun karangan narasi.
7. Guru menyuruh siswa mengungkapkan karangan narasi yang dibuatnya
secara lisan. Pada saat ini guru terus melakukan bimbingan kepada siswa
baik secara klasikal maupun individual untuk mengarahkan siswa
membuat karangan narasi yang benar.
8. Guru memberikan peluang kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya.
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan memberikan tes untuk mengevaluasi
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Pertemuan II
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan pertemuan kedua ini adalah
guru membuat RPP, catatan lapangan, dan lembar soal pretes. Materi yang
diajarkan pada pertemuan kedua ini mengenai menulis karangan narasi. Untuk
menunjang pembelajaran, guru juga sudah menyiapkan lembar observasi dan
jurnal siswa untuk setiap akhir pertemuan yang diberikan pada siswa.
Pada pertemuan kedua ini, setelah guru memberikan soal pretes kepada
siswa, guru memperkenalkan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
sebagai teknik menulis karangan narasi, kepada siswa dengan harapan siswa dapat
menyukai pembelajaran keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan
84
kemampuan pemahaman siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII B yang
berjumlah 31 siswa yang terdiri atas 15 perempuan dan 16 laki-laki. Pada
pembelajaran kontekstual guru menyampaikan teknik-teknik atau langkah-
langkah pendekatan kontekstual tersebut dalam proses menulis agar siswa dapat
menjawab pertanyaan yang ada. Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan
soal latihan yang diberikan. Soal yang tidak dimengerti oleh siswa harus
dikonfirmasi dahulu kepada guru sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Dalam pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa kekurangan
atau kelemahan yang dialami siswa, sehingga peneliti merencanakan mengatasi
kekurangan tersebut dalam pelaksanaan tindakan siklus II yaitu dengan tindakan
antara lain.
1. Peneliti (guru) memberikan penjelasan untuk menambah pemahaman
siswa tentang tata cara menulis karangan narasi.
2. Peneliti (guru) memberikan penjelasan tentang penyusunan kalimat yang
baik, yaitu penggunaan hurup kapital, penggunaan tanda titik atau tanda
baca, dan merangkai kata atau menata kalimat dengan baik.
3. Untuk penulisan karangan narasi diberikan tambahan waktu dari dua puluh
lima menit menjadi 30 menit.
4. Di samping memberikan bimbingan secara klasikal, guru juga memberikan
bimbingan secara individual yang dilakukan secara intensif, khususnya
terhadap siswa yang mendapat nilai kurang.
. Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari Senin 21 April 2014, pada jam
ketiga sampai jam kelima. Pada siklus II ini masih tetap menggunakan pendekatan
85
kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Adapun langkah-
langkah guru dalam tindakan ini secara umum daapat diuraikan sebagai berikut.
1. Guru memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran, dan mengingatkan siswa tentang kegiatan yang lalu.
2. Guru memberikan pelajaran singkat untuk mengingatkan siswa tentang
pentingnya penggunaan kalimat yang benar dalam berbahasa, untuk
meningkatkan kemampuan berkomonikasi.
3. Guru mengelompokan siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing
kelompok beranggotakan 5.
4. Guru memberikan tema yaitu „lingkungan sekolah‟ untuk menulis
karangan narasi kepada masing-masing kelompok.
5. Sebelum menyusun karangan narasi, terlebih dahulu guru mengajak siswa
bertanya jawab prihal pengertian karangan narasi, ciri-ciri karangan narasi,
dan cara menyusun karangan narasi.
6. Guru meminta siswa menyusun karangan narasi.
7. Guru menyuruh siswa mengungkapkan karangan narasi yang dibuatnya
secara lisan. Pada saat ini guru terus melakukan bimbingan kepada siswa
baik secara klasikal maupun individual untuk mengarahkan siswa
membuat karangan narasi yang benar.
8. Guru memberikan peluang kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya.
9. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan memberikan tes untuk mengevaluasi
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
86
4.1.3.3 Observasi/evaluasi
Dari hasil observasi, dampak positif yang diperoleh tidak jauh berbeda
dengan dampak positif yang diperoleh pada tindakan I. Dampak positif tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Penyampaian apersepsi dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang
materi yang akan dipelajarinya.
2. Penyampaian tujuan pembelajaran memberi arah kepada siswa terhadap
tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya.
3. Memberikan peluang tanya jawab, dapat mendukung pencapaian masalah
yang belum dipahaminya.
4. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Pembelajaran dengan model ini dapat mengubah
siswa pada mulanya apatis menjadi kreatif dan oftimis.
5. Motivasi terhadap siswa berupa kata „bagus‟, „tepat sekali‟, dan ancungan
jempol sangat efektif untuk siswa seusia ini.
6. Siswa tidak merasa kekurangan waktu untuk menyusun karangan narasi.
7. Secara umum, siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut sudah dapat
menyusun karangan narasi, walaupun masih ditemukan adanya kesalahan
dalam merangkai kalimat dari beberapa siswa.
8. Siswa tetap merasa senang dan tetap mengharapkan penggunaan
pendekatan kontekstual ini untuk pembelajaran selanjutnya.
87
4.1.3.4 Hasil tes Siklus II
Nilai rata-rata yang diperoleh dari tes tindakan II adalah 7,58. Dari 31 orang
siswa yang diberikan tes diperoleh hasil sebagai berikut : 18 orang siswa
memperoleh nilai 8,0; 13 orang mendapat nilai 7,0 Nilai KKM mata pelajaran
bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Susut ditetapkan sebesar 7,5. Untuk lebih
jelasnya terkait hasil tes siklus II dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5. Hasil tes Siklus II Menulis Karangan Narasi
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 20 30 30 80 8 Baik
2 I W. Krisna Widya P 30 30 20 80 8 Baik
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 30 20 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 30 30 20 80 8 Baik
5 Ni Kdk Ariastuti 30 20 30 80 8 Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 20 30 20 70 7 L.d Cukup
7 Dw. Ari Wikananda 30 30 20 80 8 Baik
8 Ni Wayan Arini 30 20 30 80 8 Baik
9 I Gede Artawan 30 30 20 70 7 L.b Cukup
10 Ni Putu A. Tejawati 30 30 20 80 8 Baik
11 I Ketut Budiarta 30 20 20 70 7 L.d Cukup
12 I Wyn. Budiartana 20 30 20 70 7 L.d Cukup
88
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
13 Ni Ketut Cermen 20 30 20 70 7 L.d Cukup
14 I Gd. D. Lascarya 30 30 20 80 8 Baik
15 I Wyn. Darmawan 20 20 30 70 7 L.d Cukup
16 Ni Komang Deviani 30 30 20 80 8 Baik
17 I Wyn Eka Indrayasa 30 30 20 80 8 Baik
18 Ni Wayan Ekayanti 30 20 30 80 8 Baik
19 I Nyoman Endrawan 30 20 20 70 7 L.d Cukup
20 I Ngh. E. Purwanto 30 20 20 70 7 L.d Cukup
21 I Dw. Md. Putra N. 30 30 20 80 8 Baik
22 Ni Putu Mayoni 30 30 20 80 8 Baik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 30 30 20 80 8 Baik
24 Dw Gd. Oka Ari P. 30 20 30 80 8 Baik
25 Ni Ngh. Riastini 30 20 20 70 7 L.d Cukup
26 Ni Wyn Risa Febian 30 300 20 80 8 Baik
27 Ni Wyn Srinadi 30 20 20 70 7 L.d Cukup
28 Ni Luh Putu Suartini 30 20 20 70 7 L.d Cukup
29 I Wayan Widiasa 30 30 20 80 8 Baik
30 S.A. Md. Antari 30 20 20 70 7 L.d Cukup
31 I Kdk Yoga M. Nadi 20 30 20 70 7 L.d Cukup
Jumlah 870 810 680 2350 235
Rata-rata kelas 7,58
89
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Daya serap 7,58%
Ketuntasan kelas 58,06 %
Keterangan :
Aspek yang dinilai yakni (1) aspek bentuk. (2) aspek isi, dan (3) aspek
bahasa.
1. Aspek bentuk meliputi tata penulisan paragraf yang benar dan kerapian
tulisan. Untuk aspek bentuk semakin lengkap subaspek yang ditulis maka
semakin tinggi skor yang diperoleh. Skor maksimal untuk aspek ini adalah
40.
2. Kesesuaian isi, yaitu kesesuaian isi karangan dengan tema. Semakin sesuai isi
karangan narasi dengan tema yang diberikan maka semakin tinggi skor yang
diperoleh siswa. Skor maksimal untuk aspek ini adalah 30.
3. Aspek bahasa, yakni ejaan, kalimat, dan penggunaan gaya bahasa. Aspek ini
diberikan skor maksimal 30.
4.1.3.5 Analisis Data
Gambar 6. Analisis data siklus II
No Kategori Rentangan
Skor
Skor
Standar
(x)
Frekuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 – 10 10 0 0 0%
90
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
2 Baik sekali 8,5 – 9 9 0 0 0%
235
31
=
7,58
(baik)
3 Baik 7,5 – 8 8 18 144 58,06%
4 L.d. cukup 6,5 – 7 7 13 91 41,94%
5 Cukup 5,5 – 6 6 0 0 0%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 0 0 0%
7 Kurang 3,5 – 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 – 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 – 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 235 100%
Keterangan :
L.d cukup = Lebih dari cukup
H. cukup = Hampir cukup
Brk. Sekali = buruk sekali
S.b. sekali = Sangat buruk sekali
Pada tindakan siklus II sudah ada peningkatan kemampuan siswa, ini terbukti
dengan hasil nilai 18 orang siswa mendapatkan nilai di atas KKM, yakni nilai 8.
Namun, masih ada 13 orang siswa hasil tes siklus II paling rendah (masih di
bawah KKM 7,5), yakni memperoleh nilai 7,0.
91
Walapun demikian, maka penelitian ini diputuskan untuk melanjutkan
tindakan berikutnya, dengan alasan bahwa masih ada beberapa siswa belum
mampu menunjukan kreatifitasnya menulis karangan narasi dengan benar.
4.1.3.6 Refleksi Siklus II
Berdasarkan refleksi siklus II yang dilakukan, maka dari kedua siklus yang
telah dilaksanakan ditemukan bahwa siswa senang dengan pembelajaran model
ini. Pertama, selain sederhana dan memudahkan juga menantang dan dapat
memacu siswa untuk aktif dan kreatif. Kedua, model pembelajaran seperti ini
cocok untuk siswa yang berusia belasan tahun, karena pada usia tersebut mereka
masih memerlukan permainan.
Dalam membuat karangan narasi siswa memerlukan tuntunan dan penjelasan
guru yang menyangkut pengertian karangan narasi, penggunaan huruf kapital,
tanda baca, penggunaan bahasa dan aspek isi. Ketika siswa membuat karangan
narasi dengan tema tertentu, siswa memerlukan bimbingan baik secara klasikal
maupun individual.
4.1.4 Siklus III
4.1.4.1 Perencanaan
Pembelajaran siklus III terdiri atas satu pertemuan. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap perencanaan ini adalah guru membuat RPP, catatan lapangan, dan
lembar soal pretest. Materi yang diajarkan pada pertemuan ini mengenai menulis
karangan narasi. Untuk menunjang pembelajaran, guru juga sudah menyiapkan
92
lembar observasi dan jurnal siswa untuk setiap akhir pertemuan yang diberikan
pada siswa.
Pada pertemuan ini, setelah guru memberikan soal pretest kepada siswa, guru
memperkenalkan model pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sebagai
teknik menulis karangan narasi, kepada siswa dengan harapan siswa dapat
menyukai pembelajaran keterampilan menulis sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman siswa. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII B yang
berjumlah 31 siswa yang terdiri atas 15 perempuan dan 16 laki-laki. Pada
pembelajaran kontekstual guru menyampaikan teknik-teknik atau langkah-
langkah pendekatan kontekstual tersebut dalam proses menulis agar siswa dapat
menjawab pertanyaan yang ada. Setelah penyampaian materi, siswa mengerjakan
soal latihan yang diberikan. Soal yang tidak dimengerti oleh siswa harus
dikonfirmasi dahulu kepada guru sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran
selanjutnya. Guru menindaklanjuti dampak negatif atau kelemahan pada tindakan
siklus I dan siklus II. Dalam pelaksanaan tindakan siklus II terdapat beberapa
kekurangan atau kelemahan yang dialami siswa, sehingga peneliti merencanakan
mengatasi kekurangan tersebut dalam pelaksanaan tindakan siklus III yaitu
dengan tindakan antara lain.
1. Peneliti (guru) memberikan penjelasan untuk menambah pemahaman siswa
tentang tata cara menulis karangan narasi.
2. Peneliti (guru) memberikan penjelasan tentang penyusunan kalimat yang
baik, yaitu penggunaan huruf kapital, penggunaan tanda titik atau tanda baca,
dan merangkai kata atau menata kalimat dengan baik.
93
4.1.4.2 Pelaksanaan
Siklus III ini dilaksanakan pada hari 24 Kamis April 2014, pada jam pertama
sampai jam ketiga. Pada siklus III ini masih tetap menggunakan pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Adapun langkah-
langkah guru dalam tindakan ini secara umum daapat diuraikan sebagai berikut.
1. Guru memberikan apersepsi, menyampaikan tujuan dan manfaat
pembelajaran, dan mengingatkan siswa tentang kegiatan yang lalu.
2. Guru memberikan pelajaran singkat untuk mengingatkan siswa tentang
pentingnya penggunaan kalimat yang benar dalam berbahasa, untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
3. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 5.
4. Guru memberikan tema yaitu „lingkungan sekolah‟ untuk menulis
karangan narasi kepada masing-masing kelompok.
5. Sebelum menyusun karangan narasi, terlebih dahulu guru mengajak siswa
bertanya jawab prihal pengertian karangan narasi, ciri-ciri karanga narasi,
dan cara menyusun karangan narasi.
6. Guru meeminta siswa menyusun karangan narasi.
7. Guru menyuruh siswa mengungkapkan karangan narasi yang dibuatnya
secara lisan. Pada saat ini guru terus melakukan bimbingan kepada siswa
baik secara klasikal maupun individual untuk mengarahkan siswa
membuat karangan narasi yang benar.
94
8. Guru memberikan peluang kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya.
Guru mengakhiri kegiatan ini dengan memberikan tes untuk mengevaluasi tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
4.1.4.3 Observasi/evaluasi
Dari hasil observasi, dampak positif yang diperoleh tidak jauh berbeda
dengan dampak positif yang diperoleh pada tindakan I. Dampak positif tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Penyampaian apersepsi dapat memberikan gambaran kepada siswa tentang
materi yang akan dipelajarinya.
2. Penyampaian tujuan pembelajaran memberi arah kepada siswa teradap
tujuan pembelajaran yang ingin dicapainya.
3. Memberikan peluang tanya jawab, dapat mendukung pencapaian masalah
yang belum dipahaminya.
4. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual. Pembelajaran dengan model ini dapat mengubah
siswa pada mulanya apatis menjadi kreatif dan oftimis.
5. Motivasi terhadap siswa berupa kata „bagus‟, „tepat sekali‟, dan ancungan
jempol sangat efektif untuk siswa seusia ini.
6. Siswa tidak merasa kekurangan waktu untuk menyusun karangan narasi.
95
7. Secara umum, siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut sudah dapat
menyusun karangan narasi, walaupun masih ditemukan adanya kesalahan
dalam merangkai kalimat dari beberapa siswa.
8. Siswa tetap merasa senang dan tetap mengharapkan penggunaan
pendekatan kontekstual ini untuk pembelajaran selanjutnya
4.1.4.4 Hasil Tes Siklus III
Nilai rata-rata yang diperoleh dari tes tindakan III adalah 8,30. Dari 31 orang
siswa yang diberikan tes diperoleh hasil sebagai berikut : 1 orang siswa
memperoleh nilai tertinggi yakni 9, 30 orang mendapat nilai 8. Dari 31 siswa
semua siswa kelas VIII B mendapat nilai di atas KKM. Nilai KKM mata pelajaran
bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Susut ditetapkan sebesar 7,5. Untuk lebih
jelasnya terkait hasil tes siklus II dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel 7. Hasil tes Siklus III Menulis Karangan Narasi
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 30 30 20 80 8 Baik
2 I W. Krisna Widya P 30 20 30 80 8 Baik
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 20 30 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 30 30 20 80 8 Baik
5 Ni Kdk Ariastuti 30 30 30 90 9 Sgt. Baik
96
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
6 I Gst. A. Ari Pradani 30 30 20 80 8 Baik
7 Dw. Ari Wikananda 30 30 20 80 8 Baik
8 Ni Wayan Arini 30 20 30 80 8 Baik
9 I Gede Artawan 30 30 20 80 8 Baik
10 Ni Putu A. Tejawati 30 30 20 80 8 Baik
11 I Ketut Budiarta 20 30 30 80 8 Baik
12 I Wyn. Budiartana 30 30 20 80 8 Baik
13 Ni Ketut Cermen 20 30 30 80 8 Baik
14 I Gd. D. Lascarya 20 30 30 80 8 Baik
15 I Wyn. Darmawan 30 30 20 80 8 Baik
16 Ni Komang Deviani 30 20 30 80 8 Baik
17 I Wyn Eka Indrayasa 20 30 30 80 8 Baik
18 Ni Wayan Ekayanti 30 30 20 80 8 Baik
19 I Nyoman Endrawan 30 30 20 80 8 Baik
20 I Ngh. E. Purwanto 20 30 30 80 8 Baik
21 I Dw. Md. Putra N. 30 30 20 80 8 Baik
22 Ni Putu Mayoni 30 30 20 80 8 Baik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 30 30 20 80 8 Baik
24 Dw Gd. Oka Ari P. 30 30 20 80 8 Baik
25 Ni Ngh. Riastini 30 30 20 80 8 Baik
26 Ni Wyn Risa Febian 30 30 20 80 8 Baik
97
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
27 Ni Wyn Srinadi 20 30 30 80 8 Baik
28 Ni Luh Putu Suartini 30 20 30 80 8 Baik
29 I Wayan Widiasa 30 30 20 80 8 Baik
30 S.A. Md. Antari 30 30 20 80 8 Baik
31 I Kdk Yoga M. Nadi 20 30 30 80 8 Baik
Jumlah 860 880 750 2490 249
Rata-rata kelas 8,03
Daya serap 8,03%
Ketuntasan kelas 100 %
Keterangan :
Aspek yang dinilai yakni (1) aspek bentuk. (2) aspek isi, dan (3) aspek
bahasa.
1. Aspek bentuk meliputi tata penulisan paragraf yang benar dan kerapian
tulisan. Untuk aspek bentuk semakin lengkap subaspek yang ditulis maka
semakin tinggi skor yang diperoleh. Skor maksimal untuk aspek ini adalah
40.
2. Kesesuaian isi, yaitu kesesuaian isi karangan dengan tema. Semakin sesuai isi
karangan narasi dengan tema yang diberikan maka semakin tinggi skor yang
diperoleh siswa. Skor maksimal untuk aspek ini adalah 30.
3. Aspek bahasa, yakni ejaan, kalimat, dan penggunaan gaya bahasa. Aspek ini
diberikan skor maksimal 30.
98
4.1.4.5 Analisis Data
Gambar 8. Analisis data siklus III
No Kategori Rentangan
Skor
Skor
Standar
(x)
Frekuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 - 10 10 0 0 0%
249
31
= 8,03
(Baik)
2 Baik sekali 8,5 - 9 9 1 9 3,22%
3 Baik 7,5 - 8 8 30 240 96,78%
4 L.d. cukup 6,5 - 7 7 0 0 0%
5 Cukup 5,5 - 6 6 0 0 0%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 0 0 0%
7 Kurang 3,5 - 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 - 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. Sekali 0,5 - 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 249 100%
Keterangan :
L.d cukup = Lebih dari cukup
H. cukup = Hampir cukup
Brk. Sekali = buruk sekali
S.b. sekali = Sangat buruk sekali
99
Dalam tindakan siklus III, terjadi peningkatan kemampuan siswa kelas VIII B
SMP Negeri 1 Susut, dalam kemampuan menulis karangan narasi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual. Nilai rata-rata yang diperoleh dari tes
tindakan III adalah 8,30. Dari 31 orang siswa yang diberikan tes diperoleh hasil
sebagai berikut : 1 orang siswa memperoleh nilai tertinggi yakni 9, 30 orang
mendapat nilai 8. Dari 31 siswa semua siswa kelas VIII B mendapat nilai di atas
KKM. Nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Susut
ditetapkan sebesar 7,5.
Hasil pengamatan dan hasil tindakan pada penelitian ini bahwa siswa
menyenangi proses pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, dengan sikap antusias dan semangat siswa untuk
meningkatkan pemahaman terhadap tulisan. Sikap interaksi tatap muka dapat
dilihat pada lembar observasi guru terhadap siswa. Pada awal pertemuan prestasi
siswa berkategori kurang, yaitu nilai rata-rata 6,0 jauh di bawah KKM. Pada
tindakan siklus I sudah terjadi peningkatan dari tes awal, dengan jumlah rata-rata
siswa menjadi 6,8. Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan keaktifan siswa
dengan jumlah rata-rata siswa menjadi 7,58. Pada tindakan siklus III terjadi
peningkatan dan keaktifan siswa dikategorikan tingkat tinggi dengan jumlah rata-
rata 8,03. Hal ini membuktikan terjadinya peningkatan dalam keaktifan siswa dari
pertemuan awal sampai tindakan siklus III. Hal ini bahwa pada siklus III sudah
mencapai kriteria ketuntasan materi tersebut sehingga penelitian dapat dihentikan.
Peningkatan jumlah rata-rata ini terjadi karena selama pembelajaran siswa
terlibat aktif. Berdasarkan hasil pengamatan, tindakan, dan hasil tes terlihat bahwa
100
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan kemampuan
menulis karangan narasi.
4.1.4.6 Refleksi
Berdasarkan refleksi akhir yang dilakukan, maka dari ketiga siklus yang telah
dilaksanakan ditemukan bahwa siswa senang dengan pembelajaran model ini.
Pertama, selain sederhana dan memudahkan juga menantang dan dapat memacu
siswa untuk aktif dan kreatif. Kedua, model pembelajaran seperti ini cocok untuk
siswa yang berusia belasan tahun, karena pada usia tersebut mereka masih
memerlukan permainan.
Dalam membuat karangan narasi siswa memerlukan tuntunan dan penjelasan
guru yang menyangkut pengertian karangan narasi, penggunaan huruf kapital,
tanda baca, penggunaan bahasa dan aspek isi. Ketika siswa membuat karangan
narasi dengan tema tertentu, siswa memerlukan bimbingan, baik secara klasikal
maupun individual.
4.2 Rekapitulasi
Kemampuan siswa meningkat pada proses pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Apabila dibandingkan dari
hasil tes tindakan siklus I sampai dengan hasil tes tindakan siklus III terjadi
peningkatan kemampuan nilai rata-rata. Hasil tes tindakan I yang nilai rata-
ratanya 6,6 menjadi 7,58 pada tes tindakan siklus II dan terjadi peningkatan pula
pada hasil tes tindakan siklus III menjadi 8,30. Demikian pula jika dibandingkan
101
dengan hasil tes siklus awal, sebelum tindakan diberikan mengalami peningkatan
setelah diberikan tindakan pada siklus I.
Perbandingan mengenai hasil tes awal, siklus I, siklus II dan siklus III
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 9. Hasil rekapitulasi tes awal sampai dengan siklus III Menulis Karangan
Narasi
No Nama Siswa Nilai Rata-rata Ket.
Tes
Awal
Tes
Siklus I
Tes
Siklus II
Tes
Siklus III
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 6 8 8 8 Naik
2 I W. Krisna Widya P 6 6 8 8 Naik
3 I Kmg. Adi D. Guna 8 8 8 8 Naik
4 I Wayan Ardana 6 6 8 8 Naik
5 Ni Kdk Ariastuti 8 8 8 9 Naik
6 I Gst. A. Ari Pradani 6 6 7 8 Naik
7 Dw. Ari Wikananda 6 8 8 8 Naik
8 Ni Wayan Arini 6 6 8 8 Naik
9 I Gede Artawan 6 6 7 8 Naik
10 Ni Putu A. Tejawati 6 8 8 8 Naik
11 I Ketut Budiarta 5 6 7 8 Naik
12 I Wyn. Budiartana 6 6 7 8 Naik
102
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
13 Ni Ketut Cermen 5 6 7 8 Naik
14 I Gd. D. Lascarya 6 6 8 8 Naik
15 I Wyn. Darmawan 6 6 7 8 Naik
16 Ni Komang Deviani 6 8 8 8 Naik
17 I Wyn Eka Indrayasa 6 7 8 8 Naik
18 Ni Wayan Ekayanti 5 7 8 8 Naik
19 I Nyoman Endrawan 6 7 7 8 Naik
20 I Ngh. E. Purwanto 6 6 7 8 Naik
21 I Dw. Md. Putra N. 6 7 8 8 Naik
22 Ni Putu Mayoni 6 8 8 8 Naik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 6 7 8 8 Naik
24 Dw Gd. Oka Ari P. 6 6 8 8 Naik
25 Ni Ngh. Riastini 6 7 7 8 Naik
26 Ni Wyn Risa Febian 6 8 8 8 Naik
27 Ni Wyn Srinadi 5 6 7 8 Naik
28 Ni Luh Putu Suartini 6 6 7 8 Naik
29 I Wayan Widiasa 6 7 8 8 Naik
30 S.A. Md. Antari 6 7 7 8 Naik
31 I Kdk Yoga M. Nadi 6 7 7 8 Naik
JUMLAH 186 211 235 246
RATA-RATA NILAI 6,0 6,8 7,58 8,03
103
4.3 Pembahasan
4.3.1 Pendekatan Kontekstual dapat Meningkatkan Kemampuan Menulis
Berdasarkan perumusan masalah dan hasil tindakan, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian, serta paparan hasil penelitian yang meliputi peningkatan
proses keterampilan menulis narasi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas
VIII B SMP Negeri 1 Susut. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga
siklus. Siklus pertama ini mendeskripsikan pembelajaran menulis narasi dengan
menerapkan pendekatan kontekstual. Ternyata masih terdapat beberapa
kekurangan atau kelemahan dalam pelaksanaannya. Siklus II merupakan siklus
untuk memberikan solusi yang dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan atau
kelemahan yang ada selama proses pembelajaran menulis narasi dengan
menerapkan pendekatan kontekstual. Selama pelaksanaan siklus II ini juga
terdapat sedikit kelemahan. Kemudian, kelemahan pada siklus II ini dapat diatasi
dengan melaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan
pendekatan kontekstual pada siklus III. Selain itu siklus III merupakan siklus yang
menguatkan hasil siklus I dan siklus II bahwa pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas VIII B SMP
Negeri 1 Susut.
Kemampuan siswa meningkat pada proses pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan keterampilan menulis
karangan narasi karena siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
mempermudah siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah karangan, pada
104
awalnya siswa merasa kesulitan dalam menulis sebuah karangan. Namun, ketika
guru menjelaskan materi dengan pendekatan kontekstual, siswa dengan antusias
dan memperhatikannya, sehingga siswa dapat menulis karangan narasi dengan
baik. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil postes, angket, dan jurnal
siswa. Keterampilan menulis siswa meningkat pada siklus I diiringi dengan
peningkatan rata-rata keseluruhan indikator yang terdapat dalam belajar.
Penelitian diakhiri pada siklus III karena telah memenuhi kriteria keberhasilan
penelitian.
Seiring dengan meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis karangan
narasi karena terdapatnya sikap antusias, memperhatikan penjelasan guru, serta
mengerjakan postes dengan sungguh-sungguh, membuat siswa lebih memahami
materi yang telah dipelajari. Menurut hasil observasi serta hasil dari tindakan
siswa lebih memahami materi menulis karangan narasi dengan pendekatan
kontekstual. Berdasarkan data hasil belajar dengan menggunakan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa, khususnya karangan
narasi.
4.3.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual di Kelas
Dalam proses belajar-mengajar dengan pendekatan kontekstual di kelas
guru mempunyai peran yaitu kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar
lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Laksanakan sejauh
mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. Kembangkan sifat ingin tahu siswa
105
dengan bertanya. Ciptakan masyaraka belajar (belajar dalam kelompok). Dalam
pembelajaran menulis karangan narasi melalui pendekatan kontekstual siswa
dibagi dalam 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 orang siswa,
melaksanakan refleksi di akhir pertemuan, dan melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara.
Langkah-langkah guru dalam penerapan pendekatan kontekstual di kelas antara
lain sebgai berikut.
1. Menyusun rancangan pembelajaran yang berbasis pendekatan kontekstual,
sesuai dengan topik kajian yang akan diberikan.
2. Mempersiapkan bahan-bahan dan tugas-tugas belajar yang mendukung
upaya pengembangan pembelajaran menulis karangan narasi melalui
pendekatan kontekstual.
3. Menyusun dan mempersiapkan instrumen pembelajaran, beserta kriteria
keberhasilannya.
4. Guru memberikan pelajaran singkat untuk mengingatkan siswa tentang
pentingnya penggunaan kalimat yang benar dalam berbahasa, untuk
meningkatkan kemampuan berkomonikasi.
5. Guru memberikan tema yaitu „lingkungan sekolah‟ untuk menulis
karangan narasi kepada masing-masing kelompok.
6. Sebelum menyusun karangan narasi, terlebih dahulu guru mengajak siswa
bertanya jawab prihal pengertian karangan narasi, ciri-ciri karanga narasi,
dan cara menyusun karangan narasi.
7. Guru meminta siswa menyusun karangan narasi.
106
8. Guru menyuruh siswa mengungkapkan karangan narasi yang dibuatnya
secara lisan. Pada saat ini guru terus melakukan bimbingan kepada siswa,
baik secara klasikal maupun individual untuk mengarahkan siswa
membuat karangan narasi yang benar.
9. Guru memberikan peluang kepada siswa menanyakan hal-hal yang belum
dipahaminya.
10. Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh
tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya.
Kemampuan belajar akan sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan
dan pengalaman mereka. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau penguasa yang memaksakan kehendak, melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka gapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya.
11. Guru mengakhiri kegiatan ini dengan memberikan tes untuk mengevaluasi
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
107
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil yang diperoleh dari pelaksanaan
siklus I, siklus II dan siklus III, dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Penedekatan Kontekstual dapat meningkatkan mutu pembelajaran menulis
karangan narasi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut, tahun pelajaran
2013/2014. Hal ini dapat dicermati dari perolehan nilai rata-rata siswa
yang mengalami peningkatan yang signifikan. Pada hasil tes awal nilai
rata-rata siswa siswa hanya mencapai 6,0. Nilai rata-rata siswa mengalami
peningkatan pada tes siklus I menjadi 6,8, meningkat menjadi 7,58 pada
hasil tes siklus II, dan meningkat lagi pada hasil tes siklus III, yaitu
menjadi 8,03, Demikian pula ketuntasan kelas, mengalami peningkatan
dari tes awal yang mencapai 6.45%, meningkat menjadi 25,80% pada hasil
tes siklus I, meningkat menjadi 58,06% pada hasil tes siklus II, dan
meningkat lagi menjadi 100% pada hasil tes siklus III. Pendekatan
kontekstual dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk berkompotisi
di dalam menyusun karangan narasi sesuai dengan ciri-ciri karangan
narasi. Perubahan tingkah laku atau sikap menjadi siswa yang kreatif
tampak dalam pembelajaran menyusun karangan narasi.
2. Langkah-langkah pendekatan kontekstual di dalam kelas sangat mudah
diterapkan dan sederhana, khususnya dalam meningkatkan kemampuan
108
menulis karangan narasi siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Susut.
Mengingat langkah-langkah pendekatan kontekstual mengembangkan
pemikiran bahwa anak belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan
keterampilan barunya. Pendekatan kontekstual mengembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya, dan menciptakan masyarakat belajar (belajar
berkelompok), karena sambil belajar mereka dapat bermain dan
berkelompok sebagai masyarakat belajar.
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan, sehubungan dengan hasil penelitian
ini, adalah sebagai berikut.
1. Guru hendaknya lebih memanfaatkan teknik pembelajaran yang sederhana
dan inovatif seperti pendekatan kontekstual yang memiliki karakteristik
seperti dijelaskan di atas. Dengan demikian, mutu pembelajaran menulis
karangan narasi dapat meningkat.
2. Guru hendaknya mengusahakan media pembelajaran yang menarik dan
menjelaskan langkah-langkah pembelajaran sehingga siswa mudah
menerapkan dalam belajar.
3. Guru hendaknya melakukan bimbingan secara klasikal maupun individual
secara intensif pada saat melaksanakan kegiatan, karena hal ini sangat
penting dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan kemampuan
belajarnya.
109
4. Guru hendaknya memberikan penguatan kepada siswa baik verbal maupun
nonverbal, agar dapat menumbuhkan kegairahan dan rasa percaya diri
siswa dalam mengikuti pembelajaran.
110
DAFTAR PUSTAKA
Akhaidah, dkk. 1997. Buku Materi Pokok EPNA2203/2 SKS/Modul 1-6 Menulis
I. Jakarta : Universitas Terbuka
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Yogyakarta : Rhineka Cipta
Depdiknas, 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning
(CTL). Jakarta : Depdiknas
Depdiknas. 2005. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan sastra Indonesia :
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta ; Depdiknas
Dewi, Ketut Sri. Dimensi Menulis Menurut KBK. Bahan Penelitian Guru Se-Bali,
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Tidak diterbitkan
Fudyartanto, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.
Yogyakarta : Global Pustaka Utama.
Hidayat, Kosadi, dkk, 1990. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.
Bandung : Bina Cipta.
Kerap, Gorys, 1985. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia
Margono. S. 2000. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarata : PT. Rineka Cipta
Miles, Matthew B, dan A Miichael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi. Jakarta : UI press
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Nasir, Moh. 1988. Metode Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia
Nasution. 1996. Metode Research penelitian Ilmiah. Bandung : Jemarrs.
Nurkancana, Wayan dan Sumartana. 1986. Evaluasi pendidikan. Surabaya : Usaha
Nasional
111
Paulo Freire, 1987 Cara Menjadikan Anak Bergairah Menulis. Bandung : Kaifa
Popham, James W. 2005. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Penerjemah Amirul
Hadi, dkk. Jakarta : Renika Cipta Cendekia
Poewadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
Mayasari
Redana, I Made. 2008. Pedoman Penulisan Sekripsi, Tesis, dan Penelitian Ilmiah
Denpasar
Romli, Asep Syamsul M. 2005. Lincah Menulis Pandai Bicara : Panduan Ringkas
Menulis artikel & teknik Berpidato di Depan Umum. Bandung : Nuans
Ridwan, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogjakarta :
Global Pustaka Utama
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta : Prenada Media
Santoso, Puji. Dkk. 2006. Materi Pokok : Materi dan Pembelajaran Bahasa
Indonesia 1-9 PGSD4405/3 SKS. Jakarta : Universitas Terbuka
Setiadi, Hari. Tanpa Tahun. Penelitian Kinerja “Performane Assessment”. Materi
Worksshop Pemantapan CTL Guru SMP di Semarang tanggal 21-26 juni
2006
Sudjana, Erien Komaruddin dan Atih Supriatih. 2006. Panduan Kreatif Bahasa
Indonesia untuk SMP Kelas VIII. Bogor : Yudistira
Sugiono. 2009. Metodelogi Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suparno, dan Muhammad Yunus. 2007. Panduan Kretif Bahasa Indonesia untuk
SMP Kelas VIII. Bogor : Yudistira
Tim Penyusun Kamus. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : balai
Pustaka
Tim Penulis. 2004. Modul Bahasa Indonesia Kurikulum SMP 2004. Jakarta :
Depdiknas
112
Yulianto, Bambang. 2000. Kalimat Efektif. Materi Workshop Pemntapan CTL
Guru SMP di Semarang tanggal 21-26 Juni 2006, dalam bentuk makalah
Yulius, S. 1980. Kamus Baru Bahasa Indonesia. Surabaya : Usaha Nasional
113
LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
2. Panduan Observasi
3. Tes Menulis Karangan Narasi
3.1 Tes awal
3.2 Tes Tindakan Siklus I
3.3 Tes Tindakan Siklus II
3.4 Tes Tindakan Siklus III
4. Data Hasil Pembelajaran
4.1 Data Hasil Tes Awal
4.2 Data Hasil Tes Siklus I
4.3 Data Hasil Tes Siklus II
4.4 Data hasil Tes Siklus III
5. Fhoto-fhoto Kegiatan
114
115
116
RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN
SIKLUS I
Sekolah : SMP Negeri 1 Susut
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/Genap
Standar Kompetensi : 1.2 Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara
tingkat madia
Kompetensi Dasar : 2.12 Menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif,
ekspositoris, dan argumentatif
Indikator : 1. Mampu menulis suatu kejadian dalam bentuk narasi
serta membuat unsur-unsur yang melingkupinya
secara kronologis
Waktu : 4 x 40 Menit (2 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menulis karangan narasi
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian narasi
2. Ciri-ciri narasi
3. Unsur intrinsik
4. Tahap penulisan
5. Jenis dan sifat narasi
C. Metode
1. Kontruktivisne (constructivism)
2. Inkuiri (inquiri)
3. Masyarakat bertanya (learning community)
4. Bertanya (questioning)
117
D. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode
(1) (2) (3) (4)
1 Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar
2. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang
akan dicapai
3. Guru meminta siswa mengerjakan tes awal
4. Guru menjelaskan manfaat mempelajarai
karangan narasi
10 menit
Konstruktivisme
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru :
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok
2. Siswa diberikan contoh teks karangan narasi
dengan tema “Akibat Krisis Moneter”
3. Siswa diminta mengamati dan menemukan
unsur-unsur penting karangan narasi
4. Setiap kelompok diminta menulis karangan
narasi berdasarkan tema yang disediakan
guru
5. Masing-masing kelompok diminta
berdiskusi tentang kelemahan dan kebaikan
karangan narasi yang disusunnya
6. Karangan narasi siswa yang terbaik di
kelompoknya, diminta untuk dibacakan di
depan kelas
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
1. Memfasilitasi siswa mengidenfikasi
55 menit
Masyarakat
belajar
Pemodelan
Bertanya
Inkuiri
Penilaian
autentik
118
pengalaman menulis karangan narasi
2. Memfasilitasi siswa menentukan unsur-
unsur intrinsik narasi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
1. Siswa lain diminta memberikan tanggapan
sehubungan dengan karangan narasi yang
dibacakan siswa
2. Bersama siswa, guru menyimpulkan bentuk,
isi, dan bahasa karangan narasi
3. Guru memberi penguatan
3 Penutup
1. Guru mengadakan refliksi terhadap proses
dan hasil belajar
2. Guru memberikan tes akhir untuk menyusun
karangan narasi, yang bisa dikerjakan di
kelas
15 menit Refleksi
Penilaian
Autentik
E. Media dan Sumber Belajar
1. Cart bagan jenis karangan
2. Contoh karangan narasi dalam bentuk teks
3. Buku bahasa Indonesia
4. Buku “Argumentasi dan Narasi” yang dikarang oleh Dr. Gorys Keraf
F. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes
2. Bentuk Instrumen : Unjuk Kerja
3. Instrumen
Susunlah sebuah karangan narasi dengan topik “Kesadaran Menjaga
Kebersihan di Lingkungan Sekolah”
4. Teknik Penskoran
119
No Aspek Deskripsi Skor Skor
Maksimal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bentuk
1. Tata penulisan
paragraf
2. Kerapian
tulisan
Tata penulisan paragraf
benar dan rapi
Tata penulisan paragraf
benar tetapi tidak rapi
Tata penulisan paragraf
tidak benar tetapi rapi
Tata penulisan paragraf
tidak benar dan tidak rapi
40
30
20
10
40
2 Kesesuaian Isi Isi sesuai dengan tema
Sebagian kecil isi
karangan tidak sesuai
dengan tema
Sebagian besar isi tidak
sesuai dengan tema
30
20
10
30
3 Bahasa
Penggunaan ejaan
dan tanda baca
Tidak ada kesalahan ejaan
dan tanda baca
Terdapat sedikit kesalahan
ejaan dan tanda baca
Sebagian besar ejaan dan
tanda baca salah
Penggunaan tanda baca
dan ejaan salah semua
30
20
10
0
30
Jml Skor maksimum 100
120
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir = X 100 = .....
Guru Mata Pelajaran Bangli, 10 April 2014
Bahasa Indonesia Mahasiswa Penelitian
Desak Putu Rasmini, S.Pd I Nyoman Sudarman
NIP. 19600212 198111 2 006 NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2986
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 1 Susut
Drs. I Ketut Ngebek Sukarsana
NIP, 19541231 198003 1 268
Perolehan skor
Skor maksimum
121
RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN
SIKLUS II
Sekolah : SMP Negeri 1 Susut
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/Genap
Standar Kompetensi : 1.2 Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara
tingkat madia
Kompetensi Dasar : 2.12 Menulis wacana yang bercorak naratif,
Indikator : 1. Mampu menulis suatu kejadian dalam bentuk narasi
serta membuat unsur-unsur yang melingkupinya
secara kronologis
Waktu : 4 x 40 Menit (2 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menulis karangan narasi
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian narasi
2. Ciri-ciri narasi
3. Unsur intrinsik
4. Tahap penulisan
5. Jenis dan sifat narasi
C. Metode
1. Kontruktivisne (constructivism)
2. Inkuiri (inquiri)
3. Masyarakat bertanya (learning community)
4. Bertanya (questioning)
122
5. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode
(1) (2) (3) (4)
1 Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar siap belajar
2. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang
akan dicapai
3. Guru meminta siswa mengerjakan tes awal
4. Guru menjelaskan manfaat mempelajarai
karangan narasi
10 menit
Konstruktivis
me
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok
2. 2. Siswa diberikan contoh teks karangan narasi
dengan tema “Budayakan Hidup Sehat”
3. Siswa diminta mengamati dan menemukan
unsur-unsur penting karangan narasi
4. Setiap kelompok diminta menulis karangan
narasi berdasarkan tema yang disediakan
guru
5. Masing-masing kelompok diminta berdiskusi
tentang kelemahan dan kebaikan karangan
narasi yang disusunnya
6. Karangan narasi siswa yang terbaik di
kelompoknya, diminta untuk dibacakan di
depan kelas
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
1. Memfasilitasi siswa mengidenfikasi
55 menit
Masyarakat
belajar
Pemodelan
Bertanya
Inkuiri
Penilaian
autentik
123
pengalaman menulis karangan narasi
2. Memfasilitasi siswa membandingkan
beberapa karangan narasi satu paragraf
dengan judul yang sama
3. Memfasilitasi siswa menentukan unsur-unsur
intrinsik narasi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
1. Siswa lain diminta memberikan tanggapan
sehubungan dengan karangan narasi yang
dibacakan siswa
3. Bersama siswa, guru menyimpulkan bentuk,
isi, dan bahasa karangan narasi
4. Guru memberi penguatan
3 Penutup
1. Guru mengadakan refliksi terhadap proses
dan hasil belajar
2. Guru memberikan tes akhir untuk menyusun
karangan narasi, yang bisa dikerjakan di kelas
15 menit Refleksi
Penilaian
Autentik
6. Media dan Sumber Belajar
1. Cart bagan jenis karangan
2. Contoh karangan narasi dalam bentuk teks
3. Buku bahasa Indonesia
4. Buku “Argumentasi dan Narasi” yang dikarang oleh Dr. Gorys Keraf
5. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes
2. Bentuk Instrumen : Unjuk Kerja
124
3. Instrumen
Susunlah sebuah karangan narasi dengan topik “Pentingnya Penghijauan
di Lingkungan Sekolah”
No Aspek Deskripsi Skor Skor
Maksimal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bentuk
1. Tata penulisan
paragraf
2. Kerapian tulisan
Tata penulisan paragraf benar dan
rapi
Tata penulisan paragraf benar
tetapi tidak rapi
Tata penulisan paragraf tidak
benar tetapi rapi
Tata penulisan paragraf tidak
benar dan tidak
40
30
20
10
40
2 Kesesuaian Isi Isi sesuai dengan tema
Sebagian kecil isi karangan tidak
sesuai dengan tema
Sebagian besar isi tidak sesuai
dengan tema
30
20
10
30
3 Bahasa
Penggunaan ejaan
dan tanda baca
Tidak ada kesalahan ejaan dan
tanda baca
Terdapat sedikit kesalahan ejaan
dan tanda baca
Sebagian besar ejaan dan tanda
baca salah
Penggunaan tanda baca dan ejaan
salah semua
30
20
10
0
30
Jml Skor maksimum 100
125
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir = X 100 = .....
Guru Mata Pelajaran Bangli, 17 April 2014
Bahasa Indonesia Mahasiswa Penelitian
Desak Putu Rasmini, S.Pd I Nyoman Sudarman
NIP. 19600212 198111 2 006 NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2986
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 1 Susut
Drs. I Ketut Ngebek Sukarsana
NIP, 19541231 198003 1 268
Perolehan skor
Skor maksimum
126
RENCANA PELAKSANAAN TINDAKAN
SIKLUS III
Sekolah : SMP Negeri 1 Susut
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : VIII/Genap
Standar Kompetensi : 1.2 Berkomunikasi dengan bahasa Indonesia setara
tingkat madia
Kompetensi Dasar : 2.12 Menulis wacana yang bercorak naratif, deskriptif,
ekspositoris, dan argumentatif
Indikator : 1. Mampu menulis suatu kejadian dalam bentuk narasi
serta membuat unsur-unsur yang melingkupinya
secara kronologis
Waktu : 2 x 40 Menit (2 x pertemuan)
A. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menulis karangan narasi
B. Materi Pembelajaran
1. Pengertian narasi
2. Ciri-ciri narasi
3. Unsur intrinsik
4. Tahap penulisan
5. Jenis dan sifat narasi
C. Metode
1. Kontruktivisne (constructivism)
2. Inkuiri (inquiri)
3. Masyarakat bertanya (learning community)
4. Bertanya (questioning)
127
D. Skenario Pembelajaran
No Kegiatan Waktu Metode
(1) (2) (3) (4)
1 Pendahuluan
1. Guru mengondisikan siswa agar siap
belajar
2. Guru menjelaskan kompetensi dasar yang
akan dicapai
3. Guru meminta siswa mengerjakan tes
awal
4. Guru menjelaskan manfaat mempelajarai
karangan narasi
10 menit
Konstruktivisme
2 Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi :
1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok
2. Siswa diminta mengamati dan
menemukan unsur-unsur penting
karangan narasi
3. Setiap kelompok diminta menulis
karangan narasi berdasarkan tema yang
disediakan guru
4. Masing-masing kelompok diminta
berdiskusi tentang kelemahan dan
kebaikan karangan narasi yang
disusunnya
5. Karangan narasi siswa yang terbaik di
kelompoknya, diminta untuk dibacakan
di depan kelas
55 menit
Masyarakat
belajar
Pemodelan
Bertanya
Inkuiri
Penilaian
autentik
128
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi :
1. Memfasilitasi siswa mengidenfikasi
pengalaman menulis karangan narasi
2. Memfasilitasi siswa membandingkan
beberapa karangan narasi satu paragraf
dengan judul yang sama
3. Memfasilitasi siswa menentukan unsur-
unsur intrinsik narasi
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi :
1. Siswa lain diminta memberikan
tanggapan sehubungan dengan karangan
narasi yang dibacakan siswa
2. Bersama siswa, guru menyimpulkan
bentuk, isi, dan bahasa karangan narasi
3. Guru memberi penguatan
3 Penutup
1. Guru mengadakan refliksi terhadap
proses dan hasil belajar
2. Guru memberikan tes akhir untuk
menyusun karangan narasi, yang bisa
dikerjakan di kelas
15 menit Refleksi
Penilaian
Autentik
E. Media dan Sumber Belajar
1. Cart bagan jenis karangan
2. Contoh karangan narasi dalam bentuk teks
3. Buku bahasa Indonesia
4. Buku “Argumentasi dan Narasi” yang dikarang oleh Dr. Gorys Keraf
F. Penilaian
1. Teknik Penilaian : Tes
129
2. Bentuk Instrumen : Unjuk Kerja
3. Instrumen
Susunlah sebuah karangan narasi dengan topik “Menjaga Lingkungan
Sekolah yang Bersih dan Hijau”
4. Teknik Penskoran
No Aspek Deskripsi Skor Skor
Maksimal
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Bentuk
1. Tata penulisan
paragraf
2. Kerapian
tulisan
Tata penulisan paragraf benar dan
rapi
Tata penulisan paragraf benar
tetapi tidak rapi
Tata penulisan paragraf tidak
benar tetapi rapi
Tata penulisan paragraf tidak
benar dan tidak rapi
40
30
20
10
40
2 Kesesuaian Isi Isi sesuai dengan tema
Sebagian kecil isi karangan tidak
sesuai dengan tema
Sebagian besar isi tidak sesuai
dengan tema
30
20
10
30
3 Bahasa
Penggunaan ejaan
dan tanda baca
Tidak ada kesalahan ejaan dan
tanda baca
Terdapat sedikit kesalahan ejaan
dan tanda baca
Sebagian besar ejaan dan tanda
baca salah
Penggunaan tanda baca dan ejaan
salah semua
30
20
10
0
30
Jml Skor maksimum 100
130
Perhitungan nilai akhir dalam skala 0 – 100 adalah sebagai berikut :
Nilai Akhir = X 100 = .....
Guru Mata Pelajaran Bangli, 24 April 2014
Bahasa Indonesia Mahasiswa Penelitian
Desak Putu Rasmini, S.Pd I Nyoman Sudarman
NIP. 19600212 198111 2 006 NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2986
Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 1 Susut
Drs. I Ketut Ngebek Sukarsana
NIP, 19541231 198003 1 268
Perolehan skor
Skor maksimum
131
PEDOMAN OBSERVASI KELAS
ACUAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Pelaksanaan Tindakan : Siklus I, Siklus II dan siklus III
Kompetensi Dasar : Menulis Karangan Narasi
Kelas/Semester : VIII/Genap
Tanggal Pelaksanaan : 7 April 2014
No Aspek/Komponen CTL Skor Skor
Maksimal 1 2 3 4
1 Kontruktivisme (construktivism)
A. Menghubungkan materi dengan dunia nyata
B. Pemaknaan ide
C. Mendemonstrasikan ide
10
2 Menemukan (inquiry)
A. Kegiatan observasi
B. Pengajuan dugaan
C. Pengumpulan data
D. Penyimpulan
3 A. Motivasi guru kepada siswa untuk bertanya
B. Intensitas pertanyaan
C. Kualitas pertanyaan
4 Masyarakat belajar (learning commonity)
A. Teknik pembentukan kelompok
B. Dinamika kelompok
C. Kerjasama dalam kelompok
D. Pendekatan guru terhadap kelompok
5 Pemodelan (modeling)
A. Contoh dari siswa
B. Contoh dari guru
6 Refleksi (reflection)
132
A. Kesan dan saran dari siswa terkait
pembelajaran
B. Penguatan dari guru
7 Penilaian otentik (authentic assessment)
A. Mengukur keterampilan/performansi
B. Penilaian proses
Jumlah
Nilai = X 100 Nilai Kualifikasi
86 – 100 Sangat baik
70 – 85 Baik
55 – 69 Cukup
40 – 54 Kurang
≤ 40 sangat kurang
Bangli, 7 April 2014
Observasi
I Nyoman Sudarman
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2986
Skor perolehan
80
133
PANDUAN OBSERVASI SISWA
1. Reaksi atau tindakan siswa saat memulai pelajaran
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2. Reaksi atau tindakan siswa saat proses penyampaian materi
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Reaksi atau tindakan siswa selama pembelajaran
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Hal-hal yang terjadi selama proses belajar mengajar
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Reaksi atau tindakan siswa selama evaluasi
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
Bangli, 7 April 2014
Observasi
I Nyoman Sudarman
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2986
134
PANDUAN WAWANCARA GURU DENGAN SISWA
Subjek yang diwawancarai : ......................................................................
Hari/tanggal : ......................................................................
1. Apakah anda senang dengan pembelajaran menulis karangan narasi dengan
menggunakan pendekatan kontekstual ? Mengapa ?
2. Bagaimana pendapat anda tentang pembelajaran menulis karangan narasi
dengan pendekatan kontekstual ? Apakah lebih memudahkan atau
menyulitkan ?
Apa yang membuat lebih memudahkan ?
Apa yang membuat lebih menyulitkan ?
3. Apakah yang menarik dari pembelajaran menulis karangan narasi dengan
pendekatan kontekstual ?
4. Bagaimana perasan anda ketika mengikuti pelajaran ?
5. Bagaimana pendapat anda tentang cara guru mengajar jika dibandingkan
dengan cara mengajar sebelumnya ?
6. Apa yang anda harapkan dari guru untuk pembelajaran selanjutnya ?
Bangli, 24 April 2014
Observasi
I Nyoman Sudarman
NPM. 10.8.03.51.31.1.5.2986
135
KISI-KISI TES AWAL, SIKLUS I, SIKLUS II DAN SIKLUS III
Kompetensi Dasar Indikator Bentuk Tes Jumlah Soal
Menulis wacana
yang bercorak
naratif, deskriptif,
ekspositoris, dan
argumentatif
Siswa mampu
menulis suatu
kejadian, bentuk
narasi serta
membuat unsur-
unsur yang
melingkupinya
secara kronologis
Unjuk kerja 1 (satu) butir
136
TES AWAL
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII B
Tanggal : 7 April 2014
Waktu : 20 menit
Soal :
1. Susunlah sebuah karangan narasi dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tema : Manfaat Menuntut Ilmu
b. Karangan yang disusun cukup satu paragraf saja !
PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMP NEGERI 1 SUSUT Jln. Sahadewa, Sulahan, Susut – Bangli, Telp (0366) 91816, Kode Pos 80661,
Email [email protected]
137
TES SIKLUS I
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII B
Tanggal : 10 April 2014
Waktu : 20 menit
Soal :
1. Susunlah sebuah karangan narasi dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tema : Kesadaran Menjaga Kebersihan di Lingkungan Sekolah
b. Karangan yang disusun cukup satu paragraf saja !
PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMP NEGERI 1 SUSUT Jln. Sahadewa, Sulahan, Susut – Bangli, Telp (0366) 91816, Kode Pos 80661,
Email [email protected]
138
TES SIKLUS II
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII B
Tanggal : 17 April 2014
Waktu : 20 menit
Soal :
1. Susunlah sebuah karangan narasi dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tema : Pentingnya Penghijauan di Lingkungan Sekolah
b. Karangan yang disusun dengan tiga paragraf !
PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMP NEGERI 1 SUSUT Jln. Sahadewa, Sulahan, Susut – Bangli, Telp (0366) 91816, Kode Pos 80661,
Email [email protected]
139
TES SIKLUS III
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII B
Tanggal : 24 April 2014
Waktu : 30 menit
Soal :
1. Susunlah sebuah karangan narasi dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Tema : Menjaga Lingkungan Sekolah yang Bersih dan Hijau
b. Karangan yang disusun dengan empat paragraf !
PEMERINTAH KABUPATEN BANGLI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
SMP NEGERI 1 SUSUT Jln. Sahadewa, Sulahan, Susut – Bangli, Telp (0366) 91816, Kode Pos 80661,
Email [email protected]
140
ANALISIS HASIL TES AWAL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 SUSUT BANGLI
Banyak Soal : 1 butir Pokok Bahasan : Menulis Karangan Narasi
Jumlah Soal : 31 lembar Hari/tanggal : Senin, 7 April 2014
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 20 20 20 60 6 Cukup
2 I W. Krisna Widya P 20 20 20 60 6 Cukup
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 30 20 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 20 20 20 60 6 Cukup
5 Ni Kdk Ariastuti 30 30 20 80 8 Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 20 20 20 60 6 Cukup
7 Dw. Ari Wikananda 20 20 20 60 6 Cukup
8 Ni Wayan Arini 20 20 20 60 6 Cukup
9 I Gede Artawan 20 20 20 60 6 Cukup
10 Ni Putu A. Tejawati 20 20 20 60 6 Cukup
11 I Ketut Budiarta 20 20 10 50 5 Cukup
12 I Wyn. Budiartana 20 20 20 60 6 Cukup
13 Ni Ketut Cermen 20 10 20 50 5 Cukup
14 I Gd. D. Lascarya 20 20 20 60 6 Cukup
15 I Wyn. Darmawan 20 20 20 60 6 Cukup
141
16 Ni Komang Deviani 20 20 20 60 6 Cukup
17 I Wyn Eka Indrayasa 20 20 20 60 6 Cukup
18 Ni Wayan Ekayanti 20 10 20 50 5 Cukup
19 I Nyoman Endrawan 20 20 20 60 6 Cukup
20 I Ngh. E. Purwanto 20 20 20 60 6 Cukup
21 I Dw. Md. Putra N. 20 20 20 60 6 Cukup
22 Ni Putu Mayoni 20 20 20 60 6 Cukup
23 Ni Kdk A. Miliyanti 20 30 20 60 6 Cukup
24 Dw Gd. Oka Ari P. 20 20 20 60 6 Cukup
25 Ni Ngh. Riastini 20 30 10 60 6 Cukup
26 Ni Wyn Risa Febian 20 20 20 60 6 Cukup
27 Ni Wyn Srinadi 20 20 10 50 5 Cukup
28 Ni Luh Putu Suartini 20 20 20 60 6 Cukup
29 I Wayan Widiasa 20 20 20 60 6 Cukup
30 S.A. Md. Antari 20 20 20 60 6 Cukup
31 I Kdk Yoga M. Nadi 20 20 20 60 6 Cukup
Jumlah 640 630 590 1860 186
Rata-rata kelas 6,0
Daya serap 6,0%
Ketuntasan kelas 6,45 %
142
No Kategori Rentanga
n
Skor
Skor
Standar
(x)
Frekuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 - 10 10 0 0 0%
186
31
= 6,0
(cukup)
2 Baik sekali 8,5 - 9 9 0 0 0%
3 Baik 7,5 - 8 8 2 16 6,45%
4 L.d. cukup 6,5 - 7 7 0 0 0
5 Cukup 5,5 - 6 6 25 150 80,65%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 4 20 12,90%
7 Kurang 3,5 - 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 - 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 - 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 186 100%
143
ANALISIS HASIL TES SIKLUS I MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 SUSUT BANGLI
Banyak Soal : 1 butir Pokok Bahasan : Menulis Karangan Narasi
Jumlah Soal : 31 lembar Hari/tanggal : Senin, 10 April 2014
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 20 30 30 80 8 Baik
2 I W. Krisna Widya P 20 20 20 60 6 Cukup
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 30 20 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 20 20 20 60 6 Cukup
5 Ni Kdk Ariastuti 30 20 30 80 8 Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 20 20 20 60 6 Cukup
7 Dw. Ari Wikananda 30 30 20 80 8 Baik
8 Ni Wayan Arini 20 20 20 60 6 Cukup
9 I Gede Artawan 20 20 20 60 6 Cukup
10 Ni Putu A. Tejawati 30 30 20 80 8 Baik
11 I Ketut Budiarta 20 20 20 60 6 Cukup
12 I Wyn. Budiartana 20 20 20 60 6 Cukup
13 Ni Ketut Cermen 20 20 20 60 6 Cukup
14 I Gd. D. Lascarya 20 20 20 60 6 Cukup
15 I Wyn. Darmawan 20 20 20 60 6 Cukup
144
16 Ni Komang Deviani 30 30 20 80 8 Baik
17 I Wyn Eka Indrayasa 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
18 Ni Wayan Ekayanti 30 20 20 70 7 Ld. Cukup
19 I Nyoman Endrawan 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
20 I Ngh. E. Purwanto 20 20 20 60 6 Cukup
21 I Dw. Md. Putra N. 30 20 20 70 7 Ld. Cukup
22 Ni Putu Mayoni 30 30 20 80 8 Baik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
24 Dw Gd. Oka Ari P. 20 20 20 60 6 Cukup
25 Ni Ngh. Riastini 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
26 Ni Wyn Risa Febian 30 30 20 80 8 Baik
27 Ni Wyn Srinadi 20 20 20 60 6 Cukup
28 Ni Luh Putu Suartini 20 20 20 60 6 Cukup
29 I Wayan Widiasa 20 30 20 70 7 Ld. Cukup
30 S.A. Md. Antari 20 20 30 70 7 Ld. Cukup
31 I Kdk Yoga M. Nadi 30 20 20 70 7 Ld. Cukup
Jumlah 680 730 640 2110 211
Rata-rata kelas 6,8
Daya serap 6,8%
Ketuntasan kelas 25,80 %
145
No Kategori Rentangan
Skor
Skor
Standar
(x)
Fre
kuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata-
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 – 10 10 0 0 0%
211
31
= 6,8
(cukup)
2 Baik sekali 8,5 – 9 9 0 0 0%
3 Baik 7,5 – 8 8 8 64 25,80%
4 L.d. cukup 6,5 – 7 7 9 63 29,04%
5 Cukup 5,5 – 6 6 14 84 45,16%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 0 0 0%
7 Kurang 3,5 – 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 – 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 – 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 211 100%
146
ANALISIS HASIL TES SIKLUS II MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 SUSUT BANGLI
Banyak Soal : 1 butir Pokok Bahasan : Menulis Karangan Narasi
Jumlah Soal : 31 lembar Hari/tanggal : Senin, 17 April 2014
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 20 30 30 80 8 Baik
2 I W. Krisna Widya P 30 30 20 80 8 Baik
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 30 20 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 30 30 20 80 8 Baik
5 Ni Kdk Ariastuti 30 20 30 80 8 Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 20 30 20 70 7 L.d Cukup
7 Dw. Ari Wikananda 30 30 20 80 8 Baik
8 Ni Wayan Arini 30 20 30 80 8 Baik
9 I Gede Artawan 30 30 20 70 7 L.b Cukup
10 Ni Putu A. Tejawati 30 30 20 80 8 Baik
11 I Ketut Budiarta 30 20 20 70 7 L.d Cukup
12 I Wyn. Budiartana 20 30 20 70 7 L.d Cukup
13 Ni Ketut Cermen 20 30 20 70 7 L.d Cukup
14 I Gd. D. Lascarya 30 30 20 80 8 Baik
15 I Wyn. Darmawan 20 20 30 70 7 L.d Cukup
147
16 Ni Komang Deviani 30 30 20 80 8 Baik
17 I Wyn Eka Indrayasa 30 30 20 80 8 Baik
18 Ni Wayan Ekayanti 30 20 30 80 8 Baik
19 I Nyoman Endrawan 30 20 20 70 7 L.d Cukup
20 I Ngh. E. Purwanto 30 20 20 70 7 L.d Cukup
21 I Dw. Md. Putra N. 30 30 20 80 8 Baik
22 Ni Putu Mayoni 30 30 20 80 8 Baik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 30 30 20 80 8 Baik
24 Dw Gd. Oka Ari P. 30 20 30 80 8 Baik
25 Ni Ngh. Riastini 30 20 20 70 7 L.d Cukup
26 Ni Wyn Risa Febian 30 300 20 80 8 Baik
27 Ni Wyn Srinadi 30 20 20 70 7 L.d Cukup
28 Ni Luh Putu Suartini 30 20 20 70 7 L.d Cukup
29 I Wayan Widiasa 30 30 20 80 8 Baik
30 S.A. Md. Antari 30 20 20 70 7 L.d Cukup
31 I Kdk Yoga M. Nadi 20 30 20 70 7 L.d Cukup
Jumlah 870 810 680 2350 235
Rata-rata kelas 7,58
Daya serap 7,58%
Ketuntasan kelas 58,06 %
148
No Kategori Rentangan
Skor
Skor
Standar
(x)
Frekuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 – 10 10 0 0 0%
235
31
=
7,58
(baik)
2 Baik sekali 8,5 – 9 9 0 0 0%
3 Baik 7,5 – 8 8 18 144 58,06%
4 L.d. cukup 6,5 – 7 7 13 91 41,94%
5 Cukup 5,5 – 6 6 0 0 6%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 0 0 5%
7 Kurang 3,5 – 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 – 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 – 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 235 100%
149
ANALISIS HASIL TES SIKLUS III MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 SUSUT BANGLI
Banyak Soal : 1 butir Pokok Bahasan : Menulis Karangan Narasi
Jumlah Soal : 31 lembar Hari/tanggal : Senin, 24 April 2014
No Nama Siswa Aspek Penilaian Skor
Mentah
Skor
Standar
Ket.
Belajar 1 2 3
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 30 30 20 80 8 Baik
2 I W. Krisna Widya P 30 20 30 80 8 Baik
3 I Kmg. Adi D. Guna 30 20 30 80 8 Baik
4 I Wayan Ardana 30 30 20 80 8 Baik
5 Ni Kdk Ariastuti 30 30 30 90 9 Sgt. Baik
6 I Gst. A. Ari Pradani 30 30 20 80 8 Baik
7 Dw. Ari Wikananda 30 30 20 80 8 Baik
8 Ni Wayan Arini 30 20 30 80 8 Baik
9 I Gede Artawan 30 30 20 80 8 Baik
10 Ni Putu A. Tejawati 30 30 20 80 8 Baik
11 I Ketut Budiarta 20 30 30 80 8 Baik
12 I Wyn. Budiartana 30 30 20 80 8 Baik
13 Ni Ketut Cermen 20 30 30 80 8 Baik
14 I Gd. D. Lascarya 20 30 30 80 8 Baik
15 I Wyn. Darmawan 30 30 20 80 8 Baik
150
16 Ni Komang Deviani 30 20 30 80 8 Baik
17 I Wyn Eka Indrayasa 20 30 30 80 8 Baik
18 Ni Wayan Ekayanti 30 30 20 80 8 Baik
19 I Nyoman Endrawan 30 30 20 80 8 Baik
20 I Ngh. E. Purwanto 20 30 30 80 8 Baik
21 I Dw. Md. Putra N. 30 30 20 80 8 Baik
22 Ni Putu Mayoni 30 30 20 80 8 Baik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 30 30 20 80 8 Baik
24 Dw Gd. Oka Ari P. 30 30 20 80 8 Baik
25 Ni Ngh. Riastini 30 30 20 80 8 Baik
26 Ni Wyn Risa Febian 30 30 20 80 8 Baik
27 Ni Wyn Srinadi 20 30 30 80 8 Baik
28 Ni Luh Putu Suartini 30 20 30 80 8 Baik
29 I Wayan Widiasa 30 30 20 80 8 Baik
30 S.A. Md. Antari 30 30 20 80 8 Baik
31 I Kdk Yoga M. Nadi 20 30 30 80 8 Baik
Jumlah 860 880 750 2490 249
Rata-rata kelas 8,03
Daya serap 8,03%
Ketuntasan kelas 100 %
151
No Kategori Rentangan
Skor
Skor
Standar
(x)
Frekuensi
(f)
Jumlah
Nilai
(fx)
Persen Rata
Rata
Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Istimewa 9,5 - 10 10 0 0 0%
249
31
= 8,03
(Baik)
2 Baik sekali 8,5 - 9 9 1 9 3,22%
3 Baik 7,5 - 8 8 30 240 96,78%
4 L.d. cukup 6,5 - 7 7 0 0 0%
5 Cukup 5,5 - 6 6 0 0 0%
6 H.Cukup 4,5 – 5 5 0 0 0%
7 Kurang 3,5 - 4 4 0 0 0%
8 K. sekali 2,5 - 3 3 0 0 0%
9 Buruk 1,5 – 2 2 0 0 0%
10 Brk. sekali 0,5 - 1 1 0 0 0%
11 S.b. sekali 0 – 0,4 0 0 0 0%
Jumlah 31 249 100%
152
REKAPITULASI HASIL TES AWAL, SIKLUS I, SIKLUS II, DAN SIKLUS III,
MENULIS KARANGAN NARASI MATA PELAJARAN BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 1 SUSUT BANGLI
No Nama Siswa Nilai Rata-rata Ket.
Tes
Awal
Tes
Siklus I
Tes
Siklus II
Tes
Siklus III
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 I Dw. Md. Wiatmaja 6 8 8 8 Naik
2 I W. Krisna Widya P 6 6 8 8 Naik
3 I Kmg. Adi D. Guna 8 8 8 8 Naik
4 I Wayan Ardana 6 6 8 8 Naik
5 Ni Kdk Ariastuti 8 8 8 9 Naik
6 I Gst. A. Ari Pradani 6 6 7 8 Naik
7 Dw. Ari Wikananda 6 8 8 8 Naik
8 Ni Wayan Arini 6 6 8 8 Naik
9 I Gede Artawan 6 6 7 8 Naik
10 Ni Putu A. Tejawati 6 8 8 8 Naik
11 I Ketut Budiarta 5 6 7 8 Naik
12 I Wyn. Budiartana 6 6 7 8 Naik
13 Ni Ketut Cermen 5 6 7 8 Naik
14 I Gd. D. Lascarya 6 6 8 8 Naik
15 I Wyn. Darmawan 6 6 7 8 Naik
153
16 Ni Komang Deviani 6 8 8 8 Naik
17 I Wyn Eka Indrayasa 6 7 8 8 Naik
18 Ni Wayan Ekayanti 5 7 8 8 Naik
19 I Nyoman Endrawan 6 7 7 8 Naik
20 I Ngh. E. Purwanto 6 6 7 8 Naik
21 I Dw. Md. Putra N. 6 7 8 8 Naik
22 Ni Putu Mayoni 6 8 8 8 Naik
23 Ni Kdk A. Miliyanti 6 7 8 8 Naik
24 Dw Gd. Oka Ari P. 6 6 8 8 Naik
25 Ni Ngh. Riastini 6 7 7 8 Naik
26 Ni Wyn Risa Febian 6 8 8 8 Naik
27 Ni Wyn Srinadi 5 6 7 8 Naik
28 Ni Luh Putu Suartini 6 6 7 8 Naik
29 I Wayan Widiasa 6 7 8 8 Naik
30 S.A. Md. Antari 6 7 7 8 Naik
31 I Kdk Yoga M. Nadi 6 7 7 8 Naik
154
Foto 1. Guru sedang membuka pelajaran
Foto 2. Guru memberikan penjelasan tentang lankah-langkah menulis narasi
155
Foto 3. Guru menegur siswa yang tidak konsentrasi di dalam kelas
Foto 4. Guru memberikan pembinaan kepada siswa tentang menulis karangan
narasi
156
Foto 5. Siswa sedang menyimak penjelasan guru
Foto 6. Salah satu kelompok siswa sedang mempersentasikan kasil karangan
157
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : I Nyoman Sudarman
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/ tanggal lahir : Kayubihi, 12 Mei 1981
Agama : Hindu
Alamat : Desa Kayubihi, Kecamatan Bangli, Kab. Bangli
Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Status : Belum kawin
Riwayat Pendidikan :
1. SD : SD Negeri 1 Kayubihi Tahun 1992
2. SMP : SMP Negeri 1 Bangli Tahun 1995
3. SMU : SMU Negeri 2 Bangli Tahun 1998
Hobi : Bersepeda, melukis