PERBEDAAN BMI ANAK YANG MENYIKAT GIGI SETIAP...
Transcript of PERBEDAAN BMI ANAK YANG MENYIKAT GIGI SETIAP...
i
PERBEDAAN BMI ANAK YANG MENYIKAT GIGI SETIAP HARI DI
SEKOLAH DENGAN YANG TIDAK DI TK 2 DAN 4 SARASWATI
DENPASAR
ETIKA KUMALA DEWI
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.012
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2014
ii
PERBEDAAN BMI ANAK YANG MENYIKAT GIGI SETIAP HARI DI
SEKOLAH DENGAN YANG TIDAK DI TK 2 DAN 4 SARASWATI
DENPASAR
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
Oleh :
Etika Kumala Dewi
NPM : 10.8.03.81.41.1.5.012
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
drg. Yudha Rahina, M.Kes, Sert. KGI drg. I Nym. Panji Triadnya P., M.Kes
NPK : 826 693 189 NPK : 826 594 196
iii
Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara
pembuatan skripsi dengan judul : “PERBEDAAN BMI ANAK YANG
MENYIKAT GIGI SETIAP HARI DI SEKOLAH DENGAN YANG TIDAK DI
TK 2 DAN 4 DENPASAR” yang telah dipertanggung jawabkan oleh calon
sarjana yang bersangkutan pada tanggal 15 Februari 2014.
Maka atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.
Denpasar, 15 Februari 2014
Tim Penguji Skripsi
FKG Universitas Mahasaraswati Denpasar
Ketua,
drg. Yudha Rahina, M.Kes, Sert. KGI
NPK : 826 693 189
Anggota : Tanda Tangan
1. drg. Nym. Panji Triadnya P., M.Kes 1……………..
NPK : 826 594 196
2. drg. G.A. Yohanna Lily, M.Kes 2………………
NPK : 826 903 221
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
P.A. Mahendri Kusumawati., drg., M.Kes., FISID.
NIP 19590512 198903 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perbedaan BMI yang Menyikat Gigi Setiap Hari di Sekolah dengan
yang Tidak di TK 2 dan 4 Saraswati Denpasar.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) pada Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Mahasaswati Denpasar.
Mengingat keterbatasan penulis maka penulis sangat menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini tidak mungkin berjalan lancer tanpa bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. drg. Yudha Rahina, M.Kes, Sert. KGI selaku dosen pembimbing I, atas
segala upaya dan bantuan beliau yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis dalam mewujudkan skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
2. drg. Nym. Panji Triadnya P., M.Kes selaku dosen pembimbing II, atas
segala bimbingan dan petunjuk yang diberikan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
3. drg. Yohanna Lily, M.Kes selaku dosen penguji yang telah bersedia
menguji serta memberikan koreksi dan masukan kepada penulis.
4. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.
v
5. Bapak/Ibu Kepala sekolah TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar
dan siswa-siswi yang telah memberikan kesempatan mengadakan
penelitian yang dilakukan penulis.
6. Ayah, Ibu dan keluarga yang selalu memberikan dorongan moril maupun
material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Lia Trisna, Uta Matahari dan Najwa yang selalu memberikan semangat,
perhatian dan doa.
8. Meissy, Lany, Rah, Danie, Tinyo Harum, Ankit Kumar, Aank, Kak Any,
Areda, Julia, dan teman-teman Cranter 2010 serta semua pihak yang tidak
bias penulis sebutkan satu persatu, atas dorongan dan bantuan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Penulis
berharap semoga karya tulis ini berguna bagi pembacanya.
Denpasar, 15 Februari 2014
Penulis
vi
PERBEDAAN BMI ANAK YANG MENYIKAT GIGI SETIAP HARI DI
SEKOLAH DENGAN YANG TIDAK DI TK 2 DAN 4 SARASWATI
DENPASAR
Abstrak
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya berat badan. Banyak faktor yang bisa mempengaruhi
berat badan anak salah satunya adalah prilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut seperti menyikat gigi. Anak yang tidak menyikat gigi secara teratur akan
memiliki oral hygen yang tidak bagus, sehingga akan mudah terkena oleh
penyakit gigi dan mulut, salah satu contoh penyakit yang sering terjadi yaitu
karies, anak yang mengalami karies pada umumnya mempunyai berat badan yang
kurang dari pada anak bebas karies. Karies dapat menimbulkan rasa nyeri pada
gigi tersebut yang menyebabkan anak tidak ingin makan sehingga mengurangi
asupan nutrisi, perubahan kebiasaan makan seperti penghancuran makanan yang
tidak sempurna, dilanjutkan atrofi otot pengunyahan menyebabkan alat
pengunyahan akan memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga
pada akhirnya menyebabkan malnutrisi, dan tidur anak terganggu akibat nyeri
yang dirasakan, hal ini berpengaruh terhadap menurunnya status gizi anak, dan
mempengaruhi BMI anak seiring dengan menurunnya status gizi anak. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan BMI anak yang menyikat gigi
setiap hari di sekolah dengan yang tidak. Responden pada penelitian ini adalah
seluruh siswa di Tk 2 dan 4 Saraswati Denpasar. Jenis penelitian yang dilakukan
adalah analitik observasional dengan pendekatan crossectional, data diolah
menggunakan mann-whitney test Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
perbedaan rata rata BMI terhadap anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah
dengan yang tidak. Anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah memiliki body
massa index yang lebih ideal dengan anak yang tidak menyikat gigi setiap hari di
sekolah.
Kata kunci : Menyikat gigi, BMI.
vii
DAFTAR ISI
Halama Judul .................................................................................................... i
Halaman Persetujuan Pembimbing .................................................................. ii
Halaman Persetujuan Penguji Dan Pengesahan Dekan ................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. ... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. ... 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................ ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. ... 5
1.4.1 Bagi Masyarakat ....................................................... ... 5
1.4.2 Bagi Siswa Tk ........................................................... ... 5
1.4.3 Bagi Peneliti ............................................................. ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... ... 7
2.1 Perilaku Pemeliharaan kesehatan gigi ............................... ... 7
2.1.1. Menyikat gigi .......................................................... ... 8
2.1.2 Waktu menyikat gigi ................................................ ... 8
2.1.3 Frekuensi menyikat gigi ........................................... ... 9
2.1.4 Lamanya menyikat gigi ........................................... ... 9
2.1.5 Bentuk sikat gigi........................................................ ... 10
viii
2.1.6 Metode menyikat gigi ............................................... ... 10
2.1.7 Hubungan Perilaku dengan Menyikat Gigi................... 13
2.2 Karies gigi.......................................................................... ... 13
2.2.1 Pengertian karies gigi .................................................. .. 13
2.2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi ........ 14
2.2.3 Proses Terjadinya Karies Gigi ..................................... .. 19
2.3 Pengaruh Serta Akibat Karies Gigi Terhadap Anak Prasekolah.... 20
2.4 BMI ................................................................................................ 23
2.4.1 Pengertian BMI…………………………………………..... 23
2.4.2 Hubungan Body mass index dengan menyikat gigi.............. 25
BAB III HIPOTESIS ................................................................................... 27
BAB IV METODE PENELITIAN............................................................... 29
4.1 Jenis Penelitian ......................................................................... ... 29
4.2 Identifikasi Variabel ................................................................. ... 29
4.3 Definisi Operasional ............................................................... .... 29
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... .... 30
4.5 Responden Penelitian ............................................................... .... 30
4.6 Instrument Penelitian ............................................................... ..... 30
4.7 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................ ..... 31
4.8 Jalannya Penelitian .................................................................. .... 31
4.9 Analisis Data ............................................................................ ..... 31
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................. ..... 32
5.1 Analisis Deskriptif .................................................................... ..... 32
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ..... 32
ix
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan BMI ................... ..... 32
5.2 Analisis Statistik .......................................................................... ..... 35
BAB VI PEMBAHASAN........................................................................... 36
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 39
7.1 Simpulan ....................................................................................... ... 39
7.2 Saran ............................................................................................. ... 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Tabel Kategori Indeks BMI ........................................................ ..... 30
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin ......... ..... 32
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden TK 2 Saraswati berdasarkan BMI... 32
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden TK 4 Saraswati berdasarkan BMI ... 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas
kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak
mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada
anak usia pra sekolah agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Adapun
upaya untuk menunjang kesehatan yang optimal maka upaya di bidang
kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI 2000).
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan
manusia seutuhnya, dengan demikian upaya-upaya dalam bidang kesehatan
gigi pada akhirnya akan turut berperan dalam peningkatan kualitas dan
produktivitas sumber daya manusia. Kesehatan gigi adalah penting karena
pencernaan makanan dimulai dengan bantuan gigi. Selain fungsinya untuk
makan dan berbicara, gigi juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
normal anak. Pemeliharaan kesehatan gigi dan gusi masyarakat terutama pada
anak sekolah sangatlah penting. Oleh sebab itu, salah satu kebijaksanaannya
adalah dengan meningkatkan upaya promotif, preventif dan kuratif pada anak
usia sekolah (6-12 tahun) karena pada usia tersebut merupakan waktu dimana
akan tumbuhnya gigi tetap (Anggraini 2009).
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan
gigi terutama pada kelompok pra sekolah perlu mendapat perhatian khusus
sebab pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan
2
gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi
pada usia dewasa nanti.
Selain itu apabila anak menderita kerusakan gigi, anak akan merasa sakit
sehingga anak malas makan dan beraktifitas. Akibatnya kebutuhan makanan
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terpenuhi (Anwar 2002).
Mengingat pentingnya fungsi gigi maka sejak dini kesehatan gigi anak-anak
perlu diperhatikan. Disamping faktor makanan, menggosok gigi juga
merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam rangka tindakan
pencegahan karies gigi. Walaupun kegiatan menggosok gigi merupakan
kegiatan yang sudah umum namun masih ada kekeliruan baik dalam
pengertiannya maupun dalam pelaksanaannya (Besford 1996).
Selain menggosok gigi dengan pasta gigi atau bahan tradisional lain,
mungkin perlu menambahkan dengan bahan lain seperti xylitol hingga obat
kumur untuk meningkatkan ketahanan gigi. Upaya lain untuk merawat
kesehatan gigi dan mulut adalah membiasakan diri menyikat gigi secara benar
dan teratur (Anwar 2012).
Berdasarkan teori Blum yang dikutip oleh Anitasari dkk. (2005) status
kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat
faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya),
perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku
memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi
dan mulut secara langsung. Perilaku dapat juga mempengaruhi faktor
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini, perilaku merujuk
terhadap kebiasaan menyikat gigi.
3
Beberapa penelitian meneliti hubungan antara tingkat keparahan karies
dan berat badan anak. Penelitian yang dilakukan di negara maju belakangan
ini menunjukkan hubungan yang tidak konsisten antara karies gigi dan
adipositas tubuh. Larsson et al, dan Alm et al (2006 cit. Sitinjak 2013)
melaporkan bahwa karies gigi berkorelasi positif dengan BMI sementara
penelitian yang dilaporkan dari tahun 1984 sampai tahun 2004 menunjukkan
hubungan yang meyakinkan antara obesitas dengan gigi.
Body Mass Index (BMI) yang rendah dengan mudah dapat menjelaskan
adanya kesulitan fungsi pengunyahan yang dapat mencegah makan secara
normal pada beberapa kasus. Di sisi lain, hubungan kesehatan mulut yang
buruk dengan obesitas akan cenderung dikaitkan dengan kualitas diet. Hal ini
terbukti dari literatur ilmiah bahwa kesehatan umum memiliki dampak besar
pada kesehatan mulut dan sebaliknya (Thippeswamy dkk. 2009).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) tahun 2007
menyebutkan bahwa persentase penduduk yang berperilaku benar menggosok
gigi masih sangat rendah yaitu 7,3%. Hal ini juga berakibat terhadap tingginya
indeks DMFT nasional di Indonesia. WHO telah menyatakan bahwa setiap
manusia memiliki hak atas pelayanan yang memadai serta mendapatkan gizi
yang cukup dan sehat. Namun kesenjangan sosial, perubahan gaya hidup,
proses industrialisasi dan faktor lainnya dapat memiliki pengaruh negatif pada
hal yang mendasar (Narang dkk. 2012 ).
WHO menekankan kebutuhan untuk melakukan tindakan pendekatan yang
berhubungan dengan kesehatan umum dan kesehatan mulut, begitu pula
pengenalan terhadap faktor resiko (Cinar dan Murtomaa 2011).
4
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
antara Body Mass Index (BMI) dengan frekuensi menyikat gigi. Penelitian ini
dilakukan pada siswa-siswi TK 2 dan 4 Saraswati Denpasar oleh karena
peneliti menganggap bahwa menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini
mungkin sangat penting untuk dilakukan. Sehingga data yang diperoleh dapat
membantu perencanaan program pemeliharaan dan perawatan kesehatan gigi
dan mulut bagi anak-anak ke depannya di TK 2 dan 4 Saraswati Denpasar.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
bagaimanakah perbedaan BMI anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah
dengan yang tidak di TK 2 dan 4 Saraswati Denpasar.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan BMI antara anak yang menyikat
gigi setiap hari di sekolah dengan yang tidak di TK 2 dan TK 4 Saraswati
Denpasar.
5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya perbedaan BMI anak yang
menyikat gigi setiap hari di sekolah dengan yang tidak di TK 2 dan 4
Saraswati denpasar.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi mengenai
pentingnya menjaga kesehatan gigi sehingga dapat menyebarkan informasi
mengenai pentingnya kesehatan gigi pada masyarakat luas. Selain itu, dapat
memberikan masukan kepada orang tua mengenai gambaran keadaan gigi
dan mulut anak mereka sehingga lebih memperhatikan kebersihan gigi dan
mulut anak. Serta sebagai bahan informasi untuk perkembangan Ilmu
Kedokteran Gigi Anak dalam menghindari faktor risiko terjadinya berbagai
penyakit gigi dan mulut pada anak yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang anak.
1.4.2 Bagi Siswa TK
Dengan adanya hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
siswa mengenai, cara menggosok gigi yang benar dan waktu menggosok
gigi sehingga mereka dapat menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik.
6
1.4.3 Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
khususnya mengenai hubungan antara kebiasaan menggosok gigi serta
pengaruhnya terhadap berat massa indeks pada anak. Hasil penelitian ini
juga dapat dijadikan sebagai informasi dan data tambahan dalam penelitian
kedokteran gigi dan bisa dikembangkan lagi oleh peneliti selanjutnya dalam
ruang lingkup yang sama.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status
kesehatan gigi dan mulut, secara langsung perilaku dapat mempengaruhi
faktor lingkungan maupun pelayanan kesehatan (Warni 2009).
Perilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan yang
berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya.
Dalam konsep ini yang dimaksudkan dengan kesehatan gigi adalah gigi dan
semua jaringan yang ada di dalam mulut termasuk gusi (Budiharto 2010).
Sikap dapat dianggap sebagai suatu predisposisi umum untuk merespons
atau bertindak secara positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang
disertai emosi positif atau negatif. Sikap tentang kesehatan gigi atau gusi
merupakan hasil dari proses sosialisasi. Seseorang bereaksi sesuai dengan
rangsangan yang berupa objek kesehatan gigi yaitu konsep gigi atau gusi
sehat dan sakit serta upaya pemeliharaannya melalui proses sosialisasi.
Kesehatan gigi individu atau masyarakat merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan individu atau masyarakat tersebut. Perilaku
kesehatan gigi positif misalnya, kebiasaan menyikat gigi sebaliknya perilaku
kesehatan gigi negatif misalnya, tidak menyikat gigi secara teratur maka
kondisi kesehatan gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain
mudah berlubang (Warni 2009).
8
2.1.1 Menyikat gigi
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran
plak secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai
ukuran, bentuk, tekstur dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari
bulu sikat. Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia di
pasaran adalah karena adanya variasi waktu menyikat gigi, gerakan menyikat
gigi, tekanannya, bentuk dan jumlah gigi yang ada pada setiap orang (Pintauli
dan Hamada 2008).
2.1.2 Waktu Menyikat Gigi
Telah terbukti bahwa asam plak gigi akan turun dari pH normal sampai
mencapai pH 5 dalam waktu 3-5 menit sesudah makan makanan yang
mengandung karbohidrat, pH saliva sudah menjadi normal (pH 6-7) 25 menit
setelah makan atau minum. Menyikat gigi dapat mempercepat proses
kenaikan pH 5 menjadi normal (pH 6-7) sehingga dapat mencegah proses
pembentukan karies (Angelina 2005).
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari prosedur penyikatan gigi,
salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah frekuensi penyikatan gigi.
Anak yang melakukan penyikatan gigi secara teratur dalam sehari dengan
frekuensi dua kali sehari atau lebih dan dibantu oleh orang tua, lebih rendah
terkena resiko karies (Chemiawan, Riyanti dan Tjahyaningrum 2004).
9
2.1.3 Frekuensi Menyikat Gigi
Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat
giginya segera setelah makan. American Dental Association (ADA)
memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus
menyikat gigi secara teratur minimal 2 dua kali sehari yaitu pagi hari setelah
sarapan dan sebelum tidur malam. Waktu menyikat gigi pada setiap orang
tidak sama, tergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang
terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi dan kemampuan
salivanya membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Menyikat gigi dua
kali sehari cukup baik pada jaringan periodonsium yang sehat tetapi pada
jaringan periodonsium yang tidak sehat dianjurkan menyikat gigi tiga kali
sehari (Pintauli dan Harmada 2008).
2.1.4 Lamanya menyikat gigi
Biasanya rata-rata lama menyikat gigi adalah kira kira 1 menit. Lamanya
seseorang menyikat gigi dianjurkan minimal 5 menit. Tetapi umumnya orang
menyikat gigi maksimum selama 2-3 menit. Penentuan waktu ini tidak sama
pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program
control plak. Bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu yang singkat maka
hasilnya tidak begitu baik daripada bila menyikat gigi dilakukan dalam waktu
yang lebih lama, mengingat banyaknya permukaan gigi yang harus
dibersihkan (Panjaitan 1995).
10
2.1.5 Bentuk Sikat Gigi
Terdapat berbagai variasi mengenai sikat gigi. Ada bentuk sikat gigi yang
permukaan bulu sikatnya berbentuk lurus cembung dan cekung sehingga
dapat mencapai daerah tertentu dalam lengkung rahang. Oleh sebab itu,
dianjurkan pemakaian sikat gigi yang serabutnya lurus dan sama panjang.
Sikat gigi manual yang baik harus memenuhi persyaratan antara lain
permukaan bulu sikatnya adalah (panjang: 1-11/4 inci ( 2,5-3,0 cm) dan lebar
: 5/16-3/8 inci (8,0-9,5 mm)); bulu sikatnya tersusun (baris : 2-4 baris
rumpun dan rumpun; 5-12 rumpun perbaris); serta permukaan bulu sikatnya
terpotong rata (Natamiharja, Lina dan Sulistya 1998). Setiap kali sesudah
dipakai sikat gigi harus dibersihkan di bawah air mengalir supaya tidak ada
sisa-sisa makanan atau pasta gigi yang tertinggal, setelah bersih sikat gigi
diletakkan dalam posisi berdiri supaya lekas kering dengan tujuan agar sikat
gigi tidak lembab dan basah. Sikat gigi perlu diganti 2-3 bulan setelah
pemakaian, oleh karena bulu sikat gigi sudah tidak dapat berkerja dengan
baik dan dapat melukai gusi (Ariningrum 2000).
2.1.6 Metode Menyikat Gigi
Dalam hal menyikat gigi, teknik apapun yang dipergunakan harus
diperhatikan cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak struktur gigi.
Bermacam macam cara menyikat gigi telah dikemukakan dan
diklasifikasikan sesuai dengan macam gerakan yang ditimbulkan oleh sikat-
sikatnya. Ada bermacam-macam metode penyikatan gigi yaitu metode
vertical, horizontal, metode roll, metode bass, metode charter, metode fones
11
atau teknik sirkuler dan metode stillman. Kombinasi pemakaian beberapa
metode menyikat gigi ini tergantung pada beberapa hal, yaitu besar dan
bentuk rahang, susunan dan inklinasi gigi-geligi, derajat retraksi gusi,
hilangnya gigi geleigi dan keterampilan tangan dalam menggunakan sikat
gigi (Kid dan Bechal 1991). Metode Vertikal : dilakukan untuk menyikat
bagian depan gigi, kedua rahang tertutup lalu gigi disikat dengan gerakan ke
atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang, gerakan yang dilakukan
sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka. Sedangkan pada metode horizontal
semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. Kedua
metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik untuk
dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingival dan abrasi gigi.
1) Metode Roll : ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke
akar gigi dan arah bulu sikat pada margin gingival, sehingga sebagian
bulu sikat menekan gusi. Ujung bulun sikat digerakkan perlahan lahan
seehingga kepala kepala sikat gigi bergerak membentuk lengkungan
melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga disikat. Gerakan
ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah sistematis. Cara pemijatan ini
terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersih daerah
interdental.
2) Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi
(oklusal), membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan
ke atas. Sikat gigi digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung
bulu sikat harus berkontak denga tepi gusi. Setiap bagian dapat
dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan cara yang baik untuk
12
pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar untuk
dilakukan.
3) Metode Bass : bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45
derajat dengan panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga
menyentuh tepi gusi. Dengan cara demikian saku gusi dapat dibersihkan
dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi digerakkan dengan getaran kecil-
kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih 15 detik. Teknik ini
hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara pergerakan
sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk
permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertical.
4) Metode fones adalah tehnik sirkular : bulu sikat ditempelkan tegak lurus
pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi
digerakkan membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi
rahang atas dan bawah dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi
tidak mendapat perhatian khusus. Untuk permukaan belakang gigi,
gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya lebih kecil.
5) Metode Stillman dimodifikasi : dianjurkan untuk pembersihan pada
daerah dengan resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi,
guna menghindari dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi
sikat gigi. Jenis sikat gigi yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan
kekerasan bulu sikat sedang sampai keras, yang terdiri dari dua atau tiga
baris rumpun bulu sikat.
13
2.1.7 Hubungan Perilaku Dengan Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Notoatmodjo (1999 cit. Fankari 2004) menjelaskan bahwa penyebab
timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya
adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut.
Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang
dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya
pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi dibanding orang dewasa.
2.2 Karies Gigi
2.2.1 Pengertian Karies Gigi
Karies gigi berasal dari bahasa latin yang artinya lubang gigi dan ditandai
oleh rusaknya email dan dentin secara progresif yang disebabkan oleh
aktivitas metabolisme plak bakteri. Karies gigi timbul karena empat faktor
yaitu host yang meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat serta
waktu atau lamanya proses interaksi antar faktor tersebut (Junaidi 2004).
Selanjutnya menurut Suwargiani (2008), karies gigi adalah suatu proses
kronis regresif dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih
dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki
kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi
demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrat
yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.
Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak anak
maupun dewasa baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Anak usia 6
14
sampai 14 tahun merupakan kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat
khusus yaitu transisi pergantian gigi susu menjadi gigi permanen. Suatu hasil
survei status karies gigi Pelita III dan IV di Indonesia menyatakan bahwa
kelompok usia 6 sampai 14 tahun mempunyai prevalensi karies gigi yang
cukup tinggi yaitu 60 sampai 80% (Ilyas 2000).
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi
Terjadinya karies gigi memerlukan host yang rentan untuk berkembangnya
lesi karies, mikroorganisme kariogenik yang terdapat dalam rongga mulut
dan lingkungan substrat makanan serta jangka waktu yang pendek.
Sedangkan, faktor individu manusia (umur, jenis kelamin, ras dan keturunan)
dan faktor di luar lingkungan mulut, faktor fisik dan karies gigi dalam mulut
(Ilyas 2000).
a. Faktor Di Dalam Mulut
1) Struktur gigi dan saliva
Gigi adalah alat yang digunakan untuk mengunyah makanan didalam
mulut. Struktur gigi merupakan salah satu faktor yang bisa melindungi
atau memudahkan terjadinya karies. Aneka makanan dan minuman masuk
ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan perlu dilumatkan dengan cara
dikunyah di dalam mulut. Proses pelumatan oleh gigi dibantu saliva.
Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies. Saliva berfungsi
sebagai pelicin, pelindung, penyangga, pembersih, anti pelarut dan anti
bakteri (Suwelo 1992).
15
2) Mikroorganisme
Bakteri Streptococcus mutans mengeluarkan racun yang tidak dapat
dilihat oleh mata biasa. Bakteri tersebut berperan dalam proses awal karies
yaitu lebih dulu masuk lapisan luar email. Selanjutnya Laktobasilus
acidophilus mengambil alih peranan pada karies yang lebih merusak gigi.
Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak. Plak terdiri dari
mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30 %). Plak akan tumbuh bila
ada karbohidrat, sedang karies akan terjadi bila ada plak dan karbohidrat
(Suwelo 1992).
3) Substrat atau karbohidrat
Subtrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan
sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh
terhadap karies secara lokal di dalam mulut. Substrat yang menempel di
permukaaan gigi berbeda dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh
yang diperlukan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh. Pada
dasarnya nutrisi sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
gigi saat pembentukan matriks, email dan kalsifikasi. Nutrisi tersebut
adalah karbohidrat, lemak dan protein. Konsumsi karbohidrat sederhana
dalam waktu lama akan mempengarui pembentukan matriks email yang
nantinya akan menjadi karies. Frekuensi konsumsi gula sederhana yang
tinggi menentukan waktu terjadinya karies (Suwelo 1992).
16
4) Waktu
Waktu adalah kecepatan terbentuknya karies serta lama dan frekuensi
substrat menempel di permukaan gigi. Kecepatan kerusakan gigi akan
jelas terlihat dengan timbulnya karies menyeluruh dalam waktu yang
singkat. Selain itu penyebab karies adalah lamanya substrat yang berada
dalam rongga mulut, yang tidak langsung ditelan. Secara umum, karies
dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam
waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies
untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,diperkirakan 6
sampai 48 bulan (Suwelo 1992).
b) Faktor Di Luar Mulut
Faktor yang berhubungan tidak langsung dalam proses karies gigi yang
berada di dalam mulut sebagai factor predisposisi dan penghambat, antara
lain :
1) Umur
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun
akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor risiko terjadinya karies
akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor
risiko terjadinya karies kecil akan menunjukkan jumlah karies lebih
besar dibanding yang kuat pengaruhnya (Suwelo 1992).
2) Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan pria. Demikian pula pada anak-anak, prevalensi karies gigi
susu anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak
17
laki-laki, karena gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut.
Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan
factor resiko terjadinya karies (Suwelo 1992).
3) Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan,
tetapi keadan tulang rahang suatu ras mungkin berhubungan dengan
prosentase karies yang semakin meningkat atau menurun. Misalnya
pada ras tertentu dengan rahang yang sempit, sehingga gigi-gigi pada
rahang sering tumbuh tidak teratur. Keadaan gigi yang tidak teratur
akan mempersulit pembersihan gigi dan akan mempertinggi prosentase
karies pada ras tertentu (Kidd dan Bechal 1992).
4) Keturunan
Dari suatu penelitian terdapat 12 pasang orang tua dengan keadaan
gigi yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua
memiliki keadaan gigi yang cukup baik. Di samping itu, dari 46
pasang orang tua, hanya 1 pasang yang memiliki anak dengan gigi
yang baik, 5 pasang dengan prosentase karies sedang dan 40 pasang
dengan prosentase keries yang tinggi. Tapi dengan tehnik pencegahan
karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini,sebetulnya faktor
keturunan dalam prosentase terjadinya karies tersebut telah dapat
dikurangi (Kidd dan Bechal 1992).
5) Kultur sosial penduduk
Perilaku sosial dan kebiasaan akan menyebabkan perbedaan jumlah
karies. Di Selandia baru, prevalensi karies anak dengan sosial ekonomi
18
rendah di daerah yang air minumnya difluoridasi lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah yang air minumnya tidak difluoridasi.
Selain itu,perbedaan suku, budaya, lingkungan dan agama akan
menyebabkan keadaan karies yang berbeda pula (Suwelo 1992).
6) Tingkat sosial ekonomi
Latar belakang sosial ekonomi yaitu masalah budaya dan
pendapatan yang rendah dapat memungkinkan tingginya angka
kejadian karies gigi pada kelompok masyarakat tertentu. Hal ini
disebabkan karena masyarakat tersebut masih menggunakan cara
tradisional dalam membersihkan gigi yaitu dengan menggunakan tanah
liat. Selain itu,masyarakat tersebut tidak dapat melakukan pemeriksaan
ke dokter gigi karena mereka memiliki pendapatan yang rendah
(Suwelo 1992).
7) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan
seseorang, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan
semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga
kesehatan (Suwelo 1992). Hasil penelitian Lukito (2003),
menunjukkan bahwa angka karies tertinggi diderita pada anak yang
tingkat pendidikan orang tuanya rendah yaitu sebesar 63,25%.
Selanjutnya, pada penelitian lain juga disebutkan bahwa angka
prevalensi karies pada penduduk yang tidak tamat sekolah dasar
sebesar 78% sedangkan pada penduduk yang tamat sekolah dasar
sebesar 67%.
19
8) Kebiasaan sikat gigi
Penyakit karies gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah mikroorganisme yang ada dalam plak gigi. Cara yang
dapat digunakan untuk mengontrol plak tersebut adalah dengan
menyikat gigi (Suwelo 1992). Hasil penelitian menurut Evron (2003
cit. Romadhona 2009), menyatakan bahwa prevalensi karies gigi pada
anak yang memiliki sikap dan perilaku positif terhadap kebiasaan yang
baik untuk menyikat gigi sebesar 9%.
9) Kesadaran sikap dan perilaku individu terhadap
Kesehatan gigi fase perkembangan anak usia pra sekolah masih
sangat tergantung pada pemeliharaan, bantuan dan pengaruh dari ibu.
Peranan ibu sangat menentukan dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Dalam bidang kesehatan, peranan seorang ibu
sangat menentukan. Jadi kesadaran, sikap, dan perilaku serta
pendidikan ibu sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut anak
(Suwelo 1992).
2.2.3 Proses Terjadinya Karies Gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel
pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan
menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan
demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Schuurs 1993).
20
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin
melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun
kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga
permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang
makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat
hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin
sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme
dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan,
di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi
cabang-cabang odontoblas). Setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat
lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit dimana dentin
partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Schuurs 1993).
2.3 Pengaruh Serta Akibat Penyakit Gigi dan Mulut Terhadap Anak
Prasekolah
Gigi dan mulut memegang peranan penting pada masa anak-anak yang
sedang mengalami proses tumbuh kembang karena merupakan ujung sefalik
dari saluran pencernaan yang menjadi pintu masuk makanan yang
dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energi maupun untuk perbaikan
jaringan dan pertumbuhan anak (Nurdadi 2000 cit. Junaidi 2004).
Selanjutnya menurut Setiawan (2003), salah satu alat cerna yang dimiliki
manusia adalah mulut beserta organ pelengkap yaitu gigi, lidah dan saliva.
21
Gigi berperan untuk mencerna makanan seperti memotong, menggigit dan
mengunyah sehingga bentuk makanan menjadi lebih kecil dan halus.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktorinternal berupa
struktur fisik dan tingkat pertumbuhan sel otak semasa dalam kandungan.
Sedangkan faktor eksternal antara lain kualitas gizi yang diterima anak dan
status kesehatan yaitu ada tidaknya penyakit yang diderita seperti karies gigi,
sistem budaya yang digunakan dalam proses merawat serta tingkat ekonomi
dan sosial (Nurdadi 2000 cit. Junaidi 2004).
Karies gigi adalah suatu kerusakan deskruktif progresif dan mengenai
jaringan-jaringan gigi yang mengalami pengapuran, karies gigi merupakan
masalah mulut utama pada anak-anak. Rasa tidak nyaman timbul pada
orang yang menderita gigi karies menimbulkan dampak pada status gizi
anak. Berdasarkan penelitian di negara-negara berkembang seperti Asia
termasuk di Indonesia bahwa anak-anak umur 5 tahun ke atas 80-90%
mengalami kerusakan gigi, prosentasenya bertambah dengan meningkatnya
perpadatan penduduk dan tidak kurang dari 5% yang beresiko mengalami
kerusakan gigi. Hal ini juga diperjelas dengan penelitian yang dilakukan
pada tahun 2007 bertempat di jakarta oleh Zaura Rini menyebutkan 80%
orang Indonesia mengidap gigi berlubang. Penderita gigi karies ini akan
merasakan ngilu atau tidak nyaman bila lubangnya kemasukan makanan
yang agak keras atau pun terkena rangsangan dingin seperti es.
Karies gigi menjadi masalah kesehatan yang penting karena kelainan
pada gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jika
dibiarkan berlanjut akan merupakan sumber fokal infeksi dalam mulut
22
sehingga menyebabkan keluhan rasa sakit. Kondisi ini tentu saja akan
mengurangi frekuensi kehadiran anak ke sekolah dan dapat mengganggu
konsentrasi belajar dipengaruhi oleh asupan gizi sehingga dapat
mengakibatkan gangguan pertumbuhananak dan dapat berimplikasi pada
kualitas sumber daya anak.
Pada anak-anak, terutama pra sekolah, struktur giginya yaitu jenis gigi
sulung antara gigi susu dan gigi permanen sehingga rentan mengalami
karies gigi. Gigi susu berguna untuk memotong makanan, berbicara dan
pertumbuhan rahang yang baik. Morfologi gigi susu lebih memungkinkan
retensi sisa makanan yang dapat menyebabkan kondisi kebersihan mulut
anak menjadi tidak baik dibandingkan dengan orang dewasa. Gigi susu
yang mengalami karies akan menyebabkan gangguan dalam pertumbuhan
rahang maupun posisi gigi tetap (Junaidi 2004).
Selanjutnya menurut Setiawan (2003), karies gigi dapat menimbulkan
gangguan fisiologis pada gigi seperti penghancuran makanan yang tidak
sempurna, menurunkan produksi saliva sehingga makanan tidak larut
dengan baik serta otot-otot pengunyahan yang terganggu fungsinya.
Seseorang dengan alat pengunyahan yang tidak baik akan memilih
makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga pada akhirnya dapat
mengakibatkan malnutrisi. Karies sangat sering terjadi pada gigi geraham,
terutama pada permukaan kunyah karena pada permukaan tersebut terdapat
paritparitkecil yang cukup dalam sehingga permukaan sikat gigi tidak dapat
menjangkaunya. Jika karies sudah meluas ke lapisan dentin maka akan
timbul rasa nyeri terutama jika terkena rangsangan dingin dan makan
23
makanan manis. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pemilihan jenis dan
bentuk makanan yang akan dikonsumsi agar tidak menimbulkan rasa nyeri
ketika makan (Junaidi 2004). Nutrisi dan mastikasi (pengunyahan)
mempunyai hubungan timbal balik. Nutrisi yang baik diperlukan untuk
pertumbuhan yang normal termasuk pertumbuhan aparatus mastikasi.
Sebaliknya, mastikasi yang baik merupakan hal penting dalam penggunaan
makanan dan pencernaan (Hayati 1994). Kehilangan gigi akan menurunkan
efisiensi pengunyahan yang berakibat pada terganggunya sistem
pencernaan makanan sehingga dapat menganggu kesehatan tubuh karena
zat-zat gizi makanan tidak dapat diserap dengan sempurna oleh usus halus
(Junaidi 2004).
2. 4 Body Mass Index (BMI)
2.4.1 Pengertian BMI
Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang
menghubungkan atau membandingkan berat badan dengan tinggi badan.
Walaupun dinamakan “indeks”, BMI sebenarnya adalah rasio yang
dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat
tinggi badan (dalam meter).
Interpretasi BMI tergantung pada umur dan jenis kelamin anak, karena
anak lelaki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. Berbeda
dengan orang dewasa, BMI pada anak berubah sesuai umur dan sesuai
dengan peningkatan panjang dan berat badan. BMI digunakan untuk
24
penilaian obesitas akan tetapi bukan merupakan indeks adipositas karena
tidak membedakan jaringan tanpa lemak (lean tissue) dan tulang dari
jaringan lemak. Untuk ketepatan dalam riset diperlukan dual x-ray
absorptiometry yang dapat menentukan secara tepat komposisi tubuh
(Narendra MB dkk. 2002).
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National
Institute of Health (NIH) pada tahun 1998 dan The Expert Committee on
Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Services telah
merekomendasikan Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh
sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2
tahun. BMI merupakan petunjuk untuk menentukan kelebihan berat badan
berdasarkan Indeks Quatelet (berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (Narendra dkk. 2002).
Body Mass Index (BMI) dapat diperoleh dengan perhitungan rumus
sebagai berikut :
Keterangan:
BMI / body mass index (kg)
Tinggi badan (m)
Berat badan (kg)
BMI mempunyai keunggulan utama yakni dapat menggambarkan
lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan bisa digunakan dalam
penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya membutuhkan 2
hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat dilakukan
secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan. Keterbatasannya
25
adalah membutuhkan penilaian lain bila dipergunakan secara individual
(Utari 2007 ).
2.4.2 Hubungan Body mass index (BMI) dengan menyikat gigi
Menyikat gigi merupakan hal yang saangat penting untuk mencegah
terjadinya penyakit gigi dan mulut, secara umum faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit gigi dan mulut yaitu kurangnya
kesadaran seseorang dalam menjaga dan memelihara kebersihan mulut
mereka. Kesulitan makan pada anak disebabkan oleh berbagai faktor yaitu
nutrisi, penyakit dan psikologis. Faktor penyakit antara lain adanya
kelainan pada gigi geligi dan rongga mulut seperti karies gigi, stomatitis
dan gingivitis. penyakit yang sering terjadi apabila seseorang kurang
memperhatikan kebersihan gigi dan mulut yaitu karies, disini kebersihan
rongga mulut sangat memegang peranan penting terhadap timbulnya karies,
selain itu komposisi dan frekuensi diet, status sosio ekonomi, kandungan
imunoglobulin dalam saliva untuk melawan bakteri, dan asupan fluoride.
Hubungan kesehatan mulut yang buruk dengan obesitas akan cenderung
dikaitkan dengan kualitas diet.
Penyakit karies gigi dapat menyebabkan kehilangan gigi sehingga
terjadi gangguan dalam proses pengunyahan makanan, estetika dan
pergerakan gigi yang dapat menimbulkan penumpukan sisa makanan
(Junaidi 2004). Karies gigi yang terjadi pada anak akan mengakibatkan
munculnya rasa sakit sehingga anak menjadi malas makan dan juga dapat
menyebabkan tulang di sekitar gigi menjadi terinfeksi. Apabila terjadi
26
kerusakan pada tahap yang berat atau sudah terjadi abses, maka gigi dapat
tanggal. Anak yang kehilangan beberapa giginya tidak dapat makan dengan
baik kecuali makanan yang lunak.
Menurut Depkes (2002), karies gigi merupakan penyakit yang dapat
menimbulkan gangguan fungsi kunyah sehingga dapat menyebabkan
terganggunya penyerapan dan pencernaan makanan. Oleh karena itu, karies
gigi pada akhirnya dapat menggangu kondisi gizi anak sehingga terjadi
keadaan kurang gizi yang berpengaruh terhadap BMI anak.
Hubungan antara BMI dan menyikat gigi adalah semakin baik
seseorang menjaga kebersihan gigi dan mulut mereka maka semakin baik
pula kualitas hidup yang dimiliki. Hal ini terbukti dari literatur ilmiah
bahwa kesehatan umum memiliki dampak besar pada kesehatan mulut dan
sebaliknya (Thippeswamy dkk. 2011).
27
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep
3.2 Hipotesis
Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status
kesehatan gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor
lingkungan maupun pelayanan kesehatan (Warni 2009).
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran
plak secara mekanis. Saat ini telah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai
ukuran, bentuk, tekstur dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu
sikat. Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia adalah
adanya variasi waktu menyikat gigi, gerakan menyikat gigi, tekanannya, bentuk
dan jumlah gigi yang ada pada setiap orang (Pintauli dan Hamada 2008).
Gigi dan mulut memegang peranan penting pada masa anak anak yang sedang
mengalami proses tumbuh kembang, karena merupakan ujung sefalik dari saluran
pencernaan yang menjadi pintu masuk makanan yang dibutuhkan tubuh untuk
Menyikat gigi setiap
hari di sekolah
Tidak menyikat gigi
setiap hari di sekolah
BMI
Kebiasaan
menyikat
gigi
28
menghasilkan energi maupun untuk perbaikan jaringan dan pertumbuhan anak
(Riyanti 2005).
Menurut Budiharto (1990), anak yang menderita sakit gigi akan menghindari
makanan sehingga asupan makanan akan berkurang dan menyebabkan anak lebih
peka terhadap malnutrisi. Willerhausen (2007) menyatakan bahwa hubungan
alami antara Body Mass Index (BMI) dan kesehatan mulut agak rumit. Body
Mass Index (BMI) yang rendah dengan mudah dapat menjelaskan adanya
kesulitan fungsi pengunyahan yang dapat mencegah makan secara normal pada
beberapa kasus. Di sisi lain, hubungan kesehatan mulut yang buruk dengan
obesitas akan cenderung dikaitkan dengan kualitas diet. Hal ini terbukti dari
literatur ilmiah bahwa kesehatan umum memiliki dampak besar pada kesehatan
mulut dan sebaliknya (Thippeswamy dkk. 2011).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat diajukan suatu hipotesis bahwa ada
perbedaan BMI anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah dengan anak yang
tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah TK 2 dan 4 Saraswati Denpasar.
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian analitik observasional
dengan pendekatan crossectional. Karena hanya menganalisis suatu keadaan
dalam suatu saat tertentu untuk mencari perbedaan BMI pada anak yang
menyikat gigi setiap hari di sekolah dengan yang tidak menyikat gigi setiap
hari di sekolah.
4.2 Identifikasi Variabel
Penelitian ini terdiri dari dua variable yaitu :
1. Variabel Bebas : kebiasaan menyikat gigi di sekolah
2. Variabel Terikat : BMI
4.3 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. BMI: Body Mass Index (Indeks Massa Tubuh) merupakan sebuah
pengukuran yang membandingkan berat badan dengan tinggi badan.
2. Kebiasaan Menyikat Gigi: adalah suatu proses penyingkiran plak secara
mekanis dengan menggunakan sikat gigi yang dilakukan secara terus
menerus yaitu minimal 2 kali sekali dan sudah menjadi bagian dalam
kehidupan masyarakat.
30
4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di TK Saraswati 2 dan TK Saraswati 4 Denpasar
pada tanggal 12-14 Agustus 2013.
4.5 Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa yang hadir pada saat
dilakukan penelitian yaitu dengan menggunakan tehnik Nonrandom.
4.6 Instrumen Penelitian
Timbangan berat badan, meteran tinggi badan, indeks BMI
4.7 Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ballpoint, pensil, penghapus, form formulir penelitian, timbangan berat
badan Deluxe BR901 dan meteran tinggi badan merk onmed.
4.8 Jalannya Penelitian
Jalannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti memperkenalkan diri, menginformasikan tujuan dilakukannya
penelitian.
b. Mempersiapkan alat dan bahan serta instrument penelitian.
c. Menjelaskan kepada seluruh responden mengenai penelitian yang akan
dilakukan.
d. Mengukur berat badan dengan menggunakana timbangan berat badan
merk Deluxe BR901 dan mengukur tinggi badan dengan menggunakan
meteran tinggi badan merk Onmed pada responden yang menyikat gigi
setiap hari di sekolah, yaitu di TK 2 Saraswati setelah program menyikat
31
gigi setiap hari di sekolah dilakukan dan juga pada TK yang tidak
menyikat gigi setiap hari di sekolah yaitu di TK 4 Saraswati, yang
keseluruhannya berjumlah 530 orang siswa/siswi, kemudian dihitung
BMInya.
e. Mencatat hasil pengamatan.
f. Mengumpulkan seluruh data yang didapat dan menganalisi data tersebut.
4.9 Analisis Data
Pada penelitian ini data diolah dengan menggunakan mann whitney Test
untuk menguji apakah ada perbedaan BMI anak anak yang menyikat gigi
setiap hari di sekolah dengan yang tidak.
Penyajian Data : Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk Tabel untuk
mengetahui gambaran dari perbedaan BMI siswa yang menyikat gigi setiap
hari di sekolah dengan yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah.
32
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis diskriptif yang
bertujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai data karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin dan karakteristik responden berdasarkan
BMI di TK 2 dan TK 4 Denpasar.
5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 260 49,1%
Perempuan 270 50,9%
JUMLAH 530 100%
Karakteristik jenis kelamin pada responden di Tk 2 dan 4 Saraswati
Denpasar dari tabel di atas menunjukkan paling banyak responden berjenis
kelamin perempuan yaitu sebanyak 50,9 % atau sebanyak 270 responden.
Sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 49,1 % atau sebanyak
260 responden.
33
5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan BMI
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden TK 2 Saraswati Berdasarkan BMI
Kategori TK
Saraswati 2
Persentase Rata-Rata BMI
(kg/m2)
Severely
UnderBobot:
<16,5
137 39,04% 15,0
UnderBobot:
16,5- 18,5
95 27,07% 17,4
Normal Bobot:
18,5 – 25
107 30,48%
20,6
OverBobot:
25 – 30
11 3,13% 26,8
Kelas Gemuk I:
30-35
1 0,28% 30,8
Kelas Gemuk II:
35-40
0 0 0
Kelas Gemuk III:
>40
0 0 0
Jumlah 531 100%
Karakteristik BMI pada responden di Tk Sarsaswati 2 Denpasar dari tabel
di atas menunjukkan paling banyak responden berkategori Severely UnderBobot
yaitu sebanyak 39,04% responden atau sebanyak 137 responden dengan rata-rata
BMI sebesar 15,0 kg/m2, disusul kategori normal sebanyak 30,48% atau
sebanyak 107 responden dengan rata-rata BMI sebesar 20,6 kg/m2, kemudian
disusul kategori Under Bobot yaitu sebanyak 27,07% atau sebanyak 95 responden
dengan rata-rata BMI sebesar 17,4 kg/m2 kemudian disusul dengan kategori
OverBobot yaitu sebanyak 3,13% responden atau sebanyak 11 responden dengan
rata-rata BMI sebesar 26,8 kg/m2, disusul dengan kategori Kelas I Gemuk yaitu
34
sebanyak 0,28% atau 1 responden dengan rata-raa BMI sebesar 30,8 kg/m2,
sedangkan Kelas Gemuk II dan III adalah nihil.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden TK 4 Saraswati Berdasarkan BMI
Kategori TK
Saraswati 4
Persentase Rata-Rata BMI
(kg/m2)
Severely
UnderBobot:
<16,5
41 22,90% 15,0
Under Bobot:
16,5- 18,5
97 54,19% 17,4
Normal Bobot:
18,5 – 25
35 19,56%
20,6
OverBobot:
25 – 30
6 3,35% 26,8
Kelas Gemuk I:
30-35
0 0 0
Kelas Gemuk II:
35-40
0 0 0
Kelas Gemuk III:
>40
0 0 0
Jumlah 179 100%
Karakteristik BMI pada responden di Tk Sarsaswati 4 Denpasar dari tabel
di atas menunjukkan paling banyak responden berkategori UnderBobot yaitu
sebanyak 22,90% responnden atau sebanyak 97 responden dengan rata-rata BMI
sebesar 17,4 kg/m2, disusul kategori Severely UnderBobot sebanyak 22,90% atau
sebanyak 41 responden dengan rata-rata BMI sebesar 15,0 kg/m2, kemudian
disusul kategori Normal yaitu sebanyak 19,56% atau sebanyak 35 responden
dengan rata-rata BMI sebesar 20,6 kg/m2 kemudian disusul dengan kategori
35
OverBobot 3,35% responden atau sebanyak 6 responden dengan rata-rata BMI
sebesar 26,8 kg/m2, sedangkan Kelas Gemuk I, II dan III adalah nihil.
5.2 Analisis Statistik
Dari penelitian yang dilakukan pada seluruh siswa TK maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
Uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig
BMI ,112 530 ,000
Setelah dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil
dengan nilai sig 0,00 distribusi data normal apabila p value > = 0.05, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa distribusi data adalah tidak normal.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan BMI anak-anak yang menyikat
gigi setiap hari di sekolah dengan yang tidak, data diuji dengan menggunakan
Mann-Whitney Test dan diperoleh hasil sebagai berikut.
Mann-Whitney Test
BMI N Mean Rank Sig
TK 4 Saraswati 179 220,89 ,000
TK 2 Saraswati 351 288,25
Total 530
Berdasarkan output di atas diperoleh bahwa nilai signifikansi mean-whitney =
0,000 yang < dari alpha 0,05 yang menandakan bahwa H1 diterima, yang berarti
bahwa terdapat perbedaan rata - rata BMI antara kedua sampel.
36
BAB VI
PEMBAHASAN
Gigi dan mulut memegang peranan penting pada masa anak anak yang
sedang mengalami proses tumbuh kembang karena merupakan ujung sefalik dari
saluran pencernaan yang menjadi pintu masuk makanan yang dibutuhkan tubuh
untuk menghasilkan energy maupun untuk perbaikan jaringan dan pertumbuhan
anak (Riyanti 2005). Selanjutnya, menurut Setiawan (2003), salah satu alat cerna
yang dimiliki manusia adalah mulut beserta organ pelengkap yaitu gigi, lidah dan
saliva. Gigi berperan untuk mencerna makanan seperti memotong, menggigit dan
mengunyah sehingga bentuk makanan menjadi lebih kecil dan halus.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor internal berupa
struktur fisik dan tingkat pertumbuhan sel otak semasa dalam kandungan.
Sedangkan faktor eksternal antara lain kualitas gizi yang diterima anak dan status
kesehatan yaitu ada tidaknya penyakit yang diderita seperti karies gigi, sistem
budaya yang digunakan dalam proses merawat serta tingkat ekonomi dan sosial
(Nurdadi 2000 cit. Junaidi 2004).
Pada masa kanak-kanak merupakan waktu yang sangat tepat untuk
menerapkan dan mengajarkan anak-anak tentang cara serta pentingnya menjaga
kesehatan gigi dan mulut yaitu dengan cara menyikat gigi karena pada masa
kanak-kanak adalah salah satu kelompok usia yang kritis untuk terkena penyakit
gigi dan mulut seperti karies gigi pada saat anak-anak mengalami transisi
pergantian gigi susu ke gigi permanen (Riyanti 2005).
37
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dengan sasaran siswa sekolah
adalah pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan gigi dari tingkat pelayanan
promotif, preventif seperti kunjungan rutin ke dokter gigi, perilaku merawat gigi,
mengkonsumsi makanan yang baik dan bergizi serta kuratif yang berdasarkan atas
permintaan dan kebutuhan. Pelaksanaan upaya ini secara langsung
menggabungkan potensi orang tua murid, guru dan tenaga kesehatan gigi
puskesmas maupun dari dinas kesehatan setempat (Direktorat Kesehatan Gigi
Depkes RI 2000).
Notoatmodjo cited Fankari (2004) menjelaskan bahwa penyebab
timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya
adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal
tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan gigi
dan mulut. Anak masih sangat tergantung pada orang dewasa dalam hal menjaga
kebersihan dan kesehatan gigi karena kurangnya pengetahuan anak mengenai
kesehatan gigi dibanding orang dewasa. Dengan demikian, diperlukan kesadaran
untuk menjaga kesehatan gigi anak sekolah.
Pada penelitian ini diketahui bahwa siswa siswi TK Saraswati 2 yang
menyikat gigi setiap hari di sekolah memiliki BMI lebih ideal dari pada anak yang
tidak menyikat gigi setiap hari. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
sebagian besar responden yang berstatus BMI kategori kurus adalah responden
yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah. Berdasarkan hasil uji statistik
menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna antara BMI siswa-siswi TK
Saraswati 2 dan 4 Denpasar. Anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah
secara teratur tentunya akan memiliki oral hygiene yang lebih baik dari pada anak
38
yang tidak menyikat gigi secara teratur, sehingga apabila anak memiliki oral
hygen yang baik maka akan mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut yaitu
seperti halnya karies gigi yang seringkali terjadi pada anak anak.
Anak yang tidak menyikat gigi secara teratur akan memiliki oral hygiene
yang tidak bagus, sehingga akan mudah terkena oleh penyakit gigi dan mulut,
salah satu contoh penyakit yang sering terjadi yaitu karies, anak yang mengalami
karies pada umumnya mempunyai berat badan yang kurang dari pada anak yang
bebas karies. Karies dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi tersebut yang
menyebabkan anak tidak ingin makan sehingga mengurangi asupan nutrisi,
perubahan kebiasaan makan seperti penghancuran makanan yang tidak sempurna,
dilanjutkan atrofi otot pengunyahan menyebabkan alat pengunyahan akan
memilih makanan sesuai dengan kekuatan kunyahnya sehingga pada akhirnya
menyebabkan malnutrisi, dan tidur anak terganggu akibat nyeri yang dirasakan,
hal ini berpengaruh terhadap menurunnya status gizi anak, dan menyebabkan
penurunan berat badan anak seiring dengan menurunnya status gizi anak.
Willerhausen B. dkk (2007), ini terbukti dari literatur ilmiah bahwa kesehatan
umum memiliki dampak besar pada kesehatan mulut dan sebaliknya
(Thippeswamy dkk. 2011).
39
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Anak yang menyikat gigi setiap hari di sekolah memiliki Body Massa Index yang
lebih ideal atau lebih banyak memiliki BMI dengan kategori Normal dengan anak
yang tidak menyikat gigi setiap hari di sekolah.
7.2 Saran
Tindakan preventif tentunya akan jauh lebih baik dari tindakan kuratif,
maka sebaiknya pada murid TK diberikan materi kesehatan khususnya kesehatan
gigi yang bisa dimasukkan pada pelajaran pendidikan jasmani dan materi tersebut
mencakup pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, frekuensi dan waktu
menyikat gigi serta cara menyikat gigi. Semakin dini mereka mengetahui apa
yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut maka diharapkan
dapat mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut.
1
DAFTAR PUSTAKA
Angela, A. 2005, „Pencegahan primer pada anak beresiko karies tinggi‟ , Dental
Jurnal, vol. 38, no 2, hlm. 132-133.
Anitasari, S., Rahayu, N.E. 2005, „Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan
tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di Kecamatan
Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur‟ ,Dental Journal,
vol.38, no 2,hlm.88.
Anwar, F.D. 2012 hubungan antara kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian
karies gigi pada siswa SD Negri 4 Pasa Gadang di wilayah kerja puskesmas
pemacungan [Homepage of repository.unand.ac.id], [Online]. Available :
http://repository.unand.ac.id/17916/1/HUBUNGAN%20ANTARA%20KEBIA
SAAN%20MENGGOSOK%20GIGI%20DENGAN%20KEJADIAN%20KARI
ES%20GIGI%20PADA%20SISWA%20SD%20NEGERI%2004%20PASA%2
0GADANG%20DI%20WILAYAH%20KERJA%20PUSKESMAS%20PEMAN
CUNGAN.pdf [ 18 Juli 2013 ].
Ariningrum, R. 2000, „Beberapa cara menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cermin
Dunia Kedokteran „, no 126, hlm 45-50.
Besford,J. 1996, Mengenal Gigi Anda, Petunjuk Bagi Orang Tua, Penerjemah:
Lilian Yuwono, Arcan, Jakarta.
Budiharto. 2010, Pengantar ilmu perilaku kesehatan dan pendidikan kesehatan
gigi, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Chemiawan, E., Riyanti E., dan Tjahyaningrum SN. 2004, 8 Oktober-last update,
Prevalensi nursing mouth caries pada anak 15-60 bulan berdasarkan
frekuensi penyikatan gigi di posyandu Desa Cileunyi Wetan Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung [Homepage of unpad.ac.id], [Online].
Available:
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/PREVAL
2
ENSI%20NURSING%20MOUTH%20CARIES%20PADA%20ANAK%20
USIA%2015.pdf [21 Juli 2013].
Cinar, AB., dan Murtomaa, H. 2011, Interrelation between obesity, oral health and
life-style factors among Turkish school children. Clin Oral Invest vol 15:
177-184.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Indonesia Sehat 2010.: Direktorat Kesehatan Gigi. Jakarta.
Devi, N. 2012, „Gizi anak sekolah‟, Kompas (Jakarta, ) 12 januari, hlm. 7-10.
Fankari. 2004. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Stimulasi dan Demonstrasi
Terhadap Perilaku Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Usia Sekolah
Dasar. Karya Tulis Ilmiah DIV. Perawat Pendidikan UGM.
Ilyas., Yaslis. 2000. Studi Status Karies Gigi Penduduk Indonesia. Makara.
Nomor 4Seri A: 1-10.
Junaidi. 2004, Hubungan Keparahan Karies Gigi Dengan Asupan Zat Gizi dan
Status Gizi Anak Sekolah Dasar Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Kidd., EAM., dan Bechal, SJ. 1992. Dasar-Dasar Karies, Penyakit dan
Penanggulangannya, Penerjemah : Narlan Sumawinata & Safrida
Faruk,EGC.,Jakarta.
Kumar, S., Dagli, RJ., Dhanni, C., dan Duraiswamy, P. 2009, „Relationship of
body mass index with periodontal health status of green marble mine
laborers in Kesariyaji, India. Braz Oral Res vol. 23, no 4, hlm 365-9.
Narang, R., Saha, S., Jagannath, GV., Sahana, S., Kuman, M., dan Mohd, S. 2012,
„Nutritional status and caries experience among 12 to 15 years old school
going children of Lucnow‟, J Int Med Res ; vol 5, no 1 hlm 30-5.
Narendra, MB., Sularyo, TS., Soetjiningsih., Suyitno, H., Ranuh, G., dan
Wiradisuria, S. 2009. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Ed.ke-1, Sagung
Seto., Jakarta.
Natamiharja, L., Sulistya, J. 1998, „Pemilihan dan pemakaian pasta gigi di
Kelurahan Sudirejo Kecamatan Medan Kota, „Majalah Kedokteran Gigi USU
vol. 5, no 7, hlm. 1-2.
3
Notoadmodjo, S. 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.
Panjaitan, M. 1995, Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU
Press, Medan.
Pintauli, S. dan Harmada, T., 2008,„Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan
pemeliharaan‟, USU Press, Medan, 22 Januari.
Riyanti, E. 2005. Pengenalan dan Perawatan Kesehetan Gigi Anak Sejak Dini
[Homepageofunpad.ac.id],[Online].Available:http://resources.unpad.ac.id/un
padcontent/upload/publikasi_dosen/Pengenalan%20dan%20Perawatan%20K
esehatan%20Gigi%20Anak%20Sejak%20Dini.pdf [14 Maret 2014].
Schuurs, A.H.B. 1993. Patologi Gigi Geligi. UGM Press. Yogyakarta
Setiawan, B. 2000, Pengaruh Sudut Tonjol Gigi Artifisial Posterior Terhadap
Perubahan Partikel Makanan, Tesis. Universitas Gadyjah Mada,
Yogyakarta.
Sitinjak, C. 2013, 3 september-last update, Hubungan Body Mass Index (Bmi)
Dengan Pengalaman Karies Gigi Pada Murid Kelas 3 Dan 4 Sd St.Thomas 2
Medan [Homepage of repository.usu.ac.id], [Online]. Available
http://repository.
Suwargiani., Anne A. 2008, „Indeks def-t dan DMF-T Masyarakat Desa
Cipondohdan Desa Mekarsari Kecamatan Tirtamulya Kabupaten
Karawang. Makalah.Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Padjadjaran.
Suwelo., Ismu, S. 1992. Karies Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor, EGC
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Tarigan, R. 1990, Karies gigi. Jakarta: Penerbit Hipokrates, hlm. 23-24.
Thippeswamy, HM., Kumar, N., Acharya, S., dan Pentapati, KC. 2011,
„Relationship between body mass index and dental caries among adolescent
children in South India‟, West Indian Med J, vol. 60, no.5, hlm. 581-6.
usu.ac.id/123456789/37289 [20 Juli 2013].
Utari, A. 2007, Hubungan indeks massa tubuh dengan tingkat kesegaran jasmani
pada anak usia 12-14 tahun. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
4
Warni, L. 2009, Hubungan perilaku murid SD kelas Vdan VI pada kesehatan gigi
dan mulut terhadap status karies gigi di wilayah Kecamatan Deli Tua
Kabupaten Deli Serdang tahun 2009, Tesis, Universitas Sumatra Utara
Medan.
Willerhausen, B., Blettner, M., Kasaj A., dan Hohenfellner, K. 2007, „Association
between body mass index and dental health in 1.290 children of elementary
scholls in German city’ ,Clin Oral Invest ; vol 11, hlm. 195-200.
1
Foto 1.1 Mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan siswa pada saat
melakukan penelitian.
Foto 1.2 Mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan siswa pada saat
melakukan penelitian.
2
Foto 1.3 Siswa Tk 4 Saraswati Denpasar menyimak informasi tentang penelitian.
3
Foto 1.4 Siswa Tk 2 Saraswati Denpasar pada saat menyikat gigi di sekolah.
4
Uji Normalitas
Case Processing Summary
530 100,0% 0 ,0% 530 100,0%BMI
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
Descriptives
17,4495 ,17503
17,1056
17,7933
17,1338
16,6386
16,238
4,02959
9,51
70,80
61,29
3,86
4,956 ,106
57,727 ,212
Mean
Lower Bound
Upper Bound
95% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
BMI
Statis tic Std. Error
Tests of Normality
,112 530 ,000 ,741 530 ,000BMI
Statis tic df Sig. Statis tic df Sig.
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Lill iefors Significance Correctiona.
5
Uji Hipotesis NPar Tests
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
23430,000
39540,000
-4,789
,000
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
BMI
Grouping Variable: TKa.
Ranks
179 220,89 39540,00 351 288,25 101175,00 530
TK Saraswati 4 Saraswati 2 Total
BMI N Mean Rank Sum of Ranks