Analisa Dokumentasi Keperawatan Pada Asuhan Keperawatan Kebutuhan Keselamatan Dan Keamanan
skripsi kualitas dokumentasi asuhan keperawatan
-
Upload
eka-sutarjaya -
Category
Documents
-
view
673 -
download
40
description
Transcript of skripsi kualitas dokumentasi asuhan keperawatan
SKRIPSI
KUALITAS DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN
DI PAVILIUN VINOLIA DAN RUANG DAHLIA INSTALASI RAWAT INAP
RSUD KOTA YOGYAKARTA
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Diajukan oleh:
GEDE EKA SUTARJAYA
KP.03. 00182
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA
YOGYAKARTA
2007
Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
Gede Eka Sutarjaya*, Edi Sumbodo**, Ngatini***.
INTISARI
Latar belakang: Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan karena pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan. RSUD Kota Yogyakarta banyak digunakan sebagai tempat penelitian tetapi belum pernah dilakukan penelitian tentang dokumentasi keperawatan. Dan berdasarkan studi dokumentasi didapatkan hasil penilaian instrumen A tahun 2006 dengan rata-rata 49,6% untuk Ruang Dahlia dan 81,4 di Paviliun Vinolia sehingga dilakukan penelitian ini. Tujuan Penelitian: Mengetahui tentang kualitas dokumentasi di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia IRNA RSUD Kota Yogyakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental dengan pendekatan evaluasi yaitu dengan observasi berkas rekam medik pasien Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta. Penentuan sampel penelitian ini adalah total sampling. Hasil penelitian: Diperoleh kualitas dokumentasi di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta sudah baik dengan prosentase rata-rata aspek pengkajian adalah 87,57%, diagnosa 79,47%, perencanaan 64,72%, tindakan 87,64%, evaluasi 79,73% dan dari aspek catatan asuhan keperawatan sebesar 79,07%. Dan rata-rata secara umum kualitas dokumentasinya adalah 79,70%.
Kata kunci: Dokumentasi Keperawatan, Kualitas * Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta ** Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kota Yogyakarta *** Kepala Ruang Unit Stroke RSUP dr. Sardjito Yogyakarta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Kualitaas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Paviliun
Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Yogyakarta”.
Adapun skripsi ini disusun persyaratan mencapai derajat Sarjana
Keperawatan. Hanya dengan bantuan, petunjuk dan saran dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak dr. R. Dradjat Boediman, Sp.A(K), M.Sc, D.Med, Sc., selaku Ketua
STIKES Wira Husada Yogyakarta.
2. Bapak Catur Budi Susilo, S.Pd, S.Kp, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta.
3. Bapak dr. R. Djoko Sarwono, selaku dosen pembimbing akademik
4. Bapak Edi Sumbodo, SKM. M.Kes, selaku dosen pembimbing skripsi.
5. Ibu Ngatini S.kep, Ns, selaku dosen pembimbing pendamping.
6. Bagian diklat RSUD Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin studi
pendahuluan penelitian.
7. Urusan Rekam Medik yang telah memberikan informasi tentang data
jumlah perawat, jumlah pasien rawat inap dan BOR di RSUD Kota
Yogyakarta
8. Ibu, Bapak dan seluruh keluarga di Bali yang telah memberikan dorongan
dan do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Deniez yang selalu memberi dorongan dan semangat agar cepat
selesainya skripsi ini.
10. M’lina, Kongja, Adi, Dewik, Dayu dan Gek Wiek atas bantuannya dalam
penyusunan skripsi ini.
11. Qhirty sahabatku, dan semua teman-teman kelas B atas kekompakan
dan kerjasamanya selama ini
12. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu peneliti baik secara
langsung maupun tidak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih terdapat kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN INTISARI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................. iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7 E. Ruang Lingkup ........................................................................... 8 F. Keaslian Penelitian ..................................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori .......................................................................... 10
1. Dokumentasi Keperawatan ................................................... 10 a. Pengertian ....................................................................... 10 b. Manfaat dan tujuan .......................................................... 11 c. Elemen Dokumentasi Keperawatan ................................. 15
2. Konsep Kualitas .................................................................... 24 a. Pengertian ....................................................................... 24 b. Dimensi Kualitas .............................................................. 25 c. Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan ................... 26 d. Standar Asuhan Keperawatan ......................................... 30 e. Faktor yang Memepengaruhi Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan....................................................... 31
B. Kerangka Konsep ....................................................................... 36 C. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................... 37 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 37 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 37 D. Definisi Operasional ................................................................... 38 E. Variabel Penelitian ..................................................................... 39 F. Hubungan Antar Variabel ........................................................... 39
G. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 40 H. Instrumen Penelitian .................................................................. 40 I. Uji Validitas ................................................................................ 41 J. Analisa Data .............................................................................. 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Observasi Pelaksanaan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan ................................................... 43 B. Hasil Observasi dan Pembahasan ..................................................... 45
1. Pengkajian ................................................................................... 45 2. Diagnosa ..................................................................................... 46 3. Perencanaan ............................................................................... 48 4. Tindakan ...................................................................................... 49 5. Evaluasi ....................................................................................... 50 6. Catatan Asuhan Keperawatan ..................................................... 52 7. Hasil Rata-rata Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan
Keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia ...................... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 56 B. Saran ............................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Penggunaan BOR rata-rata di RSUD Kota Yogyakarta ............. 5 Tabel 1.2 : Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di RSUD Kota Yogyakarta Desember 2005-Februari 2006 ........ 6 Tabel 4.1 : Hasil Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Asuhan Keperawatan Pavilion Vinolia ........................................ 43 Tabel 4.2 : Hasil Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia ........................................ 44 Tabel 4.3 : Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Pengkajian ................................... 45 Tabel 4.4 : Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Diagnosa ..................................... 46 Tabel 4.5 : Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Perencanaan ............................... 48 Tabel 4.6 : Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Tindakan ...................................... 49 Tabel 4.7 : Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Evaluasi ....................................... 51 Tabel 4.8 : Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Catatan Asuhan Keperawatan ..... 52 Tabel 4.9 : Hasil Rata-rata Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang dahlia .................... 55
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Kriteria SMART ...................................................................... 20 Gambar 2.2 : Piramida Hierarki Maslow....................................................... 20 Gambar 2.3 : Kerangka Konsep ................................................................... 36 Gambar 3.1 : Hubungan Antar Variabel ....................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah ilmu yang berkenaan dengan masalah-masalah
fisik, psikologis, sosiologis, budaya dan spiritual dari individu (Doenges,
1998). Proses keperawatan merupakan suatu kerangka yang memungkinkan
keperawatan untuk mengidentifikasi keunikannya terhadap masyarakat.
Proses keperawatan memudahkan identifikasi respon manusia terhadap
masalah kesehatan. Respon manusia memperlihatkan perubahan kesehatan,
kesejahteraan, dan gaya hidup (Atlen, 1998). Proses keperawatan juga
diartikan sebagai suatu metode bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan kepada klien (Nurjannah, 2005).
Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses
profesionalisasi, yaitu terjadinya suatu perubahan dan perkembangan
karakteristik sesuai tuntutan secara global dan lokal. Untuk mewujudkannya
maka perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara
profesional kepada klien. Salah satu bukti asuhan keperawatan yang
profesional tercermin dalam pendokumentasian proses keperawatan
(Nursalam, 2001).
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau
semua warkat asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan
keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab
perawat (Hidayat, 2001). Dokumentasi keperawatan adalah bagian dari
keseluruhan tanggung jawab perawatan pasien. Catatan klinis memfasilitasi
pemberian perawatan, meningkatkan kontinuitas perawatan dan membantu
mengoordinasikan pengobatan dan evaluasi pasien (Iyer, 2004).
Responsibilitas dan akuntabilitas profesional merupakan salah satu
alasan penting dibuatnya dokumentasi keperawatan yang akurat (Iyer,
2004). Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan karena pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan pelaporan yang dapat
digunakan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai
kemungkinan masalah yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diberikan (Hidayat, 2001).
Dokumentasi asuhan keperawatan banyak dikritik dengan berbagai
alasan antara lain: perawat mengatakan bahwa pendokumentasian hanya
membuang waktu karena tidak ada yang membaca catatan tersebut. Dokter
juga mengatakan bahwa membaca catatan perawat hanya membuang waktu
saja karena catatan tidak berisikan informasi yang ingin diketahui tentang
kliennya (Tim Departemen Kesehatan RI 1997). Oleh karena itu perlu adanya
peningkatan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan.
Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah
sakit, pemerintah menyusun standar pelayanan di rumah sakit yang
diberlakukan melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
436/MENKES/SK/VI/1993 dan standar asuhan keperawatan yang
diberlakukan melalui SK Dirjen Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637
tahun 1993. Standar tersebut berlaku dimanapun asuhan keperawatan
dilakukan dan berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui, memantau, dan
menyimpulkan apakah pelayanan/asuhan keperawatan yang
diselenggarakan di rumah sakit sudah sesuai dengan standar yang ada. Bila
sudah sesuai, maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan, termasuk di dalamnya adalah mutu pelayanan
keperawatan.
Tempat penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Yogyakarta yang merupakan rumah sakit swadana yaitu salah
satu organisasi perangkat daerah yang sesuai dengan peraturan daerah Kota
Yogyakarta nomor 42 tahun 2000. Dengan visi yaitu “Menjadi pilihan utama
dalam pelayanan perumahsakitan”. Dan misi RSUD Kota Yogyakarta yaitu:
1. Mewujudkan pengembangan pelayanan perumahsakitan dengan standar
profesi yang tinggi.
2. Mewujudkan pengembangan sarana, prasarana dan infrastruktur rumah
sakit yang modern.
3. Mewujudkan pengembangan manajemen rumah sakit yang modern.
4. Membangun sistim informasi dan manajemen rumah sakit yang handal.
5. Meningkatkan secara terus menerus: pengetahuan, keterampilan, sikap
dan kinerja pegawai.
6. Meningkatkan pelayanan rumah sakit sebagai tempat pendidikan,
pelatihan serta penelitian dan pengembangan.
7. Ikut mewujudkan Yogyakarta sebagai kota dengan lingkungan yang
bersih dan sehat.
8. Memberikan pelayanan yang memuaskan bagi semua pelanggan.
Jumlah perawat di RSUD Kota Yogyakarta adalah 151 orang. BOR
(Bed Occupancy Rate) rata-rata pada tahun 2006 adalah 71,6%. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1 Penggunaan BOR Rata-Rata di RSUD Kota Yogyakarta
No URAIAN BULAN Rata-
rata per tahun Okt Nov Des
1 Tingkat BOR (dalam %) 61,1 70,4 71,6 71,6
2 BOR Paviliun Vinolia 24,4 24,4 82,0 49,6
3 BOR Ruang Dahlia 90,8 93,7 95,2 81,4 Sumber: Data pelayanan RSUD Kota Yogyakarta 2006
Jumlah Perawat di Paviliun Vinolia adalah 21 orang yang terdiri dari
lulusan S1 Keperawatan sebanyak empat orang, DIII Keperawatan 12 orang
dan SPK lima orang. Jumlah perawat di Ruang Dahlia adalah satu orang dari
lulusan S1 Keperawatan, 16 orang lulusan DIII Keperawatan, satu orang
lulusan DI dan lima orang dari SPK sehingga jumlah perawat di Ruang Dahlia
sebanyak 23 orang. Pada tahun 2006 jumlah tempat tidur di Paviliun Vinolia
ada 11 tempat tidur. Sedangkan di Ruang Dahlia terdapat 24 tempat tidur,
dengan rincian kelas 2 berjumlah 8 dan kelas 3 berjumlah 16 tempat tidur.
Sebagai gambaran umum jumlah pasien di Paviliun Vinolia dan Ruang
Dahlia pada bulan Januari sampai Maret 2007 adalah sebanyak 633 pasien.
Ini menunjukkan bahwa masyarakat sangat banyak menggunakan jasa
pelayanan RSUD Kota Yogyakarta.
Pemilihan RSUD Kota Yogyakarta sebagai tempat penelitian adalah
karena di RSUD Kota Yogyakarta banyak digunakan sebagai tempat
penelitian tetapi belum pernah dilakukan penelitian tentang dokumentasi
keperawatan, disamping itu berdasarkan hasil observasi peneliti tentang
penilaian evaluasi standar asuhan keperawatan khususnya Instrumen A yang
dilakukan oleh pihak Rumah Sakit sebagai berikut:
Tabel 1.2 Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di RSUD
Kota Yogyakarta Desember 2005-Februari2006
No
Ruang Perawatan
Aspek yang dinilai Rata-rata
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Tindakan
Evaluasi
Catatan kep
Jumlah
1 Dahlia 52,50 66,66 56,60 41,25 22,25 69,00 308,26 51,38
2 Vinolia 81,25 80,00 71,66 73,75 73,75 80,00 460,41 76,73 Sumber: Hasil Evaluasi Penilaian SAK RSUD Kota Yogyakarta 2006
Penelitian akan dilakukan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi
Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta karena dilihat dari segi kelas ruangan
tersebut sangatlah berbeda sehingga, hasil yang didapatkan nantinya dapat
sebagai perbandingan antara VIP dengan Bangsal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang bagimana kualitas asuhan dokumentasi
keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta.
Penulis memilih dua tempat tersebut untuk lebih spesifiknya penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah:
“Bagaimanakah kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia
dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun
Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
dipandang dari segi studi dokumentasi asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun
Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan/implementasi dan evaluasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai masukan dan evaluasi dalam meningkatkan mutu
dokumentasi keperawatan secara umum dan khususnya di Instalasi
Rawat Inap Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
terutama dalam bidang dokumentasi keperawatan. Dan sebagai bahan
bacaan untuk menambah wawasan tentang kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan.
3. Bagi Profesi
Sebagai masukan untuk meningkatkan kemandirian dan
profesionalisme dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan.
4. Bagi Peneliti
Mengetahui gambaran tentang kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap
RSUD Kota Yogyakarta.
E. Ruang Lingkup
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah dokumentasi asuhan keperawatan di
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota
Yogyakarta.
2. Subyek Penelitian
Subyek penenelitian ini adalah berkas dokumentasi asuhan
keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap
RSUD Kota Yogyakarta periode Januari-Maret 2007.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Paviliun Vinolia dan Ruang dahlia
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2007.
F. Keaslian Penelitian
1. Lintang Sari (2005), “Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Postoperatif di Rumah Sakit Islam Kendal.” Penelitian ini
merupakan jenis studi dokumentasi dengan pendekatan retrospektif,
populasi dan sampel penelitian ini adalah berkas rekam medik pasien
bedah yang pernah dirawat di RS Islam Kendal dalam rentang waktu
Januari-Maret 2005.
2. Blestina Maryorita (2003), “Kualitas Dokumentasi Asuhan
Keperawatan di Instalasi Rawat Intensif Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta." Sampel penelitianya adalah catatan rekam medik pasien
yang sedang dirawat pada saat penelitian dilakukan. Hasilnya,
Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Intensif
RS Bethesda Yogyakarta termasuk kategori baik dengan pencapaian
sebesar 76,48%.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-
sama untuk melakukan studi dokumentasi keperawatan di rumah sakit,
sedangkan perbedaannya adalah lokasi penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Dokumentasi Keperawatan
a. Pengertian
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan
keperawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar
komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung
jawab perawat (Hidayat, 2001). Dokumentasi keperawatan adalah
dokumentasi yang tertulis, formal dan sah yang berisi tentang
perkembangan pasien (Kozier et.al., 1995)
Menurut Tim Departemen Kesehatan RI tahun 1997
dokumentasi keperawatan diartikan sebagai dokumentasi informasi
tentang kegiatan keperawatan yang berhubungan dengan klien yang
bertujuan untuk merumuskan masalah klien, menerapkan rencana
tindakan yang harus dilaksanakan dan evaluasi asuhan keperawatan.
b. Manfaat dan Tujuan
Manfaat dari pendokumentasian asuhan keperawatan adalah
memvalidasi kebenaran tindakan yang telah dilakukan dan untuk
melindungi perawat dari kelalaian melakukan tugas. Dokumentasi
keperawatan berisi apa yang telah dilakukan oleh perawat terhadap
pasien sehingga dapat dijadikan bukti hukum bila ada penyimpangan
(Tim Departemen Kesehatan RI, 1997). Dokumentasi keperawatan
juga berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kontinuitas
perawatan dan membantu mengoordinasikan pengobatan dan
evaluasi pasien (Iyer, 2004).
Melalui dokumentasi, perawat dapat mengidentifikasi dengan
jelas kekuatan dan kelemahan klien, mengembangkan rencana yang
holistik bagi klien, melaksanakan rencana asuhan keperawatan dan
menilai keefektifan rencana asuhan keperawatan (Hidayat, 2001).
Tujuan dibuatnya dokumentasi keperawatan menurut Hidayat
tahun 2001 adalah:
1). Sebagai Alat Komunikasi
Dengan dokumentasi asuhan keperawatan dapat terjalin
komunikasi yang baik dan terkoordinasi antara perawat dengan
perawat lain untuk mencegah informasi yang berulang atau dengan
pemberi layanan kesehatan yang lain.
2). Sebagai Mekanisme Pertanggunggugatan
Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang
pelaksanaan pendokumentasian sehingga kualitas kebenaran
standar pendokumentasian akan mudah dipertanggungjawabkan
dan dapat digunakan sebagai perlindungan atas gugatan karena
sudah memiliki standar hukum.
3). Metode Pengumpulan Data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data-data pasien
tentang kemajuan atau perkembangan dari pasien secara objektif
dan mendeteksi kecenderungan yang akan terjadi. Dapat juga
digunakan sebagai bahan penelitian, karena datanya otentik dan
dapat dibuktikan kebenarannya. Selain itu dokumentasi dapat juga
digunakan sebagai data statistik.
4). Sarana Pelayanan Keperawatan Secara Individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang
kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan yang melitputi bio,
psiko, sosio dan spiritual sehingga individu dapat merasakan
manfaat dari pelayanan kesehatan.
5). Sarana Evaluasi
Sebagai sarana evaluasi hasil akhir dari asuhan keperawatan yang
telah didokumentasikan berkaitan dengan tindakan keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan.
6). Sarana Meningkatkan Kerjasama Antar Tim Kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi dan tenaga
kesehatan lain akan saling kerjasama dalam memberikan tindakan
yang berhubungan dengan klien.
7). Sarana Pendidikan Lanjutan
Bukti yang telah memuat adanya sitem pendidikan yang lebih baik
dan terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien.
8). Digunakan Sebagai Audit Pelayanan Keperawatan
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas pelayanan
keperawatan yang telah diberikan sehubungan dengan kompetensi
yang dimiliki.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI tahun 1997
menyebutkan tujuan dari dokumentasi asuhan keperawatan adalah
sebagai berikut:
1). Komunikasi
Alat komunikasi antara tim kesehatan sehingga kesinambungan
pelayanan kesehatan yang diberikan dapat dicapai, tidak terjadi
tumpang tindih dan pengulangan dalam pemberian pelayanan.
2). Pendidikan
Informasi tentang gejala-gejala penyakit diagnosa tindakan
keperawatan, respon klien dan hasil evaluasi tindakan
keperawatan merupakan media belajar bagi anggota tim
kesehatan, mahasiswa keperawatan dan tim kesehatan lain.
3). Pengaplikasian Dana
Berharga untuk dapat merencanakan tindakan yang tepat sesuai
dengan dana yang tersedia.
4). Evaluasi
Merupakan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
implementasi asuhan keperawatan klien serta menjamin kelanjutan
asuhan keperawatan bagi klien dan juga untuk menilai prestasi
kerja staf keperawatan.
5). Jaminan Mutu
Memberi jaminan kepada masyarakat akan mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan.
6). Dokumen yang Sah
Merupakan bukti nyata yang dapat dipergunakan bila didapatkan
penyimpangan dan apabila diperlukan di pengadilan.
7). Penelitian
Catatan klien merupakan sumber data yang berharga yang dapat
digunakan untuk penelitian.
c. Elemen Dokumentasi Keperawatan
1). Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap pertama proses keperawatan
dimana pengumpulan data dilakukan secara sistematis untuk
menentukan status kesehatan klien saat ini, mengidentifikasi pola
koping klien yang lalu dan saat ini (Tim Departemen Kesehatan RI
1997). Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengumpulan
informasi dari klien, membuat data dasar dari klien dan membuat
catatan tentang respon kesehatan klien (Hidayat, 2001).
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial
dan spiritual (Nurjannah, 2005). Untuk mendapatkan data pasien
dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu diantaranya:
a). Observasi : Metode pengumpulan data dimana data
dikumpulkan melalui observasi visual.
b). Wawancara : Metode pengumpulan data dimana
pewawancara atau perawat mendapatkan respon dari klien
dengan tatap muka.
c). Konsultasi : Seorang spesialis diminta untuk
mengidentifikasi cara-cara pengobatan dan menangani
masalah-masalah klien.
d). Pemeriksaan : Proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh
untuk menentukan ada atau tidaknya penyakit yang
didasarkan pada pemeriksaan fisik, laboratorium dan
radiologi (Atlen, 1998).
Pengkajian sangat penting dilakukan dengan cermat sehingga,
jika data dikumpulkan secara tidak benar, pasien dapat mengalami
komplikasi yang besar pada tahap akhir. Masalah kesehatan mungkin
diidentifikasi secara tidak tepat dan akan sulit untuk membuat rencana
asuhan keperawatan yang tepat atau memberikan asuhan
keperawatan yang efektif (Lynn, 2006).
2). Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Gordon adalah diagnosis yang
dibuat oleh perawat profesional yang menggambarkan tanda dan
gejala yang menunjukkan masalah kesehatan yang dirasakan klien
dimana perawat berdasarkan pendidikan dan pengalaman mampu
menolong klien (Ali. Z. cit. Nurjannah, 2005). Menurut NANDA, definisi
diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial (hasil konferensi NANDA
ke 9 tahun 1990).
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan klien (Carpenito, 1999).
Diagnosa keperawatan menurut NANDA ada lima kategori
yaitu:
a). Aktual: menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan
data klinik yang ditemukan.
b). Risiko: menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan
terjadi jika tidak dilakukan intervensi. Pengertian lainnya
adalah sebagai keputusan klinis tentang individu, keluarga
atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi
yang sama.
c). Kemungkinan: menjelaskan bahwa perlu adanya data
tambahan untuk memastikan masalah keperawatan
kemungkinan untuk memastikan adanya tanda dan gejala
utama adanya faktor risiko.
d). Diagnosa keperawatan kesejahteraan atau wellness:
keputusan klinis tentang keadaan individu, keluarga atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke
tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
e). Diagnosa keperawatan sindrom: diagnosa yang terdiri dari
kelompok diagnosa keperawatan aktual atau risiko tinggi
yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.
Setelah data dikumpulkan, data dianalisa. Dari pengkajian data
dasar masalah yang aktual, potensial atau risiko diidentifikasi dan
diuraikan menurut prioritas sesuai dengan kebutuhan keperawatan
pasien kritis.
3). Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu petunjuk yang merumuskan
tentang kegiatan keperawatan yang ditulis secara mandiri oleh
perawat, meskipun perawat telah terlibat dalam peran kolaborasi (Tim
Departemen Kesehatan RI 1997). Perencanaan merupakan
serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus (Nurjannah,
2005).
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001). Pada saat
ini sudah terdapat standar intervensi keperawatan dalam bentuk NIC
(Nursing Intervention Classification). NIC merupakan standar yang
komprehensif dan berdasarkan riset. NIC sangat berguna untuk
dokumentasi, komunikasi pada banyak setting, integrasi pada banyak
sistem dan setting yang berbeda. Riset yang efektif, pengukuran
produktifitas dan evaluasi kompetensi, pembiayaan dan rancangan
kurikulum (Bulechek dan Mc Closkey, 1996).
Dalam menuliskan rencana keperawatan harus memperhatikan
langkah-langkah penyusunan perencanaan yaitu:
a). Menentukan Prioritas
Prioritas adalah diagnosa keperawatan atau maslah
keperawatan, jika tidak ditangani saat ini akan berdampak
buruk terhadap keadaan fungsi status kesehatan klien
(Carpenito, 1999). Untuk menentukan prioritas dari diagnosa
keperawatan digunakan standar prioritas kebutuhan dari
Maslow yaitu fisiologis, rasa aman, cinta dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri yang dapat digambarkan
seperti pyramid (lihat gambar 2.2)
b). Menentukan kriteria hasil atau tujuan
Menurut Gordon komponen yang paling penting dalam
kriteria hasil adalah apakah intervensi keperawatan dapat
tercapai (Nursalam, 2001). Hasil dietapkan sebagai respon
pasien yang dapat dicapai dan diinginkan oleh pasien serta
dapat dicapai dalam periode waktu tertentu dalam situasi
dan sumber-sumber yang ada saat ini (Doenges, 1998).
Penulisan kriteria yang baik harus berisikan SMART yaitu:
Gambar 2.2 Piramida Hierarki Maslow
Sumber: Nursalam (2001)
Gambar 2.1 Kriteria SMART
Aktua- lisasi diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Keamanan dan Keselamatan
Fisiologis
Sumber: Nursalam (2001)
Gambar 2.2 Piramida Hierarki Maslow
c). Menetapkan rencana tindakan
Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk
membantu klien dalam mencapai kriteria hasil. Rencana
tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab
dari diagnosa keperawatan.
S = Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M = Measurable (tujuan harus dapat diukur) A = Achievable (tujuan harus dapat dicapai) R = Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah) T = Time (tujuan harus ada batas waktunya)
d). Dokumentasi
Rencana perawatan dicatat di halaman tunggal atau dalam
format yang banyak halaman, seperti satu halaman untuk
setiap pernyataan diagnosa untuk pasien tertentu.
4). Intervensi/Implementasi
Intervensi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik (Iyer, 1996). Selain itu intervensi/implementasi
diartikan sebagai pengolahan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi,
1995 cit Nurjannah, 2005).
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan
yang diberikan oleh perawat yang mencakup pelaksanaan rencana
perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan
mandiri dan tindakan kolaboratif (Hidayat, 2001). Tujuan dari
intervensi/implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan
baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan tindakan keperawatan (Nursalam, 2001).
Menurut Tim Departemen Kesehatan RI Tahun 1997
implementasi yang dilakukan sesuai dengan petunjuk :
a). Tindakan keperawatan dilakukan sesuai rencana yang telah
divalidasi.
b). Menggunakan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknikal yang dilakukan secara efektif dan efesien.
c). Tindakan keperawatan yang dilakukan dan respon klien
perlu didokumentasikan
d). Keamanan fisik dan psikologis perlu dilindungi. Hal ini
menentukan keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
5). Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan
(Hidayat, 2001). Evaluasi juga diartikan proses yang berkelanjutan
untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Nurjannah,
2005).
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa
keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil
dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor
kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan
dan pelaksanaan tindakan (Ignatavicius dan Bayne, 1994 cit
Nursalam, 2001).
Menurut Tim Departemen Kesehatan RI Tahun 1997 disebutkan
evaluasi ada dua macam yaitu:
a). Evaluasi Proses adalah untuk menilai apakah prosedur
dilakukan sesuai dengan rencana, benar atau tidak. Misalnya:
apakah sebelum melakukan tindakan keperawatan, perawat
menjelaskan prosedur tindakan tersebut kepada klien.
b). Evaluasi hasil berfokus kepada perubahan perilaku dan
keadaan kesehatan klien sebagai hasil tindakan keperawatan.
Misalnya: klien bebas dari tanda-tanda infeksi.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan antara klien berdasarkan respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan:
a). Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan).
b). Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
c). Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan) (Iyer, 1996).
2. Konsep Kualitas
a. Pengertian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan pengertian
kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu, derajat atau taraf,
sedangkan Armand V. Feigenbaum (cit Gillies, 1989), dalam bukunya
“Total Quality Control” mengemukakan bahwa kualitas adalah suatu
ketetapan pelanggan, bukan ketetapan insinyur dan bukan penetapan
pasar atau penetapan manajemen umum. Selain itu Feigenbaum
menambahkan pengertian kualitas adalah sifat gabungan secara
keseluruhan dari pemasaran, keahlian tehnik, hasil pabrik dan
pemeliharaan dimana produk dan jasa dalam penggunaannya akan
bertemu dengan harapan pelanggan. Kualitas adalah karateristik atau
atribut yang luar biasa, karakter atau sifat dasar sesuatu (Collins cit
Marr 2001).
Mendefinisikan kualitas bukanlah suatu yang mudah, karena
seringkali konsep kualitas bersifat subjektif. Sebagai contoh saat
sejumlah pelanggan diminta untuk menyebutkan karateristik penting
dari pelayanan kesehatan, jawaban mereka akan secara khas
mengacu kepada kecepatan pelayanan, keramahan para perawat,
harga yang murah dan kemudahan birokrasi, namun beberapa orang
menyebutkan kualitas pelayanan yang baik adalah dengan ruangan
yang ber-AC tempat parkir yang luas dan sebagainya. Dari contoh
tersebut dapat kita tarik bahwa kualitas sangat subjektif dan selalu
berkembang.
b. Dimensi Kualitas
Menurut Aswar (1994), dimensi dari kualitas pelayanan
kesehatan adalah:
1). Kompetensi teknis: adalah keterampilan dan performa dari
para karyawan, manajer ataupun staf. Kompetensi ini dalam
hubungan baik klinik maupun non klinik.
2). Kemudahan menjangkau terhadap pelayanan (akses): akses
mempunyai pengertian geografik, ekonomik dan sosial
budaya. Akses geografik bisa dilihat dari transportasi yang
tersedia dalam waktu perjalanan. Akses ekonomik adalah
keterjangkauan sedangkan sosial budaya dimaksudkan
sebagai diterima atau tidaknya pelayanan tersebut oleh
masyarakat.
3). Efektivitas: mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan
oleh efektivitas dan efektivitas ini merupakan titik sentral
yaitu kesembuhan pasien.
4). Hubungan interpersonal: adalah kondisi interaksi dari
pelayanan dan pengguna jasa pelayanan. Hubungan
interpersonal yang bagus akan menimbulkan kepercayaan,
respek dan empati, hubungan interpersonal yang jelek
merupakan hambatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
5). Efisiensi: adalah pemberian pelayanan yang optimal dengan
memakai sumber daya yang terbatas, dalam hal ini
pelayanan yang baik dapat diberikan dengan biaya yang
tidak tinggi dan waktu yang tidak lama.
6). Kesinambungan: adalah pasien mendapat pelayanan yang
lengkap tanpa adanya putus (interruption) serta
pengulangan yang tidak perlu.
7). Keamanan: adalah suatu kualitas pelayanan yang
memberikan keamanan tanpa terjadi suatu efek samping
dan bahaya lain seperti infeksi nosokomial.
8). Kenyamanan: dimensi ini tidak langsung berhubungan
dengan pelayanan klinis atau pelayanan medis, namun
demikian cukup penting karena menyangkut kepuasan
pasien serta kemauan untuk tetap menggunakan kembali
fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
c. Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk
memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk pedoman praktik
pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan dan juga
sebagai petunjuk arah terhadap penyimpanan dan teknik pencatatan
yang benar (Nursalam, 2001).
Menurut Hidayat (2001), standar dokumentasi terdapat berbagai
karateristik diantaranya adalah:
1). Karateristik standar dokumentasi dipandang dari sudut
pandang perawat. Karateristik ini memberikan panduan
dalam pertanggungjawaban profesional. Selain itu
karateristik ini dapat meningkatkan kepuasan perawat
dengan adanya protokol dalam praktik keperawatan.
2). Karateristik standar dokumentasi dipandang dari sudut
pandang klien. Karateristik ini dapat memberi tahu klien
tentang ide-ide mengenai tanggung jawab kualitas asuhan
keperawatan, meningkatkan kepuasan klien dan
merefleksikan hak-hak klien, selain itu karateristik ini
memberi batasan tentang model pelayanan asuhan
keperawatan, kebutuhan pelayanan keperawatan dan
keuntungan bagi klien.
Dokumentasi yang baik adalah catatan yang akurat dan
lengkap. Esensi berupa pembukuan tertulis yang sistematis dari
praktik keperawatan meliputi data pasien, diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi
tindakan keperawatan.
Disamping kelengkapan dari elemen pendokumentasian
tersebut, kualitas dokumentasi asuhan keperawatan menurut Potter
dan Perry (2005), adalah sebagai berikut:
1). Jangan menghapus menggunakan cairan penghapus atau
mencoret tulisan yang salah ketika mencatat, karena akan
tampak perawat seakan-akan menyembunyikan informasi
atau merusak catatan. Cara yang benar adalah dengan
membuat satu garis pada tulisan yang salah, tulis kata
“salah” lalu diparaf kemudian tulis catatan yang benar.
2). Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien
maupun tenaga kesehatan lain, karena pernyataan tersebut
dapat digunakan sebagai bukti terhadap perilaku yang tidak
profesional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.
Tulislah hanya uraian obyektif perilaku klien dan tindakan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan lain.
3). Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena
kesalahan menulis dapat diikuti kesalahan tindakan. Oleh
karena itu jangan tergesa-gesa melengkapi catatan,
pastikan bahwa informasi akurat.
4). Catat hanya fakta, catatan harus akurat dan reliabel.
Pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi
atau menulis perkiraan saja.
5). Jangan biarkan pada akhir catatan perawat kosong, karena
orang lain dapat menambahkan informasi yang tidak benar
pada bagian yang kosong tersebut. Untuk itu buatlah garis
horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan tanda
tangan di bawahnya.
6). Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan
menggunakan bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak
terbaca dapat disalah artikan sehingga menimbulkan
kesalahan dan dapat dituntut ke pengadilan.
7). Jika anda mempertanyakan suatu instruksi, catat bahwa
anda sedang mengklarifikasi karena jika perawat melakukan
tindakan diluar batas kewenangannya dapat dituntut.
8). Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung
jawab dan bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
Jadi jangan menulis untuk orang lain.
9). Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang
spesifik), karena informasi yang spesifik tentang kondisi
klien atau kasus bisa secara tidak sengaja terhapus, oleh
karena itu tulis secara lengkap, singkat, padat dan obyektif.
10). Mulailah mencatat dokumentasi dengan waktu dan diakhiri
dengan tanda tangan. Pastikan urutan kejadian dicatat
dengan benar dan ditandatangani, hal ini menunjukkan
orang yang bertanggung gugat atas dokumentasi tersebut.
Jangan tunggu sampai akhir giliran dinas baru mencatat
perubahan penting yang terjadi beberapa jam yang lalu.
Selain hal tersebut di atas, untuk meningkatkan kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan prosedur pengembalian berkas
rekam medis juga perlu diperhatikan. Seperti disebutkan pada
Prosedur Tetap Pelayanan Rekam Medis RSUD Kota Yogyakarta
tahun 1997 bahwa berkas rekam medis harus kembali paling lambat 3
hari setelah diterima oleh dokter yang merawat, sehingga kerahasiaan
dokumentasi tetap terjaga dengan baik.
d. Standar Asuhan Keperawatan
Kebutuhan adanya standar asuhan keperawatan sebagai
pedoman dan sebagai dasar evaluasi pelaksanaan asuhan
keperawatan telah dipenuhi pemerintah dengan keputusan Menteri
Kesehatan R.I. No.660/Menkes/SK/IX/1987 yang dilengkapi dengan
Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.
105/Yan.Medik/RS.Umdik/Raw/88 tentang Penerapan Standar Praktik
Keperawatan bagi Perawat di Rumah Sakit.
Standar asuhan keperawatan berfokus pada penerimaan
perawatan, yaitu klien. Standar perawatan dibuat oleh perawat dan
secara eksplisit menguraikan intervensi keperawatan yang akan
diberikan kepada klien berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi.
Pencapaian standar perawatan dicerminkan pada rencana asuhan
perawatan dan catatan perawatan (Atlen, 1998).
Departemen Kesehatan RI Tahun 1997 menyebutkan ruang
lingkup Standar Asuhan Keperawatan meliputi:
Standar I : Falsafah Keperawatan
Standar II : Tujuan Keperawatan
Standar III : Pengkajian Keperawatan
Standar IV : Diagnosa Keperawatan
Standar V : Perencanaan Keperawatan
Standar VI : Intervensi Keperawatan (14 Komponen dasar
Keperawatan)
Standar VII : Evaluasi Keperawatan
Standar VIII : Catatan Asuhan Keperawatan
e. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Dokumentasi Asuhan
Keperawatan
Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dapat dipengaruhi
beberapa faktor, diantaranya yaitu:
1). Motivasi Perawat
Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik
kondisi ekstrinsik yang merangsang perilaku tertentu dan
respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia
(Swanburg, 2000). Motivasi juga diartikan sebagai karateristik
psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat
komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang
menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner&Freeman, 1995 cit
Nursalam, 2002). Sedangkan menurut Sbortell&Kaluzny (1994)
dalam Nursalam (2002), motivasi adalah perasaan atau pikiran
yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau
menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Motivasi perawat sangat bepengaruh terhadap kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan yang diberikan nantinya.
Perawat adalah orang yang dewasa dan tumbuh tergantung
pada yang lain. Mereka ingin mandiri, mereka ingin
diperlakukan sebagai orang dewasa dan mitra yang
bermartabat dan dihargai. Ini adalah perawat-perawat praktisi
klinik yang mencapai tujuan produktivitas pelayanan kesehatan
(Swanburg, 2000) sehingga dengan motivasi yang besar,
pelayanan kesehatan termasuk kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan dapat ditingkatkan.
2). Tingkat Pendidikan Perawat
Pendidikan keperawatan di Indonesia sangat
menentukan dalam membina sikap, pandangan dan
kemampuan profesional, meningkatkan mutu pelayanan/asuhan
keperawatan profesional, mengembangkan pendidikan
keperawatan formal dan non formal, menyelesaikan masalah
keperawatan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi keperawatan melalui penelitian dan meningkatkan
kehidupan keprofesian (Nursalam, 2002).
Adapun tingkat pendidikan yang ada saat ini menurut
Nursalam tahun 2002 adalah sebagai berikut:
a). Program Pendidikan D-III Keperawatan
Program pendidikan D-III Keperawatan yang
menghasilkan perawat generalis sebagai perawat
profesional pemula (Ahli Madya Keperawatan)
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup
dan landasan keprofesian yang kokoh.
b). Program Pendidikan D-IV Perawat Pendidik
Program pendidikan D-IV ini menghasilkan perawat
pendidik untuk program pendidikan D-III Keperawatan
dan program pendidikan/pembinaan tenaga keperawatan
pada jenjang pendidikan/pelatihan yang lebih rendah.
Sebagai perawat pendidik diharapkan memiliki
kemampuan membina sikap dan tingkah laku profesional
serta mentransfer ilmu pengetahuan dan keterampilan
keperawatan kepada peserta didik serta kemampuan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan yang maju dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan keperawatan.
c). Program Pendidikan Ners atau Sarjana Keperawatan
Program pendidikan Ners menghasilkan perawat
ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan profesional
(Ners=First Professional Degree) dengan sikap, tingkah
laku dan kemampuan professional serta akontabel untuk
melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar
(sampai dengan tingkat kerumitan tertentu) secara
mandiri. Selain itu mereka dituntut memiliki kemampuan
dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan
keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi keperawatan maju secara tepat guna.
d). Program Magister Keperawatan
Program Magister Keperawatan menghasilkan perawat
Ilmuwan (scientist) dengan sikap dan tingkah laku
sebagai ilmuwan keperawatan dan diharapkan
mempunyai kemampuan dapat meningkatkan pelayanan
profesi dengan jalan penelitian, berpartisipasi dalam
pengembengan ilmu keperawatan, merumuskan
pendekatan penyelesaian masalah masyarakat dengan
penalaran ilmiah.
e). Program Pendidikan Ners Spesialis
Program pendidikan Ners Spesialis menghasilkan
perawat ilmuwan (Magister) dan Profesional (Ners
Spesialis=Second Professional Degree) dengan sikap,
tingkah laku dan keterampilan profesional serta
akontabel untuk melaksanakan asuhan/praktik
keperawatan spesialistik.
3). Gaji Perawat
Gaji adalah upah kerja yang dibayar dalam waktu yang
tetap atau balas jasa yang diterima pekerja dalam bentuk uang
berdasarkan waktu tertentu (KBBI, 2001).
Gaji perawat, khususnya yang bekerja di instansi
pemerintah dirasakan sangat rendah bila dibandingkan dengan
negara lain baik Asia maupun Amerika. Keadaan ini
berdamapak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang profesional (Nursalam, 2002)
demikian juga terhadap kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan.
B. Kerangka konsep
Gambar 2.3
Keterangan:
: Diteliti
------------- : Tidak diteliti
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun
Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
dipandang dari studi dokumentasi asuhan keperawatan?.
1. Motivasi perawat 2. Tingkat pendidikan perawat 3. Gaji perawat
Berkas rekam medik dokumentasi asuhan keperawatan
Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana, implementasi, evaluasi)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif non eksperimental dengan
pendekatan retrospektif yaitu melakukan penelitian berkas rekam medik
pasien yang telah pulang sehingga, paneliti dapat mengetahui bagaimana
kualitas asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi
Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2007 di
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota
Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
Menurut Notoatmodjo (2002), populasi adalah keseluruhan objek
penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah berkas
rekam medik di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap
RSUD Kota Yogyakarta periode Januari-Maret 2007.
Penentuan sampel penelitian ini adalah meggunakan metode total
sampling yaitu semua populasi yang ada selama rentang waktu yang sudah
ditentukan dengan jumlah sampel sebanyak 305.
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah:
1. Berkas rekam medik pasien di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta yang telah pulang dan
telah dirawat minimal tiga hari.
2. Berkas rekam medik pasien yang sudah dan yang belum
dikembalikan pada urusan medical record.
Kriteria eklusi sampel pada penelitian ini adalah:
1. Berkas rekam medik selain dari Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta.
2. Berkas rekam medik pasien di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia
Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta yang dirawat kurang
dari tiga hari.
3. Nomor berkas rekam medik yang tercatat pada buku registrasi
pasien tetapi tidak jelas kapan pasien itu pulang.
D. Definisi Operasional
1. Dokumentasi asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan dan
pelaporan kegiatan perawatan pasien yang ditulis di berkas
rekam medik dan dilaksanakan oleh perawat yang bertugas
selama pasien masuk hingga keluar.
2. Kualitas dokumentasi adalah tingkat pencapaian tertinggi dari
pendokumentasian sesuai dengan tujuan pendokumentasian
dengan prosentase sebagai berikut:
76%-100% = kualitas baik
56%-75% = kualitas cukup baik
40%-55% = kualitas kurang baik
<40% = kualitas tidak baik
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek
pengamatan penelitian (Suryabrata, 2000). Variabel pada penelitian ini
adalah dokumentasi asuhan keperawatan.
F. Hubungan Antar Variabel
Gambar 3.1
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa kualitas dokumentasi
dipengaruhi oleh variabel pengganggu yaitu tingkat pendidikan perawat, gaji
perawat dan motivasi perawat sehingga peneliti mengendalikan variabel
pengganggu tersebut dengan cara meneliti seluruh sampel berkas rekam
Kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan
Tingkat pendidikan
perawat
Motivasi perawat
Gaji perawat
medik dari waktu yang telah ditentukan sehingga variabel pengganggu
tersebut dapat digeneralisaikan.
G. Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan cara melihat
register pasien yang ada di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia untuk
mengetahui nama pasien, nomor rekam medik, tanggal pasien masuk dan
tanggal pasien keluar sehingga dapat ditentukan apakah masuk dalam
kriteria inklusi atau tidak, kemudian dilanjutkan ke Urusan Rekam Medik
untuk mencermati langsung berkas rekam medik pasien di Paviliun Vinolia
dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
menggunakan instrumen yang telah ditentukan sebelumnya.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Instrumen A Evaluasi
Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit yang disusun oleh
Departemen Kesehatan RI tahun 1997.
Bentuk instrumen A terdiri dari:
1. Kolom 1 : Nomor urut yang dinilai
2. Kolom 2 : Aspek yang dinilai
3. kolom 3 : Nomor kode rekam medik yang dililai
4. Kolom 4 : Keterangan
I. Uji Validitas
Instrumen ini tidak dilakukan uji validitas karena telah diadopsi dari
Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
dan telah dibakukan oleh Departemen Kesehatan RI.
J. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif
yang selanjutnya dimasukkan ke dalam empat kategori predikat. Kategori
predikat yang dimaksud adalah baik apabila hasil yang diperoleh 76% sampai
100%, cukup baik apabila 56% sampai 75%, kurang baik apabila 40%
sampai 55% dan tidak baik apabila hasil yang diperoleh kurang dari 40%.
Cara pengisian instrumen A:
1. Kolom 3 terdiri dari beberapa (tergantung jumlah berkas rekam medik
pasien) sub kolom yang diisi dengan kode berkas pasien (1,2,3,…)
sesuai dengan urutan waktu pulang pada periode evaluasi. Rekam
medik yang telah dinilai diberi tanda agar tidak dinilai ulang.
2. Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda “√” bila aspek yang dinilai
ditemukan dan tanda “O” bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada
rekam medik pasien bersangkutan.
3. Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan
penjelasan atau bila ada keraguan penilaian.
4. Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai “√” yang
ditemukan pada masing-masing kolom.
5. Total diisi dengan penjumlahan sub total 01+02+03+……
6. Tiap variabel dihitung presentasenya dengan cara:
Presentase =total
jumlah berkas ×jumlah aspek yang dinilai ×100%
7. Rekapitulasi penilaian akhir ruangan yang dievaluasi sebagai hasil
pelaksanaan evaluasi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 633. Yang masuk
kriteria inklusi hanya sejumlah 309, tetapi terdapat 4 berkas rekam medik
yang tidak dapat peneliti temukan sehingga sampel dalam penelitian ini
adalah sebanyak 305 berkas dokumentasi rekam medis pasien di Paviliun
Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta pada
periode bulan Januari-Maret 2007. Pengambilan sampel berdasarkan kriteria
inklusi yang telah disebutkan sebelumnya yaitu: Berkas rekam medik pasien
di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota
Yogyakarta yang telah pulang dan telah dirawat minimal tiga hari. Serta
berkas rekam medik pasien yang sudah dan yang belum dikembalikan pada
bagian medical record.
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Paviliun Vinolia
No Hasil Observasi Jumlah per bulan Persen (%) Januari Februari Maret 1. Dilakukan 50 50 25 100 2. Tidak Dilakukan 0 0 0 0 Jumlah 50 25 25 100
Sumber: Data primer diolah
Tabel 4.2 Hasil Observasi Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Ruang Dahlia
No Hasil Observasi Jumlah per bulan Persen (%) Januari Februari Maret 1. Dilakukan 73 69 59 98,08 2. Tidak Dilakukan 0 1 3 1,92 Jumlah 73 70 62 100
Sumber: Data primer diolah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dokumentasi asuhan
keperawatan di Paviliun Vinolia RSUD Kota Yogyakarta sudah sepenuhnya
dilakukan yaitu dengan nilai pencapaian 100 (100%). Sedangkan Ruang
Dahlia RSUD Kota Yogyakarta tidak sepenuhnya dilakukan karena hasil dari
observasi menunjukkan bahwa dokumentasi yang dilakukan hanya 205
(98,08%) saja. Sedangkan 4 (1,92%) dokumentasi asuhan keperawatan
lainnya belum kembali ke bagian medical record dan peneliti tidak dapat
menemukan dokumentasi tersebut pada ruangan yang bersangkutan.
Hal tersebut seharusnya tidak boleh terjadi karena dokumentasi
keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dilakukan
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2001).
Walaupun pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan sudah
sepenuhnya dilaksanakan namun kualitas dokumentasi yang ada belum
dapat dikatakan baik. Untuk penjelasan terhadap kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan dapat dilihat pada pembahasan selanjutnya.
B. Hasil Observasi dan Pembahasan
1. Pengkajian
Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan
Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta sesuai tahap
pengkajian dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Pengkajian No Bulan %
Vinolia Dahlia 1 Januari 87,50 90,40 2 Februari 87 83,92 3 Maret 96 80,64 Rata-rata 90,16 84,98
Sumber: Data Primer Diolah Berdasarkan tabel di atas, pada aspek pengkajian didapatkan hasil
Paviliun Vinolia pada bulan Januari dengan pencapaian 87,50% (baik), bulan
Februari 87% (baik) dan pada bulan Maret 96% (baik). Dan untuk Ruang
Dahlia pada bulan Januari mencapai 90,40% (baik), bulan Februari 83,92%
(baik), bulan Maret 80,64% (baik). Ini menunjukkan bahwa kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari
segi pengkajian sudah baik.
Dengan pengkajian yang baik maka akan mempengaruhi pelayanan
yang diberikan oleh perawat sesuai dengan pendapat Lynn (2006),
pengkajian sangat penting dilakukan dengan cermat, karena jika data
dikumpulkan secara tidak benar, pasien dapat mengalami komplikasi yang
besar pada tahap akhir. Masalah kesehatan mungkin diidentifikasi secara
tidak tepat dan akan sulit untuk membuat rencana asuhan keperawatan yang
tepat atau memberikan asuhan keperawatan yang efektif. Hasil yang bagus
juga didukung oleh format pengkajian yang digunakan RSUD Kota
Yogyakarta sudah baik yaitu menggunakan check list sehingga memudahkan
bagi perawat dalam proses pengkajian data pasien.
2. Diagnosa
Berikut adalah Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan Paviliun
Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta dari
segi diagnosa.
Tabel 4.4 Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Diagnosa No Bulan %
Vinolia Dahlia 1 Januari 80 84,48 2 Februari 80 80,04 3 Maret 78,67 73,65 Rata-rata 79,55 79,39
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel di atas didapatkan hasil prosentase dari Paviliun
Vinolia bulan Januari mencapai 80% (baik), bulan Februari 80% (baik), bulan
Maret 78,67% (baik) dan untuk Ruang Dahlia pada bulan Januari mencapai
84,48% (baik), bulan Februari 80,04% (baik), bulan Maret 73,65% (cukup
baik).
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap
RSUD Kota Yogyakarta sudah baik, namun masih ada beberapa
dokumentasi yang kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian
prosentase Ruang Dahlia pada bulan Maret hanya 73,65% (cukup baik). Dari
hasil observasi kualitas dokumentasi yang kurang baik karena penulisan
diagnosa terlalu singkat sehingga tidak mencerminkan Problem, Etiology,
Symptom (PES).
Faktor lain yang menyebabkan kualitas dokumentasi keperawatan
kurang baik adalah walaupun perawat sudah menetapkan diagnosa dan
mendokumentasikannya tetapi diagnosa yang ada kurang menggambarkan
tipe diagnosa keperawatan. Perawat lebih banyak mendokumentasikan
diagnosa keperawatan yang aktual saja, sedangkan diagnosa keperawatan
risiko, kemungkinan dan sindrom sangat jarang dilakukan bahkan diagnosa
keperawatan kesejahteraan atau wellness tidak ada.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
klien (Carpenito, 1999), sehingga diagnosa yang baik sangat perlu untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal.
3. Perencanaan
Dari segi perencanaan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota
Yogyakarta bisa dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5 Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Perencanaan No Bulan %
Vinolia Dahlia 1 Januari 66,67 64,84 2 Februari 64,67 59,52 3 Maret 68,67 63,97 Rata-rata 66,67 62,77
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan Paviliun Vinolia pada bulan Januari adalah 66,67%
(cukup baik), bulan Februari 64,67% (cukup baik), Maret 68,67% (cukup
baik). Dan untuk Ruang Dahlia pada bulan Januari adalah 64,84% (cukup
baik), bulan Februari 59,52% (cukup baik), bulan Maret 63,97% (cukup baik).
Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat
Inap RSUD Kota Yogyakarta cukup baik. Tidak seperti sebelumnya dari segi
pengkajian dan diagnosa yang kualitasnya baik, namun pada aspek
perencanaan hanya cukup baik karena perencanaan yang dilakukan perawat
kebanyakan tidak disusun sesuai prioritas. Menurut Carpenito (1999),
prioritas adalah diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan, jika tidak
ditangani saat ini akan berdampak buruk terhadap keadaan fungsi status
kesehatan klien.
Selain itu rumusan tujuan tidak mengandung komponen subyek,
kondisi pasien atau kriteria hasil yang ingin dicapai sehingga tujuan menjadi
kurang jelas. Perawat sudah membuat rencana tindakan dengan kalimat
perintah yang jelas untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil
namun ada beberapa yang tidak melibatkan keluarga dalam pemberian
asuhan keperawatan dan tidak adanya kolaborasi dengan tim kesehatan
yang lain.
4. Tindakan
Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan
Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta sesuai tahap
tindakan dalam proses keperawatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Tindakan No Bulan %
Vinolia Dahlia 1 Januari 90,05 91,09 2 Februari 89 84,64 3 Maret 88 83,06 Rata-rata 89,01 86,26
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa hasil prosentase
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia bulan Januari
adalah 90,05% (baik), bulan Februari 89% (baik), bulan Maret 88% (baik).
Dan untuk Ruang Dahlia prosentasenya adalah 91, 09% (baik) bulan Januari,
84,64% (baik) bulan Februari dan 83,06% (baik) untuk bulan Maret.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari aspek tindakan
sudah baik. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian hasil yang tinggi.
Pelaksanaan tindakan keperawatan sudah sesuai dengan rencana yang
ditetapkan, perawat juga sudah melakukan observasi terhadap respon klien
saat diberikan tindakan keperawatan, hal ini sesuai dengan petunjuk
melakukan tindakan/intervensi menurut Tim Departemen Kesehatan RI tahun
1997 yang salah satunya isinya adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
dan respon klien perlu didokumentasikan dan tindakan keperawatan
dilakukan sesuai rencana yang telah divalidasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Dari aspek ini
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang
Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Evaluasi No Bulan %
Vinolia Dahlia 1 Januari 78 81,50 2 Februari 82 80,71 3 Maret 78 78,22 Rata-rata 79,33 80,14
Sumber: Data Primer Diolah
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa hasil prosentase
kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia pada bulan
Januari adalah 78% (baik), bulan Februari 82% (baik), bulan Maret 78%
(baik). Dan untuk Ruang Dahlia pada bulan Januari mencapai 81,50% (baik),
bulan Februari 80,71% (baik), bulan Maret 78,22% (baik).
Berdasarkan data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia pada
bulan Januari-Maret sudah baik. Dalam evaluasi juga sudah mengacu pada
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam rencana keperawatan. Hasil
evaluasi juga sudah dicatat dengan baik.
Hanya saja dalam dokumentasi tahap evaluasi ini, pernyataan
evaluasi pencapaian tujuan seperti masalah teratasi, masalah teratasi
sebagian atau masalah belum teratasi tidak dilakukan dengan baik dan
kebayakan tidak diisi sehingga mempengaruhi kualitas dokumentasi tersebut.
Hal ini tidak sesuai dengan yang disebutkan Iyer tahun 1997 bahwa tujuan
dari evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan antara klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan,
sehingga perawat dapat mengambil keputusan:
d). Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah
mencapai tujuan yang ditetapkan).
e). Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
f). Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan
waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).
6. Catatan Asuhan Keperawatan
Catatan Asuhan Keperawatan mencakup format penulisan, cara
penulisan dan penyimpanan dokumentasi asuhan keperawatan. Berikut
adalah pembahasan dari aspek Catatan Asuhan Keperawatan dokumentasi
asuhan keperawatan Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap
RSUD Kota Yogyakarta.
Tabel 4.8 Kualitas Dokumentasi Asuhan KeperawatanPaviliun Vinolia dan Ruang Dahlia dari Aspek Catatan Asuhan Keperawatan No Bulan %
Vinolia Dahlia 1 Januari 79,20 79,72 2 Februari 78,40 83,71 3 Maret 74,40 79,03 Rata-rata 77,33 80,82
Sumber: Data Primer Diolah
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa prosentase kualitas
dokumentasi asuhan keperawatan dari aspek catatan asuhan keperawatan di
Paviliun Vinolia pada bulan Januari adalah 79,20% (baik), bulan Februari
78,40% (baik), bulan Maret 74,40% (cukup baik) dan untuk Ruang Dahlia
pada bulan Januari adalah 79,72% (baik), bulan Februari 83,71% (baik),
bulan Maret 79,03% (baik).
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa kualitas dokumentasi
asuhan keperawatan dari aspek catatan asuhan keperawatan sudah baik,
tanpa ada prosentase yang di bawah 76% atau cukup baik. hal ini
dikarenakan semua perawat sudah menyadari bahwa dokumentasi sangat
penting untuk perawat dan juga untuk pasien.
Pencatatan sudah dilakukan sesuai dengan tindakan yang dilakukan
meskipun ada beberapa perawat yang hanya menulis kegiatan yang bersifat
penting saja karena perawat lebih memprioritaskan tindakan langsung
terhadap pasien. Penulisan dokumentasi sudah pada format yang baku tetapi
karena tindakan keperawatan yang dilakukan banyak sehingga perawat
menulis dokumentasi melebihi kolom yang sudah disediakan, bahkan banyak
yang menulis di balik format dokumentasi tersebut. Hal ini tidak sesuai
dengan pendapat Potter dan Perry (2005), yang menyebutkan jangan biarkan
pada akhir catatan perawat kosong, karena orang lain dapat menambahkan
informasi yang tidak benar pada bagian yang kosong tersebut. Untuk itu
buatlah garis horizontal sepanjang area yang kosong dan bubuhkan tanda
tangan di bawahnya.
Walaupun pencatatan sudah ditulis dengan ringkas, namun masih
terdapat tulisan yang susah dibaca sehingga menyulitkan orang lain untuk
mengerti isi dokumentasi tersebut. Seperti disebutkan juga oleh Potter dan
Perry (2005), Semua catatan harus dapat dibaca, ditulis dengan tinta dan
menggunakan bahasa yang lugas, karena tulisan yang tidak terbaca dapat
disalah artikan sehingga menimbulkan kesalahan dan dapat dituntut ke
pengadilan.
Semua berkas dokumentasi asuhan keperawatan disimpan dengan
baik sesuai ketentuan yang berlaku. Ini merupakan salah satu syarat untuk
menjaga kerahasiaan dokumentasi tersebut. Karena dokumentasi
keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki
perawat dalam melakukan catatan keperawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2001).
Namun demikian masih ada keterlambatan dalam mengembalikan
berkas dokumentasi padahal pasien sudah pulang. Seharusnya, menurut
Prosedur Tetap Pelayanan Rekam Medis yang berlaku di RSUD Kota
Yogyakarta berkas rekam medis harus kembali paling lambat 3 hari setelah
diterima oleh dokter yang merawat, sehingga terjaga keamanan dan
kerahasiaan dokumentasi tersebut. Di RSUD Kota Yogyakarta peneliti
menemukan 4 berkas dokumentasi yang belum dikembalikan ke bagian
Rekam Medis padahal pasien sudah pulang 3 bulan yang lalu.
7. Hasil Rata-rata Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Paviliun Vinolia dan Ruang Dahlia
Tabel 4.9 Hasil Rata-rata Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan
di Paviliun Vinolia dan Ruang dahlia
No
Ruang Perawata
n
Aspek yang dinilai Rata-rata
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Tindakan
Evaluasi
Catatan kep
Jumlah
1 Dahlia 84,98 79,39 62,77 86,26 80,14 80,82 473,36 79,06
2 Vinolia 90,16 79,55 66,67 89,01 79,33 77,33 482,05 80,34
Rata-rata 87,57 79,47 64,72 87,64 79,73 79,07 79,70 79,70 Sumber: Data Primer Diolah
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara hasil
penilaian Instrumen A yang dilakukan oleh pihak RSUD Kota Yogyakarta
pada Desember 2005-Februari 2006 yaitu dengan rata-rata 51,38% untuk
Ruangan Dahlia dan 76,73% pada Paviliun Vinolia. Sedangkan hasil
sekarang menunjukkan adanya peningkatan kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan yaitu dengan pencapaian 79,06% untuk Ruang Dahlia dan
80,34% untuk Paviliun Vinolia. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
perawat sudah mengetahui tentang pentingnya dokumentasi dan juga
didukung oleh penerapan NANDA dalam pelaksanaan dokumentasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan pembahasan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia
dan Ruang Dahlia Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Yogyakarta
sudah dilakukan dengan baik yaitu meliputi aspek pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, pelaksanaan dan
evaluasi.
2. Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan di Paviliun Vinolia dan
Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta sudah
dilakukan dengan baik yaitu dengan pencapaian rata-rata aspek
pengkajian adalah 87,57%, diagnosa 79,47%, perencanaan
64,72%, tindakan 87,64%, evaluasi 79,73% dan dari aspek catatan
asuhan keperawatan sebesar 79,07%. Dan rata-rata secara umum
kualitas dokumentasinya adalah 79,70%.
3. Kualitas dokumentasi asuhan keperawatan dari segi perencanaan
masih perlu ditingkatkan karena kualitasnya cukup baik yaitu
dengan pencapaian prosentase hanya 64,72%.
B. Saran
1. Sebaiknya dilakukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan melalui
pelatihan asuhan keperawatan untuk memperbaiki kualitas
dokumentasi.
2. Hendaknya dilakukan peningkatan dalam pendokumentasian dan
format dokumentasi yang kosong agar selalu tersedia di ruang
perawatan. Bila 1 (satu) halaman sudah penuh bisa diteruskan
pada format yang baru sehingga pendokumentasian dapat
dilakukan dengan baik dan benar.
3. Penelitian dapat dilanjutkan untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara faktor yang mempengaruhi perawat dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan kualitas
dokumentasi sehingga bermanfaat bagi profesi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Atlen, Carol, V., 1998, Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan Latihan, EGC, Jakarta.
Azwar, A., 1994, Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan: Aplikasi
Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah, Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi
Keperawatan Edisi 2, EGC, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Kamus Besar bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta. Depkes, RI., 1997, Instrumen Evaluasi Penerapan Standar Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit, Tim Departemen Kesehatan RI, Jakarta _______, 1998, Standar Pelayanan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit,
Tim Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Doenges, M.E., 1998, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan, EGC, Jakarta. Gillies, D.A., 1989, Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem,
W.B Saunders Company, Philadelphia.
Hidayat, A.A., 2001, Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, EGC, Jakarta
Iyer, P.W., 2004, Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, EGC, Jakarta.
Kozier, B.E, et al, 1995, Fundamental Of Nursing and Practice 4 th Edition, Addison-Wesley Publishing Company, Missouri.
Lynn, B, & Slevin, O, 2006, Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan Integral Pada Asuhan/Pasien, EGC, Jakarta.
Marr, H., 2001, Penjaminan Kualitas Dalam Keperawatan: Konsep, Metode dan Studi Kasus, EGC, Jakarta.
Maryorita, B., 2003, Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Postoperatif di Rumah Sakit Islam Kendal, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
McCloskey, J.C, & Bulechek, G.M., 1996, Nursing Intervention Classification
(NIC), Year Book, St. Louis.
NANDA, 2006, Nursing Diagnoses: Definition and Classification, NANDA International
Notoatmodjo, S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nurjannah, Intansari, 2005, Aplikasi Proses Keperawatan Pada Diagnosa Risiko Kekerasan Diarahkan Kepada Orang Lain dan Gangguan Sensori Persepsi, Moco Medika, Yogyakarta.
Nursalam, 2001, Proses dan dokumentasi keperawatan: konsep dan praktik, Salemba Medika, Jakarta.
_______, 2002, Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional, Selemba Medika, Jakarta.
Potter, P.A., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Proses dan Praktik, EGC, Jakarta.
RSUD, Kota Yogyakarta, 1997, Prosedur Tetap Pelayanan Rekam Medis,
RSUD Kota Yogyakarta, Yogyakarta. Sari, L., 2005, Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat
Intensif Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Skripsi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Suryabrata, S., 2000, Metodologi Penelitian, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Swanburg, R.C., 2000, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, EGC, Jakarta.
LLLAAAMMMPPPIIIRRRAAANNN
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Kegiatan Bulan Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
1. Pengajuan judul
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
4. Revisi proposal
5. Penelitian
6. Pengolahan data
7. Analisis data
8. Seminar hasil
9. Revisi hasil
10. Pengumpulan laporan akhir
INSTRUMEN A
INSTRUMEN STUDI DOKUMENTASI
Cara pengisian instrumen A:
Peneliti atau Observer mengisi kolom yang tersedia.
1. Kolom 3 terdiri dari beberapa (tergantung jumlah berkas rekam medik
pasien) sub kolom yang diisi dengan kode berkas pasien (1,2,3,…)
sesuai dengan urutan waktu pulang pada periode evaluasi. Rekam
medik yang telah dinilai diberi tanda agar tidak dinilai ulang.
2. Pada tiap sub kolom diisi dengan tanda “√” bila aspek yang dinilai
ditemukan dan tanda “O” bila aspek yang dinilai tidak ditemukan pada
rekam medik pasien bersangkutan.
3. Kolom keterangan diisi bila penilai menganggap perlu mencantumkan
penjelasan atau bila ada keraguan penilaian.
4. Sub total diisi sesuai dengan hasil penjumlahan jawaban nilai “√” yang
ditemukan pada masing-masing kolom.
5. Total diisi dengan penjumlahan sub total 01+02+03+……
6. Tiap variabel dihitung presentasenya dengan cara:
total Presentase = x 100% Jumlah berkas x jumlah aspek yang dinilai
7. Rekapitulasi penilaian akhir ruangan yang dievaluasi sebagai hasil
pelaksanaan evaluasi.
Periode:……………………sampai dengan ………………..(Dua Bulan)
No Aspek yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik
Pasien Ket
A.
1.
2.
3.
4.
Pengkajian
Mencatat data yang dikaji sesuai
dengan pedoman pengkajian
Data dikelompokkan (bio, psiko,
sosio, spiritual)
Data dikaji sejak pasien masuk
sampai pulang
Masalah dirumuskan
berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma
dan pola fungsi kehidupan
Sub Total
Total
Prosentase
No Aspek yang Dinilai
Kode Berkas Rekam Medik
Pasien Ket
B.
1.
2.
3.
Diagnosa
Dx. Keperawatan berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan
Dx. Keperawatan mencerminkan
PE/PES
Merumuskan diagnosa
keperawatan aktual/potensial
Sub Total
Total
Prosentase
No Aspek yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik
Pasien Ket
C.
1.
2.
3.
4.
Perencanaan
Berdasarkan Dx. Keperawatan
Disusun menurut urutan prioritas
Rumusan tujuan mengandung
komponen pasien/subyek,
kondisi pasien dan atau kriteria.
Rencana tindakan mengacu
pada tujuan dengan kalimat
perintah, terinci dan jelas dan
atau melibatkan pasien/keluarga
5.
6
Rencana tindakan
menggambarkan keterlibatan
pasien/keluarga
Rencana tindakan
menggambarkan kerja sama
dengan tim kesehatan lain
Sub Total
Total
Prosentase
No Aspek yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik
Pasien Ket
D.
1.
2.
3.
4.
Tindakan
Tindakan dilaksanakan mengacu
pada rencana perawatan
Perawat mengobservasi respon
pasien terhadap tindakan
keperawatan
Revisi tindakan berdasarkan
hasil evaluasi
Semua tindakan yang telah
dilaksanakan dicatat ringkas dan
jelas
Sub Total
Total
Prosentase
No Aspek yang Dinilai Kode Berkas Rekam Medik
Pasien Ket
E.
1.
2.
Evaluasi
Evaluasi mengacu pada tujuan
Hasil evaluasi dicatat
Sub Total
Total
Prosentase
No Aspek yang Dinilai
Kode Berkas Rekam Medik
Pasien Ket
F.
1.
2.
3.
4.
Catatan Asuhan Keperawatan
Menulis pada format yang baku
Pencatatan dilakukan sesuai
dengan tindakan yang
dilaksanakan
Pencatatan ditulis dengan jelas,
ringkas, istilah yang baku dan
benar
Setiap melakukan tindakan/
kegiatan perawat mencantumkan
paraf/nama jelas, dan tanggal
jam dilakukannya tindakan
5. Berkas catatan keperawatan
disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Sub Total
Total
Prosentase