SKRIPSI - Jurnal Online UMjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA93E5FFD40176D814... ·...

166
STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01 KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR SKRIPSI OLEH : BENI PUJIANTO 103251464815 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA AGUSTUS 2010

Transcript of SKRIPSI - Jurnal Online UMjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA93E5FFD40176D814... ·...

STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH

DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01

KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI

OLEH :

BENI PUJIANTO

103251464815

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SENI DAN DESAIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

AGUSTUS 2010

STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN

MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH

DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01

KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Negeri Malang

untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Oleh :

Beni Pujianto

NIM 103251464815

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SENI DAN DESAIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

AGUSTUS 2010

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi oleh Beni Pujianto

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Malang, Agustus 2010

Pembimbing I

Drs. Iriaji, M.Pd

NIP. 19630817 198802 1 001

Malang, Agustus 2010

Pembimbing II

Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn

NIP. 19711210 200501 2 001

LEMBAR PENGESAHAN Skripsi oleh Beni Pujianto ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2010 Dewan Penguji

Tjitjik Sriwerdhani, M.Pd ,Ketua

Drs. Iriaji, M.Pd ,Anggota

Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn ,Anggota

Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Seni dan Desain Dekan Fakultas Sastra

Drs. Iriaji, M.Pd Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd NIP. 19630817 198802 1 001 NIP. 19590610 198503 1 005

“ Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan

kepada kedua orang tuaku, bukan sebagai balasan

atas segala yang telah mereka curahkan, lebih

merupakan secuil bukti akan semua harapan yang

semoga dapat kutunaikan. Harapan yang dapat

menghadirkan kebanggaan atas karuniaNya, dan

karunia yang membanggakan untuk mereka.”

“Untuk saudari-saudariku yang slalu

mengharapkan aku untuk selalu maju. Yang

terindah

untuk anak serta istriku

cinta-cintaku, ini semua awal untuk lebih baik

selamanya. Semua teman dan sahabatku kali

ini akan lebih menantang lagi petualangan

kita”

Semua yang telah hadir di hidupku yang tak

akan mudah kuhafal satu persatu namun akan

kuingat dan kukenang selalu terima kasih

telah warnai hidupku dan menghantar serta

mendampingi aku menjadi sejauh ini….

Thanks 4 God,n all God gives 4 me, it’s u all….

Beni Pujianto,

DAFTAR PUSTAKA

Anakciremai.2008.apresiasi seni murni.(OnLine), (www.anakciremai com, di

askes April 2010)

Arikunto, Suharsimi., Prof. Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1986.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Pina Aksara

Chapman, Laura. 1978Approaches to Art in Education. (onLine),

(http://cgi.ebay.com/Approaches-Art-Education-Laura-H-Chapman-

Hardcover-1978-/341640524715, di askes Juni 2010)

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press

Deddy. 2007. Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Ssekolah Dasar Negeri 2

Mojorebo Wirosari Grobogan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Semarang

Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar.

Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Drost, C.J.I.G.M, 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Jakarta:Kanisius.

Gunarsa, Singgih D. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Heri. 2009. Studi Tentang Pengenalan Dan Penggunaan Warna Pada Kegiatan

Mewarnai Gambar Pada Kelas I Di Sdn I Percobaan Malan. Skripsi.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka

Cipta Kerjasama Depdikbud.

Joni, Raka. 1980. Strategi Belajar-Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta:

P3G, Depdikbud.

Latuheru, M.P. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa

Kini. Jakarta: Depdikbud.

Lowenfel, Victor . 1975.described specific stages of growth and development of

children based on the marks they made. (OnLine), (http://www.manuals-

search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, di askes Mei 2010)

Merry. 2009. Pembelajaran Wayang Topeng Anak – anak pada Sanggar Panji

Laras Di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang.Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative data Analysis.

Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Mudjiono, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Malang: Pendidikan Akta IV

IKIP Malang.

Muhadjir, Drs, dkk. 2009. Pendidikan Seni Rupa.Malang: Gantar Gumelar

Murgiyanto, Sal. 1993 dalam Condrowasesa, Kuswarsantyo (diktat) diambil dari

Internet (online), (http://.........., diakses 5 April 2009).

Moeslichatoen. 1982. Psikologi Perkembangan Anak ke Arah Pemahaman anak

Usia Sekolah TK dan SD Jilid I (saduran). Malang: Proyek P3T IKIP

Malang.

Moleong, Lexy J.1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Nasution,. 1998. Asas-asas Kurikulum. Bandung:CV. Jemmass.

Permendiknas. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD

dan MI. (OnLine), (http://www.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD, (di

askes Mei 2010)

Piaget, Jean.1975.Cognative development is a continous process that begin at

birth. (OnLine),

(http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf, di askes Mei

2010)

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam

Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah

Disajikan Dalam Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas

Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.

Rokhman, Fathur. 2002. “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan

Dalam Pelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif

Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002.

Rosjidan, M.A, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbit IKIP

Malang.

Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum,

Pengembangan Proses Belajar-Mengajar. Malang: Penerbit IKIP Malang.

Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni

Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni

Rupa Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar.

Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar:

Universitas Negeri Makasar.

Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.

Sumanto, Drs. 2008. Pembelajaran Seni Rupa di PGSD. Malang: FIP Universitas

Negeri Malang.

Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni..

Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit

ISI Yogyakarta.

Tangyong, Agus. 1990. Pengembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta:

Gramedia.

Tim 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2007.Tipologi. (OnLine),

(http://webcache.googleusercontent.com, di askes Juni 2010)

-----------2008. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif. (OnLine),

(http://html-pdf-convert.com, di askes Juni 2010)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Beni Pujianto, dilahirkan pada tanggal 16 Mei 1983 di Kabupaten Blitar. Putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sungkono dan Ibu Mudrikah ini menempuh pendidikan awal di TK Pertiwi di Beru kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, lulus pada tahun 1990. Kemudian menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Beru I kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Wlingi kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, tamat pada

tahun 1999. Selanjutnya ia menempuh pendidikan menengahnya di SMU Negeri 1 Garum dan berhasil menamatkannya pada tahun 2002. Kemudian baru pada tahun 2003 pendidikan tinggi ditempuhnya dengan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Sastra Jurusan Seni dan Desain Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang melalui jalur SPMB.

Semasa mahasiswa, ia tidak aktif sama sekali dalam organisasi kemahasiswaan ataupun unit kegiatan mahasiswa di dalam kampus. Bersama teman-teman seangkatan program studi ia sering bermain-main (berekspresi & berapresiasi) di komunitas seni “Gomball”. Sebuah komunitas angkatan 2003 sekaligus sebagai wadah berkesenian juga sebagai tempat menghabiskan waktu luang dalam bingkai kebersamaan.

ABSTRAK

Pujianto, Beni. 2010. Study Tentang Proses Pembelajaran Dalam Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Iriaji, M.Pd, (II) Fenny Rochbeind. S.Pd. M.Sn.

Kata Kunci : Pembelajaran, Gambar Ekspresi, Kelas Rendah.

Proses pembelajaran menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dilakukan dengan tiga macam tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, dan hasil pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi apakah sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, serta faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat proses menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sample. Subjek penelitian ini meliputi siswa kelas rendah, Kepala Sekolah, dan Guru Seni Budaya dan Ketrampilan. Prosedur pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara reduksi, penyajian data, penarikan simpulan dan verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Seni Budaya secara konseptual mampu menerapkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam pembuatan perencanaan pembelajaran namun secara aplikasi masih mengalami kesulitan. Sedangkan penerapan dalam pembelajaran Seni Budaya terdiri dari penerapan dalam materi, metode, media, dan sistem penilaian atau evaluasi. Materi yang diajarkan diambil dari buku panduan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Mengenai metode yang digunakan adalah berupa demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Media yang digunakan berupa media cetak yaitu buku penunjang, contoh karya gambar seni, dan perlengkapan menggambar. Adapun sistem penilaian yang diterapkan guru meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Kedua penilaian tersebut mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Penilaian proses dilaksanakan selama tugas sedangkan penilaian hasil dilaksanakan setiap selesai tugas.

Faktor pendukung pembelajaran meliputi faktor guru, siswa, materi, lingkungan. Di dalam faktor pendukung tersebut terdapat juga beberapa faktor penghambat didalamnya.

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru hendaknya mengembangkan media dan pendekatan pembelajaran pada siswa, selain itu dukungan siswa juga diperlukan untuk meningkatkan proses belajar yang efektif.

i

ABSTRACT Pujianto, Beni. 2010. Study About In Drawing Expressions Learning Process Low

Grade Students In Elementary School District Wlingi Tangkil 01 Blitar. Thesis, Faculty of Letters, Arts Education, State University of Malang. Supervisor: (I) Drs. Iriaji, M. Pd, (II) Fenny Rochbeind. S.Pd. M.Sn.

Keywords : Learning, Drawing Expression, Low-grade student.

Learning process drawing on the expression of low-grade student Tangkil Elementary School District 01 Wlingi done with three different stages, namely the preparation phase, implementation phase and evaluation phase. The purpose of this study was to describe the implementation of learning drawing on the expression of low-grade Elementary School District Wlingi Tangkil 01, and the learning outcomes of students drew expressions of low grade Tangkil 01 Elementary School Districts Wlingi if were in accordance with the basic competencies expected, and the factor- factors supporting and inhibiting the expression of the process of drawing a low grade Elementary School District Wlingi Tangkil 01.

This research included a qualitative descriptive study using a purposive sample technique. The subject of this study include a low-class students, Principal, and Teacher of Art and Culture and Skills. Procedures for data collection was done by using the documentation, interviews, and observation. The data analysis was done by reduction, data presentation, drawing conclusions and verification.

Results showed that teachers of Art and Culture is conceptually able to apply in accordance with the existing basic competence in making an application to the learning plan but are still experiencing difficulties. While the application of Cultural Art in learning consists of applying the materials, methods, media, and assessment or evaluation. The material is taught from manuals used by the teacher in learning. Regarding the method used is a demonstration, question and answer, and home work. Media used in the form of print media that is supporting the book, examples of works of art images, and drawing equipment. The teacher evaluation system that is applied includes assessing process and outcome assessment. Both these assessments include affective and psychomotor aspects. The assessment process will be undertaken during the task performed while assessing the results of each completed task.

Factors include the factor of learning support teachers, students, materials, environmental. Inside there are supporting factors are also several inhibiting factors therein.

Based on the research suggested that teachers should develop a media and approaches to student learning, in addition to student support is also needed to enhance the learning process effective.

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti ucapkan karena berkat rahmat

dan hidayahnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi yang berjudul “Study Tentang Proses Pembelajaran Dalam

Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar” ini diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Seni Rupa

Universitas Negeri Malang.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu

ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ingin peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sastra yang telah banyak

memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dra. Tjitjik Sriwerdhani, M.Pd, selaku penguji dalam ujian skripsi, yang

banyak memberikan saran maupun kritikan sehingga penulisan skripsi ini

dapat tersusun dengan baik.

3. Drs. Iriaji, M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak membantu

dan memberikan masukan untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini.

4. Fenny Rochbeind. S.Pd, M.Sn, selaku dosen pembimbing II, yang juga telah

banyak memberikan bimbingan untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen di Program Pendidikan Seni Rupa, terima kasih atas

bimbingannya selama ini sehingga peneliti sudah dapat melangkah sejauh ini

untuk menggapai cita-cita yang diimpikan.

iii

6. Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi untuk

informasinya serta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

mengadakan penelitian guna kepentingan penyusunan skripsi ini.

7. Guru Seni Budaya dan Ketrampilan beserta seluruh staf dan guru di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi untuk informasinya serta yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian

guna kepentingan penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh siswa, Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

9. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibuku serta Kakak dan Adikku juga tidak lupa

Istriku dan si kecil Devan anakku terima kasih atas dukungan lahir dan batin.

10. Guru-guruku terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

11. Teman-temanku PSR angkatan 2003 terima kasih atas bantuan, dukungan, dan

kebersamaannya selama ini. Serta semua pihak yang telah membantu yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semua anggota Gombal Comunity.

12. Teman-teman di Wlingi City n all Kamisam@ crew semuanya yang selalu

menemani hari-hariku dan mewarnai hari-hariku.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun

dari pembaca sangat peneliti harapkan untuk peningkatan mutu skripsi ini.

Harapan peneliti, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Amien……

Malang, Agustus 2010

Peneliti

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ........................................................ 9

F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10

G. Definisi Operasional ................................................................................ 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran ..................................................................... 15

2. Komponen Sistem Pembelajaran ........................................................ 18

3. Tujuan Pembelajaran ........................................................................... 18

4. Proses Pembelajaran ........................................................................... 19

5. Metode Pembelajaran .......................................................................... 23

6. Pendekatan Pembelajaran.................................................................... 24

7. Strategi Pembelajaran.......................................................................... 24

8. Sarana dan prasarana pembelajaran .................................................... 24

v

B. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Kelas Rendah

1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar ............................................. 25

2. Kelas Rendah ...................................................................................... 26

3. Periodesasi Seni Rupa Anak ............................................................... 27

4. Karakteristik Psikologi Siswa Kelas Rendah ...................................... 29

C. Penertian Menggambar Ekspresi

1. Menggambar Ekspresi ......................................................................... 36

D. Proses Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah

1. Tahapan Menggmbar Ekspresi ............................................................ 49

2. Menggmbar Ekspresi Siswa Kelas Rendah ........................................ 50

E. Menggambar Ekspresi Dalam Kurikulum KTSP Sekolah Dasar ............. 51

F. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar

1. Faktor Pendukung ............................................................................... 53

2. Faktor Penghambat ............................................................................. 55

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 59

B. Kehadiran Peneliti .................................................................................... 60

C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 60

D. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 61

E. Sumber Data .............................................................................................. 61

F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 61

G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 64

H. Analisa Data ............................................................................................. 66

I. Pengecekan Keabsahan Data..................................................................... 68

J. Tahap -Tahap Penelitian ........................................................................... 68

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...........................................................71

B. Program Pendidikan Sekolah.....................................................................76

C. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar

vi

vii

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi .................................................... 77

D. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi…………………...86

E. Faktor Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar

Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi……………………………………..88

1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran .................................... 88

2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran ................................... 92

BAB V PEMBAHASAN

A. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah

Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................................94

B. Hasil Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di

Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................102

C. Faktor Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di

Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................107

1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran ................................. 107

2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran ................................ 109

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 111

B. Saran. ................................................................................................ 116

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 118

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 121

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Ruang Lingkup Penelitian ...……………………………………………11

4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi ……………………………………………………...75

4.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran.…………………….......76

4.3 Jumlah Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi, kelas 1,2,3………………………………………….78

4.4 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran………………….81

4.5 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran………………….84

4.6 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran…………………..86

4.7 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...86

4.8 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...90

4.9 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...91

viii

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

5.1 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Satu…………………..103

5.2 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Dua…………………..104

5.3 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Tiga…………………..105

1

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya terus-menerus yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menyikapi

era globalisasi, perkembangan jaman di masa ini, adalah dengan mencerdaskan

kehidupan bangsa khususnya di bidang pendidikan dasar. Pendidikan dasar

bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara

dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti

pendidikan menengah. Sebagaimana kita lihat dalam Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tertera bahwa Sekolah Dasar merupakan

penggal pertama dari pendidikan dasar sembilan tahun. Sekolah Dasar (SD)

sebagai penggal pertama diselenggarakan enam tahun dan selanjutnya sebagai

penggal kedua adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang

diselenggarakan selama tiga tahun.

Kebijaksanaan baru ini mempengaruhi fungsi Sekolah Dasar. Sekolah

Dasar tidak lagi sekadar berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan memberikan

keterampilan “baca, tulis, hitung” dan setumpuk pengetahuan yang telah

dipelajarinya. namun diharapkan agar keseluruhan keterampilan ini harus

bermakna bagi anak, Keterampilan tersebut dapat dijadikan alat untuk

memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan anak pada saat ini dan

masa mendatang (Deddy, 2007:1).

2

 

Sekolah sebagai lembaga pendidikan, sangat penting dalam proses

pembelajaran. Program di sekolah dilaksanakan secara teratur dan sistematis,

dengan sarana dan prasarana yang memadai serta peran guru sebagai pembimbing

akan menghasilkan pemahaman yang cepat bagi siswa. Meskipun, dalam

kenyataannya, banyak sarana dan prasarana yang masih kurang memadai terutama

di Sekolah Dasar. Keberhasilan tentunya juga sangat ditentukan oleh berbagai

faktor salah satunya harus ada keterkaitan antar komponen pembelajaran yaitu:

tujuan, metode, media, materi, dan evaluasi pembelajaran (Deddy, 2007:2)

Pendidikan merupakan sebuah proses interaksi dari berbagai faktor,

khususnya interaksi guru dan peserta didik dalam penyajian pengalaman

pembelajaran memerlukan sebuah panduan untuk memperoleh tujuan hasil

belajar, panduan itu adalah kurikulum. Kurikulum bertujuan untuk menjelaskan

kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses

pembelajaran, pengalaman pembelajaran harus dikuasai serta bagaimana

pengalaman pembelajaran tersebut dikemas dan disampaikan kepada peserta didik

(Depdiknas, 2007).

Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai upaya penyempurnaan

implementasi kurikulum agar titik fokus pembalajaran menjadi lebih terarah,

pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 / 2006

tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menegah

dan Peraturan Menteri No. 22 / 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan

Dasar dan Menengah yang kemudian menjadi acuan dilaksanakannya Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah

Dasar anak dapat mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa

 

3

 

keindahan dan kemampuan menghargai seni. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Termasuk kedalam kelompok mata pelajaran estetika yang

cakupannya dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan

mengekpresikan, dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni.

Kemampuan mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni

mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga

mampu menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan mesyarakat

sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kemudian dalam

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP ) mengarahkan

kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal (Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional,2006:3)

Pendidikan seni, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai

oleh siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk

manusia berkualitas, khususnya dalam menggambar merupakan pendekatan yang

ideal dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir

serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan

kreatif. Seperti apa yang dikatakan John Dewey (dalam Salam, 2001:17) bahwa

kegiatan seni rupa sebagai kegiatan pengalaman estetis mampu menimbulkan

kegairahan dan menimbulkan kesadaran akan sesuatu pengalaman yang khas

dalam kehidupan. Pada akhirnya akan menjadikan manusia yang utuh, mandiri,

dan bertanggung jawab. Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk

kegiatan pembelajaran pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan

keterampilan seni rupa (Salam, 2001:15).

 

4

 

Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek kognitif

(pengetahuan) kesenirupaan yang bertujuan memberikan pemahaman kepada

siswa tentang berbagai aspek dari seni rupa meliputi pengertian dan jenis-jenis

karya seni rupa; teknis penciptaan berbagai jenis karya seni rupa yang

menyangkut pengetahuan tentang bahan, alat dan prosedur kerja; aspek

kesejarahan yang membahas mengenai perkembangan seni rupa dari masa ke

masa termasuk corak karya, faktor yang mempengaruhi, dan riwayat hidup

seniman. Tentunya, tingkatan pemahaman pengetahuan ini bersifat berjenjang dari

Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (Deddy, 2007:3)

Pembelajaran seni rupa berfokus pada pembinaan praktik pengalaman

studio atau aspek psikomotorik. Pendididkan ini lebih diwarnai oleh latihan

berolah seni rupa baik dalam bentuk latihan dasar (pengenalan alat, bahan teknik)

maupun latihan penciptaan. Untuk siswa Sekolah Dasar, dalam berkarya

mempunyai tema yang bervariasi, mulai dari makhluk luar angkasa, binatang-

binatang imajinatif. Pengenalan media dan teknik menggambar menjadikan

pilihan anak untuk berkarya sesuai yang disukai. Dengan eksperimen, anak dapat

mencoba berbagai kemungkinan-kemungkinan dalam menggunakan alat dan

bahan untuk berkarya. Penggunaan bahan dan peralatan pembuatan karya

menggambar tidak sebatas pada kertas, crayon, cat poster, pensil warna tapi dapat

juga kita pakai sumba (pewarna makanan dan sebagainya ), kertas warna sebagai

media pilihan (Deddy, 2007:4)

Tujuan Pembelajaran kesenian adalah memberikan kesempatan kepada

anak anak menyalurkan ekspresinya secara bebas, sehingga imajinasi atau fantasi

dapat tumbuh subur yang akhirnya akan mendorong perkembangan kreativitasnya.

 

5

 

Sejalan dengan itu, dapat menjadi sarana untuk membebaskan tekanan-tekanan

batin dan persoalan-persoalan pada diri anak (Deddy, 2007:4)

Keberanian siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasan dari

pengalaman yang dialami setelah melihat gejala keindahan adalah kegiatan yang

perlu ditanamkan. Mengajak siswa untuk membuat sebuah karya gambar

menjadikan anak mampu berpikir kritis dan kreatif. Menggambar sebagai ugkapan

kreatif untuk mengisi rasa cepat anak menerima rangsangan dari luar dan dapat

melahirkan segala isi kesadaran jiwanya (Deddy, 2007:4)

Secara umum karakteristik siswa kelas rendah didominasi oleh rasa dan

emosional yang tidak stabil, sehingga responsifnya rendah. Otot lengannya masih

belum sempurna, sosialisasinya rendah serta masih mementingkan diri sendiri

(egoistis), hasrat keingintauanya tinggi, tetapi sulit untuk dikendalikan atau

diarahkan, tidak ingin diatur dengan berbagai larangan. Kebebasanya

mengarahkan pada anggapan segala sesuatu tidak penting. Banyak membuang

waktu untuk menghayati pengalaman imajinatif ( sering bicara sendiri ), sangat

menyenangi pujian (Muhadjir,2009:37). Peneliti memilih penelitian pada kelas

rendah karena hasil karya menggambarnya cenderung ekspresif dan spontan.

Selain itu hasil karya menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah dipandang

sebagai aktifitas kesenian yang bersifat permainan untuk mengembangkan dan

mengarahkan emosi serta perasaan sehingga menggambar bukan tujuan untuk

menghasilkan karya.

Dalam mata pelajaran ini siswa kelas rendah diajarkan berbagai macam

penguasaan materi seni termasuk materi Menggambar Ekspresi. Dalam materi

menggambar ekspresi siswa diajarkan menggambar objek benda kedalam bentuk

 

6

 

gambar berdasarkan tema yang berbeda sesuai tingkatan kelasnya. Siswa

dikenalkan pada proses menggambar ekspresi berupa penggunaan alat dan bahan,

teknik yang digunakan, penentuan tema atau objek benda dan langkah-langkah

dalam menggambar ekspresi.

Pembelajaran menggambar ekspresi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

menggambarkan kondisi yang agak unik, hasil karya siswa kelas rendah Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi banyak dijumpai karya yang aneh,

unik, lucu, gaya dan corak yang sama, tidak beraturan. Keanehan dan keunikan

karya siswa dapat dilihat dari cara menggambar objek manusia, benda, dan

binatang yang tidak proporsional misalnya gambar kepala lebih besar dari anatomi

tubuhnya, komposisi warna yang tidak harmonis (selaras) dan cenderung kontras.

Berdasarkan aspek proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 juga memiliki langkah pembelajaran, tema kegiatan dan media

yang lebih spesifik, kecenderungan keunikan hasil yang unik ini belum diketahui

sehingga perlu diteliti. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui

proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dan bagaimanakah hasil Pembelajaran

menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi, apakah sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan serta

faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses berkarya

menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi. Untuk itu peneliti mengambil judul ” Studi Tentang Proses

Pembelajaran Menggambar Ekspresi Pada Siswa Kelas Rendah”.

 

7

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah yang ingin

peneliti angkat dalam penelitian ini, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas

rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi?

2. Bagaimanakah kecenderungan hasil gambar ekspresi siswa kelas rendah

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi?

3. Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses

pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi?

C. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian

ini adalah untuk memperoleh informasi proses menggambar ekspresi siswa kelas

rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01, Kecamatan Wlingi. Sehubungan

dengan itu, tujuan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa

kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

2. Untuk mendiskripsikan kecenderungan hasil gambar ekspresi siswa kelas

rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 1 Kecamatan Wlingi.

3. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat proses

pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri SDN Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

 

8

 

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka hasil penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

mengenai proses pembelajaran beserta faktor pendukung dan penghambat dalam

menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil

01 Kecamatan Wlingi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Jurusan Seni dan Desain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan materi tambahan untuk

perkuliahan dan memberi tambahan dokumentasi topik-topik skripsi

pendidikan seni bagi mahasiswa program studi pendidikan seni rupa pada

khususnya, serta dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut.

b. Bagi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Dimanfaatkan untuk bahan pertimbangan pengajar dan peserta didik untuk

motivasi kedepan agar lebih maju.

c. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini diharapkan pengajar dapat meningkatkan

proses berkarya menggambar ekspresi bagi siswa.

 

9

 

d. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui dan

memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dari permasalahan

yang dihadapi selama penelitian.

e. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan

dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian

1. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang

dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (UM,

2003:13). Sedangkan menurut Surakhmad dalam (Arikunto, 2002:58),

menyebutkan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima oleh penyelidik. Adapun asumsi yang mendasari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Pelaksanaan proses pambelajaran menggambar ekspresi siswa kelas

rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.

b. Bagaimana hasil proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa

kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

c. Faktor penentu proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas

rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.

2. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:

 

10

 

 

a. Penelitian terbatas hanya pada proses pembelajaran menggambar

ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan

Wlingi.

b. Penelitian terbatas hanya pada bagaimana hasil dari proses

pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

c. Penelitian terbatas hanya pada faktor pendukung dan penghambat

proses pembelajaran menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.

d. Peneliti tidak lepas dari keterbatasan dana dan waktu.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian, maka peneliti perlu

memberi batasan masalah melalui ruang lingkup objek penelitian yaitu proses

menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan

Wlingi. Ruang lingkup dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

11

 

 

12

 

G. Definisi Operasional

Berdasarkan uraian maka penegasan istilah dimaksudkan untuk

menghindari terjadinya perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang

digunakan, sehingga memperjelas masalah-masalah yang menjadi sasaran

penelitian. Penegasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Kesenian

Komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari tujuan, bahan,

metode, dan alat serta penilaian merupakan satu kesatuan yang memiliki

keterkaitan dengan keberlangsungan pembelajaran kesenian. Pengelolaan dan

strategi pembelajaran harus diciptakan sekondusif mungkin agar pembelajaran

dapat menguntungkan bagi kedua belah pihak dengan tetap memperhatikan

komponen-komponen pembelajaran kesenian (Merry, 2009:15)

2. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar

Pendidikan seni rupa di sekolah dasar bukan sebagai tujuan akhir untuk

membina anak sebagai subjek didik menjadi seorang seniman atau kurator,

melainkan agar anak memperoleh pengalaman tentang seni rupa dan berkesenian.

Pengalaman ini dapat diperoleh dengan mengamati, menikmati, dan melakukan

aktivitas berkarya seni rupa. Penyelenggaraan pendidikan seni rupa harus

didasarkan pada faktor-faktor kejiwaan anak, sesuai masa perkembangannya.

Pemahaman terhadap konsep pendidikan seni rupa untuk anak-anak akan

menentukan teknik-teknik yang digunakan oleh pengajar nantinya. Teknik-teknik

pengajaran teori untuk aspek kognitif anak, pengajaran apresiasi untuk aspek

afektif serta pendidikan ketrampilan untuk melatih psikomotorik anak. Manfaat

pendidikan seni rupa untuk anak-anak adalah memacu pertumbuhan jiwa anak

 

13

 

secara menyeluruh. Hal ini dicapai melalui penciptaan situasi yang mendorong

anak untuk mengembangkan pengetahuan, kepekaan estetis, daya cipta dan daya

imitasi (Muhadjir,2009:36)

3. Pendidikan Seni Rupa di Kelas Rendah

Pengajaran seni rupa tentu akan memperhatikan siswa melalui cara anak

memperhatikan dan mengerjakan pelajaran kesenirupaan, yaitu dengan cara

menirukan contoh menirukan berbagai bentuk benda oleh karena itu

pembelajaran awal anak pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengkondisian anak

secara benar pada tingkatan yang paling elementer, maka di Sekolah Dasar siswa

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Kelas Rendah dan Kelas Tinggi. Kelas

rendah di kelompokkan pada kelas I,II,III sedangangkan pada kelas tinggi di

kelompokkan pada kelas IV,V,VI (Muhadjir,2009:35)

Sedangkan Pendidikan Seni Rupa Kelas rendah difungsikan untuk

mengembangkan dan mengarahkan emosi serta perasaan siswa pada kegiatan

yang bersifat permainan, sehingga menggambar bukan tujuan untuk menghasilkan

karya. Melatih menggunakan otot-otot untuk menyalurkan berbagai hal yang

dirasakan sehingga objek seni rupa untuk tingkat ini tidak menjadi penting.

Kemiripan gambar semata-mata menunjukkan adanya perkembangan bahwa pusat

perhatiannya lebih terkoordinasi secara lebih terarah (Muhadjir,2009:37)

4. Menggambar Ekspresi

Ekspresi adalah pencerminan atau pengungkapan emosi dan perasaan

melalui menggambar atau melukis. Menggambar Ekspresi adalah kegiatan

mengungkap emosi dan perasan yang timbul akibat pengalaman-pengalaman dari

luar ke atas bidang gambar (Dharmawan. 1987 dalam Sumanto,2008:92)

 

14

 

 

Menggambar Ekspresi pada kelas rendah adalah membuat karya gambar

sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan

bersifat individual. Gambar ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu

terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi,

perspektif dan lainnya. Karakteristik gambar ekspresi adalah (1) dapat

menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik, dan kreatif, (2) Menampilkan

unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) Objek

gambar sangat dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi

berdasarkan fantasi ekspresif lainnya maupun sesuai dengan tema yang telah

ditentukan (Sumanto, 2008:93)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha

menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan

tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat

sejumlah tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran dalam hal ini merupakan

suatu kumpulan yang terdiri dari komponen komponen pembelajaran yang saling

berinteraksi, berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu

komponen tidak dapat terinteraksi, maka proses dalam pembelajaran akan

menghadapi banyak kendala yang mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran

(Deddy, 2007:10). Raka Joni (1980:1) menyebutkan, pembelajaran adalah

penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan

sistem lingkungan berarti menyediakan kondisi lingkungan yang dapat

merangsang anak untuk belajar.

Dengan demikian proses pembelajaran terjadi timbal balik antara guru dan

murid, guru memberi materi atau bahan sedangkan murid yang menerima. Bisa

dikatakan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara murid belajar dan

guru mengajar. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar

diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya.

15  

16  

Faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah

laku seseorang terjadi akibat interaksi dengan orang lain. Proses belajar pada anak

sangat dipengaruhi dari pihak keluarga, pergaulan sekolah, dan lingkungan

masyarakat sekitarnya. Baik dan buruknya tingkah laku yang terjadi di keluarga

akan membawa dampak dalam tingkah laku pergaulan sekolah dan lingkungan

sekitarnya. Begitu pula sebaliknya, tingkah laku pergaulan sekolah dan

lingkungan masyarakat sekitarnya akan terbawa di kehidupan keluarganya.

Menurut Sujana (1988: 21) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau

perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku baru ini misalnya dari

yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Adanya

perubahan baru dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesungguhan menghargai,

perkembangan sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Sifat ingin tahu

seseorang sangat besar, sehingga mendorong untuk mempelajari sesuatu yang

belum diketahuinya. Cara-cara mempelajari diawali dengan menirukan sesuatu

yang dilakukan dengan kebiasaan atau cara lain yang berbeda-beda, tergantung

pada hal-hal yang menguntungkan dan mampu dilakukan (Deddy, 2007:11)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar mampu

membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya

mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan,

kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya

mengenai segala pribadi seseorang. Karena itu seseorang yang sedang belajar

tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya karena lebih sanggup

menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan

17  

keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuan saja, akan tetapi dapat

menerapkan pengetahuannya itu dalam situasi hidupnya (Deddy, 2007:11)

Adapun pengertian belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, masih

ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar antara lain “Belajar adalah suatu

proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksinya dengan lingkungan” (Ibrahim dan Syaodih, 1996 :3).

Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik

yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai

(sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan

dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), di mana proses mental dan

emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke

dalam tiga ranah, yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik

(psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif).

Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh hubungan

kondisi antara stimulus dan respon. Belajar adalah menghubungkan sebuah respon

tertentu kemudian diperketat ikatannya melalui berjenis-jenis cara yang

berkondisi. Hakikat belajar adalah penemuan hubungan tingkah laku dari yang

tidak tahu, dari tidak biasa menjadi biasa tergantung dari proses yang ditempuh

guna mendapat respon lebih cepat atau lambat dari hasil pembelajaran itu juga

biasa diakibatkan oleh besar atau tidaknya motivasi yang dimiliki masing-masing

individu. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral, dengan bantuan

dan pengarahan guru yang berpengalaman dengan menggunakan berbagai metode

yang terprogram akan mencapai hasil yang maksimal.

18  

Bertolak dari berbagai pendapat itu penulis katakan pengertian belajar

secara umum adalah suatu usaha dengan proses yang aktif untuk mendapat suatu

pengetahuan atau pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku pada waktu

seseorang menghadapi situasi tertentu untuk dapat mengembangkan dirinya ke

arah kemajuan yang lebih baik.

Belajar dan mengajar adalah dua proses yang mempunyai hubungan sangat

erat dalam dunia pengajaran. Belajar biasanya dikhususkan kepada siswa dan

mengajar kepada guru. Keduanya baik guru maupun siswa biasa melakukan kedua

hal itu, baik belajar maupun mengajar atau dalam perkataan saling belajar dan

saling mengajar. Belajar dan mengajar terjadi baik di sekolah maupun di luar

sekolah. Di sekolah dalam arti formal, sedangkan di luar sekolah biasa berupa

bimbingan lanjutan dari sekolah atau terlepas dari sekolah.

(Deddy, 2007:12-13)

2. Komponen Sistem Pembelajaran

Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem berarti meliputi sejumlah

komponen yang terdiri dari: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan

evaluasi ( Moedjiono, dkk,1996:19-20). Tiap-tiap komponen pembelajaran

tersebut memilliki fungsi dan tugasnya masing-masing, tetapi bekerjanya fungsi

dan tugas tersebut terjadi dalam jalinan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila

salah satu komponen sistem pembelajaran tidak berfungsi, maka pembelajaran

tidak akan berlangsung.

3. Tujuan Pembelajaran

Ditinjau dari tujuan dan hasilnya, pembelajaran memiliki dua dimensi

tujuan dan hasil belajar sebagai berikut:

19  

a. Instruksional effects

Merupakan tujuan pengajaran yang secara eksplisit hendak dicapai dalam

proses pembelajaran. Tujuan ini berupa tujuan khusus pembelajaran. Menurut

taksonomi Benyamin S. Bloom dalam Kibler(1974:90), instruksional effects

mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek

psikomotorik (Merry, 2009:18). Taksonomi pembelajaran menurut Gagne

meliputi: informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan

psikomotorik (Saputro, Suprihadi, 1993:26)

b. Nurturant effects

Merupakan tujuan pengiring sebagai tujuan sampingan yang tercapainya

akibat perilaku belajar yang dilakukan anak. Tujuan ini mengarah pada pola

perilaku anak seperti sikap kritis, terbuka, gemar membaca, kemampuan

mengemukakan pendapat dan sebagainya.

4. Proses pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks karena

mencakup banyak variabel, yaitu variabel tujuan, guru, siswa, proses belajar dan

susunan pembelajaran. Proses pembelajaran terdiri dari beberapa aspek, yaitu

tahap-tahap pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi dan taktik

pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, serta prosedur pembelajaran.

Jacobsen, Egen, dan Kauchak (1989: 9-12) dalam Suprihadi, dkk (2000:12-13),

membagi proses pembelajaran menjadi tiga tahap, yaitu: 1)Tahap persiapan, 2)

Tahap pelaksanaan, dan 3) Tahap evaluasi.

20  

a. Tahap Persiapan

Persiapan pembelajaran meliputi tujuan yang akan dicapai, materi yang

sesuai dengan tujuan, interaksi pembelajaran yang sesuai tujuan,media dan

sumber belajar yang mendukung, materi bentuk dan teknik evaluasi untuk

mengukur pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan. Dengan

melihat pada Prota, Promes, Silabus, dan RPP yang digunakan dalam proses

belajar mengajar. Pengertian pengelolaan kelas menurut Depdikbud, Dirjen

Dikdasmen dalam Buku Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (1996)

Pengelolaan Kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan

suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat

memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Usaha sadar itu

mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan prasarana,

pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar

mengajar berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahapan penerapan dari tahap perencanaan yang telah

dibuat oleh guru. Secara operasional guru melaksanakan tahap-tahap

perencanaan.

1) Langkah – langkah Pembelajaran

Pada dasarnya langkah - langkah pembelajaran melalui tiga tahap

yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran merupakan

suatu proses, maka diperlukan adanya perencanaan yang seksama dan

sistematis (Ibrahim dan Sukmadinata, 1996:31). Langkah sistematis dan

seksama dalam pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau bagian

21  

terpenting dari strategi mengajar, yakni usaha guru dalam mengatur dan

menggunakan variabel-variabel pengajaran agar mempengaruhi siswa dalam

mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya dengan menggunakan

pendekatan serta strategi dalam pembelajaran.

2) Materi Pembelajaran

Materi pelajaran yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan

konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran

(Suprihadi, dkk, 2000:9). Karakteristik pembelajaran seni rupa di Sekolah

Dasar ditekankan pada kesesuaian materi dan karakteristik siswa.

Pengembangan materi berorientasi pada: pemberian unsur kreatif dalam

kegiatan seni rupa, memberikan dorongan untuk terampil kreatif sesuai

minat siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan secara terarah untuk

mengemukakan pendapat, ide sesuai pengalamannya (Sumanto, 2008:18).

3) Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan. Metode adalah suatu cara untuk memberikan kesempatan

kepada siswa dalam mendapatkan informasi dari orang lain yang didalam

fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suprihadi,

dkk, 2000:9). Metode dalam pembelajaran merupakan bagian integral

strategi pembelajaran yang ditetapkan, maka dari itu metode yang akan

disampaikan dapat mempengaruhi pemilihan jenis strategi yang akan

digunakan dalam pembelajaran agar tujuan dapat tercapai. Raka Joni (1980)

dalam Suprihadi, dkk (2000:16), metode merupakan bagian dari sejumlah

tindakan strategis untuk melakukan pembelajaran. Setiap metode memiliki

22  

aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis tersebut adalah gaya dan

variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran. Metode - metode

pembelajaran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah meliputi

Metode Tanya jawab, demontrasi, ceramah.

4) Media Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran yang penting demi

terlaksananya pembelajaran dalam meningkatkan mutu dan kualitas

pembelajaran itu sendiri. Materi ataupun metode pembelajaran tidak bisa

lepas dari media karena sangat mendukung demi tercapainya pembelajaran

yang bermutu. Media merupakan alat bantu dalam mendukung kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Media adalah semua bentuk perantara yang

digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga

ide yang di disampaikan bisa sampai pada penerima ( Latuheru, 1988:11).

c. Tahap Evaluasi

Tahap ini merupakan tahap penilaian oleh guru yang terdiri dari dua aspek

sasaran penilaian, yaitu: 1) proses pembelajaran yang dilakukan guru dan hasil-

hasil instruksional, 2) efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Tahap akhir dari proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah tahap

penilaian hasil (evaluasi). Tahap evaluasi ini digunakan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran menggambar

ekspresi yang telah dilaksanakan dengan mengadakan evaluasi terhadap siswa

maupun proses pembelajaran menggambar ekspresi itu sendiri. Evaluasi

pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah

23  

dicapai dalam program pembelajaran menggambar ekspresi yang sudah

berlangsung.

Evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu

objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu

tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan (Thoha ,1996: tanpa halaman).

5. Metode pembelajaran

Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan. Metode dalam pembelajaran merupakan bagian integral strategi

pembelajaran yang ditetapkan. Metode- metode pembelajaran meliputi:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan alat utama untuk menyampaikan informasi

yang telah lama dipergunakan. Ceramah merupakan penjelasan yang

disampaikan secara verbal dan penggunaan penjelasannya mempunyai tujuan

utama (Turney, 1981: 191) dalam Suprihadi, dkk (2000:161)

b. Metode Demonstrasi

Metode ini merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk

menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi

(sebagi metode pembelajaran) dimana seorang guru atau demonstrator (orang

luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada

seluruh kelas cara kerja atau proses terjadinya sesuatu (Suprihadi, dkk,

2000:189).

24  

c. Metode Tanya-jawab

Dalam proses pembelajaran, bertanya memegang peranan yang sangat

penting. Pertanyaan merupakan salah satu perangsang yang terbaik yang

dapat disampaikan guru kepada siswa. Tingkat efisiensi pembelajaran

sebagian besar duikur dengan ciri-ciri yang dipertanyakan guru.

( Merry,2009:23-24)

6. Pendekatan pembelajaran

Pembelajaran seni harus dapat mengembangkan ranah kognitif

(pengetahuan), ranah afektif (nilai dan sikap), dan ranah psikomotorik. Untuk itu

pengajar seni harus dapat mengembangkan ketiga ranah tersebut, karena

pendidikan seni pada dasarnya adalah pendidikan yang bertumpu pada nilai sikap

( perasaan, emosi, dan watak). Berdasarkan taksonomi Bloom dalam Rosjidan,

dkk (2003:4), tujuan pembelajaran terdiri atas tiga ranah (domain), yaitu: Ranah

kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotorik.

7. Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen

pembelajaran, yang berhubungan dengan cara-cara yang dipilih oleh pengajar

untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara-

cara yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan

kemudahan atau fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Taba

dalam Suprihadi, dkk , 2000:21).

8. Sarana dan prasarana pembelajaran

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan

25  

penunjang utama terselenggaranya dalam hal ini proses pembelajaran. Keberadaan

sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan aspek-aspek pembelajaran

lainnya.

B. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Kelas Rendah

1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar

Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk kegiatan pembelajaran

pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan keterampilan seni rupa

(Salam, 2001: 15). Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek

kognitif (pengetahuan) kesenirupaan. Materi seni rupa ini berisi kajian seperti

tinjauan seni rupa, sejarah seni, persoalan estetika dan cara untuk menilai sebuah

karya seni baik secara konsep maupun komposisi.

Pembelajaran kesenian berfokus pada pembinaan praktik pengalaman

studio. Untuk melatih keterampilan berkarya, siswa didik diharapkan dapat

menggali dari budaya dan alam di sekitarnya sehingga secara tidak langsung

mereka akan menjadi lebih inovatif untuk berkarya. Pada akhirnya tercipta siswa

yang mampu mengoptimalkan berbagai sumber yang tersedia untuk menjadi

produk karya seni yang berkualitas. Pada siswa Sekolah Dasar, jenis pembelajaran

kesenian banyak ragamnya mulai dari menggambar, melukis, mematung, maupun

juga bisa diarahkan untuk membuat kerajinan.

Pendidikan seni rupa di sekolah bukan sebagai tujuan akhir untuk

membina anak sebagai subjek didik menjadi seorang seniman atau kurator,

melainkan agar anak memperoleh pengalaman tentang seni rupa dan berkesenian.

Pengalaman ini dapat diperoleh dengan mengamati, menikmati, dan melakukan

aktivitas berkarya seni rupa. Penyelenggaraan pendidikan seni rupa harus

26  

didasarkan pada faktor-faktor kejiwaan anak, sesuai masa perkembangannya.

Pemahaman terhadap konsep pendidikan seni rupa untuk anak-anak akan

menentukan teknik-teknik yang digunakan oleh pengajar nantinya. Teknik-teknik

pengajaran teori untuk aspek kognitif anak, pengajaran apresiasi untuk aspek

afektif serta pendidikan ketrampilan untuk melatih psikomotorik anak. Manfaat

pendidikan seni rupa untuk anak-anak adalah memacu pertumbuhan jiwa anak

secara menyeluruh. Hal ini dicapai melalui penciptaan situasi yang mendorong

anak untuk mengembangkan pengetahuan, kepekaan estetis, daya cipta dan daya

imitasi (Muhadjir,2009:36)

Menggambar Ekspresi pada kelas rendah adalah membuat karya gambar

sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan

bersifat individual. Gambar ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu

terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi,

perspektif dan lainnya. Karakteristik gambar ekspresi adalah (1) dapat

menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik, dan kreatif, (2) Menampilkan

unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) Objek

gambar sangat dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi

berdasarkan fantasi ekspresif lainnya maupun sesuai dengan tema yang telah

ditentukan (Sumanto, 2008:93)

2. Kelas Rendah

Pengajaran seni rupa tentu akan memperhatikan siswa melalui cara anak

memperhatikan dan mengerjakan pelajaran keseirupaan, yaitu dengan cara

menirukan contoh menirukan berbagai bentuk benda oleh karena itu

pembelajaran awal anak pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengkondisian anak

27  

secara benar pada tingkatan yang paling elementer, maka di Sekolah Dasar siswa

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Kelas Rendah dan Kelas Tinggi.

(muhadjir,2009:35) Kelas rendah di kelompokan pada kelas I, II, III, sedangkan

kelas tinggi dikelompokkan pada kelas IV,V, VI.

Adapun tahap karakteristik siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat

dikemukakan sebagai berikut secara umum karakteristik siswa kelas rendah

didominasi oleh rasa dan emosional yang tidak stabil, sehingga responsifnya

rendah. Otot lengannya masih belum sempurna, sosialisasinya rendah serta masih

mementingkan diri sendiri (egoistis), hasrat keingintahuannya tinggi, tetapi sulit

untuk dikendalikan atau diarahkan, tidak ingin diatur dengan berbagai larangan.

Kebebasanya mengarahkan pada anggapan segala sesuatu tidak penting. Banyak

membuang waktu untuk menghayati pengalaman imajinatif (sering bicara sendiri

), sangat menyenangi pujian (Muhadjir,2009:36)

3. Periodesasi Seni Rupa Anak

Awal kehidupan anak merupakan masa yang sangat menentukan pola

tingkah laku, pikir, dan belajar pada masa selanjutnya. Pada masa ini kesadaran

jati diri mulai tumbuh. Seni dapat memberi dukungan yang berarti. Melalui

kegiatan seni anak berupaya mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap

lingkungan hidupnya.

Masa pertumbuhan anak menurut ahli psikologi dan pendidikan dapat

diidentifikasi dan diklarifikasikan berdasarkan karya seni rupa yang mereka buat.

Victor Lowenfel (1947-1957) meklasifikasi perkembangan atas beberapa tahap,

yaitu :

28  

a. Tahap Coret-Coret (Scribbling) usia 2-4 tahun

Tahap ini ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam membuat goresan

yang tidak terwujud. Tahap ini dibedakan menjadi tiga yaitu ; coretan tak

beraturan (Disordered Scribbling), coretan terkontrol (Controlled Scribbling),

dan penambahan goresan (Naming Scibbling)

b. Tahap Prabagan (The Preschematic Stage) usia 4-7 tahun

Pada tahap ini terjadi perubahan cara menggambar yaitu; terjadi kesadaran

akan kreasi bentuk dan mulai ada komunikasi dengan gambar. Ciri tahap

coret-coret yang berdasarkan gerakan tangan kini berubah menjadi coretan

yang terkontrol dan memiliki hubungan yang jelas dengan lingkungan karena

merepresentasikan sesuatu yang pernah dilihat anak seperti orang, rumah,

atau pohon.

c. Tahap Bagan (Schematic Stage) usia 7-9 tahun

Setalah puas dengan ekperimen membuat bentuk, akhirnya anak mulai

dapat membentuk bagan lebih lengkap. Disebut bagan, jika anak membuat

bentuk dengan pengulangan tanpa ada keingingan mengubah. Jika anak

mengubah bentuk, itu disebabkan ada sesuatu yang sangat penting bagi

mereka.

d. Tahap Berkelompok (The Gang Age) 9-12 tahun

Salah satu ciri yang menonjul pada periode ini adalah anak menyadari

bahwa mereka anggota masyarakat. Anggota dari kumpulan teman-temannya.

Pada masa ini anak mulai dapat bekerja sama dengan anak lainnya dan orang

dewasa. Dalam kelompoknya mereka dapat saling bercerita tentang

pengalaman, rahasia, dan kesenangan dalam berkerja sama. Kelompok

29  

biasanya didasarkan pada jenis kelamin yang sama anak perempuan mulai

tertarik pada pakaian yang bagus, dan anak laki-laki mulai senang membuat

mainannya sendiri dan mereka suka pergi dengan kelompoknya. Ciri gambar

pada anak usia ini, sudah membedakan jenis kelamin secara jelas.

e. Tahap Naturalisme Semu (The Pseudo Naturalistic Stage) 12 -14 tahun

Pada periode ini anak mengalami masa transisi dari masa anak ke masa

remaja. Usia ini sering disebut masa pubertas. Masa anak sering terombang-

ambing jiwanya. Anak mulai kehilangan kemampuan spontanitas dalam

membuat gambar, karena mulai menggunakan penalarannya. Perubahan dari

ketidaksadaran menuju kekesadaran. Oleh sebab itu anak menjadi lebih kritis

dan menyadari dirinya sendiri. Mereka mulai mampu membuat bentuk secara

proposional dan detail dari benda yang digambar.

f. Tahap Seni Dewasa (Adolescent Art) 14-17 tahun

Pada masa ini karya seni merupakan hasil dari upaya kesadaran. Belajar

seni pada periode ini merupakan suatu tujuan yaitu untuk mengusai

keterampilan. Bagi remaja usia ini seni bukan lagi merupakan bagian dari

kehidupannya, bukan lagi merupakan kebutuhannya. Mereka memangdang

seni sebagai suatu yang dapat dipelajari untuk tujuan tertentu, seperti

kesenangan atau profesi.

(http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010)

4. Karakteristik Psikologi Siswa Kelas Rendah

a. Masa sekolah dasar (usia 6-12 tahun)

Tahap usia anak ini disebut juga usia kelompok, dimana anak-anak mulai

mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga dan adanya kerjasama

30  

antar teman serta sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. Memasuki dunia sekolah

dan masyarakat anak dihadapkan dengan tuntutan yang baru, yaitu keterampilan

menolong diri sendiri, keterampilan bersosial dan keterampilan bermain. Dalam

segi emosinya nampak pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi

emosinya dengan berbagai cara dan tindakan yang dapat diterima lingkungannya.

b. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

1). Karakteristik Anak Secara Umum

Setiap anak adalah unik, anak akan mengembangkan pola reaksi

masing-masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya dengan

tempo dan kecepatan yang berbeda. Jadi seorang anak tidak selalu sama dengan

kawan-kawannya maupun usia kronologisnya.

Setiap anak adalah pelajar yang aktif, seperti pendapat Agus Tangyong,

dkk (1990:4) bahwa belajar adalah hal yang dikerjakan anak, sedangkan

bermain adalah wahana belajar dan bekerja anak.

Anak berkembang melalui beberapa fase. Manusia terdiri dari aspek

fisik, kognitif, afektif, maupun intuitif yang saling berhubungan. Dalam masa

perkembangan, rangkaian perubahan yang bersifat maju berkelanjutan mulai

dari yang bersifat global sampai hal yang paling sederhana adalah disebabkan

oleh pengaruh lingkungan. Sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (1985:7),

yang menyatakan ciri-ciri pertumbuhan anak usia SD adalah merupakan

peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah ke tingkat

yang lebih tinggi. Perubahan tingkah laku yang senantiasa terjadi dimaksudkan

agar orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sepanjang hayatnya.

Demikian halnya dengan periode perkembangan anak usia SD, pertumbuhan

31  

usia SD merupakan peningkatan fungsi kejiwaan dari periode sebelumnya

(Gunarsa, 1986:1-2). Pada saat anak memasuki masa sekolah, pada saat itu

anak tidak dapat langsung membentuk pribadi yang diharapkan tetapi harus

melalui fase pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku terlebih dahulu,

maka pada usia SD daya cipta dapat diasah setajam mungkin.

Masa-masa pertumbuhan seorang anak akan dilalui oleh beberapa fase,

sesuai dengan pendapat ahli perkembangan anak, Jean Piaget (1975:14)

menyatakan “Cognative development is a continous process that begin at

birth”. Piaget dividies development into four broad periods. In order of their

accurance they are : (1) The sensorimotor period, 0-2 years; (2) The

preoperational period, 2-7 years; (3) The periods of condrete operations, 7-11

years, (4) The periods of formal operations, 11-15 years. These periods are not

independent or unrelated. “Development is both continous and discontinuous”.

Yang kurang lebih mempunyai arti perkembangan kognitif merupakan suatu

proses yang berkesinambungan dimulai sejak lahir. Piaget membagi

perkembangan dalam 4 periode dengan kejadian kurun usia : periode

sensomotorik (0-2 tahun), periode pra-operasional (2-7 tahun), periode konkrit

operasional (7-11 tahun), dan periode formal operasional (11-15 tahun).

Periode ini tidak berdiri sendiri atau tidak tak berhubungan.

Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan beberapa tahap

perkembangan menurut Sujanto (1984:9-10) menjelaskan :

(a). Tahap Sensorik Motorik

Dimulai saat anak lahir hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini pengertian

tentang benda bagi anak masih berupa sapek objek yang permanen (kongkrit).

32  

Sehingga objek-objek, pengalaman, dan tingkah laku yang mentalnya masih

belum bias diungkapkan secara nyata, masih berupa aspek yang terpisah-pisah.

(b). Tahap Operasional

Berkisar antara 2 tahun hingga 7 tahun. Diantara keempat tahap, tahap

ini adalah tahap yang paling penting, karena tahap ini terdapat kemampuan

penyusunan tentang pergantian waktu, dan permainan simbol bermain (seolah-

olah).

(c). Tahap Konkrit Operasional

Dimulai pada usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada tahap ini tingkat

kognitif anak hanya untuk hal-hal yang operasional saja, yang pada saat itu

dapat dihubungkan dengan panca indera atau keadaan dan perbuatan yang

dapat langsung dibayangkan. Perbedaaannya dengan pra-operasional adalah

pada tahap ini anak sudah berada pada suatu keadaan yang dapat

menghubungkan keadaan tersebut dengan beberapa dimensi. Pemikiran anak

pada tahap ini adalah reversible (dapat dihubungkan).

(d). Tahap Formal Operasional

Adalah usia di atas 11 tahun. Kini anak ada pada kedudukan dari

gambaran kongkret atau yang dikongkretkan ke sesuatu yang abstrak dan

segala sesuatu tentang pemikiran, misalnya aturan-aturan abstrak atau hipotesis

sebagai sarana refleksi. Pikiran manusia adalah hipotesis. Tidak ada satupun

yang dapat menunjukkan sifat/cirri-ciri jalanya pikiran, yang ada hanya pikiran

pada umumnya sebagai suatu sistem kognitif. Pada tahap ini manusia sudah

bisa merefleksikan pikirannya.

33  

Rentangan anak usia SD berdasarkan beberapa tahapan di atas, berada

antara tahap operasional dan tahap kongkret operasional yaitu 6-12 tahun atau

lebih tepatnya berdasarkan rentangan usia anak SD kelas I di Indonesia berada

antara 6-7 tahun.

2). Karakteristik Khusus Anak Sekolah Dasar

Rentangan usia anak SD khususnya kelas I adalah usia antara 6-7 tahun,

dengan cirri dan sifat sebagai berikut:

a Gerakan lebih terkontrol dibandingkan usia sebelumnya.

b Keseimbangan lebih baik.

c Tubuhnya lentur, gerakannya halus, ekonomis dan posisi gerakannya tepat.

d Kualitas pertanyaan lebih baik dan dengan struktural kalimat yang tepat

serta bervariasi.

e Lebih dapat berdiri sendiri.

f Sikapnya lebih serius, lebih sabar dan merasa bangga akan diri sendiri.

g Sudah dapat bermain dan berkawan walau belum dapat bekerja sama.

h Peka terhadap situasi sosial.

i Mulai dapat membedakan kelamin maupun status.

j Mulai dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana.

k Dapat menyesuaikan gerakan dengan posisi cara kerja yang lebih terarah

dan efisien.

l Tidak banyak mencoba-coba dengan membuat kesalahan.

m Mulai dapat berhitung, dapat menyebutkan usia, mengenal waktu,

mengingat tempat dan dapat mengikuti irama (Tangyong, dkk, 1986:5-7).

34  

Masa anak-anak (midle childhood) berlangsung antara usia 6 – 12

tahun. Masa ini sering disebut juga masa sekolah, yaitu masa matang untuk

belajar atau masa matang untuk sekolah. Pada masa ini mereka menginginkan

untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh

sekolah. Simanjuntak dan Pasaribu (1983: 68) menegaskan bahwa salah satu

tanda permulaan periode bersekolah ini ialah sikap anak terhadap keluarga

tidak lagi egocentris melainkan objektif dan empiris terhadap dunia luar. Jadi

telah ada sikap intelektualis sehingga masa ini disebut periode intelektual. Hal

ini sejalan dengan pendapat Nasution (1995: 44) bahwa masa usia sekolah ini

sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada

masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik dari pada masa

sebelumnya dan sesudahnya.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa karaktertistik prilaku

anak pada usia ini berdasarkan jenis kelaminnya diketahui bahwa anak laki-laki

lebih banyak melakukan agresivitas, aktivitas, dominasi dan inpulsif dalam

tingkah lakunya. Mereka memiliki kecakapan mengamati ruang dan pengertian

kuantitatif lebih kuat dan lebih baik dibandingkan dengan anak wanita.

Sementara itu, anak wanita lebih banyak melakukan tingkah laku cemas. Akan

tetapi mereka mempunyai kecakapan verbal yang lebih baik dari pada anak

laki-laki. Pada usia 6-12 tahun ini, objek gambar anak laki-laki berbeda dengan

anak perempuan ( Fisher 1978: 5). Hal ini ditegaskan oleh Fisher (1978: 5)

bahwa pada umumnya anak perempuan menggambar pemandangan

(lansdcape) yang dilengkapi dengan binatang, pohon, bunga, bangunan, orang

dan mata hari. Sementara itu anak laki-laki menggambarkan suasana perang,

35  

mobil, perahu, atau kartun. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar ini dapat

diperinci menjadi dua fase, yaitu:

(1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6,0 atau 7,0

sampai umur 9,0 atau 10,0.

(2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0

sampai umur 12,0 atau 13,0.

Dari pembagian fase masa keserasian sekolah di atas maka (Nasution,

1995: 45) memperinci beberapa sifat khas anak pada masing-masing fase

sebagai berikut : Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar dan Masa Kelas-

kelas Tinggi Sekolah Dasar.

Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar

(1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan

pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.

(2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan

permainan yang tradisional.

(3) Ada kecenderungan memilih sendiri

(4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal

itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.

(5) Kalau tidak dapat menyelesiakan sesuatu soal, maka soal itu

dianggapnya tidak penting.

(6) Pada masa ini (terutama pada umur 6,0 sampai 8,0) anak

menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah

prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

( Heri, 2009:10-14)

36  

C. Pengertian Menggambar Ekspresi

1. Menggambar Ekspresi

Kata Ekspresi, yang mempunyai arti mencurahkan, mengungkapkan

perasaan. Ungkapan perasaan dimaksud adalah sedih, marah, gembira, senang,

tertawa dan sebagainya. Jadi menggambar ekspresi adalah mengungkapkan

perasaan atau suatu kegiatan pencurahan perasaan atau batin kedalam bidang dua

dimensional yang didalamnya didukung oleh unsur-unsur seni rupa. Ekspresi

adalah pencerminan atau pengungkapan emosi dan perasaan melalui menggambar

atau melukis. Menggambar Ekspresi adalah kegiatan mengungkap emosi dan

perasan yang timbulakibat pengalaman-pengalaman dari luar ke atas bidang

gambar(Dharmawan. 1987). Menggambar ekspresi adalah jenis gambar sebagai

perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan bersifat

individual. Untuk mengungkapkan emosi, perasaan, pengalaman kedalam bentuk

gambar diperlukan dasar-dasar ketrampilan menggambar, ketajaman pandangan,

kepekaan estetis dan daya kreativitas. Gambar Ekspresi dapat dibuat secara bebas,

dan tidak selalu terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai

warna, proporsi, perspektif dan lainnya.(Sumanto.2008:93)

Di dalam menggambar ekspresi terdapat ketentuan-ketentuan penentuan

tema, teknik, komposisi, warna, tipologi. Di bawah ini merupakan penjelasan

ketentuan-ketentuan yang dimaksud di atas :

a. Tema

Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat

suatu karya. Di setiap karya pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam

sebuah pembuatan sebuah karya dianjurkan harus memikirkan tema apa yang

37  

akan dibuat. Dalam berkarya seni rupa, dan berbagai macam jenis seni lainnya

haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah,

tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para

penikmat seni dari sebuah karya yang di tampilkan. Jika temanya menarik,

maka akan memberikan nilai lebih pada karya tersebut. (Dari Wikipedia

bahasa bebas Indonesia, ensiklopedia)

Tema dalam menggambar ekspresi adalah proses mengungkapkan

ide/gagasan melalui usur-unsur seni dalam seni rupa keatas media seni yang

tersedia. Pada hakekatnya dalam setiap pembuatan gambar ekspresi

mempunyai tujuan tertentu, sehingga menghasilkan beragam jenis dan bentuk

karya.(Sumanto, 2008:71)

b. Teknik

Teknik adalah cara tertentu dalam mengerjakan salah satu jenis karya

seni rupa, misalnya teknik menggambar berbeda dengan mematung atau

mencetak. Teknik dalam seni rupa juga berkaitan erat dengan media dan alat

serta behan yang digunakan. Teknik dalam seni rupa dibedakan atau berbeda

tidak hanya menghasilkan karakter karya yang berbeda , tetapi juga

mengngikuti bentuk serta konsep yang berbeda pula.(Muhadjir,2009:59)

c. Komposisi

Yang dimaksud Komposisi dalam seni rupa yaitu susunan unsur – unsur

seni rupa yang mengikuti kaidah – kaidahnya. Kaidah – kaidah komposisi itu

antara lain: Proporsi, Keseimbangan, Irama, dan Kesatuan.

38  

1) Proporsi

Proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan yang

lainnya, dan antara setiap bagian dengan keseluruhan pada suatu

komposisi.

2) Keseimbangan (balance)

Keseimbangan dalam karya seni rupa adalah kesamaan dari unsur –

unsur yang berlawanan tetapi saling memerlukan karena dapat

menciptakan satu kesatuan. Ada beberapa pola dalam menentukan

keseimbangan, yaitu:

a) Keseimbangan Simetris yaitu menggambarkan dua bentuk, ukuran

dan jarak yang sama dalam sebuah komposisi.

b) Keseimbangan asimetris yaitui menggambarkan sebuah komposisi

yang bentuk. Ukuran dan jaraknya tidak sama antara satu dengan

yang lainnya

c) Keseimbangan segi tiga yaitu menggambarkan sebuah komposisi

yang mempunyai / mengesankan segi tiga

d) Keseimbangan sentral yaitu menggambarkan sebuah komposisi yang

memusat di tengan – tengah (berpusat di suatu titik)

3) Irama

Dalam seni rupa irama tidak bisa di dengar, tetapi hanya bisa

dirasakan dan dipahami oleh perasaan orang yang memiliki kepekaan

estetis. Irama dalam seni rupa adalah kesan gerak yang timbul dari

keselarasan unsur – unsur seni rupa dalam sebuah komposisi. Irama

dapat dibentuk dengan tiga cara yaitu:

39  

a) Dengan perpaduan unsur – unsur seni rupa yang berhubungan /

sejenis (harmoni) atau yang bertentangan / tidak sejenis (kontras)

b) Dengan pemunculan (repetisi) unsur – unsur yang sama dalam

sebuah komposisi

c) Dengan variasi bentuk, jarak, ukuran dan arah unsur – unsur seni

rupa dalam sebuah komposisi

4) Kesatuan

Setiap karya seni rupa dibentuk oleh unsur – unsurnya tidak tampil

secara terpisah – pisah, melainkan harus saling berhubungan dan

membentuk suatu kesatuan yang utuh, bermakna dan harmonis

(apresiasi seni murni, www.anakciremai com)

d. Warna

Warna merupakan kesan yang ditimbulkan akibat pantulan cahaya yang

menimpa permukaan suatu benda. Dalam karya seni rupa wujud warna dapat

berupa garis, bidang, ruang dan nada yang dapat menimbulkan kesan tertentu.

Berdasarkan teori spectrum cahaya yang dikemukakan oleh Sir Iseac

Newton bahwa cahaya matahari dapat diuraikan menjadi beberapa nada warna

yang terutama dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu

Sedangkan sedangkan Preswater dalam teorinya menetapkan bahwa warna –

warna yang ada berasal dari 3 warna pokok (primer), yaitu Merah, kuning dan

biru, percampuran 2 warna primer akan menghasilkan warna skunder, dan

percampuran warna skunder akan menghasilkan warna tersier

Ada 3 cara dalam penggunaan warna dalam seni rupa. Yaitu:

40  

1) Hermonis yaitu cara pemakaian warna secara objektif, misalnya

daun warna hijau, langit warna biru dan lain – lain

2) Heraldis/Simbolis yaitu cara pemakaaian warna yang dikalikan

dengan perlambangan. Misalnya hitam = duka, merah = berani,

putih = suci, dll

3) Murni yaitu pemakaian warna secara bebas tanpa ada kaitan

dengan objek atau lambang tertentu

Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan warna

1) Warna komplementer (kontras) yaitu kombinasi dua warna yang

saling berhadapan dalam lingkaran warna, misalnya kuning dengan

ungu, merah dengan hijau dll

2) Warna anlogus yaitu kombinasi warna yang serumpun atau yang

bersebelahan letaknya dalam lingkaran warna, misalnya hijau

dengan hijau kekuningan dan hijau kebiruan

3) Warna Monokromatik, yaitu kombinasi satu corak warna dengan

value dan intensitas yang berbeda, misalnya biru dengan biru

muda, biru dengan biru tua, dan lain – lain.

(apresiasi seni murni, www.anakciremai com)

41  

e. Tipologi

Tipologi adalah kajian tentang tipe atau jenis. Secara lebih spesifik

tipologi dalam seni rupa adalah mengkaji karya seni menurut priaip-prinsip

seni serta unsur-unsur seni yang ada. Dan di dalam kaitannya pada penelitian

ini tipologi dalam menggambar eksapresi adalah mengkaji secara lebih tentang

tipe atau jenis karya menurut tema, teknik, komposisi, serta warnanya.

( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)

Karakter gambar ekspresi adalah (1) menampilkan bentuk-bentuk

gambar bebas, unik dan kreatif, (2) menampilkan unsur-unsur garis, warna

sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) obyek gambar dinamis, dapat

berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi berdasarkan kreasi ekspresif

lainnya.

1) Tipologi Gambar Ekspresi Anak

Gaya ungkapan sering dilupakan dalam pelaksanakan pendidikan

seni rupa. Apabila kita mencoba mengumpulkan tulisan sejumlah orang,

maka dengan mudah kita akan melihat perbedaan gaya ungkapan tulisan

mereka. Padahal mereka sama-sama belajar menulis, akan tetapi setelah

menulis sudah tidak lagi bagian belajar. Setelah kegiatan menulis menjadi

kegiatan spontan, maka. setiap orang menghasilkan gaya tulisan berbeda-

beda. Dalam kegiatan menggambarpun sesungguhnya demikian. Kegiatan

menggambar kebanyakan dilakukan dengan tidak spontan, bahkan

dilakukan dengan ragu-ragu, terutama oleh anak-anak besar yang tidak

berbakat seni rupa, maka gaya ungkapannya tidak tampak sama sekali. Hal

ini disebabkan oleh goresan-goresan yang membentuk itu dibuat masih

42  

dalam proses belajar. Sehubungan dengan ini paling tidak anak-anak tidak

mendapat tekanan untuk menuruti kehendak gurunya (menggambar secara

visual-realistis, yang sesuai kesukaan gurunya).

Gambar ekspresi anak dapat mencerminkan karakter anak. Apa

yang digambarakan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian dirasakan.

Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa

yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam,

mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang

digambarkannya.

Berdasarkan hasil karya gambar yang diciptakan anak, kita sebagai

guru akan mengetahui cara ungkapan seni rupa yang berbeda. Perbedaan

ini terletak pada hasil karya yang dihasilkan. Ada gambar yang naturalis,

ada gambar anak yang bertipe ekspresif, ada gambar yang bertipe dekoratif

dan sebagainya. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak

terletak pada tingkat usia anak.

Dalam In Education Through Art, Read (1958: 140)

mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: Organic,

Lyrical, Impresionist, Rhytmical Pattern, Structur Form, Shematic, Haptic,

Expresionist, enumeratif, Decorative, Romantic, dan Literari

(http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010).

Sementara itu, Victor Lowenfield (1975) membagi karya anak dalam

proses berekspresi menghasilkan karya dibagi menjadi tipe “visual’ dan

“haptic”.

43  

(a) Organic

Berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih

suka objek dalam kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga

mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang wajar pula,

misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan

hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya.

(b) Lyrical

Penggambaran objek bersifat realistis, tetapi tidak bergerak seperti

organic. Objek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang

tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan.

(c) Impresionist

Lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada

konsep keseluruhan.

(d) Rhytmical Pattern

Gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, Contohnya gambar

anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar tersebut

sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya bisa organis atau

lyris.

(e) Structur Form

Tipe ini jarang ditemui pada gambar anak. Objeknya mengikuti rumus

ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris

dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan.

(f) Shematic

Penggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan

44  

yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek semula

disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek

secara simbolis.

(g) Haptic

Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi

fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat didak berdasarkan

pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik.

(h) Expresionist

Berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya

mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia dari luar

seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain.

(i) Enumeratif

Penggambar pada tipe ini dikuasai oleh objek dan tidak dapat

menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua bagian-

bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang

dilebih-lebihkan Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman

melainkan persepsi arsitek.

(j) Decorative

Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warna-

warni dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan.

Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan senang,

melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar

menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan

pola-pola yang riang.

45  

(k) Romantic

Pada tipe ini tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan

fantasi. Gambar merupakan gabungan antara ingatan dengan image

eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru.

(l) Literary

Tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari raasa

yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan

gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan kepada

orang lain.

Sementara itu, penggolongan karya gambar anak menurut Victor

Lowenfeld (1975), terbagi menjadi:

(a) Tipe Visual

Tipe visual adalah gambar ekspresi anak yang menunjukkan

kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis (memperlihatkan

kemiripan bentuk gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif).

Gambar yang diungkapkan mementingkan kesamaannya karya dengan

bentuk yang diahayatinya serta memperhitungkan proporsinya secara

tepat. Penguasan ruang telah terasa dengan cara membuat kecil objek

gambar bagi benda yang jauh. Begitunpula penguasaan warna,

pemakaian warna sesuai dengan warna-warna pada bendanya. Batas-

batas tertentu gambar atau lukisan anak yang tergolong tipe visual

dapat dipersamakan dengan lukisan karya pelukis naturalistis, yang

membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin menggambarkan

keadaan sebagaimana kelihatannya (dari pengalaman visual).

46  

(b) Tipe Haptik

Gambar ekspresi anak yang memiliki tipe haptik menunjukkan

kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau

upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi

pribadi dalam merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam

merupakan reaksi emosional melalui perabaan dan penghayatannya di

luar pengamatan visual. Biasanya benda yang dianggap penting

digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih besar

dibandingkan dengan benda yang kurang penting.

Dalam gaya lukisan, gambar ekkspresi anak yang bertipe haptik

dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme. Lukisan

ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan

rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri

pelukisnya (inner states). Lukisan yang bersifat ekspresionistis

nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masing-

masing pelukisnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang Lowenfeld menunjukan

bahwa 47% bertipe visual, 23 % bertipe haptik, dan 30% tidak

teridentifikasi.

(http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010)

2) Sifat Lukisan/Gambar Ekspresi Anak

Gambar ekspresi anak memiliki keunikan dibandingkan dengan

orang dewasa. Hal ini terjadi karena anak-anak masih memiliki keaslian

dalam tata ungkapan emosinya dalam bentuk gambar atau karya kemudian

47  

Secara khusus, berikut ini disarikan berdasarkan pendapat Soesatyo (1994:

32 –33) bahwa sifat lukisan (gambar) anak-anak sebagai berikut:

(a) Ideographisme

Lukisan anak merupakan ekspresi berdasar pengertian dan logika

anak, contoh: anak melukis muka manusia dari samping, meskipun

dalam kenyataan penglihatan, matanya nampak sebuah saja, tetapi

berdasarkan pengertian anak bahwa manusia itu bermata dua, maka

dilukislah kedua mata itu disamping.

(b) Steorotif atau otomatisme.

Ciri gambar anak yang kedua adalah ditemukannya gejala umum

penggambaran bentuk benda secara berulang-ulang dengan ukuran yang

monoton. Gejala ini dinamakan stereotipe. Misalnya figure manusia

yang diulang dalam bentuk yang sama meski warnanya berbeda-beda.

Atau bunga-bunga yang sama diulang-ulang. Bahkan sampai pada tema

yang terus diulang-ulang.

(c) Gejala finalitas

Sungguh unik bila kita cermati dan amati gambar anak, anak

menggambarkan peristiwa yang mengandung unsur ruang dan waktu.

Biasanya anak melukiskan manusia atau mahluk lainnya dalam gerak.

Penggambaran suatu peristiwa yang sedang terjadi divisualisasikan

dengan membuat objek gambar yang diulang- ulang.

Namun tidak semua bagian atau anggota badan dilukis, hanya yang

perlu-perlu saja atau yang dirasakan penting dalam tema lukisan.

Misalnya ibu yang sedang menyapu, dilukis hanya satu tangan saja

48  

yang memegang sapu itu, sedang tangan yang satu yang tidak berperan

tidak dilukis. Atau tangan yang lebih berperan dilukis lebih besar dan

lebih mendapat tekanan.

(d) Perebahan atau lipatan

Sifat ini merupakan peristiwa yang lucu namun logis buat anak-

anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat rabatemen. Benda apa

saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan dilukis tegak lurus

pada garis dasar tersebut meskipun garis dasar itu berbelok atau miring

arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir.

(e) Transparan

Kebiasaan dan kecenderuangan anak menggambarkan hal-hal atau

peristiwa pada ciri ke tiga ini adalah penggambaran yang tembus

pandang. Sebagai contoh bila anak melihat kucing makan ikan,

kemudian kita suruh anak itu untuk menggambarkan kucing, maka anak

biasanya akan menggambar kucing dengan perut yang kelihatan ada

ikannya.

Pada usia tertentu kita dapat menjumpai lukisan anak dengan sifat

tembus pandang. Anak cenderung melukiskan semua yang ia pikirkan

dn ia mengerti meskipun ada beberapa benda objek yang berada di

dalam ruang atau tempat tertutup. Akibatnya adalah peristiwa tembus

pandang.

Satu nilai yang dapat kita tiru dari anak-anak dengan karakterisrik

gambar ini adalah kejujuran dan kepolosan jiwa anak. Tentunya hal ini

berbeda dengan orang dewasa yang penuh dengan kepura-puraan.

49  

(f) Juxtaposisi.

Sifat Pemecahan masalah ruang (kedalaman jauh dekat) dalam

bidang datar, diatasi dengan dasar pemikiran praktis. Anak melukis

benda atau objek yang jauh di bagian atas kertas sedang yang dekat

dibagian bawah.

(g) Simetris (setangkep)

Dalam melukis suatu objek sering timbul gejala atau hasrat untuk

melukis hal-hal yang asimetris menjadi asimetris. Misalnya dua pohon

besar di kiri dan di kanan, dua buah gunung kembar dengan matahari di

tengah, setangkai bunga dengan daun kiri dan di kanan, dan sebagainya.

(h) Proporsi (perbandingan ukuran)

Anak-anak lebih mementingkan proporsi nilai dari pada fisik. Hal-

hal yang dianggap lebih penting dibuat lebih besar atau lebih jelas.

(i) Lukisan bersifat cerita (naratif)

Lukisan/gambar yang dibuat anak merupakan ungkapan perasaan

atau gejolak jiwa. Jadi lukisan adalah cerita anak, bukan sekedar

mencoret sebagai aktivitas motorik atau gerak anatomis saja. Maka

perlu ditanggapi secara wajar dan dalam sikap menerima serta

mengaharga. (http://webcache.googleusercontent.com, 2010)

D. Proses Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah

1. Tahapan Menggambar ekspresi

Setiap manusia memiliki berbagai reaksi manakala merespon sesuatu yang

dihadapinya. Sesuatu yang sudah menyita perhatian seseorang akan

memancing respon balik berupa tanggapan, seperti: merasakan kesedihan,

50  

kegembiraan, keharuan, kebingungan. Respon balik yang terjadi dapat berupa

sikap fisik manusia sendiri yang tampak seperti: tertawa, marah, menangis,

mengacungkan jempol, tepuk tangan dan sebagainya. Bagi kelompok tertentu

respon balik ini bisa berbentuk ungkapan kreatif dalam bentuk karya seni

diantaranya lewat coretan garis atau menggambar. Gambar seperti ini disebut

gambar ekspresi. “Ekspresi dipergunakan untuk menyebutkan reaksi-reaksi

emosional yang langsung, namun bentuk-bentuk yang dicapai melalui aturan–

aturan yang ketat pun merupakan suatu cara berekspresi” (Herbert Read dalam

Soedarso SP, 2000:5)

“ Karya Ekspresionistik dalam seni merefleksi secara emosional terhadap

realitas tau kenyataan. Imej atau gambaran secara visual biasanya merupakan

rekaman simbolik dari perasaan sang artis atau seniman berupaya menyatakan

secara langsung dan penuh makna. Terkadang schok, sentimental atau

romantik adalah gaya mengekspresikan realitas perasaan pribadi kita tentang

alam dan kondisi manusia.” (Laura Chapman, 1978: 41)

2. Menggambar Ekspresi Siswa kelas Rendah

Kegiatan menggambar ekspresif lebih mengutamakan pengungkapan

emosi yang dicurahkan dalam bentuk karya gambar. Dalam karya gambar

ekspresif mengabaikan kemiripan akan objek yang digambar, tetapi lebih

mengutamakan perasaan, keinginan pribadi penggambar yang bukan mustahil

menghasilkan gambar yang kreatif sesuai dengan keinginannya. Dalam

berkarya seniman atau penggambar (termasuk anak) tidak dibatasi oleh suatu

teknis yang baku. Yang jelas karya ekspresi akan mewakili perasaan seniman

atau anak untuk menanggapi sesuatu sesuai keinginan pribadinya.

51  

Anak kelas rendah cenderung lebih menyukai gambar ekspresif. Mereka

menggambar dengan tidak menghiraukan kemiripan, harmoni, proporsi dan

sebagainya. Cenderung dalam gambar terjadi distorsi, perubahan, pewarnaan

yang bebas, penggubahan bentuk yang tidak menjadi penghambat dalam

berkarya. Terlebih jika diamati dari sudut pandang lain, justru menjadi ciri

yang menarik dari gambar anak. Mereka melepaskan diri dari unsur kasat mata,

mereka bebas berkarya.

(http://html-pdf-convert.com)

E. Menggambar Ekspresi Dalam Kurikulum KTSP Sekolah Dasar

Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat

mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa keindahan dan

kemampuan menghargai seni. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) Masuk kedalam kelompok mata pelajaran Estetika cakupannya

Dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekpresikan,

dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan

mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni mencakup

apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu

menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan mesyarakat

sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kemudian dalam

Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP ) mengarahkan

kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal.

Mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1 Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan ketrampilan.

52  

2 Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan

ketrampilan.

3 Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan.

4 Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan

dalam tingkat lokal, regional, maupun global.

Ruang Lingkup Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan

meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1 Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam

menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-

mencetak, dan sebagainya

2 Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,

memainkan alat musik, apresiasi karya musik

3 Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh

dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari

4 Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan

memadukan seni musik, seni tari dan peran

5 Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills )

yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial,

keterampilan vokasional dan keterampilan akademik.

(http://www.scribd.com)

Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas

anak. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi

53  

seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Dengan demikian

dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.

Salah satu pembelajaran Seni Rupa adalah mengembangkan

keterampilan menggambar, pembelajaran ini lebih diwarnai oleh latihan

berolah seni rupa baik dalam bentuk latihan dasar (pengenalan alat, bahan

teknik) maupun latihan penciptaan karya. Salah satu materi pelajaran yang

diberikan adalah menggambar ekspresi. Tujuan pengajaran menggambar

Ekspresi di sekolah adalah untuk menjadikan anak melatih koordinasi mata dan

tangan. (http://denijusmani.blogspot.com)

F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Seni Rupa di Sekolah

Dasar

Dalam proses pendidikan seni terdapat faktor-faktor yang menjadi

penentu, faktor-faktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat yang

berupa faktor pendukung dan faktor penghambat.

1. Faktor Pendukung

Dalam suatu proses pendidikan seni tidak akan terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang

mendukung kegiatan pendidikan seni meliputi : faktor pelatih/pengajar, faktor

siswa, faktor materi, faktor lingkungan/suasana, dan faktor budaya.

a. Faktor Guru / Pengajar

Guru (pengajar) adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan

belajar mengajar menjadi efektif (Suprihadi, dkk, 2000:9). Tugas pokok

guru/pengajar yang paling penting adalah sebagai perancang (designer),

pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Adapun kriteria yang harus

54  

dimiliki oleh seorang pengajar agar proses pembelajaran berlangsung dengan

efektif dapat ditentukan melalui: 1) pendidikan pengajar, 2) pengalaman

mengajar, 3) penguasaan terhadap materi pengajaran, 4) pendekatan/cara

pengajaran, 5) cara memilih media dan penguasaannya, 6) dapat menjalin

hubungan yang baik dengan siswa, 7) kepribadian pengajar.

b. Faktor siswa

Dalam proses pembelajaran siswa adalah seorang yang bertidak sebagai

pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan (Suprihadi, dkk, 2000:9). Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal

kecakapan maupun kepribadian. Kemampuan potensial yang memungkinkan

untuk dikembangkan seperti bakat dan kecerdasan, maupun kemampuan yang

dapat dilihat dari hasil belajar. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa

sehingga dapat menunjang proses pembelajaran siswa meliputi: 1) bakat dan

minat, 2) ketekunan dan keuletan dalam belajar, 3) penguasaan terhadap materi

pembelajaran, 4) prestasi belajar. Sedangkan faktor yang perlu diketahui oleh

pengajar dalam diri siswa berupa permasalahan yang sedang dihadapi siswa

karena bisa saja menjadi penghambat dalam proses pembelajaran.

c. Faktor materi

Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,

prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk,

2000:9). Materi yang akan diberikan kepada siswa hendaknya: 1) menunjang

tujuan pembalajaran, 2) sesuai kemampuan siswa, 3) sesuai dengan usia siswa,

4) menarik perhatian dan merangsang perkembangan pengatahuan siswa.

55  

d. Faktor lingkungan/ suasana

Lingkungan yang bersih, aman dan nyaman merupakan unsur yang dapat

menunjang aktivitas belajar siswa. Karena kondisi yang seperti ini dapat

mempengaruhi psikologi anak dalam belajar sehingga anak menjadi tenang dan

bersemangat. Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa

sesuai dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga

ditambahkan unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena

dengan tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin

memudahkan kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik

dan non fisik yang meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar

tempat belajar.

2. Faktor Penghambat

Dalam suatu kegiatan apresiasi seni tidak akan terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang

menghambat kegiatan apresiasi seni meliputi : faktor guru/pengajar, dan faktor

siswa.

a. Faktor Guru / pengajar

Guru / pengajar merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran

karena perannya sebagai informator yang menjadi pusat dari kelangsungan

proses pembelajaran tersebut. Segala hal yang berhubungan dengan

guru/pengajar dalam keberhasilan proses pembelajaran semua itu ditentukan

oleh pendidikan guru/pengajar, kepribadian yang dimiliki dan pengalaman

dalam mengajar. Hal-hal tersebut diatas sedikit banyak dapat mempengaruhi

kegiatan apresiasi seni, karena dari pengalaman yang dimiliki oleh

56  

guru/pengajar akan memudahkan kemampuannya dalam mengajar. Karena

dalam hal ini diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengajar seorang

guru/pengajar.

Yang menjadi faktor penghambat kegiatan apresiasi seni adalah

kemampuan mengajar yang dimiliki seorang guru/pengajar dalam kegiatan

apresiasi seni berdasarkan pendidikannya. Hal-hal yang menjadi faktor

penghambat berkaitan dengan kepribadian guru/pengajar adalah keterbukaan

secara psikologis yang merupakan dasar kompetensi profesional yang harus

dimiliki oleh seorang guru/pengajar.

b. Faktor siswa

Siswa merupakan subjek belajar yang memiliki dua karakteristik yang

perlu diperhatikan pada kegiatan apresiasi seni. Dua karakteristik tersebut terdiri

dari karakteristik umum yang meliputi usia siswa, dan karakteristik khusus yaitu

gaya belajar siswa, kecerdasan majemuk, kesulitan belajar, dan hambatan dalam

kelainan fisik. Secara garis besar faktor yang menghambat kegiatan apresiasi

seni siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal (Rosjidan, dkk ,

2003:9),. Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri siswa, sedangkan

faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa itu sendiri. Kedua

faktor ini dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa

yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Yang termasuk ke dalam

faktor-faktor fisiologis salah satunya adalah pendengaran. Semakin

meningkatnya usia seseorang, kemampuan mendengarnya semakin

57  

berkurang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menangkap nada suara

dimana seseorang dapat membedakan nada suara rendah dan tinggi. Oleh

karena itu dalam pembelajaran suara guru perlu diatur kecepatannya.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa

yang meliputi lingkungan belajar dan sistem instruksional. Lingkungan

belajar terdiri dari lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar sekolah (

rumah serta masyarakat ).

c. Faktor Materi

Secara garis besar tujuan pembelajaran seni tari untuk anak-anak dapat

dibagi menjadi tujuan umum dan khusus. Dari tujuan tersebut dapat diketahui

bahwa tujuan dari mempelajari gerak tari bukan merupakan prioritas utama.

Materi pelajaran yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran (Suprihadi, dkk,

2000:9). Namun yang lebih penting adalah aspek di balik pembelajaran tersebut

karena berkaitan dengan masalah budi pekerti dan perilaku anak. Untuk itu anak

tidak boleh dipaksakan menerima materi yang tidak sesuai dengan tingkatan

usianya. Hal ini akan berdampak negatif bagi perkembangan psikologis anak

selanjutnya, seperti pendapat Murgiyanto (1993: 22).

d. Faktor Lingkungan/Suasana

Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai

dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan

unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan

58  

tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan

kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik.

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) dalam Moleong (1990:3) menjelaskan

bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam

tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,

kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu

yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya

umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut

tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap

kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut

kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak

tentang kenyataan-kenyataan dalam penelitian.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode

yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata

sekarang (sementara berlangsung). Travers (1978) dalam Alimuddin (1993:71)

menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode untuk menggambarkan

sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan

memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 59

 

60  B. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi

adalah untuk menjaring dan mengumpulkan data penelitian yang berhubungan

dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah dalam

pendidikan seni rupa serta hasil pembelajaran menggambar ekspresi dan faktor

pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi yang

didapatkan oleh peneliti dengan melakukan observasi dan wawancara dengan

pengajar, serta siswa di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Siswa-siswi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi

Alasan peneliti mengambil subjek dari siswa-siswi kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi adalah bahwa siswa kelas ini sudah

mengalami penerapan sistem pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan di

sekolah tersebut. Dan juga dengan asumsi bahwa kelas tersebut merupakan kelas

yang sedang memperoleh materi proses pembelajaran menggambar ekspresi lebih

banyak

b. Guru Seni Budaya dan Ketrampilan Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan

Wlingi.

c. Kepala Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.

.Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran menggambar ekspresi dan

faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi di

Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi.

61  D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil

Kecamatan Wlingi. Alasan dipilihnya lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan

observasi awal yang menunjukkan bahwa SD tersebut merupakan salah satu Sekolah

Dasar yang termasuk mempunyai kualitas outpout yang baik dibandingkan dengan

sekolah lainnya di tingkat kecamatan sehingga sekolah ini dapat digunakan sebagai

acuan bagi sekolah lain (Hasil survey Dinas Pendidikan: 2008).

E. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana

data dapat diperoleh (Arikunto, 1997:107). Data yang terkumpul dari lapangan

diseleksi dan diklasifikasikan menurut kelompoknya, disusun kemudian dianalisis

secara deskriptif perkelompok. Dari analisis tersebut kemudian disimpulkan. Data

yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber pada pengajar, karya yang

diobservasi, serta siswa yang mengikuti proses pembelajaran menggambar ekspresi

di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil. Sedangkan data yang digunakan sebagai

pendukung digunakan informasi, dokumentasi atau buku-buku yang menjadi acuan

mengenai topik yang akan dibahas.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat Bantu yang digunakan oleh peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar diperoleh data yang akurat.

Berdasarkan sumber data yang ada dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa

angket (kuesioner), pedoman wawancara, dan lembar observasi.

62  1. Angket atau kuesioner

Kuesioner merupakan instrumen penelitian yang berisi seperangkat

pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,

2006:158). Peneliti menggunakan instrumen ini karena dianggap efisien tentang

variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. 

Menurut Arikunto (1997:128), jika dipandang dari cara menjawab, maka angket

(kuesioner) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

• Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk

menjawab dengan kalimatnya sendiri.

• Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden

tinggal memilih.

Sedangkan jika dilihat dari jawaban yang diberikan, kuesioner juga dibagi

menjadi dua, yaitu:

• Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya sendiri.

• Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

Berdasarkan dua klasifikasi tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan

kuesioner yang sifatnya tertutup serta kuesioner langsung. Artinya peneliti sudah

menyediakan jawaban dalam kuesioner, dan responden akan menjawab tentang

dirinya sendiri dan orang lain. Angket yang digunakan oleh peneliti diberikan kepada

guru dan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Angket yang diberikan kepada

guru bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan guru Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dalam menyiapkan materi beserta tingkat

penguasaannya dalam pembelajaran. Sedangkan angket yang diberikan kepada siswa

63  Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas rendah bertujuan untuk

mengetahui kaitan antara guru dengan pembelajaran dan dari aspek siswa sendiri

berkaitan dengan pembelajaran yang sedang dilakukannya.

2. Pedoman wawancara

Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data

melalui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dan responden.

Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti berupa format isian yang memuat

topik wawancara dan catatan hasil wawancara yang didalamnya terdapat poin

pertanyaan dan jawaban sebagai hasil penelitian. Pedoman wawancara pada

penelitian ini terdiri dari satu fomat, yaitu format pedoman wawancara terstruktur.

Format pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran penelitian.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan

sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.Wawancara

terstruktur didefinisikan sebagai banyaknya arahan dan pembatasan yang ditentukan

oleh situasi wawancara (Borg,1963) dalam Alimuddin (1993:205). Yang dilakukan

oleh peneliti dalam wawancara terstruktur adalah mengadakan wawancara dengan

guru seni budaya dan ketrampilan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 untuk

mengetahui tentang proses pembelajaran menggambar ekspresi serta faktor

pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, maka di dalam

penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data

diantaranya adalah dengan:

64  

• Alat tulis, digunakan untuk mencatat segala informasi yang masuk dari

narasumber berupa data lisan.

• Kamera, digunakan untuk mengumpulkan data yang berbentuk gambar.

3. Lembar observasi

Lembar observasi merupakan format atau blangko pengamatan yang disusun

berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi

(Arikunto, 1997: 234). Pedoman pengisian perlu disusun untuk memperjelas

pengamatan di lapangan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data proses berkarya menggambar ekspresi di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01, digunakan teknik observasi, wawancara, dan pengumpulan

data dokumentasi yang diuraikan sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Hal-hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah (1) Proses

pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar NegeriTangkil 01 Kecamatan

Wlingi, (2) Guru Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dan siswa

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas rendah yaitu 1, 2, dan 3

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

Observasi guru dan murid lebih berkaitan dengan peranan yang telah

dilakukan selama proses belajar mengajar, serta jumlah guru siswa, serta keadaan

siswa. Dengan teknik observasi, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal perilaku

dan masalah-masalah lain yang terkait, sewaktu kejadian atau kegiatan tersebut

berlangsung. Dengan demikian data yang langsung mengenai kegiatan perilaku

obyek dapat dicatat dengan segera.

65  2. Metode Wawancara

Dengan wawancara ini peneliti berusaha untuk memperoleh data atau

keterangan guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Dengan wawancara,

peneliti dapat mengajukan pertanyaan apa saja kepada informan yang berhubungan

dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil

01 Kecamatan Wlingi sesuai dengan tujuan peneliti atau permasalahan yang diteliti.

Dalam kaitan ini peneliti mengadakan wawancara dengan beberapa informan, secara

rinci akan dikemukakan sebagai berikut :

a. Bapak S Ami Priyono, S.Pd. selaku kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi, Untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dari tahun ke tahun,

terutama yang berhubungan dengan keadaan murid dan guru serta

perkembangan fisik bangunan sekolah.

b. Bapak Nanang Nurvianto, S. Pd selaku guru seni budaya dan ketrampilan kelas

rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 SD Sekolah dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi. Untuk memperoleh informasi mengenai proses belajar mengajar

khususnya pembelajaran menggambar ekspresi.

3. Metode Dokumentasi

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi diarahkan untuk mendapatkan data

skunder yang berkaitan dengan penelitian ini seperti gambaran umum lokasi

penelitian, kondisi fisik bangunan, sarana/prasarana, media pendidikan dan kegiatan

rutin sekolah. Sumber data yang dimaksud adalah papan akademik sekolah dan buku

kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di sekolah tahun pelajaran

2009/2010.

66  

Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam kepentingan sebagai data

pembanding atau pendukung terhadap data secara keseluruhan dalam rangka

menghasilkan kesimpulan yang benar. Sedangkan data-data pembelajaran apresiasi

seni rupa terutama saat proses kegiatannya didokumentasikan lewat foto

dokumentasi sehingga akan dapat diamati secara berkelanjutan untuk mendukung

sebuah kesimpulan nantinya.

H. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu

data yang terkumpul dideskripsikan. Secara rinci langkah-langkah analisis data

penelitian sebagai berikut, pertama adalah persiapan penelitian, meliputi: (a)

pengumpulan data, (b) pengorganisasian dan pengelompokan data yang dikumpulkan

sesuai dengan sifat kategori yang ada. Kedua adalah analisis data yang dilakukan

melalui empat tahap, yakni (a) reduksi data, (b) sajian data, (c) penarikan kesimpulan

atau verifikasi (Moleong, 2000)

1. Tahap Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan

abstraksi (dari data kasar) yang ada dalam catatan lapangan. Proses ini berlangsung

terus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang bahkan dimulai sebelum proses

pengumpulan data. Reduksi data sesungguhnya, sudah dimulai sejak peneliti

mengambil keputusan (walaupun masih berupa dugaan) berkenaan dengan kerangka

kerja konseptual, kasus, pertanyaan yang diajukan, dan cara pengumpulan data yang

digunakan. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data juga mulai

dilaksanakan berupa membuat singkatan, pembuatan kode, memusatkan tema,

membuat batas-batas persoalan, dan menulis memo.

67  2. Tahap Penyajian Data

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan

dapat ditarik. Dengan melihat suatu sajian data penganalisis akan memahami apa

yang terjadi, serta memberikan peluang bagi penganalisis untuk mengerjakan sesuatu

pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Guna memberikan

gambaran yang jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisiensi dan

efektivitas dari satuan sajian informasi yang akan disampaikan. Kalimat-kalimat

yang panjang dalam catatan lapangan yang mungkin berlimpah-limpah jumlahnya

perlu disajikan dalam suatu sajian yang baik dan jelas sistematikanya.

3. Tahap Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan sejak awal artinya pada saat

pertama kali peneliti mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses

pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi secara bertahap peneliti sudah mencari makna dari data yang dikumpulkan

dengan cara melakukan keteraturan, pola, pernyataan dari berbagai konfigurasi yang

mungkin, arah hubungan, dan proposisi. Simpulan akhir dalam proses analisis

kualitatif akan ditarik setelah proses pengumpulan data berakhir. Simpulan yang

ditarik kemudian diverifikasi dengan cara melihat dan menyederhanakan kembali,

sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan agar memperoleh pemahaman

yang lebih tepat. Hal ini dilakukan untuk menguji validitasnya agar kesimpulan

menjadi kokoh.

Model analisis yang dilakukan adalah analisis interaktif. Artinya, tiga kompenen

analisis, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan atau verifikasi penelitian

dilakukan secara simultan sejak proses pengumpulan data (Miles dan Huberman,

68  1988). Ketika pengumpulan data sudah berakhir, kemudian dilanjutkan hingga proses

penulisan laporan penelitian berakhir.

I. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang valid dari hasil penelitian ini peneliti

melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara yaitu teknik yang didasarkan

oleh pola pikir yang bersifat multiperspektif dimana untuk menarik simpulan

diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dalam teknik ini peneliti menggunakan

langkah-langkah, yaitu adalah: sumber data yang di peroleh memanfaatkan jenis

sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis serta metode yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau

metode yang berbeda (observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner).  

Kemudian dengan menggunakan teknik Perpanjangan Kehadiran Peneliti

dengan tujuan agar kehadiran kembali peneliti di lapangan untuk memperoleh data

yang lebih akurat, peneliti memperpanjang kehadirannya di lapangan artinya peneliti

memperpanjang waktu pengumpulan data agar data yang dikumpulkan lebih akurat.

J. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian merupakan tahap dimana peneliti dapat memberikan

gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis

dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan (Moleong, 2000:85). Untuk

memperlancar jalannya penelitian ini maka peneliti menempuh tahap-tahap sebagai

berikut:

69  

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan mencari informasi mengenai berbagai

hal yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara

melakukan studi literatur atau kepustakaan mengenai hal-hal yang akan diteliti.

2. Tahap Penyusunan Rancangan Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap ini adalah

menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan

pelaksanan penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan data,

dan rancangan pengecekan kebenaran data.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti harus mudah memahami situasi dan kondisi

lapangan (lokasi) penelitiannya. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti

dapat menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview),

dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan sebagainya.

4. Tahap Penyelesaian

Penyusunan laporan merupakan tahapan akhir dari sebuah penelitian. Hal

ini dilakukan dengan menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian.

 

   

70

 

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam bab ini akan disajikan data yang telah diperoleh peneliti selama

penelitian di lapangan berlangsung. Sebagaimana yang telah dibahas pada bab

sebelumnya yaitu pada bab III mengenai metode penelitian. Data yang diperoleh

peneliti berasal dari nara sumber (informan), dokumentasi, responden dan

beberapa data pendukung lainnya. Keseluruhan data-data tersebut kemudian

diringkas secara sederhana, diklasifikasikan dan direduksi berupa susunan dalam

bentuk yang teratur berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan sehingga

mempermudah ke proses selanjutnya.

Dari hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan peneliti berdasarkan

permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah pada bab I, dapat diurutkan

hasil penelitian yang akan disajikan yaitu: 1) Proses pembelajaran menggambar

ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi,

2) hasil dari proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, 3) Faktor apakah yang

menjadi pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi

siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.

Untuk mendapatkan data, maka data-data yang diperoleh dari hasil

penelitian melalui tiga macam metode penelitian yaitu, metode wawancara,

metode observasi, dan metode dokumentasi akan digabungkan dengan data

pendukung yang diperoleh melalui penyebaran angket. Angket yang tersebar

71

 

berjumlah 95 angket dalam penelitian ini dibagikan pada kelas rendah

berdasarkan jumlah siswanya yaitu kelas satu 28 angket, kelas dua 34 angket, dan

kelas tiga 33 angket. Sedangkan angket yang diberikan pada guru seni budaya dan

ketrampilan berjumlah 1 buah. Dari total 96 angket yang telah disebarkan oleh

peneliti kepada siswa serta guru seni budaya dan ketrampilan di Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi , secara keseluruhan telah diisi dan

dikembalikan oleh responden kepada peneliti. Berdasarkan hasil angket tersebut

akan diklasifikasikan dan dikondisikan menurut jenis permasalahan yang diteliti

oleh peneliti, kemudian akan dilakukan interpretasi data sehingga dapat diperoleh

suatu kesimpulan.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi terletak di Desa

Tangkil Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Dari segi transportasi tidak ada

kesulitan karena letaknya sangat strategis dekat dengan kota Kecamatan Wlingi,

yaitu hanya± 500 meter dari Jalan Raya Wlingi - Blitar. Secara umum Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi berada di lingkungan pemukiman

penduduk Desa Tangkil serta tempatnya dekat areal persawahan. Sebagian besar

penduduk Desa Tangkil Kecamatan Wlingi merupakan keluarga yang mempunyai

tingkat penghasilan menengah, dan menengah bawah, hidup dari mata

pencaharian bertani. Selain bertani ada yang hidup berdagang, buruh, dan hanya

sebagian pegawai negeri. Kebanyakan penduduk Desa Tangkil hanya mengenyam

pendidikan sampai tingkat SD dan hanya sebagian kecil mengenyam pendidikan

sampai tingkat SMU/sederajat dan perguruan tinggi.Sebagian besar masyarakat

Desa Tangkil adalah pemeluk agama Islam. Selain agama Islam masyarakat Desa

72

 

Tangkil memeluk agama Kristen (Katolik,Prostestan) Hindu dan Budha namun

jumlahnya sangat kecil. Hubungan antar pemelukagama di Desa Tangkil sangat

harmonis.

Keadaan Fisik Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Lokasi Sekolah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dari pusat

Kota Kabupaten Blitar dapat ditempuh selama 30 menit menggunakan

kendaraanroda empat dan sekitar 20 menit menggunakan kendaraan roda dua

dengan kecepatanrata-rata 60 km/jam. Di Desa Tangkil terdapat tiga sekolah dasar

negeri, yaitu Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Sekolah Dasar

Negeri 02 Tangkil Kecamatan Wlingi, dan Sekolah Dasar Negeri 03 Tangkil

Kecamatan Wlingi. Di antara bangunan tersebut, kondisi kualitas bangunan fisik

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi relatif lebih baik untuk

proses belajar mengajar, sehingga suasana belajar lebih menonjol dan lebih tertata

serta kondusif meskipun kondisinya tidak begitu optimal. Begitu juga dengan

lulusan (outpout) di antara sekolah tersebut, Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi yang terbaik. Kondisi fisik bangunan Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi merupakan sekolah yang tergolong sederhana.

Kondisi sekolah tersebut termasuk kategori baik. Terlihat pada sebagian kelas

lantainya keramik dan juga sebagian lainnya ubin semen biasa. Halaman sekolah

sudah tertata dengan baik adanya kehadiran taman serta tanaman dan juga

pohon – pohon membuat suasana sekolah menjadi lebih baik. Maka secara

keseluruhan masih terkesan tetap terawat secara baik.

73

 

1. Sarana Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi memiliki halaman

seluas 0.520 Ha yang berada di depan bangunan gedung sekolah. Berfungsi

sebagai sarana bermain, parkir kendaraan, dan sarana olah raga. Sarana olah

raga yang tersedia hanyalah sebuah lapangan sepak bola, bola voli, dan lompat

jauh. Sarana dan prasarana yang dimiliki Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

No. Kondisi Jumlah

1. Ruang Kepala Sekolah 1

2. Ruang Guru 1

3. Ruang Kelas 9

4. Ruang BP/UKS/Perpustakaan 1

5. Gudang 1

6. Kamar Mandi 3

7. Mushola 1

8. Ruang Penjaga 1

Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 KecamatanWlingi tahun 2010

74

 

2. Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran

Sebagai penunjang pembelajaran Seni Rupa pada kelas rendah (1,2,3),

sarana dan prasarana di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

antara lain terdiri:

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran di Kelas Rendah (1, 2, 3)

No. Sarana dan Prasarana Penunjang KBM Seni Rupa di

Kelas Rendah (1, 2, 3)

Jumlah

1. Buku Melukis 95

2. Buku Mewarnai 95

3. Portovolio Tugas Seni Rupa 95

4. Meja Pajang Karya 3

5. Peralatan Mewarnai 3

6. Papan Pajang Karya 3

7. Papan tulis 3

8. Penggaris Panjang 3

Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi tahun 2010

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sarana penunjang kegiatan

belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi sudah

cukup untuk terselenggaranya tujuan pembelajaran Seni Rupa. Pemenuhan

sarana tersebut didukung dari siswa itu sendiri selain dari bantuan sekolah.

75

 

3. Kondisi Guru Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi

Guru pengajar Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi berjumlah 2 orang yang memiliki latar belakang pendidikan

yaitu sarjana pendidikan (S 1) Seni Rupa. Sedangkan Status kepegawaian yang

dimiliki oleh Guru Seni Rupa adalah GTT ( Guru Tidak Tetap ). Untuk

palajaran Seni Budaya dan Ketrampilan Khusus diajar oleh Guru Seni Rupa

dan bukan diajar oleh Guru Kelas, agar siswa dapat memiliki pengetahuan seni

yang luas dan lebih baik.

4. Kondisi Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi

Pada awal berdirinya, perkembangan jumlah siswa sekolah setiap tahun

untuk mendaftar mengalami kemajuan meskipun tidak signifikan. Akibatnya,

siswa yang tidak masuk kategori penyeleksian ditampung di sekolah lain.

Dengan demikian jumlah siswa tiap tahunnya tidak mengalami lonjakan yang

berarti bahkan masih dapat dikategorikan stabil. Untuk mengetahui lebih jelas

jumlah siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi dapat dilihat pada tabel 4.3:

76

 

Tabel 4.3 Jumlah Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, kelas 1,2,3

Murid

Kelas Banyaknya Kelas L P Jumlah

1. 1 17 11 28

2. 1 21 13 34

3. 1 16 17 33

Jumlah 3 54 41 95

Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi tahun 2010

B. Program Pendidikan Sekolah

Program pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan

wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang

semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan

desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang

kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal

35 tentang standar nasional pendidikan.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian

tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,

77

 

proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar

nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum.

C. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

1. Program Pendidikan Sekolah

Program pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan

wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang

semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan

desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang

kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal

35 tentang standar nasional pendidikan.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian

tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,

proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar

nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi

78

 

Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam

mengembangkan kurikulum.

2. Pendidikan Seni Rupa Secara Umum di Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar ekspresi dalam

pendidikan seni rupa pada mata pelajaran seni budaya dan kerajinan sebagai salah

satu kegiatan kurikulum di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi,

penulis menetapkan 3 kelas dari 6 kelas. Kelas yang dipilih adalah kelas I, II dan

III dengan asumsi bahwa kelas tersebut merupakan kelas yang sedang

memperoleh materi proses pembelajaran menggambar ekspresi lebih banyak

dibandingkan kelas IV, V dan VI yang telah melewati proses pembelajaran

menggambar ekspresi karena harus lebih fokus ke matapelajaran pokok untuk

proses kelulusan. Asumsi lainnya, tidak mengambil kelas kelas IV, V, dan VI

hanya memperoleh jam pelajaran seni budaya dan ketrampilan sebagai

matapelajaran tambahan.

Satu semester waktu pelajaran seni budaya dan ketrampilan dipergunakan

untuk pendidikan seni rupa, seni musik, seni tari dan kerajinan secara

proporsional. Jam pelajaran untuk pendidikan seni rupa secara ideal mendapatkan

porsi 2 bulan karena 4 bulan sisanya dipergunakan untuk pendidikan seni musik

dan tari. Dari 2 bulan berarti matapelajaran pendidikan seni rupa hanya

mendapatkan jatah 8 minggu atau 8 kalipertemuan.

Dari delapan pertemuan ini, secara proporsional agar terjadi idealisasi

pembelajaran seni rupa harus dibagi menjadi tiga kegiatan yang mencakupi aspek,

psikomotorik, apesiatif, dan teori. Meskipun pembagian waktu jam pelajaran yang

79

 

tersedia ini tidak diatur secara khusus namun muatan ketiga aspek tersebut bisa

diklasifikasi dengan proporsi sebagai berikut: kegiatan teori : kegiatan apresiasi :

kegiatan berkarya = 2 : 1 : 3. Atas dasar itu, untuk mencapai idealisasi proses

pembelajaran menggambar ekspresi dalam pendidikan seni rupa, dari 8 pertemuan

muatan proses pembelajaran menggambar ekspresi seharusnya dilakukan paling

tidak minimal 2 kali pertemuan selama satu semester.

Namun dalam praktiknya, sesuai apa yang dikatakan guru seni budaya dan

ketrampilan dan Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

diperoleh informasi bahwa hampir sebagian besar pendidikan seni budaya dan

kerajinan didominasi oleh mata pelajaran menggambar atau pendidikan seni rupa.

Pendidikan seni musik yang dalam praktiknya seharusnya memperoleh proporsi

yang sama dengan pendidikan seni rupa hanya dilakukan dua atau tiga kali dalam

satu semester.

Hampir semua jam yang tersedia digunakan untuk menggambar saja dan

sangat jarang dilakukan kegiatan berkarya yang lebih variatif, misalnya

mematung, menganyam, menghias, membuat kerajinan dan lain-lain. Dalam

kurikulum KTSP telah disebutkan secara jelas mengenai pelajaran menggambar

atau berkarya, teori, dan apresiasi dalah berbeda jenisnya namun satu kesatuan

untuk memperoleh totalitas pencapaian standar kompetensi.

3. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh

pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan,

pelaksanaan, dan evaluasi, tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling terkait

80

 

sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara keseluruhan dan

berurutan.

Secara lebih jelas, untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar

ekspresi sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan seni rupa di Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, akan diuraikan sesuai dengan komponen-

komponen atau rumusan-rumusan proses pembelajaran menggambar ekspresi

yang meliputi:

a.Persiapan

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti kepada

Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan, pada tahap persiapan pengajar

terlebih dahulu menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota, Promes,

Silabus dan RPP menggambar ekspresi yang dapat dilihat pada halaman

lampiran. Kemudian Menentukan Materi berdasarkan perangkat pembelajaran

yang akan diajarkan pada siswa . Guru juga menentukan metode, media dan

bentuk evaluasi yang akan digunakan. Tujuan dari tahap persiapan pembelajaran

ini adalah agar Guru mempunyai konsep sehingga siswa mengetahui tujuan dari

penyampaian materi yang akan disampaikan oleh Guru kepada siswa. Sebelum

proses pembelajaran berlangsung, Guru hendaknya memiliki pengetahuan

mengenai situasi umum yang akan dihadapi. Situasi umum ini menyangkut

tempat pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Persiapan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh

Guru adalah memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan

dihadapi. Tahap persiapan yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya pada

81

 

pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat, bahan, dan

memberikan contoh karya gambar ekspresi.

Tabel 4.4 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran

No Objek pengamatan Ya Tidak

1 Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa

Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar

Ekspresi

V

2 Menentukan Materi berdasarkan perangkat

pembelajaran

V

b.Pelaksanaan

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

dilakukan oleh peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi diperoleh data-data sebagai berikut:

1) Materi / Bahan Ajar

Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah

lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih

koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan

simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk

dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas

rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi

obyek manusia, binatang dan benda. Menggambar manusia binatang dan

benda di lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik

82

 

dimana bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik,

kreatif, spesifik dan bebas.

2) Metode Pembelajaran

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Guru bidang

studi Seni Budaya dan Ketrampilan tentang metode yang digunakan dalam

pembelajaran pada kelas rendah adalah menggunakan metode demonstrasi

dan metode tanya-jawab. Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan

mencontohkan proses dalam menggambar dan memberikan contoh karya

gambar ekspresi yang akan diajarkan kepada siswa sesuai tema dan

tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa,

maka siswa dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan menanyakan

materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

terhadap materi.

3) Media Pembelajaran

Dari keterangan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil

wawancara, pada proses pembelajaran menggambar ekspresi pada kelas

rendah menggunakan media berupa media desain dan model karya gambar

ekspresi. Media desain dalam menggambar ekspresi berupa menggmbar

ekspresi objek manusia, benda, dan binatang yang diwujudkan dalam

bentuk rancangan atau sketsa yang kemudian dilanjutkan dengan proses

pewarnaan. Pembuatan media desain tersebut merupakan proses kerja

dalam menggambar ekspresi. Media desain berupa contoh rancangan,

contoh motif atau corak sesuai jenis karya yang akan dipraktekan.

83

 

Jenis model karya dalam menggambar ekspresi bentuknya berupa

contoh-contoh karya atau model gambar ekspresi yang dibuat dengan

berbagai kreasi atau tema yang akan dipraktekkan. Jenis model karya

gambar ekspresi berupa model karya gambar yang dibuat diatas lembaran

kertas ukuran A4 atau A3 dengan media pensil 2B dan pensil warna,

crayon. Dalam penggunaannya ditampilkan di papan tulis atau papan

peragaan dalam bentuk pajangan.

4) Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran

menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan

pendekatan psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa

dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi.

5) Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah

adalah dengan:

a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang

materi yang dipelajari

b) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat

waktu

c) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana

dan prasarana penunjang proses pembelajaran

d) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi

84

 

e) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum

menguasai materi

6) Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi

adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu

kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas

gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam bentuk

buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapun alat

yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan Pensil

Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan menggambar,

yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan kerasnya serta

ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada adalah gedung kelas

tempat berlangsungnya proses pembelajaran.

Tabel 4.5 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran

No Objek pengamatan Ya Tidak

1 Mengucapkan Salam V

2 Mengabsensi kehadiran siswa

3 Menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa

V

4 Melakukan pengulangan materi pada pertemuan sebelumnya

V

5 Dapat menggunakan media yang berupa sarana dan prasarana dengan baik

V

6 Melakukan Tanya-jawab materi yang diajarkan V

85

 

c. Evaluasi

Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil

(evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan

dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengadakan

evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi

pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah

dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.

Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari pengajar tentang

evaluasi pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran yang diberikan berupa tes

yaitu menggambar yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu semester.

Pengambilan nilai di lakukan secara personal atau satu orang siswa membuat

satu karya gambar ekspresi dengan aspek pertimbangan penilaian yang

dipergunakan berupa aspek ketepatan alat dan bahan, tema, tekhnik, komposisi

dan pewarnaan. Berdasarkan aspek pertimbangan tersebut maka penilaian

diambil berdasarkan segi hasil.

Pengukuran pada evaluasi ini menggunakan tes perbuatan pada prestasi

belajar siswa. Tes ini digunakan untuk mengukur seberapa hasil dari

pembelajaran siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar yang dirancang oleh

pengajar. Pengukuran dilakukan pada saat sebelum siswa mengikuti

pembelajaran dan setelahnya, dengan demikian akan diketahui perbedaan hasil

pengukurannya.

86

 

Tabel 4.6 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran

No Objek pengamatan Ya Tidak

1 Membenahi karya siswa yang belum benar V

2 Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi

V

3 Mengevaluasi hasil menggambar ekspresi siswa V

D. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di

Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi

Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada Guru bidang studi Seni

Budaya dan Ketrampilan diperoleh data sebagai berikut dengan melihat hasil

karya siswa yang telah selesai dikerjakan serta kesesuaian dengan materi yang

telah guru berikan:

Tabel 4.7 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi

No Aspek-aspek pembelajaran Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

1 Siswa dapat memahami penjelasan guru

tentang proses menggambar ekspresi 17 siswa 30 siswa 31 siswa

2 Siswa dapat menggambar reksprsi

sesuai dengan materi yang telah

diajarkan guru

20 siswa 26 siswa 28 siswa

3 Siswa dapat melakukan proses 10 siswa 20 siswa 23 siswa

87

 

menggambar ekspresi sesuai dengan

yang telah diharapkan guru

4 Siswa dapat mengetahui teknik dalam

proses menggambar eksprsi 4 siswa 5 siswa 5 siswa

5

Siswa dapat mengetahui alat dan bahan

dalam proses menggambar eksprsi

28 siswa

34 siswa

33 siswa

6 Siswa dapat menggambar ekspresi

sesuai dengan tema yang telah

ditentukan

8 siswa 11 siswa 14 siswa

7 Siswa dapat menentukan tema sendiri

diluar tema yang telah diberikan oleh

guru

6 siswa 12 siswa 17 siswa

8 Siswa dapat menggunakan media

dengan baik 10 siswa 9 siswa 15 siswa

9 Tujuan pembelajaran menggambar

ekspresi dapat dilakukan oleh siswa 20 siswa 29 siswa 31 siswa

88

 

10 Siswa yang berbakat dalam

menggambar lebih menonjol dari pada

siswa yang tidak berbakat dalam proses

menggambar ekspresi

2 siswa 2 siswa 8 siswa

Dari hasil angket yang diberikan kepada pelatih berdasarkan kelas

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada kelas 1 Siswa tidak dapat memahami

penjelasan guru tentang proses menggambar ekspresi , Siswa tidak dapat

melakukan proses menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan

guru, dan Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi

maupun menggunakan media dengan baik.

Pada kelas 2 siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, kecuali

Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi . sedangkan

pada siswa kelas 3 semua siswa dapat menggambar ekspresi dengan baik serta

memenuhi aspek-aspek pembelajaran.

E. Faktor – faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembelajaran

Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi

1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran

Dalam suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang

mendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi meliputi : faktor

89

 

guru/pengajar, faktor siswa, faktor materi, faktor lingkungan/ suasana.

Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa mengenai faktor-

faktor yang mendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi didapat hasil

sebagai berikut:

a Faktor Pelatih atau Pengajar

Dalam proses pembelajaran guru/pengajar adalah orang yang

memberikan materi pelajaran dan mentransferkan pengetahuan kepada siswa.

Dalam hal ini seorang guru/pengajar harus memiliki pengetahuan atau kecakapan

dan ketrampilan dalam mengajar. Berdasarkan hasil angket yang telah tersebar di

kelas 1,2,3 diperoleh data bahwa guru menyampaikan cakupan materi tentang

poses menggambar ekspresi, Guru menggunakan berbagai macam media

(contoh) dalam mengajarkan proses menggambar ekspresi, dan Guru

menerangkan proses menggambar ekspresi.

b. Faktor Siswa

Dalam proses pembelajaran siswa adalah seorang yang bertidak sebagai

pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan. Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran terdapat banyak faktor yang

menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa.

90

 

Tabel 4.8 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

No Aspek-aspek pertanyaan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

1 Saya dapat menangkap materi tentang proses

menggambar ekspresi yang diajarkan guru

19 siswa 28 siswa 31 siswa

2 Saya bisa menggambar ekspresi sesuai dengan

apa yang diajarkan oleh guru

10 siswa 14 siswa 18 siswa

3 Saya memiliki bakat menggambar 2 siswa 2 siswa 8 siswa

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket diatas antara lain: Siswa yang

dapat menangkap materi tentang proses menggambar ekspresi yang diajarkan guru

adalah 19 siswa (kelas 1), 28 siswa (kelas 2), 31 siswa (kelas 3). Siswa yang bisa

menggambar ekspresi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru adalah 10

siswa (kelas 1), 14 siswa (kelas 2), 18 siswa (kelas 3). Dan Siswa yang memiliki

bakat menggambar adalah 2 siswa (kelas 1), 2 siswa (kelas 2), 8 siswa (kelas 3).

c. Faktor Materi atau Bahan Ajar

Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,

prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Materi yang akan

disampaikan oleh guru dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam

pembelajaran. Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada siswa di kelas 1,2,3

diperoleh keterangan sebagai berikut: Guru dapat menguasai materi tentang

91

 

gambar ekspresi, Guru juga dapat menentukan materi gambar ekspresi

berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.

Tabel 4.9 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

No Aspek-aspek pertanyaan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

1 Guru menguasai materi tentang gambar

ekspresi

Ya Ya Ya

2 Guru menentukan materi gambar ekspresi

berdasarkan pengetahuan siswa secara

umum

Ya Ya Ya

d. Faktor Lingkungan atau Suasana

Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang

meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar.

Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi

yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa

ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi, dan

suasana belajar. Lingkungan tempat belajar yang meliputi kondisi fisik dan non

fisik ini oleh peneliti didokumentasikan melalui foto-foto yang berupa ruangan

tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat

belajar, dan suasana belajar yang terjadi.

92

 

2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran

a. Faktor guru atau Pengajar

Dari hasil dokumentasi berupa data-data pelatih yang diperoleh peneliti

bahwa kemampuan mengajar yang dimiliki oleh guru dalam penguasaan materi

menggambar ekspresi rata-rata telah mencukupi ketentuan dalam pengajaran

sesuai kurikulum . Pendidikan yang dimiliki oleh guru juga akan menetukan

kualitas mengajarnya. Dari hasil dokumentasi berupa data-data yang diperoleh

peneliti bahwa pendidikan yang dimiliki oleh guru bidang studi seni budaya

adalah S-1. Pendidikan yang dimiliki oleh guru dalam penerapannya pada proses

pembelajaran dapat tercermin dalam hal mentransfer pengetahuan kepada siswa.

Karena dalam hal ini diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengajar

seorang pelatih. Dari keterangan yang diperoleh peneliti dari Kepala Sekolah,

bahwa guru bidang studi seni budaya yang sekarang termasuk guru yang masih

baru. Jadi kendala-kendala pada saat mengajar masih banyak dirasakan oleh

siswa. Disinilah faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran

menggambar ekspresi ditinjau dari faktor guru.

b. Faktor Siswa

faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran siswa, yaitu:

Faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian

,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses

pembelajaran. Dalam hal ini yang menjadi faktor penghambat pembelajaran siswa

adalah siswa yang tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi

pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat pembelajaran

93

 

berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses

pembelajaran.

c. Faktor Materi atau Bahan Ajar

Materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa di kelas

1,2,3 yang menjadi penghambat adalah Siswa tidak dapat memahami penjelasan

guru , melakukan proses menggambar ekspresi, memahami teknik serta

menggunakan media dengan baik . Sedangkan faktor penghambat pada Guru

mengenai materi tidak ada karenaguru menguasai materi gambar ekspresi

berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.

 

94

 

 

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, maka dalam bab V ini akan di

bahas permasalahan berdasarkan hasil temuan penelitian yang akan dianalisis

berdasarkan teori-teori yang ada. Pembelajaran merupakan suatu perbuatan yang

kompleks dimana kegiatan pembelajaran melibatkan banyak komponen dan

faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu perencanaan maupun

pelaksanaannya membutuhkan pertimbangan- pertimbangan yang matang. Untuk

mencapai tujuan yang hendak dicapai perlu adanya pertimbangan mengenai

karakteristik siswa, fasilitas yang tersedia, komponen-komponen pembelajaran

yang meliputi strategi, media dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan. Di dalam

pelaksanaannya juga diperlukan adanya penyesuaian terhadap kegiatan dengan

perubahan-perubahan kondisi yang temporal. Hal ini sesuai dengan teori Ibrahim

dan Syaodih (1996 :3), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

A. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh

pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan,

pelaksanaan, dan evaluasi, tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling terkait

sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara keseluruhan dan

95

 

berurutan. Hal ini sesuai dengan teori Jacobsen, Egen, dan Kauchak (1989: 9-12)

dalam Suprihadi, dkk (2000:12-13), yang membagi proses pembelajaran menjadi

tiga tahap, yaitu: 1)Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, dan 3) Tahap

evaluasi.

1. Persiapan

Persiapan pembelajaran meliputi tujuan yang akan dicapai, materi yang

sesuai dengan tujuan, interaksi pembelajaran yang sesuai tujuan,media dan

sumber belajar yang mendukung, materi bentuk dan teknik evaluasi untuk

mengukur pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan. Dengan

melihat pada Prota, Promes, Silabus, dan RPP yang digunakan dalam proses

belajar mengajar seni rupa.

Pada tahap persiapan yang dilakukan oleh dalam menggambar ekspresi

adalah:

a. Guru terlebih dahulu Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota,

Promes, Silabus dan RPP Menggambar Ekspresi.

b. Menentukan Materi berdasarkan perangkat pembelajaran

c. Guru juga menentukan metode yang digunakan yaitu metode demonstrasi

yang berupa pemberian contoh model gambar dan proses kerja

menggambar ekspresi.

d. Guru Menentukan media berupa media desain dan model karya gambar

ekspresi.

e. Menentukan bentuk evaluasi yang akan digunakan berupa tes menggambar

ekspresi.

96

 

f. Tahap persiapan berikutnya yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya

pada pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat,

bahan, dan teknik dalam menggambar ekspresi.

g. Guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai situasi umum dan

memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan

dihadapi dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi.

2. Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahapan penerapan dari tahap perencanaan yang

telah dibuat oleh guru. Secara operasional guru melaksanakan tahap-tahap

perencanaan yang meliputi:

a. Materi / Bahan Ajar

Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah

lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih

koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan

simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk

dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas

rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi

objek berdasarkan tema, yaitu ”penebangan liar” (kelas 3), ”bermain”

(kelas 2) dan ”gembira” (kelas 1).

Dalam penggarapan atau kegiatan menggambar ekspresi pertama-

tama bisa dibuat bentuk seketnya saja dan ada yang sekali jadi, itu

tergantung dari yang membuatannya. Sketsa adalah gambar yang belum

jadi atau gambaran yang sederhana. Dalam sketsa ini yang paling

dominan adalah garis. Menggambar manusia binatang dan benda di

97

 

lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik dimana

bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik, kreatif,

spesifik dan bebas.

Dalam hal ini gambar karya anak-anak bukanlah gambar orang

dewasa yang tampil dengan bentuk dan proporsi yang lengkap seperti

karya gambar yang dibuat oleh orang dewasa. Objek yang ditampilkan

dalam bentuk bagan sederhana namun dapat memberikan kesan figure

dari objek aslinya. Misalnya bagan kepala, badan, tangan, kaki, bagan

binatang, bentuk benda dan lainnya. Untuk gambar manusia sebagai

wujud ekspresi anak-anak antara lain menampilkan cirri bentuk kepala

hamper bulat, mata lebar, garis muka lengkung, bagian badan tangan atau

kaki digambarkan dalam bentuk-bentuk garis lurus atau garis lengkung

yang dibuat secara spontan dan bisa berulang ulang. Hal ini sesuai dengan

teori Sumanto (2008:18) bahwa pengembangan materi menggambar

siswa sekolah dasar berorientasi pada: pemberian unsur kreatif dalam

kegiatan seni rupa, memberikan dorongan untuk terampil kreatif sesuai

minat siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan secara terarah untuk

mengemukakan pendapat, ide sesuai pengalamannya

b. Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran pada kelas rendah di

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah

menggunakan metode demonstrasi, ceramah, dan metode tanya-jawab.

Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam

menggambar dan memberikan contoh karya gambar ekspresi yang akan

98

 

diajarkan kepada siswa sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada

materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa dapat menanyakannya

kepada Guru. Guru akan menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Hal ini sesuai

dengan teori Raka Joni (1980) dalam Suprihadi, dkk (2000:16), bahwa

metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis untuk

melakukan pembelajaran.

c. Media Pembelajaran

Dari keterangan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil

wawancara, pada proses pembelajaran menggambar ekspresi pada kelas

rendah menggunakan media berupa media desain dan model karya

gambar ekspresi. Media desain berupa contoh rancangan, contoh motif

atau corak sesuai jenis karya yang akan dipraktekan. Jenis model karya

gambar ekspresi berupa model karya gambar yang dibuat diatas lembaran

kertas ukuran A4 atau A3 dengan media pensil 2B dan pensil warna,

crayon. Dalam penggunaannya ditampilkan di papan tulis atau papan

peragaan dalam bentuk pajangan. Hal ini sependapat dengan Latuheru,

1988:11), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh

manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga ide yang di

disampaikan bisa sampai pada penerima.

d. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran

menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan

pendekatan psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk

99

 

mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa

dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi. Dalam pendekatan

pembelajaran yang menggunakan tujuan psikomotorik, yang dilakukan

oleh guru dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah:

1) Menganalisis ketrampilan yang dimiliki siswa untuk memastikan

kemampuan psikimotoriknya.

2) Memberikan bimbingan secara verbal agar siswa dapat

meningkatkan ketrampilan yang dimiliki.

3) Mendemonstrasikan materi menggambar ekspresi secara urut agar

siswa mudah dalam mengikutinya.

4) Membangkitkan minat (perhatian) dan kemajuan siswa dalam

berlatih apabila semangatnya menurun.

5) Mendorong siswa untuk terus berlatih dan mempertahankan

ketrampilan yang dimiliki agar dapat menguasai teknik-teknik

menggambar ekspresi yang diajarkan.

Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran

menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai juga

menggunakan ranah psikomotorik, hal ini berdasarkan taksonomi Bloom

dalam Rosjidan, dkk (2003:4), bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas tiga

ranah (domain), yaitu: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah

psikomotorik.

100

 

e. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan

komponen pembelajaran, yang berhubungan dengan cara-cara yang

dipilih oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi

pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah dengan:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang

materi yang dipelajari

2) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat

waktu

3) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana

dan prasarana penunjang proses pembelajaran

4) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi

5) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai

materi

Hal ini sependapat dengan Taba dalam Suprihadi, dkk

(2000:21)Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru

dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau

fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

f. Sarana dan Prasarana Pembelajaran

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat

dalam mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang

merupakan penunjang utama terselenggaranya proses pembelajaran.

101

 

Keberadaan sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan aspek-

aspek pembelajaran lainnya.

Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi

adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu

kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas

gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam

bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapun

alat yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan

Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan

menggambar, yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan

kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada

adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran

3. Evaluasi

Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil

(evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan

mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri.

Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil

yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.

Tujuan diadakannya evaluasi pada hasil pembelajaran menggambar

ekspresi siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah

untuk:

a. Mengetahui hasil belajar siswa

b. Mengetahui kesulitan belajar siswa

102

 

c. Mengetahui kemampuan belajar siswa

d. Mengetahui potensi yang dimiliki oleh siswa

Sedangkan fungsi evaluasi pada hasil pembelajaran menggambar

ekspresi siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah

untuk:

a. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar dalam memperbaiki

proses pembelajaran

b. Menentukan kemajuan hasil belajar

c. Mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam

belajar

Hal ini sesuai pendapat Thoha (1996, tanpa halaman), bahwa evaluasi

merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan

menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur

untuk memperoleh suatu kesimpulan.

B. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Berdasarkan hasil proses pembelajaran menggambar Ekspresi siswa kelas

rendah bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan, hasil karya siswa telah

memenuhi ketentuan-ketentuan berdasarkan alat, bahan, tema, tekhnik,

komposisi,dan warna (tipologi dalam menggambar ekspresi).

103

 

1. Gambar 5.1 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Satu

Karya gambar di atas ini merupakan karya yang dibuat oleh salah seorang

siswa kelas satu Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Karya yang dibuat dengan

menggunakan media kertas gambar dengan ukuran A4 ini mengunakan alat atau

media warna menggunakan jenis pewarna kering yakni Krayon atau Pastel. Secara

umum gambar yang dibuat terlihat seperti asal-asalan, mengingat goresan-goresan

yang ditorehkannya terlihat tidak begitu terartur atau terorganisir dengan baik,

bisa dikatakan bahwa gambar tersebut memiliki komposisi garis yang tidak

sempirna. Namun garis-garis yang dibentuk yaitu garis lurus, garis lengkung

sangat mencerminkan karakter gambar dan corak yang sesuai dengan usianya.

Kesan spontan dan ekspresif mengenai hal-hal yang ditemui dan dirasakan oleh

anak, dapat tergambar dengan baik sekalipun bentuk dan objek yang ia pilih untuk

memvisualkan gagasannya masih sangat terbatas dan tidak terlalu sempurna.

Pengetahuan yang terbatas akan bermacam-macam warna menjadikan dominasi

warna tube (warna primer dan sekunder yang ada pada paket box pewarna) yang

seringkali digunakan dalam memvisualkan objek-objek yang ia gambarkan. Pola-

104

 

pola gambar yang simetris seringkali menjadi pilihan utama dalam mewujudkan

objek dalam karya gambar mereka. Dan yang seringkali terlihat jelas untuk corak

gambar usia ini adalah terlihat jarang sekali mereka memainkan objek latar yang

berlebihan (background), dan seringkali mereka membiarkannya kosong.

2. Gambar 5.2 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Dua

Karya gambar diatas adalah karya yang dibuat oleh salah satu siswa kelas

2 Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Gambar diatas merupakan penggambaran dari

tema “Bermain “ yang diberikan oleh guru pembimbing. Masih juga

menggunakan media kertas gambar dengan ukuran A4 sperti pada karya gambar

siswa kelas satu, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan yakni adanya percampuran

media warna yaitu Pensil dan Krayon pada media warna yang digunakan. Karya

gambar tersebut memiliki komposisi garis yang sudah cukup baik, terlihat dari

kontur dan juga arsiran penuh yang mendominasi pada setiap bagian yang dibatasi

oleh garis luar (outline) pada setiap bentuk dari objek yang terdapat pada gambar

di atas. Ekspresi wajah sudah mulai nampak jelas, meskipun proporsi masih

belum begitu sempurna. Pengelolaan gambar latar yang cukup berani sebagai

pendukung objek gambar utama dengan menggunakan warna-warna yang senada

semakin menjadikan suasana yang digambarkan terlihat ceria dan hidup,

105

 

disamping juga didukung penempatan objek utama yang terlihat close up, semakin

terkesan saling mendukung antara gambar latar dengan objek utamanya.

Kepolosan danspontanitas anak juga masih terlihat dari pemakain warna-warna

primer dengan menghadirkan kesan kontras, sekalipun tanpa kesengajaan.

3. Gambar 5.3 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Tiga

Karya gambar di atas adalah hasil karya dari salah seorang siswa kelas 3

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 dengan tema “Penebangan Liar”. Meski sama-

sama menggunakan media pewarna kering Krayon atau Pastel seperti pada dua

karya sebelumnya, pada karya kali ini terlihat jelas perbedaan corak dan terhnik

yang digunakan dalam memvisualisasikan objek pada media gambar. Kesan

kedalaman sangat terlihat dari adanya gelap terang arsiran yang digunakan. Pada

karya gambar siswa kelas 3 ini, selain penyampaian komposisi objek yang sudah

mendekati kesan realis dan perspektif, juga menekankan rasa bahan yang baik.

Terlihat dari penggambaran objek kayu yang sudah nampak seperti seharusnya,

dengan penambahan kesan terkstur dengan memanfaatkan arsiran kasar dan juga

pengulang-ulangan garis yang disejajarkan. Dalam hal pewarnaan, pada karya

gambar kelas tiga ini sudah sangat jauh meninggalkan kesan warna primer yang

106

 

dominan, penggunaan warna harmonis menjadikan kesan tersendiri yakni seperti

adanya pembatasan penggunaan warna. Akan tetapi justru menambah kesan

penggambaran suatu kondisi atau keadaan dengan cukup matang. Hal itu bisa

terlihat juga dari ketiadaan ruang kosong atau warna dasar media gambar yang

tersisa sedikitpun.

Dari hasil angket yang diberikan kepada pelatih berdasarkan kelas

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada kelas 1 Siswa tidak dapat memahami

penjelasan guru tentang proses menggambar ekspresi , Siswa tidak dapat

melakukan proses menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan

guru, dan Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi

maupun menggunakan media dengan baik.

Pada kelas 2 siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, kecuali

Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi . sedangkan

pada siswa kelas 3 semua siswa dapat menggambar ekspresi dengan baik serta

memenuhi aspek-aspek pembelajaran.

Masa pertumbuhan anak menurut ahli psikologi dan pendidikan dapat

diidentifikasi dan diklarifikasikan berdasarkan karya seni rupa yang mereka buat.

Victor Lowenfel (1947-1957) pada anak usia 7-9 tahun adalah usia dimana

mereka berada pada posisi sebagai siswa yang duduk di bangku kelas rendah yaitu

kelas I, II, III. Yaitu dimana letak periodesasi seni mereka adalah pada tahap

setalah puas dengan ekperimen membuat bentuk, akhirnya anak mulai dapat

membentuk bagan lebih lengkap. Disebut bagan, jika anak membuat bentuk

dengan pengulangan tanpa ada keingingan mengubah. Jika anak mengubah

bentuk, itu disebabkan ada sesuatu yang sangat penting bagi mereka.

107

 

C. Faktor Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran

Dalam suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor-faktor

yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan, faktor tersebut dapat berupa

pendukung maupun penghambat pembelajaran (Rosjidan, dkk, 2003:9). Faktor-

faktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat yang berupa faktor

internal dan eksternal.

a. Faktor Pelatih atau Pengajar

Tugas pokok guru/pengajar yang paling penting adalah sebagai perancang

(designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Di Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Guru menyampaikan cakupan materi

tentang poses menggambar ekspresi di kelas 1,2,3, selain itu Guru juga

menggunakan berbagai macam media (contoh) dalam mengajarkan proses

menggambar ekspresi, dan Guru menerangkan proses menggambar ekspresi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Suprihadi, dkk (2000:9), Guru (pengajar) adalah

seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar menjadi

efektif.

b. Faktor Siswa

Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran terdapat banyak faktor yang

menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa salah satunya adalah bakat dan

minat. Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada siswa

kelas 1,2,3 terdapat beberapa siswa yang memiliki bakat dan minat dalam

menggambar ekspresi. Hal ini sesuai pendapat Suprihadi, dkk, (2000:9), Siswa

108

 

adalah manusia yang mempunyai potensi untuk berkembang, mempunyai

kemampuan, kemauan, aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi

lingkungannya.

c. Faktor Materi atau Bahan Ajar

Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,

prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk,

2000:9). Materi yang akan disampaikan oleh pengajar dapat mempengaruhi

tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Materi yang diajarkan dalam

menggambar ekspresi dibagi berdasarkan kelas pembelajaran dan usia siswa.

Pada kelas rendah materi yang diberikan oleh pengajar kepada siswa

sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, yaitu menunjang tujuan

pembelajaran, sesuai kemampuan siswa, sesuai usia siswa, menarik dan

merangsang perkembangan pengetahuan siswa.

d. Faktor Lingkungan atau Suasana

Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai

dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan

unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan

tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan

kegiatan belajar.

Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang

meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar.

Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi

109

 

yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa

ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi,

dan suasana belajar. Lingkungan tempat belajar yang meliputi kondisi fisik dan

non fisik ini oleh peneliti didokumentasikan melalui foto-foto yang berupa

ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar

tempat belajar, dan suasana belajar yang terjadi.

2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran

a. Faktor guru atau Pengajar

Yang menjadi faktor penghambat proses pembelajaran menggambar

ekspresi adalah kemampuan mengajar yang dimiliki seorang guru dalam proses

pembelajaran berdasarkan pendidikannya. Adapun kemampuan mengajar tersebut

berupa:

(1) Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran

(a) Kemampuan merencanakan proses pembelajaran

(b) Kemampuan mempersiapkan materi pengajaran

(c) Kemampuan merencanakan media dan sumber belajar

(d) Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa

(2) Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran

(a) Kemampuan menguasai materi yang telah direncanakan dan disesuaikan

(b) Kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran

(c) Kemampuan dalam menggunakan metode dan sumber belajar

(d) Kemampuan dalam melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran

110

 

b. Faktor Siswa

Faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran siswa, yaitu:

Faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian

,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses

pembelajaran. Dalam hal ini yang menjadi faktor penghambat pembelajaran siswa

adalah siswa yang tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi

pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat pembelajaran

berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses

pembelajaran. Hal ini sependapat dengan Rosjidan, dkk (2003:9), bahwa faktor-

faktor yang dapat menghambat pembelajaran yang dilakukan oleh siswa terdiri

dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

c. Faktor Materi atau Bahan Ajar

Materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa di kelas

1,2,3 yang menjadi penghambat adalah Siswa tidak dapat memahami penjelasan

guru , melakukan proses menggambar ekspresi, memahami teknik serta

menggunakan media dengan baik . Sedangkan faktor penghambat pada Guru

mengenai materi tidak ada karenaguru menguasai materi gambar ekspresi

berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.

 

111

 

 

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV dan

pembahasan pada bab V, maka tahapan terakhir yang harus dilakukan peneliti

setelah selesai melakukan penelitiannya adalah tahapan penarikan kesimpulan dan

tahapan pemberian saran dari hasil penelitian. Dari hasil analisis data dan

pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penelitian ini dapat

diketahui tentang:

1. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Proses dalam pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 meliputi beberapa tahapan pengenalan yakni meliputi pengenalan

mengenai tema dalam sebuah gambar, tehnik dalam memvisualisasikan karya,

komposisi objek-objek dalam karya dan juga mengenai pewarnaan. Dalam proses

belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh pengajar sebelum

melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan

evaluasi.

a. Tahap Persiapan

Tahap ini merupakan kegiatan awal yang akan dilakukan oleh seorang

pengajar untuk mempersiapkan siswa dalam menerima materi. Tahap persiapan

diantaranya meliputi: mempersiapkan tujuan yang akan dicapai, mempersiapkan

materi yang sesuai dengan tujuan, menggunakan interaksi pembelajaran yang

112

 

sesuai tujuan, mempersiapkan media dan sumber belajar yang mendukung,

menentukan teknik evaluasi yang tepat untuk mengukur pencapaian tujuan,

menentukan alokasi waktu yang diperlukan.

Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi perencanaan atau

konsep pembelajaran bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan dipersiapkan

oleh Guru berdasarkan perangkat pembelajaran yang berupa Prota, Promes,

Silabus dan RPP untuk menggambar ekspresi. Kemudian Guru menentukan

materi berdasarkan perangkat pembelajaran yang akan diajarkan pada siswa.

Guru juga menentukan metode, media dan bentuk evaluasi yang akan

digunakan. Tujuan dari tahap persiapan pembelajaran ini adalah agar Guru

mempunyai konsep sehingga siswa mengetahui tujuan dari penyampaian materi

yang akan disampaikan oleh Guru kepada siswa, serta siswa dapat memahami

informasi baru yang diberikan oleh Guru.

Sebelum proses pembelajaran berlangsung, Guru hendaknya memiliki

pengetahuan mengenai situasi umum yang akan dihadapi. Situasi umum ini

menyangkut tempat pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Persiapan selanjutnya yang perlu

dilakukan oleh Guru adalah memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan

siswa yang akan dihadapi. Tahap persiapan yang dilakukan Guru sebelum

proses berkarya pada pembelajaran menggambar ekspresi adalah

mempersiapkan alat, bahan, dan memberikan contoh karya gambar ekspresi.

113

 

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan didalamnya meliputi: penggunaan materi atau bahan

ajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, pendekatan pembelajaran,

strategi pembelajaran, serta sarana dan prasarana pembelajaran. Materi yang

diajarkan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada kelas

rendah meliputi obyek manusia, binatang dan benda. Materi yang akan

diberikan oleh Guru harus sesuai dengan karakteristik siswa, tujuan yang ingin

dicapai, cara/pendekatan yang akan digunakan, dan hambatan-hambatan pada

situasi pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelas rendah

adalah menggunakan metode demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi

yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam menggambar dan

memberikan contoh karya gambar ekspresi kepada siswa sesuai tema dan

tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka

siswa dapat menanyakannya kepada Guru.

Media yang digunakan berupa media desain dan model karya gambar

ekspresi. Media desain dalam menggambar ekspresi berupa menggmbar

ekspresi objek manusia, benda, dan binatang dalam bentuk rancangan atau

sketsa yang dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Jenis model karya dalam

menggambar ekspresi bentuknya berupa contoh-contoh karya atau model

gambar ekspresi yang dibuat dengan berbagai kreasi atau tema.

Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran menggambar

ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan

114

 

psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk mengetahui sejauh

mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran

menggambar ekspresi.

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah adalah

dengan:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang

dipelajari

2) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat waktu

3) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana dan

prasarana penunjang proses pembelajaran

4) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi

5) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai

materi

Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi adalah

bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu kertas gambar,

kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Sedangkan prasarana yang ada

adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran

c. Evaluasi

Evaluasi pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai

dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.

115

 

2. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Dari beberapa tahapan proses pembelajaran menggambar ekspresi, telah

dicapai beberapa hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti misalnya dari

beberapa karya siswa Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas 1

sampai dengan kelas 3, dari beberapa tugas gambar bertema yang diberikan

pengajaar, sebagian besar siswa telah dapat menghasilkan karya dengan

menggambarka objek-objek yang sesuai dengan tema. Sedangkan pada tugas yang

bertema bebas para siswa juga sebagian besar mampu membuat gambar ekspresi

dengan tema pribadi atau bebas. Tehnik menggambar siswa juga sangat beragam,

tergantung dari jenjang kelas serta usia mereka, semakin tinggi kelasnya semakin

baik pula visualisasi dari objek yang mereka gambarkan.

3. Faktor-faktor Pendukung Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi

meliputi: faktor Guru/pengajar, faktor siswa, faktor materi, dan faktor lingkungan/

suasana. Dalam proses pembelajaran Guru/pengajar adalah orang yang

memberikan materi pelajaran dan mentransferkan pengetahuan kepada siswa.

Dalam hal ini seorang Guru harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan

ketrampilan dalam mengajar. Sedangkan siswa adalah seorang yang bertidak

sebagai pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan. Materi yang akan disampaikan oleh guru dapat mempengaruhi

tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Guru di Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dapat menguasai materi tentang gambar ekspresi,

Guru juga dapat menentukan materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan

siswa secara umum. Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri

116

 

Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang,

keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat

pembelajaran siswa berupa ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi

pencahayaan, ventilasi, dan suasana belajar.

4. Faktor-faktor Penghambat Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi

Faktor-faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi

meliputi: faktor Guru/pengajar, faktor siswa, dan faktor materi. Yang menjadi

faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi ditinjau dari faktor

guru adalah bahwa guru bidang studi seni budaya yang sekarang termasuk guru

yang masih baru. Jadi kendala-kendala pada saat mengajar masih banyak

dirasakan oleh siswa. Sedangkan dari siswa, yaitu: faktor psikologis yang ada di

dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian ,bakat dan minat, motivasi serta

kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran, tidak mempunyai minat

dan tidak berbakat dalam materi pelajaran akan menurun prestasi belajarnya.

Faktor penghambat berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam

menghadapi proses pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan beberapa hasil analisis yang telah dijalankan beserta

kesimpulan yang berhasil diperoleh oleh peneliti, berikut ini merupakan saran-

saran yang diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran

menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi,

antara lain:

117

 

1. Bagi Guru/pengajar

Guru /pengajar hendaknya mengembangkan media dan pendekatan

pembelajaran kepada siswa sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan

motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2. Bagi siswa a. Siswa diharapkan dapat meningkatkan minatnya terhadap proses

pembelajaran menggambar ekspresi

b. Siswa hendaknya dapat menjadikan minat mereka terhadap proses

pembelajaran menggambar ekspresi sebagai modal untuk menumbuhkan

motivasi dalam diri pribadi dalam meningkatkan prestasi di bidangnya.

3. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dengan

memfasilitasi sarana dan prasarana pada pelaksanaan proses pembelajaran

menggambar ekspresi.

4. Bagi peneliti lain

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas mengenai

pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa terutama terhadap minat dan

motivasi siswa terhadap proses pembelajaran menggambar ekspresi.

118

 

 

 

121

122

Surat pernyataan keaslian tulisan

Surat keterangan penelitian

Deskripsi temuan instrumen penelitian

Hasil-hasil temuan penelitian di lapangan

Daftar riwayat hidup

123

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Beni Pujianto

NIM : 103251464815

Jurusan/Program Studi : Seni Dan Desain/S1 Pendidikan Seni Rupa

Fakultas : Sastra

Jenjang : S-1

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambil alihan

tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran

saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 11Agustus 2010

Yang membuat pernyataan,

Beni Pujianto NIM. 103251464815

124

125

126

127

PEDOMAN WAWANCARA TERSTRUKTUR

Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Identitas Responden

Nama Responden :

Mengajar di kelas :

Ditujukan untuk:

Guru Seni Budaya dan Ketrampilan

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Oleh :

Beni Pujianto

103251464815

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SENI DAN DESAIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

Juli 2010

128

Point pertanyaan wawancara terstruktur

1. Apa saja materi dalam pembelajaran menggambar ekspresi?

2. Apa metode yang digunakan dalam pembelajaran menggambar ekspresi?

3. Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran menggambar

ekspresi?

4. Apa strategi yang dipakai dalam pembelajaran menggambar ekspresi?

5. Apa saja sarana dan prasarana dalam pembelajaran menggambar ekspresi?

6. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran menggambar

ekspresi?

129

FORMAT CATATAN HASIL WAWANCARA

Kode : A

Topik : Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi para siswa-siswi Sekolah

Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling

Tanggal : 19 Mei 2010

Kode Point Catatan hasil wawancara

A.1 T

J

Materi pembelajaran:

Materi pada proses pembelajaran menggambar

ekspresi adalah lebih menekankan pada kemampuan

agar menjadikan anak melatih koordinasi mata dan

tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan

simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah

setempat untuk dikomunikasikan secara visual. Materi

menggambar Ekspresi pada kelas rendah di Sekolah

Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi meliputi

obyek manusia, binatang dan benda. Menggambar

manusia binatang dan benda di lingkungan sekitar

merupakan wujud ekspresi yang menarik dimana

bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki

cirri yang unik, kreatif, spesifik dan bebas.

A.2 T

J

Metode pembelajaran

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada

Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan

130

tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran

pada kelas rendah adalah menggunakan metode

demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi

yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses

dalam menggambar dan memberikan contoh karya

gambar ekspresi yang akan diajarkan kepada siswa

sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada

materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa

dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan

menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi.

A.3 T

J

Media pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran

yang penting demi terlaksananya pembelajaran dalam

meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran itu

sendiri. Materi ataupun metode pembelajaran tidak

bisa lepas dari media karena sangat mendukung demi

tercapainya pembelajaran yang bermutu. Media

merupakan alat bantu dalam mendukung kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Memberikan contoh hasil

karya menggambar ekspresi tambai bab 4

A.4 T

J

Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada

kelas rendah adalah dengan:

131

• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

bertanya tentang materi yang dipelajari

• Dengan strategi pembelajaran, materi akan

selesai diajarkan tepat waktu

• Memberikan kebebasan dalam penggunaan

fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang

proses pembelajaran

• Guru menentukan tema dalm proses

menggambar ekspresi

• Melakukan pendekatan khusus kepada siswa

yang belum menguasai materi

A.5 T

J

Sarana dan prasarana pembelajaran

Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar

ekspresi adalah bahan atau bidang gambar yang

digunakan menggambar yaitu kertas gambar, kertas

karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas

gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah

dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran

A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapu alat yang

digunakan menggambar adalah Pensil Hitam,

Penghapus, dan Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa

pensil yang bias digunakan menggambar, yang

masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan

132

kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan

prasarana yang ada adalah gedung kelas tempat

berlangsungnya proses pembelajaran

A.6 T

J

Evaluasi pembelajaran

Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap

penilaian hasil (evaluasi) yang digunakan untuk

mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam

proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan

mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses

pembelajaran itu sendiri. Evaluasi pembelajaran

bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil

yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang

sudah berlangsung.

133

ANGKET

Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Identitas Responden

Nama Responden :

Kelas :

Angket Ditujukan untuk:

Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Oleh :

Beni Pujianto

103251464815

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SENI DAN DESAIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

Juli 2010

134

Pengantar

Sehubungan dengan pengumpulan data penelitian tentang pembelajaran

proses pembelajaran menggambar ekspresi para siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri

Tangkil 01 Kecamatan Wling, maka peneliti memohon bantuan anda untuk

mengisi angket ini. Angket ini adalah alat pengumpul data atau informasi yang

terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan penelitian ini. Anda diminta

untuk mengisi angket sesuai dengan keadaan anda, karena jawaban yang anda

berikan akan membantu keberhasilan pengumpulan data dalam penelitian ini.

Untuk itu peneliti mohon kepada anda untuk mengisi angket ini dengan jujur, dan

sesuai dengan pemahaman anda. Peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban anda.

Atas kesediaan anda berpartisipasi untuk meluangkan waktu dan mengisi

instrument ini, peneliti ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Peneliti

135

Petunjuk pengisian

1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan teliti, pertimbangkan

secara masak isi kalimat-kalimat tersebut sesuai dengan perasaan dan

pemahaman anda.

2. Angket ini merupakan bentuk angket tertutup yang bersifat langsung dan

tidak langsung serta telah disediakan dua pilihan jawaban yaitu jawaban

“Ya” atau jawaban “Tidak”.

3. Jawablah pertanyaan tersebut dengan cara memberi tanda check (v) pada

salah satu pilihan jawaban “Ya” atau jawaban “Tidak”.

4. Setelah selesai mengisi, telitilah sekali lagi jawaban anda kemudian

serahkanlah angket ini kepada peneliti.

5. Identitas responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Selamat mengerjakan

136

Berilah tanda check (v) pada kolom jawaban yang sesuai dengan keyakinan anda.

Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-siswi Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

No

Pertanyaan

Ya

Tidak

Proses Menggambar Ekspresi

1 Guru menentukan tema dalam proses

menggambar ekspresi

`

2 Guru menerangkan langkah-langkah dalam

proses menggambar ekspresi

3 Guru memberikan contoh-contoh dalam proses

menggambar ekspresi

4 Guru selalu membantu siswa dalam proses

menggambar ekspresi

Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran

a. Guru/Pengajar

1. Guru menyampaikan cakupan materi tentang

poses menggambar ekspresi

2. Guru menggunakan berbagai macam media

(contoh) dalam mengajarkan proses

menggambar ekspresi

3. Guru menerangkan proses menggambar

137

ekspresi

b siswa

1 Saya dapat menangkap materi tentang proses

menggambar ekspresi yang diajarkan guru

2

Saya bisa menggambar ekspresi sesuai dengan

apa yang diajarkan oleh guru

3 Saya memiliki bakat menggambar

c Materi

1 Guru menguasai materi tentang gambar ekspresi

2 Guru menentukan materi gambar ekspresi

berdasarkan pengetahuan siswa secara umum

d Lingkungan / suasana

1 Lingkungan sekolah sangat mendukung dalam

proses pembelajaran menggambar ekspresi

2 Lingkungan sekolah menyediakan sarana dan

prasarana dalam proses pembelajaran

menggambar ekspresi

138

Berilah tanda check (v) pada kolom jawaban yang sesuai dengan keyakinan anda

Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Pendidikan Seni Rupa di

Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi

No

Pertanyaan

Ya

Tidak

1 Siswa dapat memahami penjelasan guru tentang

proses menggambar eksprsi

2 Siswa dapat menggambar reksprsi sesuai

dengan materi yang telah diajarkan guru

3 Siswa dapat melakukan proses menggambar

eksprsi sesuai dengan yang telah diharapkan

guru

4 Siswa dapat mengetahui teknik dalam proses

menggambar eksprsi

5 Siswa dapat mengetahui alat dan bahan dalam

proses menggambar eksprsi

6 Siswa dapat menggambar ekspresi sesuai

dengan tema yang telah ditentukan

7 Siswa dapat menentukan tema sendiri diluar

tema yang telah diberikan oleh guru

8 Siswa dapat menggunakan media dengan baik

9 Tujuan pembelajaran menggambar ekspresi

dapat dilakukan oleh siswa

139

10 Siswa yang berbakat dalam menggambar lebih

menonjol dari pada siswa yang tidak berbakat

dalam proses menggambar ekspresi

140

LEMBAR OBSERVASI

Petunjuk pengisian:

1. Daftar checklist diisi dengan membubuhkan tanda check (v) pada option

yang sesuai dengan keadaan ketika observasi dilakukan.

2. Daftar checklist diisi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi

3. Daftar checklist dibuat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam

penelitian yang berjudul “Pembelajaran wayang topeng anak-anak pada

Sanggar Panji Laras di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”.

141

A. Observasi pada Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-

siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Nama pengamat : Beni Pujianto

Hari / tanggal : 19 Mei 2010

Kelas : Rendah

Responden : Guru

Lokasi pengamatan : Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling

No

Objek pengamatan

Ya

Tidak

1 Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa

Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar

Ekspresi

V

2 Menentukan Materi berdasarkan perangkat

pembelajaran

V

3 Mengucapkan Salam V

4 Mengabsensi kehadiran siswa

5 Menyampaikan materi yang akan diajarkan

kepada siswa

V

6

Melakukan pengulangan materi pada pertemuan

sebelumnya

V

7 Dapat menggunakan media yang berupa sarana

dan prasarana dengan baik

V

142

8 Melakukan Tanya-jawab materi yang diajarkan V

9 Membenahi karya siswa yang belum benar V

10 Melakukan pendekatan khusus kepada siswa

yang belum menguasai materi

V

11 Mengevaluasi hasil menggambar ekspresi siswa V

B . Observasi pada Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-

siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi

Nama pengamat : Beni Pujianto

Hari / tanggal : 19 Mei 2010

Kelas : Rendah

Responden : Siswa

Lokasi pengamatan : Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling

No

Objek pengamatan

Nama responden

A B C D E

1 Mendengarkan materi yang diajarkan V V V V V

2 Mengamati contoh gambar ekspresi ya

diberikan

V V V V V

3 Bertanya tentang materi yang tidak dikuasai V V - V -

4 Dapat menangkap materi dengan baik - V V V -

5 Mengerjakan proses menggambar ekspresi V V V V V

6 Dapat menggunakan media dengan baik V V - V V

7 Dapat menggunakan alat dan bahan dengan - V V V V

143

baik

8 Dapat menggunakan taknik dengan baik - V - V V

9 Dapat menggambar sesuai dengan tema yang

di berikan dengan baik

V V V V V

10 Dapat menggambar sesuai dengan tema

sendiri

V V V V V

144

Tabel 1.1 Ruang Lingkup Penelitian No Variabel Sub Variabel Indikator Metode Instrumen Sumber Data

1.

Proses pembelajaran menggambar

ekspresi siswa kelas rendah

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi

• Persiapan

Pembelajaran

• Pelaksanaan

Pembelajaran

• Evaluasi

Pembelajaran

• Prota, Promes, Silabus, RPP

• Langkah-langkah Pembelajaran

-Penggunaan Metode,

-Penggunaan Media,

-Pengelolaan Kelas

• Bentuk Evaluasi

-Tes Perbuatan

Jenis Evaluasi

-Evaluasi Hasil

• Wawancara

• Observasi

• Dokumentasi

• Pedoman

wawancara

• Lembar observasi

• Foto

• Peneliti

• Alat tulis

• Karya

• Pengajar / Guru

• Siswa

2.

Hasil dari proses pembelajaran

menggambar ekspresi siswa

kelas rendah Sekolah Dasar

Negeri Tangkil 01 Kecamatan

Wlingi

• Menggambar

ekspresi

• Tema

• Teknik

• Komposisi

• Warna

• Tipologi

• Dokumentasi

• Observasi

• Peneliti

• Dokumentasi Data

• Lembar observasi

• Karya

3.

Faktor yang menjadi pendukung

dan penghambat proses

pembelajaran menggambar

ekspresi siswa kelas rendah

Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01

Kecamatan Wlingi

a) Faktor Pendukung

Pembelajaran

b) Faktor Penghambat

Pembelajaran

• Guru

• Siswa

• Materi

• Lingkungan

• Guru

• Siswa

• Materi

• Kuesioner

• Dokumentasi

• Wawancara

• Peneliti

• Alat tulis

• Pedoman

wawancara

• Karya

• Pengajar / Guru

• Siswa

• Dokumentasi Gambar /

foto

11

 

11

 

 

118

DAFTAR PUSTAKA

Anakciremai.2008.apresiasi seni murni.(OnLine), (www.anakciremai com, di

askes April 2010)

Arikunto, Suharsimi., Prof. Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1986.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Pina Aksara

Chapman, Laura. 1978Approaches to Art in Education. (onLine),

(http://cgi.ebay.com/Approaches-Art-Education-Laura-H-Chapman-

Hardcover-1978-/341640524715, di askes Juni 2010)

Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang

Press

Deddy. 2007. Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Ssekolah Dasar Negeri 2

Mojorebo Wirosari Grobogan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri

Semarang

Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar.

Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah

Drost, C.J.I.G.M, 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Jakarta:Kanisius.

Gunarsa, Singgih D. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung

Mulia.

Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Heri. 2009. Studi Tentang Pengenalan Dan Penggunaan Warna Pada Kegiatan

Mewarnai Gambar Pada Kelas I Di Sdn I Percobaan Malan. Skripsi.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka

Cipta Kerjasama Depdikbud.

Joni, Raka. 1980. Strategi Belajar-Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta:

P3G, Depdikbud.

Latuheru, M.P. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa

Kini. Jakarta: Depdikbud.

119

Lowenfel, Victor . 1975.described specific stages of growth and development of

children based on the marks they made. (OnLine), (http://www.manuals-

search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, di askes Mei 2010)

Merry. 2009. Pembelajaran Wayang Topeng Anak – anak pada Sanggar Panji

Laras Di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji

Kabupaten Malang.Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative data Analysis.

Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Mudjiono, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Malang: Pendidikan Akta IV

IKIP Malang.

Muhadjir, Drs, dkk. 2009. Pendidikan Seni Rupa.Malang: Gantar Gumelar

Murgiyanto, Sal. 1993 dalam Condrowasesa, Kuswarsantyo (diktat) diambil dari

Internet (online), (http://.........., diakses 5 April 2009).

Moeslichatoen. 1982. Psikologi Perkembangan Anak ke Arah Pemahaman anak

Usia Sekolah TK dan SD Jilid I (saduran). Malang: Proyek P3T IKIP

Malang.

Moleong, Lexy J.1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Nasution,. 1998. Asas-asas Kurikulum. Bandung:CV. Jemmass.

Permendiknas. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD

dan MI. (OnLine), (http://www.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD, (di

askes Mei 2010)

Piaget, Jean.1975.Cognative development is a continous process that begin at

birth. (OnLine),

(http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf, di askes Mei

2010)

Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam

Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah

Disajikan Dalam Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas

Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.

120

Rokhman, Fathur. 2002. “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan

Dalam Pelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif

Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002.

Rosjidan, M.A, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbit IKIP

Malang.

Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum,

Pengembangan Proses Belajar-Mengajar. Malang: Penerbit IKIP Malang.

Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni

Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni

Rupa Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar.

Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar:

Universitas Negeri Makasar.

Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang:

Universitas Negeri Semarang.

Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.

Sumanto, Drs. 2008. Pembelajaran Seni Rupa di PGSD. Malang: FIP Universitas

Negeri Malang.

Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni..

Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit

ISI Yogyakarta.

Tangyong, Agus. 1990. Pengembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta:

Gramedia.

Tim 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri

Malang.

Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2007.Tipologi. (OnLine),

(http://webcache.googleusercontent.com, di askes Juni 2010)

-----------2008. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif. (OnLine),

(http://html-pdf-convert.com, di askes Juni 2010)