SKRIPSI - Jurnal Online UMjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA93E5FFD40176D814... ·...
-
Upload
trinhthien -
Category
Documents
-
view
227 -
download
3
Transcript of SKRIPSI - Jurnal Online UMjurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelA93E5FFD40176D814... ·...
STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN
MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH
DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01
KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR
SKRIPSI
OLEH :
BENI PUJIANTO
103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SENI DAN DESAIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
AGUSTUS 2010
STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN
MENGGAMBAR EKSPRESI PADA SISWA KELAS RENDAH
DI SEKOLAH DASAR NEGERI TANGKIL 01
KECAMATAN WLINGI KABUPATEN BLITAR
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Seni Rupa
Oleh :
Beni Pujianto
NIM 103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SENI DAN DESAIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
AGUSTUS 2010
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi oleh Beni Pujianto
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji
Malang, Agustus 2010
Pembimbing I
Drs. Iriaji, M.Pd
NIP. 19630817 198802 1 001
Malang, Agustus 2010
Pembimbing II
Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn
NIP. 19711210 200501 2 001
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi oleh Beni Pujianto ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal Agustus 2010 Dewan Penguji
Tjitjik Sriwerdhani, M.Pd ,Ketua
Drs. Iriaji, M.Pd ,Anggota
Fenny Rochbeind, S.Pd, M.Sn ,Anggota
Mengetahui, Mengesahkan, Ketua Jurusan Seni dan Desain Dekan Fakultas Sastra
Drs. Iriaji, M.Pd Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd NIP. 19630817 198802 1 001 NIP. 19590610 198503 1 005
“ Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan
kepada kedua orang tuaku, bukan sebagai balasan
atas segala yang telah mereka curahkan, lebih
merupakan secuil bukti akan semua harapan yang
semoga dapat kutunaikan. Harapan yang dapat
menghadirkan kebanggaan atas karuniaNya, dan
karunia yang membanggakan untuk mereka.”
“Untuk saudari-saudariku yang slalu
mengharapkan aku untuk selalu maju. Yang
terindah
untuk anak serta istriku
cinta-cintaku, ini semua awal untuk lebih baik
selamanya. Semua teman dan sahabatku kali
ini akan lebih menantang lagi petualangan
kita”
Semua yang telah hadir di hidupku yang tak
akan mudah kuhafal satu persatu namun akan
kuingat dan kukenang selalu terima kasih
telah warnai hidupku dan menghantar serta
mendampingi aku menjadi sejauh ini….
Thanks 4 God,n all God gives 4 me, it’s u all….
Beni Pujianto,
DAFTAR PUSTAKA
Anakciremai.2008.apresiasi seni murni.(OnLine), (www.anakciremai com, di
askes April 2010)
Arikunto, Suharsimi., Prof. Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1986.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Pina Aksara
Chapman, Laura. 1978Approaches to Art in Education. (onLine),
(http://cgi.ebay.com/Approaches-Art-Education-Laura-H-Chapman-
Hardcover-1978-/341640524715, di askes Juni 2010)
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press
Deddy. 2007. Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Ssekolah Dasar Negeri 2
Mojorebo Wirosari Grobogan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Drost, C.J.I.G.M, 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Jakarta:Kanisius.
Gunarsa, Singgih D. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Heri. 2009. Studi Tentang Pengenalan Dan Penggunaan Warna Pada Kegiatan
Mewarnai Gambar Pada Kelas I Di Sdn I Percobaan Malan. Skripsi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta Kerjasama Depdikbud.
Joni, Raka. 1980. Strategi Belajar-Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta:
P3G, Depdikbud.
Latuheru, M.P. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa
Kini. Jakarta: Depdikbud.
Lowenfel, Victor . 1975.described specific stages of growth and development of
children based on the marks they made. (OnLine), (http://www.manuals-
search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, di askes Mei 2010)
Merry. 2009. Pembelajaran Wayang Topeng Anak – anak pada Sanggar Panji
Laras Di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji
Kabupaten Malang.Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative data Analysis.
Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Mudjiono, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Malang: Pendidikan Akta IV
IKIP Malang.
Muhadjir, Drs, dkk. 2009. Pendidikan Seni Rupa.Malang: Gantar Gumelar
Murgiyanto, Sal. 1993 dalam Condrowasesa, Kuswarsantyo (diktat) diambil dari
Internet (online), (http://.........., diakses 5 April 2009).
Moeslichatoen. 1982. Psikologi Perkembangan Anak ke Arah Pemahaman anak
Usia Sekolah TK dan SD Jilid I (saduran). Malang: Proyek P3T IKIP
Malang.
Moleong, Lexy J.1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nasution,. 1998. Asas-asas Kurikulum. Bandung:CV. Jemmass.
Permendiknas. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD
dan MI. (OnLine), (http://www.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD, (di
askes Mei 2010)
Piaget, Jean.1975.Cognative development is a continous process that begin at
birth. (OnLine),
(http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf, di askes Mei
2010)
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam
Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah
Disajikan Dalam Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas
Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.
Rokhman, Fathur. 2002. “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan
Dalam Pelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif
Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002.
Rosjidan, M.A, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbit IKIP
Malang.
Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum,
Pengembangan Proses Belajar-Mengajar. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni
Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni
Rupa Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar.
Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar:
Universitas Negeri Makasar.
Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.
Sumanto, Drs. 2008. Pembelajaran Seni Rupa di PGSD. Malang: FIP Universitas
Negeri Malang.
Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni..
Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit
ISI Yogyakarta.
Tangyong, Agus. 1990. Pengembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta:
Gramedia.
Tim 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2007.Tipologi. (OnLine),
(http://webcache.googleusercontent.com, di askes Juni 2010)
-----------2008. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif. (OnLine),
(http://html-pdf-convert.com, di askes Juni 2010)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Beni Pujianto, dilahirkan pada tanggal 16 Mei 1983 di Kabupaten Blitar. Putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sungkono dan Ibu Mudrikah ini menempuh pendidikan awal di TK Pertiwi di Beru kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, lulus pada tahun 1990. Kemudian menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Beru I kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, lulus pada tahun 1996. Pada tahun yang sama melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Wlingi kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar, tamat pada
tahun 1999. Selanjutnya ia menempuh pendidikan menengahnya di SMU Negeri 1 Garum dan berhasil menamatkannya pada tahun 2002. Kemudian baru pada tahun 2003 pendidikan tinggi ditempuhnya dengan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Sastra Jurusan Seni dan Desain Program Studi Pendidikan Seni Rupa Universitas Negeri Malang melalui jalur SPMB.
Semasa mahasiswa, ia tidak aktif sama sekali dalam organisasi kemahasiswaan ataupun unit kegiatan mahasiswa di dalam kampus. Bersama teman-teman seangkatan program studi ia sering bermain-main (berekspresi & berapresiasi) di komunitas seni “Gomball”. Sebuah komunitas angkatan 2003 sekaligus sebagai wadah berkesenian juga sebagai tempat menghabiskan waktu luang dalam bingkai kebersamaan.
ABSTRAK
Pujianto, Beni. 2010. Study Tentang Proses Pembelajaran Dalam Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Skripsi, Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. Iriaji, M.Pd, (II) Fenny Rochbeind. S.Pd. M.Sn.
Kata Kunci : Pembelajaran, Gambar Ekspresi, Kelas Rendah.
Proses pembelajaran menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dilakukan dengan tiga macam tahapan, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan serta tahap evaluasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, dan hasil pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi apakah sudah sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan, serta faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat proses menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik Purposive Sample. Subjek penelitian ini meliputi siswa kelas rendah, Kepala Sekolah, dan Guru Seni Budaya dan Ketrampilan. Prosedur pengumpulan datanya dilakukan dengan teknik dokumentasi, wawancara, dan observasi. Analisa data dilakukan dengan cara reduksi, penyajian data, penarikan simpulan dan verifikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru Seni Budaya secara konseptual mampu menerapkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam pembuatan perencanaan pembelajaran namun secara aplikasi masih mengalami kesulitan. Sedangkan penerapan dalam pembelajaran Seni Budaya terdiri dari penerapan dalam materi, metode, media, dan sistem penilaian atau evaluasi. Materi yang diajarkan diambil dari buku panduan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Mengenai metode yang digunakan adalah berupa demonstrasi, tanya jawab, dan pemberian tugas. Media yang digunakan berupa media cetak yaitu buku penunjang, contoh karya gambar seni, dan perlengkapan menggambar. Adapun sistem penilaian yang diterapkan guru meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Kedua penilaian tersebut mencakup aspek afektif dan psikomotorik. Penilaian proses dilaksanakan selama tugas sedangkan penilaian hasil dilaksanakan setiap selesai tugas.
Faktor pendukung pembelajaran meliputi faktor guru, siswa, materi, lingkungan. Di dalam faktor pendukung tersebut terdapat juga beberapa faktor penghambat didalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar guru hendaknya mengembangkan media dan pendekatan pembelajaran pada siswa, selain itu dukungan siswa juga diperlukan untuk meningkatkan proses belajar yang efektif.
i
ABSTRACT Pujianto, Beni. 2010. Study About In Drawing Expressions Learning Process Low
Grade Students In Elementary School District Wlingi Tangkil 01 Blitar. Thesis, Faculty of Letters, Arts Education, State University of Malang. Supervisor: (I) Drs. Iriaji, M. Pd, (II) Fenny Rochbeind. S.Pd. M.Sn.
Keywords : Learning, Drawing Expression, Low-grade student.
Learning process drawing on the expression of low-grade student Tangkil Elementary School District 01 Wlingi done with three different stages, namely the preparation phase, implementation phase and evaluation phase. The purpose of this study was to describe the implementation of learning drawing on the expression of low-grade Elementary School District Wlingi Tangkil 01, and the learning outcomes of students drew expressions of low grade Tangkil 01 Elementary School Districts Wlingi if were in accordance with the basic competencies expected, and the factor- factors supporting and inhibiting the expression of the process of drawing a low grade Elementary School District Wlingi Tangkil 01.
This research included a qualitative descriptive study using a purposive sample technique. The subject of this study include a low-class students, Principal, and Teacher of Art and Culture and Skills. Procedures for data collection was done by using the documentation, interviews, and observation. The data analysis was done by reduction, data presentation, drawing conclusions and verification.
Results showed that teachers of Art and Culture is conceptually able to apply in accordance with the existing basic competence in making an application to the learning plan but are still experiencing difficulties. While the application of Cultural Art in learning consists of applying the materials, methods, media, and assessment or evaluation. The material is taught from manuals used by the teacher in learning. Regarding the method used is a demonstration, question and answer, and home work. Media used in the form of print media that is supporting the book, examples of works of art images, and drawing equipment. The teacher evaluation system that is applied includes assessing process and outcome assessment. Both these assessments include affective and psychomotor aspects. The assessment process will be undertaken during the task performed while assessing the results of each completed task.
Factors include the factor of learning support teachers, students, materials, environmental. Inside there are supporting factors are also several inhibiting factors therein.
Based on the research suggested that teachers should develop a media and approaches to student learning, in addition to student support is also needed to enhance the learning process effective.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT peneliti ucapkan karena berkat rahmat
dan hidayahnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Skripsi yang berjudul “Study Tentang Proses Pembelajaran Dalam
Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar” ini diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Seni Rupa
Universitas Negeri Malang.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya ingin peneliti sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sastra yang telah banyak
memberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Dra. Tjitjik Sriwerdhani, M.Pd, selaku penguji dalam ujian skripsi, yang
banyak memberikan saran maupun kritikan sehingga penulisan skripsi ini
dapat tersusun dengan baik.
3. Drs. Iriaji, M.Pd, selaku dosen pembimbing I, yang telah banyak membantu
dan memberikan masukan untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini.
4. Fenny Rochbeind. S.Pd, M.Sn, selaku dosen pembimbing II, yang juga telah
banyak memberikan bimbingan untuk terselesaikannya penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen di Program Pendidikan Seni Rupa, terima kasih atas
bimbingannya selama ini sehingga peneliti sudah dapat melangkah sejauh ini
untuk menggapai cita-cita yang diimpikan.
iii
6. Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi untuk
informasinya serta yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian guna kepentingan penyusunan skripsi ini.
7. Guru Seni Budaya dan Ketrampilan beserta seluruh staf dan guru di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi untuk informasinya serta yang
telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian
guna kepentingan penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh siswa, Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
9. Keluargaku tercinta, Bapak dan Ibuku serta Kakak dan Adikku juga tidak lupa
Istriku dan si kecil Devan anakku terima kasih atas dukungan lahir dan batin.
10. Guru-guruku terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.
11. Teman-temanku PSR angkatan 2003 terima kasih atas bantuan, dukungan, dan
kebersamaannya selama ini. Serta semua pihak yang telah membantu yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semua anggota Gombal Comunity.
12. Teman-teman di Wlingi City n all Kamisam@ crew semuanya yang selalu
menemani hari-hariku dan mewarnai hari-hariku.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca sangat peneliti harapkan untuk peningkatan mutu skripsi ini.
Harapan peneliti, semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Amien……
Malang, Agustus 2010
Peneliti
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian ........................................................ 9
F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 10
G. Definisi Operasional ................................................................................ 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran ..................................................................... 15
2. Komponen Sistem Pembelajaran ........................................................ 18
3. Tujuan Pembelajaran ........................................................................... 18
4. Proses Pembelajaran ........................................................................... 19
5. Metode Pembelajaran .......................................................................... 23
6. Pendekatan Pembelajaran.................................................................... 24
7. Strategi Pembelajaran.......................................................................... 24
8. Sarana dan prasarana pembelajaran .................................................... 24
v
B. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Kelas Rendah
1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar ............................................. 25
2. Kelas Rendah ...................................................................................... 26
3. Periodesasi Seni Rupa Anak ............................................................... 27
4. Karakteristik Psikologi Siswa Kelas Rendah ...................................... 29
C. Penertian Menggambar Ekspresi
1. Menggambar Ekspresi ......................................................................... 36
D. Proses Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah
1. Tahapan Menggmbar Ekspresi ............................................................ 49
2. Menggmbar Ekspresi Siswa Kelas Rendah ........................................ 50
E. Menggambar Ekspresi Dalam Kurikulum KTSP Sekolah Dasar ............. 51
F. Faktor pendukung dan penghambat Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
1. Faktor Pendukung ............................................................................... 53
2. Faktor Penghambat ............................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 59
B. Kehadiran Peneliti .................................................................................... 60
C. Subjek Penelitian ....................................................................................... 60
D. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 61
E. Sumber Data .............................................................................................. 61
F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 61
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 64
H. Analisa Data ............................................................................................. 66
I. Pengecekan Keabsahan Data..................................................................... 68
J. Tahap -Tahap Penelitian ........................................................................... 68
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian...........................................................71
B. Program Pendidikan Sekolah.....................................................................76
C. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
vi
vii
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi .................................................... 77
D. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi…………………...86
E. Faktor Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar
Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi……………………………………..88
1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran .................................... 88
2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran ................................... 92
BAB V PEMBAHASAN
A. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah
Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................................94
B. Hasil Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di
Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................102
C. Faktor Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di
Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi................................107
1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran ................................. 107
2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran ................................ 109
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 111
B. Saran. ................................................................................................ 116
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 118
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 121
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Ruang Lingkup Penelitian ...……………………………………………11
4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi ……………………………………………………...75
4.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran.…………………….......76
4.3 Jumlah Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi, kelas 1,2,3………………………………………….78
4.4 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran………………….81
4.5 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran………………….84
4.6 Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran…………………..86
4.7 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...86
4.8 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...90
4.9 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi...91
viii
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
5.1 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Satu…………………..103
5.2 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Dua…………………..104
5.3 Hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Tiga…………………..105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya terus-menerus yang dilakukan oleh Pemerintah dalam menyikapi
era globalisasi, perkembangan jaman di masa ini, adalah dengan mencerdaskan
kehidupan bangsa khususnya di bidang pendidikan dasar. Pendidikan dasar
bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupan sebagai pribadi anggota masyarakat, warga negara
dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti
pendidikan menengah. Sebagaimana kita lihat dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 tertera bahwa Sekolah Dasar merupakan
penggal pertama dari pendidikan dasar sembilan tahun. Sekolah Dasar (SD)
sebagai penggal pertama diselenggarakan enam tahun dan selanjutnya sebagai
penggal kedua adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang
diselenggarakan selama tiga tahun.
Kebijaksanaan baru ini mempengaruhi fungsi Sekolah Dasar. Sekolah
Dasar tidak lagi sekadar berfungsi sebagai sarana sosialisasi dan memberikan
keterampilan “baca, tulis, hitung” dan setumpuk pengetahuan yang telah
dipelajarinya. namun diharapkan agar keseluruhan keterampilan ini harus
bermakna bagi anak, Keterampilan tersebut dapat dijadikan alat untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan anak pada saat ini dan
masa mendatang (Deddy, 2007:1).
2
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, sangat penting dalam proses
pembelajaran. Program di sekolah dilaksanakan secara teratur dan sistematis,
dengan sarana dan prasarana yang memadai serta peran guru sebagai pembimbing
akan menghasilkan pemahaman yang cepat bagi siswa. Meskipun, dalam
kenyataannya, banyak sarana dan prasarana yang masih kurang memadai terutama
di Sekolah Dasar. Keberhasilan tentunya juga sangat ditentukan oleh berbagai
faktor salah satunya harus ada keterkaitan antar komponen pembelajaran yaitu:
tujuan, metode, media, materi, dan evaluasi pembelajaran (Deddy, 2007:2)
Pendidikan merupakan sebuah proses interaksi dari berbagai faktor,
khususnya interaksi guru dan peserta didik dalam penyajian pengalaman
pembelajaran memerlukan sebuah panduan untuk memperoleh tujuan hasil
belajar, panduan itu adalah kurikulum. Kurikulum bertujuan untuk menjelaskan
kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran, pengalaman pembelajaran harus dikuasai serta bagaimana
pengalaman pembelajaran tersebut dikemas dan disampaikan kepada peserta didik
(Depdiknas, 2007).
Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai upaya penyempurnaan
implementasi kurikulum agar titik fokus pembalajaran menjadi lebih terarah,
pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 / 2006
tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menegah
dan Peraturan Menteri No. 22 / 2006 tentang standar isi untuk satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah yang kemudian menjadi acuan dilaksanakannya Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah
Dasar anak dapat mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa
3
keindahan dan kemampuan menghargai seni. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Termasuk kedalam kelompok mata pelajaran estetika yang
cakupannya dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan
mengekpresikan, dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni.
Kemampuan mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni
mencakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga
mampu menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan mesyarakat
sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kemudian dalam
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP ) mengarahkan
kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal (Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional,2006:3)
Pendidikan seni, sebagai bagian dari mata pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan untuk membentuk
manusia berkualitas, khususnya dalam menggambar merupakan pendekatan yang
ideal dengan tujuan merangsang daya imajinasi dan kreativitas dalam berfikir
serta membentuk jiwa melalui pengalaman emosi, imajinatif, dan ungkapan
kreatif. Seperti apa yang dikatakan John Dewey (dalam Salam, 2001:17) bahwa
kegiatan seni rupa sebagai kegiatan pengalaman estetis mampu menimbulkan
kegairahan dan menimbulkan kesadaran akan sesuatu pengalaman yang khas
dalam kehidupan. Pada akhirnya akan menjadikan manusia yang utuh, mandiri,
dan bertanggung jawab. Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk
kegiatan pembelajaran pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan
keterampilan seni rupa (Salam, 2001:15).
4
Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek kognitif
(pengetahuan) kesenirupaan yang bertujuan memberikan pemahaman kepada
siswa tentang berbagai aspek dari seni rupa meliputi pengertian dan jenis-jenis
karya seni rupa; teknis penciptaan berbagai jenis karya seni rupa yang
menyangkut pengetahuan tentang bahan, alat dan prosedur kerja; aspek
kesejarahan yang membahas mengenai perkembangan seni rupa dari masa ke
masa termasuk corak karya, faktor yang mempengaruhi, dan riwayat hidup
seniman. Tentunya, tingkatan pemahaman pengetahuan ini bersifat berjenjang dari
Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (Deddy, 2007:3)
Pembelajaran seni rupa berfokus pada pembinaan praktik pengalaman
studio atau aspek psikomotorik. Pendididkan ini lebih diwarnai oleh latihan
berolah seni rupa baik dalam bentuk latihan dasar (pengenalan alat, bahan teknik)
maupun latihan penciptaan. Untuk siswa Sekolah Dasar, dalam berkarya
mempunyai tema yang bervariasi, mulai dari makhluk luar angkasa, binatang-
binatang imajinatif. Pengenalan media dan teknik menggambar menjadikan
pilihan anak untuk berkarya sesuai yang disukai. Dengan eksperimen, anak dapat
mencoba berbagai kemungkinan-kemungkinan dalam menggunakan alat dan
bahan untuk berkarya. Penggunaan bahan dan peralatan pembuatan karya
menggambar tidak sebatas pada kertas, crayon, cat poster, pensil warna tapi dapat
juga kita pakai sumba (pewarna makanan dan sebagainya ), kertas warna sebagai
media pilihan (Deddy, 2007:4)
Tujuan Pembelajaran kesenian adalah memberikan kesempatan kepada
anak anak menyalurkan ekspresinya secara bebas, sehingga imajinasi atau fantasi
dapat tumbuh subur yang akhirnya akan mendorong perkembangan kreativitasnya.
5
Sejalan dengan itu, dapat menjadi sarana untuk membebaskan tekanan-tekanan
batin dan persoalan-persoalan pada diri anak (Deddy, 2007:4)
Keberanian siswa dalam mengungkapkan ide dan gagasan dari
pengalaman yang dialami setelah melihat gejala keindahan adalah kegiatan yang
perlu ditanamkan. Mengajak siswa untuk membuat sebuah karya gambar
menjadikan anak mampu berpikir kritis dan kreatif. Menggambar sebagai ugkapan
kreatif untuk mengisi rasa cepat anak menerima rangsangan dari luar dan dapat
melahirkan segala isi kesadaran jiwanya (Deddy, 2007:4)
Secara umum karakteristik siswa kelas rendah didominasi oleh rasa dan
emosional yang tidak stabil, sehingga responsifnya rendah. Otot lengannya masih
belum sempurna, sosialisasinya rendah serta masih mementingkan diri sendiri
(egoistis), hasrat keingintauanya tinggi, tetapi sulit untuk dikendalikan atau
diarahkan, tidak ingin diatur dengan berbagai larangan. Kebebasanya
mengarahkan pada anggapan segala sesuatu tidak penting. Banyak membuang
waktu untuk menghayati pengalaman imajinatif ( sering bicara sendiri ), sangat
menyenangi pujian (Muhadjir,2009:37). Peneliti memilih penelitian pada kelas
rendah karena hasil karya menggambarnya cenderung ekspresif dan spontan.
Selain itu hasil karya menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah dipandang
sebagai aktifitas kesenian yang bersifat permainan untuk mengembangkan dan
mengarahkan emosi serta perasaan sehingga menggambar bukan tujuan untuk
menghasilkan karya.
Dalam mata pelajaran ini siswa kelas rendah diajarkan berbagai macam
penguasaan materi seni termasuk materi Menggambar Ekspresi. Dalam materi
menggambar ekspresi siswa diajarkan menggambar objek benda kedalam bentuk
6
gambar berdasarkan tema yang berbeda sesuai tingkatan kelasnya. Siswa
dikenalkan pada proses menggambar ekspresi berupa penggunaan alat dan bahan,
teknik yang digunakan, penentuan tema atau objek benda dan langkah-langkah
dalam menggambar ekspresi.
Pembelajaran menggambar ekspresi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
menggambarkan kondisi yang agak unik, hasil karya siswa kelas rendah Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi banyak dijumpai karya yang aneh,
unik, lucu, gaya dan corak yang sama, tidak beraturan. Keanehan dan keunikan
karya siswa dapat dilihat dari cara menggambar objek manusia, benda, dan
binatang yang tidak proporsional misalnya gambar kepala lebih besar dari anatomi
tubuhnya, komposisi warna yang tidak harmonis (selaras) dan cenderung kontras.
Berdasarkan aspek proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 juga memiliki langkah pembelajaran, tema kegiatan dan media
yang lebih spesifik, kecenderungan keunikan hasil yang unik ini belum diketahui
sehingga perlu diteliti. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk mengetahui
proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dan bagaimanakah hasil Pembelajaran
menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi, apakah sesuai dengan kompetensi dasar yang diharapkan serta
faktor-faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses berkarya
menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi. Untuk itu peneliti mengambil judul ” Studi Tentang Proses
Pembelajaran Menggambar Ekspresi Pada Siswa Kelas Rendah”.
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, masalah yang ingin
peneliti angkat dalam penelitian ini, dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas
rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi?
2. Bagaimanakah kecenderungan hasil gambar ekspresi siswa kelas rendah
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi?
3. Faktor apakah yang menjadi pendukung dan penghambat proses
pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi?
C. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian
ini adalah untuk memperoleh informasi proses menggambar ekspresi siswa kelas
rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01, Kecamatan Wlingi. Sehubungan
dengan itu, tujuan penelitian secara khusus dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa
kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
2. Untuk mendiskripsikan kecenderungan hasil gambar ekspresi siswa kelas
rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 1 Kecamatan Wlingi.
3. Untuk mendiskripsikan faktor pendukung dan penghambat proses
pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri SDN Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
8
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian tersebut diatas, maka hasil penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran
mengenai proses pembelajaran beserta faktor pendukung dan penghambat dalam
menggambar ekspresi pada siswa kelas rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil
01 Kecamatan Wlingi pada mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Jurusan Seni dan Desain
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan materi tambahan untuk
perkuliahan dan memberi tambahan dokumentasi topik-topik skripsi
pendidikan seni bagi mahasiswa program studi pendidikan seni rupa pada
khususnya, serta dapat dikembangkan untuk penelitian lebih lanjut.
b. Bagi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Dimanfaatkan untuk bahan pertimbangan pengajar dan peserta didik untuk
motivasi kedepan agar lebih maju.
c. Bagi Guru
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pengajar dapat meningkatkan
proses berkarya menggambar ekspresi bagi siswa.
9
d. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat mengetahui dan
memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman dari permasalahan
yang dihadapi selama penelitian.
e. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan
dan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
E. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian
1. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian (UM,
2003:13). Sedangkan menurut Surakhmad dalam (Arikunto, 2002:58),
menyebutkan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang
kebenarannya diterima oleh penyelidik. Adapun asumsi yang mendasari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan proses pambelajaran menggambar ekspresi siswa kelas
rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.
b. Bagaimana hasil proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa
kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
c. Faktor penentu proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas
rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.
2. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
10
a. Penelitian terbatas hanya pada proses pembelajaran menggambar
ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan
Wlingi.
b. Penelitian terbatas hanya pada bagaimana hasil dari proses
pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
c. Penelitian terbatas hanya pada faktor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.
d. Peneliti tidak lepas dari keterbatasan dana dan waktu.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari meluasnya masalah penelitian, maka peneliti perlu
memberi batasan masalah melalui ruang lingkup objek penelitian yaitu proses
menggambar ekspresi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan
Wlingi. Ruang lingkup dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
12
G. Definisi Operasional
Berdasarkan uraian maka penegasan istilah dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang
digunakan, sehingga memperjelas masalah-masalah yang menjadi sasaran
penelitian. Penegasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Kesenian
Komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari tujuan, bahan,
metode, dan alat serta penilaian merupakan satu kesatuan yang memiliki
keterkaitan dengan keberlangsungan pembelajaran kesenian. Pengelolaan dan
strategi pembelajaran harus diciptakan sekondusif mungkin agar pembelajaran
dapat menguntungkan bagi kedua belah pihak dengan tetap memperhatikan
komponen-komponen pembelajaran kesenian (Merry, 2009:15)
2. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
Pendidikan seni rupa di sekolah dasar bukan sebagai tujuan akhir untuk
membina anak sebagai subjek didik menjadi seorang seniman atau kurator,
melainkan agar anak memperoleh pengalaman tentang seni rupa dan berkesenian.
Pengalaman ini dapat diperoleh dengan mengamati, menikmati, dan melakukan
aktivitas berkarya seni rupa. Penyelenggaraan pendidikan seni rupa harus
didasarkan pada faktor-faktor kejiwaan anak, sesuai masa perkembangannya.
Pemahaman terhadap konsep pendidikan seni rupa untuk anak-anak akan
menentukan teknik-teknik yang digunakan oleh pengajar nantinya. Teknik-teknik
pengajaran teori untuk aspek kognitif anak, pengajaran apresiasi untuk aspek
afektif serta pendidikan ketrampilan untuk melatih psikomotorik anak. Manfaat
pendidikan seni rupa untuk anak-anak adalah memacu pertumbuhan jiwa anak
13
secara menyeluruh. Hal ini dicapai melalui penciptaan situasi yang mendorong
anak untuk mengembangkan pengetahuan, kepekaan estetis, daya cipta dan daya
imitasi (Muhadjir,2009:36)
3. Pendidikan Seni Rupa di Kelas Rendah
Pengajaran seni rupa tentu akan memperhatikan siswa melalui cara anak
memperhatikan dan mengerjakan pelajaran kesenirupaan, yaitu dengan cara
menirukan contoh menirukan berbagai bentuk benda oleh karena itu
pembelajaran awal anak pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengkondisian anak
secara benar pada tingkatan yang paling elementer, maka di Sekolah Dasar siswa
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Kelas Rendah dan Kelas Tinggi. Kelas
rendah di kelompokkan pada kelas I,II,III sedangangkan pada kelas tinggi di
kelompokkan pada kelas IV,V,VI (Muhadjir,2009:35)
Sedangkan Pendidikan Seni Rupa Kelas rendah difungsikan untuk
mengembangkan dan mengarahkan emosi serta perasaan siswa pada kegiatan
yang bersifat permainan, sehingga menggambar bukan tujuan untuk menghasilkan
karya. Melatih menggunakan otot-otot untuk menyalurkan berbagai hal yang
dirasakan sehingga objek seni rupa untuk tingkat ini tidak menjadi penting.
Kemiripan gambar semata-mata menunjukkan adanya perkembangan bahwa pusat
perhatiannya lebih terkoordinasi secara lebih terarah (Muhadjir,2009:37)
4. Menggambar Ekspresi
Ekspresi adalah pencerminan atau pengungkapan emosi dan perasaan
melalui menggambar atau melukis. Menggambar Ekspresi adalah kegiatan
mengungkap emosi dan perasan yang timbul akibat pengalaman-pengalaman dari
luar ke atas bidang gambar (Dharmawan. 1987 dalam Sumanto,2008:92)
14
Menggambar Ekspresi pada kelas rendah adalah membuat karya gambar
sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan
bersifat individual. Gambar ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu
terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi,
perspektif dan lainnya. Karakteristik gambar ekspresi adalah (1) dapat
menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik, dan kreatif, (2) Menampilkan
unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) Objek
gambar sangat dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi
berdasarkan fantasi ekspresif lainnya maupun sesuai dengan tema yang telah
ditentukan (Sumanto, 2008:93)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dapatlah berjalan di sekolah apabila terjadi usaha
menciptakan sistem kondisi dan lingkungan yang mampu memungkinkan
tercapainya tujuan-tujuan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran terdapat
sejumlah tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran dalam hal ini merupakan
suatu kumpulan yang terdiri dari komponen komponen pembelajaran yang saling
berinteraksi, berintegrasi satu sama lainnya. Oleh karenanya jika salah satu
komponen tidak dapat terinteraksi, maka proses dalam pembelajaran akan
menghadapi banyak kendala yang mengaburkan pencapaian tujuan pembelajaran
(Deddy, 2007:10). Raka Joni (1980:1) menyebutkan, pembelajaran adalah
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya belajar. Penciptaan
sistem lingkungan berarti menyediakan kondisi lingkungan yang dapat
merangsang anak untuk belajar.
Dengan demikian proses pembelajaran terjadi timbal balik antara guru dan
murid, guru memberi materi atau bahan sedangkan murid yang menerima. Bisa
dikatakan dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara murid belajar dan
guru mengajar. Sementara itu, Darsono (2000: 14) mengemukakan bahwa belajar
diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan yang lain, di antara individu dengan lingkungannya.
15
16
Faktor lingkungan sangat mempengaruhi dalam proses belajar. Perubahan tingkah
laku seseorang terjadi akibat interaksi dengan orang lain. Proses belajar pada anak
sangat dipengaruhi dari pihak keluarga, pergaulan sekolah, dan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Baik dan buruknya tingkah laku yang terjadi di keluarga
akan membawa dampak dalam tingkah laku pergaulan sekolah dan lingkungan
sekitarnya. Begitu pula sebaliknya, tingkah laku pergaulan sekolah dan
lingkungan masyarakat sekitarnya akan terbawa di kehidupan keluarganya.
Menurut Sujana (1988: 21) belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku baru ini misalnya dari
yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Adanya
perubahan baru dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, kesungguhan menghargai,
perkembangan sifat sosial, emosional dan pertumbuhan jasmani. Sifat ingin tahu
seseorang sangat besar, sehingga mendorong untuk mempelajari sesuatu yang
belum diketahuinya. Cara-cara mempelajari diawali dengan menirukan sesuatu
yang dilakukan dengan kebiasaan atau cara lain yang berbeda-beda, tergantung
pada hal-hal yang menguntungkan dan mampu dilakukan (Deddy, 2007:11)
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa belajar mampu
membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya
mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan,
kebiasaan, sikap pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya
mengenai segala pribadi seseorang. Karena itu seseorang yang sedang belajar
tidak sama lagi dibandingkan dengan saat sebelumnya karena lebih sanggup
menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menyesuaikan diri dengan
17
keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuan saja, akan tetapi dapat
menerapkan pengetahuannya itu dalam situasi hidupnya (Deddy, 2007:11)
Adapun pengertian belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, masih
ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar antara lain “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksinya dengan lingkungan” (Ibrahim dan Syaodih, 1996 :3).
Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik
yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai
(sikap). Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan
dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), di mana proses mental dan
emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke
dalam tiga ranah, yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik
(psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif).
Belajar merupakan proses pertumbuhan yang dihasilkan oleh hubungan
kondisi antara stimulus dan respon. Belajar adalah menghubungkan sebuah respon
tertentu kemudian diperketat ikatannya melalui berjenis-jenis cara yang
berkondisi. Hakikat belajar adalah penemuan hubungan tingkah laku dari yang
tidak tahu, dari tidak biasa menjadi biasa tergantung dari proses yang ditempuh
guna mendapat respon lebih cepat atau lambat dari hasil pembelajaran itu juga
biasa diakibatkan oleh besar atau tidaknya motivasi yang dimiliki masing-masing
individu. Motivasi yang sehat perlu ditumbuhkan secara integral, dengan bantuan
dan pengarahan guru yang berpengalaman dengan menggunakan berbagai metode
yang terprogram akan mencapai hasil yang maksimal.
18
Bertolak dari berbagai pendapat itu penulis katakan pengertian belajar
secara umum adalah suatu usaha dengan proses yang aktif untuk mendapat suatu
pengetahuan atau pengalaman yang dapat mengubah tingkah laku pada waktu
seseorang menghadapi situasi tertentu untuk dapat mengembangkan dirinya ke
arah kemajuan yang lebih baik.
Belajar dan mengajar adalah dua proses yang mempunyai hubungan sangat
erat dalam dunia pengajaran. Belajar biasanya dikhususkan kepada siswa dan
mengajar kepada guru. Keduanya baik guru maupun siswa biasa melakukan kedua
hal itu, baik belajar maupun mengajar atau dalam perkataan saling belajar dan
saling mengajar. Belajar dan mengajar terjadi baik di sekolah maupun di luar
sekolah. Di sekolah dalam arti formal, sedangkan di luar sekolah biasa berupa
bimbingan lanjutan dari sekolah atau terlepas dari sekolah.
(Deddy, 2007:12-13)
2. Komponen Sistem Pembelajaran
Pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem berarti meliputi sejumlah
komponen yang terdiri dari: siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan
evaluasi ( Moedjiono, dkk,1996:19-20). Tiap-tiap komponen pembelajaran
tersebut memilliki fungsi dan tugasnya masing-masing, tetapi bekerjanya fungsi
dan tugas tersebut terjadi dalam jalinan yang tidak dapat dipisahkan. Apabila
salah satu komponen sistem pembelajaran tidak berfungsi, maka pembelajaran
tidak akan berlangsung.
3. Tujuan Pembelajaran
Ditinjau dari tujuan dan hasilnya, pembelajaran memiliki dua dimensi
tujuan dan hasil belajar sebagai berikut:
19
a. Instruksional effects
Merupakan tujuan pengajaran yang secara eksplisit hendak dicapai dalam
proses pembelajaran. Tujuan ini berupa tujuan khusus pembelajaran. Menurut
taksonomi Benyamin S. Bloom dalam Kibler(1974:90), instruksional effects
mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek
psikomotorik (Merry, 2009:18). Taksonomi pembelajaran menurut Gagne
meliputi: informasi verbal, ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan
psikomotorik (Saputro, Suprihadi, 1993:26)
b. Nurturant effects
Merupakan tujuan pengiring sebagai tujuan sampingan yang tercapainya
akibat perilaku belajar yang dilakukan anak. Tujuan ini mengarah pada pola
perilaku anak seperti sikap kritis, terbuka, gemar membaca, kemampuan
mengemukakan pendapat dan sebagainya.
4. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks karena
mencakup banyak variabel, yaitu variabel tujuan, guru, siswa, proses belajar dan
susunan pembelajaran. Proses pembelajaran terdiri dari beberapa aspek, yaitu
tahap-tahap pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi dan taktik
pembelajaran, metode dan teknik pembelajaran, serta prosedur pembelajaran.
Jacobsen, Egen, dan Kauchak (1989: 9-12) dalam Suprihadi, dkk (2000:12-13),
membagi proses pembelajaran menjadi tiga tahap, yaitu: 1)Tahap persiapan, 2)
Tahap pelaksanaan, dan 3) Tahap evaluasi.
20
a. Tahap Persiapan
Persiapan pembelajaran meliputi tujuan yang akan dicapai, materi yang
sesuai dengan tujuan, interaksi pembelajaran yang sesuai tujuan,media dan
sumber belajar yang mendukung, materi bentuk dan teknik evaluasi untuk
mengukur pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan. Dengan
melihat pada Prota, Promes, Silabus, dan RPP yang digunakan dalam proses
belajar mengajar. Pengertian pengelolaan kelas menurut Depdikbud, Dirjen
Dikdasmen dalam Buku Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (1996)
Pengelolaan Kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat
memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai kemampuan. Usaha sadar itu
mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan prasarana,
pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi dan kondisi proses belajar
mengajar berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahapan penerapan dari tahap perencanaan yang telah
dibuat oleh guru. Secara operasional guru melaksanakan tahap-tahap
perencanaan.
1) Langkah – langkah Pembelajaran
Pada dasarnya langkah - langkah pembelajaran melalui tiga tahap
yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran merupakan
suatu proses, maka diperlukan adanya perencanaan yang seksama dan
sistematis (Ibrahim dan Sukmadinata, 1996:31). Langkah sistematis dan
seksama dalam pembelajaran merupakan suatu kegiatan atau bagian
21
terpenting dari strategi mengajar, yakni usaha guru dalam mengatur dan
menggunakan variabel-variabel pengajaran agar mempengaruhi siswa dalam
mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya dengan menggunakan
pendekatan serta strategi dalam pembelajaran.
2) Materi Pembelajaran
Materi pelajaran yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan
konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran
(Suprihadi, dkk, 2000:9). Karakteristik pembelajaran seni rupa di Sekolah
Dasar ditekankan pada kesesuaian materi dan karakteristik siswa.
Pengembangan materi berorientasi pada: pemberian unsur kreatif dalam
kegiatan seni rupa, memberikan dorongan untuk terampil kreatif sesuai
minat siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan secara terarah untuk
mengemukakan pendapat, ide sesuai pengalamannya (Sumanto, 2008:18).
3) Metode Pembelajaran
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Metode adalah suatu cara untuk memberikan kesempatan
kepada siswa dalam mendapatkan informasi dari orang lain yang didalam
fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran (Suprihadi,
dkk, 2000:9). Metode dalam pembelajaran merupakan bagian integral
strategi pembelajaran yang ditetapkan, maka dari itu metode yang akan
disampaikan dapat mempengaruhi pemilihan jenis strategi yang akan
digunakan dalam pembelajaran agar tujuan dapat tercapai. Raka Joni (1980)
dalam Suprihadi, dkk (2000:16), metode merupakan bagian dari sejumlah
tindakan strategis untuk melakukan pembelajaran. Setiap metode memiliki
22
aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis tersebut adalah gaya dan
variasi dari setiap pelaksanaan metode pembelajaran. Metode - metode
pembelajaran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah meliputi
Metode Tanya jawab, demontrasi, ceramah.
4) Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran yang penting demi
terlaksananya pembelajaran dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pembelajaran itu sendiri. Materi ataupun metode pembelajaran tidak bisa
lepas dari media karena sangat mendukung demi tercapainya pembelajaran
yang bermutu. Media merupakan alat bantu dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Media adalah semua bentuk perantara yang
digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga
ide yang di disampaikan bisa sampai pada penerima ( Latuheru, 1988:11).
c. Tahap Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap penilaian oleh guru yang terdiri dari dua aspek
sasaran penilaian, yaitu: 1) proses pembelajaran yang dilakukan guru dan hasil-
hasil instruksional, 2) efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.
Tahap akhir dari proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah tahap
penilaian hasil (evaluasi). Tahap evaluasi ini digunakan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat keberhasilan dalam proses pembelajaran menggambar
ekspresi yang telah dilaksanakan dengan mengadakan evaluasi terhadap siswa
maupun proses pembelajaran menggambar ekspresi itu sendiri. Evaluasi
pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah
23
dicapai dalam program pembelajaran menggambar ekspresi yang sudah
berlangsung.
Evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu
objek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu
tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan (Thoha ,1996: tanpa halaman).
5. Metode pembelajaran
Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Metode dalam pembelajaran merupakan bagian integral strategi
pembelajaran yang ditetapkan. Metode- metode pembelajaran meliputi:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan alat utama untuk menyampaikan informasi
yang telah lama dipergunakan. Ceramah merupakan penjelasan yang
disampaikan secara verbal dan penggunaan penjelasannya mempunyai tujuan
utama (Turney, 1981: 191) dalam Suprihadi, dkk (2000:161)
b. Metode Demonstrasi
Metode ini merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Demonstrasi
(sebagi metode pembelajaran) dimana seorang guru atau demonstrator (orang
luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa memperlihatkan kepada
seluruh kelas cara kerja atau proses terjadinya sesuatu (Suprihadi, dkk,
2000:189).
24
c. Metode Tanya-jawab
Dalam proses pembelajaran, bertanya memegang peranan yang sangat
penting. Pertanyaan merupakan salah satu perangsang yang terbaik yang
dapat disampaikan guru kepada siswa. Tingkat efisiensi pembelajaran
sebagian besar duikur dengan ciri-ciri yang dipertanyakan guru.
( Merry,2009:23-24)
6. Pendekatan pembelajaran
Pembelajaran seni harus dapat mengembangkan ranah kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (nilai dan sikap), dan ranah psikomotorik. Untuk itu
pengajar seni harus dapat mengembangkan ketiga ranah tersebut, karena
pendidikan seni pada dasarnya adalah pendidikan yang bertumpu pada nilai sikap
( perasaan, emosi, dan watak). Berdasarkan taksonomi Bloom dalam Rosjidan,
dkk (2003:4), tujuan pembelajaran terdiri atas tiga ranah (domain), yaitu: Ranah
kognitif, Ranah afektif, dan Ranah psikomotorik.
7. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan komponen
pembelajaran, yang berhubungan dengan cara-cara yang dipilih oleh pengajar
untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah cara-
cara yang dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan
kemudahan atau fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran (Taba
dalam Suprihadi, dkk , 2000:21).
8. Sarana dan prasarana pembelajaran
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
25
penunjang utama terselenggaranya dalam hal ini proses pembelajaran. Keberadaan
sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan aspek-aspek pembelajaran
lainnya.
B. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Kelas Rendah
1. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar
Pendidikan seni rupa yang terlaksana dalam bentuk kegiatan pembelajaran
pada dasarnya meliputi pembelajaran teori, apresiasi, dan keterampilan seni rupa
(Salam, 2001: 15). Pembelajaran teori seni rupa berfokus pada pembinaan aspek
kognitif (pengetahuan) kesenirupaan. Materi seni rupa ini berisi kajian seperti
tinjauan seni rupa, sejarah seni, persoalan estetika dan cara untuk menilai sebuah
karya seni baik secara konsep maupun komposisi.
Pembelajaran kesenian berfokus pada pembinaan praktik pengalaman
studio. Untuk melatih keterampilan berkarya, siswa didik diharapkan dapat
menggali dari budaya dan alam di sekitarnya sehingga secara tidak langsung
mereka akan menjadi lebih inovatif untuk berkarya. Pada akhirnya tercipta siswa
yang mampu mengoptimalkan berbagai sumber yang tersedia untuk menjadi
produk karya seni yang berkualitas. Pada siswa Sekolah Dasar, jenis pembelajaran
kesenian banyak ragamnya mulai dari menggambar, melukis, mematung, maupun
juga bisa diarahkan untuk membuat kerajinan.
Pendidikan seni rupa di sekolah bukan sebagai tujuan akhir untuk
membina anak sebagai subjek didik menjadi seorang seniman atau kurator,
melainkan agar anak memperoleh pengalaman tentang seni rupa dan berkesenian.
Pengalaman ini dapat diperoleh dengan mengamati, menikmati, dan melakukan
aktivitas berkarya seni rupa. Penyelenggaraan pendidikan seni rupa harus
26
didasarkan pada faktor-faktor kejiwaan anak, sesuai masa perkembangannya.
Pemahaman terhadap konsep pendidikan seni rupa untuk anak-anak akan
menentukan teknik-teknik yang digunakan oleh pengajar nantinya. Teknik-teknik
pengajaran teori untuk aspek kognitif anak, pengajaran apresiasi untuk aspek
afektif serta pendidikan ketrampilan untuk melatih psikomotorik anak. Manfaat
pendidikan seni rupa untuk anak-anak adalah memacu pertumbuhan jiwa anak
secara menyeluruh. Hal ini dicapai melalui penciptaan situasi yang mendorong
anak untuk mengembangkan pengetahuan, kepekaan estetis, daya cipta dan daya
imitasi (Muhadjir,2009:36)
Menggambar Ekspresi pada kelas rendah adalah membuat karya gambar
sebagai perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan
bersifat individual. Gambar ekspresi dapat dibuat secara bebas, dan tidak selalu
terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai warna, proporsi,
perspektif dan lainnya. Karakteristik gambar ekspresi adalah (1) dapat
menampilkan bentuk-bentuk gambar bebas, unik, dan kreatif, (2) Menampilkan
unsur-unsur garis, warna sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) Objek
gambar sangat dinamis, dapat berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi
berdasarkan fantasi ekspresif lainnya maupun sesuai dengan tema yang telah
ditentukan (Sumanto, 2008:93)
2. Kelas Rendah
Pengajaran seni rupa tentu akan memperhatikan siswa melalui cara anak
memperhatikan dan mengerjakan pelajaran keseirupaan, yaitu dengan cara
menirukan contoh menirukan berbagai bentuk benda oleh karena itu
pembelajaran awal anak pada tingkat Sekolah Dasar adalah pengkondisian anak
27
secara benar pada tingkatan yang paling elementer, maka di Sekolah Dasar siswa
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Kelas Rendah dan Kelas Tinggi.
(muhadjir,2009:35) Kelas rendah di kelompokan pada kelas I, II, III, sedangkan
kelas tinggi dikelompokkan pada kelas IV,V, VI.
Adapun tahap karakteristik siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat
dikemukakan sebagai berikut secara umum karakteristik siswa kelas rendah
didominasi oleh rasa dan emosional yang tidak stabil, sehingga responsifnya
rendah. Otot lengannya masih belum sempurna, sosialisasinya rendah serta masih
mementingkan diri sendiri (egoistis), hasrat keingintahuannya tinggi, tetapi sulit
untuk dikendalikan atau diarahkan, tidak ingin diatur dengan berbagai larangan.
Kebebasanya mengarahkan pada anggapan segala sesuatu tidak penting. Banyak
membuang waktu untuk menghayati pengalaman imajinatif (sering bicara sendiri
), sangat menyenangi pujian (Muhadjir,2009:36)
3. Periodesasi Seni Rupa Anak
Awal kehidupan anak merupakan masa yang sangat menentukan pola
tingkah laku, pikir, dan belajar pada masa selanjutnya. Pada masa ini kesadaran
jati diri mulai tumbuh. Seni dapat memberi dukungan yang berarti. Melalui
kegiatan seni anak berupaya mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap
lingkungan hidupnya.
Masa pertumbuhan anak menurut ahli psikologi dan pendidikan dapat
diidentifikasi dan diklarifikasikan berdasarkan karya seni rupa yang mereka buat.
Victor Lowenfel (1947-1957) meklasifikasi perkembangan atas beberapa tahap,
yaitu :
28
a. Tahap Coret-Coret (Scribbling) usia 2-4 tahun
Tahap ini ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam membuat goresan
yang tidak terwujud. Tahap ini dibedakan menjadi tiga yaitu ; coretan tak
beraturan (Disordered Scribbling), coretan terkontrol (Controlled Scribbling),
dan penambahan goresan (Naming Scibbling)
b. Tahap Prabagan (The Preschematic Stage) usia 4-7 tahun
Pada tahap ini terjadi perubahan cara menggambar yaitu; terjadi kesadaran
akan kreasi bentuk dan mulai ada komunikasi dengan gambar. Ciri tahap
coret-coret yang berdasarkan gerakan tangan kini berubah menjadi coretan
yang terkontrol dan memiliki hubungan yang jelas dengan lingkungan karena
merepresentasikan sesuatu yang pernah dilihat anak seperti orang, rumah,
atau pohon.
c. Tahap Bagan (Schematic Stage) usia 7-9 tahun
Setalah puas dengan ekperimen membuat bentuk, akhirnya anak mulai
dapat membentuk bagan lebih lengkap. Disebut bagan, jika anak membuat
bentuk dengan pengulangan tanpa ada keingingan mengubah. Jika anak
mengubah bentuk, itu disebabkan ada sesuatu yang sangat penting bagi
mereka.
d. Tahap Berkelompok (The Gang Age) 9-12 tahun
Salah satu ciri yang menonjul pada periode ini adalah anak menyadari
bahwa mereka anggota masyarakat. Anggota dari kumpulan teman-temannya.
Pada masa ini anak mulai dapat bekerja sama dengan anak lainnya dan orang
dewasa. Dalam kelompoknya mereka dapat saling bercerita tentang
pengalaman, rahasia, dan kesenangan dalam berkerja sama. Kelompok
29
biasanya didasarkan pada jenis kelamin yang sama anak perempuan mulai
tertarik pada pakaian yang bagus, dan anak laki-laki mulai senang membuat
mainannya sendiri dan mereka suka pergi dengan kelompoknya. Ciri gambar
pada anak usia ini, sudah membedakan jenis kelamin secara jelas.
e. Tahap Naturalisme Semu (The Pseudo Naturalistic Stage) 12 -14 tahun
Pada periode ini anak mengalami masa transisi dari masa anak ke masa
remaja. Usia ini sering disebut masa pubertas. Masa anak sering terombang-
ambing jiwanya. Anak mulai kehilangan kemampuan spontanitas dalam
membuat gambar, karena mulai menggunakan penalarannya. Perubahan dari
ketidaksadaran menuju kekesadaran. Oleh sebab itu anak menjadi lebih kritis
dan menyadari dirinya sendiri. Mereka mulai mampu membuat bentuk secara
proposional dan detail dari benda yang digambar.
f. Tahap Seni Dewasa (Adolescent Art) 14-17 tahun
Pada masa ini karya seni merupakan hasil dari upaya kesadaran. Belajar
seni pada periode ini merupakan suatu tujuan yaitu untuk mengusai
keterampilan. Bagi remaja usia ini seni bukan lagi merupakan bagian dari
kehidupannya, bukan lagi merupakan kebutuhannya. Mereka memangdang
seni sebagai suatu yang dapat dipelajari untuk tujuan tertentu, seperti
kesenangan atau profesi.
(http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010)
4. Karakteristik Psikologi Siswa Kelas Rendah
a. Masa sekolah dasar (usia 6-12 tahun)
Tahap usia anak ini disebut juga usia kelompok, dimana anak-anak mulai
mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga dan adanya kerjasama
30
antar teman serta sikap-sikap terhadap kerja atau belajar. Memasuki dunia sekolah
dan masyarakat anak dihadapkan dengan tuntutan yang baru, yaitu keterampilan
menolong diri sendiri, keterampilan bersosial dan keterampilan bermain. Dalam
segi emosinya nampak pada usia ini anak mulai belajar mengendalikan reaksi
emosinya dengan berbagai cara dan tindakan yang dapat diterima lingkungannya.
b. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
1). Karakteristik Anak Secara Umum
Setiap anak adalah unik, anak akan mengembangkan pola reaksi
masing-masing terhadap rangsangan atau kejadian yang dialaminya dengan
tempo dan kecepatan yang berbeda. Jadi seorang anak tidak selalu sama dengan
kawan-kawannya maupun usia kronologisnya.
Setiap anak adalah pelajar yang aktif, seperti pendapat Agus Tangyong,
dkk (1990:4) bahwa belajar adalah hal yang dikerjakan anak, sedangkan
bermain adalah wahana belajar dan bekerja anak.
Anak berkembang melalui beberapa fase. Manusia terdiri dari aspek
fisik, kognitif, afektif, maupun intuitif yang saling berhubungan. Dalam masa
perkembangan, rangkaian perubahan yang bersifat maju berkelanjutan mulai
dari yang bersifat global sampai hal yang paling sederhana adalah disebabkan
oleh pengaruh lingkungan. Sesuai dengan pendapat Moeslichatoen (1985:7),
yang menyatakan ciri-ciri pertumbuhan anak usia SD adalah merupakan
peralihan tingkah laku atau fungsi kejiwaan dari yang lebih rendah ke tingkat
yang lebih tinggi. Perubahan tingkah laku yang senantiasa terjadi dimaksudkan
agar orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sepanjang hayatnya.
Demikian halnya dengan periode perkembangan anak usia SD, pertumbuhan
31
usia SD merupakan peningkatan fungsi kejiwaan dari periode sebelumnya
(Gunarsa, 1986:1-2). Pada saat anak memasuki masa sekolah, pada saat itu
anak tidak dapat langsung membentuk pribadi yang diharapkan tetapi harus
melalui fase pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku terlebih dahulu,
maka pada usia SD daya cipta dapat diasah setajam mungkin.
Masa-masa pertumbuhan seorang anak akan dilalui oleh beberapa fase,
sesuai dengan pendapat ahli perkembangan anak, Jean Piaget (1975:14)
menyatakan “Cognative development is a continous process that begin at
birth”. Piaget dividies development into four broad periods. In order of their
accurance they are : (1) The sensorimotor period, 0-2 years; (2) The
preoperational period, 2-7 years; (3) The periods of condrete operations, 7-11
years, (4) The periods of formal operations, 11-15 years. These periods are not
independent or unrelated. “Development is both continous and discontinuous”.
Yang kurang lebih mempunyai arti perkembangan kognitif merupakan suatu
proses yang berkesinambungan dimulai sejak lahir. Piaget membagi
perkembangan dalam 4 periode dengan kejadian kurun usia : periode
sensomotorik (0-2 tahun), periode pra-operasional (2-7 tahun), periode konkrit
operasional (7-11 tahun), dan periode formal operasional (11-15 tahun).
Periode ini tidak berdiri sendiri atau tidak tak berhubungan.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini akan dijelaskan beberapa tahap
perkembangan menurut Sujanto (1984:9-10) menjelaskan :
(a). Tahap Sensorik Motorik
Dimulai saat anak lahir hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini pengertian
tentang benda bagi anak masih berupa sapek objek yang permanen (kongkrit).
32
Sehingga objek-objek, pengalaman, dan tingkah laku yang mentalnya masih
belum bias diungkapkan secara nyata, masih berupa aspek yang terpisah-pisah.
(b). Tahap Operasional
Berkisar antara 2 tahun hingga 7 tahun. Diantara keempat tahap, tahap
ini adalah tahap yang paling penting, karena tahap ini terdapat kemampuan
penyusunan tentang pergantian waktu, dan permainan simbol bermain (seolah-
olah).
(c). Tahap Konkrit Operasional
Dimulai pada usia 7 tahun hingga 11 tahun. Pada tahap ini tingkat
kognitif anak hanya untuk hal-hal yang operasional saja, yang pada saat itu
dapat dihubungkan dengan panca indera atau keadaan dan perbuatan yang
dapat langsung dibayangkan. Perbedaaannya dengan pra-operasional adalah
pada tahap ini anak sudah berada pada suatu keadaan yang dapat
menghubungkan keadaan tersebut dengan beberapa dimensi. Pemikiran anak
pada tahap ini adalah reversible (dapat dihubungkan).
(d). Tahap Formal Operasional
Adalah usia di atas 11 tahun. Kini anak ada pada kedudukan dari
gambaran kongkret atau yang dikongkretkan ke sesuatu yang abstrak dan
segala sesuatu tentang pemikiran, misalnya aturan-aturan abstrak atau hipotesis
sebagai sarana refleksi. Pikiran manusia adalah hipotesis. Tidak ada satupun
yang dapat menunjukkan sifat/cirri-ciri jalanya pikiran, yang ada hanya pikiran
pada umumnya sebagai suatu sistem kognitif. Pada tahap ini manusia sudah
bisa merefleksikan pikirannya.
33
Rentangan anak usia SD berdasarkan beberapa tahapan di atas, berada
antara tahap operasional dan tahap kongkret operasional yaitu 6-12 tahun atau
lebih tepatnya berdasarkan rentangan usia anak SD kelas I di Indonesia berada
antara 6-7 tahun.
2). Karakteristik Khusus Anak Sekolah Dasar
Rentangan usia anak SD khususnya kelas I adalah usia antara 6-7 tahun,
dengan cirri dan sifat sebagai berikut:
a Gerakan lebih terkontrol dibandingkan usia sebelumnya.
b Keseimbangan lebih baik.
c Tubuhnya lentur, gerakannya halus, ekonomis dan posisi gerakannya tepat.
d Kualitas pertanyaan lebih baik dan dengan struktural kalimat yang tepat
serta bervariasi.
e Lebih dapat berdiri sendiri.
f Sikapnya lebih serius, lebih sabar dan merasa bangga akan diri sendiri.
g Sudah dapat bermain dan berkawan walau belum dapat bekerja sama.
h Peka terhadap situasi sosial.
i Mulai dapat membedakan kelamin maupun status.
j Mulai dapat memecahkan persoalan-persoalan sederhana.
k Dapat menyesuaikan gerakan dengan posisi cara kerja yang lebih terarah
dan efisien.
l Tidak banyak mencoba-coba dengan membuat kesalahan.
m Mulai dapat berhitung, dapat menyebutkan usia, mengenal waktu,
mengingat tempat dan dapat mengikuti irama (Tangyong, dkk, 1986:5-7).
34
Masa anak-anak (midle childhood) berlangsung antara usia 6 – 12
tahun. Masa ini sering disebut juga masa sekolah, yaitu masa matang untuk
belajar atau masa matang untuk sekolah. Pada masa ini mereka menginginkan
untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru yang dapat diberikan oleh
sekolah. Simanjuntak dan Pasaribu (1983: 68) menegaskan bahwa salah satu
tanda permulaan periode bersekolah ini ialah sikap anak terhadap keluarga
tidak lagi egocentris melainkan objektif dan empiris terhadap dunia luar. Jadi
telah ada sikap intelektualis sehingga masa ini disebut periode intelektual. Hal
ini sejalan dengan pendapat Nasution (1995: 44) bahwa masa usia sekolah ini
sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada
masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik dari pada masa
sebelumnya dan sesudahnya.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa karaktertistik prilaku
anak pada usia ini berdasarkan jenis kelaminnya diketahui bahwa anak laki-laki
lebih banyak melakukan agresivitas, aktivitas, dominasi dan inpulsif dalam
tingkah lakunya. Mereka memiliki kecakapan mengamati ruang dan pengertian
kuantitatif lebih kuat dan lebih baik dibandingkan dengan anak wanita.
Sementara itu, anak wanita lebih banyak melakukan tingkah laku cemas. Akan
tetapi mereka mempunyai kecakapan verbal yang lebih baik dari pada anak
laki-laki. Pada usia 6-12 tahun ini, objek gambar anak laki-laki berbeda dengan
anak perempuan ( Fisher 1978: 5). Hal ini ditegaskan oleh Fisher (1978: 5)
bahwa pada umumnya anak perempuan menggambar pemandangan
(lansdcape) yang dilengkapi dengan binatang, pohon, bunga, bangunan, orang
dan mata hari. Sementara itu anak laki-laki menggambarkan suasana perang,
35
mobil, perahu, atau kartun. Pada jenjang pendidikan sekolah dasar ini dapat
diperinci menjadi dua fase, yaitu:
(1) Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6,0 atau 7,0
sampai umur 9,0 atau 10,0.
(2) Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0
sampai umur 12,0 atau 13,0.
Dari pembagian fase masa keserasian sekolah di atas maka (Nasution,
1995: 45) memperinci beberapa sifat khas anak pada masing-masing fase
sebagai berikut : Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar dan Masa Kelas-
kelas Tinggi Sekolah Dasar.
Masa Kelas-kelas Rendah Sekolah Dasar
(1) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan
pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah.
(2) Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan
permainan yang tradisional.
(3) Ada kecenderungan memilih sendiri
(4) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal
itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
(5) Kalau tidak dapat menyelesiakan sesuatu soal, maka soal itu
dianggapnya tidak penting.
(6) Pada masa ini (terutama pada umur 6,0 sampai 8,0) anak
menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
( Heri, 2009:10-14)
36
C. Pengertian Menggambar Ekspresi
1. Menggambar Ekspresi
Kata Ekspresi, yang mempunyai arti mencurahkan, mengungkapkan
perasaan. Ungkapan perasaan dimaksud adalah sedih, marah, gembira, senang,
tertawa dan sebagainya. Jadi menggambar ekspresi adalah mengungkapkan
perasaan atau suatu kegiatan pencurahan perasaan atau batin kedalam bidang dua
dimensional yang didalamnya didukung oleh unsur-unsur seni rupa. Ekspresi
adalah pencerminan atau pengungkapan emosi dan perasaan melalui menggambar
atau melukis. Menggambar Ekspresi adalah kegiatan mengungkap emosi dan
perasan yang timbulakibat pengalaman-pengalaman dari luar ke atas bidang
gambar(Dharmawan. 1987). Menggambar ekspresi adalah jenis gambar sebagai
perwujudan ungkapan perasaan tertentu yang dilakukan secara bebas dan bersifat
individual. Untuk mengungkapkan emosi, perasaan, pengalaman kedalam bentuk
gambar diperlukan dasar-dasar ketrampilan menggambar, ketajaman pandangan,
kepekaan estetis dan daya kreativitas. Gambar Ekspresi dapat dibuat secara bebas,
dan tidak selalu terikat pada ketentuan-ketentuan bentuk alami, baik mengenai
warna, proporsi, perspektif dan lainnya.(Sumanto.2008:93)
Di dalam menggambar ekspresi terdapat ketentuan-ketentuan penentuan
tema, teknik, komposisi, warna, tipologi. Di bawah ini merupakan penjelasan
ketentuan-ketentuan yang dimaksud di atas :
a. Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat
suatu karya. Di setiap karya pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam
sebuah pembuatan sebuah karya dianjurkan harus memikirkan tema apa yang
37
akan dibuat. Dalam berkarya seni rupa, dan berbagai macam jenis seni lainnya
haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah,
tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para
penikmat seni dari sebuah karya yang di tampilkan. Jika temanya menarik,
maka akan memberikan nilai lebih pada karya tersebut. (Dari Wikipedia
bahasa bebas Indonesia, ensiklopedia)
Tema dalam menggambar ekspresi adalah proses mengungkapkan
ide/gagasan melalui usur-unsur seni dalam seni rupa keatas media seni yang
tersedia. Pada hakekatnya dalam setiap pembuatan gambar ekspresi
mempunyai tujuan tertentu, sehingga menghasilkan beragam jenis dan bentuk
karya.(Sumanto, 2008:71)
b. Teknik
Teknik adalah cara tertentu dalam mengerjakan salah satu jenis karya
seni rupa, misalnya teknik menggambar berbeda dengan mematung atau
mencetak. Teknik dalam seni rupa juga berkaitan erat dengan media dan alat
serta behan yang digunakan. Teknik dalam seni rupa dibedakan atau berbeda
tidak hanya menghasilkan karakter karya yang berbeda , tetapi juga
mengngikuti bentuk serta konsep yang berbeda pula.(Muhadjir,2009:59)
c. Komposisi
Yang dimaksud Komposisi dalam seni rupa yaitu susunan unsur – unsur
seni rupa yang mengikuti kaidah – kaidahnya. Kaidah – kaidah komposisi itu
antara lain: Proporsi, Keseimbangan, Irama, dan Kesatuan.
38
1) Proporsi
Proporsi adalah perbandingan antara bagian yang satu dengan yang
lainnya, dan antara setiap bagian dengan keseluruhan pada suatu
komposisi.
2) Keseimbangan (balance)
Keseimbangan dalam karya seni rupa adalah kesamaan dari unsur –
unsur yang berlawanan tetapi saling memerlukan karena dapat
menciptakan satu kesatuan. Ada beberapa pola dalam menentukan
keseimbangan, yaitu:
a) Keseimbangan Simetris yaitu menggambarkan dua bentuk, ukuran
dan jarak yang sama dalam sebuah komposisi.
b) Keseimbangan asimetris yaitui menggambarkan sebuah komposisi
yang bentuk. Ukuran dan jaraknya tidak sama antara satu dengan
yang lainnya
c) Keseimbangan segi tiga yaitu menggambarkan sebuah komposisi
yang mempunyai / mengesankan segi tiga
d) Keseimbangan sentral yaitu menggambarkan sebuah komposisi yang
memusat di tengan – tengah (berpusat di suatu titik)
3) Irama
Dalam seni rupa irama tidak bisa di dengar, tetapi hanya bisa
dirasakan dan dipahami oleh perasaan orang yang memiliki kepekaan
estetis. Irama dalam seni rupa adalah kesan gerak yang timbul dari
keselarasan unsur – unsur seni rupa dalam sebuah komposisi. Irama
dapat dibentuk dengan tiga cara yaitu:
39
a) Dengan perpaduan unsur – unsur seni rupa yang berhubungan /
sejenis (harmoni) atau yang bertentangan / tidak sejenis (kontras)
b) Dengan pemunculan (repetisi) unsur – unsur yang sama dalam
sebuah komposisi
c) Dengan variasi bentuk, jarak, ukuran dan arah unsur – unsur seni
rupa dalam sebuah komposisi
4) Kesatuan
Setiap karya seni rupa dibentuk oleh unsur – unsurnya tidak tampil
secara terpisah – pisah, melainkan harus saling berhubungan dan
membentuk suatu kesatuan yang utuh, bermakna dan harmonis
(apresiasi seni murni, www.anakciremai com)
d. Warna
Warna merupakan kesan yang ditimbulkan akibat pantulan cahaya yang
menimpa permukaan suatu benda. Dalam karya seni rupa wujud warna dapat
berupa garis, bidang, ruang dan nada yang dapat menimbulkan kesan tertentu.
Berdasarkan teori spectrum cahaya yang dikemukakan oleh Sir Iseac
Newton bahwa cahaya matahari dapat diuraikan menjadi beberapa nada warna
yang terutama dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu
Sedangkan sedangkan Preswater dalam teorinya menetapkan bahwa warna –
warna yang ada berasal dari 3 warna pokok (primer), yaitu Merah, kuning dan
biru, percampuran 2 warna primer akan menghasilkan warna skunder, dan
percampuran warna skunder akan menghasilkan warna tersier
Ada 3 cara dalam penggunaan warna dalam seni rupa. Yaitu:
40
1) Hermonis yaitu cara pemakaian warna secara objektif, misalnya
daun warna hijau, langit warna biru dan lain – lain
2) Heraldis/Simbolis yaitu cara pemakaaian warna yang dikalikan
dengan perlambangan. Misalnya hitam = duka, merah = berani,
putih = suci, dll
3) Murni yaitu pemakaian warna secara bebas tanpa ada kaitan
dengan objek atau lambang tertentu
Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan warna
1) Warna komplementer (kontras) yaitu kombinasi dua warna yang
saling berhadapan dalam lingkaran warna, misalnya kuning dengan
ungu, merah dengan hijau dll
2) Warna anlogus yaitu kombinasi warna yang serumpun atau yang
bersebelahan letaknya dalam lingkaran warna, misalnya hijau
dengan hijau kekuningan dan hijau kebiruan
3) Warna Monokromatik, yaitu kombinasi satu corak warna dengan
value dan intensitas yang berbeda, misalnya biru dengan biru
muda, biru dengan biru tua, dan lain – lain.
(apresiasi seni murni, www.anakciremai com)
41
e. Tipologi
Tipologi adalah kajian tentang tipe atau jenis. Secara lebih spesifik
tipologi dalam seni rupa adalah mengkaji karya seni menurut priaip-prinsip
seni serta unsur-unsur seni yang ada. Dan di dalam kaitannya pada penelitian
ini tipologi dalam menggambar eksapresi adalah mengkaji secara lebih tentang
tipe atau jenis karya menurut tema, teknik, komposisi, serta warnanya.
( Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
Karakter gambar ekspresi adalah (1) menampilkan bentuk-bentuk
gambar bebas, unik dan kreatif, (2) menampilkan unsur-unsur garis, warna
sesuai gaya pribadi penggambarnya, dan (3) obyek gambar dinamis, dapat
berupa kesan alam benda, pemandangan, kreasi berdasarkan kreasi ekspresif
lainnya.
1) Tipologi Gambar Ekspresi Anak
Gaya ungkapan sering dilupakan dalam pelaksanakan pendidikan
seni rupa. Apabila kita mencoba mengumpulkan tulisan sejumlah orang,
maka dengan mudah kita akan melihat perbedaan gaya ungkapan tulisan
mereka. Padahal mereka sama-sama belajar menulis, akan tetapi setelah
menulis sudah tidak lagi bagian belajar. Setelah kegiatan menulis menjadi
kegiatan spontan, maka. setiap orang menghasilkan gaya tulisan berbeda-
beda. Dalam kegiatan menggambarpun sesungguhnya demikian. Kegiatan
menggambar kebanyakan dilakukan dengan tidak spontan, bahkan
dilakukan dengan ragu-ragu, terutama oleh anak-anak besar yang tidak
berbakat seni rupa, maka gaya ungkapannya tidak tampak sama sekali. Hal
ini disebabkan oleh goresan-goresan yang membentuk itu dibuat masih
42
dalam proses belajar. Sehubungan dengan ini paling tidak anak-anak tidak
mendapat tekanan untuk menuruti kehendak gurunya (menggambar secara
visual-realistis, yang sesuai kesukaan gurunya).
Gambar ekspresi anak dapat mencerminkan karakter anak. Apa
yang digambarakan merupakan hasil apa yang dilihat kemudian dirasakan.
Apa yang digambar bukan hanya yang sedang ia pikirkan, melainkan apa
yang dilihat dengan perasaan yang diasosiasikan. Anak dapat meniru alam,
mengubah, mengurangi atau menghilangkan sebagian objek yang
digambarkannya.
Berdasarkan hasil karya gambar yang diciptakan anak, kita sebagai
guru akan mengetahui cara ungkapan seni rupa yang berbeda. Perbedaan
ini terletak pada hasil karya yang dihasilkan. Ada gambar yang naturalis,
ada gambar anak yang bertipe ekspresif, ada gambar yang bertipe dekoratif
dan sebagainya. Selain itu perbedaan karakter tipologi gambar anak
terletak pada tingkat usia anak.
Dalam In Education Through Art, Read (1958: 140)
mengklasifikasikan gambar anak-anak menjadi 12, yaitu: Organic,
Lyrical, Impresionist, Rhytmical Pattern, Structur Form, Shematic, Haptic,
Expresionist, enumeratif, Decorative, Romantic, dan Literari
(http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010).
Sementara itu, Victor Lowenfield (1975) membagi karya anak dalam
proses berekspresi menghasilkan karya dibagi menjadi tipe “visual’ dan
“haptic”.
43
(a) Organic
Berkaitan serta bersimpati dengan objek-objek nyata, anak-anak lebih
suka objek dalam kelompok daripada yang sendiri. Tipe ini juga
mengenal proporsi yang wajar dan hubungan organis yang wajar pula,
misalnya pohon yang menjulang di atas tanah, gambar manusia dan
hewan bergerak sesuai dengan bentuk aslinya.
(b) Lyrical
Penggambaran objek bersifat realistis, tetapi tidak bergerak seperti
organic. Objek yang digambarkan statis dengan warna-warna yang
tidak mencolok. Biasanya digambarkan oleh anak perempuan.
(c) Impresionist
Lebih mementingkan detail/kesan suasana yang digambarkan daripada
konsep keseluruhan.
(d) Rhytmical Pattern
Gambar memperlihatkan benda-benda yang dilihat, Contohnya gambar
anak yang melempar bola, kemudian mengulang gambar tersebut
sampai bidang gambar terisi seluruhnya. Sifatnya bisa organis atau
lyris.
(e) Structur Form
Tipe ini jarang ditemui pada gambar anak. Objeknya mengikuti rumus
ilmu bangunan yang diperkecil menjadi satu rumusan geometris
dimana rumus yang aslinya diambil dari pengamatan.
(f) Shematic
Penggambar menggunakan rumus ilmu bangunan tanpa ada hubungan
44
yang jelas dengan susunan organis. Skema dari objek semula
disempurnakan menjadi satu disain yang ada hubungan dengan objek
secara simbolis.
(g) Haptic
Gambar yang dibuat mewakili image-image hasil rabaan dan sensasi
fisik dari dalam. Gambar-gambar yang dibuat didak berdasarkan
pengamatan visual suatu objek, tapi bukan skematik.
(h) Expresionist
Berhubungan dengan dunia dalam dirinya. Tidak hanya
mengekspresikan sensasi egosentrik tetapi juga objek dunia dari luar
seperti hutan, gerombolan orang, dan lain-lain.
(i) Enumeratif
Penggambar pada tipe ini dikuasai oleh objek dan tidak dapat
menghubungkan dengan sensasi keutuhan sehingga semua bagian-
bagian kecil yang dapat dilihatnya pada bidang gambar tanpa ada yang
dilebih-lebihkan Persepsi gambar bukan merupakan persepsi seniman
melainkan persepsi arsitek.
(j) Decorative
Menampilkan bentuk-bentuk dua dimensi dengan pola-pola warna-
warni dan mengusahakannya menjadi pola yang menggembirakan.
Bentuk-bentuk narural diekspresikan sehingga timbul perasaan senang,
melankolis, dan sebagainya. Dengan demikian anak yang menggambar
menghasilkan gambar dan memanfaatkan warna untuk menghasilkan
pola-pola yang riang.
45
(k) Romantic
Pada tipe ini tema diambil dari kehidupan yang dipertajam dengan
fantasi. Gambar merupakan gabungan antara ingatan dengan image
eidetic sehingga menyangkut sesuatu yang baru.
(l) Literary
Tema yang ditampilkan semata-mata khayal yang berasal dari raasa
yang disarankan gurunya atau imajinasi sendiri. Tema ini merupakan
gabungan antara ingatan dan imajinasi untuk disampaikan kepada
orang lain.
Sementara itu, penggolongan karya gambar anak menurut Victor
Lowenfeld (1975), terbagi menjadi:
(a) Tipe Visual
Tipe visual adalah gambar ekspresi anak yang menunjukkan
kecenderungan bentuk yang lebih visual-realistis (memperlihatkan
kemiripan bentuk gambar sesuai obyek yang dilihatnya, atau obyektif).
Gambar yang diungkapkan mementingkan kesamaannya karya dengan
bentuk yang diahayatinya serta memperhitungkan proporsinya secara
tepat. Penguasan ruang telah terasa dengan cara membuat kecil objek
gambar bagi benda yang jauh. Begitunpula penguasaan warna,
pemakaian warna sesuai dengan warna-warna pada bendanya. Batas-
batas tertentu gambar atau lukisan anak yang tergolong tipe visual
dapat dipersamakan dengan lukisan karya pelukis naturalistis, yang
membuat lukisannya sangat teliti, karena ingin menggambarkan
keadaan sebagaimana kelihatannya (dari pengalaman visual).
46
(b) Tipe Haptik
Gambar ekspresi anak yang memiliki tipe haptik menunjukkan
kecenderungan ke arah kebentukan yang lebih visual-emosional atau
upaya penggambaran secara subyektif yang berisi tentang ekspresi
pribadi dalam merespon lingkungannya. Benda yang digambarkam
merupakan reaksi emosional melalui perabaan dan penghayatannya di
luar pengamatan visual. Biasanya benda yang dianggap penting
digambarkan lebih penting dibuat dengan ukuran lebih besar
dibandingkan dengan benda yang kurang penting.
Dalam gaya lukisan, gambar ekkspresi anak yang bertipe haptik
dapat disamakan dengan lukisan bergaya ekspresionisme. Lukisan
ekspresionisme adalah karya lukis yang memperlihatkan ungkapan
rasa secara spontan, dan sebagai pernyataan obyektif dari dalam diri
pelukisnya (inner states). Lukisan yang bersifat ekspresionistis
nampak berkesan sangat subyektif dari kebebasan pribadi masing-
masing pelukisnya.
Berdasarkan hasil penelitian yang Lowenfeld menunjukan
bahwa 47% bertipe visual, 23 % bertipe haptik, dan 30% tidak
teridentifikasi.
(http://www.manuals-search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, 2010)
2) Sifat Lukisan/Gambar Ekspresi Anak
Gambar ekspresi anak memiliki keunikan dibandingkan dengan
orang dewasa. Hal ini terjadi karena anak-anak masih memiliki keaslian
dalam tata ungkapan emosinya dalam bentuk gambar atau karya kemudian
47
Secara khusus, berikut ini disarikan berdasarkan pendapat Soesatyo (1994:
32 –33) bahwa sifat lukisan (gambar) anak-anak sebagai berikut:
(a) Ideographisme
Lukisan anak merupakan ekspresi berdasar pengertian dan logika
anak, contoh: anak melukis muka manusia dari samping, meskipun
dalam kenyataan penglihatan, matanya nampak sebuah saja, tetapi
berdasarkan pengertian anak bahwa manusia itu bermata dua, maka
dilukislah kedua mata itu disamping.
(b) Steorotif atau otomatisme.
Ciri gambar anak yang kedua adalah ditemukannya gejala umum
penggambaran bentuk benda secara berulang-ulang dengan ukuran yang
monoton. Gejala ini dinamakan stereotipe. Misalnya figure manusia
yang diulang dalam bentuk yang sama meski warnanya berbeda-beda.
Atau bunga-bunga yang sama diulang-ulang. Bahkan sampai pada tema
yang terus diulang-ulang.
(c) Gejala finalitas
Sungguh unik bila kita cermati dan amati gambar anak, anak
menggambarkan peristiwa yang mengandung unsur ruang dan waktu.
Biasanya anak melukiskan manusia atau mahluk lainnya dalam gerak.
Penggambaran suatu peristiwa yang sedang terjadi divisualisasikan
dengan membuat objek gambar yang diulang- ulang.
Namun tidak semua bagian atau anggota badan dilukis, hanya yang
perlu-perlu saja atau yang dirasakan penting dalam tema lukisan.
Misalnya ibu yang sedang menyapu, dilukis hanya satu tangan saja
48
yang memegang sapu itu, sedang tangan yang satu yang tidak berperan
tidak dilukis. Atau tangan yang lebih berperan dilukis lebih besar dan
lebih mendapat tekanan.
(d) Perebahan atau lipatan
Sifat ini merupakan peristiwa yang lucu namun logis buat anak-
anak. Disebut juga sifat tegak lurus atau sifat rabatemen. Benda apa
saja yang berdiri tegak pada suatu garis dasar akan dilukis tegak lurus
pada garis dasar tersebut meskipun garis dasar itu berbelok atau miring
arahnya. Akibatnya semua benda tampak rebah atau malah terjungkir.
(e) Transparan
Kebiasaan dan kecenderuangan anak menggambarkan hal-hal atau
peristiwa pada ciri ke tiga ini adalah penggambaran yang tembus
pandang. Sebagai contoh bila anak melihat kucing makan ikan,
kemudian kita suruh anak itu untuk menggambarkan kucing, maka anak
biasanya akan menggambar kucing dengan perut yang kelihatan ada
ikannya.
Pada usia tertentu kita dapat menjumpai lukisan anak dengan sifat
tembus pandang. Anak cenderung melukiskan semua yang ia pikirkan
dn ia mengerti meskipun ada beberapa benda objek yang berada di
dalam ruang atau tempat tertutup. Akibatnya adalah peristiwa tembus
pandang.
Satu nilai yang dapat kita tiru dari anak-anak dengan karakterisrik
gambar ini adalah kejujuran dan kepolosan jiwa anak. Tentunya hal ini
berbeda dengan orang dewasa yang penuh dengan kepura-puraan.
49
(f) Juxtaposisi.
Sifat Pemecahan masalah ruang (kedalaman jauh dekat) dalam
bidang datar, diatasi dengan dasar pemikiran praktis. Anak melukis
benda atau objek yang jauh di bagian atas kertas sedang yang dekat
dibagian bawah.
(g) Simetris (setangkep)
Dalam melukis suatu objek sering timbul gejala atau hasrat untuk
melukis hal-hal yang asimetris menjadi asimetris. Misalnya dua pohon
besar di kiri dan di kanan, dua buah gunung kembar dengan matahari di
tengah, setangkai bunga dengan daun kiri dan di kanan, dan sebagainya.
(h) Proporsi (perbandingan ukuran)
Anak-anak lebih mementingkan proporsi nilai dari pada fisik. Hal-
hal yang dianggap lebih penting dibuat lebih besar atau lebih jelas.
(i) Lukisan bersifat cerita (naratif)
Lukisan/gambar yang dibuat anak merupakan ungkapan perasaan
atau gejolak jiwa. Jadi lukisan adalah cerita anak, bukan sekedar
mencoret sebagai aktivitas motorik atau gerak anatomis saja. Maka
perlu ditanggapi secara wajar dan dalam sikap menerima serta
mengaharga. (http://webcache.googleusercontent.com, 2010)
D. Proses Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah
1. Tahapan Menggambar ekspresi
Setiap manusia memiliki berbagai reaksi manakala merespon sesuatu yang
dihadapinya. Sesuatu yang sudah menyita perhatian seseorang akan
memancing respon balik berupa tanggapan, seperti: merasakan kesedihan,
50
kegembiraan, keharuan, kebingungan. Respon balik yang terjadi dapat berupa
sikap fisik manusia sendiri yang tampak seperti: tertawa, marah, menangis,
mengacungkan jempol, tepuk tangan dan sebagainya. Bagi kelompok tertentu
respon balik ini bisa berbentuk ungkapan kreatif dalam bentuk karya seni
diantaranya lewat coretan garis atau menggambar. Gambar seperti ini disebut
gambar ekspresi. “Ekspresi dipergunakan untuk menyebutkan reaksi-reaksi
emosional yang langsung, namun bentuk-bentuk yang dicapai melalui aturan–
aturan yang ketat pun merupakan suatu cara berekspresi” (Herbert Read dalam
Soedarso SP, 2000:5)
“ Karya Ekspresionistik dalam seni merefleksi secara emosional terhadap
realitas tau kenyataan. Imej atau gambaran secara visual biasanya merupakan
rekaman simbolik dari perasaan sang artis atau seniman berupaya menyatakan
secara langsung dan penuh makna. Terkadang schok, sentimental atau
romantik adalah gaya mengekspresikan realitas perasaan pribadi kita tentang
alam dan kondisi manusia.” (Laura Chapman, 1978: 41)
2. Menggambar Ekspresi Siswa kelas Rendah
Kegiatan menggambar ekspresif lebih mengutamakan pengungkapan
emosi yang dicurahkan dalam bentuk karya gambar. Dalam karya gambar
ekspresif mengabaikan kemiripan akan objek yang digambar, tetapi lebih
mengutamakan perasaan, keinginan pribadi penggambar yang bukan mustahil
menghasilkan gambar yang kreatif sesuai dengan keinginannya. Dalam
berkarya seniman atau penggambar (termasuk anak) tidak dibatasi oleh suatu
teknis yang baku. Yang jelas karya ekspresi akan mewakili perasaan seniman
atau anak untuk menanggapi sesuatu sesuai keinginan pribadinya.
51
Anak kelas rendah cenderung lebih menyukai gambar ekspresif. Mereka
menggambar dengan tidak menghiraukan kemiripan, harmoni, proporsi dan
sebagainya. Cenderung dalam gambar terjadi distorsi, perubahan, pewarnaan
yang bebas, penggubahan bentuk yang tidak menjadi penghambat dalam
berkarya. Terlebih jika diamati dari sudut pandang lain, justru menjadi ciri
yang menarik dari gambar anak. Mereka melepaskan diri dari unsur kasat mata,
mereka bebas berkarya.
(http://html-pdf-convert.com)
E. Menggambar Ekspresi Dalam Kurikulum KTSP Sekolah Dasar
Dengan adanya pendidikan seni di Sekolah Dasar anak dapat
mengembangkan keterampilan berkarya serta cita rasa keindahan dan
kemampuan menghargai seni. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Masuk kedalam kelompok mata pelajaran Estetika cakupannya
Dimaksudkan untuk meningkatkan sensitivitas, kemampuan mengekpresikan,
dan kemampuan mengapresiasikan keindahan dan harmoni. Kemampuan
mengapresiasi dan mengekpresikan keindahan serta harmoni mencakup
apresiasi dan ekspresi, baik dalam kehidupan individual sehingga mampu
menikmati dan mensyukuri hidup maupun dalam kehidupan mesyarakat
sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis. Kemudian dalam
Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran (SK-KMP ) mengarahkan
kemampuan untuk melakukan kegiatan seni dan budaya lokal.
Mata pelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1 Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan ketrampilan.
52
2 Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan
ketrampilan.
3 Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan ketrampilan.
4 Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan ketrampilan
dalam tingkat lokal, regional, maupun global.
Ruang Lingkup Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1 Seni rupa, mencakup pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam
menghasilkan karya seni berupa lukisan, patung, ukiran, cetak-
mencetak, dan sebagainya
2 Seni musik, mencakup kemampuan untuk menguasai olah vokal,
memainkan alat musik, apresiasi karya musik
3 Seni tari, mencakup keterampilan gerak berdasarkan olah tubuh
dengan dan tanpa rangsangan bunyi, apresiasi terhadap gerak tari
4 Seni drama, mencakup keterampilan pementasan dengan
memadukan seni musik, seni tari dan peran
5 Keterampilan, mencakup segala aspek kecakapan hidup (life skills )
yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial,
keterampilan vokasional dan keterampilan akademik.
(http://www.scribd.com)
Pendidikan seni merupakan sarana untuk pengembangan kreativitas
anak. Tujuan pendidikan seni bukan untuk membina anak-anak menjadi
53
seniman, melainkan untuk mendidik anak menjadi kreatif. Dengan demikian
dapat dikatakan seni dapat digunakan sebagai alat pendidikan.
Salah satu pembelajaran Seni Rupa adalah mengembangkan
keterampilan menggambar, pembelajaran ini lebih diwarnai oleh latihan
berolah seni rupa baik dalam bentuk latihan dasar (pengenalan alat, bahan
teknik) maupun latihan penciptaan karya. Salah satu materi pelajaran yang
diberikan adalah menggambar ekspresi. Tujuan pengajaran menggambar
Ekspresi di sekolah adalah untuk menjadikan anak melatih koordinasi mata dan
tangan. (http://denijusmani.blogspot.com)
F. Faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Seni Rupa di Sekolah
Dasar
Dalam proses pendidikan seni terdapat faktor-faktor yang menjadi
penentu, faktor-faktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat yang
berupa faktor pendukung dan faktor penghambat.
1. Faktor Pendukung
Dalam suatu proses pendidikan seni tidak akan terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang
mendukung kegiatan pendidikan seni meliputi : faktor pelatih/pengajar, faktor
siswa, faktor materi, faktor lingkungan/suasana, dan faktor budaya.
a. Faktor Guru / Pengajar
Guru (pengajar) adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan
belajar mengajar menjadi efektif (Suprihadi, dkk, 2000:9). Tugas pokok
guru/pengajar yang paling penting adalah sebagai perancang (designer),
pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Adapun kriteria yang harus
54
dimiliki oleh seorang pengajar agar proses pembelajaran berlangsung dengan
efektif dapat ditentukan melalui: 1) pendidikan pengajar, 2) pengalaman
mengajar, 3) penguasaan terhadap materi pengajaran, 4) pendekatan/cara
pengajaran, 5) cara memilih media dan penguasaannya, 6) dapat menjalin
hubungan yang baik dengan siswa, 7) kepribadian pengajar.
b. Faktor siswa
Dalam proses pembelajaran siswa adalah seorang yang bertidak sebagai
pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan (Suprihadi, dkk, 2000:9). Setiap siswa mempunyai keragaman dalam hal
kecakapan maupun kepribadian. Kemampuan potensial yang memungkinkan
untuk dikembangkan seperti bakat dan kecerdasan, maupun kemampuan yang
dapat dilihat dari hasil belajar. Faktor-faktor yang terdapat dalam diri siswa
sehingga dapat menunjang proses pembelajaran siswa meliputi: 1) bakat dan
minat, 2) ketekunan dan keuletan dalam belajar, 3) penguasaan terhadap materi
pembelajaran, 4) prestasi belajar. Sedangkan faktor yang perlu diketahui oleh
pengajar dalam diri siswa berupa permasalahan yang sedang dihadapi siswa
karena bisa saja menjadi penghambat dalam proses pembelajaran.
c. Faktor materi
Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,
prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk,
2000:9). Materi yang akan diberikan kepada siswa hendaknya: 1) menunjang
tujuan pembalajaran, 2) sesuai kemampuan siswa, 3) sesuai dengan usia siswa,
4) menarik perhatian dan merangsang perkembangan pengatahuan siswa.
55
d. Faktor lingkungan/ suasana
Lingkungan yang bersih, aman dan nyaman merupakan unsur yang dapat
menunjang aktivitas belajar siswa. Karena kondisi yang seperti ini dapat
mempengaruhi psikologi anak dalam belajar sehingga anak menjadi tenang dan
bersemangat. Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa
sesuai dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga
ditambahkan unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena
dengan tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin
memudahkan kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik
dan non fisik yang meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar
tempat belajar.
2. Faktor Penghambat
Dalam suatu kegiatan apresiasi seni tidak akan terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang
menghambat kegiatan apresiasi seni meliputi : faktor guru/pengajar, dan faktor
siswa.
a. Faktor Guru / pengajar
Guru / pengajar merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran
karena perannya sebagai informator yang menjadi pusat dari kelangsungan
proses pembelajaran tersebut. Segala hal yang berhubungan dengan
guru/pengajar dalam keberhasilan proses pembelajaran semua itu ditentukan
oleh pendidikan guru/pengajar, kepribadian yang dimiliki dan pengalaman
dalam mengajar. Hal-hal tersebut diatas sedikit banyak dapat mempengaruhi
kegiatan apresiasi seni, karena dari pengalaman yang dimiliki oleh
56
guru/pengajar akan memudahkan kemampuannya dalam mengajar. Karena
dalam hal ini diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengajar seorang
guru/pengajar.
Yang menjadi faktor penghambat kegiatan apresiasi seni adalah
kemampuan mengajar yang dimiliki seorang guru/pengajar dalam kegiatan
apresiasi seni berdasarkan pendidikannya. Hal-hal yang menjadi faktor
penghambat berkaitan dengan kepribadian guru/pengajar adalah keterbukaan
secara psikologis yang merupakan dasar kompetensi profesional yang harus
dimiliki oleh seorang guru/pengajar.
b. Faktor siswa
Siswa merupakan subjek belajar yang memiliki dua karakteristik yang
perlu diperhatikan pada kegiatan apresiasi seni. Dua karakteristik tersebut terdiri
dari karakteristik umum yang meliputi usia siswa, dan karakteristik khusus yaitu
gaya belajar siswa, kecerdasan majemuk, kesulitan belajar, dan hambatan dalam
kelainan fisik. Secara garis besar faktor yang menghambat kegiatan apresiasi
seni siswa terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal (Rosjidan, dkk ,
2003:9),. Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri siswa, sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa itu sendiri. Kedua
faktor ini dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan dicapai oleh siswa.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam diri siswa
yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis. Yang termasuk ke dalam
faktor-faktor fisiologis salah satunya adalah pendengaran. Semakin
meningkatnya usia seseorang, kemampuan mendengarnya semakin
57
berkurang. Hal ini berkaitan dengan kemampuan menangkap nada suara
dimana seseorang dapat membedakan nada suara rendah dan tinggi. Oleh
karena itu dalam pembelajaran suara guru perlu diatur kecepatannya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa
yang meliputi lingkungan belajar dan sistem instruksional. Lingkungan
belajar terdiri dari lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar sekolah (
rumah serta masyarakat ).
c. Faktor Materi
Secara garis besar tujuan pembelajaran seni tari untuk anak-anak dapat
dibagi menjadi tujuan umum dan khusus. Dari tujuan tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan dari mempelajari gerak tari bukan merupakan prioritas utama.
Materi pelajaran yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran (Suprihadi, dkk,
2000:9). Namun yang lebih penting adalah aspek di balik pembelajaran tersebut
karena berkaitan dengan masalah budi pekerti dan perilaku anak. Untuk itu anak
tidak boleh dipaksakan menerima materi yang tidak sesuai dengan tingkatan
usianya. Hal ini akan berdampak negatif bagi perkembangan psikologis anak
selanjutnya, seperti pendapat Murgiyanto (1993: 22).
d. Faktor Lingkungan/Suasana
Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai
dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan
unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan
58
tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan
kegiatan belajar. Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) dalam Moleong (1990:3) menjelaskan
bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.
Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan uraian yang mendalam
tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu individu,
kelompok, masyarakat, atau organisasi tertentu dalam suatu setting konteks tertentu
yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistik.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang sifatnya
umum terhadap kenyataan sosial dari perspektif partisipan. Pemahaman tersebut
tidak ditentukan terlebih dahulu, tetapi didapat setelah melakukan analisis terhadap
kenyataan sosial yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan analisis tersebut
kemudian ditarik kesimpulan berupa pemahaman umum yang sifatnya abstrak
tentang kenyataan-kenyataan dalam penelitian.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode
yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata
sekarang (sementara berlangsung). Travers (1978) dalam Alimuddin (1993:71)
menyatakan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan
memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. 59
60 B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi
adalah untuk menjaring dan mengumpulkan data penelitian yang berhubungan
dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah dalam
pendidikan seni rupa serta hasil pembelajaran menggambar ekspresi dan faktor
pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi yang
didapatkan oleh peneliti dengan melakukan observasi dan wawancara dengan
pengajar, serta siswa di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Siswa-siswi kelas rendah Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi
Alasan peneliti mengambil subjek dari siswa-siswi kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi adalah bahwa siswa kelas ini sudah
mengalami penerapan sistem pembelajaran Seni Budaya dan Ketrampilan di
sekolah tersebut. Dan juga dengan asumsi bahwa kelas tersebut merupakan kelas
yang sedang memperoleh materi proses pembelajaran menggambar ekspresi lebih
banyak
b. Guru Seni Budaya dan Ketrampilan Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan
Wlingi.
c. Kepala Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi.
.Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran menggambar ekspresi dan
faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi di
Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi.
61 D. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil
Kecamatan Wlingi. Alasan dipilihnya lokasi tersebut berdasarkan pertimbangan
observasi awal yang menunjukkan bahwa SD tersebut merupakan salah satu Sekolah
Dasar yang termasuk mempunyai kualitas outpout yang baik dibandingkan dengan
sekolah lainnya di tingkat kecamatan sehingga sekolah ini dapat digunakan sebagai
acuan bagi sekolah lain (Hasil survey Dinas Pendidikan: 2008).
E. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana
data dapat diperoleh (Arikunto, 1997:107). Data yang terkumpul dari lapangan
diseleksi dan diklasifikasikan menurut kelompoknya, disusun kemudian dianalisis
secara deskriptif perkelompok. Dari analisis tersebut kemudian disimpulkan. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber pada pengajar, karya yang
diobservasi, serta siswa yang mengikuti proses pembelajaran menggambar ekspresi
di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil. Sedangkan data yang digunakan sebagai
pendukung digunakan informasi, dokumentasi atau buku-buku yang menjadi acuan
mengenai topik yang akan dibahas.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat Bantu yang digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan data agar diperoleh data yang akurat.
Berdasarkan sumber data yang ada dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa
angket (kuesioner), pedoman wawancara, dan lembar observasi.
62 1. Angket atau kuesioner
Kuesioner merupakan instrumen penelitian yang berisi seperangkat
pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
2006:158). Peneliti menggunakan instrumen ini karena dianggap efisien tentang
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.
Menurut Arikunto (1997:128), jika dipandang dari cara menjawab, maka angket
(kuesioner) dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
• Kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk
menjawab dengan kalimatnya sendiri.
• Kuesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden
tinggal memilih.
Sedangkan jika dilihat dari jawaban yang diberikan, kuesioner juga dibagi
menjadi dua, yaitu:
• Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya sendiri.
• Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
Berdasarkan dua klasifikasi tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan
kuesioner yang sifatnya tertutup serta kuesioner langsung. Artinya peneliti sudah
menyediakan jawaban dalam kuesioner, dan responden akan menjawab tentang
dirinya sendiri dan orang lain. Angket yang digunakan oleh peneliti diberikan kepada
guru dan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Angket yang diberikan kepada
guru bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kesiapan guru Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dalam menyiapkan materi beserta tingkat
penguasaannya dalam pembelajaran. Sedangkan angket yang diberikan kepada siswa
63 Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas rendah bertujuan untuk
mengetahui kaitan antara guru dengan pembelajaran dan dari aspek siswa sendiri
berkaitan dengan pembelajaran yang sedang dilakukannya.
2. Pedoman wawancara
Wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data
melalui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dan responden.
Pedoman wawancara yang digunakan oleh peneliti berupa format isian yang memuat
topik wawancara dan catatan hasil wawancara yang didalamnya terdapat poin
pertanyaan dan jawaban sebagai hasil penelitian. Pedoman wawancara pada
penelitian ini terdiri dari satu fomat, yaitu format pedoman wawancara terstruktur.
Format pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran penelitian.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.Wawancara
terstruktur didefinisikan sebagai banyaknya arahan dan pembatasan yang ditentukan
oleh situasi wawancara (Borg,1963) dalam Alimuddin (1993:205). Yang dilakukan
oleh peneliti dalam wawancara terstruktur adalah mengadakan wawancara dengan
guru seni budaya dan ketrampilan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 untuk
mengetahui tentang proses pembelajaran menggambar ekspresi serta faktor
pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, maka di dalam
penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data
diantaranya adalah dengan:
64
• Alat tulis, digunakan untuk mencatat segala informasi yang masuk dari
narasumber berupa data lisan.
• Kamera, digunakan untuk mengumpulkan data yang berbentuk gambar.
3. Lembar observasi
Lembar observasi merupakan format atau blangko pengamatan yang disusun
berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi
(Arikunto, 1997: 234). Pedoman pengisian perlu disusun untuk memperjelas
pengamatan di lapangan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data proses berkarya menggambar ekspresi di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01, digunakan teknik observasi, wawancara, dan pengumpulan
data dokumentasi yang diuraikan sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Hal-hal yang akan diobservasi dalam penelitian ini adalah (1) Proses
pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar NegeriTangkil 01 Kecamatan
Wlingi, (2) Guru Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dan siswa
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas rendah yaitu 1, 2, dan 3
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
Observasi guru dan murid lebih berkaitan dengan peranan yang telah
dilakukan selama proses belajar mengajar, serta jumlah guru siswa, serta keadaan
siswa. Dengan teknik observasi, terdapat kemungkinan untuk mencatat hal perilaku
dan masalah-masalah lain yang terkait, sewaktu kejadian atau kegiatan tersebut
berlangsung. Dengan demikian data yang langsung mengenai kegiatan perilaku
obyek dapat dicatat dengan segera.
65 2. Metode Wawancara
Dengan wawancara ini peneliti berusaha untuk memperoleh data atau
keterangan guna menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Dengan wawancara,
peneliti dapat mengajukan pertanyaan apa saja kepada informan yang berhubungan
dengan proses pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil
01 Kecamatan Wlingi sesuai dengan tujuan peneliti atau permasalahan yang diteliti.
Dalam kaitan ini peneliti mengadakan wawancara dengan beberapa informan, secara
rinci akan dikemukakan sebagai berikut :
a. Bapak S Ami Priyono, S.Pd. selaku kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi, Untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dari tahun ke tahun,
terutama yang berhubungan dengan keadaan murid dan guru serta
perkembangan fisik bangunan sekolah.
b. Bapak Nanang Nurvianto, S. Pd selaku guru seni budaya dan ketrampilan kelas
rendah yaitu kelas 1, 2, dan 3 SD Sekolah dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi. Untuk memperoleh informasi mengenai proses belajar mengajar
khususnya pembelajaran menggambar ekspresi.
3. Metode Dokumentasi
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi diarahkan untuk mendapatkan data
skunder yang berkaitan dengan penelitian ini seperti gambaran umum lokasi
penelitian, kondisi fisik bangunan, sarana/prasarana, media pendidikan dan kegiatan
rutin sekolah. Sumber data yang dimaksud adalah papan akademik sekolah dan buku
kalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif di sekolah tahun pelajaran
2009/2010.
66
Teknik dokumentasi ini dilakukan dalam kepentingan sebagai data
pembanding atau pendukung terhadap data secara keseluruhan dalam rangka
menghasilkan kesimpulan yang benar. Sedangkan data-data pembelajaran apresiasi
seni rupa terutama saat proses kegiatannya didokumentasikan lewat foto
dokumentasi sehingga akan dapat diamati secara berkelanjutan untuk mendukung
sebuah kesimpulan nantinya.
H. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu
data yang terkumpul dideskripsikan. Secara rinci langkah-langkah analisis data
penelitian sebagai berikut, pertama adalah persiapan penelitian, meliputi: (a)
pengumpulan data, (b) pengorganisasian dan pengelompokan data yang dikumpulkan
sesuai dengan sifat kategori yang ada. Kedua adalah analisis data yang dilakukan
melalui empat tahap, yakni (a) reduksi data, (b) sajian data, (c) penarikan kesimpulan
atau verifikasi (Moleong, 2000)
1. Tahap Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi (dari data kasar) yang ada dalam catatan lapangan. Proses ini berlangsung
terus sepanjang pelaksanaan penelitian, yang bahkan dimulai sebelum proses
pengumpulan data. Reduksi data sesungguhnya, sudah dimulai sejak peneliti
mengambil keputusan (walaupun masih berupa dugaan) berkenaan dengan kerangka
kerja konseptual, kasus, pertanyaan yang diajukan, dan cara pengumpulan data yang
digunakan. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data juga mulai
dilaksanakan berupa membuat singkatan, pembuatan kode, memusatkan tema,
membuat batas-batas persoalan, dan menulis memo.
67 2. Tahap Penyajian Data
Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan
dapat ditarik. Dengan melihat suatu sajian data penganalisis akan memahami apa
yang terjadi, serta memberikan peluang bagi penganalisis untuk mengerjakan sesuatu
pada analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Guna memberikan
gambaran yang jelas dalam sajian data, perlu dipertimbangkan efisiensi dan
efektivitas dari satuan sajian informasi yang akan disampaikan. Kalimat-kalimat
yang panjang dalam catatan lapangan yang mungkin berlimpah-limpah jumlahnya
perlu disajikan dalam suatu sajian yang baik dan jelas sistematikanya.
3. Tahap Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi dilakukan sejak awal artinya pada saat
pertama kali peneliti mengumpulkan data yang berkaitan dengan proses
pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi secara bertahap peneliti sudah mencari makna dari data yang dikumpulkan
dengan cara melakukan keteraturan, pola, pernyataan dari berbagai konfigurasi yang
mungkin, arah hubungan, dan proposisi. Simpulan akhir dalam proses analisis
kualitatif akan ditarik setelah proses pengumpulan data berakhir. Simpulan yang
ditarik kemudian diverifikasi dengan cara melihat dan menyederhanakan kembali,
sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan agar memperoleh pemahaman
yang lebih tepat. Hal ini dilakukan untuk menguji validitasnya agar kesimpulan
menjadi kokoh.
Model analisis yang dilakukan adalah analisis interaktif. Artinya, tiga kompenen
analisis, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan atau verifikasi penelitian
dilakukan secara simultan sejak proses pengumpulan data (Miles dan Huberman,
68 1988). Ketika pengumpulan data sudah berakhir, kemudian dilanjutkan hingga proses
penulisan laporan penelitian berakhir.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memperoleh data yang valid dari hasil penelitian ini peneliti
melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara yaitu teknik yang didasarkan
oleh pola pikir yang bersifat multiperspektif dimana untuk menarik simpulan
diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dalam teknik ini peneliti menggunakan
langkah-langkah, yaitu adalah: sumber data yang di peroleh memanfaatkan jenis
sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis serta metode yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik atau
metode yang berbeda (observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner).
Kemudian dengan menggunakan teknik Perpanjangan Kehadiran Peneliti
dengan tujuan agar kehadiran kembali peneliti di lapangan untuk memperoleh data
yang lebih akurat, peneliti memperpanjang kehadirannya di lapangan artinya peneliti
memperpanjang waktu pengumpulan data agar data yang dikumpulkan lebih akurat.
J. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian merupakan tahap dimana peneliti dapat memberikan
gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis
dan penafsiran data, sampai pada penulisan laporan (Moleong, 2000:85). Untuk
memperlancar jalannya penelitian ini maka peneliti menempuh tahap-tahap sebagai
berikut:
69
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan mencari informasi mengenai berbagai
hal yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara
melakukan studi literatur atau kepustakaan mengenai hal-hal yang akan diteliti.
2. Tahap Penyusunan Rancangan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap ini adalah
menyusun rancangan penelitian yang memuat latar belakang masalah dan alasan
pelaksanan penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengumpulan data,
dan rancangan pengecekan kebenaran data.
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini, peneliti harus mudah memahami situasi dan kondisi
lapangan (lokasi) penelitiannya. Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti
dapat menerapkan teknik pengamatan (observation), wawancara (interview),
dengan menggunakan alat bantu seperti tape recorder, foto, slide, dan sebagainya.
4. Tahap Penyelesaian
Penyusunan laporan merupakan tahapan akhir dari sebuah penelitian. Hal
ini dilakukan dengan menyusun hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian.
70
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Dalam bab ini akan disajikan data yang telah diperoleh peneliti selama
penelitian di lapangan berlangsung. Sebagaimana yang telah dibahas pada bab
sebelumnya yaitu pada bab III mengenai metode penelitian. Data yang diperoleh
peneliti berasal dari nara sumber (informan), dokumentasi, responden dan
beberapa data pendukung lainnya. Keseluruhan data-data tersebut kemudian
diringkas secara sederhana, diklasifikasikan dan direduksi berupa susunan dalam
bentuk yang teratur berdasarkan kategori-kategori yang telah ditentukan sehingga
mempermudah ke proses selanjutnya.
Dari hasil wawancara, dokumentasi dan pengamatan peneliti berdasarkan
permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah pada bab I, dapat diurutkan
hasil penelitian yang akan disajikan yaitu: 1) Proses pembelajaran menggambar
ekspresi siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi,
2) hasil dari proses pembelajaran menggambar ekspresi siswa kelas rendah
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, 3) Faktor apakah yang
menjadi pendukung dan penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi
siswa kelas rendah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi.
Untuk mendapatkan data, maka data-data yang diperoleh dari hasil
penelitian melalui tiga macam metode penelitian yaitu, metode wawancara,
metode observasi, dan metode dokumentasi akan digabungkan dengan data
pendukung yang diperoleh melalui penyebaran angket. Angket yang tersebar
71
berjumlah 95 angket dalam penelitian ini dibagikan pada kelas rendah
berdasarkan jumlah siswanya yaitu kelas satu 28 angket, kelas dua 34 angket, dan
kelas tiga 33 angket. Sedangkan angket yang diberikan pada guru seni budaya dan
ketrampilan berjumlah 1 buah. Dari total 96 angket yang telah disebarkan oleh
peneliti kepada siswa serta guru seni budaya dan ketrampilan di Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi , secara keseluruhan telah diisi dan
dikembalikan oleh responden kepada peneliti. Berdasarkan hasil angket tersebut
akan diklasifikasikan dan dikondisikan menurut jenis permasalahan yang diteliti
oleh peneliti, kemudian akan dilakukan interpretasi data sehingga dapat diperoleh
suatu kesimpulan.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi terletak di Desa
Tangkil Kecamatan Wlingi Kabupaten Blitar. Dari segi transportasi tidak ada
kesulitan karena letaknya sangat strategis dekat dengan kota Kecamatan Wlingi,
yaitu hanya± 500 meter dari Jalan Raya Wlingi - Blitar. Secara umum Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi berada di lingkungan pemukiman
penduduk Desa Tangkil serta tempatnya dekat areal persawahan. Sebagian besar
penduduk Desa Tangkil Kecamatan Wlingi merupakan keluarga yang mempunyai
tingkat penghasilan menengah, dan menengah bawah, hidup dari mata
pencaharian bertani. Selain bertani ada yang hidup berdagang, buruh, dan hanya
sebagian pegawai negeri. Kebanyakan penduduk Desa Tangkil hanya mengenyam
pendidikan sampai tingkat SD dan hanya sebagian kecil mengenyam pendidikan
sampai tingkat SMU/sederajat dan perguruan tinggi.Sebagian besar masyarakat
Desa Tangkil adalah pemeluk agama Islam. Selain agama Islam masyarakat Desa
72
Tangkil memeluk agama Kristen (Katolik,Prostestan) Hindu dan Budha namun
jumlahnya sangat kecil. Hubungan antar pemelukagama di Desa Tangkil sangat
harmonis.
Keadaan Fisik Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Lokasi Sekolah Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dari pusat
Kota Kabupaten Blitar dapat ditempuh selama 30 menit menggunakan
kendaraanroda empat dan sekitar 20 menit menggunakan kendaraan roda dua
dengan kecepatanrata-rata 60 km/jam. Di Desa Tangkil terdapat tiga sekolah dasar
negeri, yaitu Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Sekolah Dasar
Negeri 02 Tangkil Kecamatan Wlingi, dan Sekolah Dasar Negeri 03 Tangkil
Kecamatan Wlingi. Di antara bangunan tersebut, kondisi kualitas bangunan fisik
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi relatif lebih baik untuk
proses belajar mengajar, sehingga suasana belajar lebih menonjol dan lebih tertata
serta kondusif meskipun kondisinya tidak begitu optimal. Begitu juga dengan
lulusan (outpout) di antara sekolah tersebut, Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi yang terbaik. Kondisi fisik bangunan Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi merupakan sekolah yang tergolong sederhana.
Kondisi sekolah tersebut termasuk kategori baik. Terlihat pada sebagian kelas
lantainya keramik dan juga sebagian lainnya ubin semen biasa. Halaman sekolah
sudah tertata dengan baik adanya kehadiran taman serta tanaman dan juga
pohon – pohon membuat suasana sekolah menjadi lebih baik. Maka secara
keseluruhan masih terkesan tetap terawat secara baik.
73
1. Sarana Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi memiliki halaman
seluas 0.520 Ha yang berada di depan bangunan gedung sekolah. Berfungsi
sebagai sarana bermain, parkir kendaraan, dan sarana olah raga. Sarana olah
raga yang tersedia hanyalah sebuah lapangan sepak bola, bola voli, dan lompat
jauh. Sarana dan prasarana yang dimiliki Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Sarana Penunjang Pembelajaran Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
No. Kondisi Jumlah
1. Ruang Kepala Sekolah 1
2. Ruang Guru 1
3. Ruang Kelas 9
4. Ruang BP/UKS/Perpustakaan 1
5. Gudang 1
6. Kamar Mandi 3
7. Mushola 1
8. Ruang Penjaga 1
Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 KecamatanWlingi tahun 2010
74
2. Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran
Sebagai penunjang pembelajaran Seni Rupa pada kelas rendah (1,2,3),
sarana dan prasarana di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
antara lain terdiri:
Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana Penunjang Pembelajaran di Kelas Rendah (1, 2, 3)
No. Sarana dan Prasarana Penunjang KBM Seni Rupa di
Kelas Rendah (1, 2, 3)
Jumlah
1. Buku Melukis 95
2. Buku Mewarnai 95
3. Portovolio Tugas Seni Rupa 95
4. Meja Pajang Karya 3
5. Peralatan Mewarnai 3
6. Papan Pajang Karya 3
7. Papan tulis 3
8. Penggaris Panjang 3
Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi tahun 2010
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa sarana penunjang kegiatan
belajar mengajar di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi sudah
cukup untuk terselenggaranya tujuan pembelajaran Seni Rupa. Pemenuhan
sarana tersebut didukung dari siswa itu sendiri selain dari bantuan sekolah.
75
3. Kondisi Guru Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi
Guru pengajar Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi berjumlah 2 orang yang memiliki latar belakang pendidikan
yaitu sarjana pendidikan (S 1) Seni Rupa. Sedangkan Status kepegawaian yang
dimiliki oleh Guru Seni Rupa adalah GTT ( Guru Tidak Tetap ). Untuk
palajaran Seni Budaya dan Ketrampilan Khusus diajar oleh Guru Seni Rupa
dan bukan diajar oleh Guru Kelas, agar siswa dapat memiliki pengetahuan seni
yang luas dan lebih baik.
4. Kondisi Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi
Pada awal berdirinya, perkembangan jumlah siswa sekolah setiap tahun
untuk mendaftar mengalami kemajuan meskipun tidak signifikan. Akibatnya,
siswa yang tidak masuk kategori penyeleksian ditampung di sekolah lain.
Dengan demikian jumlah siswa tiap tahunnya tidak mengalami lonjakan yang
berarti bahkan masih dapat dikategorikan stabil. Untuk mengetahui lebih jelas
jumlah siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi dapat dilihat pada tabel 4.3:
76
Tabel 4.3 Jumlah Siswa Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, kelas 1,2,3
Murid
Kelas Banyaknya Kelas L P Jumlah
1. 1 17 11 28
2. 1 21 13 34
3. 1 16 17 33
Jumlah 3 54 41 95
Sumber: data Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi tahun 2010
B. Program Pendidikan Sekolah
Program pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan
wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang
semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan
desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang
kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal
35 tentang standar nasional pendidikan.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
77
proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
C. Kegiatan Pembelajaran Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
1. Program Pendidikan Sekolah
Program pendidikan Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
berdasarkan pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan
wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan yang
semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Penerapan
desentralisasi pengelolaan pendidikan adalah dengan diberikannya wewenang
kepada sekolah untuk menyusun kurikulum. Hal itu juga mengacu pada Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional serta Pasal
35 tentang standar nasional pendidikan.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang
beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian
tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi,
proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar
nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
78
Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
2. Pendidikan Seni Rupa Secara Umum di Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar ekspresi dalam
pendidikan seni rupa pada mata pelajaran seni budaya dan kerajinan sebagai salah
satu kegiatan kurikulum di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi,
penulis menetapkan 3 kelas dari 6 kelas. Kelas yang dipilih adalah kelas I, II dan
III dengan asumsi bahwa kelas tersebut merupakan kelas yang sedang
memperoleh materi proses pembelajaran menggambar ekspresi lebih banyak
dibandingkan kelas IV, V dan VI yang telah melewati proses pembelajaran
menggambar ekspresi karena harus lebih fokus ke matapelajaran pokok untuk
proses kelulusan. Asumsi lainnya, tidak mengambil kelas kelas IV, V, dan VI
hanya memperoleh jam pelajaran seni budaya dan ketrampilan sebagai
matapelajaran tambahan.
Satu semester waktu pelajaran seni budaya dan ketrampilan dipergunakan
untuk pendidikan seni rupa, seni musik, seni tari dan kerajinan secara
proporsional. Jam pelajaran untuk pendidikan seni rupa secara ideal mendapatkan
porsi 2 bulan karena 4 bulan sisanya dipergunakan untuk pendidikan seni musik
dan tari. Dari 2 bulan berarti matapelajaran pendidikan seni rupa hanya
mendapatkan jatah 8 minggu atau 8 kalipertemuan.
Dari delapan pertemuan ini, secara proporsional agar terjadi idealisasi
pembelajaran seni rupa harus dibagi menjadi tiga kegiatan yang mencakupi aspek,
psikomotorik, apesiatif, dan teori. Meskipun pembagian waktu jam pelajaran yang
79
tersedia ini tidak diatur secara khusus namun muatan ketiga aspek tersebut bisa
diklasifikasi dengan proporsi sebagai berikut: kegiatan teori : kegiatan apresiasi :
kegiatan berkarya = 2 : 1 : 3. Atas dasar itu, untuk mencapai idealisasi proses
pembelajaran menggambar ekspresi dalam pendidikan seni rupa, dari 8 pertemuan
muatan proses pembelajaran menggambar ekspresi seharusnya dilakukan paling
tidak minimal 2 kali pertemuan selama satu semester.
Namun dalam praktiknya, sesuai apa yang dikatakan guru seni budaya dan
ketrampilan dan Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
diperoleh informasi bahwa hampir sebagian besar pendidikan seni budaya dan
kerajinan didominasi oleh mata pelajaran menggambar atau pendidikan seni rupa.
Pendidikan seni musik yang dalam praktiknya seharusnya memperoleh proporsi
yang sama dengan pendidikan seni rupa hanya dilakukan dua atau tiga kali dalam
satu semester.
Hampir semua jam yang tersedia digunakan untuk menggambar saja dan
sangat jarang dilakukan kegiatan berkarya yang lebih variatif, misalnya
mematung, menganyam, menghias, membuat kerajinan dan lain-lain. Dalam
kurikulum KTSP telah disebutkan secara jelas mengenai pelajaran menggambar
atau berkarya, teori, dan apresiasi dalah berbeda jenisnya namun satu kesatuan
untuk memperoleh totalitas pencapaian standar kompetensi.
3. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh
pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi, tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling terkait
80
sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara keseluruhan dan
berurutan.
Secara lebih jelas, untuk mengetahui proses pembelajaran menggambar
ekspresi sebagai salah satu kegiatan dalam pendidikan seni rupa di Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi, akan diuraikan sesuai dengan komponen-
komponen atau rumusan-rumusan proses pembelajaran menggambar ekspresi
yang meliputi:
a.Persiapan
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti kepada
Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan, pada tahap persiapan pengajar
terlebih dahulu menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota, Promes,
Silabus dan RPP menggambar ekspresi yang dapat dilihat pada halaman
lampiran. Kemudian Menentukan Materi berdasarkan perangkat pembelajaran
yang akan diajarkan pada siswa . Guru juga menentukan metode, media dan
bentuk evaluasi yang akan digunakan. Tujuan dari tahap persiapan pembelajaran
ini adalah agar Guru mempunyai konsep sehingga siswa mengetahui tujuan dari
penyampaian materi yang akan disampaikan oleh Guru kepada siswa. Sebelum
proses pembelajaran berlangsung, Guru hendaknya memiliki pengetahuan
mengenai situasi umum yang akan dihadapi. Situasi umum ini menyangkut
tempat pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Persiapan selanjutnya yang perlu dilakukan oleh
Guru adalah memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan
dihadapi. Tahap persiapan yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya pada
81
pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat, bahan, dan
memberikan contoh karya gambar ekspresi.
Tabel 4.4 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran
No Objek pengamatan Ya Tidak
1 Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa
Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar
Ekspresi
V
2 Menentukan Materi berdasarkan perangkat
pembelajaran
V
b.Pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
dilakukan oleh peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi diperoleh data-data sebagai berikut:
1) Materi / Bahan Ajar
Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah
lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih
koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan
simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk
dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas
rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi
obyek manusia, binatang dan benda. Menggambar manusia binatang dan
benda di lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik
82
dimana bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik,
kreatif, spesifik dan bebas.
2) Metode Pembelajaran
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada Guru bidang
studi Seni Budaya dan Ketrampilan tentang metode yang digunakan dalam
pembelajaran pada kelas rendah adalah menggunakan metode demonstrasi
dan metode tanya-jawab. Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan
mencontohkan proses dalam menggambar dan memberikan contoh karya
gambar ekspresi yang akan diajarkan kepada siswa sesuai tema dan
tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa,
maka siswa dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan menanyakan
materi yang sudah diajarkan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap materi.
3) Media Pembelajaran
Dari keterangan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil
wawancara, pada proses pembelajaran menggambar ekspresi pada kelas
rendah menggunakan media berupa media desain dan model karya gambar
ekspresi. Media desain dalam menggambar ekspresi berupa menggmbar
ekspresi objek manusia, benda, dan binatang yang diwujudkan dalam
bentuk rancangan atau sketsa yang kemudian dilanjutkan dengan proses
pewarnaan. Pembuatan media desain tersebut merupakan proses kerja
dalam menggambar ekspresi. Media desain berupa contoh rancangan,
contoh motif atau corak sesuai jenis karya yang akan dipraktekan.
83
Jenis model karya dalam menggambar ekspresi bentuknya berupa
contoh-contoh karya atau model gambar ekspresi yang dibuat dengan
berbagai kreasi atau tema yang akan dipraktekkan. Jenis model karya
gambar ekspresi berupa model karya gambar yang dibuat diatas lembaran
kertas ukuran A4 atau A3 dengan media pensil 2B dan pensil warna,
crayon. Dalam penggunaannya ditampilkan di papan tulis atau papan
peragaan dalam bentuk pajangan.
4) Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan
pendekatan psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa
dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi.
5) Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah
adalah dengan:
a) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang dipelajari
b) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat
waktu
c) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana
dan prasarana penunjang proses pembelajaran
d) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
84
e) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum
menguasai materi
6) Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi
adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu
kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas
gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam bentuk
buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapun alat
yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan Pensil
Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan menggambar,
yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan kerasnya serta
ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada adalah gedung kelas
tempat berlangsungnya proses pembelajaran.
Tabel 4.5 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran
No Objek pengamatan Ya Tidak
1 Mengucapkan Salam V
2 Mengabsensi kehadiran siswa
3 Menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa
V
4 Melakukan pengulangan materi pada pertemuan sebelumnya
V
5 Dapat menggunakan media yang berupa sarana dan prasarana dengan baik
V
6 Melakukan Tanya-jawab materi yang diajarkan V
85
c. Evaluasi
Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil
(evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan
dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengadakan
evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri. Evaluasi
pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah
dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.
Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti dari pengajar tentang
evaluasi pembelajaran adalah evaluasi pembelajaran yang diberikan berupa tes
yaitu menggambar yang dilakukan sebanyak 1 kali pada satu semester.
Pengambilan nilai di lakukan secara personal atau satu orang siswa membuat
satu karya gambar ekspresi dengan aspek pertimbangan penilaian yang
dipergunakan berupa aspek ketepatan alat dan bahan, tema, tekhnik, komposisi
dan pewarnaan. Berdasarkan aspek pertimbangan tersebut maka penilaian
diambil berdasarkan segi hasil.
Pengukuran pada evaluasi ini menggunakan tes perbuatan pada prestasi
belajar siswa. Tes ini digunakan untuk mengukur seberapa hasil dari
pembelajaran siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar yang dirancang oleh
pengajar. Pengukuran dilakukan pada saat sebelum siswa mengikuti
pembelajaran dan setelahnya, dengan demikian akan diketahui perbedaan hasil
pengukurannya.
86
Tabel 4.6 Tabel Hasil Observasi Pada Tahap Persiapan Pambelajaran
No Objek pengamatan Ya Tidak
1 Membenahi karya siswa yang belum benar V
2 Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai materi
V
3 Mengevaluasi hasil menggambar ekspresi siswa V
D. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di
Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada Guru bidang studi Seni
Budaya dan Ketrampilan diperoleh data sebagai berikut dengan melihat hasil
karya siswa yang telah selesai dikerjakan serta kesesuaian dengan materi yang
telah guru berikan:
Tabel 4.7 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri 01 Tangkil Kecamatan Wlingi
No Aspek-aspek pembelajaran Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
1 Siswa dapat memahami penjelasan guru
tentang proses menggambar ekspresi 17 siswa 30 siswa 31 siswa
2 Siswa dapat menggambar reksprsi
sesuai dengan materi yang telah
diajarkan guru
20 siswa 26 siswa 28 siswa
3 Siswa dapat melakukan proses 10 siswa 20 siswa 23 siswa
87
menggambar ekspresi sesuai dengan
yang telah diharapkan guru
4 Siswa dapat mengetahui teknik dalam
proses menggambar eksprsi 4 siswa 5 siswa 5 siswa
5
Siswa dapat mengetahui alat dan bahan
dalam proses menggambar eksprsi
28 siswa
34 siswa
33 siswa
6 Siswa dapat menggambar ekspresi
sesuai dengan tema yang telah
ditentukan
8 siswa 11 siswa 14 siswa
7 Siswa dapat menentukan tema sendiri
diluar tema yang telah diberikan oleh
guru
6 siswa 12 siswa 17 siswa
8 Siswa dapat menggunakan media
dengan baik 10 siswa 9 siswa 15 siswa
9 Tujuan pembelajaran menggambar
ekspresi dapat dilakukan oleh siswa 20 siswa 29 siswa 31 siswa
88
10 Siswa yang berbakat dalam
menggambar lebih menonjol dari pada
siswa yang tidak berbakat dalam proses
menggambar ekspresi
2 siswa 2 siswa 8 siswa
Dari hasil angket yang diberikan kepada pelatih berdasarkan kelas
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada kelas 1 Siswa tidak dapat memahami
penjelasan guru tentang proses menggambar ekspresi , Siswa tidak dapat
melakukan proses menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan
guru, dan Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi
maupun menggunakan media dengan baik.
Pada kelas 2 siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, kecuali
Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi . sedangkan
pada siswa kelas 3 semua siswa dapat menggambar ekspresi dengan baik serta
memenuhi aspek-aspek pembelajaran.
E. Faktor – faktor Pendukung dan Penghambat Proses Pembelajaran
Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi
1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran
Dalam suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan. Adapun faktor-faktor yang
mendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi meliputi : faktor
89
guru/pengajar, faktor siswa, faktor materi, faktor lingkungan/ suasana.
Berdasarkan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa mengenai faktor-
faktor yang mendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi didapat hasil
sebagai berikut:
a Faktor Pelatih atau Pengajar
Dalam proses pembelajaran guru/pengajar adalah orang yang
memberikan materi pelajaran dan mentransferkan pengetahuan kepada siswa.
Dalam hal ini seorang guru/pengajar harus memiliki pengetahuan atau kecakapan
dan ketrampilan dalam mengajar. Berdasarkan hasil angket yang telah tersebar di
kelas 1,2,3 diperoleh data bahwa guru menyampaikan cakupan materi tentang
poses menggambar ekspresi, Guru menggunakan berbagai macam media
(contoh) dalam mengajarkan proses menggambar ekspresi, dan Guru
menerangkan proses menggambar ekspresi.
b. Faktor Siswa
Dalam proses pembelajaran siswa adalah seorang yang bertidak sebagai
pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran terdapat banyak faktor yang
menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa.
90
Tabel 4.8 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
No Aspek-aspek pertanyaan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
1 Saya dapat menangkap materi tentang proses
menggambar ekspresi yang diajarkan guru
19 siswa 28 siswa 31 siswa
2 Saya bisa menggambar ekspresi sesuai dengan
apa yang diajarkan oleh guru
10 siswa 14 siswa 18 siswa
3 Saya memiliki bakat menggambar 2 siswa 2 siswa 8 siswa
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket diatas antara lain: Siswa yang
dapat menangkap materi tentang proses menggambar ekspresi yang diajarkan guru
adalah 19 siswa (kelas 1), 28 siswa (kelas 2), 31 siswa (kelas 3). Siswa yang bisa
menggambar ekspresi sesuai dengan apa yang diajarkan oleh guru adalah 10
siswa (kelas 1), 14 siswa (kelas 2), 18 siswa (kelas 3). Dan Siswa yang memiliki
bakat menggambar adalah 2 siswa (kelas 1), 2 siswa (kelas 2), 8 siswa (kelas 3).
c. Faktor Materi atau Bahan Ajar
Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,
prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Materi yang akan
disampaikan oleh guru dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa dalam
pembelajaran. Berdasarkan hasil penyebaran angket kepada siswa di kelas 1,2,3
diperoleh keterangan sebagai berikut: Guru dapat menguasai materi tentang
91
gambar ekspresi, Guru juga dapat menentukan materi gambar ekspresi
berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.
Tabel 4.9 Angket tentang Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Kelas Rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
No Aspek-aspek pertanyaan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
1 Guru menguasai materi tentang gambar
ekspresi
Ya Ya Ya
2 Guru menentukan materi gambar ekspresi
berdasarkan pengetahuan siswa secara
umum
Ya Ya Ya
d. Faktor Lingkungan atau Suasana
Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang
meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar.
Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi
yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa
ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi, dan
suasana belajar. Lingkungan tempat belajar yang meliputi kondisi fisik dan non
fisik ini oleh peneliti didokumentasikan melalui foto-foto yang berupa ruangan
tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat
belajar, dan suasana belajar yang terjadi.
92
2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran
a. Faktor guru atau Pengajar
Dari hasil dokumentasi berupa data-data pelatih yang diperoleh peneliti
bahwa kemampuan mengajar yang dimiliki oleh guru dalam penguasaan materi
menggambar ekspresi rata-rata telah mencukupi ketentuan dalam pengajaran
sesuai kurikulum . Pendidikan yang dimiliki oleh guru juga akan menetukan
kualitas mengajarnya. Dari hasil dokumentasi berupa data-data yang diperoleh
peneliti bahwa pendidikan yang dimiliki oleh guru bidang studi seni budaya
adalah S-1. Pendidikan yang dimiliki oleh guru dalam penerapannya pada proses
pembelajaran dapat tercermin dalam hal mentransfer pengetahuan kepada siswa.
Karena dalam hal ini diperlukan pengetahuan dan ketrampilan mengajar
seorang pelatih. Dari keterangan yang diperoleh peneliti dari Kepala Sekolah,
bahwa guru bidang studi seni budaya yang sekarang termasuk guru yang masih
baru. Jadi kendala-kendala pada saat mengajar masih banyak dirasakan oleh
siswa. Disinilah faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran
menggambar ekspresi ditinjau dari faktor guru.
b. Faktor Siswa
faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran siswa, yaitu:
Faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian
,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses
pembelajaran. Dalam hal ini yang menjadi faktor penghambat pembelajaran siswa
adalah siswa yang tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi
pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat pembelajaran
93
berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses
pembelajaran.
c. Faktor Materi atau Bahan Ajar
Materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa di kelas
1,2,3 yang menjadi penghambat adalah Siswa tidak dapat memahami penjelasan
guru , melakukan proses menggambar ekspresi, memahami teknik serta
menggunakan media dengan baik . Sedangkan faktor penghambat pada Guru
mengenai materi tidak ada karenaguru menguasai materi gambar ekspresi
berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.
94
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV, maka dalam bab V ini akan di
bahas permasalahan berdasarkan hasil temuan penelitian yang akan dianalisis
berdasarkan teori-teori yang ada. Pembelajaran merupakan suatu perbuatan yang
kompleks dimana kegiatan pembelajaran melibatkan banyak komponen dan
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Oleh karena itu perencanaan maupun
pelaksanaannya membutuhkan pertimbangan- pertimbangan yang matang. Untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai perlu adanya pertimbangan mengenai
karakteristik siswa, fasilitas yang tersedia, komponen-komponen pembelajaran
yang meliputi strategi, media dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan. Di dalam
pelaksanaannya juga diperlukan adanya penyesuaian terhadap kegiatan dengan
perubahan-perubahan kondisi yang temporal. Hal ini sesuai dengan teori Ibrahim
dan Syaodih (1996 :3), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
A. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Dalam proses belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh
pengajar sebelum melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi, tahapan-tahapan pembelajaran tersebut saling terkait
sehingga dalam pelaksanaannya harus dilaksanakan secara keseluruhan dan
95
berurutan. Hal ini sesuai dengan teori Jacobsen, Egen, dan Kauchak (1989: 9-12)
dalam Suprihadi, dkk (2000:12-13), yang membagi proses pembelajaran menjadi
tiga tahap, yaitu: 1)Tahap persiapan, 2) Tahap pelaksanaan, dan 3) Tahap
evaluasi.
1. Persiapan
Persiapan pembelajaran meliputi tujuan yang akan dicapai, materi yang
sesuai dengan tujuan, interaksi pembelajaran yang sesuai tujuan,media dan
sumber belajar yang mendukung, materi bentuk dan teknik evaluasi untuk
mengukur pencapaian tujuan, serta alokasi waktu yang diperlukan. Dengan
melihat pada Prota, Promes, Silabus, dan RPP yang digunakan dalam proses
belajar mengajar seni rupa.
Pada tahap persiapan yang dilakukan oleh dalam menggambar ekspresi
adalah:
a. Guru terlebih dahulu Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Prota,
Promes, Silabus dan RPP Menggambar Ekspresi.
b. Menentukan Materi berdasarkan perangkat pembelajaran
c. Guru juga menentukan metode yang digunakan yaitu metode demonstrasi
yang berupa pemberian contoh model gambar dan proses kerja
menggambar ekspresi.
d. Guru Menentukan media berupa media desain dan model karya gambar
ekspresi.
e. Menentukan bentuk evaluasi yang akan digunakan berupa tes menggambar
ekspresi.
96
f. Tahap persiapan berikutnya yang dilakukan Guru sebelum proses berkarya
pada pembelajaran menggambar ekspresi adalah mempersiapkan alat,
bahan, dan teknik dalam menggambar ekspresi.
g. Guru hendaknya memiliki pengetahuan mengenai situasi umum dan
memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan siswa yang akan
dihadapi dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi.
2. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahapan penerapan dari tahap perencanaan yang
telah dibuat oleh guru. Secara operasional guru melaksanakan tahap-tahap
perencanaan yang meliputi:
a. Materi / Bahan Ajar
Materi pada proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah
lebih menekankan pada kemampuan agar menjadikan anak melatih
koordinasi mata dan tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan
simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah setempat untuk
dikomunikasikan secara visual. Materi menggambar Ekspresi pada kelas
rendah di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi
objek berdasarkan tema, yaitu ”penebangan liar” (kelas 3), ”bermain”
(kelas 2) dan ”gembira” (kelas 1).
Dalam penggarapan atau kegiatan menggambar ekspresi pertama-
tama bisa dibuat bentuk seketnya saja dan ada yang sekali jadi, itu
tergantung dari yang membuatannya. Sketsa adalah gambar yang belum
jadi atau gambaran yang sederhana. Dalam sketsa ini yang paling
dominan adalah garis. Menggambar manusia binatang dan benda di
97
lingkungan sekitar merupakan wujud ekspresi yang menarik dimana
bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki cirri yang unik, kreatif,
spesifik dan bebas.
Dalam hal ini gambar karya anak-anak bukanlah gambar orang
dewasa yang tampil dengan bentuk dan proporsi yang lengkap seperti
karya gambar yang dibuat oleh orang dewasa. Objek yang ditampilkan
dalam bentuk bagan sederhana namun dapat memberikan kesan figure
dari objek aslinya. Misalnya bagan kepala, badan, tangan, kaki, bagan
binatang, bentuk benda dan lainnya. Untuk gambar manusia sebagai
wujud ekspresi anak-anak antara lain menampilkan cirri bentuk kepala
hamper bulat, mata lebar, garis muka lengkung, bagian badan tangan atau
kaki digambarkan dalam bentuk-bentuk garis lurus atau garis lengkung
yang dibuat secara spontan dan bisa berulang ulang. Hal ini sesuai dengan
teori Sumanto (2008:18) bahwa pengembangan materi menggambar
siswa sekolah dasar berorientasi pada: pemberian unsur kreatif dalam
kegiatan seni rupa, memberikan dorongan untuk terampil kreatif sesuai
minat siswa, memberikan kesempatan dan kebebasan secara terarah untuk
mengemukakan pendapat, ide sesuai pengalamannya
b. Metode Pembelajaran
Metode yang digunakan dalam pembelajaran pada kelas rendah di
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah
menggunakan metode demonstrasi, ceramah, dan metode tanya-jawab.
Demonstrasi yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam
menggambar dan memberikan contoh karya gambar ekspresi yang akan
98
diajarkan kepada siswa sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada
materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa dapat menanyakannya
kepada Guru. Guru akan menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Hal ini sesuai
dengan teori Raka Joni (1980) dalam Suprihadi, dkk (2000:16), bahwa
metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis untuk
melakukan pembelajaran.
c. Media Pembelajaran
Dari keterangan yang diperoleh peneliti berdasarkan hasil
wawancara, pada proses pembelajaran menggambar ekspresi pada kelas
rendah menggunakan media berupa media desain dan model karya
gambar ekspresi. Media desain berupa contoh rancangan, contoh motif
atau corak sesuai jenis karya yang akan dipraktekan. Jenis model karya
gambar ekspresi berupa model karya gambar yang dibuat diatas lembaran
kertas ukuran A4 atau A3 dengan media pensil 2B dan pensil warna,
crayon. Dalam penggunaannya ditampilkan di papan tulis atau papan
peragaan dalam bentuk pajangan. Hal ini sependapat dengan Latuheru,
1988:11), media adalah semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, sehingga ide yang di
disampaikan bisa sampai pada penerima.
d. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan
pendekatan psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk
99
mengetahui sejauh mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa
dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi. Dalam pendekatan
pembelajaran yang menggunakan tujuan psikomotorik, yang dilakukan
oleh guru dalam proses pembelajaran menggambar ekspresi adalah:
1) Menganalisis ketrampilan yang dimiliki siswa untuk memastikan
kemampuan psikimotoriknya.
2) Memberikan bimbingan secara verbal agar siswa dapat
meningkatkan ketrampilan yang dimiliki.
3) Mendemonstrasikan materi menggambar ekspresi secara urut agar
siswa mudah dalam mengikutinya.
4) Membangkitkan minat (perhatian) dan kemajuan siswa dalam
berlatih apabila semangatnya menurun.
5) Mendorong siswa untuk terus berlatih dan mempertahankan
ketrampilan yang dimiliki agar dapat menguasai teknik-teknik
menggambar ekspresi yang diajarkan.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran
menggambar ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai juga
menggunakan ranah psikomotorik, hal ini berdasarkan taksonomi Bloom
dalam Rosjidan, dkk (2003:4), bahwa tujuan pembelajaran terdiri atas tiga
ranah (domain), yaitu: Ranah kognitif, Ranah afektif, dan Ranah
psikomotorik.
100
e. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan bagian dari keseluruhan
komponen pembelajaran, yang berhubungan dengan cara-cara yang
dipilih oleh pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran. Strategi
pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah dengan:
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang dipelajari
2) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat
waktu
3) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana
dan prasarana penunjang proses pembelajaran
4) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
5) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai
materi
Hal ini sependapat dengan Taba dalam Suprihadi, dkk
(2000:21)Strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih oleh guru
dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan atau
fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
f. Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dalam mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya proses pembelajaran.
101
Keberadaan sarana dan prasarana tidak kalah pentingnya dengan aspek-
aspek pembelajaran lainnya.
Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi
adalah bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu
kertas gambar, kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas
gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah dikemas dalam
bentuk buku gambar dengan ukuran A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapun
alat yang digunakan menggambar adalah Pensil Hitam, Penghapus, dan
Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa pensil yang bias digunakan
menggambar, yang masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan
kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan prasarana yang ada
adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran
3. Evaluasi
Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap penilaian hasil
(evaluasi) yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses pembelajaran itu sendiri.
Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil
yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.
Tujuan diadakannya evaluasi pada hasil pembelajaran menggambar
ekspresi siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah
untuk:
a. Mengetahui hasil belajar siswa
b. Mengetahui kesulitan belajar siswa
102
c. Mengetahui kemampuan belajar siswa
d. Mengetahui potensi yang dimiliki oleh siswa
Sedangkan fungsi evaluasi pada hasil pembelajaran menggambar
ekspresi siswa di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi adalah
untuk:
a. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar dalam memperbaiki
proses pembelajaran
b. Menentukan kemajuan hasil belajar
c. Mengenal latar belakang siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam
belajar
Hal ini sesuai pendapat Thoha (1996, tanpa halaman), bahwa evaluasi
merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur
untuk memperoleh suatu kesimpulan.
B. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Kelas Rendah di
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Berdasarkan hasil proses pembelajaran menggambar Ekspresi siswa kelas
rendah bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan, hasil karya siswa telah
memenuhi ketentuan-ketentuan berdasarkan alat, bahan, tema, tekhnik,
komposisi,dan warna (tipologi dalam menggambar ekspresi).
103
1. Gambar 5.1 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Satu
Karya gambar di atas ini merupakan karya yang dibuat oleh salah seorang
siswa kelas satu Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Karya yang dibuat dengan
menggunakan media kertas gambar dengan ukuran A4 ini mengunakan alat atau
media warna menggunakan jenis pewarna kering yakni Krayon atau Pastel. Secara
umum gambar yang dibuat terlihat seperti asal-asalan, mengingat goresan-goresan
yang ditorehkannya terlihat tidak begitu terartur atau terorganisir dengan baik,
bisa dikatakan bahwa gambar tersebut memiliki komposisi garis yang tidak
sempirna. Namun garis-garis yang dibentuk yaitu garis lurus, garis lengkung
sangat mencerminkan karakter gambar dan corak yang sesuai dengan usianya.
Kesan spontan dan ekspresif mengenai hal-hal yang ditemui dan dirasakan oleh
anak, dapat tergambar dengan baik sekalipun bentuk dan objek yang ia pilih untuk
memvisualkan gagasannya masih sangat terbatas dan tidak terlalu sempurna.
Pengetahuan yang terbatas akan bermacam-macam warna menjadikan dominasi
warna tube (warna primer dan sekunder yang ada pada paket box pewarna) yang
seringkali digunakan dalam memvisualkan objek-objek yang ia gambarkan. Pola-
104
pola gambar yang simetris seringkali menjadi pilihan utama dalam mewujudkan
objek dalam karya gambar mereka. Dan yang seringkali terlihat jelas untuk corak
gambar usia ini adalah terlihat jarang sekali mereka memainkan objek latar yang
berlebihan (background), dan seringkali mereka membiarkannya kosong.
2. Gambar 5.2 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Dua
Karya gambar diatas adalah karya yang dibuat oleh salah satu siswa kelas
2 Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01. Gambar diatas merupakan penggambaran dari
tema “Bermain “ yang diberikan oleh guru pembimbing. Masih juga
menggunakan media kertas gambar dengan ukuran A4 sperti pada karya gambar
siswa kelas satu, akan tetapi terdapat sedikit perbedaan yakni adanya percampuran
media warna yaitu Pensil dan Krayon pada media warna yang digunakan. Karya
gambar tersebut memiliki komposisi garis yang sudah cukup baik, terlihat dari
kontur dan juga arsiran penuh yang mendominasi pada setiap bagian yang dibatasi
oleh garis luar (outline) pada setiap bentuk dari objek yang terdapat pada gambar
di atas. Ekspresi wajah sudah mulai nampak jelas, meskipun proporsi masih
belum begitu sempurna. Pengelolaan gambar latar yang cukup berani sebagai
pendukung objek gambar utama dengan menggunakan warna-warna yang senada
semakin menjadikan suasana yang digambarkan terlihat ceria dan hidup,
105
disamping juga didukung penempatan objek utama yang terlihat close up, semakin
terkesan saling mendukung antara gambar latar dengan objek utamanya.
Kepolosan danspontanitas anak juga masih terlihat dari pemakain warna-warna
primer dengan menghadirkan kesan kontras, sekalipun tanpa kesengajaan.
3. Gambar 5.3 hasil karya menggambar ekspresi siswa kelas Tiga
Karya gambar di atas adalah hasil karya dari salah seorang siswa kelas 3
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 dengan tema “Penebangan Liar”. Meski sama-
sama menggunakan media pewarna kering Krayon atau Pastel seperti pada dua
karya sebelumnya, pada karya kali ini terlihat jelas perbedaan corak dan terhnik
yang digunakan dalam memvisualisasikan objek pada media gambar. Kesan
kedalaman sangat terlihat dari adanya gelap terang arsiran yang digunakan. Pada
karya gambar siswa kelas 3 ini, selain penyampaian komposisi objek yang sudah
mendekati kesan realis dan perspektif, juga menekankan rasa bahan yang baik.
Terlihat dari penggambaran objek kayu yang sudah nampak seperti seharusnya,
dengan penambahan kesan terkstur dengan memanfaatkan arsiran kasar dan juga
pengulang-ulangan garis yang disejajarkan. Dalam hal pewarnaan, pada karya
gambar kelas tiga ini sudah sangat jauh meninggalkan kesan warna primer yang
106
dominan, penggunaan warna harmonis menjadikan kesan tersendiri yakni seperti
adanya pembatasan penggunaan warna. Akan tetapi justru menambah kesan
penggambaran suatu kondisi atau keadaan dengan cukup matang. Hal itu bisa
terlihat juga dari ketiadaan ruang kosong atau warna dasar media gambar yang
tersisa sedikitpun.
Dari hasil angket yang diberikan kepada pelatih berdasarkan kelas
pembelajaran dapat disimpulkan bahwa pada kelas 1 Siswa tidak dapat memahami
penjelasan guru tentang proses menggambar ekspresi , Siswa tidak dapat
melakukan proses menggambar ekspresi sesuai dengan yang telah diharapkan
guru, dan Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi
maupun menggunakan media dengan baik.
Pada kelas 2 siswa sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, kecuali
Siswa tidak mengetahui teknik dalam proses menggambar eksprsi . sedangkan
pada siswa kelas 3 semua siswa dapat menggambar ekspresi dengan baik serta
memenuhi aspek-aspek pembelajaran.
Masa pertumbuhan anak menurut ahli psikologi dan pendidikan dapat
diidentifikasi dan diklarifikasikan berdasarkan karya seni rupa yang mereka buat.
Victor Lowenfel (1947-1957) pada anak usia 7-9 tahun adalah usia dimana
mereka berada pada posisi sebagai siswa yang duduk di bangku kelas rendah yaitu
kelas I, II, III. Yaitu dimana letak periodesasi seni mereka adalah pada tahap
setalah puas dengan ekperimen membuat bentuk, akhirnya anak mulai dapat
membentuk bagan lebih lengkap. Disebut bagan, jika anak membuat bentuk
dengan pengulangan tanpa ada keingingan mengubah. Jika anak mengubah
bentuk, itu disebabkan ada sesuatu yang sangat penting bagi mereka.
107
C. Faktor Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi di Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
1. Faktor -faktor yang Mendukung Pembelajaran
Dalam suatu proses pembelajaran tidak akan terlepas dari faktor-faktor
yang mempengaruhi untuk tercapainya tujuan, faktor tersebut dapat berupa
pendukung maupun penghambat pembelajaran (Rosjidan, dkk, 2003:9). Faktor-
faktor tersebut dapat menjadi pendukung atau penghambat yang berupa faktor
internal dan eksternal.
a. Faktor Pelatih atau Pengajar
Tugas pokok guru/pengajar yang paling penting adalah sebagai perancang
(designer), pelaksana (executor), dan penilai (evaluator). Di Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi Guru menyampaikan cakupan materi
tentang poses menggambar ekspresi di kelas 1,2,3, selain itu Guru juga
menggunakan berbagai macam media (contoh) dalam mengajarkan proses
menggambar ekspresi, dan Guru menerangkan proses menggambar ekspresi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Suprihadi, dkk (2000:9), Guru (pengajar) adalah
seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar menjadi
efektif.
b. Faktor Siswa
Dalam mencapai tujuan proses pembelajaran terdapat banyak faktor yang
menjadi pengaruh keberhasilan belajar siswa salah satunya adalah bakat dan
minat. Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada siswa
kelas 1,2,3 terdapat beberapa siswa yang memiliki bakat dan minat dalam
menggambar ekspresi. Hal ini sesuai pendapat Suprihadi, dkk, (2000:9), Siswa
108
adalah manusia yang mempunyai potensi untuk berkembang, mempunyai
kemampuan, kemauan, aktif, kreatif, dan dinamis dalam menghadapi
lingkungannya.
c. Faktor Materi atau Bahan Ajar
Materi atau bahan ajar merupakan segala informasi yang berupa fakta,
prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Suprihadi, dkk,
2000:9). Materi yang akan disampaikan oleh pengajar dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Materi yang diajarkan dalam
menggambar ekspresi dibagi berdasarkan kelas pembelajaran dan usia siswa.
Pada kelas rendah materi yang diberikan oleh pengajar kepada siswa
sudah memenuhi semua aspek pembelajaran, yaitu menunjang tujuan
pembelajaran, sesuai kemampuan siswa, sesuai usia siswa, menarik dan
merangsang perkembangan pengetahuan siswa.
d. Faktor Lingkungan atau Suasana
Lingkungan tempat belajar sebaiknya ditata sedemikian rupa sesuai
dengan kondisi fisik dan psikologi anak, didalamnya dapat juga ditambahkan
unsur-unsur benda sebagai penunjang proses pembelajaran. Karena dengan
tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana akan semakin memudahkan
kegiatan belajar.
Lingkungan tempat belajar meliputi kondisi fisik dan non fisik yang
meliputi keadaan, ruangan, tata ruang, dan situasi sekitar tempat belajar.
Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi
109
yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat pembelajaran siswa berupa
ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi pencahayaan, ventilasi,
dan suasana belajar. Lingkungan tempat belajar yang meliputi kondisi fisik dan
non fisik ini oleh peneliti didokumentasikan melalui foto-foto yang berupa
ruangan tempat pembelajaran, tata ruang, keadaan atau situasi yang ada disekitar
tempat belajar, dan suasana belajar yang terjadi.
2. Faktor-faktor yang Menghambat Pembelajaran
a. Faktor guru atau Pengajar
Yang menjadi faktor penghambat proses pembelajaran menggambar
ekspresi adalah kemampuan mengajar yang dimiliki seorang guru dalam proses
pembelajaran berdasarkan pendidikannya. Adapun kemampuan mengajar tersebut
berupa:
(1) Kemampuan dalam mempersiapkan pengajaran
(a) Kemampuan merencanakan proses pembelajaran
(b) Kemampuan mempersiapkan materi pengajaran
(c) Kemampuan merencanakan media dan sumber belajar
(d) Kemampuan merencanakan penilaian terhadap prestasi siswa
(2) Kemampuan dalam melaksanakan pengajaran
(a) Kemampuan menguasai materi yang telah direncanakan dan disesuaikan
(b) Kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran
(c) Kemampuan dalam menggunakan metode dan sumber belajar
(d) Kemampuan dalam melaksanakan penilaian terhadap hasil pembelajaran
110
b. Faktor Siswa
Faktor-faktor yang menjadi penghambat proses pembelajaran siswa, yaitu:
Faktor psikologis yang ada di dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian
,bakat dan minat, motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses
pembelajaran. Dalam hal ini yang menjadi faktor penghambat pembelajaran siswa
adalah siswa yang tidak mempunyai minat dan tidak berbakat dalam materi
pelajaran akan menurun prestasi belajarnya. Faktor penghambat pembelajaran
berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam menghadapi proses
pembelajaran. Hal ini sependapat dengan Rosjidan, dkk (2003:9), bahwa faktor-
faktor yang dapat menghambat pembelajaran yang dilakukan oleh siswa terdiri
dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.
c. Faktor Materi atau Bahan Ajar
Materi atau bahan ajar yang disampaikan oleh guru kepada siswa di kelas
1,2,3 yang menjadi penghambat adalah Siswa tidak dapat memahami penjelasan
guru , melakukan proses menggambar ekspresi, memahami teknik serta
menggunakan media dengan baik . Sedangkan faktor penghambat pada Guru
mengenai materi tidak ada karenaguru menguasai materi gambar ekspresi
berdasarkan pengetahuan siswa secara umum.
111
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan pada bab IV dan
pembahasan pada bab V, maka tahapan terakhir yang harus dilakukan peneliti
setelah selesai melakukan penelitiannya adalah tahapan penarikan kesimpulan dan
tahapan pemberian saran dari hasil penelitian. Dari hasil analisis data dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penelitian ini dapat
diketahui tentang:
1. Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Proses dalam pembelajaran menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 meliputi beberapa tahapan pengenalan yakni meliputi pengenalan
mengenai tema dalam sebuah gambar, tehnik dalam memvisualisasikan karya,
komposisi objek-objek dalam karya dan juga mengenai pewarnaan. Dalam proses
belajar-mengajar terdapat tahapan yang dilakukan oleh pengajar sebelum
melakukan pembelajaran. Tahapan tersebut meliputi persiapan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
a. Tahap Persiapan
Tahap ini merupakan kegiatan awal yang akan dilakukan oleh seorang
pengajar untuk mempersiapkan siswa dalam menerima materi. Tahap persiapan
diantaranya meliputi: mempersiapkan tujuan yang akan dicapai, mempersiapkan
materi yang sesuai dengan tujuan, menggunakan interaksi pembelajaran yang
112
sesuai tujuan, mempersiapkan media dan sumber belajar yang mendukung,
menentukan teknik evaluasi yang tepat untuk mengukur pencapaian tujuan,
menentukan alokasi waktu yang diperlukan.
Di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi perencanaan atau
konsep pembelajaran bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan dipersiapkan
oleh Guru berdasarkan perangkat pembelajaran yang berupa Prota, Promes,
Silabus dan RPP untuk menggambar ekspresi. Kemudian Guru menentukan
materi berdasarkan perangkat pembelajaran yang akan diajarkan pada siswa.
Guru juga menentukan metode, media dan bentuk evaluasi yang akan
digunakan. Tujuan dari tahap persiapan pembelajaran ini adalah agar Guru
mempunyai konsep sehingga siswa mengetahui tujuan dari penyampaian materi
yang akan disampaikan oleh Guru kepada siswa, serta siswa dapat memahami
informasi baru yang diberikan oleh Guru.
Sebelum proses pembelajaran berlangsung, Guru hendaknya memiliki
pengetahuan mengenai situasi umum yang akan dihadapi. Situasi umum ini
menyangkut tempat pembelajaran, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi. Persiapan selanjutnya yang perlu
dilakukan oleh Guru adalah memiliki gambaran yang jelas mengenai keadaan
siswa yang akan dihadapi. Tahap persiapan yang dilakukan Guru sebelum
proses berkarya pada pembelajaran menggambar ekspresi adalah
mempersiapkan alat, bahan, dan memberikan contoh karya gambar ekspresi.
113
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan didalamnya meliputi: penggunaan materi atau bahan
ajar, metode pembelajaran, media pembelajaran, pendekatan pembelajaran,
strategi pembelajaran, serta sarana dan prasarana pembelajaran. Materi yang
diajarkan di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi pada kelas
rendah meliputi obyek manusia, binatang dan benda. Materi yang akan
diberikan oleh Guru harus sesuai dengan karakteristik siswa, tujuan yang ingin
dicapai, cara/pendekatan yang akan digunakan, dan hambatan-hambatan pada
situasi pembelajaran.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelas rendah
adalah menggunakan metode demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi
yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses dalam menggambar dan
memberikan contoh karya gambar ekspresi kepada siswa sesuai tema dan
tekhnik yang digunakan. Jika ada materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka
siswa dapat menanyakannya kepada Guru.
Media yang digunakan berupa media desain dan model karya gambar
ekspresi. Media desain dalam menggambar ekspresi berupa menggmbar
ekspresi objek manusia, benda, dan binatang dalam bentuk rancangan atau
sketsa yang dilanjutkan dengan proses pewarnaan. Jenis model karya dalam
menggambar ekspresi bentuknya berupa contoh-contoh karya atau model
gambar ekspresi yang dibuat dengan berbagai kreasi atau tema.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran menggambar
ekspresi berdasarkan tujuan yang ingin dicapai berdasarkan pendekatan
114
psikomotorik. Pendekatan psikomotorik bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana penerimaan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran
menggambar ekspresi.
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada kelas rendah adalah
dengan:
1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang
dipelajari
2) Dengan strategi pembelajaran, materi akan selesai diajarkan tepat waktu
3) Memberikan kebebasan dalam penggunaan fasilitas berupa sarana dan
prasarana penunjang proses pembelajaran
4) Guru menentukan tema dalm proses menggambar ekspresi
5) Melakukan pendekatan khusus kepada siswa yang belum menguasai
materi
Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar ekspresi adalah
bahan atau bidang gambar yang digunakan menggambar yaitu kertas gambar,
kertas karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Sedangkan prasarana yang ada
adalah gedung kelas tempat berlangsungnya proses pembelajaran
c. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil yang telah dicapai
dalam program pembelajaran yang sudah berlangsung.
115
2. Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Dari beberapa tahapan proses pembelajaran menggambar ekspresi, telah
dicapai beberapa hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Seperti misalnya dari
beberapa karya siswa Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi kelas 1
sampai dengan kelas 3, dari beberapa tugas gambar bertema yang diberikan
pengajaar, sebagian besar siswa telah dapat menghasilkan karya dengan
menggambarka objek-objek yang sesuai dengan tema. Sedangkan pada tugas yang
bertema bebas para siswa juga sebagian besar mampu membuat gambar ekspresi
dengan tema pribadi atau bebas. Tehnik menggambar siswa juga sangat beragam,
tergantung dari jenjang kelas serta usia mereka, semakin tinggi kelasnya semakin
baik pula visualisasi dari objek yang mereka gambarkan.
3. Faktor-faktor Pendukung Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Faktor-faktor pendukung proses pembelajaran menggambar ekspresi
meliputi: faktor Guru/pengajar, faktor siswa, faktor materi, dan faktor lingkungan/
suasana. Dalam proses pembelajaran Guru/pengajar adalah orang yang
memberikan materi pelajaran dan mentransferkan pengetahuan kepada siswa.
Dalam hal ini seorang Guru harus memiliki pengetahuan atau kecakapan dan
ketrampilan dalam mengajar. Sedangkan siswa adalah seorang yang bertidak
sebagai pencari, penerima, dan penyimpan materi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan. Materi yang akan disampaikan oleh guru dapat mempengaruhi
tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Guru di Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi dapat menguasai materi tentang gambar ekspresi,
Guru juga dapat menentukan materi gambar ekspresi berdasarkan pengetahuan
siswa secara umum. Lingkungan fisik yang terdapat di Sekolah Dasar Negeri
116
Tangkil 01 Kecamatan Wlingi meliputi ruangan tempat pembelajaran, tata ruang,
keadaan atau situasi yang ada disekitar tempat belajar. Ruangan tempat
pembelajaran siswa berupa ruang kelas, sedangkan lingkungan non fisik meliputi
pencahayaan, ventilasi, dan suasana belajar.
4. Faktor-faktor Penghambat Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi
Faktor-faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi
meliputi: faktor Guru/pengajar, faktor siswa, dan faktor materi. Yang menjadi
faktor penghambat proses pembelajaran menggambar ekspresi ditinjau dari faktor
guru adalah bahwa guru bidang studi seni budaya yang sekarang termasuk guru
yang masih baru. Jadi kendala-kendala pada saat mengajar masih banyak
dirasakan oleh siswa. Sedangkan dari siswa, yaitu: faktor psikologis yang ada di
dalam diri siswa meliputi intelegensi, perhatian ,bakat dan minat, motivasi serta
kesiapan siswa dalam menghadapi proses pembelajaran, tidak mempunyai minat
dan tidak berbakat dalam materi pelajaran akan menurun prestasi belajarnya.
Faktor penghambat berikutnya adalah motivasi serta kesiapan siswa dalam
menghadapi proses pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan beberapa hasil analisis yang telah dijalankan beserta
kesimpulan yang berhasil diperoleh oleh peneliti, berikut ini merupakan saran-
saran yang diberikan oleh peneliti untuk meningkatkan proses pembelajaran
menggambar ekspresi di Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi,
antara lain:
117
1. Bagi Guru/pengajar
Guru /pengajar hendaknya mengembangkan media dan pendekatan
pembelajaran kepada siswa sehingga diharapkan dapat lebih meningkatkan
motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Bagi siswa a. Siswa diharapkan dapat meningkatkan minatnya terhadap proses
pembelajaran menggambar ekspresi
b. Siswa hendaknya dapat menjadikan minat mereka terhadap proses
pembelajaran menggambar ekspresi sebagai modal untuk menumbuhkan
motivasi dalam diri pribadi dalam meningkatkan prestasi di bidangnya.
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan minat siswa dengan
memfasilitasi sarana dan prasarana pada pelaksanaan proses pembelajaran
menggambar ekspresi.
4. Bagi peneliti lain
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lebih luas mengenai
pengembangan potensi-potensi yang dimiliki siswa terutama terhadap minat dan
motivasi siswa terhadap proses pembelajaran menggambar ekspresi.
122
Surat pernyataan keaslian tulisan
Surat keterangan penelitian
Deskripsi temuan instrumen penelitian
Hasil-hasil temuan penelitian di lapangan
Daftar riwayat hidup
123
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Beni Pujianto
NIM : 103251464815
Jurusan/Program Studi : Seni Dan Desain/S1 Pendidikan Seni Rupa
Fakultas : Sastra
Jenjang : S-1
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang, 11Agustus 2010
Yang membuat pernyataan,
Beni Pujianto NIM. 103251464815
127
PEDOMAN WAWANCARA TERSTRUKTUR
Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Identitas Responden
Nama Responden :
Mengajar di kelas :
Ditujukan untuk:
Guru Seni Budaya dan Ketrampilan
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Oleh :
Beni Pujianto
103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SENI DAN DESAIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
Juli 2010
128
Point pertanyaan wawancara terstruktur
1. Apa saja materi dalam pembelajaran menggambar ekspresi?
2. Apa metode yang digunakan dalam pembelajaran menggambar ekspresi?
3. Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran menggambar
ekspresi?
4. Apa strategi yang dipakai dalam pembelajaran menggambar ekspresi?
5. Apa saja sarana dan prasarana dalam pembelajaran menggambar ekspresi?
6. Bagaimana evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran menggambar
ekspresi?
129
FORMAT CATATAN HASIL WAWANCARA
Kode : A
Topik : Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi para siswa-siswi Sekolah
Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling
Tanggal : 19 Mei 2010
Kode Point Catatan hasil wawancara
A.1 T
J
Materi pembelajaran:
Materi pada proses pembelajaran menggambar
ekspresi adalah lebih menekankan pada kemampuan
agar menjadikan anak melatih koordinasi mata dan
tangan dalam mengekspresikan objek, tema dan
simbol dalam karya seni rupa Nusantara daerah
setempat untuk dikomunikasikan secara visual. Materi
menggambar Ekspresi pada kelas rendah di Sekolah
Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi meliputi
obyek manusia, binatang dan benda. Menggambar
manusia binatang dan benda di lingkungan sekitar
merupakan wujud ekspresi yang menarik dimana
bentuk-bentuk gambar yang ditampilkan memiliki
cirri yang unik, kreatif, spesifik dan bebas.
A.2 T
J
Metode pembelajaran
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada
Guru bidang studi Seni Budaya dan Ketrampilan
130
tentang metode yang digunakan dalam pembelajaran
pada kelas rendah adalah menggunakan metode
demonstrasi dan metode tanya-jawab. Demonstrasi
yang dilakukan adalah dengan mencontohkan proses
dalam menggambar dan memberikan contoh karya
gambar ekspresi yang akan diajarkan kepada siswa
sesuai tema dan tekhnik yang digunakan. Jika ada
materi yang dianggap sulit oleh siswa, maka siswa
dapat menanyakannya kepada Guru. Guru akan
menanyakan materi yang sudah diajarkan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi.
A.3 T
J
Media pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, media memiliki peran
yang penting demi terlaksananya pembelajaran dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran itu
sendiri. Materi ataupun metode pembelajaran tidak
bisa lepas dari media karena sangat mendukung demi
tercapainya pembelajaran yang bermutu. Media
merupakan alat bantu dalam mendukung kegiatan
belajar mengajar di sekolah. Memberikan contoh hasil
karya menggambar ekspresi tambai bab 4
A.4 T
J
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh Guru pada
kelas rendah adalah dengan:
131
• Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya tentang materi yang dipelajari
• Dengan strategi pembelajaran, materi akan
selesai diajarkan tepat waktu
• Memberikan kebebasan dalam penggunaan
fasilitas berupa sarana dan prasarana penunjang
proses pembelajaran
• Guru menentukan tema dalm proses
menggambar ekspresi
• Melakukan pendekatan khusus kepada siswa
yang belum menguasai materi
A.5 T
J
Sarana dan prasarana pembelajaran
Sarana yang digunakan pada saat proses menggambar
ekspresi adalah bahan atau bidang gambar yang
digunakan menggambar yaitu kertas gambar, kertas
karton, papan tulis dan bidang datar lainnya. Kertas
gambar ada yang berupa lembaran besar atau sudah
dikemas dalam bentuk buku gambar dengan ukuran
A3, A4 atau lebih kecil lagi. Adapu alat yang
digunakan menggambar adalah Pensil Hitam,
Penghapus, dan Pensil Warna, Crayon. Ada beberapa
pensil yang bias digunakan menggambar, yang
masing-masing memiliki perbedaan tingkat lunak dan
132
kerasnya serta ketajaman warnanya. Sedangkan
prasarana yang ada adalah gedung kelas tempat
berlangsungnya proses pembelajaran
A.6 T
J
Evaluasi pembelajaran
Tahap akhir dari proses pembelajaran adalah tahap
penilaian hasil (evaluasi) yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan dalam
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan
mengadakan evaluasi terhadap siswa maupun proses
pembelajaran itu sendiri. Evaluasi pembelajaran
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang hasil
yang telah dicapai dalam program pembelajaran yang
sudah berlangsung.
133
ANGKET
Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Identitas Responden
Nama Responden :
Kelas :
Angket Ditujukan untuk:
Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Oleh :
Beni Pujianto
103251464815
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SENI DAN DESAIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA
Juli 2010
134
Pengantar
Sehubungan dengan pengumpulan data penelitian tentang pembelajaran
proses pembelajaran menggambar ekspresi para siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri
Tangkil 01 Kecamatan Wling, maka peneliti memohon bantuan anda untuk
mengisi angket ini. Angket ini adalah alat pengumpul data atau informasi yang
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai kegiatan penelitian ini. Anda diminta
untuk mengisi angket sesuai dengan keadaan anda, karena jawaban yang anda
berikan akan membantu keberhasilan pengumpulan data dalam penelitian ini.
Untuk itu peneliti mohon kepada anda untuk mengisi angket ini dengan jujur, dan
sesuai dengan pemahaman anda. Peneliti akan menjaga kerahasiaan jawaban anda.
Atas kesediaan anda berpartisipasi untuk meluangkan waktu dan mengisi
instrument ini, peneliti ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Peneliti
135
Petunjuk pengisian
1. Bacalah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan teliti, pertimbangkan
secara masak isi kalimat-kalimat tersebut sesuai dengan perasaan dan
pemahaman anda.
2. Angket ini merupakan bentuk angket tertutup yang bersifat langsung dan
tidak langsung serta telah disediakan dua pilihan jawaban yaitu jawaban
“Ya” atau jawaban “Tidak”.
3. Jawablah pertanyaan tersebut dengan cara memberi tanda check (v) pada
salah satu pilihan jawaban “Ya” atau jawaban “Tidak”.
4. Setelah selesai mengisi, telitilah sekali lagi jawaban anda kemudian
serahkanlah angket ini kepada peneliti.
5. Identitas responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.
Selamat mengerjakan
136
Berilah tanda check (v) pada kolom jawaban yang sesuai dengan keyakinan anda.
Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-siswi Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
Proses Menggambar Ekspresi
1 Guru menentukan tema dalam proses
menggambar ekspresi
`
2 Guru menerangkan langkah-langkah dalam
proses menggambar ekspresi
3 Guru memberikan contoh-contoh dalam proses
menggambar ekspresi
4 Guru selalu membantu siswa dalam proses
menggambar ekspresi
Faktor-faktor Pendukung Pembelajaran
a. Guru/Pengajar
1. Guru menyampaikan cakupan materi tentang
poses menggambar ekspresi
2. Guru menggunakan berbagai macam media
(contoh) dalam mengajarkan proses
menggambar ekspresi
3. Guru menerangkan proses menggambar
137
ekspresi
b siswa
1 Saya dapat menangkap materi tentang proses
menggambar ekspresi yang diajarkan guru
2
Saya bisa menggambar ekspresi sesuai dengan
apa yang diajarkan oleh guru
3 Saya memiliki bakat menggambar
c Materi
1 Guru menguasai materi tentang gambar ekspresi
2 Guru menentukan materi gambar ekspresi
berdasarkan pengetahuan siswa secara umum
d Lingkungan / suasana
1 Lingkungan sekolah sangat mendukung dalam
proses pembelajaran menggambar ekspresi
2 Lingkungan sekolah menyediakan sarana dan
prasarana dalam proses pembelajaran
menggambar ekspresi
138
Berilah tanda check (v) pada kolom jawaban yang sesuai dengan keyakinan anda
Hasil Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Pendidikan Seni Rupa di
Sekolah Dasar Negeri I Tangkil Kecamatan Wlingi
No
Pertanyaan
Ya
Tidak
1 Siswa dapat memahami penjelasan guru tentang
proses menggambar eksprsi
2 Siswa dapat menggambar reksprsi sesuai
dengan materi yang telah diajarkan guru
3 Siswa dapat melakukan proses menggambar
eksprsi sesuai dengan yang telah diharapkan
guru
4 Siswa dapat mengetahui teknik dalam proses
menggambar eksprsi
5 Siswa dapat mengetahui alat dan bahan dalam
proses menggambar eksprsi
6 Siswa dapat menggambar ekspresi sesuai
dengan tema yang telah ditentukan
7 Siswa dapat menentukan tema sendiri diluar
tema yang telah diberikan oleh guru
8 Siswa dapat menggunakan media dengan baik
9 Tujuan pembelajaran menggambar ekspresi
dapat dilakukan oleh siswa
139
10 Siswa yang berbakat dalam menggambar lebih
menonjol dari pada siswa yang tidak berbakat
dalam proses menggambar ekspresi
140
LEMBAR OBSERVASI
Petunjuk pengisian:
1. Daftar checklist diisi dengan membubuhkan tanda check (v) pada option
yang sesuai dengan keadaan ketika observasi dilakukan.
2. Daftar checklist diisi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi
3. Daftar checklist dibuat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian yang berjudul “Pembelajaran wayang topeng anak-anak pada
Sanggar Panji Laras di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan
Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang”.
141
A. Observasi pada Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-
siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Nama pengamat : Beni Pujianto
Hari / tanggal : 19 Mei 2010
Kelas : Rendah
Responden : Guru
Lokasi pengamatan : Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling
No
Objek pengamatan
Ya
Tidak
1 Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa
Prota, Promes, Silabus dan RPP Menggambar
Ekspresi
V
2 Menentukan Materi berdasarkan perangkat
pembelajaran
V
3 Mengucapkan Salam V
4 Mengabsensi kehadiran siswa
5 Menyampaikan materi yang akan diajarkan
kepada siswa
V
6
Melakukan pengulangan materi pada pertemuan
sebelumnya
V
7 Dapat menggunakan media yang berupa sarana
dan prasarana dengan baik
V
142
8 Melakukan Tanya-jawab materi yang diajarkan V
9 Membenahi karya siswa yang belum benar V
10 Melakukan pendekatan khusus kepada siswa
yang belum menguasai materi
V
11 Mengevaluasi hasil menggambar ekspresi siswa V
B . Observasi pada Proses Pembelajaran Menggambar Ekspresi Para Siswa-
siswi Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wlingi
Nama pengamat : Beni Pujianto
Hari / tanggal : 19 Mei 2010
Kelas : Rendah
Responden : Siswa
Lokasi pengamatan : Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01 Kecamatan Wling
No
Objek pengamatan
Nama responden
A B C D E
1 Mendengarkan materi yang diajarkan V V V V V
2 Mengamati contoh gambar ekspresi ya
diberikan
V V V V V
3 Bertanya tentang materi yang tidak dikuasai V V - V -
4 Dapat menangkap materi dengan baik - V V V -
5 Mengerjakan proses menggambar ekspresi V V V V V
6 Dapat menggunakan media dengan baik V V - V V
7 Dapat menggunakan alat dan bahan dengan - V V V V
143
baik
8 Dapat menggunakan taknik dengan baik - V - V V
9 Dapat menggambar sesuai dengan tema yang
di berikan dengan baik
V V V V V
10 Dapat menggambar sesuai dengan tema
sendiri
V V V V V
Tabel 1.1 Ruang Lingkup Penelitian No Variabel Sub Variabel Indikator Metode Instrumen Sumber Data
1.
Proses pembelajaran menggambar
ekspresi siswa kelas rendah
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi
• Persiapan
Pembelajaran
• Pelaksanaan
Pembelajaran
• Evaluasi
Pembelajaran
• Prota, Promes, Silabus, RPP
• Langkah-langkah Pembelajaran
-Penggunaan Metode,
-Penggunaan Media,
-Pengelolaan Kelas
• Bentuk Evaluasi
-Tes Perbuatan
Jenis Evaluasi
-Evaluasi Hasil
• Wawancara
• Observasi
• Dokumentasi
• Pedoman
wawancara
• Lembar observasi
• Foto
• Peneliti
• Alat tulis
• Karya
• Pengajar / Guru
• Siswa
2.
Hasil dari proses pembelajaran
menggambar ekspresi siswa
kelas rendah Sekolah Dasar
Negeri Tangkil 01 Kecamatan
Wlingi
• Menggambar
ekspresi
• Tema
• Teknik
• Komposisi
• Warna
• Tipologi
• Dokumentasi
• Observasi
• Peneliti
• Dokumentasi Data
• Lembar observasi
• Karya
3.
Faktor yang menjadi pendukung
dan penghambat proses
pembelajaran menggambar
ekspresi siswa kelas rendah
Sekolah Dasar Negeri Tangkil 01
Kecamatan Wlingi
a) Faktor Pendukung
Pembelajaran
b) Faktor Penghambat
Pembelajaran
• Guru
• Siswa
• Materi
• Lingkungan
• Guru
• Siswa
• Materi
• Kuesioner
• Dokumentasi
• Wawancara
• Peneliti
• Alat tulis
• Pedoman
wawancara
• Karya
• Pengajar / Guru
• Siswa
• Dokumentasi Gambar /
foto
11
118
DAFTAR PUSTAKA
Anakciremai.2008.apresiasi seni murni.(OnLine), (www.anakciremai com, di
askes April 2010)
Arikunto, Suharsimi., Prof. Dr. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 1986.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Pina Aksara
Chapman, Laura. 1978Approaches to Art in Education. (onLine),
(http://cgi.ebay.com/Approaches-Art-Education-Laura-H-Chapman-
Hardcover-1978-/341640524715, di askes Juni 2010)
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press
Deddy. 2007. Pembelajaran Apresiasi Seni Rupa di Ssekolah Dasar Negeri 2
Mojorebo Wirosari Grobogan. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri
Semarang
Depdikbud. 1990. Pedoman Proses Belajar-Mengajar di Sekolah Dasar.
Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah
Drost, C.J.I.G.M, 1998. Sekolah: Mengajar atau Mendidik. Jakarta:Kanisius.
Gunarsa, Singgih D. 1986. Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Heri. 2009. Studi Tentang Pengenalan Dan Penggunaan Warna Pada Kegiatan
Mewarnai Gambar Pada Kelas I Di Sdn I Percobaan Malan. Skripsi.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Ibrahim dan Syaodih, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta Kerjasama Depdikbud.
Joni, Raka. 1980. Strategi Belajar-Mengajar Suatu Tinjauan Pengantar. Jakarta:
P3G, Depdikbud.
Latuheru, M.P. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Masa
Kini. Jakarta: Depdikbud.
119
Lowenfel, Victor . 1975.described specific stages of growth and development of
children based on the marks they made. (OnLine), (http://www.manuals-
search-pdf.com/all/victor-lowenfeld.html, di askes Mei 2010)
Merry. 2009. Pembelajaran Wayang Topeng Anak – anak pada Sanggar Panji
Laras Di Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji
Kabupaten Malang.Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. 1988. Qualitative data Analysis.
Terjemahaan Tjetjep Rohendi Rohidi. Analisis data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Mudjiono, dkk. 1996. Strategi Belajar-Mengajar. Malang: Pendidikan Akta IV
IKIP Malang.
Muhadjir, Drs, dkk. 2009. Pendidikan Seni Rupa.Malang: Gantar Gumelar
Murgiyanto, Sal. 1993 dalam Condrowasesa, Kuswarsantyo (diktat) diambil dari
Internet (online), (http://.........., diakses 5 April 2009).
Moeslichatoen. 1982. Psikologi Perkembangan Anak ke Arah Pemahaman anak
Usia Sekolah TK dan SD Jilid I (saduran). Malang: Proyek P3T IKIP
Malang.
Moleong, Lexy J.1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nasution,. 1998. Asas-asas Kurikulum. Bandung:CV. Jemmass.
Permendiknas. 2006. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD
dan MI. (OnLine), (http://www.scribd.com/doc/4359536/KTSP-SD, (di
askes Mei 2010)
Piaget, Jean.1975.Cognative development is a continous process that begin at
birth. (OnLine),
(http://math.coe.uga.edu/tme/issues/v18n1/v18n1_Ojose.pdf, di askes Mei
2010)
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1998. “Fungi Seni dan Pendidikan Seni dalam
Pendidikan Serta Implikasi dalam Pengembangan Kebudayaan”. Makalah
Disajikan Dalam Seminar Pendidikan Tinggi Seni Rupa Dalam Realitas
Lokal Dalam Konteks Global. 120-13 September 2001. ITB Bandung.
120
Rokhman, Fathur. 2002. “Metode Penelitian Kualitatif”. Makalah Disajikan
Dalam Pelatihan dan Lokakarya LKTI/LKIP 2002 Badan Eksekutif
Mahasiswa FBS Unnes 2 Mei 2002.
Rosjidan, M.A, dkk. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Penerbit IKIP
Malang.
Saputro, Suprihadi, dkk. 2000. Dasar-dasar Metodologi Pengajaran Umum,
Pengembangan Proses Belajar-Mengajar. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Salam, Sofyan. 2000. “Program Muatan Lokal Sebagai Upaya Revitalisasi Seni
Rupa Tradisional”. Makalah Disajikan Dalam Seminar Revitalisasi Seni
Rupa Tradisional.22-28 Februari 2000. UNM Makasar.
Salam, Sofyan. 2001. Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Makasar:
Universitas Negeri Makasar.
Salam, Sofyan. 2002. Paradigma dan Masalah Pendidikan Seni. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Sujana, Nana. 1988. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Sujanto, Agus. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.
Sumanto, Drs. 2008. Pembelajaran Seni Rupa di PGSD. Malang: FIP Universitas
Negeri Malang.
Soedarso, Sp. 2006. Trilogi Seni Penciptaan, Eksistensi, Dan Kegunaan Seni..
Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.
Soedarso, Sp. tt. Apresiasi Semi Rupa Tradisional.. Yogyakarta: Badan Penerbit
ISI Yogyakarta.
Tangyong, Agus. 1990. Pengembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta:
Gramedia.
Tim 2003. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2007.Tipologi. (OnLine),
(http://webcache.googleusercontent.com, di askes Juni 2010)
-----------2008. Mengekspresikan diri melalui gambar ekspresif. (OnLine),
(http://html-pdf-convert.com, di askes Juni 2010)