Skenario C Obsessif-Kompulsif D

49
SKENARIO C BLOK 16 Bulan, perempuan, 20 tahun, seorang mahasiswi di salah satu universitas di Palembang, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adiknya masih bersekolah SMP dan SMA dan tinggal bersama kedua orang tuanya di Baturaja, ibukota Kabuaten OKU. Sebulan yang lalu ayah Bulan dirawat inap di Bagian Neurologi RSMH Palembang selama seminggu, sembuh sempurna dan diperbolehkan pulang. Kata dokter, haya mengalami stroke ringan. Untuk kelanjutan kontrol dan pengobatannya, dokter RSMH yang merawatnya sudah menulis surat petunjuk ke dokter keluarga yang merujuknya. Sekitar dua minggu setelah ayahnya sembuh, dokter keluarga mengizinkannya bekerja kembali. Setelah ayahnya mulai bekerja kembali, setiap Minggu pagi Bulan menelpon menanyakan kesehatan ayahnya. Ayahnya menjawab bahwa dia sehat-sehat saja, semua nasihat dokter diikutinya agar tetap sehat dan penyakitnya tidak kambuh. Kata Ayah, dia dan ibunya baru saja pulang dari mengikuti olahraga senam jantung sehat di alun-alun kabupaten. Setelah sebulan berlalu, Bulan semakin sering menelpon ayahnya, dalam seminggu 2 sampai 3 kali untuk menanyakan kesehatan ayahnya itu. Sering pula ia menanyakan hal itu kepada ibunya. Jawaban ibunya sama saja, bahwa ayahnya sehat- sehat saja. Makin hari, Bulan makin sering, bahkan menjadi setiap hari, menelpon ayah dan ibunya untuk menanyakan kesehatan ayahnya itu. Bulan mencoba mempercayai jawaban ayah dan ibunya 1

Transcript of Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Page 1: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

SKENARIO C BLOK 16

Bulan, perempuan, 20 tahun, seorang mahasiswi di salah satu universitas di Palembang,

merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adiknya masih bersekolah SMP dan SMA dan

tinggal bersama kedua orang tuanya di Baturaja, ibukota Kabuaten OKU.

Sebulan yang lalu ayah Bulan dirawat inap di Bagian Neurologi RSMH Palembang

selama seminggu, sembuh sempurna dan diperbolehkan pulang. Kata dokter, haya mengalami

stroke ringan. Untuk kelanjutan kontrol dan pengobatannya, dokter RSMH yang merawatnya

sudah menulis surat petunjuk ke dokter keluarga yang merujuknya.

Sekitar dua minggu setelah ayahnya sembuh, dokter keluarga mengizinkannya bekerja

kembali.

Setelah ayahnya mulai bekerja kembali, setiap Minggu pagi Bulan menelpon

menanyakan kesehatan ayahnya. Ayahnya menjawab bahwa dia sehat-sehat saja, semua

nasihat dokter diikutinya agar tetap sehat dan penyakitnya tidak kambuh. Kata Ayah, dia dan

ibunya baru saja pulang dari mengikuti olahraga senam jantung sehat di alun-alun kabupaten.

Setelah sebulan berlalu, Bulan semakin sering menelpon ayahnya, dalam seminggu 2

sampai 3 kali untuk menanyakan kesehatan ayahnya itu. Sering pula ia menanyakan hal itu

kepada ibunya. Jawaban ibunya sama saja, bahwa ayahnya sehat-sehat saja.

Makin hari, Bulan makin sering, bahkan menjadi setiap hari, menelpon ayah dan ibunya

untuk menanyakan kesehatan ayahnya itu. Bulan mencoba mempercayai jawaban ayah dan

ibunya itu. Akal sehatnya mengatakan bahwa seharusnya ia mempercayai jawaban ayah dan

ibunya itu. Tapi, ketika dia mulai percaya, segera timbul keraguan, jangan-jangan ayah dan

ibunya berbohong karena tidak ingin Bulan menjadi susah dan terganggu studinya. Bulan

berusaha keras untuk membuang pikiran negatif itu dan untuk tegang, dan hal ini

memaksanya untuk kembali menelpon. Setelah selesai menelpon, rasa cemasnya mereda, tapi

tidak berlangsung lama.

Kecemasannya memuncak. Pikirannya mengatakan bahwa mungkin saja ayahnya

sekarang sedang dirawat di rumah sakit di Baturaja, karena stroke ringan, jadi cukup

ditangani oleh dokter keluarga atas saran dokter RSMH. Dia harus mudik sekarang juga

untuk memastikan kondisi kesehatan ayanya, di satu sisi, akal sehatnya mengatakan bahwa

sikap dan tindakannya ini tidak logis dan tidak reaistis. Bulan mencarter mobil rental,

meluncur ke Baturaja.

Data Tambahan

1

Page 2: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Ayah dan ibu Bulan adalah tipe orang yang perfeksionis. Dalam mengasuh anak-

anaknya selalu menekankan ketelitian, kerapian, serta disiplin yang kaku dengan harapan

agar anak-anaknya menjadi orang yang sukses.

Dalam kehidupan sehari-harinya Bulan memang menjadi anak yang selalu teliti, rapi

dan disiplin. Setiap selsesai melakukan pekerjaan, dia selalu melakukan cek dan recek sesuai

dengan harapan orangtuanya.

I. Klarifikasi Istilah

1. Perfeksionis : orang yang ingin segala-galanya sempurna1

2. Stroke ringan : Stroke didefiniskan sebagai serangan mendadak2. Stroke ringan,

atau nama lainnya TIA (transcient ischemic attack) adalah kondisi

terjadinya deficit ischemic yang cepat teratasi.3

3. Cemas : ketegangan, rasa tak aman dan kekhawatiranyang timbul karena

dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tanpa

stimulus yang jelas, kaku, terasa mencekam1

4. Tegang : perasaan mencekam, biasa disertai palpitasi

5. Akal sehat : pikiran normal atau logika yang dapat diterima orang.

6. Pikiran negatif : merasa kurang percaya atau sangsi terhadap kebenaran atau

kejujuran seseorang (takut dikhianati dan sebagainya)1

II. Identifikasi Masalah

1. Bulan, wanita, 20 tahun, mahasiswi, anak pertama dari 3 bersaudara, setiap minggu

pagi menelpon menanyakan kesehatan Ayahnya setelah Ayahnya jatuh sakit sebulan

yang lalu, tindakan ini semakin hari semakin sering.

2. Bulan mulai timbul keraguan dan mulai merasa bahwa orangtuanya berbohong

padanya.

3. Setiap kali Bulan berusaha membuang pikiran negatif dan tidak menelpon lagi, timbul

rasa cemas dan tegang.

4. Akal sehatnya Bulan mengatakan bahwa sikap dan tindakannya ini tidak logis dan

tidak realistis, tetapi ia tetap melakukannya.

5. Orang tua Bulan adalah tipe orang yang perfeksionis, selalu menekankan ketelitian,

kerapian, serta disiplin yang kaku.

6. Dalam kehidupan sehari-hari Bulan anak yang selalu teliti, rapi, disiplin, setiap selesai

melakukan perkerjaan selalu melakukan cek dan recek sesuai harapan orangtuanya.

2

Page 3: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

III. Analisis Masalah

1. Mengapa Bulan semakin hari semakin sering menelpon Ayahnya yang sakit sebulan

yang lalu?

2. Bagaimana hubungan urutan kelahiran dengan kondisi yang dialami saat ini?

3. Mengapa Bulan mulai merasa ragu dan tidak percaya kepada orangtuanya?

4. Bagaimana mekanisme pertahanan yang diterapkan oleh Bulan?

5. Mengapa ia masih merasa cemas dan tegang walaupun ia sudah berusaha membuang

pikiran negatif itu?

6. Mengapa walaupun ia sudah menyadari hal yang dilakukan salah, ia tetap

melakukannya?

7. Bagaimana pengaruh orang tua yang perfeksionis terhadap kepribadian anaknya?

8. Apa hubungan kehidupan sehari-hari Bulan dengan kondisi yang dialaminya?

9. Bagaimana differential diagnosis kasus ini?

10. Bagaimana cara diagnosis dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan?

11. Bagaimana diagnosis multiaksial, dan diagnosis kerja kasus

12. Apa saja etiologi dan faktor resiko kasus ini?

13. Bagaimana epidemiologi kasus

14. Bagaimana patogenesis dan patofisiologi kasus ini

15. Apa saja manifestasi klinis yang timbul?

16. Bagaimana tatalaksana, terapi, dan upaya preventif kasus ini?

17. Apa prognosis pada kasus?

18. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi?

19. Apa KDU kasus?

IV. Hipotesis

Bulan, wanita, 20 tahun, selalu mengkhawatirkan Ayahnya pasca sakit karena

mengalami gangguan neurotik yaitu obsesif-kompulsif dengan kepribadian premorbid

gangguan kepribadian anankastik.

3

Page 4: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

V. Kerangka Konsep

VI. Sintesis

A. Mekanisme Pertahanan

Status internal manusia selalu diselimuti dengan kecemasan sebagai produk dari

konflik antar struktur kepribadian yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Kemudian termanifes ke

dalam perilaku konkrit dalam mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego

(ego defense mechanism). Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan

biologis dan norma. Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa

terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas

kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety),

sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan.5

Id (Das Es) adalah aspek biologis dan merupakan sistem original, suatu realitas

psikis yang sesungguhnya (the true psychic reality) dunia batin atau subyektif manusia

dan tidak memiliki koneksi secara langsung dengan realitas obyektif. Id berisi hal-hal

yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), libido seksualitas, termasuk juga insting-

insting organisme.

4

Bulan sadar bahwa sikap dan

tindakannya tidak logis dan tidak

realistis.

Semakin hari semakin sering

menelpon

Muncul pikiran negative bahwa

orang tuanya berbohong

Bulan menjadi pribadi yang teliti dan selalu melakukan

cek dan recek Ayah Bulan menderita stroke ringan yang telah

sembuh sempurnaBulan sering menelpon ayahnya

Orang tua yang perfeksionis

GANGGUAN OBSESI-KOMPULSIF

Page 5: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Ego (Das Ich) adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi

(gateway) antara kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego bertugas untuk

menyelesaikan rangsangan lapar dengan kenyataan tentang objek makanan, sehingga

prinsip Ego adalah realitas dunia obyektif.

Super Ego (Das Ueber Ich) adalah aspek sosiologis yang merupakan nilai-nilai

tradisional sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya berupa perintah-

larangan, ganjaran-hukuman, baik-buruk. Prinsip Super Ego adalah internalisasi norma-

norma lingkungan yang berupaya untuk menekan dorongan Id.

Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya

melihat seekor ular berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang dari

dunia Super Ego yang telah terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut mendapat

sanksi, rasa berdosa. Ketiga, kecemasan neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat

impuls-impuls id.

Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan

superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha

mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara

memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan

tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam.

Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (ego

defensemechanism).

Istilah mekanisme pertahanan umum digunakan dalam usaha penyisihan (warding

off) dan ditujukan terhadap dorongan naluri. Dorongan naluri disisihkan karena

sesungguhnya setiap penyisihan merupakan defensi terhadap afek. Pertahanan langsung

terhadap afek, merupakan defense yang lebih archaik (primitif), kurang sistematik, namun

lebih memainkan peranan. Namun pertahanan akan tertuju terhadap dorongan naluri, dan

umumnya lebih penting dalam hal terjadinya patogenesa neurosa, dan pertahanan tersebut

bersifat lebih tersusun dan terorganisasi.4

1. Mekanisme Pertahanan Gangguan Obsesif Kompulsif

Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang

menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifa karakter obsesif-kompulsif; isolasi,

meruntuhkan (undoing), dan pembentukan reaksi.6

a. Isolasi

Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek dan

impuls yang mencetuskan kecemasan. Di bawah kondisi pada umumnya

5

Page 6: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

seseorang mengalami secara sadar afek dan khayalan dari suatu gagasan yang

mengandung emosi (emotion-laden), terlepas apakah ini berupa fantasi atau

ingatan terhadap suatu peristiwa. Jika terjadi isolasi, afek dan iimpuls yang

didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan di keluarkan

dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait

seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak

memiliki afek yang berhubungan dengannya.6

b. Meruntuhkan (Undoing)

Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin dapat lolos dari

mekanisme primer isolasi dan menjadi bebas, operasi pertahanan sekunder adalah

diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancam

keluar kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan

operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan

impuls dasar yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan

sekunder yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan. Seperti yang

dinyatakan olehnya, meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang

dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara

irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang

menakutkan.6

c. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)

Baik isolasi maupun meruntuhkan adalah tindakan pertahanan yang terlibat erat

dalam menghasilkan gejala klinis. Pembentukan gejala menyebabkan

pembentukan sifat karakter, bukannya gejala. Seperti yang diungkapkan

istilahnya, pembentukan reaksi yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar

dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar. Sering kali, pola yang terlihat

oleh pengamat adalah sangat dilebih-lebihkan dan tidak sesuai.6

Pembentukan reaksi adalah karakterisitik neurosis obsesional namun dapat juga

terjadi dalam bentuk neurosis lain. Jika sikap ini sering digunakan pada tahap

awal perkembangan ego, ini bisa menjadi suatu sifat yang permanen seperti dalam

karakter obsesif.8

2. Penjelasan Keterkaitan Kasus Bulan:

6

Page 7: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Berdasarkan data tambahan, ayah dan ibu Bulan adalah tipe orang yang

perfeksionis. Dalam mengasuh anak-anaknya selalu menekankan ketelitian, kerapian,

serta disiplin yang kaku dengan harapan agar anak-anaknya menjadi orang yang

sukses. Akhirnya Bulan menjadi anak yang selalu teliti, rapi dan disiplin, setiap

selesai melakukan pekerjaan, dia selalu melakukan cek dan recek sesuai dengan

harapan orangtuanya.

Hal ini menunjukkan kepribadian premorbid Bulan adalah perfeksionisme dan

menunjang penegakan diagnosis gangguan kepribadian anankastik atau obsesif

kompulsif dengan ciri utama perfeksionisme dan keteraturan (ketertiban, kerapian)5

Gangguan ini memang dipengaruhi oleh pola asuh atau pola didik orang tua.6

Pada skenario dijelaskan bahwa Ayah Bulan menderita stroke ringan, bagi

kebanyakan orang, kata stroke merupakan momok yang sangat menakutkan. Dan hal

tersebut dapat menjadi stressor atau pencetus kecemasan Bulan. Orang dengan

gangguan kepribadian anankastik sangat rentan terhadap perubahan yang tidak

diharapkan, baik menimpa dirinya sendiri maupun orang dicintainya.6 Dan hal

tersebut dapat menjadi faktor risiko berkembangnya gangguan obsesif-kompulsif.

Sebenarnya Bulan yang memiliki gangguan obsesif-kompulsif berusaha

mengatasi stres tersebut dengan mekanisme pertahanan isolasi, meruntuhkan

(undoing), dan pembentukan reaksi.6

Isolasi ditunjukkan dengan Bulan yang telah berusaha untuk membuang

pikiran negatif tersebut namun ia gagal dan akhirnya tetap menelpon Ayahnya.

Dengan tindakan menelpon Ayahnya, menunjukkan tindakan kompulsif yang telah

dilakukan Bulan untuk meredakan kecemasannya. Akan tetapi tindakan kompulsifnya

tidak bisa sepenuhnya menghilangkan kecemasana, hanya dapat menurunkan kadar

kecemasan.6

Ketika Bulan tidak bisa menghadapi stres dengan mekanisme pertahanan

isolasi dan undoing, maka mekanisme selanjutnya ialah pembentukan reaksi(reaction

formation). Pada pembentukan reaksi akan terbentuk sifat karakter atau pola perilaku

Bulan dalam menghadapi masalah. Sifat karakter yang terbentuk ialah pikiran obsesif

yang membuat Bulan terus menerus menjadi cemas dan mendorong untuk terus

menelpon orang tuanya sebagai tindakan kompulsif. Dan pikiran obsesif dan tindakan

kompulsif tetap timbul secara berulang-ulang.

Gangguan obsesif kompulsif merupakan salah satu dari gangguan kecemasan.

Kecemasan adalah sinyal yang menyadarkan; memperingatkan adanya bahaya yang

7

Page 8: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

ancaman. Sensasi kecemasan sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan

tersebut ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menenangkan, seringkali

disertai oleh gejala otonomik seperti palpitasi, hipertensi, gelisah, takikardi, tremor,

hiperhidrosis, dll. Kecemasan segera mengarahkan seseorang untuk mengambil

langkah yang diperlukan untuk mencegah ancaman atau meringankan akibatnya.6

Mekanisme inilah yang dapat mempengaruhi tindakan Bulan mencarter mobil

rental untuk langsung menemui dan memastikan kondisi Ayahnya.

3. Klasifikasi Mekanisme Pertahanan

a. Pertahanan yang Imatur

1) Bertindak keluar (Acting out)

Mengekspresikan suatu keinginan yang tidak disadari atau impuls melalui

tindakan untuk menghindari kesadaran dari dampak yang menyertainya.

Fantasi bawah sadar dihidupkan keluar menuruti kata hati dalam perilaku,

sehingga memuaskan dorongan, daripada larangan terhadapnya. Bertindak

keluar melibatkan secara kronik pemberian pada dorongan untuk

menghindari ketegangan yang akan dihasilkan dari penundaan ekspresi.

2) Perilaku pasif–aggresif

Mengekspresikan agresi terhadap lainnya secara tidak langsung melalui pasif,

masokisme dan perubahan dirinya. Manifestasi dari perilaku pasif-aggresive

termasuk kegagalan, penundaan. dan penyakit yang mempengaruhi orang lain

lebih dari diri sendiri

3) Hambatan (Blocking)

Hambatan pikiran secara sementara atau singkat. Afek dan impuls juga

mungkin terlibat. Hambatan menyerupai represi tetapi berbeda dalam

ketegangan yang muncul ketika dorongan, perasaan, atau pikiran dihambat

4) Regresi

Mencoba untuk kembali ke fase awal libidinal berfungsi untuk menghindari

ketegangan dan bangkitan konflik pada tingkat sekarang pembangunan. itu

mencerminkan kecenderungan dasar untuk memperoleh kepuasan instingtual

pada periode yang kurang berkembang. regresi adalah fenomena normal juga,

sebagai jumlah tertentu regresi yang esensial untuk relaksasi, tidur, dan

8

Page 9: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

orgasme dalam intercouse seksual. regresi juga dianggap sebagai

concominant essensial dari proses kreatif

5) Fantasi Skizoid

Terlibat dalam pengunduran autistik dalam rangka untuk menyelesaikan

konflik dan untuk memperoleh kepuasan. Keintiman interpersonal adalah

menghindari, dan eksentrisitas berfungsi untuk mengusir orang lain. orang

tersebut tidak sepenuhnya percaya pada fantasi dan tidak menuntut akting

mereka keluar

6) Hipokondriasis

Melebih-lebihkan atau terlalu menekankan penyakit untuk tujuan

penghindaran dan regresi. Celaan yang timbul dari kehilangan, kesepian, atau

impuls agresif yang tidak dapat diterima terhadap lainnya diubah menjadi

celaan diri dan keluhan nyeri, penyakit somatik, dan neurasthenia. Pada

Hipokondriasis, pertanggungjawaban dapat dihindari, rasa bersalah dapat

dielakkan, dan dorongan naluriah yang dihindari. Karena introyeksi

hipokondriakal yang ego-alien, orang yang menderita mengalami disforia dan

rasa penderitaan

7) Introyeksi

Internalisasi kualitas suatu obyek. Meskipun penting untuk pengembangan,

juga melayani fungsi defensif spesifik. Bila digunakan sebagai pertahanan,

itu dapat melenyapkan perbedaan antara subjek dan objek. Melalui introyeksi

objek yang dicintai, kesadaran yang menyakitkan dari keterpisahan atau

ancaman kehilangan dapat dihindari. Introjeksi dari suatu objek yang ditakuti

melayani untuk menghindari kecemasan ketika karakteristik agresif objek

yang diinternalisasikan, sehingga menempatkan agresi di bawah kontrol

sendiri. suatu contoh klasik adalah identifikasi dengan korban juga terjadi,

dimana kualitas hukuman diri objek yang diambil alih dan didirikan dalam

diri seseorang sebagai suatu ciri gejala atau karakter

8) Somatisasi

Mengkonversi derivatif psikis menjadi gejala tubuh dan cenderung untuk

bereaksi dengan manifestasi somatik, daripada manifestasi psikis. Pada

desomatisasi, tanggapan somatik infantil digantikan oleh melalui dan efek,

dalam resomatization, orang regresi untuk membentuk somatik sebelumnya

dalam menghadapi konflik yang tak terselesaikan

9

Page 10: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

b. Pertahanan Neurotik

1) Pengendalian (controlling)

mencoba untuk mengelola atau mengatur peristiwa atau objek di lingkungan

untuk meminimalkan kecemasan dan menyelesaikan konflik internal.

2) Penggantian (displacement)

Mengubah emosi dari sebuah ide atau objek lain yang menyerupai aslinya

dalam beberapa aspek atau kualitas. Offset memungkinkan representasi

simbolis dari gagasan asli atau objek yang kurang sangat cathected atau

membangkitkan kecemasan kurang

3) Rasionalisasi

Memberikan penjelasan yang rasional dalam upaya untuk membenarkan

sikap, keyakinan atau perilaku yang mungkin tidak dapat diterima. Alasan ini

umumnya ditentukan secara naluriah

4) Disosiasi

Bersifat sementara, tetapi secara drastis mengubah karakter seseorang atau

identitas pribadi untuk menghindari tekanan emosional. Fugue negara dan

konversi menjadi reaksi histeris adalah manifestasi umum dari disosiasi.

Disosiasi juga dapat ditemukan dalam perilaku counterphobic, gangguan

identitas disosiatif dan penggunaan farmakologis yang berlebihan

5) Eksternalisasi

cenderung untuk melihat dunia luar dan unsur-unsur obyek eksternal dari

kepribadiannya, termasuk impuls naluriah, konflik, suasana hati, sikap dan

gaya berpikir. Eksternalisasi adalah istilah yang lebih umum dibandingkan

proyeksi

6) Pembentukan reaksi (reaction formation)

mengubah impuls yang tidak dapat diterima menjadi kebalikannya.

Pembentukan reaksi adalah karakteristik neurosis obsesional, namun juga

dapat terjadi dalam bentuk neurosis lain. Jika mekanisme ini sering digunakan

pada tahap awal perkembangan ego, ini bisa menjadi suatu sifat yang

permanen, seperti dalam karakter obsesif

7) Inhibisi

Secara sadar membatasi atau menolak beberapa ego, sendiri atau dalam

kombinasi, untuk menghindari kecemasan yang timbul dari konflik dengan

impuls insting, superego, atau kekuatan lingkungan atau tokoh

10

Page 11: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

8) Represi

Menolak atau menahan ide-ide atau perasaan secara sadar. Represi primer

berarti menahan ide-ide dan perasaan sebelum mereka mendapatkan

kesadaran: represi sekunder menghilangkan kegelisahan atas apa yang pernah

dirasakan pada keadaan sadar. Penekanan tidak sepenuhnya terlupakan dalam

perilaku simbolis yang mungkin hadir. Pertahanan ini berbeda dari supresi

akibat penghambatan impuls sadar dan tidak hanya menunda tujuan yang

berharga. Persepsi sadar naluri dan perasaan terblokir pada represi

9) Intelektualisasi

Penggunaan proses intelektual yang berlebihan untuk menghindari ekspresi

atau pengalaman afektif.

10) Seksualisasi

menyediakan suatu obyek atau fungsi dengan signifikansi seksual yang

sebelumnya tidak dimiliki tingkat yang lebih rendah untuk menghindari

kecemasan yang terkait dengan impuls dilarang atau turunannya membagi

atau memisahkan ide dari efek yang menyertai. Isolasi sosial terjadi karena

tidak adanya hubungan antar objek

11) Isolasi

Penekanan tidak semestinya terfokus pada benda mati untuk menghindari

keintiman dengan orang, perhatian diberikan pada realitas eksternal untuk

menghindari ekspresi perasaan batin, dan stres yang berlebihan ditempatkan

pada rincian yang tidak relevan. Intellectualisasi erat kaitannya dengan

rasionalisasi

c. Pertahanan Matur

1) Altruisme

menggunakan layanan konstruktif dan intuitif yang memuaskan kepada orang

lain yang pengalaman tersebut seolah-olah ikut dirasakan. Ini termasuk

pembentukan reaksi yang ramah dan konstruktif. Altruisme dibedakan dari

pasrah altruistik, di mana pengiriman kepuasan segera atau kebutuhan

naluriah terjadi dalam mendukung kebutuhan orang lain untuk menyakiti

dirinya sendiri, dan kepuasan hanya bisa dinikmati melalui introyeks

2) Humor

menggunakan komedi untuk membuka perasaan dan pikiran mereka tanpa

ketidaknyamanan pribadi atau imobilisasi dan tanpa menghasilkan efek tidak

11

Page 12: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

menyenangkan pada orang lain. Hal ini memungkinkan orang untuk

mentolerir, tetapi fokus pada apa yang terlalu mengerikan untuk terjadi, tapi

berbeda dari intelijen, yang melibatkan bentuk perpindahan dari gangguan

masalah afektif.

3) Antisipasi

Mengantisipasi atau berencana secara realistis atas ketidaknyamanan di masa

depan. Mekanismenya adalah tujuan yang diarahkan dan menyiratkan

perencanaan secara hati-hati atau khawatir dan prematur tetapi realistis untuk

mengantisipasi afek yang berbahaya atau berpotensial berbahaya

4) Sublimasi

Mencapai kepuasan dan tujuan yang bertahan, tetapi dorongan untuk

mengubah tujuan atau objek ke dapat diterima secara sosial. Sublimasi

memungkinkan naluri untuk didistribusikan, daripada diblokir atau dialihkan.

Perasaan diakui, dimodifikasi, dan diarahkan menuju objek yang signifikan

atau tujuan, dan kepuasan naluriah sederhana terjadi

5) Ascetisme

menghilangkan efek dari pengalaman menyenangkan. Ada unsur moral dalam

membangun nilai untuk kesenangan tertentu. Kepuasan berasal dari

penolakan, dan ascetisim diarahkan terhadap semua kesenangan yang

dirasakan secara sadar.

6) Supresi

Secara sadar atau semisadar menunda perhatian atas impulse atau konflik.

Masalahnya mungkin sengaja ditahan, tetapi mereka tidak dihindari.

Ketidaknyamanan diakui tetapi diminimalkan

B. Kepribadian Anankastik

Penegakan Diagnosis

Untuk diagnosis paling sedikit dibutuhkan 3 dari :

a. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan

b. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci / details, peraturan, daftar, urutan, organisasi,

atau jadwal

c. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas

d. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati dan keterikatan yang tidak semestinya

pada produksivitas sampai mengabaikan kepuasan dan hubungan interpersonal

12

Page 13: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

e. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial

f. Kaku dan keras kepala

g. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan

sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan untuk mengizinkan orang lain

mengerjakan sesuatu

h. Mencampuradukan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan

C. Gangguan Obsesif Kompulsif

1. Diagnosis Banding

a. Gangguan Obsessif Kompulsif

b. Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif

Pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif tidak terdapat gangguan fungsi

(function impairment).

c. Gangguan Kecemasan karena Kondisi Medis Umum

1) Gangguan Tourette

Gangguan touretete dan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset usia yang

sama dan gejala yang mirip. Kira-ira 90% pasien dengan gangguan Tourette

memiliki gejala kompulsif, dan sebanak dua prtiganya memenuhi kriteria

diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif.6

Gejala utamanya ialah gerakan tic (spontan) dan suara tidak terkendali yang

bermanifes awal pada masa anka, gerakan tersebut dapat berupa kedipan mata

berulang yang tidak disadari (gerakan tic ringan).9

Karena tidak ada informasi mengenai kondisi kesehatan pasien, gangguan ini

dapat disingkirkan.

13

Page 14: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

2. Cara Diagnosis

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ:10

a. Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala obsesif atau tindakan kompulsif atau

kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu

berturut-turut.

1) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri sendiri ;

2) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita;

3) Pikiran untuk melakukan tindakan tsb diatas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan

atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas);

4) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

14

Page 15: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

b. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distres) atau mengganggu aktivitas

penderita.

c. Gejala- gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut :

d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan depresi.

e. Gejala obsesif ’sekunder’ yang terjadi pada gangguan skizophrenia, sindrom

Tourette, atau gangguan mental organic, harus dianggap sebagai bagian dari

kondisi tersebut

Kriteria diagnosis menurut DSM-IV:6

a. Salah satu obsesi atau kompulsi :

Obsesi seperti yang didefinisikan oleh 1), 2), 3), dan 4) :

1) Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang

dialami, pada suatu saatselama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai,

dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

2) Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran

yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

3) Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau

bayangan-bayangan tsb untuk menetralkan dengan pikiran atau tindakan

lain.

4) Orang menyadari bahwa pikiran, impuls atau bayangan-bayangan obsesional

adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti

penyisipan pikiran.

Kompulsi seperti yang didefinisikan 1) dan 2) :

1) Perilaku berulang yang dirasakan mendorong untuk melakukannya sebagai

respon terhadap suatu obsesi atau menurut dengan aturan yang harus

dipatuhi secara kaku.

2) Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau

tindakan mental (misalnya, berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata

dalam hati ) ditujukan untuk mencegah suatu kejadian atau situasi

menakutkan ; tetapi perilaku atau tindakan mental tsb tidak dihubungkan

dengan cara yang realistic dengan apa merka anggap untuk menetralkan atau

mencegah, atau jelas berlebihan.

b. Pada suatu waktu dalam perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa

obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan : tidak

berlaku untuk anak-anak

15

Page 16: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

c. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan

waktu (menghabiskan waktu lebih dari 1 jam sehari); atau secara bermakna

mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau

aktivitas, atau hubungan social yang biasanya.

d. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas

padanya (misalnya menarik rambut pada trikotilomania; permasalahan pada

penampilan jika terdapat dismorfik tubuh; preokupasi obat jika terdapat

gangguan penggunaan zat)

e. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya, obat yang

disalahgunakan, medikasi ) atau kondisi umum.

Sebutkan jika : dengan tilikan buruk: jika, selama sebagian besar waktu selama

episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah

berlebihan atau tidak beralasan

Reportcard Symptom distress Scale.15

Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan penuturan penderita mengenai

perlakunya, bisa dilakukan dengan:

a. The Yale-Brown Obsessive Compulsive Scale

1) Alat tes ini pernah diujikan kepada 81 pasien obsesif kompulsif

2) Item tesnya sebanyak 10 aitem dengan rating klinis

3) Pengukuran dalam skalanya dari rentang 0 sampai 4 tiap aitemnya

4) Dari 10 aitem, aitem dari 1 sampai 6 mengukur tingkat ke obsesifan dan 7

sampai 10 mengukur tingkat ke kompulsifan seseorang

5) Alat ini mengukur tingkat dan tipe-tipe dari gangguan obsesif kompulsif

tersebut pada diri individu

6) Koefisien reliabilitasnya r= 0,80 dengan signifikansi p < 0,05

7) Validitas konvergen dari Y-B OCD baik

b. The symptom checklist 90

1) Skala ini mengukur somatization (SOM), Obsessive compulsive (O-C),

Interpersonal sensivity (I-S), Deppression (DEP), Anxiety (ANX), Hostility

(HOS), Phobic Anxiety (PHOB), Paranoid Ideation (PAR), Psychotism

(PSY), and Additional Aitem, The Global severity Index (GSI), The Positive

Symptomp Distress Index (PSDI), and the Possitive Symptomp Total (PST)

2) Norma yang digunakan berdasarkan spesifik gender terbagi 4 kelompok:

norma A (1002 pasien psikiatrik dewasa rawat jalan), norma B (974 bukan

16

Page 17: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

pasien dewasa psikiatrik), norma C (423 pasien psikiatrik dewasa yang

rawat inap), norma E (806 pasien remaja psikiatrik rawat jalan)

3) Reliabilitas alat tes ini berkisarrentang 0, 80 sampai 0,90

4) Validitas alat ini masih rendah karena belum ada komparasi dengan alat tes

lain.

3. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F.42.2 Gangguan Obsesif-Kompulsif Campuran

Aksis II : F.60.5 Gangguan Kepribadian Anankastik

Aksis III : Belum Dapat Ditentukan

Aksis IV : Masalah berkaitan dengan kondisi kesehatan ayahnya.

Aksis V : GAF Scale 70-61 : beberapa gejala ringan dan menetap, disanilitas

ringan dalam sosial, pkerejaan, sekolah, dll.

4. Definisi

Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran

seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia

dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan

stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.7

Obsesi kompulsi adalah suatu kondisi heterogen yang melibatkan pikiran

distress yang tidak diinginkan dan ritual kompulsif mengenai satu atau beberapa

tema-tema umum seperti kontaminasi, agama, simetri. Temuan penelitian umumnya

bergabung untuk menyarankan bahwa pasien dengan gangguan obsesif kompulsif

(GOK) dipercaya dapat dikelompokkan menjadi subkelompok berdasarkan gejala

konten. Beberapa telah menyarankan bahwa skala klasifikasi tersebut mungkin telah

digunakan dalam memahami fenomenologi GOK dan meramalkan respon pengobatan

Dalam DSM-IV TR obsesi didefinisikan sebagai berikut:6

a. Pikiran, impuls, atau bayangan yang berulang-ulang dan menetap yang dialami,

pada suatu saat selama gangguan, dirasakan mengganggu dan tidak sesuai, dan

menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

b. Pikiran, impuls, atau bayangan tidak hanya kekhawatiran berlebihan tentang

masalah kehidupan yang nyata

c. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan

tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.

17

Page 18: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

d. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan obsesional adalah hasil

dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran)

Pengertian obsesi adalah pikiran, ide atau sensasi yang muncul secara

berulang-ulang.6 Dan hal-hal tersebut muncul tanpa dapat dicegah, serta individu

merasakannya sebagai hal yang tidak rasional dan tidak dapat dikontrol.7

Sedangkan kompulsi adalah perilaku atau tindakan mental yang berulang,

dimana individu merasa didorong untuk menampilkannya agar mengurangi stres.7

Dalam DSM-IV TR mendefinisikan kompulsi sebagai berikut:6

a. Perilaku berulang (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau

tindakan mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati)

yang dirasakannya mendorong untuk melakukan sebagai respon terhadap suatu

obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipenuhi secara kaku.

b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau mengurangi

penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan, akan

tetapi, perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang

realistik dengan apa yang mereka maksudkan untuk menetralkan atau mencegah,

atau secara jelas berlebihan.

5. Etiologi

a. Faktor Biologis

1) Neurotransmitter

Salah satu penjelasan yang mungkin tentang gangguan obsesif-

kompulsif adalah keterlibatan neurotransmitter di otak, khususnya kurangnya

jumlah serotonin. Keterlibatan serotonin ini belum sebagai penyebab individu

mengalami gangguan obsesif kompulsif, melainkan sebagai pembentuk dari

gangguan ini.Fungsi serotonin di otak ditentukan oleh lokasi system

proyeksinya. Proyeksi pada konteks frontal diperlukan untuk pengaturan

mood, proyeksi pada ganglia basalis bertanggung jawab pada gangguan obsesi

kompulsi11

Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat

mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di

dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data

menunjukkan bahwa obat serotonergik adalah lebih efektif dibandingkan obat

yang mempengaruhi sistem neurotransmitter lain.6

18

Page 19: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Beberapa peneliti telah mengatakan bahwa sisstem neurotransmitter

kolinergik dan dopaminergik pada pasien gangguan obsesif-kompulsif adalah

dua bidang penelitian riset untuk di masa depan.6

2) Penelitian pencitraan otak;6

a) Fungsional (PET; positron emission tomography)

peningkatan aktivitas metabolism dan aliran darah di lobus frontalis,

ganglia basalis (khususnya kaudata) dan singulum pada pasien dengan

gangguan obsesif kompulsif

b) Struktural (CT dan MRI)

penurunan ukuran kaudata secara bilateral, peningkatan relaksasi T1 di

korteks frontalis)

3) Genetika

Penelitian keluarga pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif

telah menemukan bahwa 35% sanak saudara derajat pertama pasien juga

menderita gangguan. Peningkatan pada kembar monozigot dibandingkan

kembar dizigot.6

4) Data biologi lain

Suatu insidensi kelainan EEG nonspesifik yang lebih tinggi dari

biasanya telah ditemukan pada pasien gangguan obsesif kompulsif. Penelitian

EEG tidur telah menemukan kelainan yang mirip dengan yang terlihat pada

gangguan depresif, seperti penurunan latensi REM.

Penelitian neuroendocrine juga telah menemukan beberapa kemiripan

dengan gangguan depresif, seperti nonsupresi pada dexamethason suppression

test pada kira-kira 1/3 pasien dan penurunan sekresi hormin pertumbuhan pada

impuls clonidine.6

b. Faktor perilaku

Menurut ahli teori belajar, obsesi adalah stiuli yang dibiasakan, stimulus

yang relative netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan.6 Strategi

menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsif atau ritualistic yang

dikembangkan untuk menghilangkan kecemasan.9

Pasien juga menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktifitas tertentu

yang dipresentasikan oleh pikiran tersebut. Ini disebut “thought-action fusion”

(fusi pikiran dan tindakan). Fusi antara pikiran dan tindakan ini dapat disebabkan

19

Page 20: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

oleh sikap-sikap tanggung jawab yang berlebih-lebihan yang menyebabkan

timbulnya rasa bersalah seperti yang berkembang selama masa kanak-kanak,

dimana pikiran jahat diasosiasikan dengan niat jahat.12

c. Faktor psikososial6

Menurut Sigmund Freud, gangguan obsesif-kompulsif bisa disebabkan

karena regresi dari fase anal dalam perkembangannya. Mekanisme pertahanan

psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi pada gangguan

obsesif-kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi

alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.6

1) Faktor kepribadian

15-35% pasien gangguan obsesif kompulsif memiliki sifat obsesional

premorbid.

2) Faktor psikodinamik

Adanya 3 mekanisme pertahanan psikologis utama tang menentukan bentuk,

kualitas dari gejala dan sifat karekter obsesif kompulsif.

3) Ambivalensi

Akibat perubahan langsung dalam karakteristik kehidupan impuls.

4) Pikiran magis

Regresi yang mngungkapkan cara pikiran awal ketimbang impuls

d. Perspektif menurut aliran-aliran

1) Perspektif psikoanalisis

Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul dari daya-

daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol

individu karena toilet-training yang kasar. Sedangkan Adler memandang

obsesif kompulsif sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten.13

2) Perspektif behavioristik

Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa obsesif kompulsif adalah

perilaku yang dipelajari, dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut. Teori

Behavioral menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang

dikuatkan oleh redukasi yang kuat.13

3) Perspektif kognitif

Ide lain yang muncul adalah kompulsi memeriksa terjadi karena defisit

ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan dengan akurat,

20

Page 21: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar dilakukan dan

imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran obsesif

muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus 7,11

4) Teori belajar (Learning theory)

Gabungan dari teori dan pengalaman dalam aplikasi terapi perilaku

timbul beberapa konsep terjadinya gangguan obsesi kompulsi13

5) Mowre’s two stage theory

Mowrer mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh

Dollard dan Miller di tahun 1950. Gangguan obsesi kompulsi ini didapat

secara dua tahap. Tahap pertama adalah adanya rangsangan yang

menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul adalah menghindari (escape)

atau menolak (avoidance). Respon-respon ini menimbulkan negative

reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas. Tahap berikutnya adalah

upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata,

gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain.

Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan

terhadap suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak

menentu. Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang

enak baginya dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative

reinforcement.13

Tahap kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat

menerangkan kenapa kompulsi bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas.

6) Cognitive behavior therapy

Oleh Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan

Wollensheim tahun 1979. Teori ini mengatakan bahwa gangguan obsesi

kompulsif pada oran-orang tertentu di “kreasi” oleh dirinya sendiri.

Prinsip yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan

menakutkan, akhirnya menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa

disebabkan oleh kejadaian sehari-hari.13

6. Prevalensi

Prevalensi penderita gangguan ini adalah sekitar 1-2 % dari populasi, dengan

jumlah penderita perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Umumnya gangguan

21

Page 22: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

terjadi pada masa dewasa muda, dan seringkali mengikuti serangkaian peristiwa yang

menimbulkan stres besar. Pada laki-laki berhubungan dengan kompulsi memeriksa,

sedangkan pada perempuan berhubungan dengan kompulsi membersihkan13.

Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum

diperkirakan adalah 2 samai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa

gangguan obsesif kompulsif ditemukan sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di

klinik psikiatri. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai

diagnosis psikiatri tersering yang keempat adalah fobia, gangguan berhubungan zat,

dan gangguan depresi berat.

Prevalensi seumur hidup untuk gangguan obsesif kompulsif adalah kira-kira

67 persen dan untuk fobia sosial kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid

lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan alkohol,

fobia spesifik, gangguan panic dan gangguan makan.

7. Onset Kaitan dengan kasus:

a. Jenis Kelamin : Untuk dewasa, laki-laki dan wanita memiliki peluang yang sama

untuk menderita gangguan obsesif kompulsif.6 Penderita

gangguan obsesif kompulsif yang lebih banyak adalah

perempuan dengan kemungkinan karena pencetus terbanyak

terjadinya gangguan obsesif kompulsif adalah kehamilan.13

Namun untuk remaja, laik-laki lebih sering terkena gangguan

obsesif kompulsif dibandingkan dengan perempuan.6

b. Usia : Umumnya usia rata-rata penderita obsesif-kompulsif adalah

antara 22-36 tahun. Hanya 15 % yang muncul pada usia diatas 35

tahun. Onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Walaupun laki-

laki memiliki onset yang lebih awal (rata-rata 19 tahun)

dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Secara keseluruhan,

kira-kira per tiga dari pasien memilki onset gejala sebelum 25

tahun. Gangguan obsesif-kompulsif dapat memiliki onset pada

masa remaja atau masa anak-anak.11

c. Anak sulung : Anak sulung cenderung lebih teliti, mempunyai ambisi, dan

agresif dibandingkan adik-adiknya. Secara insting orangtua

biasanya memberi tanggung jawab lebih besar kepada anak

sulung karena dianggap lebih tua, lebih kuat, dan lebih

22

Page 23: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

berpengalaman.14 Hal ini mungkin berkaitan dengan kepribadian

Bulan yang perfeksionis (gangguan kepribadian anankastik)

8. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala obsesif-kompulsif menurut PPDGJ-III, harus mencakup hal-hal

sebagai berikut:10

a. Harus disadari sebagai pikiran atau implus dari diri sendiri.

b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun

ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau

anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas).

d. Gagasan, bayangan pikiran, atau implus tersebut harus merupakan pengulangan

yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).

Gejala pasien gangguan obsesif – kompulsif mungkin berubah sewaktu –

waktu tetapi gangguan ini mempunyai empat pola gejala yang paling sering ditemui,

yaitu :

a. Kontaminasi

Obsesi akan kontaminasi biasanya diikuti oleh pembersihan atau kompulsi

menghindar dari objek yang dirasa terkontaminasi. Objek yang ditakuti biasanya

sulit untuk dihindari, misalnya feces, urine, debu, atau kuman.

b. Keraguan Patologis

Obsesi ini biasanya diikuti oleh kompulsi pemeriksaan berulang. Pasien memiliki

keraguan obsesif dan merasa selalu merasa bersalah tentang melupakan sesuatu

atau melakukan sesuatu.

c. Pemikiran yang Mengganggu

Obsesi ini biasanya meliputi pikiran berulang tentang tindakan agresif atau

seksual yang salah oleh pasien.

d. Simetri

Kebutuhan untuk simetri atau ketepatan akan menimbulkan kompulsi

kelambanan. Pasien membutuhkan waktu berjam – jam untuk menghabiskan

makanan atau bercukur.

Beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan obsesif – kompulsif

adalah sebagai berikut :

23

Page 24: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

OBSESI KOMPULSI

Perhatian terhadap kebersihan (kotoran, kuman, kontaminasi)

Ritual mandi, mencuci dan membersihkan yang berlebihan

Perhatian terhadap ketepatan Ritual mengatur posisi berulang – ulang

Perhatian terhadap peralatan rumah tangga (piring, sendok)

Memeriksa berulang – ulang dan membuat inventaris peralatan

Perhatian terhadap sekresi tubuh (ludah, feces, urine)

Ritual menghindari kontak dengan sekret tubuh, menghindari sentuhan

Obsesi religius Ritual keagamaan yang berlebihan (berdoa sepanjang hari)

Obsesi seksual (nafsu terlarang atau tindakan seksual yang agresif)

Ritual berhubungan seksual yang kaku

Obsesi terhadap kesehatan (sesuatu yang buruk akan terjadi dan menimbulkan kematian)

Rituall berulang (pemeriksaan tanda vital berulang, diet yang terbatas, mencari informasi tentang kesehatan dan kematian

Onsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri atau orang lain)

Pemeriksaan pintu, kompor, gembok dan rem darurat berulang – ulang

Pemikiran mengganggu tentang suara, kata – kata atau musik

Menghitung, berbicara, menulis, memainkan alat musik dengan suatu ritual yang beragam

9. Tatalaksana

a. Farmakoterapi

Pendekatan standar adalah memulai dengan obat spesifik serotonin (sebagai

contoh clomipramine (Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin

(SSRI) seperti fluoxetine (Prozac) dan selanjutnya pindah ke farmakologis lainnya

apabila tidak respon terhadap obat spesifik serotonin).

Clomipramine. Obat standar untuk pengobatan gangguan obsesif kompulsif

adalah clomipramine, suatu obat trisiklik spesifik serotonin yang juga digunakan

untuk pengobatan gangguan depresif. Kemanjuran clomipramine dalam gangguan

obsesif-kompulsif didukung oleh banyak uji coba klinis. Clomipramine biasanya

dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan dengan

peningkatan 25 mg sehari setiap 2 sampai 3 hari, sampai dosis maksimum 250 mg

sehari atau tampaknya efek samping yang membatasi dosis. Karena clomipramine

adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping yang biasanya dari

obat tersebut, termasuk sedasi, hipotensi, disfungsi seksual, dan efek samping

antikolinergik (sebagai contohnya mulut kering).6

24

Page 25: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

SSRI. Beberapa uji coba klinis telah menunjukkan manfaat fluoxetine dan

sertraline dalam gangguan obsesif kompulsif, dan paroxetine mungkin juga efektif.

Fluvoxamine juga telah terbukti efektif dalam mengobati gangguan obsesif

kompulsif. Penelitian tentang fluoxetine dalam gangguan obsesif-kompulsif telah

menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat terapeutik.

Walaupun SSRI adalah disertai dengan overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala,

insomnia, mual dan efek samping gastrointestinal, SSRI sebagai suatu kelompok

adalah ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik dan dengan demikian,

kadang-kadang digunakan sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan

obsesif-kompulsif.6

Obat lain. Jika pengobatan dengan clomipramine atau sesuatu SSRI tidak

berhasil, banyak ahli terapi memperkuat obat pertama dengan menambahkan

Lithium. Obat lain yang dapat dicoba dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif

adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI) khususnya phenelzine.6

PengobatanDosis Inisial

HarianDosis Target

HarianEfek Samping

Selective Serotonin Reuptake InhibitorFluoxetine (prozac)Fluvoxamine (luvox)Sertraline (paxil)Paroxetine (paxil)Citalopram (celexa)Escitalopram (lexapro)

mg2050

202020

10

mg 80 300

2006060

Tidak diketahui

Anxietas, penurunan libido, disfungsi seksual, diare, sedasi, sakit kepala, insomnia, mual, dizziness

Clomipramine (anafranil, tricyclic antidepressant)

25 - 50 250 Dizziness, sedasi, mulut kering, peningkatan BB, disfungsi seksual

Venlafaxine (effexor)

75 375 Gangguan akomodasi, pandangan kabur, sakit kepala, parastesia, mual, penurunan BB, withdrawl syndrome (dizziness, mual, lemah)

b. Terapi Perilaku6

Walaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku adalah

sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif, dan

25

Page 26: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

beberapa data menyatakan bahwa efek bermanfaat adalah berlangsung lama

dengan terapi perilaku. Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan

terapi perilaku sebagai terapi terpilih untuk gangguan obsesif kompulsif. Terapi

perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan

perilaku utama pada pada gangguan obsesif-kompulsif adalah pemaparan dan

pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi

implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan

obsesif-kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar

menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.6

Terapi perilaku pada penderita OCD, awalnya mengumpulkan informasi

yang lengkap mengenai riwayat timbulnya gejala OCD, isyarat faktor internal

dan fakto eksternal, serta faktor pencetus akan timbulnya gejala OCD. Kemudian

mengawasi tingkah laku pasien dala menghindari situasi yang menimbulkan

kecemasan, menghindari timbulnya gejala kompulsif dan tingkat kecemasan

pasien saat timbul gejala OCD harus diperiksa secara teliti.

Teknik terapi perilaku yang dianjurkan pada anak dan remaja:

1) Latihan relaksasi

Pasien diminta untuk berpikir dan bersikap rileks dan kemudian pasien

diminta untuk memikirkan pikiran obsesi masuk dalam alam sadar. Ketika

pikiran obsesi muncul, maka terapi akan meminta pasien untuk

menghentikan pemikiran itu, misalnya dengan cara memukul maja, atau

menarik tali elastic yang diikatkan pada tangan. Hal ini dilakukan di rumah

atau di mana saja.

2) Response prevention technique

Mula-mula didapatkan dulu rangsangan (stimulus) atau pencetus yang

menyebabkan dorongan untuk melakukan tindakan kompulsif. Jika

rangsangan kompulsif muncul maka pasien secara aktif diberanikan untuk

melawan tingkah laku kompulsif, sering dengan mengalihkan perhatian

pasien sehingga tindakan kompulsif tidak mungkin dilakukan misalnya

dengan memukul meja.

3) Penurunan kecemasan

Tujuan dari terapi ini untuk menghilangkan kecemasan yang menimbulkan

gejala obsesif dan kompulsif.

26

Page 27: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Hal ini dilakukan dengan desensitisasi secara sistematik yakni dengan

menghadapkan anak atau remaja pada situasi yang menakutkan (misalnya pisau,

hal-hal yang kotor, pegangan pintu dan sebagainya) secara pelan-pelan samapai

ketakutan dan kecemasan hilang atau tidak ada lagi.

c. Psikoterapi6

Psikoterapi jelas ambil bagian dalam terapi pasien obsesif kompulsif.

Walaupun gejala dengan berbagai derajat keparahan. Dengan kontak teratur

terhadap profesional, diberi dorongan, motivasi, support, masukan, pasien

mungkin mampu berfungsi. Tanpa hal tersebut akan menyebabkan gangguan

bagi mereka. Kadang, bila intensitas ritual dan kecemasan tidak dapat lagi

ditoleransi, maka perlu dirawat dirumah sakit dan penampungan institusi untuk

menghilangkan stress lingkungan eksternal dan menurunkan gejala sampai

tingkat yang dapat ditoleransi. Pihak keluarga juga penting dalam psikoterapi.

Untuk pelengkap dukungan emosional, penentraman, penjelasan, nasihat tentang

bagimana menangani dan merespon pasien tersebut.

d. Pendekatan Psikoanalisa

Terapi yang dilakukan adalah mengurangi represi dan memungkinkan

pasien untuk menghadapi hal yang benar-benar ditakutinya. Namun karena

pikiran-pikiran yang mengganggu dan perilaku kompulsif bersifat melindungi

ego dari konflik yang direpres, maka hal ini menjadi sulit untuk dijadikan target

terapi, dan terapi psikoanalisa tidak terlalu efektif untuk menangani gangguan

obsesif-kompulsif.13

e. Exposure and Response Prevention

Terapi ini (dikenal pula dengan sebutan flooding) diciptakan oleh Victor

Meyer (1966), dimana pasien menghadapkan dirinya sendiri pada situasi yang

menimbulkan tindakan kompulsif atau (seperti memegang sepatu yang kotor)

dan kemudian menahan diri agar tidak menampilkan perilaku yang menjadi

ritualnya membuatnya menghadapi stimulus yang membangkitkan kecemasan,

sehingga memungkinkan kecemasan menjadi hilang.13

f. Rational-Emotive Behavior Therapy

Menurut Davison & Neale terapi ini digunakan dengan pemikiran untuk

membantu pasien menghapuskan keyakinan bahwa segala sesuatu harus terjadi

menurut apa yang mereka inginkan, atau bahwa hasil pekerjaan harus selalu

27

Page 28: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

sempurna. Terapi kognitif dari Beck juga dapat digunakan untuk menangani

pasien gangguan obsesif kompulsif. Pada pendekatan ini pasien diuji untuk

menguji ketakutan mereka bahwa hal yang buruk akan terjadi jika mereka tidak

menampilkan perilaku kompulsi.7

g. Terapi Keluarga (Family therapy)

Terapi keluarga, merupakan teknik pengobatan yang sangat penting bila

pada keluarga pasien OCD ini didapatkan kekacauan hubungan dalam keluarga,

kesukaran dalam perkawinan, masalah spesifikasi dalam anggota keluarga atau

peran anggota keluarga yang kurang sesuai yang akan mengganggu keberhasilan

fungsi masing-masing individu dalam keluarga termasuk dalam waktu jangka

panjang akan berakibat buruk pada anak OCD.

Seluruh anggota keluarga dimasukkan ke dalam proses terapi,

menggunakan semua data anggota keluarga seperti tingkah laku individu dalam

keluarga. Menilai tingkah laku setiap anggota keluarga yang mempengaruhi

tingkah laku yang baik dan membina pengaruh tingkah laku yang positif dari

setiap individu.

10. Prognosis

Dubia ad Bonam.

Prognosis yang baik ditandai oleh :

a. Penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik

b. Adanya peristiwa pencetus

c. Suatu sifat gejala yang episodik

Prognosis yang buruk ditandai oleh :

a. Mengalah (bukannya menahan) pada kompulsi

b. Onset pada masa anak-anak

c. Kompulsi yang aneh (bizzare)

d. Perlu perawatan di rumah sakit

e. Gangguan depresif berat yang menyertai

f. Kepercayaan waham

g. Adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) (yaitu penerimaan obsesi

dan kompulsi)

h. Gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal)

Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.

28

Page 29: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

11. Komplikasi

Kira-kira 20-30% pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki gangguan

depresif berat, dan bunuh diri adalah risiko bagi semua pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif.6

Komplikasi dari gangguan obsesif-kompulsif dapat menyebabkan atau berkaitan

dengan:13

a. Pikiran dan tindakan bunuh diri

b. Schizofrenia

c. Depresi

d. Gangguan anxietas lainnya

e. Tidak mampu ke sekolah atau bekerja

f. Masalah dalam relationships

g. Kualitas hidup buruk

12. Kompetensi Dokter Umum

KDU 2: Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :

pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien

secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.16,

29

Page 30: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

Daftar Pustaka

1. Dorland, W.A.Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Medical Publishers.

2. Anwar, Desy. 2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit

Amelis.

3. Thorn, George W, dkk. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 7th

edition. New York: Mc Graw Hill.

4. Hatta Kusumawati, Dra. M.Pd. Sekilas Tentang Teori Kepribadian Sigmud Freud

Dan Aplikasinya Dalam Proses Bimbingan. diunduh dari

http://www.acehinstitute.org/opini_kusumawati_soal_simund_freud.html tanggal

10 Januari 2012

5. Willy F. Maramis. 2009. Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya: Airlangga

University Press.

6. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan

Perilaku Psikiatri Klinis Jilid Dua. Jakarta: Binarupa Aksara.

7. Davison, Gerald. C & Neale, John.M. 2001. Abnormal Psychology 8th edition.

New York: John Wiley & Son

8. Saddock, Benjamin & Virginia Saddock. 2004. Buku Ajar Psikiatri Klinis

Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

9. Santoso, Iwan Budi. Mengenal Tourette Syndrome. Diunduh dari

http://tengakarta.wordpress.com/2011/12/02/mengenal-tourette-syndrome/

tanggal 10 Januari 2012

10. Depkes RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Pedoman Penggolongan

dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta. Departemen Kesehatan.

11. Ningrumwahyuni. 2009. Catatan Kecil Gangguan Obsesif Kompulsif.

http://ningrumwahyuni.wordpress.com. Diakses 4 Maret 2010

12. Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

13. Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-

Press.

14. Hall CS, Lindzey G. Teori-Teori Psikodinamik Klinis. Yogyakarta: Penerbit

Kanisisus. 1993. p.86-90.

30

Page 31: Skenario C Obsessif-Kompulsif D

15. Symptom distress Scale (Adapted from Symptomp Checklist-90)

http://www.mhsip.org/reportcard/sympdiss.pdf--13/02/10

16. Konsil Kedokteran Indonesia. 2010. Kompetensi Dokter Umum. Jakarta : Konsil

Kedokteran Indonesia.

31