referat obsesif kompulsif disease

34
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA JAKARTA REFERAT GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF DOKTER PEMBIMBING: Dr. Susi, SpKJ DISUSUN OLEH: Andrew E P Sunardi 10-2010-086 Felix Chandra 11 – 2011 – 064 Adiartha Tannika 11 – 2011 – 072 Angelia M Pelealu 11 – 2011 - 113 Hermina J. Rabecca Tobing 11-2011-115 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA 1

description

suatu penyakit kejiwaan yang sering ditemui namun jarang disadari.

Transcript of referat obsesif kompulsif disease

Page 1: referat obsesif kompulsif disease

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

JAKARTA

REFERAT GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

DOKTER PEMBIMBING:

Dr. Susi, SpKJ

DISUSUN OLEH:

Andrew E P Sunardi 10-2010-086

Felix Chandra 11 – 2011 – 064

Adiartha Tannika 11 – 2011 – 072

Angelia M Pelealu 11 – 2011 - 113

Hermina J. Rabecca Tobing 11-2011-115

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRIDA WACANA

JAKARTA

2012

1

Page 2: referat obsesif kompulsif disease

KATA PENGANTAR

Sebelumnya saya ucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan referat ini dengan baik dan lancar,

walaupun berbagai halangan dan hambatan telah saya alami bahkan terlalu banyak sehingga

tidak dapat saya sebutkan satu persatu, tetapi yang terutama adalah tugas pendidikan yang

dibebankan kepada saya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam

pembuatan referat ini, terutama kepada para dokter pembimbing saya; Dr. Susi Wijayanti, SpKJ

serta kepada teman-teman sejawat saya dalam periode stase ilmu penyakit dalam di RS Jiwa

Provinsi Jawa Barat Cimai yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Referat ini dibuat untuk memenuhi tugas pembelajaran saya dalam studi kepaniteraan

kedokteran yang saya jalankan saat ini.

Dalam referat ini berisikan mengenai tinjauan kepustakaan yang saya pelajari mengenai

penyakit diabetes mellitus yang sering kali ditemukan dalam lingkungan sekitar kita dimasa

sekarang ini.

Hasil pembelajaran yang saya dapat dari peninjauan kepustakaan tersebut saya tuangkan

dalam referat ini.

Saya harap referat ini dapat memberi informasi yang berguna bagi para pembacanya, baik

bagi teman-teman sejawat saya, kalangan medis lain, maupun kalangan awam yang sangat

membutuhkan informasi mengenai penyakit ini.

Akhir kata, terima kasih dan mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan

dalam referat ini baik kesalahan dalam pemilihan kata-kata maupun penulisan. Saya menyadari

bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya saran dan kritik sangat saya

harapkan dari para pembaca.

Jakarta, Agustus 2012

Penulis

2

Page 3: referat obsesif kompulsif disease

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ 2

Daftar Isi ....................................................................................................................................... 3

Pendahuluan .................................................................................................................................. 4

Definisi ........................................................................................................................................... 6

Etiologi.............................................................................................................................................6

Manifestasi Klinis ........................................................................................................................ 10

Kriteria.......................................................................................................................................... 13

Diagnosis ................................................................................................................................ ......14

Penatalaksanaan ........................................................................................................................... 16

Prognosis .................................................................................................................................... 19

KESIMPULAN ………………................................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 23

3

Page 4: referat obsesif kompulsif disease

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan obsesif-kompulsif atau yang dikenal dengan istilah OCD (Obsesive

Compulsive Disorder) digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang

menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.

Obsesi adalah aktivitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls, yang berulang dan

intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan disadari seperti

menghitung, memeriksa dan menghindar. Tindakan kompulsi merupakan usaha untuk

meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi namun tidak selalu berhasil

meredakan ketegangan.

Pasien dengan gangguan ini menyadari bahwa pengalaman obsesi dan kompulsi tidak

beralasan sehingga bersifat egodistonik.1

B. Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup OCD pada populasi umum diperkirakan 2-3%. Sejumlah peneliti

memperkirakan bahwa gangguan ini ditemukan pada sebanyak 10% pasien rawat jalan di

klinik psikiatri. Gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis psikiatri keempat terbanyak

setelah fobia, gangguan terkait zat, dan gangguan depresif berat. 1-3

OCD biasanya muncul pada usia dewasa muda, dengan gejala pada laki-laki muncul

lebih awal daripada perempuan. Namun gejala OCD dapat muncul kapan saja, termasuk pada

masa anak-anak.1,2,4

Di antara orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama sama cenderung terkena, tetapi

diatara remaja, laki laki lebih lazim terkena daripada perempuan. Secara keseluruhan, gejala

pada sekitar 2/3orang atau sebagian besar gangguan dialami pada saat remaja atau dewasa

muda memiliki awitan sebelum usia 25 tahun (umur 18 – 24 tahun), dan gejala pada kurang

dari 15% memiliki awitan setelah 35 tahun. Orang lajang lebih sering mengalami OCD

4

Page 5: referat obsesif kompulsif disease

dibandingkan orang yang menikah walaupun temuan ini mungkin mencerminkan kesulitan

suatu hubungan. OCD lebih jarang terjadi pada orang kulit hitam daripada kulit putih

walaupun akses keperawatan ksehatan bukannya perbedaan prevalensi mungkin dapat

menjelaskan variasi ini. 1,2

5

Page 6: referat obsesif kompulsif disease

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Gangguan obsesi kompulsi adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat

hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Gangguan

obsesi kompulsi merupakan gangguan panik yang dikarakteristikan dengan adanya pikiran

yang tidak diinginkan dan berulang, disertai dengan kebiasaan untuk terdorong

melakukannya.2,5

Obsesi adalah pikiran, perasaan, gagasan, atau sensasi yang berulang dan mengganggu.

Berlawanan dengan obsesi yang merupakan peristiwa mental, kompulsi adalah suatu

perilaku. Secara rinci, kompulsi adalah perilaku yang disadari, standar dan berulang seperti

menghitung, memeriksa atau menghindar.2

Obsesif-kompulsif sering kali punya obsesi aneh seperti takut mendapatkan

terkontaminasi oleh kuman. Untuk menghindari ketakutan akan terkontaminasi bakteri

tertentu, penderita terus mencuci tangan mereka sampai sakit dan pecah-pecah. Meskipun

penderita sudah berusaha keras, pikiran obsesif-kompulsif terus datang kembali. Hingga

akhirnya obsesi tersebut mengendalikan pikiran yang mengarah pada perilaku perilaku

ritualistik.6

B. Etiologi

Faktor Biologis

Neutrotransmiter

Sistem Serotonergik. Banyak percobaan obat klinis yang telah dilakukan menyokong

hipotesis bahwa disregulasi serotonin terlibat dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi

pada gangguan ini. Data menunjukkan bahwa obat serotonergik lebih efektif daripada obat

yang mempengaruhi sistem neurotransmitter lain tetapi tidak jelas apakah serotonin terlibat

sebagai penyebab OCD. Studi klinis memeriksa kadar metabolit serotonin (contohnya asam

5-hidroksiindolasetat [5-HIAA]) di dalam cairan serebrospinal (CSS) serta afinitas dan

6

Page 7: referat obsesif kompulsif disease

jumlah tempat ikatan trombosit pada imipramin yang telah dititrasi (yang berkaitan dengan

tempat ambilan kembali serotonin) dan melaporkan berbagai temuan dari hal ini pada pasien

dengan OCD. Pada satu studi, konsentrasi 5-JIAA pada cairan serebrospinal menurun setelah

terapi dengan clomipramine, sehingga memberikan fokus perhatian pada sistem serotonergik2

Sistem Noradrenergik. Baru baru ini, lebih sedikit bukti yang ada untuk disfungsi sistem

noradrenergic pada OCD. Laporan yang tidak resmi menunjukkan sejumlah perbaikan gejala

OCD dengan klonidin oral. 2

Neuroimunologi. Terdapat hubungan positif antara infeksi streptococcus dengan OCD.

Infeksi Streptococcus grup A β-hemolitik dapat menyebabkan demam rematik dan sekitar

10-30% pasien mengalami chorea Syndenham dan menunjukkan gejala obsesif kompulsif.

Awitan infeksi biasanya terjadi pada usia sekitar 8 tahun untuk menimbulkan gejala sisa itu.

Keadaan ini disebut pediatric autoimmune neurophychiatric disorder associated with

streptococcal infection (PANDAS) 2

Kelainan Otak. Berbagai studi pencitraan otak fungsional-contohnya PET- menunjukkan

peningkatan aktivitas (terutama kaudatus) dan cingulum pada pasien dengan OCD. Terapi

farmakologis dan perilaku dilaporkan dapat membalikkan abnormalitas ini. Studi Computed

tomography(CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) menemukan berkurangnya ukuran

caudatus bilateral pada pasien dengan OCD. Prosedur neurologis yang melibatkan cingulum

kadang kadang efektif di dalam terapi pada pasien OCD2

Genetik. Data genetik yang tersedia mengenai OCD menyokong hipotesis bahwa gangguan

ini memiliki komponen genetik yang signifikan. Meskipun demikian, data ini belum

membedakan pengaruh budaya dan efek perilaku terhadap transmisi gangguan ini. Studi

kembar untuk gangguan ini secara konsisten menemukan angka kejadian bersama yang lebih

tinggi bermakna untuk kembar monozigot daripada dizigot. Studi keluarga pada pasien OCD

menunjukkan bahwa 35 persen kerabat derajat pertama pasien OCD juga mengalami

gangguan ini. Studi keluarga proband dengan OCD menunjukkan angka gangguan Tourette

dan tik motorik kronis yang lebih tinggi di antara kerabat proband dengan OCD yang juga

memiliki beberapa bentuk gangguan “tic”. Data ini mengesankan bahwa terdapat hubungan

familial mungkin genetik antara Tourette dan tik motorik kronis serta beberapa kasus OCD. 2

7

Page 8: referat obsesif kompulsif disease

Teori Psikososial

Faktor Kepribadian. OCD berbeda dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif.

Sebagian besar orang dengan OCD tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid dan ciri

kepribadian seperti itu tidak perlu atau tidak cukup untuk menimbulkan OCD. Hanya sekitar

15-35% pasien OCD memiliki ciri obsesional pramorbid2

Faktor Perilaku. Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah stimulus yang dipelajari.

Stimulus yang relative netral menjadi dikaitkan dengan rasa takut atau ansietas melalui suatu

proses pembelajaran responden yaitu memasangkan stimulus netral dengan peristiwa yang

berbahaya sifatnya atau menimbulkan ansietas. Dengan demikian, objek dan pikiran yang

tadinya netral menjadi stimulus dipelajari yang mampu mencetuskan ansietas atau

ketidaknyamanan. 2

Kompulsi dibentuk dengan cara yang berbeda. Ketika seseorang menemukan bahwa suatu

tindakan tertentu mengurangi ansietas yang melekat pada pikiran obsesional, ia akan

mengembangkan strategi penghindaran aktif dalam bentuk kompulsi atau perilaku ritualistic

untuk mengendalikan ansietasnya. Secara bertahap, karena efisiensinya dalam mengurangi

dorongan sekunder yang menyakitkan (ansietas), strategi penghindaran menjadi terfiksasi

seperti pola perilaku kompulsif yang dipelajari. Teori pembelajaran memberikan konsep

yang berguna untuk menjelaskan aspek terutama fenomena obsesif kompulsif. 2

Faktor Psikodinamik. Sigmund Freud asalnya mengkonsepkan keadaan yang sekarang kita

sebut OCD sebagai neurosis obsesif kompulsif. Ia menganggap terdapat kemunduran

definisif dalam menghadapi dorongan Oedipus yang mencetuskan ansietas. Ia mendalilkan

bahwa pasien dengan neurosis obsesif kompulsif mengalami regresi perkembangan

psikoseksual ke fase anal. 2

Walaupun terapi psikoanalitik tidak akan mengubah obsesi atau kompulsi yang berkaitan

dengan penyakit secara langsung, tilikan psikodinamik dapat memberikan banyak bantuan

dalam memahami masalah dengan kepatuhan terapi, kesulitan interpersonal, dan masalah

kepribadian yang menyertai gangguan aksis I. 2

Meskipun gejala OCD dapat didorong secara biologis, pasien dapat menjadi tertarik untuk

mempertahankan simtomatologi karena adanya keuntungan sekunder. Contohnya, pasien laki

8

Page 9: referat obsesif kompulsif disease

laki yang ibunya tinggal di rumah untuk merawatnya, secara tidak sadar dapat ingin bertahan

dalam gejala OCD nya karena gejala tersebut berarti ibunya tetap memperhatikannya2

Kontribusi pemahaman psikodinamik lainnya melibatkan dimensi interpersonal. Sejumlah

studi menunjukkan bahwa kerabat akan mengakomodasi pasien melalui partisipasi aktif di

dalam ritual atau modifikasi kegiatan rutin sehari hari yang signifikan. Bentuk akomodasi

keluarga ini berhubungan dengan tekanan di dalam keluarga, setiap penolakan terhadap

pasien dan dalam upaya mengurangi ansietas pasien atau mengendalikan ekspresi kemarahan

pasien. Pola keterkaitan ini dapat terinternalisasi dan dimunculkan kembali ketika pasien

memasuki lingkungan terapi. 2

Akhirnya, satu kontribusi pemikiran psikodinamik lainnya adalah mengenali presipitan yang

mulai atau memperberat gejala. Seringkali, kesulitan interpersonal meningkatkan ansietas

pasien sehingga juga meningkatkan simtomatologi pasien. Riset mengesankan bahwa OCD

dapat dicetuskan oleh sejumlah stressor lingkungan, khususnya yang melibatkan kehamilan,

kelahiran anak, atau perawatan anak oleh orang tua. Pengertian akan stressor tersebut dapat

membantu klinisi dalam rencana terapi keseluruhan yang mengurangi peristiwa yang

membuat stress itu sendiri atau maknanya bagi pasien.2

C. Perjalanan Penyakit

Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya muncul

mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress.

Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan

penyakit bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan

penyakit yang berfluktuasi sementara sebagian lain menetap atau terus menerus ada.

Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50%

perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejalanya menetap atau memburuk.

Sepertiga dari gangguan obsesif-kompulsif disertai gangguan depresi, dan semua pasien

dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki risiko bunuh diri.1

9

Page 10: referat obsesif kompulsif disease

D. Gambaran Klinis

Obsesi OCD ialah ide, pikiran, gambaran atau impuls yang berulang, gigih dan tidak

diinginkan yang dimiliki tanpa sengaja dan yang tampaknya tidak masuk akal. Obsesi ini

biasanya mengganggu ketika mencoba untuk memikirkan atau melakukan hal lainnya.

Tanda dan gejala obsesi seperti :

Takut terkontaminasi oleh kuman maupun kotoran dan kontaminasi lainnya

Takut menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Eksplisit secara seksual atau pikiran dan gambaran kekerasan yang mengganggu.

Takut kehilangan atau tidak memliki sesuatu yang diperlukan.

Order dan symmetry gagasan bahwa segala sesuatu mesti sejalan tepat

Supersition perhatian berlebih terhadap sesuatu yang dianggap untung ataupun

tidak menguntungkan.

Kompulsif OCD ialah perilaku berulang yang dirasakan didorong untuk melakukan.

Perilaku berulang yang dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan yang

terkait dengan obsesinya.

Memeriksa sesuatu hal secara berlebihan seperi kunci, peralatan dan saklar

Berulang kali memeriksa orang yang dicintai untuk memastikan mereka dalam keadaan

aman

Menghitung , mengulangi kata kata tertentu atau melakukan hal tidak masuk akal lainnya

untuk mengurangi kecemasan

Menghabiskan banyak waktu untuk mencuci dan bersih bersih

Mengantur segala sesuatu hanya apa adanya

Berdoa secara berlebihan atau terlibat dalam ritual yang dipicu oleh ketakutan akan

agama

Mengumpulkan sampah seperti Koran lama atau tempat makanan kosong

10

Page 11: referat obsesif kompulsif disease

Gejala Gangguan obsesif kompulsif pada anak

Meskipun timbulnya ganggauan obsesif kompulsif biasanya terjadi pada masa remaja

atau dewasa muda, anak anak muda kadang meiliki gejala serupa OCD. Namun, gejala

gangguan ini seperti ADD, autism, sindroma Tourette, juga dapat terlihat seperti obsesif-

kompulsif, sehingga pemeriksaan medis dan psikologis menyeluruh sangat penting sebelum

diagnosis apapun dilakukan.7

E. Jenis-Jenis OCD

Checkers

Seseorang dengan OCD tipe ini adalah salah satu yang memeriksa terus menerus untuk

mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Beberapa kekhawatiran umum dari orang tipe ini

ialah memeriksa untuk memastikan kompor telah dimatikan, atau seterika telah

dimatikan. Orang tipe ini berpikir jika kompor ataupun seterika belum dimatikan, api

akan mulai dan rumah akan terbakar. Orang tipe ini akan terperangkap selama beberapa

jam untuk memeriksa berulang ulang kali dan meragukan hal yang sama.

Washers and Cleaners

Orang tipe ini khawatir tentang kontaminasi oleh benda benda tertentu atau situasi,

seperti kuman, penyakit dan sekresi tubuh. Untuk memastikan tidak ada kesempatan

kontaminasi, orang tipe ini akan membuat beberapa kali mandi yang lama, mencuci

tangan berulang kali, dan membersihkan rumah mereka berjam-jam. Kegiatan ini

11

Page 12: referat obsesif kompulsif disease

dilakukan untuk mencegah kematian dan penyakit. Kegiatan ini dapat berlangsung 1.5

sampai 10 jam. Orang tipe ini akan menghindari apapun yang mereka pikir

terkontaminasi.

Repeaters

Orang tipe ini ialah mereka yang mengulangi tindakan mereka. Ketika pikiran takut

memasuki pikiran mereka, mereka merasa perlu untuk mengulang beberapa tindakan

untuk menjaga pikiran dari kenyataan. Orang tipe ini seperti pemeriksa dalam mencoba

untuk mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Namun, tidak dapat membedakan obsesi dan

kompulsi. Contoh mencegah pasangan dari kematian akan berpakaian dan membuka

pakaian sampai pikiran tentang kematian hilang.

Orders

Orang tipe ini akan menginginkan hal hal disekitar mereka diatur dengan cara tertentu

dari pola simetris. Orang tipe ini memanfaatkan banyak waku untuk memastikan hal ini

di tempat yang tepat dan akan melihat langsung ketika pola sesuatu telah berubah.

Mereka biasanya marah ketika sesuatu dari milik mereka telah disusun ulang atau tidak

sempurna.

Hoarder

Orang tipe ini akan mengumpulkan benda benda atau hal hal yang mereka sadari tidak

dapat disingkirkan. Orang tipe ini akan mengumpulkan sesuatu dan menyimpannya

dengan maksud mengunakannya dimasa depan.

Thinking Ritualizes

Orang tipe ini pikiran berulang atau gambaran untuk melawan kecemasan yang

memprovokasi pikiran ataupun gambaran mereka. Pola dari orang tipe ini ialah terkait

erat dengan tipe “repeaters” kecuali pikiran pikiran mengenai ritualistik dibandingkan

perilaku. Berdoa mengulang kata kata atau frase tertentu, dan menghitung ialah ritual

yang paling umum dari tipe ini.

Worries and Pure Obsessionals

Orang tipe ini memiliki pikiran negatif yang berulang ulang bahwa mereka tidak dapat

dikontrol dan sangat mengganggu mereka. Orang tipe ini tidak mengalami perilaku

repetious, seperti mencuci tangan, memeriksa ataupun dorongan berpikir. Orang tipe ini

12

Page 13: referat obsesif kompulsif disease

murni mengkhawatirkan tentang masalah kesehatan, peristiwa traumatik di masa lalu,

atau gagal di berbagai tugas di masa depan.8

F. Kriteria Diagnostik

Kriteria Diagnosis menurut DSM-IV

a) Salah satu Obsesif atau kompulsif

Obsesif didefinisikan sebagai berikut:

1. Pikiran, impuls atau bayangan yang pernah dialami yang berulang dan menetap yang

intrusive dan tidak serasi, yang menyebabkan ansietas dan distress, yang ada selama

periode gangguan.

2. Pikiran, impuls, atau bayangan bukan ketakutan terhadap problem kehidupan yang

nyata.

3. Individu berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau bayangan

atau menetralisisr dengan pikiran lain atau tindakan.

4. Individu menyadari bahwa pikiran, impuls, bayangan yang berulang berasal dari

pikirannya sendiri (tidak disebabkan faktor luar atau pikiran yang disisipkan).

Kompulsi didefinisikan oleh:

1. Perilaku yang berulang (misalnya: cuci tangan, mengecek) atau aktivitas mental

(berdoa, menghitung, mengulang kata dengan tanpa suara) yang individu merasa

terdorong melakukan dalam respons dari obsesinya, atau sesuatu aturan yang

dilakukan secara kaku.

2. Perilaku atau aktivitas mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan distress

atau mencegah kejadian atau situasi; walaupun perilaku atau aktivitas mental tidak

berhubungan dengan cara yang realistik untuk mencegah atau menetralisir.

b) Pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit, individu menyadari bahwa obsesi dan

kompulsi berlebihan dan tidak beralasan. Catatan keadaan ini tidak berlaku pada anak.

c) Obsesi dan kompulsi menyebabkan distress, menghabiskan waktu (membutuhkan waktu

lebih dari 1 jam perhari) atau mengganggu kebiasaan normal, fungsi pekerjaan atau

akademik atau aktivitas sosial.

d) Bila ada gangguan lain pada aksis 1, isis dari obsesi dan kompulsi tidak terkait dengan

gangguan tersebut,

13

Page 14: referat obsesif kompulsif disease

e) Gangguan tidak disebabkan efek langsung dari penggunaan zat (misalnya

penyalahgunaan zat, obat) atau kondisi medik umum.

Kondisi khusus jika:

Dengan tilikan buruk: jika untuk sepanjang episode individu tidak menyadari bahwa obsesi

dan kompulsinya berat dan tidak beralasan.1

Kriteria menurut PPDGJ III

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesional atau tindakan kompulsif,

atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut turut,

dan merupakan sumber distress atau gangguan aktivitas. Gejala-gejala obsesional harus

memiliki ciri-ciri berikut :

a. Harus dikenal/disadari sebagai pikiran atau impuls dari diri individu sendiri.

b. Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang masih tidak berhasil dilawan, meskipun

ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

c. Pikiran untuk melaksanakan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas

tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas).

d. Pikiran, bayangan atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak

menyenangkan.9

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan ialah :

Tes laboratorium

Tes ini termasuk hitung darah lengkap (CBC), penyaringan untuk alkohol dan obat-

obatan, dan pemeriksaan fungsi tiroid.11

14

Page 15: referat obsesif kompulsif disease

Pemeriksaan radiologis

MRI fungsional dan PET scan menunjukkan adanya peningkatan aliran darah dan

aktivitas metabolik dalam korteks orbitofrontal, struktur limbik, kaudatus, dan talamus,

dengan predominan sebelah kanan.8

H. Diagnosis Banding

- Kondisi medik tertentu

Persyaratan diagnostic DSM-IV-TR pada distress pribadi dan gangguan fungsional

membedakan OCD dengan pikiran dan kebiasaan yang sedikit berlebihan atau biasa.

Gangguan neurologis utama untuk dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah

gangguan Tourette, gangguan “tic” lainnya, epilepsy lobus temporalis, dan kadang

kadang trauma serta komplikasi pasca ensefalitis

- Gangguan Tourette

Gejala khas gangguan tourette adalah tik motorik dan vocal yang sering terjadi bahkan

setiap hari. Gangguan tourette dan OCD memiliki awitan dan gejala yang serupa. Sekitar

90% orang dengan gangguan Tourette memiliki gejala kompulsif dan sebanyak 2/3

memenuhi criteria diagnostic OCD. 2,10

- Gangguan panik

Karakteristik perbedaan dan persamaan gangguan panic dengan gangguan obsesif-kompulsif10

Karakteristik Gangguan Panik Obsesif-Kompulsif

Waktu ada periode relatif bebas dari

gejala

terus-menerus

Persamaan menyerupai psikosis, dalam

hal adanya depersonalisasi,

derealisasi

menyerupai psikosis dalam

hal pikiran obsesif (berulang)

yang serupa waham

Gejala khas khawatir berlebihan, takut

berlebihan

pikiran-tindakan berulang

I. Penatalaksanaan

15

Page 16: referat obsesif kompulsif disease

Mengingat faktor utama penyebab gangguan obsesif-kompulsif adalah faktor biologik,

maka pengobatan yang disarankan adalah pemberian farmakoterapi dan terapi perilaku.

Banyak pasien gangguan obsesif-kompulsif yang resisten terhadap usaha pengobatan yang

diberikan baik dengan obat maupun terapi perilaku. Walaupun dasar gangguan obsesif-

kompulsif adalah biologik, namun gejala obsesif-kompulsifnya mungkin mempunyai makna

psikologis penting yang membuat pasien menolak akan pengobatan. Eksplorasi psikodinamik

terhadap resistensi pasien terhadap pengobatan sering memperbaiki kepatuhan berobat.

Beberapa penelitian mendapatkan bahwa kombinasi farmakoterapi dan terapi perilaku

lebih efektif menurunkan gejala obsesif-kompulsif.1

Pendekatan pengobatan yang dapat membantu pasien OCD termasuk terapi perilaku

(meliputi paparan situasi yang ditakuti dan pencegahan perilaku kompulsif), terapi kognitif

(dalam pikiran maladaptif) dan medikasi spesifik. Pada kebanyakan pasien, kombinasi

medikasi dengan terapi kognitif-perilaku merupakan yang paling efektif. Pemakaian tunggal

SSRI memiliki efek yang moderat dan bahkan dramatis. Bedah saraf harus disediakan

sebagai terapi piihan terakhir.

1. Terapi Kognitif-Perilaku

Gold standar untuk terapi perilaku terhadap OCD meliputi pemaparan dan

pencegahan dari ritual. Pada terapi tersebut, pasien berulang kali memaparkan dirinya

sendiri terhadap rangsangan provokatif dan menahan dirinya dari kompulsinya. Terapi

perilaku ini dimulai dengan membuat daftar lengkap dari obsesi, kompulsi dan hal-hal

yang ia hindari. Daftar ini kemudian disusun dalam suatu hirarki dari yang paling sedikit

menyebabkan kecemasan ke yang paling menyebabkan kecemasan. Pasien kemudian

memulai dengan stimulus penyebab kecemasan yang sedang dan diulang hingga

menyebabkan kecemasan yang minimal.

Dengan teknik relaksasi sendiri tidak membantu dalam pengobatan OCD dan sering

digunakan sebagai bentuk terapi kontrol dalam studi. Pasien yang hanya memiliki pikiran

obsesif dan tidak ada impulsif diajari untuk tidak menahan pikiran tapi hanya untuk

membiarkan mereka lewat secara alami.

16

Page 17: referat obsesif kompulsif disease

Lebih dari 30 uji coba “open and controlled trials” telah secara konsisten

menunjukan bahwa terapi perilaku sangat efektif dalam mengontrol obsesi, dengan

beberapa studi menunjukan bahwa pendekatan paparan dan pencegahan respon lebih

efektif daripada medikasi.

Sebuah analisis gabungan dari beberapa penelitian secara acak membandingkan

pengobatan (medikasi, psikoterapi psikodinamik, terapi perilaku yang terdiri dari

pemaparan dan pencegahan respon, atau terapi kognitif) dengan satu sama lain dan

membandingkan intervensi kelompok dengan kelompok control ditemukan baik pada

terapi kognitif dan pemaparan dan pencegahan respon sangat efektif dalam mengurangi

gejala OCD. Semakin banyak waktu yang dihabiskan menjalani terapi yang dipandu oleh

therapist dikaitkan dengan keberhasilan yang lebih besar dari terapi. 12

2. Terapi Medikasi

Pada beberapa “randomized, double-blind, placebo-controlled studies” mendukung

penggunaan serotonin-reuptake inhibitor pada orang dewasa dan anak anak. Meskipun

antidepresan trisiklik juga telah digunakan untuk OCD, efektivitas serotonin-reuptake

inhibitor telah tampak lebih besar pada “placebo-controlled” maupun “non-placebo-

controlled studies”. Sekitar 40-60% pasien memiliki respon terhadap Serotonin-reuptake

inhibitor dengan peningkatan rata rata 20-40% dalam gejala. Semua jenis serotonin-

reuptake inhibitor yang telah diteliti memiliki khasiat yang sama, tetapi pasien tunggal

mungkin hanya berespon terhadap satu atau dua jenis agen, dengan gemikian, uji serial

diperlukan untuk menentukan agen yang paling membantu sementara yang menyebabkan

efek samping terkecil.

Berbeda dengan terapi kognitif-perilaku, setelah terapi terdapat kurang dari 25%

pasien mengalami relaps, sedangkan penghentian serotonin-reuptake inhibitor

menyebabkan relaps yang lebih besar.

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)

17

Page 18: referat obsesif kompulsif disease

SSRI merupakan tipe antidepresan yang meningkatkan kadar zat yang disebut

serotonin di otak. Serotonin merupakan neurotransmitter. SSRI yang dapat diresepkan

meliputi fluoxetine, fluvoxamine, paroxetine, sertaline, citalopram, escitalopram.

Biasanya diperlukan pemakaian SSRI selama 12 minggu agar didapatkan efeknya.

Setelah itu akan dilakukan peninjauan kondisi pasien. Apabila tidak terdaapt gejala yang

mengganggu atau hanya sedikit, SSRI dapat diberhentikan.4

Efek samping SSRI meliputi sakit kepala dan “feeling sick” dan akan hilang dalam

beberapa minggu. SSRI juga dapat meningkatkan kecemasan yang dapat menyebabkan

adanya pikiran untuk bunuh diri ataupun keinginan untuk menyakiti diri.

Terapi yang Direkomendasikan bagi OCD12

3. Bedah saraf

18

Page 19: referat obsesif kompulsif disease

Meskipun kekurangan data dari percobaan “controlled trials”, beberapa jenis operasi

untuk OCD berat ataupun yang tidak dapat diterapi dengan medikasi telah dilakukan di

seluruh duniayaitu cingulotomy anterior, anterior capsulotomy, subcaudate tractotomy,

dan limbic leucotomy. Operasi-operasi ini memiliki tujuan umum untuk memutuskan

hubungan antara dorsolateral dan area orbitomedial dari lobus frontal dan limbik dan

struktur talamus. Dalam pengamatan, percobaan prospektif dari cingulotomy dan

capsulotomi, sekitar 45% pasien mengalami penurunan minimal 35% dalam tingkat

keparahan gejala. Efek samping termasuk kejang, berat badan bertambah, dan sakit

kepala yang bersifat sementara. Efek negatif pada kognisi ataupun kepribadian, jarang

terjadi.

Deep brain stimulation, yang melibatkan operasi implan elektroda yang dapat

dihidupkan dan dimatikan untuk merangsang dan menghambat aktivitas otak, menurut

“uncontrolled trials” menunjukkan bahwa memiliki khasiat di OCD.12

J. Prognosis

Gangguan obsesif kompulsif merupakan gangguan kronis dengan berbagai potensi

tingkat keparahan. Tanpa pengobatan, gejala mungkin akan hilang timbul, tapi jarang remisi

secara spontan.

Secara keseluruhan, hampir 70% pasien yang masuk dalam pengobatan mengalami

peningkatan yang signifikan dalam gejala mereka. Namun, OCD tetap menjadi penyakit

kronis, dengan gejala yang mungkin pasang surut selama hidup pasien

Sekitar 15% pasien dapat menunjukkan perburukan yang progresif pada gejala dan

penurunan fungsi seiring waktu. Seiring 5% pasien memiliki remisi lengkap dari gejala

antara episode eksaserbasi

Terapi farmakologis sering diresepkan secara berkelanjutan, jika individu yang berhasil

diobati menghentikan rejimen pengobatan mereka, tidak jarang kambuh.1,7

K. Komplikasi

19

Page 20: referat obsesif kompulsif disease

Komplikasi yang dapat disebabkan oleh gangguan obsesif kompulsif ialah antara lain :

Pikiran atau perilaku bunuh diri11

Penyalahgunaan zat atau alkohol11

Gangguan kecemasan lain11

Depresi11

Gangguan makan11

Dermatitis kontrak karena sering mencuci tangan11

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

20

Page 21: referat obsesif kompulsif disease

Gangguan obsesif kompulsif adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang cukup berat

hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang mengalaminya. Gangguan obsesi

kompulsi merupakan gangguan panik yang dikarakteristikan dengan adanya pikiran yang tidak

diinginkan dan berulang, disertai dengan kebiasaan untuk terdorong melakukannya. Gangguan

obsesif kompulsif ini disebabkan oleh factor biologis, factor prilaku dan factor psikososial Faktor

Faktor resiko yang dapat memicu terjadinya gangguan obsesif kompulsif ialah adanya riwayat

pada keluarga dan peristiwa hidup yang penuh stress.

Lebih dari 50% pasien dengan gangguan obsesif kompulsif gejala awalnya muncul

mendadak. Permulaan gangguan terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stress.

Seringkali pasien merahasiakan gejala sehingga terlambat datang berobat. Perjalanan penyakit

bervariasi, sering berlangsung panjang, beberapa pasien mengalami perjalanan penyakit yang

berfluktuasi sementara sebagian lain menetap atau terus menerus ada.

Kira-kira 20-30% pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50%

perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejalanya menetap atau memburuk.

Sepertiga dari gangguan obsesif-kompulsif disertai gangguan depresi, dan semua pasien

dengan gangguan obsesif-kompulsif memiliki risiko bunuh diri.

Tanda dan gejala obsesi seperti :

o Takut terkontaminasi oleh kuman maupun kotoran dan kontaminasi lainnya

o Takut menyakiti diri sendiri dan orang lain.

o Eksplisit secara seksual atau pikiran dan gambaran kekerasan yang mengganggu.

o Takut kehilangan atau tidak memliki sesuatu yang diperlukan.

o Order dan symmetry gagasan bahwa segala sesuatu mesti sejalan tepat

o Supersition perhatian berlebih terhadap sesuatu yang dianggap untung ataupun tidak

menguntungkan

Tanda dan gejala kompulsi seperti :

o Memeriksa sesuatu hal secara berlebihan seperi kunci, peralatan dan saklar

o Berulang kali memeriksa orang yang dicintai untuk memastikan mereka dalam keadaan aman

21

Page 22: referat obsesif kompulsif disease

o Menghitung , mengulangi kata kata tertentu atau melakukan hal tidak masuk akal lainnya

untuk mengurangi kecemasan

o Menghabiskan banyak waktu untuk mencuci dan bersih bersih

o Mengantur segala sesuatu hanya apa adanya

o Berdoa secara berlebihan atau terlibat dalam ritual yang dipicu oleh ketakutan akan agama

o Mengumpulkan sampah seperti Koran lama atau tempat makanan kosong

Terdapat beberapa tipe OCD yakni tipe tipe checkers, tipe washers and cleaners, tipe

repeaters, tipe orders, tipe hoarder, tipe thinking ritualizes, tipe worries and pure obsessionals.

Untuk mendiagnosis OCD dapat berdasarkan criteria diagnosis menurut PPDGJ III ataupun

DSMIV yang telah dijelaskan diatas. OCD didiagnosis bandingkan dengan beberapa kondisi

medic umum , gangguan tourette, dan gangguan panic.

Penatalaksanaan OCD dapat dilakukan dengan penggunaan terapi kognitif perilaku baik

dengan teknik pemaparan dan pencegahan respon maupun dengan teknik relaksasi, terapi

medikasi dapat diberikan dengan obat obat golongan SSRI maupun tricyclic antidepresan, dan

dapat dendan terapi bedah saraf walaupun masih perlu data yang lebih banyak untuk mendukung

terapi bedah saraf ini.

Prognosis mengarah kebaik apabila adalah adanya penyesuaian sosial dan pekerjaan yang

baik, adanya peristiwa yang menjadi pencetus, gejala yang episodic. Sedangkan akan mengarah

ke buruk apabila awitan masa kanak, kompulsi yang bizarre, memerlukan perawatan rumah

sakit, ada komorbiditas dengan gangguan depresi, adanya kepercayaan yang mengarah ke

waham dan adanya gangguan kepribadian (terutama kepribadian skizotipal).

DAFTAR PUSTAKA

1. Jayalangkara. 2005. Gangguan Jiwa Pada Kehamilan. J Med Nus vol.6. No.4, Hal.268-

272

22

Page 23: referat obsesif kompulsif disease

2. Abramowitz, S. Jonathan, Edna, B. Foa & Martin, E.Franklin. 2003. Exposure and Ritual

Prevention for Obsessive- Compulsive Dissorder: Effects of Intensive Versus Twice-

Weekly Session. Journal of Consulting and Clinical Psychology, American

Psychological Association.

3. Abramowitz, S. Jonathan et al. 2003. Symptom Presentation and Outcome of Cognitive-

Behavioral Therapy for Obsessive-Compulsive Dissorder. Journal of Consulting and

Clinical Psychology, American Psychological Association.

4. Adz-Dzakiey, H.B. 2007.Psikologi Kenabian. Yogyakarta: Beranda Publishibg.

5. Davison, Gerald. C & Neale, John.M. 2001. Abnormal Psychology 8th edition. New York:

John Wiley & Son

6. Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

7. Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press.

8. Marlina, S. Mahajudin. 1995. Gangguan Obsesif-Kompulsif. Tinjauan Gejala dan

Psikodinamika. Jurnal Anima, vol X, No.40, hal.44-71

9. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta:

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

10. Nevid, S. Jeffrey, Spencer, A. R & Beverly G. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1. Jakarta:

Erlangga.

11. Pinzon, R. 2006.Tatalaksana Farmakologis. Gangguan Spektrum Autistik:Telaah

Pustaka Kini. Dexa Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.4, vol.19, ISSN 0215-

7551, hal. 169-172.

.

23