GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

24
BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-hari. 1 Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan- tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman atau anggota keluarga. 2 Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2 % sampai 3 % masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka. 3 Menurut Skoog, suatu studi di 1

description

ocd

Transcript of GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

Page 1: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENDAHULUAN

Menurut Davison & Neale, gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan cemas,

dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak

terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-ulang,

sehingga menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya dalam kehidupan sehari-

hari.1

Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan atau dorongan-dorongan

intrusive dan kebanyakan tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau dieliminasi oleh

individu. Sedangkan kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-tindakan yang

digunakan untuk menekan obsesi dan membuat individu merasa lega. Gangguan

obsesif kompulsif dapat dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan

ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan mengganggu

rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau

hubungan dengan teman atau anggota keluarga.2

Menurut APA & Taylor, gangguan obsesif-kompulsif dialami 2 % sampai 3 %

masyarakat umum pada suatu saat dalam kehidupan mereka.3 Menurut Skoog, suatu

studi di Swedia menemukan bahwa meskipun kebanyakan pasien OCD menunjukkan

perbaikan, banyak juga yang terus berlanjut mempunyai simtom gangguan hidup ini

sepanjang hidup mereka.3 DSM IV membuat diagnosis gangguan obsesif kompulsif

bila orang terganggu oleh obsesi atau kompulsi yang berulang, atau keduanya

sedemikian rupa sehingga menyebabkan distress yang nyata, memakan waktu lebih

dari satu jam dalam sehari, atau secara signifikan mengganggu hal-hal rutin yang

normal, mengganggu fungsi kerja atau sosial.

1

Page 2: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang mengganggu (intrusif).

Kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti

menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan

seseorang, sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang.

Tetapi, jika seseorang memaksa untuk melakukuan kompulsi, kecemasan meningkat.4

Gangguan obsesi kompulsif adalah gejala obsesi atau kompulsi berulang yang

cukup berat hingga menimbulkan penderitaan yang jelas pada orang yang

mengalaminya.4

B. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan

adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan

obsesif-kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik

psikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif-kompulsif sebagai

diagnosis psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan

dengan zat, dan gangguan depresif berat.4

Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena, tetapi

untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif-kompulsif

dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun. Secara

keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25

tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun.

Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif-kompulsif

dibandingkan orang yang menikah. Gangguan obsesif-kompulsif ditemukan lebih

jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih.4

Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan

mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien

2

Page 3: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial

adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan

gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia spesifik,

gangguan panik, dan gangguan makan.4

C. ETIOLOGI

1) Faktor Biologis

Neurotransmiter. Banyak uji coba kinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat

mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin adalah terlibat di dalam

pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Data menunjukkan bahwa

obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem

neurotransmiter lain. Tetapi apakah serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan

obsesif-kompulsif adalah tidak jelas pada saat ini.4

Studi pencitraan otak. Berbagai penelitian pencitraan otak fungsional, sebagai

contoh PET ( positron emission tomography), telah menemukan peningkatan aktifitas

(sebagai contoh, metabolisme dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis

(khususnya kaudata), dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif.

Baik tomografi komputer (CT scan) dan pencitraan resonansi magnetik (MRI) telah

menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara biateral pada pasien dengan

gangguan obsesif-kompulsif. Baik penelitian pencitraan otak fungsional maupun

struktural konsisten dengan pengamatan bahwa prosedur neurologis yang melibatkan

singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien dengan gangguan obsesif-

kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini melaporkan peningkatan waktu

relaksasi T1 di korteks frontalis. 4

Genetika. Penelitian kesesuaiaan pada anak kembar untuk gangguan obsesif-

kompulsif telah secara konsisten menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih

3

Page 4: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

tinggi secara bermakna pada kembar monozigotik dibandingkan kembar dizigotik.

Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa

35 persen sanak saudara derajat pertama pasien gangguan obsesif-kompulsif juga

menderita gangguan.4

2) Faktor Perilaku

Menurut ahli teori pembelajaran, obsesi adalah stimulus yang dipelajari.

Stimulus yang relatif netral menjadi dikaitkan dengan rasa takut atau ansietas melalui

proses pembelajaran responden yaitu memasangkan stimulus netral dengan peristiwa

yang sifatnya berbahaya atau menghasilkan kecemasan. Denagan demikian, objek

dan pikiran yang tadinya netral menjadi stimulus dipelajari yang mampu

menimbulkan kecemasan atau ketidaknyamanan. 4

3) Faktor Psikososial

Faktor kepribadian. Gangguan obsesif-kompulsif adalah berbeda dari gangguan

kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif-kompulsif

tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian, sifat kepribadian

tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif-

kompulsif. Hanya kira-kira 15 sampai 35 persen pasien gangguan obsesif-kompulsif

memiliki sifat obsesional pramorbid.4

Faktor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan

psikologis utama yang menentukanbentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter

obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan pembentukan reaksi.4

Faktor psikodinamik lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan obsesif-

kompulsif dinamakan neurosis obsesif-kompulsif dan merupakan suatu regresi dari

fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan gangguan

obsesif-kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang pembalasan dendam atau

4

Page 5: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

kehilangan objek cinta yang penting, mereka mundur dari fase oedipal dan beregresi

ke stadium emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal.

Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan

pasien dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan. Suatu ciri yang melekat

pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah derajat dimana mereka

terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi gejala mereka atau

dalam hubungan yang terletak di belakangnya. Dengan demikian, psikogenesis

gangguan obsesif-kompulsif, mungkin terletak pada gangguan dan perkembangan

pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan anal-sadistik.4

Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam karakteristik

kehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal selama fase

perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian kepada suatu

objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola

perilaku melakukan-tidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang

melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan. 1

Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal,

ketimbang impuls; yaitu fungsi ego, dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh regresi.

Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan. Orang merasa

bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik

yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang peristiwa

tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan

menakutkan bagi pasien gangguan obsesif-kompulsif.

D. DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:4

a. Salah satu obsesi atau kompulsi

Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

5

Page 6: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

1. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang

dialami, pada suatu saat dimana selama gangguan, sebagai intrusif dan tidak

sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.

2. Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran

yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.

3. Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran, impuls, atau

bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya dengan pikiran atau

tindakan lain.

4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan obsesional

adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak disebabkan dari luar seperti

penyisipan pikiran).

Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Perilaku (misalnya, mencuci tangan, mengurutkan, memeriksa) atau tindakan

mental (misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-kata dalam hati) yang

berulang yang dirasakannya mendorong untuk melakukannya sebagai respon

terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan yang harus dipatuhi secara

kaku.

2. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk mencegah atau menurunkan

penderitaan atau mencegah suatu kejadian atau situasi yang menakutkan,

tetapi perilaku atau tindakan mental tersebut tidak dihubungkan dengan cara

yang realistik dengan apa mereka dianggap untuk menetralkan atau

mencegah, atau jelas berlebihan.

b. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa

obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak

berlaku bagi anak-anak

c. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas, menghabiskan

6

Page 7: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna

mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan (atau akademik), atau

aktifitas atau hubungan sosial yang biasanya.

d. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas

padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan

makan, menarik rambut jika terdapat trikotilomania, permasalahan pada

penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh, preokupasi dengan obat

jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat, preokupasi dengan menderita

suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis, preokupasi dengan

dorongan atau fanatasi seksual jika terdapat parafilia, atau perenungan

bersalah jika terdapat gangguan depresif berat).

e. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang

disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:5

a. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan

kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua

minggu berturut-turut.

b. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu

aktivitas penderita.

c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:

• Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.

• Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan,

meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

• Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang

memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan

atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di atas.

7

Page 8: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

• Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan

pengulangan yang tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive)

d. Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif, dengan depresi.

penderita gangguan obsesif kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresif,

dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-

pikiran obsesif selama episode depresifnya.

Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat atau menurunnya gejala

depresif umumnya dibarengi secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila

terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari gejala-

gejala yang timbul lebih dahulu.

Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada gangguan

depresif pada saat gejalobsesif kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak

adayang menonjol, maka baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.

Pada gangguan menahun, maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan

saat gejala yang lain menghilang.

e. Gejala obsesif ”sekunder” yang terjadi pada gangguan skizofrenia, sindrom

Tourette, atau gangguan mental organk, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi

tersebut.

F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan

Pedoman Diagnostik

a. Keadaan ini dapat berupa gagasan, bayangan pikiran, atau impuls ( dorongan

perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien)

b. Meskipun isi pikiran tersebut berbeda-beda, umumnya hampir selalu

menyebabkan penderitaan (distress).5

8

Page 9: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif ( obsesional ritual)

Pedoman Diagnostik

a. Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan kebersihan (khususnya

mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi

yang dianggap berpotensi bahaya terjadi, atau masalah kerapian dan

keteraturan.

Hal tersebut dilatarbelakangi perasaan takut terhadap bahaya yang

mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya, dan tindakan ritual tersebut

merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya

tersebut.

b. Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita banyak waktu sampai beberapa

jam dalam sehari dan kadang-kadang berkaitan dengan ketidakmampuan

mengambil keputusan dan kelambanan.5

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif

Pedoman Diagnostik

a. Kebanyakn dari penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran obsesif

serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bialmana kedua hal

tersebut sama-sama menonjol, yang umumnya memang demikian.

b. Apabila salah satu memang jelas lebih dominan,sebaiknya dinyatakan dalam

diagnosis F42.0 atau F42.1. hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda

terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih respondif terhadap terapi

perilaku.5

F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya

F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT

E. GAMBARAN KLINIS

Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:

a. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara bertubi-tubi dan

9

Page 10: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.

b. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang menyertai manifestasi

sentral dan seringkali menyebabkan orang melakukan tindakan kebalikan

melawan gagasan atau impuls awal.

c. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu dialami sebagai

suatu yang asing bagi pengalaman seseorang tentang dirinya sendiri sebagai

makhluk psikologis.

d. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau kompulsi tersebut,

orang biasanya menyadarinya sebagai mustahil dan tidak masuk akal.

e. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya merasakan suatu

dorongan yang kuat untuk menahannya.

Tetapi kira-kira separuh dari semua pasien memiliki pertahanan yang kecil terhadap

kompulsi. Kira-kira 80 persen dari semua pasien percaya bahwa kompulsi adalah

irasional.

F. DIAGNOSIS BANDING

Kondisi medis

Gangguan neurologis utama yang dipertimbangkan dalam diagnosis banding adalah

gangguan Tourette, gangguan tik lainnya, epilepsi lobus temporalis, dan kadang-

kadang komplikasi trauma dan pascaensefalitik. Gejala karakteristik dari gangguan

Tourette adalah tik motorik dan vokal yang sering dan hampir setiap hari terjadi.4

Keadaan psikiatri lain

Pertimbangan psikiatrik utama di dalam diagnosis banding gangguan obsesif-

kompulsif adalah skizofrenia, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, fobia, dan

gangguan depresif. Gangguan obsesif kompulsif biasanya dapat dibedakan dari

skizofrenia oleh tidak adanya gejala skizofrenik lain, oleh kurang kacaunya sifat

gejala, dan oleh tiikan pasien terhadap gangguan mereka. Gangguan kepribadian

obsesif-kompulsif tidak memiliki derajat gangguan fungsional yang berhubungan

10

Page 11: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

dengan gangguan obsesif-kompulsif. Fobia dibedakan dengan tidak adanya hubungan

antara pikiran obsesif dan kompulsi. Gangguan depresif berat kadang-kadang dapat

disertai oleh gagasan obseisf, tetapi pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif saja

tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat. 4

Kondisi psikiatrik lain yang dapat berhubungan erat dengan gangguan obsesif-

kompulsif adalah hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan kemungkinan

gangguan impuls lainnya, seperti kleptomania dan judi patologis. Pada semua

gangguan tersebut pasien memiliki pikiran yang berulang, sebagai contoh

permasalahan tentang tubuhnya, atau perilaku yang berulang sebagai contoh

mencuri.4

G. TERAPI

Farmakoterapi

Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk

mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam

rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah empat sampai enam

minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu delapan sampai enam belas

minggu untuk mendapatkan manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun

pengobatan dengan obat antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien

dengan gangguan obsesif-kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan

antidepresan tampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan

standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine

(Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI-serotonin

specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac). 4

Clomipramine

Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur

dan dapat ditingkatkan dengan peningkatan 25 mg sehari setiap dua sampai tiga hari,

sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tampak efek samping yang membatasi

11

Page 12: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek

samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik,

seperti mulut kering.4

SSRI

Penelitian tentang Fluoxetine dalam gangguan obsesif-kompulsif

menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat terapeutik.

Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala,

insomnia, mual, dan efek samping gastrointestinal, SSRI dapat ditoleransi dengan

lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan demikian, kadang-kadang SSRI digunakan

sebagai obat lini pertama dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif.4

Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli terapi

menambahkan lithium (Eskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam pengobatan

gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI,

monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil).4

Terapi perilaku

Walaupun beberapa perbandinga telah dilakukan, terapi perilaku sama

efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif-kompulsif. Dengan

demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih

untuk gangguan obsesif-kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi

rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif-

kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon. Desensitisasi, menghentikan

pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada

pasien gangguan obsesif kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar

menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.4

Psikoterapi

Psikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien

gangguan obsesif-kompulsif, walaupun gejalanya memiliki berbagai derajat

keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial. Dengan

12

Page 13: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional, simpatik, dan

mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut,

tanpa hal tersebut gejalanya akan menyebabkna gangguan. Kadang-kadang jika ritual

dan kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleraansi, perlu

untuk merawat pasien di rumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan

menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang

dapat ditoleransi.4

Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien.

Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui

dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasihat tentang bagaimana

menangani dan berespons terhadap pasien.4

Terapi lain

Terapi keluarga seringkali berguna dalam mendukung keluarga, membantu

menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun

ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien. Terapi kelompok

berguna sebagai sistem pendukung bagi beberapa pasien. Untuk pasien yang sangat

kebal terhadap pengobatan, terapi elektrokonvulsif (ECT) dan bedah psiko

(psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak seefektif bedah psiko tetapi

kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan. Prosedur bedah psiko yang paling

sering dilakukan untuk gangguan obsesif kompulsif adalah singulotomi, yang berhasil

dalam mengobati 25 sampai 30 persen pasien yang tidak responsif terhadap

pengobatan lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah psiko adalah

perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan

Phenytoin (Dilantin). Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan

dengan farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum operasi menjadi respon terhadap

farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.4

13

Page 14: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

BAB III

KESIMPULAN

14

Page 15: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

Gangguan obsesif – kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan

adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak

waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distress).

Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan kompulsif,

atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu

berturut – turut.

Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif

diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak, genetika,

faktor perilaku dan faktor psikososial, yaitu faktor kepribadian dan faktor

psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan

gangguan obsesif – kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan

terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan

pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik

DAFTAR PUSTAKA

15

Page 16: GANGGUAN OBSESI KOMPULSIF

1. Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta:

UI-Press.

2. Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

3. Nevid, S. Jeffrey, Spencer, A. R & Beverly G. 2005. Psikologi Abnormal jilid

1. Jakarta: Erlangga.

4. Sadock, J. Benjamin, Virginia A. Sadock. 2010. Gangguan Obsesi Kompulsif.

EGC : Jakarta. Hal 247-252.

5. Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-

III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. Hal 76-77.

16