Skenario D Kelompok 1

78
SKENARIO D BLOK V BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Biologi Molekuler, Genetika dan Penunjang Metabolisme Energi adalah blok kelima pada semester 2 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus yang terakhir sebagai tahap pembelajaran dalam blok kelima ini. Penulis kali ini memaparkan kasus yang diberikan mengenai Fisiologi dan Biokimia. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu: 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakults Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. 1

description

d

Transcript of Skenario D Kelompok 1

Page 1: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Biologi Molekuler, Genetika dan Penunjang Metabolisme Energi adalah blok

kelima pada semester 2 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus yang terakhir sebagai tahap

pembelajaran dalam blok kelima ini. Penulis kali ini memaparkan kasus yang diberikan

mengenai Fisiologi dan Biokimia.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakults Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

1

Page 2: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

TUTORIAL SKENARIO D

Tutor : Dr. Yanti Rosita, M.Kes

Moderator : Egyd Tradiga

Sekretaris meja : Adawiyah Simanjuntak

Sekretaris papan : Siti Nurbaya

Hari, Tanggal : Senin, 8 April 2013 dan Rabu, 10 April 2013

Rule tutorial : 1. Alat komunikasi dinonaktifkan

2. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat

3. Dilarang makan dan minum

2.2 Skenario Kasus

Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn, menjalankan nazarnya untuk mendaki dan

menginap di puncak Gunung Semeru setelah diangkat sebagai Wakil Menteri urusan

minyak. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam ia berhasil mencapai

puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl. Setelah beberapa jam di puncak, ia mengeluh

mengalami sesak nafas, sakit kepala, mual, penglihatan kabur dan terasa melayang. Ia

berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang beristirahat dan

bertambah berat bila berjalan. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi

maupun gangguan kardiovaskuler. Dr. Boy, dokter tim pendakian, melakuakan

pemeriksaan terhadap Ir. Priyo.

2

Page 3: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Tanda vital:

Temp : 36,2 ºC, HR: 108 x/mnt, TD: 100/60 mmHg, RR: 36 x/mnt cepat dangkal

EKG portabel: Deskripsi jantung dalam batas normal

Pulse oxymetri : saturasi oksigen: 70%

Dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau paru-paru.

Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian.

2.3 Paparan

2.3.1 Klarifikasi Istilah-Istilah

1. Nazar : Janji pada diri sendiri apabila hendak berbuat sesuatu

dan jika maksud tersebut tercapai.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

2. Puncak : Bagian yang terletak paling atas atau di atas sekali.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

3. Sesak Nafas : Keadaan sulit untuk bernafas

(Struktur dan fungsi tubuh manusia untuk paramedis)

4. Pulse oxymetri : Denyutan berirama pada pembuluh nadi yang dapat

diraba dengan jari tangan.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

5. Temperatur : Pernyataan tingkat panas atau dingin dengan

menggunakan skala khusus, pengukuran energi

kinetik rata-rata akibat agitasi termal.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

3

Page 4: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

6. Saturasi O2 : Jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam

darah dinyatakan persentase kapasitas pengikatan

maksimal. (Kamus Saku Kedokteran Dorland)

7. Mual : Sensasi tidak menyenangkan yang samar pada

epigastrium dan abdomen dengan kecenderungan

untuk muntah. (Kamus Saku Kedokteran Dorland)

8. Sakit kepala : Berasa tidak nyaman di kepala karena menderita

sesuatu. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

9. RR : Jumlah pergerakan dinding dada tiap satuan waktu,

menandakan inhalasi dan ekshalasi.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

10. Penglihatan Kabur : Ketakjelasan, berawan atau berkabut ketika melihat

sensasi pada saat benda dilingkungan luar

dipersepsikan dengan bantuan cahaya yang

dipancarkan atau dipantulkan.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

11. TD : Jumlah denyut pada arteri perifer tiap satuan waktu.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

12. Gangguan kardiovaskuler : Defek morfologi yang diakibatkan oleh kerusakan

ekstrinsik atau gangguan pada proses perkembangan

yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh

darah. (Kamus Saku Kedokteran Dorland)

13. Gangguan respirasi : Defek morfologi yang diakibatkan oleh kerusakan

ekstrinsik atau gangguan pada proses perkembangan

yang berhubungan pertukaran oksigen dan

4

Page 5: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

karbondioksida antara atmosfer dan sel tubuh meliputi

ventilasi (inspirasi dan ekspirasi).

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

14. Mengidap : Menderita suatu sakit atau penyakit.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

15. Tanda vital : Denyut nadi, pernafasan dan suhu.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

16. HR : Jumlah darah yang dipompakan ke seluruh tubuh oleh

jantung tiap satuan waktu.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Ir. Priyo Yudho Bahtero, 5 thn, menjalankan nazar untuk mendaki dan menginap

di puncak Gunung Semeru. Setelah menempuh perjalanan mendaki selama 6 jam

ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl.

2. Setelah beberapa jam dipuncak, ia mengeluh mengalami:

A. Sesak Nafas

B. Sakit kepala

C. Mual

D. Penglihatan kabur

E. Terasa melayang

3. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang

beristirahat dan bertambah berat bila berjalan.

4. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun kardiovaskuler.

5. Tanda vital:

Temp : 36,2 ºC, HR: 108 x/mnt, TD: 100/60 mmHg, RR: 36 x/mnt cepat dangkal

EKG portabel: Deskripsi jantung dalam batas norma

Pulse oxymetri : saturasi oksigen: 70%

5

Page 6: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

6. Dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau

paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian

2.3.3 Analisis Masalah

1. Ir. Priyo Yudho Bahtero, 5 thn, menjalankan nazar untuk mendaki dan

menginap di puncak Gunung Semeru. Setelah menempuh perjalanan mendaki

selama 6 jam ia berhasil mencapai puncak dengan ketinggian 3676 meter dpl.

a. Otot apa saja yang berperan ketika saat mendaki?

Jawab:

Pada saat berdiri tulang penyangga tubuh adalah tulang tibia,

Otot-otot yang menggerakkan paha semuanya menempel ke sebagian dari

gelang panggul dan femur (tulang paha). Otot-otot ini meliputi otot-otot

gluteus, iliopsoas, dan sekelompok otot-otot adductor. Kontraksi dari otot-

otot ini menggerakkan sendi panggul. Otot-otot gluteus terletak pada

permukaan belakang dan meliputi gluteus maximus, gluteus medius dan

gluteus minimus. Otot-otot gluteus mengabduksi paha. Gluteus maximus

adalah otot terbesar dalam tubuh dan membentuk bagian pantat, inilah otot

yang anda bertumpu padanya ketika duduk. Sebagai tambahan dari

mengabduksi paha, gluteus maximus juga meluruskan, atau

mengekstensikan, paha pada panggul, ketika anda menaiki tangga. Gluteus

medius terletak sebagian dibelakang dan atas dari gluteus maximus. Kedua

otot gluteus ini biasanya digunakan sebagai tempat injeksi intramuskuler.

Iliopsoas terletak pada permukaan superior dari daerah diantara paha dan

perut.

Kontraksi dari otot ini memfleksikan paha, membuatnya

antagonis terhadap gluteus maximus. Otot-otot adductor terletak pada

permukaan bagian tengah (dalam) dari paha. Otot-otot ini mengadduksi

paha, menekan mereka secara bersama. Inilah otot-otot yang digunakan

oleh penunggang kuda untuk tetapi di atas kuda. Otot-otot adductur

meliputi adductor longus, adductor brevis, adductor magnus, dan adductor

6

Page 7: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

gracilis. Otot-otot yang menggerakkan tungkai terletak di paha, meliputi

kelompok quadriceps femoris, sartorius, dan kelompok otot-otot yang

memfleksikan lutut. Kelompok quadriceps femoris terdiri dari empat otot

yang terletak pada bagian depan dan permukaan lateral dari paha. Keempat

otot tersebut masuk ke dalam tuberositas tibia dengan tendon patella.

Sebagai sebuah kelompok, mereka mengekstensikan, atau meluruskan

tungkai pada lutut. Anda akan menggunakan mereka bila menendang bola.

Otot-otot yang membentuk kelompok ini meliputi vastus lateralis, vastus

intermedius, vastus medialis, dan rectus femoris. Vastus lateralis seringkali

digunakan sebagai tempat injeksi pada anak-anak karena lebih

berkembang dibandingkan dengan otot-otot gluteus. Karena rectus femoris

berasal dari tulang pelvis, otot ini dapat juga memfleksikan paha pada

sendi panggul.

Sartorius adalah otot terpanjang dalam tubuh. Dia otot yang

mirip dengan tali yang terletak pada permukaan depan dari paha. Sartorius

melewati diatas quadriceps pada arah yang oblik dan memungkinkan

tungkai untuk berotasi, sehingga anda dapat duduk dengan menyilangkan

tungkai. Dahulu kala, penjahit biasa duduk dengan tungkai menyilang

ketika mereka bekerja. Kata latin untuk penjahit adalah sartor, jadi otot ini

dinamakan sartorius. Otot-otot yang memfleksikan lutut (hamstrings)

adalah sekelompok otot yang terletak pada permukaan belakang dari paha.

Semua otot-otot meluas dari ischium (tulang pelvis) ke tibia. Mereka

memfleksikan tungkai pada lutut dan oleh karena itu antagonis terhadap

quadriceps femoris. Karena otot-otot ini juga melintasi sendi panggul,

mereka mengekstensikan paha. Tendon yang kuat dari otot ini dapat

dirasakan di belakang lutut. Tendon yang sama ini ditemukan pada

lengkungan punggung. Otot-otot hamstring meliputi biceps femoris,

semimembranosus, dan semitendinosus. Otot-otot yang menggerakkan

kaki terletak pada permukaan depan, samping dan belakang dari tungkai.

Tibialis anterior terletak pada permukaan depan. Dia menyebabkan

dorsofleksi dari kaki. Otot peroneus longus terletak pada permukaan

samping. Dia mengarahkan kaki keluar, mendukung lengkung kaki, dan

membantu fleksi telapak kaki. Gastrocnemius dan soleus adalah otot utama

7

Page 8: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

pada permukaan belakang dari tungkai dan membentuk bagian berdaging

di belakang tungkai. Mereka menempel ke calcaneus (tulang tumit)

melalui tendon calcaneus, atau tendon Achilles. Kontraksi dari otot-otot ini

menyebabkan fleksi dari telapak kaki. Gastrocnemius kadang-kadang

disebut otot jari-jari penari karena dia memungkinkan anda untuk berdiri

di ujung kaki. (Snell, 2006)

b. Bagaimana keadaan udara pada ketinggian 3676 meter?

Jawab:

Tekanan barometer di ketinggian permukaan laut tekanan 760

mmHg, sedangkan pada ketinggian 10.000 kaki diatas permukaan laut

hanya 523 mmHg. Pada skenario kasus ini, ketinggian 3676 meter itu

sama dengan 12.060 kaki yang memiliki tekanan 392,4 mmHg. Dapat

disimpulkan bahwa udara pada ketinggian 3676 meter memiliki

tekanan udara yang rendah. (Guyton, 2007)

c. Perubahan fisiologi apa yang terjadi pada saat mengalami perubahan

ketinggian?

Jawab:

Pada saat terjadi perubahan ketinggian, maka akan terjadi pula

perubahan keadaan lingkungan disekitar. Semakin tinggi dataran, maka

tekanan, suhu, kadar oksigen yang dibutuhkan dalam proses pernafasan

menjadi semakin rendah. Otot-otot pernafasan diatur oleh pusat

pernafasan yang terdiri dari neuron dan reseptor pada pons dan medula

oblongata. Pusat pernafasan merupakan bagian sistem saraf yang

mengatur semua aspek pernafasan. Faktor utama pada pengaturan

pernafasan adalah respons dari pusat kemoreseptor dalam pusat

pernafasan terhadap tekanan parsial (tegangan) karbon dioksida

(PaCO2) dan Ph darah arteri.

Manusia dapat menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk

beradapatasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat terlihat pada dua gen

orang di dataran tinggi yang berbeda dengan gen orang yang tinggal

didataran rendah. Adanya perbedaan ini mengindikasikan bahwa faktor

8

Page 9: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

genetic dipengaruhi faktor geografi. Ketika ketinggian bertambah,

maka manusia akan meningkatkan frekuensi pernapasan dan denyut

jantung. Jumlah hemoglobin dalam darah juga bertambah karena faktor

ketinggian. Tekanan oksigen di udara pada dataran tinggi lebih rendah

disbanding tekanan oksigen di dataran rendah.

Ketika kita berpergian ke daerah tinggi, tubuh kita mulai

membentuk respon fisiologis yang inefesien. Terdapat kenaikan

frekuensi pernapasan dan denyut jantung hingga dua kali lipat

walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan tekanan darah meningkat

karena jantung memompa lebih kuat untuk mendapatkan lebih banyak

oksigen. Kemudian tubuh mulai membentuk respon efisien secara

normal yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan kapiler banyak

diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru akan

bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan

karbondioksida. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot yang

memperkuat transfer gas. (Ayu, 2009)

d. Bagaimana Pandangan Islam tentang nazar?

Jawab:

فليطعه ه الل يطيع أن نذر من“Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut.”

(HR. Bukhari no. 6696)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau

bersabda,

يعصه فال يعصيه أن نذر ومن ، فليطعه ه الل يطيع أن نذر من“Barangsiapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut.

Barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah

memaksiati-Nya. ” (HR. Bukhari no. 6696)

2. Setelah beberapa jam dipuncak, ia mengeluh mengalami:

A. Sesak nafas

1. Sistem apa yang berhubungan dengan sesak nafas?

Jawab: Sistem yang berhubungan dengan sesak nafas adalah

sistem respirasi dan sistem kardiovaskuler (guyton, 2007)

9

Page 10: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan

dengan sesak?

Jawab: Anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan

sesak adalah sebagai berikut:

1. Hidung

2. Pharynx

3. Larynx

4. Trakea

5. Bronkus

6. Bronkiolus

7. Alveolus

8. Paru-paru

Respirasi mencakup dua proses yang berkaitan, yaitu respirasi

eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal atau pernapasan pulmoner

adalah suatu proses yang merujuk pada mekanisme pertukaran gas O2 dan

CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh (Sherwood 2011). Empat

proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner:

1. Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli

dengan udara luar.

2. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan kapiler darah paru

3. Transpor oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan perifer sehingga

oksigen dapat mencapai semua bagian tubuh

4. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara jaringan dan darah melalui

proses difusi menembus kapiler sistemik (Sherwood 2011)

Proses kedua adalah respirasi jaringan atau respirasi internal. Proses ini

merujuk pada proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam

mitokondria, yang menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida

selagi mengambil energy (ATP) dari molekul nutrien (Sherwood 2011).

10

Page 11: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

3. Apa saja faktor penyebab sesak nafas?

Jawab:

Faktor penyebab sesak nafas adalah sebagai berikut:

1. Kelainan gas-gas pernapasan dalam cairan tubuh, seperti hipoksia.

2. Jumlah kerja yang harus dilakukan oleh pernapasan

3. Keadaan pikiran seseorang seperti stress

(Guyton, 2007)

4. Bagaimana mekanisme dari sesak nafas?

Jawab:

Dyspnea berkaitan dengan ventilasi. Ventilasi dipengaruhi oleh

kebutuhan metabolic dari konsumsi oksigen dan eliminasi karbondioksida.

Frekuensi ventilasi bergantung pada rangsangan pada kemoreseptor yang ada

di badan karotid dan aorta. Selain itu, frekuensi ini juga dipengaruhi oleh

sinyal dari reseptor neural yang ada di parenkim paru, saluran udara besar dan

kecil, otot pernapasan, dan dinding toraks.

Pada dyspnea, terjadi peningkatan usaha otot dalam proses inspirasi

dan ekspirasi. Karena dypsnea bersifat subjektif, maka dypsnea tidak selalu

berkorelasi dengan derajat perubahan secara fisiologis. Beberapa pasien dapat

mengeluhkan ketidakmampuan bernapas yang berat dengan perubahan

fisiologis yang minor, sementara pasien lainnya dapat menyangkal terjadinya

ketidakmampuan bernapas walaupun telah diketahui terdapat deteriorasi

kardiopulmonal.

Defek dasar dari dypsnea adalah ketidakcocokan antara tekanan yang

dihasilkan otot pernafasan dengan volume tidal (perubahan panjang).

Kapanpun perbedaan tersebut muncul, muscle spindle dari otot interkostal

mentransmisikan sinyal yang membawa kondisi bernapas menjadi sesuatu

yang disadari. Reseptor jukstakapiler yang terlokasi di interstitium alveolar

dan disuplai oleh serat saraf vagal tidak termielinisasi akan distimulasi oleh

terhambatnya aktivitas paru. Segala kondisi tersebut akan mengaktivasi refleks

Hering-Breuer dimana usaha inspirasi akan dihentikan sebelum inspirasi

maksimal dicapai dan menyebabkan pernapasan yang cepat dan dangkal.

Reseptor jukstakapiler juga bertanggung jawab terhadap munculnya dyspnea

pada situasi dimana terdapat hambatan pada aktivitas paru. (Pearce, 2012)

11

Page 12: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

B. Sakit Kepala

1. Sistem apa yang berhubungan dengan sakit kepala?

Jawab: Sistem yang berhubungan dengan sakit kepala adalah sistem saraf.

(Guyton, 2007)

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan sakit

kepala?

Jawab:

otak atau sering disebut korteks serebri, yang menjadi pusat

kecerdasan, pusatmotoris volunteer dan sensors, korteks serebri menjadi pusat

kecerdasan karena memiliki area asosiasi yang menjadi pusat interaksi antar

berbagai fungsi fisiologis sistem saraf. Di area asosiasi, terjadi antara berbagai

pusat sensoris untuk selanjutnya berefek kepada pusat motoris. Korteks serebri

menjadi pusat motoris yang hubungan dengan kecerdasan seperti menulis,

melukis, dan berbicara.

Sistem saraf otonom bergantung pada sistem saraf pusat, dan diantara

keduanya dihubungkan urat-urat saraf aferen dan eferen. Juga memiliki sifat

seolah-olah sebagai bagian sistem saraf, yang telah bermigrasi dari saraf guna

mencapai kelenjar, pembuluh darah, jantung, paru-paru dan usus. Karena

sistem saraf otonom itu terutama berkenaan dengan pengendalian organ-organ

dalam secara tidak sadar, kadang-kadang disebut juga susunan saraf tak sadar.

Menurut fungsinya, susunan saraf otonom di bagi menjadi dua bagian yaitu

sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis terletak di depan kolumna

vertebra dan berhubungan dengan susunan tulang belakang melalui serabut-

serabut saraf. Sistem parasimpatis yang terbagi dalam dua bagian yang terdiri

dari saraf otonom cranial dan saraf otonom sakral. (Pearce, 2012)

12

Page 13: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

3. Apa saja faktor penyebab sakit kepala?

Jawab: Faktor penyebab sakit kepala adalah karena kurangnya oksigen yang

masuk kedalam otak, kemudian adanya kontraksi pada otot-otot kepala dan

saraf serta adanya tekanan pada saraf-saraf yang mengandung serabut-serabut

untuk rasa nyeri di daerah kepala. (Hernanta, 2013)

4. Bagaimana mekanisme dari sakit kepala?

Jawab:

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan –

bangunan di wilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan –

bangunan ektrakranial yang peka-nyeri ialah otot –otot oksipital, temporal dan

frontal, kulit kepala, arteri- arteri subkutis dan periostium. Tulang tengkorak

sendiri tidak peka nyeri terdiri dari meninges , terutama dura basalis, dan

meninges yang mendindingi sinus venosus serta arteri 0 artei besar pada bais

otak. Sebagaian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.

(Pearce, 2012)

C. Mual

1. Sistem apa yang berhubungan dengan mual?

Jawab: Sistem yang berhubungan dengan mual adalah sistem digestif.

(Guyton, 2007)

2. Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang berhubungan dengan mual?

Jawab:

- Mulut : mengecap, mengunyah, membentuk bolus makanan

- Saliva : pelumas, membilas, mencerna

- Oesophagus : transpor

- Liver dan empedu : ekskresi, pencernaan lemak, metabolisme detoksikasi

- Kandung empedu : penyimpanan empedu

- Gaster proksimal : penyimpanan

- Gaster distal : persiapan, pencernaan, penguraian

- Pankreas (eksokrin) : enzim pencernaan (HCO3- sebagai H+)

(Silbernagl, 2006)

13

Page 14: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Fungsi utama sistem pencernaan makanan adalah memindahkan zat

nutrisi, air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam

untuk didistribusikan ke sel-sel melalui sistem sirkulasi. Zat makanan

merupakan sumber energi bagi tubuh, seperti ATP yang dibutuhkan sel untuk

melaksanakan berbagai kegiatan di tubuh dan juga berfungsi sebagai bahan

pembangun dan pengganti sel-sel rusak.

Pembuangan sisa sampah tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari

sistem pencernaan yang berlangsung melalui paru-paru, ginjal, defekasi pada

akhir pencernaan, dan keringat melalui kulit. Agar makanan dapat dicerna

secara optimal dalam saluran pencernaan, maka saluran pencernaan harus

memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus-menerus.

Untuk itu dibutuhkan :

a. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan

b. Sekresi getah pencernaan

c. Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit

d. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang

akan diabsorpsinya

e. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormone

Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, meliputi proses sebagai

berikut :

a. Ingesti : masuknya makanan ke dalam mulut

b. Pemotongan dan penggilingan : dilakukan secara mekanikal oleh gigi,

kemudian bercampur dengan saliva sebelum ditelan

c. Peristalsis : gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan

makanan tertelan melalui saluran pencernaan

d. Digesti : hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil

sehingga absorpsi dapat berlangsung

e. Absorpsi : pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan

ke dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh

14

Page 15: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

f. Egesti (defikasi) : proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga

bakteri dalam bentuk feses keluar dari saluran pencernaan

(Silbernagl, 2006)

3. Apa saja faktor penyebab mual?

Jawab:

1. Impuls iritatif yang datang dari traktus gastrointestinal.

2. Impuls yang berasak dari otak bawah yang berhubungan dengan motion

sickness.

3. Impuls dari korteks serebri untuk terjadinya muntah.

(Guyton,2007)

4. Bagaimana mekanisme dari mual?

Jawab:

Perasaan yang sangat tidak enak dibelakang tenggorokkan dan

epigastrium kemudian terjadi perubahan aktivitas saluran cerna seperti

meningkatnya salvias kemudian menurunnya tonus lambung dan peristaltic

lalu meningkatnya tonus duodenum dan jejunum menyebabkan terjadinya

refluks isi duodenum kelambung.

Mual dan muntah merupakan gejala dan tanda yang sering menyertai

gangguan gastrointestinal, demikian juga dengan penyakit lain. Beberapa teori

mengenai penyebab mual dan muntah telah berkembang tetapi tidak ada

kesepakatan mengenai penyebab. Mual dan muntah dapat dianggap sebagai

suatu fenomena yang terjadi dalam tiga stadium (1) Mual, (2) Retching, (3)

Muntah. Stadium pertama mual dapat dijelaskan perasaan yang sangat tidak

enak dibelakan tenggorokan dna epogastrium, sering menyebabkan muntah.

Terdapat berbagai perubahan aktivitas saluran cerna yang berkaitan dengan

mual, seperti meningkatnya salivasi, menurunnya tonus lambung, dan

peristaltic. Peningkatkan tonus duodenum dan jejunum menyebabkan

terjadinya refluks isi duodenum ke lambung. Gejala dan tanda mual seringkali

pucat meningkatnya saliva, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat dan

takikardi. (Price, 2012)

15

Page 16: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

D. Penglihatan kabur dan terasa melayang

1. Sistem apa yang berhubungan dengan sakit kepala dan

terasa melayang?

Jawab: sistem yang berhubungan dengan sakit kepala dan terasa

melayang adalah sistem saraf. (Guyton, 2007)

2. Apa saja faktor penyebab sakit kepala dan terasa melayang?

Jawab: faktor penyebab sakit kepala dan terasa melayang adalah

karena mengalami kekurangan oksigen atau hipoksia. Hal ini terjadi

karena tekanan udara yang sangat rendah. (Hernanta, 2013)

3. Bagaimana mekanisme dari sakit kepala dan terasa melayang?

Jawab:

Penglihatan kabur serta badan terasa melayang berkaitan

dengan sistem saraf pusat yang terganggu pada orang yang terpajan

kadar oksigen rendah di dalam jaringan. Eksitabilitas neuron sangat

bergantung pada penyediaan oksigen yang cukup. Pengurangan

oksigen selama beberapa detik saja dapat menghilangkan eksitabilitas

neuron secara sempurna. Keadaan ini diakibatkan oleh aliran darah

otak terganggu untuk sementara waktu.

(Guyton, 2007)

3. Ia berusaha untuk tidur namun tidak bisa, sesak tetap terjadi meski sedang

beristirahat dan bertambah berat bila berjalan.

a. Sistem apa yang berhubungan dengan susah tidur?

Jawab: Pada kasus ini sistem yang berhubungan dengan susah tidur

adalah sistem respirasi dan sistem saraf. (Hernanta, 2013)

16

Page 17: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

b. Apa yang menyebabkan Ir. Priyo tidak bisa tidur?

Jawab:

Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper

airway obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea

tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur,

yangberlangsung selama lebih dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur

patologis jika penderita mengalami episode apnea sekurang kurang

lima kali dalam satu jam atau 30 episode apnea selama semalam.

Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut sangat

dominan.Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai

denganintermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan

saturasi oksigen.

Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha

pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan

dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada

batang otak atau hiperkapnia. Gangguan saluran nafas (upper airway

obstructive) pada saat tidur ditandai dengan peningkatan pernafasan

selama apnea, peningkatan usaha otot dada dan dinding perut dengan

tujuan memaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakin

berat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas ini ditandai

dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saat tidur.

Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian menghilang

dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat pasien tidak

mendengkur. Akibat hipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi

lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi

medula, dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali normal

secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea,

pasien sering terbangun berulang kali dimalam hari, yang

kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan ini sering

ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan pada pagi hari.

Pada anak-anak sering berhubungan dengan gangguan kongenital

saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar hypertropi. Pada

17

Page 18: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid, atau

bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord

chiari malformation. (http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah.pdf)

c. Bagaimana mekanisme susah tidur?

Jawab:

Siklus tidur-bangun serta berbagai tahapan tidur disebabkan

oleh hubungan timbal balik antara tiga sistem saraf:

1) sistem keterjagaan, yaitu bagian dari reticular activating system

yang berasal dari batang otak

2) pusat tidur gelombang lambat di hipotalamus yang mengandung

neuron tidur yang menginduksi tidur

3) pusat tidur paradoksal dibatang otak yang mengandung neuron tidur

REM, yang menjadi sangat aktif sewaktu tidur REM. Pola antara

ketiga regio saraf ini, yang menghasilkan rangkaian siklis yang dapat

diperkirakan antara keadaan terjaga dan kedua jenis tidur, kini menjadi

bahan penelitian intensif. Para ilmuwan saraf baru-baru ini

mempelajari bahwa neuron yang membuat anda terjaga melepaskan

muatan secara otonom dan terus menerus. Neuron-neuron ini harus

dihambat oleh masukan dari neuron tidur atau oleh masukan

inhibitorik lain.

Siklus normal dapat mudah diinterupsi, dengan sistem yang

membuat kita tetap terjaga lebih mudah mengalahkan sistem tidur

daripada kebalikannya; yaitu lebih mudah terjaga ketika mengantuk

daripada jatuh tertidur ketika terjaga penuh. Sistem keterjagaan dapat

diaktifkan oleh masukan yang turun ke batang otak dari daerah-daerah

otak yang lebih tinggi. Konsentrasi penuh atau keadaan emosi yang

kuat, misalnya rasa cemas atau kegembiraan, dapat mencegah orang

tidur, demikian juga aktivitas motorik, misalnya bangkit dan berjalan-

jalan, dapat membangunkan orang yang mengantuk (Wibowo, 2012)

18

Page 19: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

4. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi maupun

kardiovaskuler

a. Apa makna dari selama ini tidak mengalami gangguan respirasi dan

gangguan kardiovaskuler?

Jawab: Makna dari selama ini tidak mengalami gangguan respirasi dan

gangguan kardiovaskuler dalam skenario kasus ini adalah mengalami

hipoksia, hal tersebut terjadi karena tekanan udara (oksigen) yang

rendah di daerah pegunungan.

5. Tanda vital:

Temp : 36,2 ºC, HR: 108 x/mnt, TD: 100/60 mmHg, RR: 36 x/mnt cepat

dangkal

EKG portabel: Deskripsi jantung dalam batas normal

Pulse oxymetri : saturasi oksigen: 70%

a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan tersebut dan mekanisme dari

hasil pemeriksaan?

Jawab:

Temprature: 36,2 ºC, Normal: 36,6 ºC

19

Suhu Kesan Terapi

≤ 37 Normal Tak ada terapi

> 37 Demam

Kompres air hangat

Antipiretik

Koreksi suhu dengan terapi cairan

Page 20: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

HR: 108 x/mnt , Normal HR : 60-100 x/m

Heart rate (HR) yang meningkat (jantung berdebar) juga disebabkan

oleh pemompaan jantung lebih maksimal guna memenuhi kebutuhan

oksigen pada jaringan.

N atau HR Klasifikasi

< 60 Bradikardi

60 ‒ 100 Normal

> 100 Takikardi (jantung berdebar kencang)

RR : 14-18 x/m

RR meningkat karena kurangnya kadar oksigen dalam tubuh

sehingga kerja dari sistem respirasi menjadi lebih kuat dari biasanya

karena lebih banyakknya kadar karbondioksida dibandingkan dengan

kadar oksigen di dalam tubuh.

20

Page 21: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

TD: 100/60 mmHg, Normal 100-120/ 60-80 mmHg

Tekanan darah Ir. Priyo menurun namun masih dalam batas normal

Respirasi rate: 36 */menit cepat dangkal (terengah-terengah)

dikarenakan saturasi yang sedikit (Cepat tapi dalam)

RR Klasifikasi

< 14 Apnea

14 ‒ 20 Eupnea

> 20 Takipnea (napas cepat)

(Sherwood,2011)

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari EKG portabel?

Jawab: Pada kasus ini, EKG menunjukkan batas normal dan

menunjukan bahwa siklus jantung yang dimiliki Ir. Priyo juga normal.

Hal tersebut dapat dilihat dari gelombang P, QRS, T yang terdapat

pada alat EKG sebagai hasil kontraksi dan relaksasi dari otot jantung.

(Guyton,2007)

21

Page 22: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

c. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari pulse oxymetri?

Jawab:

Pulse oxymetri pada kasus ini 70 %, normalnya pada ketinggian

10.000 sampai 20.000 kaki harusnya mencapai 73-90%. Persentase

pulse oxymetri yang berada di bawah batas normal menunjukkan

bahwa oksigen yang dibawa hemoglobin juga rendah.

(guyton, 2007)

6. Dr. Boy menyimpulkan bahwa Ir. Priyo tidak mengidap penyakit jantung atau

paru-paru. Ir. Priyo belum terbiasa dengan ketinggian

a. Bagaimana agar seseorang terbiasa dengan ketinggian?

Jawab: Agar seseorang dapat terbiasa dengan ketinggian, maka dalam

pendakian, seseorang harus mendaki secara bertahap dan juga tidak

dalam jangka waktu yang sangat singkat. Seharusnya pendaki

menghabiskan waktu berhari-hari agar tubuh teraklimatisasi dengan

tekanan di daerah pegunungan yang lebih rendah. (Guyton, 2007)

2.3.4 Kesimpulan

Ir. Priyo Yudho Bahtero, 50 thn mengalami hipoksia karena belum

teraklimatisasi dengan tempat tinggi yang menyebabkan ia mengalami sesak napas,

mual, terasa melayang, penurunan saturasi oksigen dan tekanan darah menurun

(dalam batas normal)

22

Page 23: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

2.3.5 Kerangka Konsep

Neurologi

23

Berada di Tempat Tinggi

Tekanan Parsial Menurun

Belum Teraklimatisasi Hipoksia

SarafRespirasi DarahKardiovaskulerDigestif

Page 24: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

2.3.6 Learning Issue

No Pokok Bahasan What I

Know

What I Don’t

know

What I have to

prove

How I

will learn

1. Sistem

Pernafasan

Definisi Anatomi dan

Fisiologi

Pemahaman

mengenai

anatomi serta

fisiologi dari

sistem

pernafasan

Textbook

2 Sistem

kardiovaskuler

Definisi Anatomi dan

Fisiologi

Pemahaman

mengenai

anatomi serta

fisiologi dari

sistem

kardiovaskuler

Textbook

3 Sistem Digestif Definisi Anatomi dan

Fisiologi

Pemahaman

mengenai

anatomi serta

fisiologi dari

sistem digestif

Textbook

4 Sistem Saraf Definisi Mekanisme

sistem saraf

Pemahaman

mengenai

anatomi serta

Textbook

dan Jurnal

24

Susah Tidur, Penglihatan Kabur, Terasa Melayang

Sesak Napas

Penurunan Saturasi Oksigen

TD Menurun

(batas normal)Mual

Page 25: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

fisiologi dari

sistem saraf

5 Pandangan

Islam

Definisi Pandangan

islam

mengenai

nazar

Pemahaman

dan

penenrapan

pandangan

islam tentang

Nazar

Textbook

dan jurnal

6 Tekanan udara

pada

ketinggian

Definisi Perbedaan

tekanan udara

di daerah

tinggi dan

rendah

Pemahaman

mengenai

perbedaan

tekanan udara

Textbook

dan

journal.

1. Sistem Respirasi

Respirasi mencakup dua proses yang berkaitan, yaitu respirasi eksternal dan respirasi

internal. Respirasi eksternal atau pernapasan pulmoner adalah suatu proses yang merujuk

pada mekanisme pertukaran gas O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh

(Sherwood 2011). Empat proses yang berhubungan dengan pernapasan pulmoner (Pearce

2011):

5. Ventilasi pulmoner atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli dengan

udara luar.

6. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dengan kapiler darah paru

7. Transpor oksigen dan karbon dioksida ke dan dari jaringan perifer sehingga oksigen dapat

mencapai semua bagian tubuh (Guyton 2007)

8. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara jaringan dan darah melalui proses difusi

menembus kapiler sistemik (Sherwood 2011)

Proses kedua adalah respirasi jaringan atau respirasi internal. Proses ini merujuk pada

proses-proses metabolik intrasel yang dilakukan di dalam mitokondria, yang menggunakan

25

Page 26: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

oksigen dan menghasilkan karbondioksida selagi mengambil energy (ATP) dari molekul

nutrien (Sherwood 2011).

A. Mekanika Pernapasan

Udara cenderung mengalir dari daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan

rendah (menuruni gradient). Gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer secara bergantian

berbalik arah saat bernafas sehingga memungkinkan udara mengalir masuk dan keluar. Tiga

tekanan penting dalam ventilasi pulmoner (Sherwood 2011)

1. Tekanan atmosfer

2. Tekanan intra-alveolus atau intraparu

3. Tekanan intrapleura (tidak terjadi pertukaran udara di sini karena tidak ada

komununikasi langsung antara rongga pleura dan paru atau atmosfer. Kantung pleura

tertutup tanpa lubang)

Karena udara mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan, maka tekanan intra-

alveolus harus lebih kecil dari tekanan atmosfer saat inspirasi. Demikian juga tekanan intra-

alveoulus harus lebih besar dari tekanan atmosfer saat ekspirasi. Tekanan intra-alveolus dapat

berubah dengan mengubah volume paru (Hukum Boyle: pada suhu konstan, tekanan yang

ditimbulkan suatu gas akan berbanding terbalik dengan volumenya).

Permulaan Inspirasi

Otot-otot pernapasan berada dalam keadaan lemas, tidak ada udara yang megalir dan

tekanan intra-alveolus setara dengan tekanan atmosfer. Pada pernapasan tenang normal,

kontraksi diafragma (dipersarafi N. Phrenicus) dan musculus intercosta external menarik

permukaan bawah paru ke bawah sehingga rongga thorax membesar (Guyton 2007). Sewaktu

rongga thorax membesar, volume paru akan meningkat sehingga menurunkan tekanan intra-

alveolus karena jumlah molekul udara di dalam paru lebih besar.

Permulaan Ekspirasi

26

Page 27: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Sebelum akhir inspirasi, volume di dalam paru meningkat sehingga tekanan intra-

alveolus menurun. Terjadi perbedaan tekanan antara intra-alveous terhadap atmosfer

sehingga udara mengalir keluar. Pada akhir inspirasi , diafragma melemas, otot ekspirasi

(musculus intercostal internal) melemas , recoil elastik paru, dinding thorax dan struktur

abdomen menekan paru. Aliran udara yang keluar akan terhenti ketika tekanan intra-alveolus

telah sama dengan tekan atmosfer. (Sherwood 2011)

B. Pertukaran Gas

Udara atmosfer total adalah 760 mmHg di permukaan laut. Tekanan yang ditimbulkan

oleh gas tertentu berbanding lurus dengan persentase gas tersebut dalam campuran udara

total. Komposisi oksigen dalam atmosfer adalah 21% maka tekanan atmosfer oksigen (PO2)

adalah 160 mmHg. Tekanan yang ditimbulkan oleh masing-masing gas dalam suatu

campuran gas di udara dikenal sebagi tekanan parsial (Sherwood 2011). Gas-gas yang larut

dalam cairan darah atau cairan tubuh menimbulkan tekanan parsial. Semakin besar tekanan

parsialm semakin banyak gas terlarut.

Pada saat respirasi, terdapat gradient tekanan parsial antara udara alveolus dan darah

kapiler paru. Sama halnya juga gradien tekanan parsial pada kapiler sistemik dan jaringan

sekitar. Pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida intrasel sama prinsipnya dengan respirasi

pulmoner, yaitu prinsip menuruni gradien konsentrasi.

Pada alveolus, komposisi udara tidak akan sama dengan atmosfer. Udara yang masuk dari

atmosfer ke saluran napas melalui nasal akan dilembabkan dan dihangatken terlebih dahulu

sehingga udara akan jenuh dengan H2O. Kelembapan ini akan menimbulkan tekanan parsial

gas-gas yang terinspirasi menjadi menurun (Guyton 2009). Dalam udara lembap PH2O = 47

mmHg, sehingga PN2 = 563 mmHg dan PO2 = 150 mmHg (Tekanan udara tersebut harus

sama dengan atmosfer sehinngga PH2O + PN2 + PO2 = 760 mmHg)

Selain itu, yang menyebabkan ketidaksamaan komposisi udara alveolus dan atmoser

adalah PO2 alveolus lebih rendah dari PO2 atmosfer akibat percampuran dengan udara lama

yang tersisa di paru. Kurang dari 15% udara di alveolus adalah udara segar pada akhir

27

Page 28: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

inspirasi. Akibat pelembapan dan pertukaran udara alveolus yang rendah, maka PO2 alveolus

rerata adalah 100 mmHg (Sherwood 2011).

Situasi sama tetapi terbalik akan terjadi pada karbondioksida. Karbondioksida akan terus-

menerus diproduksi oleg jaringan sebagai produk sisa metabolisme dan secara tetap

ditambahkan ke darag di tingkat kapiler sistemik. Di kapiler paru, karbondioksida akan

berdifusi menuruni gradien tekanan parsialnya. Hanya saja, tekanan parsial karbondioksida

lebih kecil, yaitu 40 mmHg.

Saat melewati paru, oksigen akan berdifusi ke dalam darah dan karbondioksida akan

berdifusi keluar darah dan kembali ke paru dengan menuruni gradien tekanan parsial.

C. Transpor Gas

Oksigen diangkut terutama dalam keadaan berikatan dengan hemoglobin ke kapiler

jaringan. Di dalam jaringan, oksigen akan dipakai untuk bereaksi dengan bahan makanan

untuk mendapatkan energy (ATP) dan juga menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida

ini kemudian akan masuk ke kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru.

1. Transpor oksigen dalam darah

Sekitar 97% oksigen diangkut ke jaringan dalam keadaan terikat dengan Hb secara

kimiawi, sisanya diangkut ke jaringan dalam kadaan larut di dalam cairan plasma dan

sel. Hb berikatan dengan oksigen jika PO2 tinggi. Ketika darah melewati kapiler paru

dengan PO2 tinggi (100 mmHg), Hb akan menyerap banyak oksigen. Sewaktu

melewakit kapiler jaringan, PO2 akan menurun (40 mmHg) sehingga Hb akan

membebaskan sejumlah besar oksigen yang kemudian akan kembali berdifusi menuju

paru-paru (Guyton 2009)

2. Transpor karbondioksida dalam darah

Sekitar 70% karbondioksida diangkut dalam ion bikarbonat (HCO3-) sedangkan 23%

terikat bersama Hb dan protein plasma, sisanya 7% larut dalam cairan darah (Guyton

2009)

Transpor dalam bentuk HCO3-

Karbondioksida adalah hasil metabolisme dari pemakaian oksigen yang

direaksikan dengan zat-zat makanan. Energi yang dihasilkan akan disimpan tubuh

28

Page 29: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

sebagai ATP sedangkan karbondioksida akan larut dalam air di sel darah merah

dengan membentuk H2CO3 (asam karbonat). Reaksi ini dikatalis oleh enzim

karbonat anhydrase. Secara parsial asam karbonat ini akan terpecah menjadi ion

hydrogen dan ion karbonat. Ion hydrogen ini akan bereaksi dengan Hb sedangkan

ion karbonat akan berdifusi ke dalam plasma dan ion klorida akan berdifusi ke sel

darah merah untuk menggantikan tempat ion karbonat (chloride shift).

Transpor dalam ikatan Hb dan plasma darah

Beberapa molekul karbondioksida (23%) dapat bereaksi langsung dengan Hb

dengan membentuk senyawa karboaminohemoglobin (HbCO2). Kombinasi ini

adalah reaksi reversibel yang merupakan ikatan longgar yang mudah dibebaskan

ke alveolus ketika PCO2 lebih rendah dari kapiler jaringan.

Pengangkutan oksigen ke jaringan.

Mentransport oksigen melalui 5 tahap, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap I. Oksigen atmosfer masuk ke dalam paru – paru dan pada waktu kita menarik

napas, tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mm Hg. Dalam alveoli, komposisi

udara berbeda dengan komposisi atmosfer. Tekanan parsial O2 dalam alveoli 105 mm

Hg.

2. Tahap II. Darah mengalir dari jantung menyjy paru – paru untuk mengambil oksigen

yang berbeda dalam alveoli.

3. Tahap III. Oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah diedarkan keseluruh

tubuh. Ada 2 mekanisme peredaran oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut

dalam plasmma darah yang merupakan bagian terbesar dan sebagian terkecil oksigen

yang terikat dalam hemoglobin dalam darah.

4. Tahap IV. Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan, oksigen dibawa melalui

cairan interstisial terlebih dahulu.

5. Tahap V. Tekanan parsial oksigen dalam sel kira – kira antara 0 - -20 mm Hg.

Proses transportasi oksigen.

Pencampuran gas dalam hukum dalton. Udara pernapasan bukanlah gas tunggal tetapi

gas campuran antara molekul nitrogen (N2), paling banyak 78,5 % dari total atmosfer molekul

gas ; molekul oksigen 21 % ; molekul air 0,5 % ; dan molekul CO2 0,04 %. Tekanan atmosfer

29

Page 30: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

760 mm Hg merupakan efek perpaduan yang melibatkan setiap tipe molekul. Pada saat

perpaduan ini, konsentrasi tiap gas merupakan total tekanan. Perbandingan ini di kenal

sebagai hukum dalton.

PN2 + PO2 + PH2O + PCO2 = 760 mmHg

Pengaruh kenaikan curah jantung pada sirkulasi paru.

Selama bekerja berat aliran darah melalui paru meningkat sampai 4 kali lipat. Aliran ekstra

ini ditampung melalui 2 cara, yaitu sebagai berikut :

1. Dengan meningkatkan jumlah kapiler yang terbuka sampai 3 kali.

2. Dengan meregangkan semua kapiler dan meningkatkan kecepatan aliran. Kecepatan

aliran pada setiap kapiler lebih dari 2 kali liapt.

Pertukaran cairan kapiler paru.

Dinamika pertukaran cairan melalui kapiler paru secara kualitatif sama dengan dinamika

cairan pada jaringan prifer. Namun secara kuantitatif terdapat perbedaan.

1. tekanan kapiler paru cukup rendah, kurang dari 7 mm Hg, jika dibandingkan dengan

tekanan kapiler fungsional pada jaringan prifer, 17 mm Hg.

2. tekanan cairan interstesial dalam paru sedikit lebih negaif dari pada tekanan cairan

interstesial di jaringan subkutan prifer.

3. kapiler paru lebih mudah dilalui oleh molekul protein sehingga tekanan osmotik

koloid pada cairan intersetial paru kira – kira 14 mm Hg. Yaitu kurang daru separo

tekanan osmotik koloid di jaringan prifer.

4. dinding alveolus sangat tipis dan epitel alveolus yang menutupi permukaan alveolus

sangat lemah sehingga sel – sel setiap tekanan positif dalam ruang interstesial yang

lebih besar dari tekanan atmosfer (lebih dari 0 mmHg) menyebabkan cairan melimpah

dari ruang interstesial ke dalam alveolus.

30

Page 31: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

D. Kontrol Pernapasan

Pola bernapas yang ritmik dihasilkan oleh aktivitas saraf yang siklik ke otot-otot

pernapasan. Kontrol saraf respirasi melibatkan tiga komponen (Sherwood 2011):

1. Faktor yang menghasilkan irama inspirasi atau ekspirasi bergantian

2. Faktor yang mengatur besar ventilasi (Kecepatan dan kedalaman bernapas) untuk

kebutuhan tubuh

3. Faktor yang memodifikasi aktivitas pernapasan untuk tujuan lain (untuk bicara atau

maneuver batuk dan bersin)

Modifikasi ini dapat bersifat volunter, misalnya kontrol pernapasan saat berbicara,

atau involunter, misalnya manuver pernapasan yang terjadi pada saat batuk atau bersin.Pusat

kontrol pernapasan yang terletak di batang otak bertanggung jawab untuk menghasilkan pola

bernapas yang berirama. Pusat kontrol pernapasan primer, pusat pernapasan medulla

(medullary respiratory center), terdiri dari beberapa agregat badan sel saraf di dalam medulla

yang menghasilkan keluaran ke otot pernapasan. Selain itu, terdapat dua pusat pernapasan

lain yang lebih tinggi di batang otak, di pons, yaitu pusat apnustik dan pusat

pneumotaksik. Pusat-pusat di pons ini mempengaruhi keluaran dari pusat pernapasan

medula. Bagaimana pastinya berbagai daerah ini berinteraksi untuk menciptakan ritmisitas

bernapas masih belum jelas, tetapi faktor-faktor berikut diduga berperan.

1. Neuron inspirasi dan ekspirasi di pusat medulla

Kita bernapas secara berirama karena kontraksi dan relaksasi berganti-ganti otot-otot

pernapasan, yaitu diafragma dan otot antariga eksternal, yang masing-masing dipersarafi oleh

saraf frenikus dan saraf interkostalis. Badan sel dari serat-serat saraf yang membentuk saraf-

saraf tersebut terletak di korda spinalis. Impuls yang berasal dari pusat medulla berakhir di

badan sel neuron motorik ini. Pada saat diaktifkan, neuron-neuron motorik ini kemudian

merangsang otot-otot pernapasan, sehingga terjadi inspirasi; sewaktu neuron-neuron ini tidak

aktif, otot-otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. Pusat pernapasan medulla terdiri dari

dua kelompok neuron yang dikenal sebagai kelompok pernapasan dorsal dan kelompok

pernapasan ventral.2

Kelompok respirasi dorsal (dorsal respiratory group, DRG) terutama terdiri dari

neuron inspirasi yang serat-serat desendensnya berakhir di neuron motorik yang

mempersarafi otot-otot inspirasi. Saat neuron-neuron inspirasi DRG membentuk potensial

31

Page 32: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

aksi, terjadi inspirasi; ketika mereka berhenti melepaskan muatan, terjadi ekspirasi. Ekspirasi

berakhir saat neuron-neuron inspirasi kembali mencapai ambang dan melepaskan muatan.

Dengan demikian, DRG pada umumnya dianggap sebagai penentu irama dasar ventilasi.2

DRG memiliki interkoneksi penting dengan kelompok respirasi ventral (ventral

respiratory group, VRG). VRG terdiri dari neuron inspirasi dan neuron ekspirasi, yang

keduanya tetap inaktif selama bernapas tenang. Daerah ini diaktifkan oleh DRG sebagai

mekanisme overdrive (penambah kecepatan) selama periode pada saat kebutuhan akan

ventilasi meningkat. Selama bernapas tenang, tidak ada impuls yang dihasilkan di jalur-jalur

desendens dari neuron ekspirasi. Hanya selama ekspirasi aktif, neuron-neuron ekspirasi

merangsang neuron motorik yang mempersarafi otot ekspirasi. Selain itu, neuron inspirasi

VRG, apabila dirangsang oleh DRG, memacu aktivitas inspirasi saat kebutuhan akan

ventilasi meningkat.2

Pengaruh pusat pneumatik dan apnustik

Pusat pneumotaksik mengirim impuls ke DRG yang membantu ‘mematikan’/swith off

neuron inspirasi, sehingga durasi inspirasi dibatasi. Sebaliknya, pusat apnustik mencegah

neuron inspirasi dari proses switch off, sehingga menambah dorongan inspirasi. Pusat

pneumotaksik lebih dominan daripada pusat apnustik.2

Refleks Hering-Breuer

Apabila tidal volume besar (lebih dari 1 liter), misalnya ketika berolahraga, refleks

Hering-Breuer dipicu untuk mencegah pengembangan paru berlebihan. Reseptor regang paru

(pulmonary stretch reflex) yang terletak di dalam lapisan otot polos saluran pernapasan

diaktifkan oleh peregangan paru jika tidal volume besar.

2. Pengatur besarnya ventilasi

Seberapapun banyaknya O2 yang diesktraksi dari darah atau CO2 yang ditambahkan

ke dalamnya di tingkat jaringan, PO2 dan PCO2 darah arteri sistemik yang meninggalkan paru

tetap konstan, yang menunjukkan bahwa kandungan gas darah arteri diatur secara ketat. Gas-

gas darah arteri dipertahankan dalam rentang normal secara eksklusif dengan mengubah-ubah

kekuatan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan penyerapan O2 dan pengeluaran

CO2.

Pusat pernapasan medula menerima masukan yang memberi informasi mengenai

kebutuhan tubuh akan pertukaran gas. Kemudian pusat ini berespons dengan mengirim

sinyal-sinyal yang sesuai ke neuron motorik yang mempersarafi otot-otot pernapasan untuk

menyesuaikan kecepatan dan kedalaman ventilasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

32

Page 33: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

tersebut. Dua sinyal yang paling jelas untuk meningkatkan ventilasi adalah penurunan PO2

arteri dan pengikatan PCO2 arteri. Kedua faktor ini memang mempengaruhi tingkat ventilasi,

tetapi tidak dengan derajat yang sama dan melalui jalur yang sama. Juga terdapat faktor

ketiga, H+, yang berpengaruh besar pada tingkat aktivitas pernapasan.

Traktus respiratorius

Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai

konduksi (pengantar gas) dan bagian yang berungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada

bagian konduksi, udara seakan akan bolak balik diatmosfir dan jalan napas. Oleh karena itu,

bagian ini seakan akan tidak berfungsi, dan disebut “dead space”. akan tetapi, fungsi

tambahan dari konduksi, sperti proteksi dan pengaturan kelembapan udara, justru dilaksanaka

pada bagian ini. Adapun yang termasuk dalam konduksi adalah ronga hidung, rongga mukut,

faring laring, trakea, sinkus bronkus dan bronkiokus nonrespiratorius.

Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difusi) yang sering disebut

dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,

atrium dan sakum alveolaris.

33

Page 34: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Bila ditinjau dari traktus respiratorisu, maka yang berfungsi sebagai konduksi adalah

trakea, bronkus utama, bronkus labaris, bronkus segmental, bronkus terminalis, bronkiolus,

bronkiolus nonrespiratorius. Sedangkan yang bertindak sebagai bagian respirasi adalah

bronkiolus respirasi, bronkiolus terminalis, duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.

Percabangan trakea sampai kepada sakus alveolaris dapat diklasifikasikan sebagai

berikut: bronkus utama sebagai percabangan utama, bronkus lobaris sebagai percabangan

kedua, bronkus segmental sebagai perjalanan ketiga, bronkus subsegmental sebagai

percabangan keempat, hingga sampai bagian yang keenam belas sebagai bagian yang

berperan sebagai konduksi, sedangkan bagian percabangan yang ketujuh belas sampai

sembilan belas yang merupakan percabangan bronkiolus respiratorius dan percabangan yang

kedua puluh sampai kedua puluh dua yang merupakan percabangan duktus alveolaris dan

sakus alveolaris adalah percabangan terakhir yang seluruhnya merupakan bagian respirasi.

Dengan demikian, kita temukan bahwa tractus respiratorius terdiri dari 1 trakea, 2

bronkus utama, 7 bronkus lobaris, 9 bronkus segmental, 38 bronkus subsegmental, 1.00

34

Page 35: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

bronkus terminalis, 35.000 bronkiolus terminalis, 630.000 bronkiolus terminalis respiratorius,

dan 17 juta duktus alveolaris dan 300 juta alveoli dengan diameter 0,35-0,30mm.

Rongga Hidung

Rongga hidung terdiri atas:

Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.

Dalam rongga hidung terdapat rambut yang berperan sebagai penapis udara.

Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena

strukturnya yang berlapis.

Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha untuk

membersihkan jalan napas.

Rongga hidung dimulai dari vestibulum, yakni pada bagian anterior kebagian

posterior yang berbatasan dengan nasofaring. Rongga hidung terbagi atas dua bagian yakni,

yakni secara longitudinal oleh septum hidung dan secara transversal konka superior, medialis

dan inferior..

Adapun fungsi dari rongga hidung, sebagai bagian dari respirasi, adalah:

Sebagai fungsi preventif, dilaksanakan oleh:

o Bulu hidung sebagai penyaring debu.

o Silia yang tumbuh pada pseudokolumna epithelium. Berdasarkan atas

momentum dari partikel benda asing di udara, maka benda asing itu akan

ditangkapa oleh silia di konka superior, hanya udara yang berpartikel 4-6

mikron saja yang dapat masuk kesaluran yang lebih bawah.

Sebagai fungsi “lubrikasi” (pelicin).

Sesuai dengan fungsi ini, maka jalan napas tidak menjadi kering. Fungsi ini

dilaksanakan oleh kelenjar mkosa dan sel goblet.

Sebagai fungsi pemanas dan pendingin udara.

Fungsi ini dilaksanakan oleh karena kayanya vaskularisasi yang terdapat di dalam

rongga hidung, yang berfungsi sebagai konduksi dari panas, dan oleh karena

adanya perputaran dari udara inspirasi dan ekspirasi.

Sinus

35

Page 36: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Walaupun sinus tidak termasuk ke dalam sistem saluran pernapasan, tetapi skarena

bermuara dalam rongga hidung, maka sekresinya berpengaruh pula pada jalan pernapasan.

Adapun sinus yang bermuara kedalam rongga hidung ini adalah sinus sfenoidalis, sinus

maksilaris, sinus etmoidalis dan sinus frontalis.

Rongga mulut

Pada bagia atas berbatasan dengan labium, palatum duru dan palatum mole,

sedangkan bagian belakangnya berbatasan dengan orofaring.

Peranannya sebagi pengunyah makanan dikarenakan terdapatnya gigi geligi, berbagai

kelenjar ludah yang mengandung enzim ptialin. Peranannya dalam jalan pernah hanya pada

waktu bersuara dan tersumbatnya rongga hidung.

Faring

Merupakan bagian belakang dari rongga hidung dan rongga mulut. Terdiri dari

nasofaring (bagian yang berbatasan dengan rongga hidung), orofaring (bagian yang

berbatasan dengan rongga mulut), hipofaring (bagian yang berbatasan dengan laring), yakni

bagian dimana pemisah antara udara dan makanan terjadi.

Laring

Walaupun fungsi utamanya adalah sebagai alat suara, akan tetapi didalam saluran

pernapasan fungsinya adalah sebagi jalan udara, oleh karena cela suara diantara pita suara

berfungsi sebagai pelindung dari jalan udara.

Bila dilihat secara frontal maupun lateral, pada gambaran laring dapat dilihat adanya

epiglotis, tulang hilod, tulang rawan tirois, tulang aritenoid, dan tulang rawan krikoid. Tulang

rawan krikoid merupakan batas terbawah dari tulang rawan laring, yaitu terletak 2-3 cm

dibawah laring. Dibawah dari tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan trakeotomi yang

bertuuan untuk memperkecil “dead space” dan mempermudah sekresi.

Trakea

Trakea merupakan suatu cincin tulang rawan yang tidak lengkap, dimana pada bagian

belakangnya terdiri dari 16-20 cincin tulang rawan. Panjang trakea kira-kira 10 cm, tebalnya

36

Page 37: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

4-5 mm, diameternya lebih kurang 2,5 cm dan luas permukaannya lebih kurang 5 cm2.

Lapisan trakea terdiri dari mukosa kelnjar submukosa dan dibawahnya terdapat jaringan otot

yang terletak pada bagian depan yang menghubungkan kedua bagian tulang rawan. Diameter

trakea ini bervariasi pada saat inspirasi dan ekspirasi.

Bronkhi utama (primary bronchi)

Bronkhi merupakan suatu struktur yang terdapat didalam mediastinum. Bronkhi juga

merupakan percabangan dari trakea yang membentuk bronkus utama kiri dan bronkus utama

kanan. Panjangnya lebih kurang 5 cm, diameternya 11-19 mm, dan luas penampangnya 3,2

cm2. Percabangan dari trakea sebelum masuk mediastinum disebut dengan bifurkasi dan

sudut tajam yang dibentuk oleh percabangan ini yang disebut karina. Karina ini penting di

dalam bronkoskopi, yakni untuk mengintepretasikan bagian dari kelainan di dalam

mediastinum. Karina membentuk sudut 20-30 derajat pada bronkus kiri dan sudut 45-55

derajat pada bronkus kanan.

Bronkus lobaris (Secondary bronchus)

Bronkus lobaris merupakan percabangan dari bronkus utama. Bronkus utama kanan

mempunyai tiga percabangan, yakni superior medialis, dan inferior, sedangkan bronkus

utama kiri bercabang menjadi bronkus labaris superior dan bronkus lobaris inferior. Diameter

dari bronkus lobaris adalah 4,5-11, 5 mm dengan luas penampang 2,7 cm2. Bronkus

segmental merupakan percabangan dari bronkus lobaris.

Alveolus

Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk berongga. Terdapat pada

parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari saluran pernapasan, dimana kedua sisi

merupakan tempat pertukaran udara dengan darah. Membran alveolaris adalah permukaan

tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh

tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon

dioksida dan menyerap oksigen.

37

Page 38: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

2. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler (pada sistem kardio vaskuler, yang bkerja adalah sistem saraf

otonom, bahwa jantung kita memiliki control intinstiksendiri, sehingga secara otomatis

jantung kita dapat mencetuskan rangsangan listrik dan mampu berkontraksi sendiri tanpa

rangsangan dari luar, akan tetapi, pada kondisi tertentu ternyata aktivitas jantung dapat

berubah-ubah tergantung pada tingkat kebutuhan tubuh terhadap sumber energi.

Pada keadaan tertentu sistem saraf kita juga akan mempengaruhi aktivitas jantung.

Sistem saraf yang berpengaruh ke jantung adalah sistem saraf otonom yang mempengaruhi

jantung melalu nerves vagus (nervus X). sistem saraf otonom terbagi menjadi dua sistem

saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf simpatis akan merangsang jantung bila tingkat

aktivitas kita meningkat atau saat tubuh sedang stress seperti berolahraga, marah, dan takut.

Sistem saraf simpatis mempengaruhi tubuh dengan mengirim sinyal neurotransmitter

adrenalin. Rangsangan simpatis akan meningkatkan aktivitas jantung.

Pada kasus skenario ini aktivitas jantung untuk melakukan kerjanya meningkat akibat

kurangnya oksigen, jantung meningkatkan aktivitasnya , untuk membantu memenuhi

kebutuhan oksigen, sehingga oksigen bisa disalurkan ke jaringan.

3. Sistem Digestif

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus

halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pancreas hati dan empedu.

38

Page 39: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

A. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.

Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem

pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem

pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh

organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari

manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih

rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus)

dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan

tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung

antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara

langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa

yunani yaitu Pharynx. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe

yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,

disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang

rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang, keatas bagian depan

berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan

tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus

fausium. Tekak terdiri dari beberapa bagian, yaitu:

Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan hidung

bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut

bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang

menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian

39

Page 40: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang

menghubungkan orofaring dengan laring.

C. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu

makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui

kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esophagus.

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.

Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:

1. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

D. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.

Terdiri dari 3 bagian yaitu:

1. Kardia.

2. Fundus.

3. Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin

(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi

masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang

makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

40

Page 41: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

• Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada

lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak

lambung.

• Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna

memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang

terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

• Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di

antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut

zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang

melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula

dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M

sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa (Sebelah Luar). Usus

halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum),

dan usus penyerapan (ileum).

1. Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah

lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari

merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di

ligamentum Treitz.

41

Page 42: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus

seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat

sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan

kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang

berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari

(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam

duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika

penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua

dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada

manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus

kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas

jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan

usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk

membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari

kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari

bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem

pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau

sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

42

Page 43: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

F. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan

rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :

• Kolon asendens (kanan)

• Kolon transversum

• Kolon desendens (kiri)

• Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa

bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi

membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari

usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri

didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir

dan air, dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan

serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan

beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan

karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan

oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada

organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat

menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau

peritonitis (infeksi rongga abdomen).

43

Page 44: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform

appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan

caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa,

Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun

lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau

di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan),

sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.

Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan anus

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon

sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara

feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu

pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka

timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena

penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan

keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan

dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi

tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan

anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk

menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah

keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya

dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari

tubuh melalui proses defekasi (buang air besar), yang merupakan fungsi utama anus.

J. Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu

menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas

terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas

44

Page 45: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

jari).

Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :

• Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan

• Pulau pankreas, menghasilkan hormone

Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon

ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat

dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh

tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai

saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang

berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

K. Hati

Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki

berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini

memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh

termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga

memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan

hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.

Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh

darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang

bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai

vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana

darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah

darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.

L. Empedu

Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50

ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung

empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya,

45

Page 46: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan

hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting,

yaitu:

1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak

2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama Hb yang berasal

dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol

Fungsi utama sistem pencernaan makanan adalah memindahkan zat nutrisi, air, dan

garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk didistribusikan ke sel-sel

melalui sistem sirkulasi. Zat makanan merupakan sumber energi bagi tubuh, seperti ATP

yang dibutuhkan sel untuk melaksanakan berbagai kegiatan di tubuh dan juga berfungsi

sebagai bahan pembangun dan pengganti sel-sel rusak.

Pembuangan sisa/sampah tubuh hanya merupakan fungsi kecil dari sistem pencernaan

yang berlangsung melalui paru-paru, ginjal, defekasi pada akhir pencernaan, dan keringat

melalui kulit. Agar makanan dapat dicerna secara optimal dalam saluran pencernaan, maka

saluran pencernaan harus memiliki persediaan air, elektrolit, dan makanan yang terus-

menerus.

Untuk itu dibutuhkan :

f. Pergerakan makanan melalui saluran pencernaan

g. Sekresi getah pencernaan

h. Absorpsi hasil pencernaan air dan elektrolit

i. Sirkulasi darah melalui organ-organ gastrointestinal yang membawa zat yang

akan diabsorpsinya

j. Pengaturan semua fungsi oleh sistem saraf dan hormone

Pencernaan berlangsung secara mekanik dan kimia, meliputi proses sebagai berikut :

g. Ingesti: masuknya makanan ke dalam mulut

h. Pemotongan dan penggilingan dilakukan secara mekanikal oleh gigi, kemudian

bercampur dengan saliva sebelum ditelan

46

Page 47: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

i. Peristalsis: gelombang kontraksi otot polos involunter yang menggerakkan

makanan tertelan melalui saluran pencernaan

j. Digesti: hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul kecil

sehingga absorpsi dapat berlangsung

k. Absorpsi: pergerakan produk akhir pencernaan dari lumen saluran pencernaan ke

dalam sirkulasi darah dan limfatik sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh

l. Egesti (defikasi): proses eliminasi zat-zat sisa yang tidak tercerna, juga bakteri

dalam bentuk feses keluar dari saluran pencernaan

4. Sistem Saraf

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan

Sel Schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan terintegrasi satu sama lain

sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf

pusat (SSP) dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis.

Sistem saraf tepi terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem

saraf autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon, mesensefalon,

metensefalon, dan mielensefalon. Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal

yang memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke bawah

melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara anatomis sistem

saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf kranial. Suplai darah

pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria

karotis interna, yang cabang-cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus

serebri Wilisi. Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum

melalui vena jugularis interna.

Membran plasma dan selubung sel membentuk membran semipermeabel yang

memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran ini, tetapi menghambat ion lainnya.

Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak terstimulasi), ion-ion K+ berdifusi dari sitoplasma

menuju cairan jaringan melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion K+

jauh lebih besar daripada permeabilitas terhadap Na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif ion

K+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) Na+. Keadaan ini memngakibatkan

perbedaan potensial tetap sekitar -80mV yang dapat diukur di sepanjang membran plasma

47

Page 48: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

karena bagian dalam membran lebih negatif daripada bagian luar. Potensial ini dikenal

sebagai potensial istirahat.(Snell, 2007)

Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi perubahan yang

cepat pada permeabilitas membran terhadap ion Na+ dan ion Na+ berdifusi melalui membran

plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan tersebut menyebabkan membran mengalami

depolarisasi. Influks cepat ion Na+ yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial

aksi, besarnya sekitar +40mV. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung

selama sekitar 5msec. Peningkatan permeabilitas membran terhadap ion Na+ segera

menghilang dan diikuti oleh peningkatan permeabilitas terhadap ion K+ sehingga ion K+

mulai mengalir dari sitoplasma sel dan mengmbalikan potensial area sel setempat ke

potensial istirahat. Potensial aksi akan menyebar dan dihantarkan sebagai impuls saraf.

Begitu impuls menyebar di daerah plasma membran tertentu potensial aksi lain tidak dapat

segera dibangkitkan. Durasi keadaan yang tidak dapat dirangsang ini disebut periode

refrakter. Stimulus inhibisi diperkirakan menimbulkan efek dengan menyebabkan influks ion

Cl- melalui membran plasma ke dalam neuron sehingga menimbulkan hiperpolarisasi dan

mengurangi eksitasi sel. (Snell, 2007)

5. Pandangan Islam

Para ulama kita sebagai pewaris Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam menerangkan

kepada kita tentang perkara-perkara yang ternyata banyak di antara kita tidak memahaminya.

Terutama dengan digolongkannya nadzar sebagai suatu ibadah sehingga sangat rawan sekali

untuk kita terjerumus kepada kesyirikan kepada Allah Subhaanahu wa ta’ala.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman di dalam Al Quran yang mulia :

من نذرتم أو نفقة من أنفقتم ما و

يعلمه الله نذرفإن“Dan apa yang kalian nafkahkan dari sebuah nafkah atau kalian nadzarkan dari sebuah nadzar

maka pasti Allah mengetahui-Nya “. (QS. Al Baqarah : 270)

Asy Syaikh Sulaiman bin Abdillah Alu Syaikh rohimahullah di dalam “Taisirul Azizil

Hamid Fii Syarhi Kitabit Tauhid” hal. 161, berkata : “Allah Subhaanahu wa ta’ala

48

Page 49: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

memberitahukan bahwa segala apa yang kita nafkahkan dari sebuah nafkah atau kita

nadzarkan dari sebuah nadzar dalam rangka mendekatkan diri kepada-Nya pasti diketahui

dan dibalas oleh Allah Subhaanahu wa ta’ala . Maka perkara tersebut (nafkah atau nadzar)

adalah sebuah ibadah. Setiap muslim tentu tahu bahwa siapa saja yang menyelewengkan

sesuatu dari bentuk-bentuk ibadah kepada selain Allah, maka orang tersebut telah berbuat

syirik”.

Allah Subhaanahu wa ta’ala  juga memuji orang-orang yang berbuat baik tatkala menunaikan

nadzarnya :

مستطيرا ه شر كان يوما ويخافون ذر بالن يوفون“Mereka (orang-orang yang berbuat baik) menunaikan nadzarnya dan takut kepada suatu hari

yang kejelekannya merata.” (QS. Al Insan : 7)

Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah di dalam “Al Qoulul

Mufid” 1/246, berkata : ”Dan pujian Allah kepada mereka karena perkara ini (penunaian

nadzar) mengandung unsur bahwa perkara ini adalah ibadah, sebab seseorang tidaklah dipuji

dan berhak masuk Jannah melainkan dengan sebab suatu perbuatan yang dinamakan ibadah”.

Demikan juga Rosulullah Shallallaahu‘alahi wasallam di dalam banyak haditsnya

memerintahkan beberapa sahabatnya yang telah bernadzar untuk menunaikannya. Tentunya

perintah beliau untuk menunaikan sesuatu menunjukkan bahwa sesuatu tersebut merupakan

ibadah. Hal ini dapat dilihat dari hadits Aisyah yang diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhori

dalam Shohihnya, dari Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam, beliau bersabda :

فليطعه الله طيع ي أن نذر منArtinya: “Barang siapa bernadzar untuk mentaati Allah maka taatilah.”

Bahkan Al Imam Al Bukhori rahimahullah menyebutkan bahwa apabila seseorang

tidak menunaikan nadzarnya maka dia telah berdosa. Beliau mengatakan di dalam Shohihnya

: ”Bab Dosa Orang Yang Tidak Menunaikan Nadzar”. Kemudian beliau membawakan hadits

Imron bin Hushoin Radhyiallaahu ‘anhu dari Nabi Shallallaahu ‘alahi wasallam, beliau

bersabda :

49

Page 50: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

يؤتمنون وال ويخونون واليفون ينذرون قوم يجئ ثمArtinya: “Lalu datang suatu kaum yang bernadzar namun tidak menunaikannya, berkhianat

dan tidak bisa dipercaya.”

Nadzar itu ada dua macam, yaitu :

1. Nadzar Mutlaq yaitu nadzar yang tidak disertai timbal balik, misal : “Karena Allah, wajib

bagiku nadzar untuk sholat malam sepuluh rakaat”.

2. Nadzar Muqoyyad yaitu nadzar yang disertai syarat imbal balik, misal : “Kalaulah Allah

menyembuhkan penyakitku, maka aku akan shaum satu hari”.

(http://umrefjournal.um.edu.my/filebank/published_article/2951/209-237%20%20Pooya.pdf)

6. Tekanan Udara pada Ketinggian

Dataran rendah punya tekanan udara lebih tinggi dataran tinggi, tekanan udaranya

lebih rendah, penurunan tekanan berbanding lurus dengan laju penurunan suhu.

(Burnside,1995)

Perbedaanya: Dataran rendah Dataran tinggi

1. Kadar Oksigen Lebih tinggi Lebih rendah

2. Suhu Lebih tinggi Lebih rendah

3. Tekanan parsial gas

Oksigen

Tinggi

Pada permukaan laut tekanan

parsial gas oksigen sebesar

0,2 atm.

Rendah

Pada ketinggian 3 km,

tekanan parsial gas oksigen

sekitar 0,14 atm

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://umrefjournal.um.edu.my/filebank/published_article/223720Pooya.pdf Diunduh tanggal 9 April 2013.

Anonim. http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah.pdf. Diunduh tanggal 8 April 2013

50

Page 51: Skenario D Kelompok 1

SKENARIO D BLOK V

Ayu. 2009. Aktivitas Spesifik Literature. http://pdfbase.kq5.org/doc/makalah-anatomi-dan- fisiologi-sistem-pencernaan. Diunduh tanggal 9 April 2013

Burnside, John W. 1995. Adams Diagnosis Fisik. Edisi 17. Jakarta: EGC

Dorland, W. A. Newman. 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

Guyton AC dan Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hernanta, Iyan. 2013. Ilmu Kedokteran Lengkap tentang Neurosains. Yogyakarta: D-Medika

Irfannudin. 2008. Fisologi untuk paramedis. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Palembang

Pearce, Evelyn C. 2012. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Price, Sylvia A. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Silbernagl, Stefan dan Florian Lang., 2006. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik. Jakarta: EGC

Wibowo, Daniel S.2012. Anatomi Fungsional Elementer. Jakarta: Grasindo

51