skenario

28
LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK D ” ANESTESI LOKAL” Blok 11 Pemicu 1 Ketua : Abdur Razaq K. (0810740001) Sekretaris : Nimas Anissa (0810740037) Anggota: Antuk Tyassing P. (0810740009) Dinda Natalia (0810740015) Felix Alexander (0810740023) Kartika I. Eka Putri (0810740028) Petter Tedjo (0810740042) Rr. Merina Diah (0810740049) Anasia Chrisanty S (0810743001) Imania P. Puri (0810743010) Trisianto Njoto Hardjo (0810743017) DK 1 : 22 Februari 2011 DK 2 : 25 Februari 2011 Fasilitator : drg. Miftakhul Cahyati, Sp.PM

description

pemicu

Transcript of skenario

Page 1: skenario

LAPORAN HASIL DISKUSI

KELOMPOK D

” ANESTESI LOKAL”

Blok 11 Pemicu 1

Ketua : Abdur Razaq K. (0810740001)

Sekretaris : Nimas Anissa (0810740037)

Anggota:

Antuk Tyassing P. (0810740009)

Dinda Natalia (0810740015)

Felix Alexander (0810740023)

Kartika I. Eka Putri (0810740028)

Petter Tedjo (0810740042)

Rr. Merina Diah (0810740049)

Anasia Chrisanty S (0810743001)

Imania P. Puri (0810743010)

Trisianto Njoto Hardjo (0810743017)

DK 1 : 22 Februari 2011

DK 2 : 25 Februari 2011

Fasilitator : drg. Miftakhul Cahyati, Sp.PM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

Page 2: skenario

LEARNING ISSUES

1. Menjelaskan tentang anestesi lokal:

a. Definisi

b. Mekanisme kerja

c. Macam/jenis (golongan berdasarkan struktur kimia)

d. Indikasi dan kontraindikasi

e. Macam-macam teknik

f. Komplikasi

g. Penanganan komplikasi dan rujukan

Page 3: skenario

ANESTESI LOKAL

A. DEFINISI

Anestetik lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila digunakan

secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup.

Obat yang diberikan secara lokal (topikal atau suntikan) dalam kadar yang

cukup dapat menghambat hantaran impuls pada saraf yang dikenal oleh

obat tersebut. Obat-obat tersebut menghilangkan rasa nyeri terbatas pada

daerah tubuh yang dikenai tanpa meninggalkan kesadaran

Local Anesthetesia didefinisikan sebagai suatu keadaan hilangnya sensasi

di bagian tubuh tertentu dengan depresi iksitasi ujung saraf atau

penghambatan konduksi pada saraf tepi. Local Anesthetic adalah suatu

agen yang dapat menyebabkan Local Anaesthesia (Bahl, 2003).

Hilangnya sensasi pada area tubuh yang disebabkan oleh penekanan

rangsangan pada nerve ending atau terhambatnya proses konduksi pada

saraf tepi

Perlu dibedakan antara anastesi dengan analgesik

o Analgesik: hilangnya sensasi rasa sakit yang tidak disertai dengan

hilangnya bentuk sensitivitas lain.

o Anastesi: hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan,

persepsi temperatur, dan tekanan dan dapat disertai dengan terganggunya

fungsi motorik.

o Anastesi lokal: anastesi bila hanya sebagian dari tubuh yang terpengaruh.

B. MEKANISME KERJA

Pusat mekanisme kerja anestesi lokal adalah pada membran sel. Potensial

aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat pada permeabilitas

membran terhadap ion Natrium akibat depolarisasi ringan pada membran

sel. Peningkatan permeabilitas membran sel saraf tersebut mengakibatkan

ion Natrium mengalir melalui membran sel saraf. Anestetik lokal

menghambat penerusan impuls dengan cara menurunkan permeabilitas

membran sel saraf terhadap ion natrium. Aliran ion natrium dihambat karena

adanya interaksi langsung molekul lipofil besar dari zat anestetik. Sehingga

Page 4: skenario

molekul zat anestetik tersebut mendesak dan menghalangi ion natrium

tampa mengambil alih fungsinya.

Penghantaran impuls saraf:

1. Pada keadaan istirahat, ion K+ di dalam sel > dr di luar sel. Sedangkan

ion Na+ di luar lbh byk.

2. Pada saat ada rangsangan permeabilitas membran saraf meningkat

ion sodium di luar berdifusi masuk dan ion kalium keluar

depolarisasi

Semua agen anastesi mencegah bertambahnya permeabilitas membran

saraf aliran ion sodium dicegah. Larutan anastesi lokal dengan

konsentrasi rendah menunda aliran ion, konsentrasi tinggi mencegah

aliran ion.

Page 5: skenario

Skema Perjalanan Anestesi Lokal

Rute

InjeksiTopikalOral

Obat bekerja

DistribusiDiawali dengan absorbsi oleh pembuluh darah.Level dalam plasma menentukan toksisitas obat

anestesi lokal.Dapat Menembus Aliran darah Otak dan

Plasenta.

Metabolisme

EksresiOrgan yang berperan = GINJAL

Gangguan pada GINJAL merupakan Kontraindikasi Relatif Penggunaan Anestesi

Lokal.

Gol EsterOleh enzim Pseudocolinesterasi dalam

plasmaChloroprocaine paling cepat di hidrolisis paling tidak toksik

Tetracaine Paling lama dihidrolisis Paling potenet toksik

Gol. AmideMetabolisme Lebih kompleks, organ utama =

LIVER.Gangguan pada liver (aliran darah lambat

[hipotensi, Congestive Heart Failure], fungsi liver buruk [cirhosis]) potensi Toksik obat

amnestesi lokal.

Page 6: skenario

Metabolisme dan Eksresi:

1. Ester

Terdisosiasi oleh enzim esterase dalam darah dan hati dan terhidrolisa

menjadi asam benzoate dan alcohol. Diekskresi melalui urine

2. Amida

Hidrolisa terjadi hanya bila ada katalis dalam hati sehingga dapat dioksidasi

dan dikonjugasi lebih lanjut oleh asam glukoronat. Dieksresi oleh urine

Faktor durasi:

1. Variasi respon individual terhadap administrasi obat

2. Keakuratan administrasi obat

3. Status jaringan pada daerah anestesi (vaskularisasi, pH)

4. Variasi anatomi

5. Tipe administrasi injeksi (supraperiosteal, infiltrasi, atau nerve block)

Pengaruh pH Terhadap Mekanisme Kerja Anestesi Local

Dalam bentuk basa bebas, anestesi local hanya sedikit larut dan tidak

stabil dalam bentuk larutan. Oleh karena itu, anestetik local diperdagangkan

dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air, biasanya garam hidroklorid.

Anestesi local merupakan basa lemah, tetapi larutan garamnya bersifat agak

asam. Hal ini menguntungkan karena menambah stabilitas anestesi local dalam

jaringan. Banyak bukti menunjukkan bahwa dalam jaringan, garam asam ini

harus dinetralkan lebih dahulu dan dilepaskan suatu basa bebas sebelum obat

tersebut menembus jaringan dan menghasilkan efek anestetik.anestesi local

yang digunakan umumnya mengandung atom N tersier atau sekunder, oleh

karena itutergantung dari pKa dan pH larutan akan terbentuk amin tersier atau

sekunder yang tidak bermuatan listrik, atau terbantuk kation ammonium.

Anestetik local yang biasa digunakan mempunyai pKa antara 8-9,

sehingga pada pH jaringan tubuh hanya didapati 5-20% dalam bentuk basa

bebas. Bagian ini walaupun kecil, sangat penting, karena untuk mencapai

tempat kerjanya obat harus berdifusi melalui jaringan penyambung dan

membrane sel lain, dan hal ini hanya mungkin terjadi dengan bentuk amin yang

tidak bermuatan listrik. Dari penelitian mengenai efek anestetik local terhadap

penghambatan proses pembelahan sel telur landak laut, dapat disimpulkan

Page 7: skenario

Local Anesthetics

Absorbsi ↑Kadar dalam Plasma ↑

Durasi kerja obat ↓Bleeding ↑

Penambahan Vasokontriktor

Blood Flow ↓Absorbsi ↓

Kadar dalam Plasma ↓Toksisitas ↓

Durasi kerja obat ↑Bleeding ↓

bhawa hanya dalam bentuk kationlah suatu anestetik local dapat menghambat

pembelahan sel.

Penelitian lain yang menggunakan saraf tidak bermielin menyokong

pendapat di atas, konduksi saraf dapat dihambat atau tidak dihambat hanya

dengan mengubah pH larutan menjadi 7 atau 9,5. Pada pH 7, terjadi hambatan

hantaran dan sebagian besar anestetik local berada dalam bentuk kation. Hal ini

menunjukkan bahwa yang mencegah pembentukkan potensial aksi ialah bentuk

kation yang bergabung dengan reseptor dengan kanal Na+. tetapi akhir-akhir ini

terbukti bahwa kedua bentuk molekul tersebut memiliki aktivitas anesthesia,

namun apakah hanya ada satu reseptor tunggal untuk kedua bentuk molekul

tersebut, masih perlu diteliti lebih lanjut.

Vasokonstiktor

- Sebagian vasokonstriktor mungkin akan diserap dan bila jumlahnya cukup

banyak menimbulkan efek samping, yaitu: gelisah, takikardia, palpitasi dan

nyeri di dada.

- Untuk mengurangi adregenik yang berlebihan dan tidak diinginkan tersebut,

dipertimbangkan penggunaan obat penghambat alfa dan beta adregenik.

- Dapat terjadi perlambatan penyembuhan luka, edema, dan nekrosis, karena

amin asimpatomimetik menyebabkan peninggian pemakaian oksigen jaringan

dan dengan adanya vasokonstriksi terjadi hipoksia dan kerusakan jaringan

setempat.

Pentingnya Vasokontriktor

Page 8: skenario

Vasokonstiktor

Non-Ketocolamides

EpinephrineNorepinephrine

LevanordephrineIsoprotenerol

Dopamine

Ketocolamides

AmphetamineMethampethamine

EphedrineMephentermine

HidroxyampethamineMetaraminolMetoxamine

Phenylephrine

Macam Vasokontriktor

C. MACAM/ JENIS (GOLONGAN BERDASARKAN STRUKTUR KIMIA)

a. Senyawa ester 

Kokain

- mempunyai efek vasokonstriksi

- kerjanya lama karena merintangi re-uptake neuron andergik

- stimulasi SSP

Indikasi:

- untuk anestesia lokal permukaan

Kontra indikasi:

- digunakan pada masa kehamilan

Kokain mempunyai daya pirogen kuat. Kenaikan suhu badan

disebabkan oleh 3 faktor yaitu:

1. Penambahan aktivitas otot akan meninggikan produksi panas.

2. Vasokonstriksi menyebabkan berkurangnya kehilangan panas.

3. Efek langsung pada pusat pengatur suhu.

Page 9: skenario

Efek local kokain terpenting yaitu kemampuannya untuk memblokade

konduksi saraf. Atas dasar efek ini, pada suatu masa kokain pernah

digunakan secara luas untuk tindakan di bidang oftalmologi, tapi kokain ini

dapat menyebabkan terkelupasnya epitel kornea.

Prokain:

- berkerja singkat

- resorbsi di kulit buruk, sering digunakan dengan injeksi dan sering

ditambah adrenalin untuk memperpanjang kerjanya.

- lebih sering digantikan oleh lidocain yang mempunyai efek samping yang

lebih rendah.

Tetrakain

- Pada pemberian intravena, 10x lebih aktif dan lebih toksik daripada

prokain.

- Untuk pemakaian topical pada mata menggunakan larutan tetrakain

0,5%, untuk hidung dan tenggorokan menggunakan larutan tetrakain

2%.

- Pada anestesi spinal, dosis total 10-20 mg.

b. Senyawa Amida

Lidocain

- merupakan anestetik kuat yang digunakan secara topikal atau infiltrasi

Indikasi: digunakan untuk anestetik pada selaput lendir dan kulit untuk nyeri

dan rasa terbakar

- mempunyai efek yang lebih kuat dari prokain pada konsentrasi yang

sebanding.

- waktu paruh 1,5- 2 jam

- lama kerja 60-90 menit

Efek samping:

- mengantuk, pusing, sukar bicara

- hipotensi, konvulsi, semua efek pada SSP

Semua efek samping timbul pada over dosis

Kontra indikasi:

Page 10: skenario

- hiper sensitivitas

- pasien dengan gangguan fingsi hati

Prokain

- toksisitas lebih rendah dari lidocain karena mempunyai efek vasodilatasi

yang lebih rendah dan resorbsi lebih lambat dan perombakannya lebih

cepat.

- di dalam hati dirombak menjadi O-toulidin

Indikasi:

- untuk anestesi permukaan (dengan atau tampa adrenalin)

Efek samping:

- sianosis

- methemoglobinemia

Mepivakain

- kerja dan kekuatannya mirip dengan lidocain tetapi sedikit lebih lama

- tidak bersifat vasodilatasi, sehingga tidak perlu ditambah vasokonstriktor.

Indikasi:

- terutama digunakan untuk infiltrasi pembedahan dental, mata dan THT.

- mempunyai efek setelah 4 menita, lama kerja 1-4jam.

Bupivakain

Indikasi: 

- untuk anestesi daerah yang luas

Kuat dan bersifat long acting (5-8) jam

Dapat dikombinasi dengan adrenalin 1:200000

- dapat digunakan selama masa kehamilan dengan kadar 2,5_5 mg/ml

- dari semua anestetik likal bupivakain merupakan yang paling sedikit

melintasi plasenta. Sehingga aman digunakan untuk pasien dengan

kehamilan.

Page 11: skenario

Cara Kerja

MixedIndirectDirect

Bekerja langsung pada reseptor AndrenergikMerilis niorepinephrine dari terminal saraf andrenergikDirect dan Indirect

Contoh :Semua Gol. Ketocolamide, Methoxamine, dan Phenylephrine

Contoh : Tyramine, Ampethamine, Methampethamine, Hidroxyampethamine.

Contoh : Metharaminol, Ephedrine

Tambahan:

Penggolongan obat anestesi lokal berdasarkan cara kerja:

Penggolongan obat anestesi lokal

I. Benzoic acid esters

1. Piperocaine (Metycaine)

2. Meprylcaine (Oracaine)

3. Kincaine (kincaine)

II. Para-aminobenzoic acid esters

1. Procaine (Novocaine)

2. Tetracaine (Pontocaine)

3. Butethamine (Monocaine)

4. Propoxycaine (Ravocaine)

5. 2-chloroprocaine (Nesacaine)

6. Procaine dan butethamine

III. Meta-aminobenzoic acid esters

1. Metabutethamine (Unacaine)

Page 12: skenario

2. Primacaine (Primacaine)

IV. Para-ethoxybenzoic acid esters

1. Diethoxin (Intracaine)

V. Cyclohexylamino-2 propyl benzoate

1. Hexylcaine (Cyclaine)

VI. Anilide ( non ester type )

1. Lidocaine (Xylocaine)

2. Mepivacaine)

Penggolongan berdasarkan rantai kimia

Terbagi menjadi 3 bagian:

1. Hidrophilic amino terminal

Terdiri dari rantai amino yang larut air. Kelarutan dalam air ini yang

menyebabkan obat anastesi dapat larut ke dalam pelarutnya dan dapat

melewati cairan interstitial dalam tubuh

2. Intermediate chain

Terdiri dari ester atau amida

3. Lipophilic aromatic

Memiliki kemampuan untuk menembus jaringan lemak

Sifat anastetik lokal yang ideal:

1. Potensi dan reabilitas

- Apabila substansi digunakan secara tepat dan dalam dosis yang tepat,

substansi ini akan memberikan efek anestesi lokal yang efektif dan konsisten.

2. Aksi reversibel

- Aksi setiap obat yang digunakan untuk mendapat anestesi lokal harus sudah

hilang sepenuhnya dalam rentang waktu tertentu (tidak permanen)

3. Keamanan

- Semua agen anestesi lokal harus mempunyai rentang batas keamanan yang

luas

- Prilokain mempunyai rasio terapeutik tertinggi diikuti mepivacain, prilokain

dan lidokain.

4. Kurang mengiritasi

- Tidak menimbulkan luka atau iritasi pada jaringan yang terkena.

Page 13: skenario

5. Kecepatan timbulnya efek dan durasi efek

- Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus cukup

lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak

demikian lama sampai memperpanjang masa pemulihan.

6. Sterilitas

- Harus dapat disterilkan tanpa menimbulkan perubahan struktur atau sifat.

7. Berdaya tahan lama

8. Penetrasi membran mukosa

- Idealnya, obat harus dapat mempunyai sifat untuk menembus membran

mukosa sehingga anestesi topikal dapat diperoleh dengan mudah.

9. Larut dalam air dan stabil dalam larutan

D. TEKNIK

1. ANESTESI TOPIKAL/PERMUKAAN

Anestesi diperoleh melalui aplikasi agen anestesi tertentu pada daerah

kuliat maupun membran mukosa yang dapat dipenetrasi untuk membaalkan

ujung-ujung syaraf superfisial.

Paling sering digunakan untuk membaalkan mukosa sebelum

penyuntikan.

Bahan yang digunakan adalah lidokain hidroklorida 10% dalam basis air

yang dikeluarkan dalam jumlah kecil dari kontainer aerosol.

Bila dalam bentuk spray larutan umumnya dapat didistribusikan lebih

mudah dan efeknya akan lebih luas daripada yang diinginkan.

Dapat menggunakan sediaan salep yang mengandung lidokain 5%

untuk tujuan yang sama, tetapi diperlukan waktu 3-4 menit untuk memberikan

efek anestesi permukaan.

Beberapa disertai enzim hialuronidase dalam sediaannya untuk tujuan

dapat membantu penetrasi agen anestesi lokal ke dalam jaringan.

2. ANESTESI REGIONAL/BLOK

Larutan anestesi yang didepositkan di dekat batang saraf, akan melalui

pmblokiran semua impuls, menimbulkan anestesi pada daerah yang disuplai

oleh saraf tersebut.

Page 14: skenario

Meski teknik dapat digunakan pada rahang atas, teknik ini mempunyai

manfaat khusus dalam bidang kedokteran gigi untuk anetesi mandibula.

Teknik infiltrasi pada mandibula umumnya tidak dapat dilakukan karena

tulang kortikalnya tebal.

Teknik anestesi blok dibagi dua, yaitu blok intraoral dan ekstraoral. Blok

intraoral terdiri dari injeksi pada nervus infraorbital, nervus alvolar poterior

superior, nervus alveolar inferior dan nervus mentale. Dan blok ekstraoral

terdiri dari injeksi pada nervus alveolar inferior, nervus mentale, dan nervus

infraorbital.

Teknik anastesi blok pada Rahang Bawah dibagi menjadi 2, yaitu

metoda fisher dan metoda single path.

3. ANESTESI INFILTRASI

Larutan anestesi didepositkan di dekat serabut terminal dari saraf dan

akan terinfiltrasi di sepanjang jaringan untuk mencapai serabut saraf dan

menimbulkan efek anestesi dari daerah terlokalisir yang disuplai oleh saraf

tersebut.

Teknik dibagi menjadi :

a) Suntikan Submukosa

o Larutan anestesi didepositkan tepat di balik membran submukosa

o Cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, tapi

sering digunakan untuk anestesi saraf bukal panjang sebelum

pencabutan molar bawah atau opeasi jaringan lunak.

o Disemprotkan sampai salju putih keluar.

b) Suntikan Supraperiosteal

o Larutan anestesi didepositkan di luar periosteum, larutan akan

terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal dan tulang medularis

ke serabut saraf.

c) Suntikan Subperiosteal

o Larutan didepositkan antar bidang periosteum dan bidang

kortikal.

d) Suntikan Intraosseus

o Larutan anestesi didepositkan pada tulang medularis.

Page 15: skenario

e) Suntikan intraseptal

o Merupakan teknik modifikasi dr IO. Digunakan bila akan

dipasang gigi tiruan immediat atau teknik supraperiosteal tdk

mungkin dilakukan.

o Dengan jarum 27 gauge, larutan diinsersikan pada tulang lunak

di alveolar crest. Teknik ini dilakukan setelah diperoleh

anastesi superfisial.

f) Suntikan intraligamental/ ligamen periodontal

Memiliki beberapa keuntungan:

o Hanya terbatas pada satu gigi

o Memiliki waktu yang cepat sekitar 30 detik dan durasinya 45-55

menit

o Rasa sakit minimal

o Menghindari terjadinya haematoma

Kekurangan:o Dapat merasa pahit karena bocornya larutano Sakit pasca penyuntikan tidak jarang terjadi dan dapat

berlangsung berhari-hario Terjadi avulsi

KI: apabila ada infeksi gingiva

3 hal pencabutan gigi

1. Saraf yang menginervasi harus dianastesi.

2. Mucosa bucal dan labial harus dianastesi.

3. Mucosa palatinal dan libual harus dianastesi.

Jika salah satu tidak dianastesi, akan membuat rasa sakit pada pasien dan

membuat drg kehilangan kepercayaan dari pasiennya tersebut.

E. KOMPLIKASI

a. Lokal

i. Kegagalan untuk mendapat efek anastesi

1. Teknik yang salah larutan yang terlalu sedikit, periksa

landmark anatomi

Page 16: skenario

2. Ada infeksi akut

3. Penggunaan obat yang kadaluarsa

4. Resistensi individual

ii. Sakit selama dan setelah penyuntikan

1. Salah satu faktor: tajamnya jarum. Jarum yang tajam

lebih mudah penetrasi ke jaringan. Selain itu, cartridge

perlu dihangatkan dulu dan larutan disuntikan pelan-

pelan

2. Hal lain yang dapat menyebabkan sakit adalah infeksi,

trismus, dan pembentukan haematoma

iii. Pembentukan haematoma

1. Jarang pada teknik infiltrasi dan sering pada gigi superior

posterior struktur dan posisi pleksus venosus pterigoid

2. Bila dicurigai dapat terjadi infeksi AB

iv. Suntikan IV

1. Perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu untuk cegah

larutan masuk pembuluh darah

2. Akibat: pingsan, kulit pucat, berkeringat, takikardia

v. Kepucatan

1. Karena kombinasi meningkatnya tegangan jaringan

akibat deposisi cairan dan efek lokal dari vasokonstriktor

2. Iskemia umumnya bersifat sementara 30 detik sampai

30 menit; tenangkan pasien saja.

vi. Trismus

1. Terjadi kerusakan pembuluh darah haematoma/

infeksi trismus

2. Infeksi drainase + AB; bila sudah terkontrol saline

hangat dikumur

vii. Paralisa wajah

1. Jarum terlalu jauh ke belakang dan terlalu di belakang

ramus ascendens/ mengenai glandula parotis

2. Menenangkan pasien

viii. Gangguan sensasi yang berlangsung lama

Page 17: skenario

1. Kerusakan saraf karena jarum atau larutan yang

terkontaminasi dengan bahan neurotoksik seperti alkohol

2. Dikontrol selama 3 bulan, kalau tidak ada perubahan

rujuk

ix. Patahnya jarum

1. Jarum yang patah jaringan ditekan, jarum ditarik

dengan bantuan tang

2. Bila fraktur di dalam Ro dl, rujuk ke spesialis

x. Infeksi

xi. Trauma pada bibir

xii. Gangguan visual

b. Umum

i. Sinkop

o Merupakan hilangnya kesadaran karena anemia cerebral.

o Tanda-tanda klinisnya sangat mirip dengan syok, yaitu:

- Pasien menjadi sangat pucat

- Kulitnya dingin dan lembab

- Denyut nadi menjadi cepat dan mungkin terjadi

penurunan tekanan darah tetapi tidak berlangsung

lama

o Penyebab sinkop dapat psikologik, sebab reaksi yang lama bisa terjadi

pada orang yang diinjeksi dengan larutan salin.

o Sinkop yang terjasi setelah diinjeksi anastetikum lokal mudah diatasi

dengan cara sederhana, menunjukkan bahwa reaksi terhadap

anestetikum bukan merupakan akibat keracunan.

1. Perawatan ABC terlebih dahulu airway, breathe,

circulation

2. Px diposisikan kepala lebih rendah dari tubuh suplai

darah ke otak

3. Pemulihan spontan 15 menit kalau belum sadar, rujuk

ke rumah sakit.

4. Setelah sadar minuman bergula

Page 18: skenario

5. Kalau rujuk suntikan aminophylline BP 250 mg secara

perlahan

ii. Interaksi obat

1. Hati-hati dengan px pengguna obat antidepresi golongan

trisiklik. Agen vasokonstriktor dapat akibatkan hipertensi

atau aritemia kardiak

iii. Reaksi sensitivitas

1. Memiliki derajat yang bervariasi dari pembengkakan

oedematous lokal atau urtikaria pada daerah suntikan

sampai reaksi anapilaktik.

2. Reaksi lokal lebih sering daripada reaksi sistemik

3. Tanda pertama dari respon sistem saraf sentral biasanya

berupa eksitasi seperti pusing, gelisah, nausea, atau

sakit kepala ringan diikuti dengan tremor dan denyut

muskular terutama pada wajah, kaki dan tangan baru

kemudian terjadi konvulsi.

iv. Dermatitis

v. Gangguan kardio respirasi

vi. Syok

o Reaksi ini meskipun sangat mirip dengan sinkop,

umumnya jauh lebih parah dan mengakibatkan

penurunan volume darah sirkulasi

o Pasien biasanya kehilangan kesadaran, tekanan darah

menurun, denyut nadi cepat dan berbahaya.

o Perawatan: tempatkan pasien dalam posisi terbalik

dengan kepala lebih rendah dari tubuh dan lakukan

stimulasi jantung dan pernafasan.

Page 19: skenario

Efek sistemik Anestesi Lokal

Efek Pada CNS

1. Anti convulstant

Obat anestesi lokal dengan blood level dalam plasma yang memadai,

contoh : lidokain dengan blood level dalam plasma = 0,5 – 4 mikrogram /

mililiter

2. Preconvulsive sign n symtomps

Obat anestesi lokal dengan blood level dalam plasma yang lebih tinggi dari

efek anti convulsant. Contoh : lidokain 4,5 – 7 mikrogram / mililiter.

Gejala :

Kesulitan bicara

Gemetaran

Otot berkedut

Tremor pada otot twajah dan ekstremitas distal.

Tanda :

Mati rasa pada llidah dan regio di sekitar mulut

Pusing

Gangguan visual

Gangguan pendengaran

Rasa kantuk

Disorientasi/

3. Convulsive Phse

Blood level dalam plasma lebih tinggi lagi (dosisi toksik), contoh : lidokain 7,5

– 10 mikrogram / mililiter. Efek pada CNS menyebabkan kejang. Apabila

sidah tahap final dapat menyebabkan Depresi CNS.

4. Analgesia

Pemberian IV doketahui juga dapat meningkatkan ambang batas nyeri dan

menciptakan efek analgesia. Contoh : pemberian procain secara IV dengan

dosis 4 mg/KgBB untuk mengatasi nyeri pada Arthritis kronis.

5. Mood Elevation

Obat yang dipakai adalah kokain. Efeknya menyebabkan euforia, dan sebagai

penghilang rasa letih. Penggunaan a=yang sering dapat menyebabkan

Page 20: skenario

ketagian. Ketagihan secara terus menerus akan meningkatkan risiko

overdosis dan menimbulkan efek toksik.

Efek pada Kardiovaskuler

1. Efek langsung pada miokardium

Blood level ↑ saraf – saraf pada miokardium ikut terkena efek anestesi

lokal rangsangan elektrik ↓ Konduksi sinyal ↓ Tekanan kontraksi ↓.

2. Efek langsung pada Vaskulatur perifer.

Vasokontriksi : kokain

Vasodilatasi : hampir semua obat anestesi lokal, paling kuat procaine.

Jika clood level tinggi hipotensi.

Toksisitas pada jaringan lokal

Otot skeletal dapat teracuni oleh obat anestesi lokal. Contohnya injeksi IM dan IO :

lidocaine, Mevipacaine, prilocaine, buvipacaine, dan etidocaine. Obat yang berdurasi

lama lebih dapat meracuni daripada obat yang berdurasi pendek. Keracuna pada

otot skeletal pada umumnya sembuh dalam 2 minggu. Tidak menimbulkan gejala

dan tanda

Efek pada sistem respirasi

Efek non overdosis : relaksasi otot-otot bronkial

Efek overdosis : respiratory arrest sebagi hasil dari generalized CNS Depressions.

Page 21: skenario

DAFTAR PUSTAKA

1. Malamed, S.F. 1998. Handbook of Local Anesthesia, 4th ed. St. Louis &

London : C.V. Mosby Co.

2. Bahl, ritu. 2003. Local Anesthesia In dentistry. Anesth Prog 51:138-142 2004

3. Farmakologi UI edisi 5 tahun 2007. Jakarta: Gaya baru

4. Howe, G.L. & Whitehead, F.I.H. 1992. Local Anaesthesia in Dentistry. Bristol :

John Wright

& Sons Ltd.