Skenario IV

41
SKENARIO IV Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut Seorang laki-laki umur 45 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan sariawan pada pipi bagian dalam sebelah kiri sejak 10 hari yang lalu. Sariawan tersebut sering timbul pada tempat yang sama tanpa tahu penyebabnya. Kondisi umum : tidak didapat adanya kelainan. Penderita mempunyai kebiasaan buruk bruxism. Pemeriksaan kelenjar limfe submandibular teraba, kenyal, kulit di sekitar normal dan dapat digerakkan. Pada intraoral didapatkan ulser bentuk tidak beraturan, berbatas jelas, tidak teratur, tepi kemerahan sedikit odema, tengah putih pada mukosa bukal region molar ke- 3, tepat diakhir linea alba mukosa bukal kiri. Linea alba juga terlihat jelas dan tebal. Gigi molar ke-3 mengalami mesio versi dan karies besar, sedangkan gigi molar ke-2 di region yang sama terlihat abrasi.

Transcript of Skenario IV

Page 1: Skenario IV

SKENARIO IV

Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

Seorang laki-laki umur 45 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan

sariawan pada pipi bagian dalam sebelah kiri sejak 10 hari yang lalu. Sariawan

tersebut sering timbul pada tempat yang sama tanpa tahu penyebabnya. Kondisi

umum : tidak didapat adanya kelainan. Penderita mempunyai kebiasaan buruk

bruxism. Pemeriksaan kelenjar limfe submandibular teraba, kenyal, kulit di sekitar

normal dan dapat digerakkan. Pada intraoral didapatkan ulser bentuk tidak

beraturan, berbatas jelas, tidak teratur, tepi kemerahan sedikit odema, tengah putih

pada mukosa bukal region molar ke-3, tepat diakhir linea alba mukosa bukal kiri.

Linea alba juga terlihat jelas dan tebal. Gigi molar ke-3 mengalami mesio versi

dan karies besar, sedangkan gigi molar ke-2 di region yang sama terlihat abrasi.

Page 2: Skenario IV

STEP I

Klarifikasi Istilah

1. Bruxism :kebiasaan menggesekkan atau menggeritkan gigi-gigi

rahang atas dan rahang bawah, dapat terjadi secara sadar

maupun tidak sadar.

2. Odema :cairan berlebih yang berkumpul di sel atau jaringan

interseluler, bisa menyebar dan menimbulkan

pembengkakan, merupakan respon terhadap inflamasi atau

trauma.

3. Linea alba :alur horizontal mukosa bukal pada garis oklusal,

disebabkan oleh iritasi, gesekan atau trauma lain, berupa

garis putih dari sudut mulut memanjang hingga daerah

posterior.

4. Mesio versi :mal posisi dari gigi yang cenderung ke arah mesial.

5. Ulser : luka terbuka dari jaringan lunak atau kulit, terkelupasnya

jaringan nekrotik radang, kehilangan seluruh epitel,

bentuknya dapat jelas maupun diffuse baik single maupun

multiple.

6. Abrasi :hilangnya struktur gigi atau terkikisnya jaringan keras gigi

akibat aus mekanik karena kebiasaan clenching, grinding,

dan bracing.

7. Sariawan :mukosa rongga mulut radang, ulser berwarna putih

kekuningan, terjadi pada daerah tidak berkeratin,

permukaan cekung, dan menimbulkan rasa sakit.

8. Kelenjar limfe :kelenjar getah bening, berjalan seiring pembuluh darah,

dibawa oleh simpai/kapsul keluaar melalui hilus, dilapisi

endotel.

Page 3: Skenario IV

STEP II

Menetapkan Permasalahan

1. Apa etiologi trauma jaringan lunak rongga mulut?

2. Apa saja trauma jaringan lunak rongga mulut?

3. Lesi apa saja yang muncul akibat trauma jaringan lunak rongga mulut?

4. Apa hubungannya bruxism dengan sariawan?

5. Bagaimana tahap perkembangan sariawan?

6. Apa penyebab sariawan timbul pada tempat yang sama?

7. Apa yang menyebabkan pembengkakan kelenjar limfe?

8. Bagaimana mekanisme terbentuknya linea alba?

STEP III

Analisis Masalah

1. Etiologi Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

a. Trauma fisik / mekanik

Iritasi akibat struktur gigi

Denture atau bracket

Bad habbit cheek chewing

Trauma local tergigit atau dicabut

Menyikat gigi terlalu keras

Iritasi akibat alat-alat kedokteran gigi, seperti cotton roll dan saliva

ejector

b. Trauma Termal

- Kebiasaan merokok

- Perubahan suhu makanan

c. Trauma Kimiawi

Page 4: Skenario IV

Kebiasaan merokok

Konsumsi obat immunosuppresan, menyebabkan hipersensitif

Obat-obatan kemoterapi

d. Trauma elektrik

e. Radiasi

2. Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

a) Trauma fisik / mekanik

Terjadi ketika mukosa rongga mulut kontak langsung dengan benda

tajam atau tumpul, dapat berupa gesekan, robekan, kecelakaan, memar,

ataupun malposisi gigi. Jenis trauma fisik antara lain :

a. Laserasi luka mukosa yang robek (terbuka), sub epitel terlihat

b. Kontusi luka memar

c. Abrasi superficial

d. Puncture Wound luka tusuk

Macam-macam ulser akibat trauma fisik antara lain :

1) Linea alba

2) Murcisatio bucarrum

3) Traumatic keratosis

4) Tooth brushing injury sering terjadi pada region gigi kaninus dan

premolar

5) Traumatic hematoma ulser tidak beraturan dan eritema

6) Cotton roll stomatitis erosi tertutup pseudomembran

7) Denture stomatitis

8) Submucosal hemorrhage

Trauma utama rupture pembuluh darah

Trauma sekunder

- Echymosis : area perdarahan besar

- Petechiae : area perdarahan kecil

- Hemorrhage : area perdarahan lebih dari 2 mm

Page 5: Skenario IV

- Hematoma

9) Traumatic atropic glossitis

Terjadi akibat unfitting restoration, denture rusak, dan peningkatan

kalkulus. Dijumpai pada daerah anterior atau lateral lidah. Gambaran

klinis tampak ertitema lidah, tidak ada papilla filiformis, ada papilla

fungiformis. Gambaran HPA tampak penipisan papilla dan infiltrasi

sel radang kronis.

10) Traumatic ulcerations

Terjadi pada daerah mukosa bukal, lidah, dan bibir. Gambaran

klinis tampak membrane fibrin berwarna kuning (akut) dengan tepi

eritema, ulser tunggal berwarna kuning. Biasanya diakibatkan gigi M3

yang karies.

b) Trauma termal

Terjadi akibat makanan atau minuman bersuhu tinggi yang

menyebabkan epitel menjadi rentan sehingga mengakibatkan luka bakar.

Mukosa eritema dan ada sisa epitel yag menyebabkan lesi dan ulserasi.

c) Trauma elektrik

Terjadi akibat dari alat elektrik, mukosa yang terkena trauma berwarna

kekuningan, dapat terjadi perdarahan maupun tidak. Mukosa mengalami

nekrosis dan perdarahan setelah empat hari.

d) Trauma kimiawi

Terjadi akibat obat-obat kausatik yang bersifat basa kuat. Contoh :

Aspirin : dihisap pada lipatan mukosa

Silver nitrat : gejala sedikit, “membakar” jaringan untuk

mengmbalikan jaringan

Alcohol : dalam mouthwash menyebabkan hipersensitif

Hydrogen peroksida : kandungan lebih dari 3% dapat menyebabkan

nekrotik

Sodium hipoklorit : digunakan dalam pemutih gigi dan irigasi

saluran akar

Anastetik nekrosis

Page 6: Skenario IV

e) Trauma Radiasi

Terjadi akibat paparan sinar radiasi pada daerah kepala dan leher yang

menghambat regenerasi sel sehingga menyebabkan stomatitis dan

deskuamasi.

3. Macam Lesi yang Muncul Akibat Trauma

a. Lesi Primer pertama kali terjadi, masih ada epitel, contohnya adalah

macula, papula, nodula, vesikula, bula, pustule, keratosis, tumor, dan plak.

i. Makula : epitel berubah warna akibat vaskularisasi (merah

kebiruan) dan melanin (biru kecokelatan), berbentuk titik

atau bercak.

ii. Nodula : tumor jinak, iritasi kronis (fibroma)

iii. Keratosis : penebalan abnormal stratum korneum

iv. Papula : lesi solid menonjol < 1 cm

v. Plak : lesi solid menonjol > 1 cm

vi. Vesikula : tonjolan berisi cairan bening < 1 cm

vii. Bula : tonjolan berisi cairan bening > 1 cm

viii. Pustula : tonjolan berisi pus

b. Lesi Sekunder kelanjutan lesi primer, epitel tidak ada ( defect/loss

epitel), contohnya adalah erosi, ulser, fissure, sikatrikas, deskuamasi,

crusta, sinus pseudomembran, dan eschars.

i. Eschars : kulit atau mukosa tidak ada, berupa luka bakar

ii. Lesi putih: epitel telah terdeskuamasi dan terdapat sel radang

Mudah dibersihkan non-keratosis (pseudomembran)

Sulit dibersihkan keratosis

4. Hubungan Bruxism dengan Sariawan

Ketika bruxism biasanya tidak sengaja menggigit mukosa. Selain itu,

sariawan akibat bruxism juga diperparah dengan adanya abrasi gigi sehingga

gigi memiliki cekungan tajam, adanya bracket, dan pada penderita maloklusi.

Page 7: Skenario IV

5. Tahap Perkembangan Sariawan

I. Premonitory

Terjadi selama 24 jam pertama setelah trauma, terdapat PMN dan

tampak odema.

II. Preulseratif

Terjadi 72 jam setelah premonitory, tebentuk macula lalu papula

denga tepi eritema dan dasar putih kekuningan.

III. Ulcerasi

Terjadi selama 2 minggu, papula yang telah terbentuk dilapisi

fibromembran (lesi sekunder).

IV. Penyembuhan

Dapat terjadi selama 35 hari, menimbulkan jaringan parut bila

berupa ulser mayor namun tidak pada ulser minor.

6. Faktor yang Mengakibatkan Sariawan Timbul di Tempat yang Sama

Faktor Mayor :

1. Trauma di tempat yang sama berulang terus

2. Hereditas

3. Defisiensi nutrisi

4. Alergi

Faktor Minor (memperparah lesi) :

1. Psikologis

2. Saliva yang tercemar bakteri dari karies.

Page 8: Skenario IV

STEP IV

Mapping

Gambaran Klinis HPA

Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

Etiologi

Klasifikasi

Fisik Termal Elektrik Kimia Radiasi

Lesi

Adaptasi

Keradangan

Page 9: Skenario IV

STEP V

Learning Objectives

1. Etiologi Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

2. Klasifikasi Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

STEP VII

Etiologi Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

1. Fisik

Mukosa rongga mulut yang berkontak langsung dengan benda-benda

yang bersifat destruktif seperti benda tajam, permukaan gigi yang

ujungnya tajam, atau tidak sengaja tergigit merupakan beberapa contoh

yang dapat menyebabkan trauma pada mukosa. Contoh dari etiologi fisik

yang lain adalah sebagai berikut:

a. Natal teeth pada bayi

b. Gigi fraktur yang berujung tajam

c. Perawatan medis atau prosedur diagnosis yang kurang tepat

d. Bad habit (bruxism, cheek chewing, lip biting, dll)

2. Termal/suhu

Suhu yang tinggi atau panas dapat menyebabkan lapisan epitel pada

mukosa rongga mulut terkelupas atau terluka. Bahkan luka yang

disebabkan karena suhu yang tinggi cenderung reaktif dan cepat

menyebabkan respon sakit dari seseorang karena banyaknya ujung saraf

bebas yang sensitif terhadap suhu pada lapisan epitel mukosa. Lesi

maupun ulcer yang timbul karena suhu ini cenderung lebih lama proses

healing dan repairnya karena kerusakan jaringannya dapat lebih besar dari

trauma fisik dan menyebabkan keradangan.

Page 10: Skenario IV

3. Kimiawi dan Radiasi

Bahan-bahan kimia yang banyak terkandung dalam obat-obatan yang

sering digunakan dalam bidang perawatan dan pencegahan di kedokteran

gigi ternyata juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan trauma pada

mukosa. Contohnya adalah:

a. Aspirin, obat yang digunakan untuk perawatan pulpitis, dan abses

periapikal dengan meletakkannya di lipatan mukobukal dapat

menyebabkan ulcer pada daerah tersebut.

b. Perawatan kavitas gigi dengan phenol dan bahan etsa.

c. Sodium Hipoklorida

Sodium hipoklorida adalah suatu bahan yang digunakan untuk

pemutihan gigi dan sering digunakan untuk irigasi saluran akar dan

dapat menyebabkan ulkus yang cukup parah akibat kontak dengan

jaringan lunak di dalam rongga mulut.

d. Hidrogen Peroksida

Hidrogen peroksida sering digunakan sebagai bahan irigasi intraoral

untuk pencegahan penyakit periodontal. Pada konsentrasi lebih dari

sama dengan 3%, hidrogen peroksida dapat menyebabkan jaringan

nekrosis.

e. Anesthetic Necrosis

Predileksi terjadinya lesi pada palatum durum yang jaringan

mukosanya berikatan cekat dengan tulang di bawahnya. Biasanya lesi

ini timbul sebagai lesi ulser yang bertepi reguler yang timbul beberapa

hari setelah injeksi. Ulser terjadi akibat nekrosis iskemia yang

kemungkinan disebabkan karena trauma langsung dari larutan anestesi,

vasokonstriksi epinefrin, atau keduanya. Penyembuhan ulser

memerlukan waktu beberapa minggu dan terkadang dapat terjadi

kronis.

Page 11: Skenario IV

f. SLS (Sodium Laurly Sulfat)

SLS (Sodium Laurly Sulfat) adalah asintetik detergen pada pasta gigi

yang sangat mudah melukai daerah mukosa. SLS akan mendenaturasi

lapisan mukosa mucin yaitu komposisi utama dari mukus yang

memegang peranan sebagai proteksi non-imun pada mukosa.

Denaturasi dari mukosa menyebabkan mukosa oral lebih ter ekspose

dari agen iritan eksogen dan alergen. Selain itu SLS juga

meningkatkan permeabilitas dari mukosa terhadap alergen iritan.

4. Elektrik

Electrical burn khususnya disebabkan oleh panas tinggi, bersifat

ekstensif, melibatkan bibir, dan terlihat pada anak-anak dan balita. Lesi

awalnya hangus dan kering. Setelah beberapa hari, akan mengelupas, dan

ada perdarahan berlebih jika struktur vital terkespos.

5. Faktor Predisposisi Etiologi

Faktor mikroba ini mungkin menjelaskan mengapa hanya mukosa

mulut yang terkena RAS. Beberapa study telah dilakukan untuk

mengetahui kemungkinan keterlibatan spesies Streptococcus dalam

etiologi RAS terutama S. sanguis. Beberapa penelitian telah menemukan

bahwa ada beberapa crossactivity antara Streptococcus 65-kDa heat shock

protein (hsp) dan 60-kDa hsp mitokondria manusia. Jadi RAS terjadi

akibat respon dari T-cell-mediated kepada antigen dari S. sangius yang

melakukan cross-react dengan mitokondria manusia dan menyebabkan

kerusakan mukosa oral.

Page 12: Skenario IV

Klasifikasi Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

1. Lesi Adaptif

Lesi adaptif adalah lesi yang terbentuk karena adanya trauma

terus-menerus yang terjadi pada daerah yang sama, sebagai mekanisme

pertahanan dari jaringan epithelium pada mukosa rongga mulut

terutama yang tidak berkeratin. Pertahanan dari jaringan epithelium

dapat berupa terjadinya hyperkeratosis, baik hyperorthokeratosis atau

hyperparakeratosis, yang sama-sama berfungsi untuk mencegah

terjadinya trauma yang semakin dalam dan dapat mencapai daerah

jaringan ikat yang berisi pembuluh darah. Lesi adaptif ini cenderung

disebabkan karena adanya trauma mekanik atau fisik, seperti kebiasaan

bruxism, cheek chewing, dan lip biting. Contoh lesi adaptif adalah

linea alba dan mucicartio buccarum.

a. Linea Alba

Linea alba merupakan lesi berwarna putih atau putih keabuan

yang biasanya muncul di mukosa bukal sepanjang occlusal plane,

bisa dari sudut mulut sampai gigi posterior, yang tidak terasa sakit

namun pasien cenderung merasakan daerah mukosa bukalnya

menjadi lebih tebal. Munculnya lesi ini dapat disebabkan adanya

iritasi, tekanan, trauma pada daerah tidak berkeratin yang sama

secara terus menerus. Daerah tidak berkeratin dapat mengalami

keratinisasi sebagai suatu respon perlindungan dan pertahanan dari

epithelium, sehingga lesi ini juga dapat disebut frictional

(traumatic) keratosis. Lesi jenis ini biasanya memiliki karakteristik

seperti munculnya keratinisasi pada daerah yang biasanya tidak

berkeratin.

Page 13: Skenario IV

Mukosa bukal, labial, palatum molle merupakan mukosa tidak

berkeratin, sedangkan palatum durum dan gingiva adalah mukosa

berkeratin karena melekat pada tulang. Di bawah ini dapat terlihat

bahwa susunan stratum-stratum epitel gingival (gambar atas)

dengan epitel mukosa bukal (gambar bawah) terlihat berbeda dari

susunannya. Pada gingival, terlihat lapisan

superficial yang disebut sebagai keratin yang

berfungsi sebagai pelindung lapisan epitel.

Sedangkan pada mukosa bukal, tidak terlihat

adanya lapisan keratin di sana.

Namun, sebagai respon pertahanan tubuh,

pada daerah stratum korneum dapat terjadi

hyperorthokeratosis yaitu suatu proses di mana

sel-sel tanpa inti yang berisi filament keratin

pada stratum ini dapat naik ke permukaan dan

membentuk lapisan keratin yang tidak normal

ada di sana.

b. Mursicatio Buccarum

Lesi morsicatio buccarum biasanya ditemukan bilateral pada

mukosa bukal disertai lesi pada bibir dan lidah, atau bisa juga

Linea alba

Page 14: Skenario IV

ditemukan hanya pada bibir atau libal, dah. Lesi yang terbentuk

tebal, seperti area parut berwarna putih (tidak rata) yang biasa

disertai dengan eritema, erosi, aatau ulserasi fokal traumatik.

Mukosa yang mengalami perubahan biasanya terletak di tengah

anterior mukosa bukal di sepanjang bidang oklusi. Lesi yang besar

bisa terbentuk melebar ke arah atas atau bawah bidang oklusi pada

pasien yang memiliki kebiasaan menekan pipi ke arah antara gigi

dengan menggunakan jari.

Secara klinis, penampilan morsicatio buccarum cukup untuk

menegakkan diagnosis, sehingga biopsi jarang dilakukan. Hasil

biopsi pada kasus ini menunjukkan hiperkeratosis yang luas serta

dapat ditemukan juga sel bervakuola pada lapisan mukosa.

c. Tobacco Keratosis

Keratosis pada orang yang biasa mengunyah dan menghisap

tembakau mudah timbul pada mukosa bukal, tetapi insidennya

tidak setinggi pada orang yang merokok dengan cara biasa. Daerah

keratosis biasanya luas.

d. Betel Nut Chewer Keratosis

Pinborg dkk telah melakukan penelitian epidemologi diantara

para pengunyah pinang. Mereka menemukan bahwa di Papua

Nugini, penduduknya terbiasa mengunyah pinang masak.

Mekanismenya yaitu batang sirih basah dicampur dengan kapur

Mursicatio Buccarum

Page 15: Skenario IV

yang telah dilumatkan dan dimasukkan ke dalam mulut dan

digerakkan ke mukosa bukal serta dijilat sampai bersih. Di India,

pinang dikunyah setelah diasapi ataupun mentah bersama dengan

daun sirih dan kapur. Itu merupakan suatu campuran yang dikenal

sebagai pan. Tembakau dapat pula dicampurkan bersama pan.

Sebagai akibat dari kebiasaan ini timbul keratosis yang luas

pada mukosa bukal. Pada mukosa yang terkena campuran daun

sirih dan kapur, akan terbentuk keratosis terutama pada commisura

mulut. Pria dan wanita memiliki prevalensi yang hampir sama

dalam timbulnya keratosis ini

2. Lesi Keradangan

Lesi ini merupakan lesi yang muncul akibat adanya kontak

secara langsung antara mukosa mulut dengan berbagai faktor seperti

faktor thermal, faktor kimiawi, faktor elektrik dan faktor radiasi.

Adanya lesi ini merupakan suatu respon tubuh terhadap sesuatu yang

kemungkinan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang cukup

besar dalam waktu yang singkat, seperti penggunaan aspirin dalam

perawatan pulpitis dan abses periapikal yang diletakkan pada lipatan

mukobukal yang dapat menyebabkan luka bakar pada daerah tersebut.

a. Trauma Termal

Luka bakar rongga mulut sebagian besar disebabkan oleh

makanan atau minuman yang panas. Penggunaan microwave

meningkatkan angka kejadian luka bakar panas karena dapat

membuat makanan yang dingin dingin di bagian luarnya tetapi

sangat panas di bagian dalamnya.

Pada awalnya, luka bakar muncul sebagai area yang tidak

nyeri, hangus, dan kekuningan yang disertai dengan sedikit atau

bahkan tidak berdarah. Dalam beberapa jam akan muncul edema

yang dapat bertahan hingga 12 hari. Pada hari keempat, area

Page 16: Skenario IV

tersebut akan mengalami nekrosis dan mulai mengelupas, dan bisa

mengeluarkan darah. Luka yang melibatkan makanan yang panas

biasanya timbul pada palatum atau mukosa lidah bagian posterior

berupa area eritema dan ulserasi yang dapat menyisakan epithelium

yang nekrosis pada daerah perifer.

b. Traumatic Hematoma

Traumatic hematoma pada mukosa oral terjadi karena adanya

tekanan mekanis yang menyebabkan perdarahan pada jaringan

rongga mulut. Penampakan klinis berupa lesi irreguler berwarna

kemerahan. Lokasi yang paling sering terjadi lesi ini adalah lidah

dan bibir, penyebab utamanya adalah tergigitnya mukosa oral dan

penggunaan yang tidak benar dari instrumen kedokteran gigi.

Tidak ada perawatan yang perlu dilakukan, lesi akan sembuh

dalam waktu 4-6 hari.

c. Cotton Roll Stomatitis

Cutton Roll biasa diaplikasikan pada praktek kedokteran gigi

untuk menjaga permukaan gigi tetap kering. Kekeringan yang

berlebihan pada permukaan mukosa akan tampak setelah gulungan

kapas dilepas. Penampakan klinis lesi adalah erosi yang tertutupi

pseudomembran putih, yang akan sembuh dalam 4-6 hari dan tidak

memerlukan perawatan yang berarti.

Luka Bakar

Page 17: Skenario IV

d. Denture Stomatitis

Denture Stomatitis sering terjadi pada pasien yang

menggunakan gigi tiruan dalam waktu lama. Lesi ini biasanya

ditemukan pada palatum. Penampakan klinis berupa mukosa yang

tertutup plat gigi tiruan edema berwarna merah dengan titik-titik

putih yang merupakan akumulasi Candida albicans / sisa makanan.

Pada beberapa pasien tidak ada gejala,namun beberapa mengeluh

sensasi rasa terbakar dan nyeri. Perawatan yang dilakukan adalah

memperbaiki gigi tiruan dan menjaga kebersihan mulut dengan

baik.

e. Trauma Kimiawi

Banyak zat kimia dan obat-obatan yang kontak dengan jaringan

oral pada akhirnya menimbulkan kerusakan pada jaringan oral.

Contoh zat-zat yang dapat mengakibatkan luka pada mukosa oral

diantaranya aspirin, sodium perborat, hydrogen peroksida, bensin,

terpentin, dan alcohol.

Paparan yang singkat dengan zat-zat tersebut dapat

mengakibatkan perubahan mukosa menjadi putih dan keriput.

Apabila paparan dilanjutkan, maka akan terjadi nekrosis dan epitel

yang terpapar akan terpisah dari jaringan yang berada di bawahnya

serta menjadi mudah terkelupas. Bila epitel yang nekrotik tersebut

dihilangkan, maka akan terlihat jaringan ikat yang eritem dan

berdarah. Area superficial yang nekrosis akan sembuh tanpa luka

parut dalam waktu 10 hingga 14 hari setelah agen penyebabnya

dihilangkan.

Luka akibat aspirin

Page 18: Skenario IV

Selain akibat aspirin seorang perokok juga dapat mengalami

lesi keradangan akibat bahan kimiawi, dan biasa disebut Smoker’s

Melanosis. Individu yang merokok mungkin akan timbul area

hiperpigmentasi melanin pada mukosanya tergantung pada jumlah

batang rokok yang dikonsumsi sehari-hari. Smoker’s melanosis

paling sering ditemukan di area gingiva anterior pada maksila

maupun mandibula. Pigmentasi yang dilakukan adalah biopsi

terutama pada area palatum. Smoker;s melanosis akan menghilang

sedikit demi sedikit selama 3 tahun setelah berhenti merokok.

f. Traumatic Ulseration

Trauma ini bisa terjadi pada semua umur dan jenis kelamin

dan diklasifikasikan dibagi menjadi dua jenis yaitu ulser reaktif

akut dan ulser reaktif kronis. Bentukan ulseratifnya biasanya

akibat trauma, bisa kimia dan mekanik. Ulser terbentuk hanya

pada lapisan non keratin mukosa, biasanya di mukosa bukal,

lidah, dan bibir bawah. Jika disebabkan karena trauma bisa

sembuh dalam 7-10 hari. Trauma mekanik bisa seperti tergigit,

fraktur, akibat protesa atau yang lain, sedangkan kimia bisa dari

aspirin dan krim pereda sakit gigi.

Lesi biasanya tunggal dan tidak teratur. Berbentuk oval dan

cekung. Pada lesi diawali eritematus di perifer yang kemudian akan

berwarna lebih muda karena adanya keratinisasi dan bagian

tengahya biasanya berwarna kuning kelabu. Jika lesi akibat kimia

berbatas tidak jelas dengan mengandung kulit yang terkoagulasi

dan terkelupas. Ulser minor umumnya < 1cm yang bertahan selama

1-2 minggu dan Ulser mayor >1 cm yang bisa terjadi dalam

minggu dan bulan.

Secara singkat, gambaran klinis beserta HPAnya dapat dituliskan sebagai berikut:

Jenis Lesi Gambaran Klinis HPA

Page 19: Skenario IV

Ulser Reaktif Akut 1. Membran mukosa mulut

berwarna kemerahan, terasa

sakit dan terjadi

pembengkakan.

2. Ulser ditutupi eksudat

fibrin berwarna kekuningan

hingga putih dan dikelilingi

halo erimatus (erimatus

jernih/bening)

Penipisan jaringan

epitel dan diganti

dengan jaringan fibril

yang mengandung

banyak neutrofil

Kapiler

meningkat dan terjadi

granulasi pada

jaringan

Regenerasi

dimulai dari margin

ulser dengan

proliferasi sel, dasar

jaringan granulasi dan

fibrin

Ulser Reaktif

Kronis

Tidak terasa sakit

Ulser ditutupi membran

berwarna kekuningan dan

dikelilingi peninggalan margin

atau hyperkeratosis

1. Epitel permukaan

menipis

2. Terdapat fibril

3. Makrofag

eusinofil lebih besar

daripada ulser kronis

4. Infiltrasi sel

radang lebih banyak

daripada ulser akut

5. Regenerasi epitel

tidak terjadi sehingga

trauma berlangsung

terus-menerus

Page 20: Skenario IV

Selain traumatic ulcer akut dan kronis, ada juga lesi dengan nama

benign chronic ulcers atau biasa dikenal dengan traumatic granuloma

(traumatic ulcerative granuloma dengan stromal eosinophilia). Pada

umumnya dikaitkan dengan injuri mukosa yang dalam. Ulser seperti

kawah dengan diameter 1-2 mm. Memerlukan waktu penyembuhan

selama beberapa minggu. Ulser ini biasanya ditemukan di lidah.

Chronic ulcer yang ditemukan pada lidah dikenal dengan nama

necrotizing sialometaplasia, dikaitkan dengan iskemik nekrosis dari

kelenjar saliva minor dan penyembuhan terjadi secara spontan dalam

beberapa minggu.

Terapi yang digunakan bisa dengan menghilangkan trauma atau

dengan menggunakan obat kumur antiseptik Khlorhexidin. Terapi

paliatif (antibiotik) dan terapi suportif dengan mamakan makanan

lunak.

g. Nikotinic Stomatitis

Gambaran klinisnya berbentuk simetris bentukannya dan

painless. Mengenai palatum baik keras dan lunak, mukosa putih.

Etiologinya reaktif keratinisasi akibat panas yang biasanya dari

asap rokok perokok (ada diperokok berat) dan pada orang yang

Page 21: Skenario IV

terbiasa minum minuman yang terlalu panas. Terjadi hiperkeratosis

atau parakeratosis, epitel yang tidak berbahaya hiperplasia dengan

atau tanpa reaksi atypia epitel dan variabel inflamasi kronis.

Gambaran Klinis dan HPAnya:

h. Smokeless Tobacco Lession

Gambaran klinisnya bertanda sedikit dengan keseragaman

kelabu putih dan edematus yang disertai kerutan. Ada bukit atau

gundukan paralel dan fissure di area dimana tempat tobacco.

Biasanya bisa mewarnai gigi, resesi gingiva, akar exposure. Lesi

reversible jika dihentikan kebiasaan penderita. Pada lesi yang

berkembang selanjutnya, muncul keratin plaque yang bisa untuk

biopsi. Lesi ini tidak reversible.

Etiologinya karena kontak denga agen yang terkandung dalam

tobacco. Lesi awalnya parakeratosis awal keratin di superficial,

epitel hiperplasia dan adanya variabel radang kronis. Pada lesi

Page 22: Skenario IV

lanjut menunjukkan hiperkeratosis atau orthokeratosis dengan atau

tanpa displasia.

i. Lesi dan UIcer karena Pengaruh Radiasi

Salah satu contoh trauma akibat radiasi adalah mukositis.

Mukositis didefinisikan sebagai suatu proses reaktif yang

menyerupai peradangan pada membrane mukosa orofaring dan

terjadi setelah terapi penyinaran pada penderita kanker daerah

kepalan dan leher. Mukositis akibat penyinaran merupakan efek

samping namun sifatnya sementara.

Sebagian ahli menggambarkan tanda pertama mukositis adalah

suatu gambaran mukosa yang keputih-putihan yang merupakan ciri

adanya hiperkeratinisasi tingkat tinggi. Ini diikuti atau bersama-

samaan dengan eritema. Pada mukositis yang lebih parah, yang

akan tampak setelah 3 minggui terapi radiasi adalah timbulnya

pseudomembran dan ulserasi.

Prinsip utama dari potogenesa ini adalah menurunnya

kemampuan sel basal epitel untuk regenerasi. Terdapat beberapa

tahap pada proses patogenesa dari terapi radiasi, yaitu:

1. Tahap inisiasi, yaitu tahap dimana terjadinya kerusakan DNA

sel basal epotel, jaringan lunak dan pembuluh darah. Selain itu

juga terjadi aktivasi dari reactive oxygen spesies. Hal ini

menyebabkan suatu kerusakan sel yang menginisiasi dari sel

radang untuk menyebabkan kerusakan pada jaringan. Hal ini

menyebabkan prouksi sitokin sel radang yang mengaktivasi

jalur signaling untuk memasuki jaringan.

2. Setelah proses diatas makan akan terjadi ulserasi yang ditandai

dengan adanya sel radang yang berhubungan dengan ulserasi

mukosa, pada tahap ini kondisi oral hygine dan infeksi

sekunder juga terlibat.

Page 23: Skenario IV

3. Ketika semua tahap ini terlewati, maka akan ada proses

healing atau penyembuhan yang ditandai dengan adanya

proliferasi sel epitel disertai deferensiasi sel dan jaringan

untuk mengembalikan intregitas jaringan epitel.

j. Leukoplakia

Leukoplakia dapat dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :

Homogenous Leukoplakia

Merupakan bercak putih yang kadang-kadang berwarna

kebiruan,permukaannya licin, rata dan berbatas jelas. Pada

tahap ini tidak dijumpai adanya indurasi.

Erosif Leukoplakia

Erosif Leukoplakia berwarna putih dan mengkilat seperti

perak dan pada umumnya sudah disertai dengan indurasi. Pada

palpasi,permukaan lesi mulai terasa kasar dan dijumpai juga

permukaan yang erosif.

Verucuos Leukoplakia

Permukaan lesi tampak sudah menonjol,berwarna putih, tetapi

tidak mengkilat. Timbulnya indurasi menyebabkan permukaan

menjadi kasar dan berlekuk-lekuk. Saat ini, lesi telah dianggap

berubah menjadi ganas. Karena biasanya dalam waktu yang

relatif singkat akan berubah menjadi tumor ganas seperti

squamus sel karsinoma, terutama bila lesi ini terdapat di lidah

dan dasar mulut.

k. Hairy Tongue

Hairy tongue adalah kondisi papila filiformis tumbuh

berlebihan pada permukaan lidah, yang disebabkan oleh faktor

predisposisi, seperti;

Page 24: Skenario IV

Antibiotik spektrum luas

Kortikosteroid sistemik

Obat kumur yang mengandung hidrogen peroksida, sodium

perborate, carbamite peroxide

Perokok

Terapi radiasi head and neck

Perubahan flora mikrobial

Gambaran klinis dari penyakit ini adalah hyperplasia papila

filiformis, dan ada hambatan desquamasi normal sehingga menjadi

tebal dan permukaan lidah mudah ditempeli bakteri, jamur, debris sel

dan benda asing. Perpanjangan papila menyebabkan rasa gatal dan

mual. Warna dapat putih, coklat atau hitam tgt diet, oral hygiene dan

komposisi bakteri. Dengan spesimen biopsy, akan terlihat adanya

papila filiformis yang memanjang dan adanya kontaminasi dgn

mikroorganisme. Lamina propria terlihat mengalami inflamasi.

Page 25: Skenario IV

Klasifikasi Trauma Jaringan Lunak Rongga Mulut

Trauma jaringan lunak rongga mulut merupakan kerusakan anatomi atau

diskontinuitas jaringan lunak rongga mulut oleh karena ruda paksa dari luar.

Klasifikasi Menurut Andreasen

1. Laserasi

Merupakan suatu luka pada jaringan lunak yang disebabkan oleh benda

tajam seperti pisau atau pecahan luka. Luka terbuka tersebut berupa

robeknya jaringan epitel dan subepitel.

2. Kontusi

Merupakan luka memar yang biasanya disebabkan oleh pukulan benda

tumpul dan menyebabkan terjadinya perdarahan pada daerah submukosa

tanpa disertai sobeknya daerah mukosa.

3. Abrasi

Merupakan luka pada daerah superfisial yang disebabkan karena gesekan

atau goresan suatu benda sehingga terdapat permukaan yang berdarah

atau lecet.

Berdasarkan Besarnya Kerusakan Jaringan

1. Luka dengan kerusakan jaringan yang minimal

2. Luka bersih dengan kerusakan jaringan cukup luas tanpa nekrosis

3. Luka kotor dengan kerusakan jaringan yang luas disertai nekrosis jaringan

Berdasarkan Kemungkinan Infeksi

1. Luka yang bersih

2. Luka yang berpotensi menjadi infeksi

3. Luka yang terinfeksi

Trauma Jaringan Lunak Wajah

1. Berdasarkan jenis luka dan penyebabnya:

a. Eksoriasi: lecet, kerusakan kulit melewati epidermis hingga tampak

darah.

b. Luka sayat, luka robek dan luka bacok

c. Luka bakar

Page 26: Skenario IV

Luka bakar dikelompokkan berdasarkan tingkat ketebalan kulit yang

mengalami kelukaan :

Ketebalan sebagian atau luka bakar derajat pertama melibatkan

hanya lapisan luar epidermis disertai eritema, nyeri tekan, dan

sakit.

Luka bakar sebagian dengan kedalaman yang lebih besar atau

derajat dua, menyebabkan kerusakan yang mencapai dermis dan

ditandai dengan terjadinya vesikel, lepuh dan bullae.

Luka bakar ketebalan penuh/derajat tiga menunjukkan hancurnya

epidermis dan dermis.

d. Luka tembak

2. Berdasarkan ada atau tidaknya kehilangan jaringan.

Page 27: Skenario IV

DAFTAR PUSTAKA

Bricker SL. Oral Diagnosa, Oral Medicine and Treatment Planning 2nd ed.

Philadelpia.

Elizabeth, J. Corwin. 2008. Handbook of Pathofisiology Ed.3rd .Wolters Kluwer

Health : Lippincott Williams & Wilkins.

Gayford, JJ. 1990. Penyakit Mulut. Jakarta : EGC.

Lawlor, William. 1992. Buku Pintar Patologi untuk Kedokteran Gigi. Jakarta :

EGC.

Neville B. W, Bamm, DD. Allen, C. M. Bouquat J E. 2009. Oral and

Maxillofacial Pathology 3rd ed. Elsevier: India.

Peterson. 2004. Principles of Oral and Maxillofacial Surgery 2nd Ed. Ontario BC

Decker Inc.

Spijkervet, Frederik. 1996. Mukositis Akibat Radiasi. Jakarta : Widya Medika.

Sudiono, Janti.2003.Ilmu Patologi.Jakarta:EGC.

Taringan, Revina N. 2010.Low-Level Laser Theraphy fir Treatment of Oral

Mucositis. Journal of Dentistry Indonesia Vol.17.

Wiley, John.2012.Jurnal of Oral Pathology and Medicine.