Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

17
Skenario 3 RETARDASI MENTAL Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian dan bab/bak, tetapi dalam keterampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia terpaksa tinggal kelas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien menyandang Retardasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila di sekolah umum klien akan banyak mengalami kesulitan dalam prose’s belajarnya. Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga. Sebagai bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh kakak perempuan yang paling tua; kedua orangtua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, padahal usia tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel-sel otak. Orangtua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa, tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelolan Zakat-Infaq- Shodaqoh (ZIS), akhirnya orangtua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dilanjutkan dengan pendidikan keterampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak bergantung dengan orang lain. 1

Transcript of Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

Page 1: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

Skenario 3

RETARDASI MENTAL

Seorang anak perempuan usia 8 tahun, dibawa konsultasi ke seorang psikolog dengan kesulitan belajar, terutama belajar membaca dan menulis, dalam berbicara sehari-hari tak mengalami banyak kesulitan. Klien mampu merawat diri seperti mandi, berpakaian dan bab/bak, tetapi dalam keterampilan akademis ia banyak mendapatkan masalah sehingga ia terpaksa tinggal kelas, karena nilai rapotnya jauh dibawah rerata kelas. Dari hasil tes psikologik diperoleh nilai Intellegence Quotien (IQ) 65, yang menunjukkan klien menyandang Retardasi Mental Ringan. Oleh psikolog klien disarankan untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB), dengan pertimbangan bila di sekolah umum klien akan banyak mengalami kesulitan dalam prose’s belajarnya.

Dari riwayat kehidupan sosial, klien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah, menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga. Sebagai bungsu dari lima bersaudara, klien lebih banyak diasuh kakak perempuan yang paling tua; kedua orangtua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu buruh cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan kebutuhan nutrisi, padahal usia tersebut adalah periode penting bagi pertumbuhan terutama sel-sel otak.

Orangtua klien sebetulnya tidak mampu untuk memasukkan anaknya ke SLB berhubung biayanya yang tidak terjangkau untuk ukuran keluarga klien yang tergolong kaum duafa, tetapi dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelolan Zakat-Infaq-Shodaqoh (ZIS), akhirnya orangtua klien memasukkan anaknya ini ke SLB sebagai tanggung jawab dan wujud dilanjutkan dengan pendidikan keterampilan, agar klien dapat hidup mandiri, tidak bergantung dengan orang lain.

1

Page 2: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

SASARAN BELAJAR

LI.1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

LO. 1.1. Definisi Retardasi Mental

LO. 1.2. Etiologi Retardasi Mental

LO. 1.3. Klasifikasi Retardasi Mental

LO. 1.4. Patogenesis Retardasi Mental

LO. 1.5. Manifestasi Klinis Retardasi Mental

LO. 1.6. Diagnosis Retardasi Mental

LO. 1.7. Tatalaksana Retardasi Mental

LO. 1.8. Pencegahan Retardasi Mental

LO. 1.9. Prognosis Retardasi Mental

LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Peranan Gizi dalam Tumbuh Kembang Anak

LI.3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orangtua Terhadap Anak Menurut Islam

2

Page 3: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental

LO. 1.1. Definisi Retardasi Mental

Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama pada retardasi mental ialah intelegensi yang terbelakang atau keterbelakangan mental. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.

Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan. Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO).

Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fs. Intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).

LO. 1.2. Epidemiologi Retardasi Mental

Prevalensi retardasi mental sekitar 1% dalam satu populasi. Di indonesia 1-3% penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Pada lanjut usia, prevalensi lebih sedikit, karena pada retardasi mental yang berat atau sangat berat memiliki angka mortalitas yang tinggi disebabkan dari penyulit gangguan fisik yang menyertai.

LO. 1.3. Etiologi Retardasi Mental

Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.

Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental:

1. Non-organik Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis Faktor sosiokultural Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik Penelantaran anak

2. Organik 2.1. Faktor prakonsepsi

Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos,dll)

Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X) sindrom polygenic familial

3

Page 4: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

2.2. Faktor pranatal Ganguan pertumbuhan otak trimester I

Kelainan kromosom (trisomi, mosaik,dll) Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV (Human

Immunodeficiency Virus) Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi,dll) Disfungsi plasenta Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)

Ganguan pertumbuhan otak trimester II dan III Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam berat, dll) Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria) Toksemia gravidarum Ibu malnutrisi

2.3. Faktor perinatal Sangat prematur Asfiksia neonatorum Trauma lahir : perdarahan intra kranial Meningitis Kelainan metabolik: hipoglikemia, hiperbilirubinemia

2.4. Faktor post natal Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat Neuro toksin, misalnya logam berat CVA (Cerebrovascular accident) Anoksia, misalnya tenggelam Metabolik

Gizi buruk Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll. Polisakaridosis, misalnya sindrom Hurler Cerebral lipidosis (Tay Sachs), dengan hepatomegali (Gaucher) Penyakit degeneratif/metabolik lainnya.

Infeksi Meningitis, ensefalitis, dll Subakut sklerosing, panesefalitis

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan sosial ekonomi rendah akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yang subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi rendah. Demikian pula dengan kurang

4

Page 5: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak. (Depkes, 2005)

LO. 1.4. Klasifikasi Retardasi Mental

Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM II 1968) adalah1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19)

Tidak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri. Makan harus disuap. Mandi dan berpakaian harus ditolong Tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik. Pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis.

biasanya didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism).

Perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar berbicara, bicara hanya 1 suku katabsaja (ma, pa).

Mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.

2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35)Dapat dilatih dan tak dapat dididik. Dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan berpakaian sendiri.

kadang-kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga dirinya. Pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan kaku dan spastis. Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital. Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat. Masih mudah terserang penyakit lain.

3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51)Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD. Dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan,

mandi dan berpakaian sendiri. Mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri. Koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu. Biasanya masih didapatkan kelainan kongenital. Dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu,

mencuci piring, membersihkan rumah dsb. Bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca

beberapa suku kata. Perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat. Sering tersangkut perkara krimini lkarena mudah disugesti dan penilaian

terhadap baik dan buruknya suatu hal masih kurang.

5

Page 6: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67).Dapat dilatih dan dididik. Dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah. Dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan

orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu.

Tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa.

Pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3 tahun).

Tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami. Kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang

baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya.

Koordinasi motorik tidak mengalami gangguan. Kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan. Perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya

masih terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 68-85)Dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai dalam 2 tahun. Dapat berfikir secara abstrak. Dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu:1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari

orang yang terkena retardasi mental. 2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang

yang terkena retardasi mental.3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang

yang terkena retardasi mental.4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang

yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

TingkatKisaran IQ

Kemampuan Usia Prasekolah (sejak lahir-5 tahun)

Kemampuan Usia Sekolah (6-20 tahun)

Kemampuan Masa Dewasa (21 tahun keatas)

Ringan 52-68 Bisa membangun kemampuan sosial & komunikasi

Bisa mempelajari pelajaran kelas 6 pada akhir usia belasan tahun

Biasanya bisa mencapai kemampuan kerja & bersosialisasi yg cukup,

6

Page 7: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

Koordinasi otot sedikit terganggu

Seringkali tidak terdiagnosis

Bisa dibimbing ke arah pergaulan sosial

Bisa dididik

tetapi ketika mengalami stres sosial ataupun ekonomi, memerlukan bantuan

Moderat 36-51 Bisa berbicara & belajar berkomunikasi

Kesadaran sosial kurang

Koordinasi otot cukup

Bisa mempelajari beberapa kemampuan sosial & pekerjaan

Bisa belajar bepergian sendiri di tempat-tempat yg dikenalnya dengan baik

Bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dengan melakukan pekerjaan yg tidak terlatih atau semi terlatih dibawah pengawasan

Memerlukan pengawasan & bimbingan ketika mengalami stres sosial maupun ekonomi yg ringan

Berat 20-35 Bisa mengucapkan beberapa kata

Mampu mempelajari kemampuan untuk menolong diri sendiri

Tidak memiliki kemampuan ekspresif atau hanya sedikit

Koordinasi otot jelek

Bisa berbicara atau belajar berkomunikasi

Bisa mempelajari kebiasaan hidup sehat yg sederhana

Bisa memelihara diri sendiri dibawah pengawasan

Dapat melakukan beberapa kemampuan perlindungan diri dalam lingkungan yg terkendali

Sangat berat

19 atau kurang

Sangat terbelakang Koordinasi ototnya

sedikit sekali Mungkin memerlukan

perawatan khusus

Memiliki beberapa koordinasi otot

Kemungkinan tidak dapat berjalan atau berbicara

Memiliki beberapa koordinasi otot & berbicara

Bisa merawat diri tetapi sangat terbatas

Memerlukan perawatan khusus

Menurut nilai IQ:

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

7

Page 8: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a) Tipe klinikTipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosial budayaBiasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

(sumber : Soetjiningsih.(1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC)

LO. 1.5. Patogenesis Retardasi Mental

Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang seorang anak pada garis besarnya adalah3,4,5 faktor genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimaksud dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang ini secara garis besar dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu:

1. Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) Pangan (gizi, merupakan kebutuhan paling penting) Perawatan kesehatan dasar (Imunisasi, ASI, penimbangan bayi secara teratur,

pengobatan sederhana, dan lain lain) Papan (pemukiman yang layak) Higiene, sanitasi Sandang

8

Page 9: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

Kesegaran jasmani, rekreasi

2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (asih)Pada tahun-tahun pertama kehidupan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu dan anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin suatu proses tumbuh kembang yang selaras, baik fisis, mental maupun sosial.

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (asah)Merupakan cikal bakal proses pembelajaran (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini membantu perkembangan mental psikososial (kecerdasan, ketrampilan, kemandirian, kreativitas, kepribadian, moral-etika dan sebagainya).

Penyebab PranatalKelainan kromosom

Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbanyak adalah sindrom Down. Disebut demikian karena Langdon Down pada tahun 1866 untuk pertama kali menulis tentang gangguan ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol dan menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini termasuk retardasi mental sedang. Sindrom Down merupakan 10-32% dari penderita retardasi mental. Diperkirakan insidens dari sindrom Down antara 1-1,7 per 1000 kelahiran hidup per tahun. Risiko timbulnya sindrom Down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai risiko 1:2000, sedangkan ibu yang berumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30 untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada sindrom Down 95% menunjukkan trisomi –21, sedangkan 5% sisanya merupakan mosaik dan translokasi . Kelainan kromosom lain yang bermanifestasi sebagai retardasi mental adalah trisomi-18 atau sindrom Edward, dan trisomi-13 atau sindrom Patau, sindrom Cri-du chat, sindrom Klinefelter, dan sindrom Turner. Berdasarkan pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan kelebihan kromosom -X pada laki-laki lebih banyak ditemukan di antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal. Diperkirakan kelebihan kromosom-X pada laki-laki memberi pengaruh tidak baik pada kesehatan jiwa, termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah laku dan kriminalitas. Kelainan kromosom-X yang cukup sering menimbulkan retardasi mental adalah Fragile-X syndrome, yang merupakan kelainan kromosom-X pada band q27. Kelainan ini merupakan X-linked, dibawa oleh ibu. Penampilan klinis yang khas pada kelainan ini adalah dahi yang tinggi, rahang bawah yang besar, telinga panjang, dan pembesaran testis. Diperkirakan prevalens retardasi mental yang disebabkan fragile-X syndrome pada populasi anak usia sekolah adalah 1 : 2610 pada laki-laki, dan 1: 4221 pada perempuan.

Kelainan metabolikKelainan metabolik yang sering menimbulkan retardasi mental adalah

Phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolik dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino fenilalanin menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase. Penderita laki-laki tenyata lebih besar dibandingkan perempuan dengan perbandingan 2:1. Kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Diperkirakan insidens PKU adalah 1:12 000-15 000 kelahiran hidup. Penderita retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental berat dan 33,3% retardasi mental sedang. Galaktosemia adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat disebabkan karena

9

Page 10: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

tubuh tidak mampu menggunakan galaktosa yang dimakan. Dengan diet bebas galaktosa bayi akan bertambah berat badannya dan fungsi hati akan membaik, tetapi menurut beberapa penulis perkembangan mental tidak mengalami perubahan. Penyakit Tay-Sachs atau infantile amaurotic idiocy adalah suatu gangguan metabolisme lemak, dimana tubuh tidak bisa mengubah zat-zat pralipid menjadi lipid yang diperlukan oleh sel-sel otak. Manifestasi klinis adalah nistagmus, atrofi nervus optikus, kebutaan, dan retardasi mental sangat berat. Hipotiroid kongenital adalah defisiensi hormon tiroid bawaan yang disebabkan oleh berbagai faktor (agenesis kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH atau TRH, defek pada produksi hormon tiroid). Kadang-kadang gejala klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting untuk mencegah timbulnya retardasi mental atau paling tidak meringankan derajat retardasi mental. Gejala klasik hipotiroid kongenital pada minggu pertama setelah lahir adalah miksedema, lidah yang tebal dan menonjol, suara tangis yang serak karena edema pita suara, hipotoni, konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis. Prevalens hipotiroid kongenital berkisar 1:4000 neonatus di seluruh dunia. Defisiensi yodium secara bermakna dapat menyebabkan retardasi mental baik di negara sedang berkembang maupun di negara maju. Diperkirakan 600 juta sampai 1 milyar penduduk dunia mempunyai risiko defisiensi yodium, terutama di negara sedang berkembang. Penelitian WHO1 mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika, 60 juta Amerika Latin, dan 20-30 juta Eropa mempunyai risiko defisiensi yodium. Akibat defisiensi yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada ibu hamil meyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. Kelainan ini timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per hari. Dalam bentuk yang berat kelainan ini disebut juga kretinisme, dengan manisfestasi klinis adalah miksedema, kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi mental berat. Di daerah endemis, 1 dari 10 neonatus mengalami retardasi mental karena defisiensi yodium.

InfeksiInfeksi rubela pada ibu hamil triwulan pertama dapat menimbulkan anomali pada

janin yang dikandungnya. Risiko timbulnya kelainan pada janin berkurang bila infeksi timbul pada triwulan kedua dan ketiga. Manifestasi klinis rubela kongenital adalah berat lahir rendah, katarak, penyakit jantung bawaan, mikrosefali, dan retardasi mental. Infeksi cytomegalovirus tidak menimbulkan gejala pada ibu hamil tetapi dapat memberi dampak serius pada janin yang dikandungnya. Manifestasi klinis antara lain hidrosefalus, kalsifikasi serebral, gangguan motorik, dan retardasi mental.

IntoksikasiFetal alcohol syndrome (FAS) merupakan suatu sindrom yang diakibatkan

intoksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama. Di negara Amerika Serikat FAS merupakan penyebab tersering dari retardasi mental setelah sindrom Down. Insidens FAS berkisar antara 1-3 kasus per 1000 kelahiran hidup. Pada populasi wanita peminum minuman keras insidens FAS sangat meningkat yaitu 21-83 kasus per 1000 kelahiran hidup, padahal di Eropa dan Amerika 8% wanita merupakan peminum minuman keras.

Penyebab Perinatal

10

Page 11: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

Koch menulis bahwa 15-20% dari anak retardasi mental disebabkan karena prematuritas. Penelitian dengan 455 bayi dengan berat lahir 1250 g atau kurang menunjukkan bahwa 85% dapat mempelihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan 90% memperlihatkan perkembangan mental rata-rata. Penelitian pada 73 bayi prematur dengan berat lahir 1000 g atau kurang menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-rata 94. Keadaan fisis anak-anak tersebut baik, kecuali beberapa yang mempunyai kelainan neurologis, dan gangguan mata. Penulis-penulis lain berpendapat bahwa semakin rendah berat lahirnya, semakin banyak kelainan yang dialami baik fisis maupun mental. Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan intraventrikular, kernikterus, meningitis dapat menimbulkan kerusakan otak yang ireversibel, dan merupakan penyebab timbulnya retardasi mental.

Penyebab PostnatalFaktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi, intoksikasi, kejang

dapat menyebabkan kerusakan otak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.

Etiologi pada Kelompok Sosio–KulturalProses psikososial dalam keluarga dapat merupakan salah satu penyebab retardasi

mental. Sebenarnya bermacammacam sebab dapat bersatu untuk menimbulkan retardasi mental. Proses psikososial ini merupakan faktor penting bagi retardasi mental tipe sosio-kultural, yang merupakan retardasi mental ringan.

Keracunan timah hitamPenelitian menunjukan bahea timbal yang teserserap oleh ana, walaupun dalam

jumlah yang sedikit, dapat menyebabkab gangguan pada fase awal pertumbuhan fisik dan mental yang kemudian berakibat pada fungsi kecerdasan dan kemampuan akademik. Anak perkotaan dinegara berkembang memiliki risiko yang lebih tinggi dalam keracunan timbal. Anak yang tinggal atau bermain di jalan raya sering menghirup timbal dari asap kendaraan yang menggunakan bahan bakar bertimbal. Pemulihan sempurna mungkin membutuhkan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun dan kemungkinan akan meninggalkan efek saraf yang permanen. Setelah mengalami keracunan timah hitam, sistem saraf dan otot tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sistem pembuluh darah dan ginjal juga bisa mengalami gangguan. Anak yang bertahan hidup dapat mengalami kerusakan otak yang permanen.

LO. 1.6. Manifestasi Klinis Retardasi Mental

LO. 1.7. Diagnosis Retardasi Mental

LO. 1.8. Tatalaksana Retardasi Mental

LO. 1.9. Pencegahan Retardasi Mental

LO. 1.10. Prognosis Retardasi Mental

LI. 2 Memahami dan Menjelaskan Peranan Gizi dalam Tumbuh Kembang Anak

LI. 3 Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orangtua Terhadap Anak Menurut Islam

11

Page 12: Skenario 3 Blok Reproduksi (Retardasi Mental)

12