Ske 2 blok neuro

download Ske 2 blok neuro

of 67

Transcript of Ske 2 blok neuro

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    1/67

    SKENARIO 2

    KELUMPUHAN WAJAH

    BLOK SYARAF DAN PERILAKU

    KELOMPOK B9

    Ketua : Nurfitri Azhri 1102012204

    Sekretaris : Novita Fitri 1102012201

    Anggota : Nur Adilah Yasmin 1102012202

    Nurisnaeny Evry 1102012203Nurin Pascarini Jusaim 1102012205

    Putri Maulina 1102012217

    Rifqi Akbar Hidayat 1102011235

    Rika Dwi Anggriani 1102012247

    Riris Rizani Dewi 1102012248

    Widya Paramita 1102010287

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

    2014-2015

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    2/67

    2

    SKENARIO

    KELUMPUHAN WAJAH

    Perempuan berusia 50 tahun saat sedang berbelanja di pusat perbelanjaan tiba-tiba berbicara

    cadel dan setelah diperhatikan oleh suaminya wajah pasien terlihat tidak simetris. Pasienjuaga mengeluh anggota gerak sisi kiri lebih lemah dibanding kanan. Suami langsungmembawa istrinya ke IGD RS terdekat. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan hipertensi.Pada pemeriksaan fisik ditemukan wajah tidak simetris. Sulkus nasolabialis kiri tampakmendatar, atrofi papil dan fasikulasi. Terdapat hemiparesis sinistra. Dokter mengatakan pasienmengalami stroke. Sebagai seorang suami, ia berkewajiban untuk menyantuni dan merawatisitrinya dengan baik sesuai ajaran Islam.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    3/67

    3

    Kata-kata Sulit

    1. Hemiparesis : Kekuatan yang berkurang pada separuh tubuh.2. Fasikulasi : Kontraksi dari bagian bagian kecil dari otot yang.

    irregular dan tidak punya pola yang ritmis.

    3.

    Atropi papil : Permukaan lidah yang licin dan papilnya menghilang.4. Stroke : Manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak baik fokal.

    maupun global yang berlangsung cepat, berlangsung lenih dari 24 jam.5. Sulkus nasolabialis : Alur antara sudut bibir atas dengan hidung.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    4/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    5/67

    5

    Jawaban

    1. Terjadi gangguan pada nervus XII2. Iskumik yang disebabkan oleh thrombus atau embolus menyebabkan tersumbatnya aliran

    darah untuk kompensasi jantung berkerja menjadi lebih berat dan menyebabkan hipertensi

    3.

    Karena ada lesi LMN4. Terjadi gangguan pada nervus VII5. Terjadi kontraksi otot6. Karena terdapat lesi pada LMN atau UMN7. Dilarikan langsung ke rumah sakit yang ada CT Scan8. Berhubungan dengan gaya hidup9. Iskemik karena ada ciri lateralisasi tanpa didahului oleh peningkatan TIK10.CT Scan kepala tanpa kontras11.Bisa bila diberikan penanganan kurang dari 3 jam setelah tejadi stroke

    12.

    Nafkahi lahir dan batin13.Bisa diubah : gaya hidup hipertensi .Tidak bisa diubah : umur, jenis kelamin, ras14.Antiaggregator dan neuroprotector

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    6/67

    6

    SASARAN BELAJAR

    LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologis nervus cranialis dan sistem

    motorik

    LO 1.1 Anatomi dan fisiologi Nervus CranialisLO 1.2 Menjelaskan tentang kapsula interna

    LI.2 Memahami dan menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik

    LI.3 Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Kelainan Saraf

    LI.4 Memahami dan menjelaskan Stroke

    LO 4.1 Definisi

    LO 4.2 Epidemiologi

    LO 4.3 EtiologiLO 4.4 Klasifikasi

    LO 4.5 Patofisiologi

    LO 4.6 Manifestasi Klinis

    LO 4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

    LO 4.8 Penatalaksanaan

    LO 4.9 Komplikasi

    LO 4.10 Prognosis

    LO 4.11 Pencegahan

    LI.5 Memahami dan Menjelaskan hak dan kewajiban suami istri dalam Islam

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    7/67

    7

    LI.1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan fisiologis nervus cranialis dan sistem

    motorik

    LO 1.1 Anatomi dan fisiologi Nervus Cranialis

    Nomor Nama Jenis FungsiI Olfaktori Sensori Menerima rangsang dari hidung dan

    menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai

    sensasibau

    II Optik Sensori Menerima rangsang dari mata dan

    menghantarkannya ke otak untuk diproses sebagai

    persepsi visual

    III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besarotot mata

    IV Troklear Motorik Menggerakkan beberapaotot mata

    V Trigeminal Gabungan Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk

    diproses di otak sebagai sentuhan

    Motorik: Menggerakkanrahang

    VI Abdusen Motorik Abduksi mata

    VII Fasial Gabungan Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior

    lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

    Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Olfaktori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Olfaktori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sensasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optik_%28saraf%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optik_%28saraf%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Okulomotor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Troklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Troklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trigeminal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trigeminal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdusen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdusen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fasial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fasial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fasial&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abduksi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Abdusen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Rahanghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Trigeminal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Otothttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Troklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Otot_mata&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Okulomotor&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Optik_%28saraf%29&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sensasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Olfaktori&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    8/67

    8

    menciptakan ekspresi wajah

    VIII Vestibulokoklear Sensori Sensorisistem vestibular:Mengendalikan

    keseimbangan

    Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses

    di otak sebagai suara

    IX Glosofaringeal Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior

    lidah untuk diproses di otak sebagai sensasi rasa

    Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

    X Vagus Gabungan Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam

    Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

    XI Aksesori Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

    XII Hipoglosal Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

    a. Nervus kranialisNama Komponen Asal FungsiI Nervus olfaktorius(fasiculus olfactorius

    Aferen visceralkhusus

    Sel-sel olfactory padaepitel olfaktorius

    Penghidu

    II Nervus optikus(fasikulus optikus)

    Aferen somatickhusus

    Retina, sel-sel ganglionretina

    Penglihatan

    III Nervusokulomotorius a. Eferensomatic

    b. Eferenvisceral(parasimpatis)

    c.

    Aferensomatik

    Nukleus nervusokulomotorius(mesensefalon)

    Nuklei edinger-Westphal

    Proprioseptor di otot-

    otot ekstraokular

    Mempersyarafi m.rektus superior, m.rektus inferior, dan m.rektus medialis, m.obliqus inferior, dan mlevator palpebraem. sfingter pupilae, m.siliarisPropriosepsi

    IV Nervus Trokhlearis a.Eferensomatic

    b. Aferensomatic

    Nucleus nervusthroklearis(mesenfalon)

    proprioseptor

    m. obliqus superior

    propriosepsi

    V Nervus trigeminus

    Lengkung brankhial

    a.Aferensomatic

    Sel sel bipolar diganglion semilunare

    Nukleus motoric

    Sensasi pada wajahserta di dalam ronggahidung dan mulutOtot-otot pengunyah

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vestibulokoklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vestibulokoklear&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glosofaringeal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glosofaringeal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vagus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vagus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksesori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksesori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipoglosal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipoglosal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hipoglosal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksesori&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vagus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Glosofaringeal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistem_vestibular&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vestibulokoklear&action=edit&redlink=1
  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    9/67

    9

    pertama b. Eferenbrankhial

    c.Aferensomatik

    nervus trigeminuspropriosepsi

    (mastikulasi)Propriosepsi

    VI Nervus abdusen Eferen somatik Nucleus nervusabdusens

    m. rektus lateralis

    VII Nervus fasialis

    Nervus intermediuslengkung brankialkedua

    a. Eferenbrankhialis

    b. Eferenvisceral

    c. Aferenvisceral

    d. Aferensomatik

    Nukleus nervus fasialis

    Nukleus salivatoriussuperior

    Ganglion genikulatum

    Ganglion genikulatum

    Otot-otot ekspresiwajah, platisma, m.stilohioideus, m.digastrikusGlandula nasalis danglandula lakrimalis,salivasi glandulasublingualis danglandula

    submandibularisPengecapan (2/3anterior lidah)Telinga luar, bagiankanalis auditorius,

    permukaan eksternalmembrane timpanika(somatosensorik)

    VIII Nervusvestibulokokhlearis

    Aferen somatickhusus

    a. Ganglionvestibulare

    b. Ganglionspirale

    Keseimbangan, kristaekanalis semilunaris,

    macula utrikuli dansakuliPendengaran, organcorti

    IX Nervusglosofaringeus

    Lengkung brankhialketiga

    a. Eferenbrankhialis

    b. Eferenvisceral(parasimpatis)

    c. Aferen

    visceralkhususd. Aferen

    visceral

    e. Aferensomatic

    Nucleus ambiguous

    Nukleus salivatoriusinferior

    Ganglion inferius

    Ganglion superius

    Ganglion superius

    m. stilofaringeus, m.faringeusSalivasi, glandula

    parotideaPengecapan (1/3

    posterior lidah)Somatosensorik 1/3

    posterior lidah danfaring (reflek muntah)Telinga tengah, tubaeustakhius(somatosensorik)

    X nervus VagusLengkung brankhialkeempat

    a. Eferenbrackhialis

    b. Eferen

    visceral

    Nucleus ambiguousNucleus dorsalis nervusvagus

    Ganglion inferius

    Otot-otot laring danfaringVisera torasik dan

    abdominal(parasimpatis)

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    10/67

    10

    c. Aferenvisceral

    d. Aferen

    visceralkhusus

    e. Aferensomatik

    (nodosum)

    Ganglion superius(jugularie)

    Rongga abdomen(somatosensorik)Pengecapan, epiglottis

    Kanalis auditorius,durameter(somatosensorik)

    XI nervus aksesorius a. Eferenbrankhialis

    b. Eferensomatik

    Nucleus ambiguousSel sel kornu anterius

    Otot-otot laring danfaringm.sternokleidomastoideusdan m. trapezius

    XII Nervushipoglossus

    Eferensomatic

    Nucleus nervushipoglosus

    Otot-otot lidah

    SARAF OLFAKTORIUS (N.I)

    Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius. Sistem

    ini terdiri dari bagian berikut: mukosa olfaktorius pada bagian atas kavum nasal, fila

    olfaktoria, bulbus subkalosal pada sisi medial lobus orbitalis.

    Saraf ini merupakan sarafsensorik murni yang serabut-

    serabutnya berasal dari membran

    mukosa hidung dan menembus area

    kribriformis dari tulang etmoidal

    untuk bersinaps di bulbus olfaktorius,

    dari sini, traktus olfaktorius berjalan

    dibawah lobus frontal dan berakhir dilobus temporal bagian medial sisi

    yang sama.

    Sistem olfaktorius merupakan satu-satunya sistem sensorik yang impulsnya mencapai

    korteks tanpa dirilei di talamus. Bau-bauan yang dapat memprovokasi timbulnya nafsu

    makan dan induksi salivasi serta bau busuk yang dapat menimbulkan rasa mual dan muntah

    menunjukkan bahwa sistem ini ada kaitannya dengan emosi. Serabut utama yang

    menghubungkan sistem penciuman dengan area otonom adalah medial forebrain bundledan

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    11/67

    11

    stria medularis talamus. Emosi yang menyertai rangsangan olfaktorius mungkin berkaitan ke

    serat yang berhubungan dengan talamus, hipotalamus dan sistem limbik.

    SARAF OPTIKUS (N. II)

    Saraf Optikus merupakan saraf sensorik murni yang dimulai di retina. Serabut-serabut

    saraf ini, ini melewati foramen optikum di dekat arteri optalmika dan bergabung dengan saraf

    dari sisi lainnya pada dasar otak untuk membentuk kiasma optikum. Orientasi spasial serabut-

    serabut dari berbagai bagian fundus masih utuh sehingga serabut-serabut dari bagian bawah

    retina ditemukan pada bagian inferior kiasma optikum dan sebaliknya.

    Serabut-serabut dari lapangan visual

    temporal (separuh bagian nasal retina)

    menyilang kiasma, sedangkan yang berasal dari

    lapangan visual nasal tidak menyilang. Serabut-

    serabut untuk indeks cahaya yang berasal dari

    kiasma optikum berakhir di kolikulus superior,

    dimana terjadi hubungan dengan kedua nuklei

    saraf okulomotorius. Sisa serabut yang

    meninggalkan kiasma berhubungan dengan

    penglihatan dan berjalan di dalam traktusoptikus menuju korpus genikulatum lateralis.

    Dari sini serabut-serabut yang berasal dari

    radiasio optika melewati bagian posterior

    kapsula interna dan berakhir di korteks visual

    lobus oksipital.

    Dalam perjalanannya serabut-serabut tersebut memisahkan diri sehingga serabut-

    serabut untuk kuadran bawah melalui lobus parietal sedangkan untuk kuadaran atas melaluilobus temporal. Akibat dari dekusasio serabut-serabut tersebut pada kiasma optikum serabut-

    serabut yang berasal dari lapangan penglihatan kiri berakhir di lobus oksipital kanan dan

    sebaliknya.

    SARAF OKULOMOTORIUS (N. III)

    Nukleus saraf okulomotorius terletak sebagian di depan substansia grisea

    periakuaduktal (Nukleus motorik) dan sebagian lagi di dalam substansia grisea (Nukleus

    otonom).

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    12/67

    12

    Nukleus motorik bertanggung jawab untuk

    persarafan otot-otot rektus medialis, superior,

    dan inferior, otot oblikus inferior dan otot

    levator palpebra superior. Nukleus otonom

    atau nukleus Edinger-westhpal yang bermielin

    sangat sedikit mempersarafi otot-otot mata

    inferior yaitu spingter pupil dan otot siliaris.

    SARAF TROKLEARIS (N. IV)

    Nukleus saraf troklearis terletaksetinggi kolikuli inferior di depan

    substansia grisea periakuaduktal dan

    berada di bawah Nukleus okulomotorius.

    Saraf ini merupakan satu-satunya saraf

    kranialis yang keluar dari sisi dorsal

    batang otak. Saraf troklearis

    mempersarafi otot oblikus superior untuk

    menggerakkan mata bawah, kedalam dan

    abduksi dalam derajat kecil.

    SARAF TRIGEMINUS (N. V)

    Saraf trigeminus bersifat campuran terdiri dari

    serabut-serabut motorik dan serabut-serabut sensorik.

    Serabut motorik mempersarafi otot masseter dan otot

    temporalis. Serabut-serabut sensorik saraf trigeminus

    dibagi menjadi tiga cabang utama yatu saraf oftalmikus,

    maksilaris, dan mandibularis. Daerah sensoriknya

    mencakup daerah kulit, dahi, wajah, mukosa mulut,

    hidung, sinus. Gigi maksilar dan mandibula, dura dalam

    fosa kranii anterior dan tengah bagian anterior telinga

    luar dan kanalis auditorius serta bagian membran

    timpani.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    13/67

    13

    SARAF ABDUSENS (N. VI)

    Nukleus saraf abdusens terletak pada masing-masing

    sisi pons bagian bawah dekat medula oblongata dan

    terletak dibawah ventrikel ke empat saraf abdusens

    mempersarafi otot rektus lateralis.

    SARAF FASIALIS (N. VII)

    Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal

    dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum pontin bawah

    dekat medula oblongata. Fungsi

    sensorik berasal dari Nukleus sensorik

    yang muncul bersama nukleus motorik

    dan saraf vestibulokoklearis yang

    berjalan ke lateral ke dalam kanalis

    akustikus interna.

    Serabut motorik saraf fasialis

    mempersarafi otot-otot ekspresi wajah

    terdiri dari otot orbikularis okuli, otot

    buksinator, otot oksipital, otot frontal,

    otot stapedius, otot stilohioideus, otot

    digastriktus posterior serta otot platisma. Serabut sensorik menghantar persepsi pengecapan

    bagian anterior lidah.

    SARAF VESTIBULOKOKLEARIS (N. VIII)

    Saraf vestibulokoklearis terdiri dari dua komponen yaitu serabut-serabut aferen yang

    mengurusi pendengaran dan vestibuler yang mengandung serabut-serabut aferen yang

    mengurusi keseimbangan. Serabut-serabut untuk pendengaran berasal dari organ corti dan

    berjalan menuju inti koklea di pons, dari sini terdapat transmisi bilateral ke korpus

    genikulatum medial dan kemudian menuju girus superior lobus temporalis. Serabut-serabut

    untuk keseimbangan mulai dari utrikulus dan kanalis semisirkularis dan bergabung dengan

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    14/67

    14

    serabut-serabut auditorik di dalam kanalis fasialis. Serabut-serabut ini kemudian memasuki

    pons, serabut vestibutor berjalan menyebar melewati batang dan serebelum.

    SARAF GLOSOFARINGEUS (N. IX)

    Saraf Glosofaringeus menerima gabungan dari

    saraf vagus dan asesorius pada waktu meninggalkan

    kranium melalui foramen tersebut, saraf glosofaringeus

    mempunyai dua ganglion, yaitu ganglion intrakranialis

    superior dan ekstrakranialis inferior. Setelah melewatiforamen, saraf berlanjut antara arteri karotis interna dan

    vena jugularis interna ke otot stilofaringeus. Di antara

    otot ini dan otot stiloglosal, saraf berlanjut ke basis lidah

    dan mempersarafi mukosa faring, tonsil dan sepertiga

    posterior lidah.

    SARAF VAGUS (N. X)

    Saraf vagus juga mempunyai dua ganglion yaitu ganglion

    superior atau jugulare dan ganglion inferior atau nodosum,

    keduanya terletak pada daerah foramen jugularis, saraf

    vagus mempersarafi semua visera toraks dan abdomen dan

    menghantarkan impuls dari dinding usus, jantung dan paru-

    paru.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    15/67

    15

    SARAF ASESORIUS (N. XI)

    Saraf asesorius mempunyai radiks spinalis

    dan kranialis. Radiks kranial adalah akson dari

    neuron dalam nukleus ambigus yang terletak dekat

    neuron dari saraf vagus. Saraf aksesoris adalah saraf

    motorik yang mempersarafi otot

    sternokleidomastoideus dan bagian atas otot

    trapezius, otot sternokleidomastoideus berfungsi

    memutar kepala ke samping dan otot trapezius

    memutar skapula bila lengan diangkat ke atas.

    SARAF HIPOGLOSUS (N. XII)

    Nukleus saraf hipoglosus terletak pada medula

    oblongata pada setiap sisi garis tengah dan depan

    ventrikel ke empat dimana semua menghasilkan trigonum

    hipoglosus. Saraf hipoglosus merupakan saraf motorik

    untuk lidah dan mempersarafi otot lidah yaitu otot

    stiloglosus, hipoglosus dan genioglosus.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    16/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    17/67

    17

    Anatomi Kapsul internal

    Divisi Mayor Komunikasi Tracts Darah Pasokan

    Anterior

    tungkai

    - Tracts antara lobus frontal dan pons (batang otak)- Tracts antara thalamus dan korteks prefrontal- Tracts antara thalamus dan cingulate gyrus

    - Lenticulostriate arteri(cabang dari arteri serebri)- Berulang arteri Heubne(cabang dari arteri serebrianterior)

    Lutut- Tracts antara korteks motorik di lobus frontal dainti saraf kranial di batang otak (alias: saluracorticobulbar)

    - Lenticulostriate arteri(cabang dari arteri serebri)- Berulang arteri Heubne(cabang dari arteri serebrianterior)

    Posterior

    tungkai

    - Tracts antara korteks motor lobus frontal dantanduk anterior dari sumsum tulang belakang (aka:kortikospinalis saluran)- Saluran lemniskus Medial (kelanjutan dari kolodorsal), yang membawa informasi tentang sentuharingan, getaran, dan sensasi tekanan dari tubuh dasumsum tulang belakang.- Anterolateral (aka: spinotalamikus) saluran, yangmembawa nyeri dan informasi temperatur

    - Lenticulostriate arteri(cabang dari arteri serebri)- Arteri Choroidal anterio(cabang dari karotiinternal)

    LO 1.2 Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik

    Motorik

    Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia.

    Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area motorik di

    korteks, ganglia basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada dua, yaitu traktus

    piramidal dan ekstrapiramidal :A. Traktus piramidal atau traktus corticospinalis

    Merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus precentralis (area 4

    Broadmann), yang disebut juga korteks motorik primer. Impuls motorik dari pusat motorik

    disalurkan melalui traktus piramidal berakhir pada cornu aanterior medulla spinalis.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    18/67

    18

    Pusat jaras Motorik

    1) Neuron Motorik Atas

    Semua serabut saraf turun yang berasal dari sel pyramid cortex cerebri (Pusat Supraspinal).

    Meliputi :

    a) Ganglia basalistractus corticostriata

    b) Di-encephalontractus cortico-diencephalon

    c) Batang otakcortico bulbaris

    Motorik atas terletak pada cortex cerebri, neuron yang ada dicortex cerebri sebagai Neuron

    orde pertama (sel pyramidalis). Axo neuron pertama turun melalui corona radiata masuk

    crus posterior capsula interna mes-encephalon, pons, medulla oblongata dan medulla

    spinalis bersinap dengan neuron orde kedua pada cornu anterior subt.grisea medulla spinalis.

    Asal Neuron Orde pertama :

    o 1/3 berasal dari Area 4 Brodmann (pusat motorik primer) pada gyrus precentralis

    o 1/3 berasal dari Area 6 Brodmann (pusat motorik sekunder) pada gyrus precentralis

    o 1/3 berasal dari Area 3,2,1 Brodmann (pusat somastesi) pada gyrus postcentralis

    2) Neuron Motorik Bawah (Pusat Spinal)

    Cornu anterius medulla spinalis (Pusat Spinal) tractus corticospinalis. Letak columna

    subt.grisea medulla spinalis terdapat dua neuron :

    a) Neuron orde kedua (neuron antara) terletak pada pangkal columna anterior subt.grisea

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    19/67

    19

    b) Neuron orde ketiga axon neuron ketiga keluar dari medulla spinalis sebagai radix

    anterior n.spinalis yang bergabung dengan radix posterior membentuk n.spinalis dan akhirnya

    pergi ke efektor sadar

    B. Traktus Ekstrapyramidal

    Datang dari Batang Otak menuju Medulla Spinalis

    1. Tractus reticulospinalis

    Asal : Formatio reticulare yang terletak sepanjang mes-encephalon, pons dan medulla

    oblongata (neuron orde pertama).

    Jalan :

    Dari neuron yang ada di pons, dikirmkan axon lurus kebawah : traktus reticulospinlis

    pontinus

    Dari neuron di medulla oblongata, menyilang garis tengah baru turun ke medulla

    spinalis : traktus reticulospinalis medulla spinalis

    Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal: neuron orde kedua dan ketiga)

    Fungsi : mengontrol neuron orde kedua dan ketiga dalam bentuk fasilitasi dan inhibisi

    kontraksi otot skeletberkaitan dengan fungsi kseimbangan tubuh.

    2. Tractus Tectospinalis

    Asal : colliculus superior mes-encephalon (neuron orde pertama)

    Jalan : menyilang garis tengah dan turun melalui pons, medulla oblongata. Jalannya dekat

    sekali dengan fasciculus longitudinale medialis

    Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal) dan bersinaps dengan neuron orde

    kedua dan ketiga

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    20/67

    20

    Fungsi :

    1) terjadinya reflex pupilodilatasi sbg. respon kalau lagi berada dalam ruang gelap

    2) terjadinya reflex gerakan tubuh sbg. respon terhadap ransang penglihatan

    3. Tractus Rubrospinalis

    Asal : nucleus ruber (neuron orde pertama) pada tegmentum mes-encephalon setinggi

    coliculus superior.

    Jalan : axon neuron orde pertama menyilang garis tengah turun kebawah melewati pns,

    medulla oblongata menuju cornu anterior meulla spinalis subt. grisea (pusat spinal)

    Fungsi : memacu kontraksi otot fleksor dan menghambat kontraksi otot ekstensorberkaitan

    dengan fungsi keseimbangan tubuh

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    21/67

    21

    4. Tractus vestibulospinalis

    Asal : nuclei vestibularis = neuron orde pertama (dalam pons dan med. oblongata),

    menerima akson dari auris interna melalui N.vestibularis dan cerebelum

    Tujuan : cornu anterius medulla spinalis (pusat spinal)

    Fungsi : memacu kontraksi otot ekstensor dan menghambat kontraksi otot fleksor

    berkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

    5. Tractus olivospinalis

    Asal : nucleus olivarius inferius (neuron orde pertama), menerima axon dari : cortex cerebrii,

    corpus striatum, nuceu ruber

    Tujuan : cornu anterius med. spinalis (pusat spinal)

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    22/67

    22

    Fungsi : mempengaruhi kontraksi otot skeletberkaitan dengan fungsi keseimbangan tubuh

    Datang dari Cortex Cerebri menuju Batang Otak

    1) Tractus Corticothalamus

    a. Asal : area brodmann 10, 11, 12

    Tujuan : nucleus medialis thalami

    b. Asal : area brodmann 9 dan 11

    Tujuan : nuclei septi thalami

    c. Asal : area brodmann 9

    Tujuan : nucleus medialis et lateralis thalami

    d. Asal : area brodmann 6

    Tujuan : nuclei septi thalami, nucleus medualis et lateralis thalami

    e. Asal : area brodmann 4

    Tujuan : nuclei lateralis thalami

    2) Tractus corticohypothalamicus

    Asal : cortec hypocampi

    Tujuan : hypothalamus

    3) Tractus corticosubthalamicus

    Asal : area brodman 6

    Tujuan : subthalamus

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    23/67

    23

    4) Tractus Corticonigra

    Asal : area brodmann 4, 6 dan 8

    Tujuan : substantia nigra

    5) Tractus yang berasal dari area brodmann 4 dan 6

    Tujuan : tegmentum (mes-encephalon), nuclei pontis (pons), nucleus olivarius inferius

    (medulla oblongata)

    Sensorik

    Reseptor adalah sel atau organ yang berfungsi menerima rangsang atau stimulus.

    Dengan alat ini sistem saraf mendeteksi perubahan berbagai bentuk energi di lingkungan

    dalam dan luar. Setiap reseptor sensoris mempunyai kemampuan mendeteksi stimulus dan

    mentranduksi energi fisik ke dalam sinyal (impuls) saraf.Menurut letaknya, reseptor dibagi menjadi:

    1) Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu, dan raba

    2) Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.

    3) Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam, seperti jantung,

    lambung, usus, dll.

    Menurut tipe atau jenis stimulus, reseptor dibagi menjadi :

    a)

    Mekanoreseptor

    Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan, memonitor tegangan pada

    pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan. Letaknya di kulit, otot rangka, persendn

    dna organ visceral. Contoh reseptornya : corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus

    Merkel dan badan Paccini (untuk sentuhan kasar dan tekanan).

    b) Thermoreseptor

    Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus Krause (untuk suhu

    dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).c) Nociseptor

    Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang dihasilkan oleh

    adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia. Contoh reseptornya berupa

    akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum Golgi (untuk tekanan).

    d) Chemoreseptor

    Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan yang diterima sel

    reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima oleh sel reseptor pengecap dilidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk mendeteksi oksigen, osmoreseptor

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    24/67

    24

    untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan darah, glucoreseptor di hipotalamus

    mendeteksi perubahan kadar gula darah.

    e) Photoreseptor

    Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh sel photoreceptor

    (batang dan kesrucut) di retina mata.

    Jaras somatosensorik yang dilalui oleh sistem sensorik adalah sebagai berikut :

    A. Untuk rasa permukaan (eksteroseptif) seperti rasa nyeri, raba, tekan, dan suhu : sinyal

    diterima reseptor dibawa ke ganglion spinale melalui radiks posterior menuju cornu

    posterior medulla spinalis berganti menjadi neuron sensoris ke-2 lalu menyilang ke sisi

    lain medulla spinalis membentuk jaras yang berjalan ke atas yaitu traktus spinotalamikus

    menuju thalamus di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju korteks

    somatosensorik yang berada di girus postsentralis (lobus parietalis)

    B. Untuk rasa dalam (proprioseptif) seperti perasaan sendi, otot dan tendo :

    sinyal diterima reseptor ganglion spinale radiks posterior medulla spinalis lalu naik

    sebagai funiculus grasilis dan funiculus cuneatus berakhir di nucleus Goll berganti

    menjadi neusron sensoris ke-2 menyilang ke sisi lain medulla spinalis menuju thalamus

    di otak berganti menjadi neuron sensoris ke-3 menuju ke korteks somatosensorik di

    girus postsentralis (lobus parietalis).

    LI.3 Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Fungsi Motorik dan Kelainan Saraf

    Pemeriksaan Fungsi Sistem Motorik

    Pemeriksaan sistem motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk

    menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.

    1. Pengamatan.

    Gaya berjalan dan tingkah laku.

    Simetri tubuh dan ektremitas.

    Kelumpuhan badan dan anggota gerak.

    2. Gerakan Volunter.

    Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

    Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.

    Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    25/67

    25

    Mengepal dan membuka jari-jari tangan.

    Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.

    Fleksi dan ekstensi artikulus genu.

    Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki. Gerakan jari- jari kaki.

    3. Palpasi otot.

    Pengukuran besar otot.

    Nyeri tekan.

    Kontraktur

    Konsistensi ( kekenyalan )

    Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada : Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP.

    Kelumpuhan jenis UMN ( spastisitas ).

    Gangguan UMN ekstrapiramidal ( rigiditas ).

    Kontraktur otot.

    Konsistensi otot yang menurun terdapat pada :

    Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot.

    Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di motor end plate.

    4. Perkusi otot.

    Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang bersifat setempat dan

    berlangsung hanya 1 atau 2 detik saja.

    Miodema : penimbunan sejenak tempat yang telah diperkusi ( biasanyaterdapat pada pasien mixedema, pasien dengan gizi buruk ).

    Miotonik : tempat yang diperkusi menjadi cekung untuk beberapa detik oleh

    karena kontraksi otot yang bersangkutan lebih lama dari pada biasa.

    5. Tonus otot.

    Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian

    ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut .

    Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar. Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali ( dijumpai pada kelumpuhan LMN).

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    26/67

    26

    Hipotoni : tahanan berkurang.

    Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan , ini dijumpai

    pada kelumpuhan UMN.

    Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.6. Kekuatan otot.

    Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:

    Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan

    pemeriksa menahan gerakan ini.

    Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh

    menahan.

    Cara menilai kekuatan otot :

    Dengan menggunakan angka dari 0-5.

    0 Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

    1 Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada

    persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

    2 Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat

    (gravitasi).

    3 Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.

    4 Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan

    yang diberikan.

    5 Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

    Anggota gerak atas.

    Pemeriksaan otot oponens digiti kuinti ( C7,C8,T1,saraf ulnaris)

    Pemeriksaan otot aduktor policis ( C8,T1 , saraf ulnaris ).

    Pemeriksaan otot interosei palmaris ( C8,T1,saraf ulnaris ).

    Pemeriksaan otot interosei dorsalis ( C8,T1, saraf ulnaris ).

    Pemeriksaan abduksi ibu jari.

    Pemeriksaan otot ekstensor digitorum (C7,8,saraf radialis ).

    Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian atas ( C5-C8).

    Pemeriksaan otot pektoralis mayor bagian bawah ( C5-C8).

    Pemeriksaan otot latisimus dorsi ( C5-C8, saraf subskapularis).

    Pemeriksaan otot seratus aterior ( C5-C7,saraf torakalis ).

    Pemeriksaan otot deltoid ( C5,C5, saraf aksilaris ).

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    27/67

    27

    Pemeriksaan otot biseps ( C5,C6, saraf muskulokutaneus ).

    Pemeriksaan otot triseps ( C6-C8, saraf radialis ).

    Anggota gerak bawah.

    Pemeriksaan otot kuadriseps femoris ( L2-L4,saraf femoralis ).

    Pemeriksaan otot aduktor ( L2-L4, saraf obturatorius).

    Pemeriksaan otot kelompok hamstring (L4,L5,S1,S2,saraf siatika ).

    Pemeriksaan otot gastroknemius ( L5,S1, S2,saraf tibialis ).

    Pemeriksaan otot fleksor digitorum longus ( S1, S2, saraf tibialis).

    7. Gerakan involunter.

    a) Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala pelepasan yang bersifat positif, yaitu

    dikeluarkan aktivitas oleh suatu nukleus tertentu dalam susunan ekstrapiramidalis yang

    kehilangan kontrol akibat lesi pada nukleus pengontrolnya. Susunan ekstrapiramidal ini

    mencakup kortex ekstrapiramidalis, nuklues kaudatus, globus pallidus, putamen, corpus luysi,

    substansia nigra, nukleus ruber, nukleus ventrolateralis thalami substansia retikularis dan

    serebelum.

    b) Tremor saat istirahat : disebut juga tremol striatal, disebabkan lesi pada corpus

    striatum ( nukleus kaudatus, putamen, globus pallidus dan lintasan lintasan penghubungnya )

    misalnya kerusakan substansia nigra pada sindroma Parkinson.

    c) Tremor saat bergerak ( intensional ) : disebut juga tremor serebellar, disebabkan

    gangguan mekanisme feedback oleh serebellum terhadap aktivitas kortes piramidalis dan

    ekstrapiramidal hingga timbul kekacauan gerakan volunter.

    d) Khorea : gerakan involunter pada ekstremitas, biasanya lengan atau tangan, eksplosif,

    cepat berganti sifat dan arah gerakan secara tidak teratur, yang hanya terhenti pada waktu

    tidur. Khorea disebabkan oleh lesi di corpus striataum, substansia nigra dan corpus

    subthalamicus.e) Athetose : gerakan involenter pada ektremitas, terutama lengan atau tangan atau

    tangan yang agak lambat dan menunjukkan pada gerakan melilit lilit , torsi ekstensi atau torsi

    fleksi pada sendi bahu, siku dan pergelangan tangan. Gerakan ini dianggap sebagai

    manifestasi lesi di nukleus kaudatus.

    f) Ballismus: gerakan involunter otot proksimal ekstremitas dan paravertebra, hingga

    menyerupai gerakan seorang yang melemparkan cakram. Gerkaan ini dihubungkan dengan

    lesi di corpus subthalamicus, corpus luysi, area prerubral dan berkas porel.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    28/67

    28

    g) Fasikulasi: kontrasi abnormal yang halus dan spontan pada sisa serabut otot yang

    masih sehat pada otot yang mengalami kerusakan motor neuron. Kontraksi nampak sebagai

    keduten keduten dibawah kulit.

    h) Myokimia: fasikulasi benigna. Frekwensi keduten tidak secepat fasikulasi dan

    berlangsung lebih lama dari fasikulasi.

    i) Myokloni : gerakan involunter yang bangkit tiba tiba cepat, berlangsung sejenak,

    aritmik, dapat timbul sekali saja atau berkali kali ditiap bagian otot skelet dan pada setiap

    waktu, waktu bergerak maupun waktu istirahat.

    8. Fungsi koordinasi

    Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas serebelum. Serebelum adalah pusat yang

    paling penting untuk mengintegrasikan aktivitas motorik dari kortex, basal ganglia, vertibular

    apparatus dan korda spinalis. Lesi organ akhir sensorik dan lintasan lintasan yang

    mengirimkan informasi ke serebelum serta lesi pada serebelum dapat mengakibatkan

    gangguan fungsi koordinasi atau sering disebut Cerebellar sign .

    Macam-macam pemeriksaan Cerebellar sign

    1) Test telunjuk hidung.

    2) Test jarijari tangan.

    3) Test tumitlutut.

    4)

    Test diadokinesia berupa: pronasisupinasi, tapping jari tangan.

    5) Test fenomena rebound.

    6) Test mempertahankan sikap.

    7) Test nistagmus.

    8) Test disgrafia.

    9) Test romberg.

    Test romberg positif:

    baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup , pasien akan jatuh kesisi lesisetelah beberapa saat kehilangan kestabilan ( bergoyanggoyang ).

    Pasien sulit berjalan pada garis lurus pada tandem walking, dan menunjukkan gejala

    jalan yang khas yang disebut celebellar gait

    Pasien tidak dapat melakukan gerakan volunter dengan tangan,lengan atau tungkai

    dengan halus. Gerakan nya kaku dan terpatah-patah.

    Gait dan Station.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    29/67

    29

    Pemeriksaan ini hanya dilakukan bila keadaan pasein memungkinkan untuk itu. Harus

    diperhitungkan adanya kemungkinan kesalahan interpretasi hasil pemeriksaan pada orang

    orang tua atau penyandang cacat non neurologis. Pada saat pasien berdiri dan berjalan

    perhatikan posture, keseimbangan , ayunan tangan dan gerakan kaki dan mintalah pasien

    untuk melakukan.

    Jalan diatas tumit.

    Jalan diatas jari kaki.

    Tandem walking.

    Jalan lurus lalu putar.

    Jalan mundur.

    Hopping. Berdiri dengan satu kaki.

    Macam macam Gait:

    Hemiplegik gait: gaya jalan dengan kaki yang lumpuh digerakkan secara

    sirkumduksi.

    Spastik ( scissors gait ): gaya jalan dengan sirkumduksi kedua tungkai,

    misalnya spastik paraparese.

    Tabetic gait: gaya jalan pada pasien tabes dorsalis.

    Steppage gait: gaya jalan seperti ayam jago, pada paraparese flaccid atau

    paralisis n. Peroneus.

    Waddling gait: gaya berjalan dengan pantat dan pinggang bergoyang

    berlebihan, khas untuk kelemahan otot tungkai proksimal, misalnya otot gluteus.

    Parkinsonian gait: gaya berjalan dengan sikap tubuh agak membungkuk,

    kedua tungkai berfleksi sedikit pada sendi lutut dan panggul. Langkah dilakukan

    setengah diseret dengan jangkauan yang pendek-pendek.

    Gerakan involuntar

    Gerakan yang timbul sebagai akibat dari gangguan sistem ekstrapiramidal. Bercirikan

    terjadinya diluar kehendak, tidak bertujuan, tidak terkoordinasi dan tidak dapat dikendalikan.

    Karena itu gerakan involuntar digolongkan sebagai gerakan abnormal, bisa sebagai gejala

    ataupun sebagai suatu diagnosis penyakit/ sindrom sendiri.

    Adapun tiga jenis gerakan involunter meliputi

    1.

    Gangguan gerakan hiperkinetik (hiperkinesia)

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    30/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    31/67

    31

    Kelainan klinis neurologis gangguan fungsi motorik

    1. Saraf Olfaktorius. (N.I)

    Kelainan pada nervus olfaktovius dapat menyebabkan suatu keadaan berapa gangguan

    penciuman sering dan disebut anosmia, dan dapat bersifat unilatral maupun bilateral. Pada

    anosmia unilateral sering pasien tidak mengetahui adanya gangguan penciuman.Proses

    penciuman dimulai dari sel-sel olfakrorius di hidung yang serabutnya menembus bagian

    kribiformis tulang ethmoid di dasar di dasar tengkorak dn mencapai pusat penciuman lesi

    atau kerusakan sepanjang perjalanan impuls penciuman akan mengakibatkan anosmia.

    Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan penciuman berupa:

    Agenesis traktus olfaktorius

    Penyakit mukosa olfaktorius bro rhinitis dan tumor nasal. Sembuhnya rhinitis berarti juga

    pulihnya penciuman, tetapi pada rhinitis kronik, dimana mukosa ruang hidung menjadi

    atrofik penciuman dapat hilang untuk seterusnya.

    Destruksi filum olfaktorius karena fraktur lamina feribrosa.

    Destruksi bulbus olfaktorius dan traktus akibat kontusi countre coup, biasanya

    disebabkan karena jatuh pada belakang kepala. Anosmia unilateral atau bilalteral mungkin

    merupakan satu-satunya bukti neurologis dari trauma vegio orbital.

    Sinusitas etmoidalis, osteitis tulang etmoid, dan peradangan selaput otak didekatnya.

    Tumor garis tengah dari fosa kranialis anterior, terutama meningioma sulkus olfaktorius

    (fossa etmoidalis), yang dapat menghasilkan trias berupa anosmia, sindr foster kennedy, dan

    gangguan kepribadian jenis lobus orbitalis.

    Adenoma hipofise yang meluas ke rostral juga dapat merusak penciuman.

    Penyakit yang mencakup lobus temporalis anterior dan basisnya (tumor intrinsik atau

    ekstrinsik).

    Pasien mungkin tidak menyadari bahwa indera penciuman hilang sebaliknya, dia mungkin

    mengeluh tentang rasa pengecapan yang hilang, karena kemampuannya untuk merasakanaroma, suatu sarana yang penting untuk pengecapan menjadi hilang.

    2. Saraf Optikus (N.II)

    Kelainan pada nervus optikus dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Gangguan

    penglihatan dapat dibagi menjadi gangguan visus dan gangguan lapangan pandang.

    Kerusakan atau terputusnya jaras penglitan dapat mengakibatkan gangguan penglihatan

    kelainan dapat terjadi langsung pada nevrus optikus itu sendiri atau sepanjang jaras

    penglihatan yaitu kiasma optikum, traktus optikus, radiatio optika, kortek penglihatan. Bilaterjadi kelainan berat makan dapatberakhirdengankebutaan.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    32/67

    32

    Orang yang buta kedua sisi tidak mempunyai lapang pandang, istilah untuk buta ialah anopia

    atau anopsia. Apabila lapang pandang kedua mata hilang sesisi, maka buta semacam itu

    dinamakan hemiopropia.

    Berbagai macam perubahan pada bentuk lapang pandang mencerminkan lesi pada susunan

    saraf optikus.

    Kelainan atau lesi pada nervus optikus dapat disebabkan oleh:

    1. Trauma Kepala

    2. Tumor serebri (kraniofaringioma, tumor hipfise, meningioma, astrositoma)

    3. Kelainan pembuluh darah, misalnya pada trombosis arteria katotis maka pangkal artera

    oftalmika dapat ikut tersumbat jug. Gambaran kliniknya berupa buta ipsilateral.

    4. Infeksi.

    Pada pemeriksaan funduskopi dapat dilihat hal-hal sebagai berikut:

    Papiledema (khususnya stadium dini). Papiledema ialah sembab pupil yang si dan

    terkait pada tekanan intrakkranial yang meninggi, dapat disebabkan oleh lesi desak ruang,

    antara lain hidrocefalus, hipertensi intakranial benigna, hipertensi stadium IV. Trombosis

    vena sentralis retina.

    Atrofi optik, dapat disebabkan oleh papiledema kronik atau papilus, glaukoma,

    iskemia, famitral, misal: retinitis pigmentosa, penyakit leber, ataksia friedrich.

    .Neuritis optik.

    3. Saraf Okulomotorius (N.III)

    Kelainan berupa paralisis nervus okulomatorius menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak

    ke medial, ke atas dan lateral, kebawah dan keluar. Juga mengakibatkan gangguan fungsi

    parasimpatis untuk kontriksi pupil dan akomodasi, sehingga reaksi pupil akan berubah. N. III

    juga menpersarafi otot kelopak mata untuk membuka mata, sehingga kalau lumpuh, kelopak

    mata akan jatuh ( ptosis).

    Kelumpuhan okulomotorius lengkap akan memberikan gambara dibawah ini:o Ptosis, disebabkan oleh paralisis otot levator palpebra dan tidak adanya perlawanan

    dari kerja otot orbikularis okuli yang dipersarafi oleh nervus fasialis.

    o Fiksasi posisi mata, dengan pupil ke arah bawah dan lateral karena tidak adanya

    perlawanan dari kerja otot rektus lateral dan oblikus superior.

    o Dilatasi pupil, tak bereaksi terhadap cahaya dan akomodasi.

    4. Saraf Troklearis (N. IV)

    Kelainan berupa paralisis nervus troklearis menyebabkan bola mata tidak bisa bergerakkebawah dan kemedial. .

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    33/67

    33

    Ketika pasien melihat lurus kedepan atas, sumbu dari mata yang sakit lebih tinggi daripada

    mata yang lain. Jika pasien melihat kebawah dan ke medial, mata berotasi dipopia terjadi

    pada setiap arah tatapan kecuali paralisis yang terbatas pada saraf troklearis jarang terjadi dan

    sering disebabkan oleh trauma, biasanya karena jatuh pada dahi atu verteks.

    5. Saraf Abdusens (N. VI)

    Kelainan pada paralisis nervus abdusens menyebabkan bola mata tidak bisa bergerak ke

    lateral, ketika pasien melihat lurus ke atas, mata yang sakit teradduksi dan tidak dapat

    digerakkan ke lateral, ketika pasien melihat ke arah nasal, mata yang paralisis bergerak ke

    medial dan ke atas karenapredominannyaototoblikusinferior.

    Jika ketiga saraf motorik dari satu mata semuanya terganggu, mata tampak melihat lurus

    keatas dan tidak dapat digerakkan kesegala arah dan pupil melebar serta tidak bereaksi

    terhadap cahaya (oftalmoplegia totalis). Paralisis bilateral dari otot-otot mata biasanya akibat

    kerusakan nuklear. Penyebab paling sering dari paralisis nukleus adalah ensefelaitis,

    neurosifilis, mutiple sklerosis, perdarahan dan tumor. Penyebab yang paling sering dari

    kelumpuhan otot-otot mata perifer adalah meningitis, sinusistis, trombosis sinus kavernosus,

    anevrisma arteri karotis interva atau arteri komunikantes posterior, fraktur basis kranialis.

    6. Saraf Trigeminus (N. V)

    Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nerus trigeminus antara lain : Tumor pada

    bagian fosa posterior dapat menyebabkan kehilangan reflek kornea, dan rasa baal pada wajah

    sebagai tanda-tanda dini.

    Gangguan nervus trigeminus yang paling nyata adalah neuralgia trigeminal atau tic

    douloureux yang menyebabkan nyeri singkat dan hebat sepanjang percabangan saraf

    maksilaris dan mandibularis dari nervus trigeminus. Janeta (1981) menemukan bahwa

    penyebab tersering dari neurolgia trigeminal dicetuskan oleh pembuluh darah. Paling sering

    oleh arteri serebelaris superior yang melingkari radiks saraf paling proksimal yang masih tak

    bermielin.Kelainan berapa lesi ensefalitis akut di pons dapat menimbulkan gangguan berupa trismus,

    yaitu spasme tonik dari otot-otot pengunyah. Karena tegangan abnormal yang kuat pada otot

    ini mungkin pasien tidak bisa membuka mulutnya.

    7. Saraf Fasialis (N. VII)

    Kelainan yang dapat menyebabkan paralis nervus fasialis antara lain:

    Lesi UMN (supranuklear) : tumor dan lesi vaskuler.

    Lesi LMN :

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    34/67

    34

    Penyebab pada pons, meliputi tumor, lesi vaskuler dan siringobulbia.

    Pada fosa posterior, meliputi neuroma akustik, meningioma, dan meningitis kronik.

    Pada pars petrosa os temporalis dapat terjadi Bells palsy, fraktur, sindroma Rumsay Hunt,

    dan otitis media.

    Penyebab kelumpuhan fasialis bilateral antara lain Sindrom Guillain Barre, mononeuritis

    multipleks,dankeganasanparotisbilateral.

    Penyebab hilangnya rasa kecap unilateral tanpa kelainan lain dapat terjadi pada lesi telinga

    tengah yang meliputi Korda timpani atau nervus lingualis, tetapi ini sangat jarang.

    Gangguan nervus fasialis dapat mengakibatkan kelumpuhan otot-otot wajah, kelopak mata

    tidak bisa ditutup, gangguan air mata dan ludah, gangguan rasa pengecap di bagian belakang

    lidah serta gangguan pendengaran (hiperakusis). Kelumpuhan fungsi motorik nervus fasialis

    mengakibatkan otot-otot wajah satu sisi tidak berfungsi, ditandai dengan hilangnya lipatan

    hidung bibir, sudut mulut turun, bibir tertarik kesisi yang sehat. Pasien akan mengalami

    kesulitan mengunyah dan menelan. Air ludah akan keluar dari sudut mulut yang turun.

    Kelopak mata tidak bisa menutup pada sisi yang sakit, terdapat kumpulan air mata di kelopak

    mata bawah (epifora). Refleks kornea pada sisi sakit tidak ada.

    8. Saraf Vestibulokoklearis

    Kelainan pada nervus vestibulokoklearis dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan

    keseimbangan (vertigo).

    Kelainan yang dapat menimbulkan gangguan pada nervus VIII antara lain:

    Gangguan pendengaran, berupa : Tuli saraf dapat disebabkan oleh tumor.

    Degenerasi misal presbiaksis.

    Trauma, misal fraktur pars petrosa os temporalis, toksisitas misal aspirin,

    streptomisin atau alkohol, infeksi misal, sindv rubella kongenital dan sifilis kongenital.

    Tuli konduktif dapat disebabkan oleh serumen, otitis media, otoskleroris dan

    penyakit Paget. Gangguan Keseimbangan dengan penyebab kelainan vestibuler. Pada labirin

    meliputi penyakit meniere, labirinitis akut, mabuk kendaraan, intoksikasi streptomisin.

    Pada vestibuler meliputi semua penyebab tuli saraf ditambah neuronitis

    vestibularis.

    Pada batang otak meliputi lesi vaskuler, tumor serebelum atau tumor ventrikel IV

    demielinisasi.

    Pada lobus temporalis meliputi epilepsi dan iskemia.9. Saraf Glosofaringeus (N. IX) dan Saraf Vagus (N. X)

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    35/67

    35

    Gangguan pada komponen sensorik dan motorik dari N. IX dan N. X dapat mengakibatkan

    hilangnya refleks menelan yang berisiko terjadinya aspirasi paru.

    Kehilangan refleks ini pada pasien akan menyebabkan pneumonia aspirasi, sepsis dan adult

    respiratory distress syndome (ARDS) kondisi demikian bisa berakibat pada kematian.

    Gangguan nervus IX dan N. X menyebabkan persarafan otot-otot menelan menjadi lemah

    dan lumpuh. Cairan atau makanan tidak dapat ditelan ke esofagus melainkan bisa masuk ke

    trachea langsung ke paru-paru. Kelainan yang dapat menjadi penyebab antara lain : Lesi

    batang otak (Lesi N IX dan N. X), Syringobulbig (cairan berkumpul di medulla oblongata).

    Pasca operasi trepansi serebelu dan pasca operasi di daerah kranioservikal

    10. Saraf Asesorius (N. XI)

    Gangguan N. XI mengakibatkan kelemahan otot bahu (otot trapezius) dan otot leher (otot

    sterokleidomastoideus). Pasien akan menderita bahu yang turun sebelah serta kelemahan saat

    leher berputar ke sisi kontralateral.

    Kelainan pada nervus asesorius dapat berupa robekan serabut saraf, tumor dan iskemia

    akibatnya persarafan ke otot trapezius dan otot stemokleidomastoideus terganggu.

    11. Saraf Hipoglossus (N. XII)

    Kerusakan nervus hipoglossus dapat disebabkan oleh kelainan di batang otak, kelainan

    pembuluh darah, tumor dan syringobulbia. Kelainan tersebut dapat menyebabkan gangguan

    proses pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan proses

    pengolahan makanan dalam mulut, gangguan menelan dan gangguan bicara (disatria) jalan

    nafas dapat terganggu apabila lidah tertarik ke belakang.

    Pada kerusakan N. XII pasien tidak dapat menjulurkan, menarik atau mengangkat lidahnya.

    Pada lesi unilateral, lidah akan membelok kearah sisi yang sakit saat dijulurkan. Saat istirahat

    lidah membelok ke sisi yang sehat di dalam mulut.

    LI.4 Memahami dan menjelaskan Stroke

    LO 4.1 Definisi

    Stroke adalah sindrom hemiparesis atau hemiparalisis akibat lesi vaskular yang bisa bangkit

    dalam beberapa detik sampai hari, tergantung pada jenis penyakit yang menjadi kausanya.

    WHO mendefinisikan stroke sebagai manifestasi klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal

    maupun global (menyeluruh), yang berlangsung cepat, berlangsung lebih dari 24 jam atau

    sampai menyebabkan kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler (Hatano, 1976

    dalam Davenport dan Dennis, 2000).

    LO 4.2 Epidemiologi

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    36/67

    36

    Berdasarkan jenis kelamin, insidens stroke di Amerika Serikat 270 per 100.000 pada

    pria dan 201 per 100.000 pada wanita. Di Denmark, insidens stroke 270 per 100.000 pada

    pria dan 189 per 100.000 pada wanita. Di Inggris insidens stroke 174 per 100.000 pada pria

    dan 233 per 100.000 pada wanita. Di Swedia, insidens stroke 221 per 100.000 pada pria dan

    196 per 100.000 pada wanita (Fieschi, et al, 1998). Data di Indonesia menunjukkan terjadinya

    kecendrungan peningkatan insidens stroke.

    Berdasarkan data yang dikeluarkan WHO april 2011 kematian karena stroke di

    Indonesia mencapai 138.268 atau 9,7% penyebab kematian di Indonesia, Indonesia termasuk

    . Sedangkan pada penelitian di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia diperoleh data jumlah

    penderita stroke akut sebanyak 2065 kasus selama periode awal Oktober 1996 sampai dengan

    akhir Maret 1997, mengenai usia sebagai berikut : dibawah 45 tahun 12,9% , usia 45 65

    tahun 50,5%, diatas 65 tahun 35,8% , dengan jumlah pasien laki-laki 53,8% dan pasien

    perempuan 46,2% (Misbach, 1999).

    LO 4.3 Etiologi

    Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian yaitu :

    1. Trombosis serebral

    Arteriosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis

    serebral, yang merupakan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral

    bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien dapat mengalami

    pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat

    dibedakan dari haemorrhagi intracerebral atau embolisme serebral.

    Secara umum, trombosis serebral tidak terjadi dengan tiba-tiba, dan kehilangan bicara

    sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan

    paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

    2. Embolisme serebral

    Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya, yang merusak

    sirkulasi serebral. Awitan hemiparesis atau hemiplegia tiba-tiba dengan afasia atau tanpa

    afasia atau kehilangan kesadaran pada pasien dengan penyakit jantung atau pulmonal adalah

    karakteristik dari embolisme serebral.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    37/67

    37

    3. Iskemia serebral

    Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi ateroma pada

    arteri yang menyuplai darah ke otak.

    4. Haemorrhagi serebral

    a) Haemorrhagi ekstradural (haemorrhagi epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang

    memerlukan perawatan segera. Keadaan ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan

    robekan arteri tengah arteri meninges lain, dan pasien harus diatasi dalam beberapa jam

    cedera untuk mempertahankan hidup.

    b) Haemorrhagi subdural pada dasarnya sama dengan haemorrhagi epidural, kecuali bahwa

    hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya periode pembentukan

    hematoma lebih lama danc menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin

    mengalami haemorrhagi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda atau gejala.

    c) Haemorrhagi subarakhnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi

    penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme pada area sirkulus Willisi dan

    malformasi arteri vena kongenital pada otak.

    d) Haemorrhagi intracerebral adalah perdar ahan di substansi dalam otak paling umum pada

    pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena

    penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Biasanya awitan tiba -tiba,

    dengan sakit kepala berat. Bila ha emorrhagi membesar, makin jelas defisit neurologik yang

    terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda vital

    Faktor Resiko

    Penggolongan faktor risiko stroke didasarkan pada dapat atau tidaknya resiko tersebut

    ditanggulangi / diubah :

    A. Faktor resiko yang tak dapat diubah atau dicegah/dimodifikasi

    B. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi

    C.

    Faktor resiko yang sangat dapat dimodifikasiPengenalan faktorfaktor resiko ini penting, karena banyak pasien mempunyai faktor

    resiko lebih dari 1 (satu) faktor atau bahkan kadangkadang faktor resiko ini diabaikan.

    Setelah mengetahui maka perlu dikenal juga bagaimana cara pengatasan atau penghindaran

    faktorfaktor resiko dan caracara pemeriksaan faktor.

    A. Faktor Resiko Yang Tak Dapat Diubah

    Umur

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    38/67

    38

    Kemunduran sistem pembuluh darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia hingga

    makin bertambah usia makin tinggi kemungkinan mendapat stroke. Dalam statistik faktor ini

    menjadi 2 x lipat setelah usia 55 tahun.

    Jenis.

    Stroke diketahui lebih banyak lakilaki dibanding perempuan. Kecuali umur 35 44 tahun

    dan diatas 85 tahun, lebih banyak diderita perempuan. Hal ini diperkirakan karena pemakaian

    obatobat kontrasepsi dan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibanding laki

    laki.

    Berat Lahir Yang Rendah

    Statistik di Inggris memungkinkan orang dengan berat bayi lahir rendah menunjukkan angka

    kematian yang lebih tinggi dibanding orang yang lahir dengan berat normal. Namun apa

    hubungan antara keduanya belum diketahui secara pasti.

    Ras

    Penduduk Afrika Amerika dan Hispanic Amerika berpotensi stroke lebih tinggi dibanding

    Eropa Amerika. Pada penelitian penyakit artherosklerosis terlihat bahwapenduduk kulit

    hitam mendapat serangan stroke 38 % lebih tinggi dibanding kulit putih.

    Faktor Keturunan

    Adanya riwayat stroke pada orang tua menaikkan faktor resiko stroke. Hal ini diperkirakan

    melalui beberapa mekanisme antara lain :

    - Faktor genetik

    - Faktor life style

    - Penyakitpenyakit yang ditemukan

    - Interaksi antara yang tersebut diatas

    Kelainan Pembuluh Darah Bawaan : sering tak diketahui sebelum terjadi stroke

    B. Faktor Resiko Yang Dapat Diubah

    Banyak data menunjukkan bahwa penderita stroke yang pertama kali menunjukkan bahwa

    penderita stroke yang pertama kali menunjukkan angka penurunan terjadinya stroke setelah

    penanggulangan faktor resikonya, terutama pengatasan faktor resiko artherosklerosis.

    Hypertensi/tekanan darah tinggi

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    39/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    40/67

    40

    Penggunaan terapi sulih hormon dianjurkan untuk mencegah terjadinya stroke dan penyakit

    jantung vaskuler, namun pada beberapa penelitian pada pemakaian 6 bulan berturutturut

    meningkatkan terjadinya stroke pada pemakaian restradol. Pemakaian sulih hormon untuk

    mencegah stroke tidak dianjurkan.

    Diet dan Nutrisi

    Asupan makanan yang mengandung banyak sayur dan buah mengurangi terjadinya stroke.

    Pemakaian garam dapur berlebihan meningkatkan terjadianya stroke. Mungkin ini dikaitkan

    dengan terjadinya kenaikan tensi. j. Latihan fisik Kegiatan fisik yang teratur dapat

    mengurangi terjadinya stroke ( 30 menit gerakan moderate tiap hari)

    Kegemukan

    BMI (Body Mass Index) yaitu BB (kg) = TB (m) > 25 29,9 dikategorikan berat berlebih

    (over weight). Sedang > 30 dikategorikan obesitas.

    Central Obesitas/Gemuk perut:

    Dihitung jika lingkar perut > 102 cm pad alakilaki dan > 88 cm pada perempuan.

    Kegemukan meningkatkan terjadnya stroke, baik jenis penyumbatan ataupun perdarahan.

    Penurunan berat badan akan menurunkan juga tekanan darah.

    C. Faktor Resiko Yang Sangat Dapat Diubah

    Metabolik Sindrom

    Dikatakan metabolik sindrom jika terdapat 3 atau lebih gejalagejala sebagai berikut:

    Gemuk perut

    Trigliceride > 150 mg %

    HDL < 40 mg %

    Tensi 130 / 85 mm Hg

    Gula puasa 110 mg %

    Perubahan gaya hidup, pola makan, penurunan BB dan diet seimbang akan menurunkan

    terjadinya stroke.

    Pemakaian alkohol berlebihan

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    41/67

    41

    Pemakaian alkohol berlebihan memicu terjadinya stroke. Pemakaian jumlah sedikit

    dapat menaikkan HDL cholesterol dan mengurangi perlengketan trombosit dan

    menurunkan kadar fibrinogen. Alkohol berlebihan akan menyebabkan peningkatan

    tensi darah, darah gampang menjendal, penurunan aliran darah dan juga atrium

    fibrilasi.

    Drug Abuse/narkoba

    Pemakaian obatobat terlarang seperti cocain, auphetamine, heroin dsb meningkatkan

    terjadinya stroke. Obatobat ini dapat mempengaruhi tensi darahsecara tibatiba,

    menyebabkan terjadinya emboli, karena adanya endocarditis dan menaikkan

    kekentalan darah dan perlengketan thrombosit.

    Pemakaian obatobat kontrasepsi (OC)

    Resiko stroke meningkat jika memakai OC dengan dosis obstradial 50 ug.

    Umumnya resiko stroke terjadi jika pemakaian ini dikombinasi dengan adanya usia >

    35 tahun, perokok, hipertensi, diabetes dan migrain.

    Gangguan Pola Tidur

    Penelitian membuktikan bahwa tidur ngorok meningkatkan terjadinya stroke. Pola

    tidur ngorok sering disertai apneu (henti nafas) tidak hanya berpotensi menyebabkan

    stroke tapi juga gangguan jantung. Hal ini disebabkan penurunan aliran darah ke otak,

    kenaikan tensi dsb. Pengobatan dilakukan dengan pemeriksaan yang cermat dengan

    mencari penyebabnya.

    Kenaikan homocystein

    Homocystein adalah sulpenydril yang mengandung asam amino dan diet yang

    mengandung methirin. Kenaikan homocystein meningkatkan artheriosclerosis. Diet

    kaya sayur dan buah akan menurunkan homocystein.

    Kenaikan lipoprotein (a)

    Lipid protein komplex yang meningkat merupakan resiko terjadinya penyakit jantung

    dan stroke. Lp (a) merupakan partikel dari LDL dan peningkatannya akan

    meningkatkan terjadinya thrombosis dengan mekanisme menghambat plasminogen

    aktivator. Pengobatan dengan niacin akan menurunkan lp (a)

    Hypercoagubility

    Ada kecenderungan darah mudah menggumpal di karenakan adanya autiphospolipid

    antibody. Test dapat dikerjakan dengan pemeriksaan anti crdiolipin antibody dan

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    42/67

    42

    anticoagulant lypus.

    LO 4.4 Klasifikasi

    Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu: stroke iskemikmaupun stroke hemorragik.

    Stroke iskemikyaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak

    sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini

    dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

    1. Stroke Trombotik : Proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.

    2. Stroke Embolik : Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

    3. Hipoperfusion Sistemik : Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena

    adanya gangguan denyut jantung.

    Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah

    otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi. Stroke

    hemoragik ada 2 jenis, yaitu:

    1.Hemoragik Intraserebral : pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.

    2.Hemoragik Subaraknoid :pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang

    sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).

    Stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria. Menurut Misbach (1999)

    dalam Ritarwan (2002), klasifikasi tersebut antara lain:

    A.Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

    1. Stroke iskemik

    Transient Ischemic Attack (TIA)

    Trombosis serebri

    Emboli serebri2. Stroke hemoragik

    Perdarahan intraserebral

    Perdarahan subarakhnoid

    B.Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu:

    1. Serangan iskemik sepintas atau Transient Ischemic Attack(TIA)

    Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di

    otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

    2.Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)

    Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24jam, tetapi tidak lebih dari seminggu.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    43/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    44/67

    44

    LO 4.6 Manifestasi Klinis

    Berikut ini adalah manifestasi klinis stroke berdasarkan lokasi penyumbatan :

    2. Pembuluh besar dalam sirkulasi anterior

    a. Arteri cerebri media

    Sumbatan total :

    Contralateral hemiplegia, hemianasthesia, homonymous hemianopia, pandangan cenderung

    pada sisi ipsilateral. Dapat pula terjadi global aphasia pada hemisphere yang dominan dan

    ansognosia, constructional aphasia, dysarthria pada hemisphere non dominan.

    Sumbatan partial :

    Lemah tangan / lengan atau lemah wajah dengan aphasia broca dengan atau tanpa kelemahan

    lengan. Ataupun dapat terjadi aphasia wernicke tanpa kelemahan.

    b. Arteri cerebri anterior

    Respons motorik dan verbal menurun, paraparesis, dan inkontinensia urin.

    c. Arteri choroid anterior

    Hemiplegia contralateral, hemianasthesia, homonymous hemianopia.

    d. Arteri carotis interna

    Gejala mirip dengan gejala pada arteri cerebri media, namun juga terdapat transient

    monocular blindness.

    e. Arteri carotis communis

    Gejala sama dengan pada carotis interna.

    2. Pembuluh darah besar dalam sirkulasi posterior

    a. Arteri cerebri posterior

    Infark pada lesi lateral subthalamus, thalamus medial, ipsilateral pedunculus cerebral, dan

    midbrain. Dapat pula terjadi palsy N. III dengan ataxia contralateral atau hemiplegia

    contralateral.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    45/67

    45

    Penyumbatan pada bagian distal arteri ini mengakibatkan infark pada temporal medial dan

    occipital, yang kemudian menyebabkan contralateral homonymous hemianopia, gangguan

    ingatan apabila hippocampus terlibat. Infark pada splenium corpus callosum menyebabkan

    alexia tanpa agraphia.

    b. Arteri vertebral dan cerebri posterior inferior

    Vertigo, kaku wajah ipsilateral dan badan kontralateral, diplopia, hoarseness, dysarthria,

    dysphagia, Wallenbergs syndrome.

    Infark cerebral dan edema dapat mengakibatkan respiratory arrest.

    c. Arteri basilaris

    Gejala pusing (dizziness), diplopia, dysarthria, kaku wajah, gejala hemisensorik.

    d. Arteri cerebelli superior

    Ataxia cerebellar ipsilateral, mual muntah, dysarthria, rasa kebal kontralateral, tidak

    merasakan sensasi suhu pada ekstremitas, badan, dan wajah.

    e. Arteri cerebelli anterior inferior

    Penurunan pendengaran ipsilateral, lemah wajah, vertigo, mual muntah, nystagmus, tinnitus,

    cerebellar ataxia, kebal contralateral.

    3. Pembuluh kecil (lacunar stroke)

    Gejala dapat berupa hemiparesis motorik, ataxic hemiparesis, dysarthria, dan aphasia broca.

    LO 4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

    1. Anamnesis

    Bila sudah ditetapkan sebagai penyebabnya adalah stroke, maka langkah berikutnya adalahmenetapkan stroke tersebut termasuk jenis yang mana, stroke hemoragis atau stroke non hemoragis.Untuk keperluan tersebut, pengambilan anamnesis harus dilakukan seteliti mungkin.Berdasarkan hasilanamnesis, dapat ditentukan perbedaan antara keduanya, seperti tertulis pada tabel di bawah ini.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    46/67

    46

    2. Pemeriksaan klinis neurologis

    Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila dibandingkan antara keduanya akandidapatkan hasil sebagai berikut :

    3. Algoritma dan penilaian dengan skor stroke.

    Terdapat beberapa algoritma untuk membedakan stroke antara lain dengaPenetapan Jenis Stroke berdasarkan Algoritma Stroke Gadjah Mada

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    47/67

    47

    Penetapan jenis stroke berdasarkan Djoenaedi stroke scoreBila skor > 20 termasuk stroke hemoragik,skor < 20 termasuk stroke non-hemoragik.Ketepatan diagnostik dengan sistim skor ini91.3% untuk stroke hemoragik, sedangkanpadastroke non-hemoragik 82.4%. Ketepatandiagnostik seluruhnya 87.5%

    Terdapat batasan waktu yang sempit untuk menghalangisuatu stroke akut dengan obat untuk memperbaiki suplaidarah yang hilang pada bagian otak. Pasien memerlukanevaluasi yang sesuai dan stabilisasi sebelum obatpenghancur bekuan darah apapun dapat digunakan.

    Penetapan jenis stroke berdasarkanSiriraj stroke score

    Catatan : 1. SSS> 1 = Stroke hemoragik

    2. SSS < -1 = Stroke non hemoragik

    4. Pemeriksaan Penunjang

    Computerized tomography (CT scan): untuk membantu menentukan penyebab seorangterduga stroke, suatu pemeriksaan sinar x khusus yang disebut CT scan otak sering dilakukan. SuatuCT scan digunakan untuk mencari perdarahan atau massa di dalam otak, situasi yang sangat berbedadengan stroke yang memerlukan penanganan yang berbeda pula.CT Scan berguna untuk menentukan:

    jenis patologi lokasi lesi

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    48/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    49/67

    49

    daan jenis strokeperbedaan jenis stroke dengan menggunakan alat bantu.

    Gambaran CT-Scan Stroke Infark dan Stroke Hemoragik

    Karakteristik MRI pada stroke hemoragik dan stroke infark

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    50/67

    50

    Diagnosis Banding

    Bell's Palsy

    i. DEFINISIBell's Palsy adalah suatu kelainan pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhantiba-tiba pada otot di satu sisi wajah. Saraf wajah adalah saraf kranial yang merangsang otot-ototwajah.

    ii. PENYEBABDiperkirakan, penyebab Bells palsy adalah edema dan iskemia akibat penekanan (kompresi) pada

    nervus fasialis.GEJALABell's palsy terjadi secara tiba-tiba. Beberapa jam sebelum terjadinya kelemahan pada otot wajah,penderita bisa merasakan nyeri di belakang telinga. Kelemahan otot yang terjadi bisa ringan sampaiberat, tetapi selalu pada satu sisi wajah. Sisi wajah yang mengalami kelumpuhan menjadi datar dantanpa ekspresi, tetapi penderita merasa seolah-olah wajahnya terpuntir. Sebagian besar penderitamengalami mati rasa atau merasakan ada beban di wajahnya, meskipun sebetulnya sensasi di wajahadalah normal.Jika bagian atas wajah juga terkena, maka penderita akan mengalami kesulitan dalam menutupmatanya di sisi yang terkena. Kadang penyakit ini mempengaruhi pembentukan ludah, air mata ataurasa di lidah. Bell's palsy Ptosis

    LO 4.8 Penatalaksanaan

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    51/67

    51

    Dalam tatalaksana stroke waktu merupakan hal yang sangat penting mengingat

    jendela terapinya hanya berkisar antara 3 sampai 6 jam. Tindakan di gawat darurat untuk

    stroke akut sebaiknya ditekankan pada hal-hal berikut:

    1. Stabilisasi pasien

    2.

    Pemeriksaan darah, EKG dan rontgen toraks3. Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik

    4. Pemeriksaan CT Scan kepala atau MRI sesegera mungkin

    Tindakan yang harus segera dilakukan di gawat darurat :

    1. Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam.

    Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya tidak digunakan karena dapat memperhebat

    edema serebri.

    2. Pemberian oksigen melalui nasal kanul.

    3.

    Jangan memberikan apapun melalui mulut.4. Pemeriksaan EKG

    5. Pemeriksaan rontgen toraks.

    6. Pemeriksaan darah:

    Darah perifer lengkap dan hitung trombosit

    Kimia darah (glukosa, ureum, kreatinin dan elektrolit)

    PT (Prothrombin Time)/PTT (Partial Thromboplastin time)

    7 Jika ada indikasi lakukan pemeriksaan berikut:

    Kadar alcohol

    Fungsi hepar

    Analisa gas darah

    Skrining toksikologi

    8. Pemeriksaan CT Scan kepala tanpa kontras

    9. Pasien dengan kesadaran yang sangat menurun (stupor/koma) ataupun dengan gagal nafas

    perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan intubasi sebelum CT Scan.

    Hal yang harus selalu diingat adalah komplikasi tersering yang dapat menyebabkan

    kematian. Herniasi transtentorial dapat terjadi pada infark yang luas ataupun perdarahan luas

    dengan perluasan ke ventrikel atau perdarahan subarakhnoid. Pneumonia aspirasi jugapenyebab kematian yang cukup sering pada stroke akut. Semua pasien stroke akut harus

    diperlakukan sebagai pasien dengan disfagia sampai terbukti tidak. Komplikasi lainnya

    adalah infark miokard akut, sekitar 3% penderita stroke iskemik mengalami komplikasi ini.

    I. STADIUM AKUTPada stadium ini, dilakukan penanganan faktor-faktor etiologik maupun penyulit. Juga

    dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk

    membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,

    menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasienyang dapat dilakukan keluarga.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    52/67

    52

    a.Stroke Iskemik

    Terapi umum: Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang;

    ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.

    Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil

    analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan kompres danantipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh, dikosongkan

    (sebaiknya dengan kateter intermiten).

    Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan

    elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.

    Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan gangguan

    menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui selang nasogastrik.

    Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150

    mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar

    gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% ivsampai kembali normal dan harus dicari penyebabnya.

    Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai

    gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik 220

    mmHg, diastolik 120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) 130 mmHg (pada 2

    kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal

    jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan

    obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid, penyekat reseptor alfa-beta, penyekat

    ACE, atau antagonis kalsium.

    Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik 90 mm Hg, diastolik 70 mmHg, diberiNaCl 0,9% 250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8

    jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik

    masih < 90mmHg, dapat diberi dopamin 2-20g/kg/menit sampai tekanan darah sistolik

    110 mmHg.

    Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100

    mg per hari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin). Jika

    kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.

    Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25

    sampai 1g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umummemburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus

    dilakukan pemantauan osmolalitas (

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    53/67

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    54/67

    54

    Kematian dan deteriosasi neurologis minggu pertama stroke iskemia oleh adanya

    oedem otak. Udem otak timbul dalam beberapa jam setelah stroke iskemik dan mencapai

    puncaknya 24-96 jam. Udema otak mula-mula cytofosic, karena terjadi gangguan pada

    metabolisme seluler kemudian terdapat oedema vasogenik karena rusaknya sawar darah otak

    setempat. Untuk menurunkan oedema otak,dilakukan sebagai berikut:a. Naikan posisi kepala dan badan bagian atas setinggi 20-30

    b.Hindarkan pemberian cairan intravena yang berisi glukosa atau cairan hipotonik.

    c. Pemberian osmoterapi yaitu:

    1.Bolus marital 1gr/kg BB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,25 gr/kg

    BB setiap 6 jam sampai maksimal 48jam. Target osmolaritas 300-320 mmol/liter.

    2.Gliserol 50% oral 0,25-1 gr/kg BB setiap 4 atau 6 jam atau geiseral 10% intravena 10ml/kg

    BB dalam 3-4 jam (untuk oedema cerebri ringan,sedang)

    3.Furosemide 1 mg/kg BB intravena

    d.

    Intubasi dan hiperventilasi terkontrol dengan oksigen hiperbarik sampai PCO2= 29-35 mmHge. Tindakan bedah dikompresif perlu dikerjakan apabila terdapat supra tentoral dengan

    pergeseran linea mediarea atau cerebral infark disertai efek rasa.

    f. Steroid dianggap kurang menguntungkan untuk terapi udara cerebral oleh karena disamping

    menyebabkan hiperglikema juga naiknya resiko infeksi

    Pengobatan Umum

    Untuk pengobatan umum ini dipakai patokan 5 B yaitu:

    1. Breathing

    Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan fungsi paru-paru baik. Pengobatan dengan oksigenhanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.

    2. Brain

    Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat

    dari keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan

    funduskopi, dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat

    diberikan Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.

    3. Blood

    Tekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan

    hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambahiskemik lagi.

    Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus

    glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang akan

    mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.

    4. Bowel

    Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat

    pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila perlu diberikan nasogastric tube (NGT).

    5. Bladder

    Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urin. Pemasangankateter jika terjadi inkontinensia.

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    55/67

    55

    Perawatan suportif

    Pelihara oksigenasi jaringan secara adekuat; membutuhkan bantuan saluran napas dan

    ventilasi. Cek aspirasi pneumonia yang mungkin terjadi.

    Tekanan darah; pada kebanyakan kasus, tekanan darah tidak boleh diturunkan secara cepat.

    Jika terlalu tinggi, menurunkan tekanan darah secara berhati-hati, karena status neurologisdapat bertambah buruk ketika tekanan darah diturunkan.

    Status volume darah; koreksi hipovolemia dan elektrolit-elektrolit tetap pada batas normal.

    Demam; harus dicari sumber dari demam dan diturunkan dengan anti piretik yang sesuai.

    Hypoglycemia/dan atau hyperglycemia; harus dijaga dengan kontrol yang ketat.Hiperglikemia dapat bertambah buruk pada cedera iskemik.

    Profilaksis DVT; stroke dengan pasien yang mempunyai risiko tinggi untuk DVT. Pentinguntuk menggunakan heparin subcutan 5,000 IU q. 8 atau 12 jam atau subkutan enoksaparin

    30 mg q. 12 jam pada ambulasi awal.

    a. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik

    Singkirkan kemungkinan koagulopati. Pastikan hasil masa protrombin dan masatromboplastin parsial adalah normal. Jika masa protrombin memanjang, berikan plasma beku

    segar (FFP) 4-8 unit intravena setiap 4 jam dan vitamin K 15 mg intravena bolus, kemudian 3

    kali sehari 15 mg subkutan sampai masa protrombin normal. Koreksi antikoagulasi heparin

    dengan protamin sulfat 10-50 mg bolus lambat (1 mg mengoreksi 100 unit heparin).

    Kendalikan HT. Tekanan yang tinggi bisa menyebabkan perburukan perihematom. Tekanan

    darah sisitolik >180mmHg dengan labetalol (20 mg intravena dalam 2 menit ulangi 40-80

    mg intravena dalam interval 10 menit sampai tekanan yang diinginkan kemudian infus 2mg/menit dan dirasi atau penghambat ACE 12,5 mg-25 mg, 2-3 kali sehari atau antagonis

    kalsium (nifedipin oral 4x 10 mg).

    Pertimbangkan bedah saraf apabila perdarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm atau

    volum lebih dari 50 ml. Pemasangan ventrikulo-peritoneal bila ada hidroefalus obstruktif akut

    atau kliping aneurisma.

    Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma/malformasi arteriovenosa.

    Berikan manitol 20% (1 mg/kg BB intravena dalan 20-30 menit). Steroid tidak terbuktiefektif pada perdarahan intraserebral.

    Pertimbangkan fenitoin (10-20 mg/kg BB intravena atau peroral). Pada umumnya antikonvulsan diberikan bila terdapat kejang.

    Pertimbangkan terapi hipervolemik dan nimodipin untuk mencegah vasospasme.

    Untuk mengatasi perdarahan intracerebral : obati penyebabnya, turunkan TIK, beri

    neuroprotektor, tindakan bedah dengan pertimbangan GCS >4 dilakukan pada pasien dengan

    perdarahan serebelum > 3cm, hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum,

    perdarahan lobar diatas 60 cc dengan tanda peningkatan TIK akut dan encaman herniasi.

    Pada TIK yang meninggi :

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    56/67

    56

    o Manitol bolus, 1 gr/kgBB dalam 20-30 menit lanjutkan dengan 0,25-0,5g/kgBB tiap 6 jam

    smpai maksimal 48 jam.

    o Gliserol 50% oral, 0,25-1 gr/kgBB setiap 4-6 jam atau gliserol 10% intravena 10 ml/kgBB

    dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan-sedang).

    o

    Furosemid 1mg/ kg BB intravena.o Intubasi dan hiperventilasi terkontrol sampai pCO229-35 mmHg

    o Penggunaan steroid masih kontroversial.

    o Kraniotomi dekompresif.

    Perdarahan subaraknoid

    o Nimodipin digunakan untuk mencegah vasospasme.

    o Tindakan operasi dapat dilakukan pada perdarahan subaraknoid stadium I dan II akibat

    pecahnya aneurisma sakular berry dan adanya komplikasi hidrosefalus obstruktif.

    b. Penatalaksanaan Stroke Non-Hemoragik

    Tujuan terapi:

    1. Pencegahan stroke melalui reduksi faktor risiko.

    2. Pencegahan sejak awal atau pada stroke yang rekuren dengan memodifikasi proses patologik

    mendasar.

    3. Mereduksi kerusakan otak sekunder dengan pemeliharaan perfusi yang adekuat pada daerah

    yang secara garis besar mengalami iskemik dengan mengurangi dan atau menurunkan edema.

    Penanganan dari Serangan Iskemia Akut

    1. Mengeleminasi atau mengontrol faktor-faktor risiko.

    2. Memberi edukasi pada pasien mengenai pengurangan faktor risiko dan tanda serta gejala-

    gejala dari TIA dan stroke ringan.

    3. Intervensi-Bedah

    Endarterektomi karotis ( Cea)

    Pengeluaran plak ateromatosa dengan cara bedah.

    Pasien yang direservasi untuk pengeluaran bekuan atau lesi berulserasi yang mengoklusi >

    70% dari aliran darah pada arteri karotis. Dapat menurunkan risiko dari strok > 60% selama tahun keduanya setelah dioperasi dan

    wajib mengikuti mengikuti prosedur.

    Endarterektomi vertebra umumnya tidak lagi digunakan.

    a. Angioplasti balon

    Menempatkan suatu balon kecil yang dideflasikan pada pembuluh darah yang yang

    mengalami stenose Balon kemudian dipompakan menekan plak ateromatosa ke arah

    dinding. Mempunyai risiko melepasnya emboli kecil yang dapat berpindah ke retina atau

    otak.b. Penempatan Sten

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    57/67

    57

    Prosedur eksperimental; > 50-60% mengalami kekambuhan. Menempatkan suatu coil baja

    tahan-karat kedalam pembuluh darah yang kemudian difiksasi pada salah satu dinding dari

    arteri; saat ini coil ditambahkan dengan obat-obatan slow-release.

    4. Agen-agen antiplatelet

    Aspirin

    Mekanisme kerja: a) Menghambat agregasi platelet. b) Menurunkan atau mengurangi

    pelepasan substansi vasoaktif dari platelet. c) Menginaktivasi secara irreversibel

    siklooksigenase-platelet; dan efeknya cukup berlangsung selama hidup dari platelet; 5-7 hari

    Efikasi :a. ASA telah menunjukkan pengurangan yang bermakna secara klinis (22-24%) pada risiko

    stroke dan kematian, pada uji-uji klinis acak pasien-pasien yang telah mengalami suatu TIA

    sebelumnya atau strok sebagai pencegahan sekunder.

    b. Dosis berkisar dari 50 -1500 mg perhari.

    Pada uji klinis terakhir; evaluasi dosis rendah (30-325 mg perhari); hasilnya mengindikasikan

    bahwa dosis rendah mungkin lebih bermanfaat dengan berkurangnya efek-efek tidak

    diinginkan dari asam salisilat pada lambung.

    Pada beberapa studi menyatakan; bahwa ASA lebih efektif pada laki-laki dibanding sejumlah

    kecil perempuan pada studi lain. Peran pada pencegahan primer belum jelas.

    Dipiridamol (Persantine)

    Mekanisme kerja: a) Inhibitor lemah dari agregasi platelet. b) Sebagai inhibit fosfodiesterase

    platelet.

    Efikasi:a) Pada uji klinis belum mempunyai bukti yang kuat dalam penggunaan dipiridamol

    pada iskemia otak. b) Tidak ada efek aditif yang ditemukan bersama dengan aspirin.

    Sulfinpirazon (Anturane)

    Mekanisme kerja: Innhibisi reversibel dari siklooksigenase.Efikasi: Uji klinis belum mempunyai dukungan rekomendasi penggunaan.

    Tiklopidin (Ticlid)

    Mekanisme Kerja: a) Inhibisi agregasi platelet dan menginduksi ADP. b) Inhibisi agregasi

    platelet yang diinduksi oleh kolagen, PAF, epinefrin dan thrombin. c) Waktu perdarahan

    diperpanjang. d) Berefek minimal pada siklooksigenase.

    Efikasi:

  • 8/10/2019 Ske 2 blok neuro

    58/67

    58

    a. Telah menunjukkan dapat mereduksi insidens stroke, kira-kira 22% pada pasien-pasien yang

    telah mengalami TIAs sebelumnya atau stroke.

    b. Lebih efektif dibanding aspirin dengan kurangnya efek gastrointestinal.

    c. Tidak ada perbedaan gender yang memperlihatkan tiklopidin bereaksi sama; seperti halnya

    dengan ASA.d. Dosis 500 mg perhari dibagi menjadi dua dosis (250 mg peroral-bid)