Sinusitis

25
Identitas Pasien Nama : Tn. R B Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 17 tahun Alamat : Cikalong Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMA Agama : Islam Tanggal berobat : 07/ 06/ 2010 Anamnesis Keluhan Utama: Nyeri kepala sejak 3 hari SMRS. Keluhan Tambahan : Keluar cairan dari hidung berwarna kekuningan dan berbau. Sakit di daerah pipi. Demam menggigil. Telinga kanan berbunyi. Riwayat Penyakit Sekarang Seorang pelajar laki-laki berusia 17 tahun datang ke RS Islam Pondok Kopi dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari sebelum datang ke RS. Nyeri kepala dirasakan oleh pasien saat bangun pada pagi hari, terasa nyut-nyutan. Riwayat trauma (+), perdarahan dari hidung saat jatuh

Transcript of Sinusitis

Page 1: Sinusitis

Identitas Pasien

Nama : Tn. R B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 17 tahun

Alamat : Cikalong

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Tanggal berobat : 07/ 06/ 2010

Anamnesis

Keluhan Utama:

Nyeri kepala sejak 3 hari SMRS.

Keluhan Tambahan :

Keluar cairan dari hidung berwarna kekuningan dan berbau.

Sakit di daerah pipi.

Demam menggigil.

Telinga kanan berbunyi.

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pelajar laki-laki berusia 17 tahun datang ke RS Islam Pondok Kopi

dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari sebelum datang ke RS. Nyeri kepala

dirasakan oleh pasien saat bangun pada pagi hari, terasa nyut-nyutan. Riwayat trauma

(+), perdarahan dari hidung saat jatuh sewaktu bermain bola 2 bulan yang lalu, hasil

rontgen kepala menunjukkan tulang hidung patah. Setelah jatuh pasien tidak pernah

mengeluhkan nyeri kepala. Pasien juga mengeluhkan keluar cairan dari hidung sejak 2

minggu sebelum datang ke RS. Awalnya cairan berwarna jernih tapi 2 hari terakhir

cairan berubah menjadi berwarna kekuningan dan berbau, darah (-). Rasa sakit juga

dirasakan di daerah pipi pasien. Pasien juga mengeluhkan demam menggigil sejak 2

hari sebelum datang ke RS. Demam terus menerus tapi tidak terlalu tinggi. Nyeri

kerongkongan (-), batuk (-), Pasien sudah minum obat warung (Neozep) tapi

Page 2: Sinusitis

dirasakan tidak ada perbaikan. Pagi ini setelah bangun tidur, telinga sebelah kanan

pasien berbunyi, sakit (-), sekret (-), darah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

Sakit gigi (-).

Bersin-bersin di pagi hari (-).

Gatal-gatal setelah memakan seafood, obat, dsb (-).

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada yang menderita keluhan seperti pasien.

DM (-)

Riwayat Kebiasaan

Merokok (-).

Berkendara sepeda motor (-).

Status Generalis

Keadaan umum : Sakit ringan

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital

- Tekanan darah : 110 / 80 mmHg

- Nadi : 84 x / menit, kuat, reguler.

- Pernapasan : 20 x / menit

- Suhu : 37,8 °C

Kepala : normocephal

Mata : sklera ikterik (-/-)

Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), pucat (-)

Thorax : simetris, retraksi (-/-), massa (-/-), scar (-/-)

Abdomen : cembung (-), cekung (-), massa (-), scar (–)

Ekstremitas : udem (-/-)

Kulit : skar (-)

Page 3: Sinusitis

Pemeriksaan Fisik THT

Telinga

Telinga kanan Telinga kiri

Heliks sign (-)

Tragus sign (-)

aurikula Heliks sign (-)

Tragus sign (-)

Lapang

Tidak hiperemis

Udem (-)

Serumen (-)

CAE Lapang

Tidak hiperemis

Udem (-)

Serumen (-)

Intak

Hiperemis (-)

Refleks Cahaya(+)

Membran

tympani

Intak

Hiperemis (-)

Refleks

Cahaya(+)

(-) Rinne (-)

Tidak ada lateralisasi Weber Tidak ada

lateralisasi

Sama dgn pemeriksa Swabach Sama dgn

pemeriksa

Kesimpulan pemeriksaan garpu tala :

Fungsi pendengaran pasien normal.

Hidung

Kavum nasi : kanan sempit, kiri lapang

Mukosa : edema (+/+), hiperemis (+/+), sekret (+/+)

kekuningan dan berbau (+), darah (-)

Konkha : hipertrofi (+/+)

Septum : deviasi (+) ke kanan

Page 4: Sinusitis

Nasofaring : hiperemis (-), massa (-)

Sinus Paranasal : - inspeksi : pembengkakan pada wajah (–)

- palpasi : nyeri tekan pada kedua pipi (++/+)

nyeri tekan pada bagian atas orbita (-/-)

Transiluminasi : tidak dilakukan

Faring

Arkus faring : simetris

Mukosa : edema (-)

Dinding faring : hiperemis (-)

Tonsil : T1-T1, kripta (-/-), detritus (-/-)

Uvula : di tengah

Laring : tidak dilakukan

Leher

Trakea : di tengah

Kel Tiroid : pembesaran (-)

KGB : pembesaran (-/-)

Resume

Seorang pelajar laki-laki berusia 17 tahun datang ke RS Islam Pondok Kopi

dengan keluhan nyeri kepala sejak 3 hari sebelum datang ke RS. Nyeri kepala dirasakan

oleh pasien saat bangun pada pagi hari, terasa nyut-nyutan. Riwayat trauma (+),

perdarahan dari hidung saat jatuh sewaktu bermain bola 2 bulan yang lalu, hasil rontgen

kepala menunjukkan tulang hidung patah. Setelah jatuh pasien tidak pernah

mengeluhkan nyeri kepala. Pasien juga mengeluhkan keluar cairan dari hidung sejak 2

minggu sebelum datang ke RS. Awalnya cairan berwarna jernih tapi 2 hari terakhir

cairan berubah menjadi berwarna kekuningan dan berbau, darah (-). Rasa sakit juga

dirasakan di daerah pipi pasien. Pasien juga mengeluhkan demam menggigil sejak 2

hari sebelum datang ke RS. Demam terus menerus tapi tidak terlalu tinggi. Nyeri

kerongkongan (-), batuk (-), Pasien sudah minum obat warung (Neozep) tapi dirasakan

tidak ada perbaikan. Pagi ini setelah bangun tidur, telinga sebelah kanan pasien

berbunyi, sakit (-), sekret (-), darah (-). Riwayat penyakit dahulu seperti sakit gigi,

bersin – bersin di pagi hari, dan gatal – gatal setelah memakan seafood atau obat

Page 5: Sinusitis

disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit keluarga yang sama seperti pasien tidak ada.

Riwayat kebiasaan seperti merokok dan berkendaraan sepeda motor juga disangkal oleh

pasien. Hasil pemeriksaan, keadaan umum yaitu sakit ringan, kesadaran pasien yaitu

composmentis, dengan tanda – tanda vital yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84

kali per menit dengan kualitas nadi yaitu kuat dan reguler, pernapasan 20 kali per

menit, suhu yaitu 37,8oC. Pada pemeriksaan sekitar kepala dan muka didapatkan hasil

yaitu kepala normochepal, kedua sklera mata tidak ikterik, bibir tidak kering, sianosis

dan pucat. Pada pemeriksaan di bagian thorax yaitu pergerakan kedua bagian dada

simetris. Pada pemeriksaan di bagian abdomen yaitu dalam batas normal, tidak

cembung, tidak cekung, tidak terdapat massa. Ekstremitas tidak udem. Pada kulit tidak

terdapat scar. Pada pemeriksaan telinga yaitu pada kedua aurikula didapatkan Heliks

sign dan Tragus sign negatif. Pada kedua liang telinga didapatkan hasil yaitu lapang,

tidak hiperemis, tidak udem, dan tidak terdapat serumen. Pada kedua membran tympani

yaitu intak, tidak hiperemis, dan refleks cahaya positif. Tes rinne negatif pada kedua

telinga. Pada tes weber hasilnya yaitu tidak ada lateralisasi. Pada pemeriksaan Swabach

hasilnya yaitu dalam batas normal, sama dengan pemeriksa. Pada pemeriksaan hidung,

cavum nasi bagian kanan kanan sempit, sedangkan bagian kiri lapang. Mukosa pada

kedua lubang hidung udem, hiperemis, dan terdapat sekret yang berwarna kekuningan

dan berbau, tidak terdapat darah. Konkha pada kedua lubang hidung yaitu hipertrofi.

Terdapat deviasi septum ke arah kanan. Pada nasofaring tidak hiperemis dan tidak

terdapat massa. Pada pemeriksaan sinus paranasal, pada inspeksi tidak terdapat

pembengkakan pada wajah, namun saat palpasi terdapat nyeri tekan pada kedua pipi

terutama pada pipi bagian kanan, dan tidak terdapat nyeri tekan pada bagian atas orbita.

Pada pemeriksaan bagian faring didapatkan arkus faring simetris, mukosa tidak udem,

dinding faring tidak hiperemis, pada tonsil tidak terdapat kripta dan detritus, T1-T1,

sedangkan uvula di tengah. Pada pemeriksaan di bagian leher didapatkan hasil trakea di

tengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak terdapat pembesaran

kelenjar getah bening.

Usulan Pemeriksaan Penunjang

Foto sinus paranasal 3 posisi (AP, Lateral,waters).

Page 6: Sinusitis

CT scan kepala (jika dengan foto SPN tidak didapatkan hasil yang menunjang).

Diagnosis Kerja :

Suspek Sinusitis maxilaris duplek

Dengan predisposisi septum deviasi dan dengan komplikasi tinnitus.

Penatalaksanaan :

Umum : Makan 4 sehat 5 sempurna

Istirahat yang cukup

Tidak merokok

Khusus : Amoxicillin clavulanat 2 dd 1

Dexamethasone 0,5 mg 2 dd 1

Ceftirizin 1 dd 1

Ambroxol 2 dd 1

Page 7: Sinusitis

SINUSITIS

Pendahuluan

Sinusitis merupakan penyakit yang telah dikenal luas oleh orang awam dan

merupakan penyakit yang sering dikeluhkan. Keberhasilan terapi pada sinusitis

tergantung dari berbagai faktor. Hal ini memerlukan manajemen penatalaksanaaan

yang teliti,agar penyakit ini tidak berlanjut menimbulkan komplikasi. Anamnesis

yang teliti, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan penunjang yang memadai, pengetahuan

tentang mikrobiologi sinus dan pengenalan terhadap faktor predisposisi merupakan

hal yang penting.

Anatomi

Sinus paranasalis berkembang sebagai suatu rongga berisi udara di sekitar

rongga hidung yang dibatasi oleh tulang wajah dan kranial. Terdapat 8 sinus

paranasalis yaitu 4 disebelah kanan dan 4 disebelah kiri, yaitu sinus frontalis, sinus

etmoidalis anterior dan posterior, sinus maksilaris serta sinus spheinodalis.

A.Sinus Maksila

Merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume

6-8 ml, hingga mencapai maksimal 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk

segitiga. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infudibulum ethmoid.

Page 8: Sinusitis

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah :

1. Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,

yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring

dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus

sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.

2. Sinusitis maksila dapat menyebabkan komplikasi orbita.

3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase

kurang baik, lagi pula drainase juga harus melalui infidibulum yang sempit.

Infidibulum adalah bagian dari sinus ethmoid anterior dan pembengkakan akibat

radang atau alergi dapat menghalangi drainase sinus maksila, selanjutnya menyebabkan

sinusitis.

B. Sinus Frontal

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari yang

lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Sinus frontal biasanya

bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum

atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus.

Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa

serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.

C. Sinus Ethmoid

Dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-

sinus lainnya. Berdasarkan letaknya, sinus ethmoid dibagi menjadi sinus ethmoid

anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus ethmoid posterior yang bermuara

di meatus superior.

Di bagian terdepan sinus ethmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut

resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel ethmoid yang terbesar

disebut bula ethmoid. Di daerah ethmoid anterior ada sebuah penyempitan yang

disebut infidibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau

peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan

di infidibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.

Page 9: Sinusitis

D. Sinus Sphenoid

Sinus sphenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersphenoid.

Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fossa serebri media dan kelenjar

hipofisis, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus

kavernosus dan arteri karotis interna dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan

fossa serebri posterior di daerah pons.

Fisiologi

Sinus paranasalis merupakan rongga berisi udara yang dilapisi mukosa

epithelium pseudostratified bersilia diselingi sel-sel goblet. Silia tersebut menyapu

cairan mukus ke arah ostia. Penyumbatan ostia sinus akan mengakibatkan

penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenase sinus dan tekanan udara

sinus. Penurunan oksigenase sinus akan menyuburkan pertumbuhan bakteri anaerob.

Tekanan pada rongga sinus yang menurun akan menimbulkan rasa nyeri di daerah

sinus terutama sinus frontal dan sinus maksilaris.

Fungsi sinus paranasal :

a. Menghasilkan dan membuang mukus

b. Mengatur tekanan intranasal

c. Resonansi suara

d. Memanaskan dan melembabkan udara inspirasi

e. Bertindak sebagai shock absorben kepala untuk melindungi organ-organ yang

sensori.

f. Membantu pertumbuhan dan bentuk muka

g. Mempertahankan keseimbangan kepala.

Definisi

Sinusitis adalah suatu inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasalis.

Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis

ethmoid, sinusistis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus

disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut

pansinusitis.Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila dan ethmoid.

Page 10: Sinusitis

Klasifikasi sinusitis dibuat berdasarkan :

1. Gejala kliniknya ( akut, subakut, kronik )

2. Lokasi anatomi yang terkena.

3. Organisme yang bertanggung jawab ( virus, bakteri, jamur )

4. Ekstra sinus yang terkena

5. Faktor yang memperberat/penyebab spesifik, misal : atopi, imunosupresi, atau

obstruksi osteomeatal.

Menurut Spector dan Benstein (1998) klasifikasi sinusitis adalah :

1. Sinusitis Akut : Gejala berlangsung selama 3-4 minggu, gejala yang ditimbulkan

meliputi infeksi saluran pernafasan atas yang menetap, adanya rhinorea yang

purulen, post nasal drip, anosmia, sumbatan hidung, nyeri fasial, sakit kepala,

demam dan batuk.

2. Sinusistis Kronik : Gejala timbul lebih dari 4 minggu. Beberapa penderita tidak

memberikan gejala yang khas sehingga umumnya ditemukan kelainan CT atau

MRI.

3. Sinusitis Rekuren : Bila episode sinusitis akut berulang hingga 3-4 kali dalam satu

tahun dan kemungkinan disebabkan oleh infeksi yang berbeda pada setiap

episodenya.

Etiologi

Agen etiologi sinusitis dapat berupa virus, bakteri atau jamur. Sinusitis virus

biasanya terjadi selama infeksi saluran napas atas.

Menurut beberapa penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis

akut adalah Streptococcus pneumonia (30-50%), Hemophylus influenzae (20-40%)

dan Moraxella catarrhalis (4%). Selain itu juga ditemukan dalam frekuensi yang

makin menurun antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus viridans, Neisseria

flavus, Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli. Pada anak, M.Catarrhalis

lebih banyak ditemukan (20%).

Pada sinusitis kronik, faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya

bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri negatif gram dan anaerob seperti

Peptostreptococcus, Corynebacterium, Bacteriodes dan Veillonella.

Page 11: Sinusitis

Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terbentuknya sinusitis adalah obstruksi mekanik, seperti

deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di

dalam rongga hidung. Selain itu rhinitis kronis serta rhinitis alergi juga menyebabkan

obstruksi ostium sinus serta menghasilkan lendir yang banyak, yang merupakan

media untuk tumbuhnya bakteri. Faktor predisposisi yang lain adalah lingkungan

berpolusi, udara dingin serta kering yang dapat mengakibatkan perubahan pada

mukosa serta kerusakan silia.

A. Lokal maupun regional

Kegagalan transpor mukosilier karena udara yang dingin atau

kering, serta beberapa obat-obatan.

Infeksi gigi terutama bagian apikal, merupakan penyakit regional

yang paling sering menyebabkan sinusitis yang supuratif.

Adanya gangguan di hidung atau trauma wajah ( mid – face )

Kelainan septum yang berat, akan menyebabkan obstruksi

mekanik.

Khoanal atresia akan menyebabkan drainase hidung terganggu.

Edema karena infeksi traktus respiratorius bagian atas yang akan

menyebabkan obstruksi ostium sinus dan menyebabkan bakteri

masuk ke sinus sehingga menghasilkan sinusitis yang supuratif

Barotrauma atau perubahan tekanan akibat perjalanan di udara,

berenang atau menyelam, dapat menyebabkan edema ostium sinus.

Juga saat berenang, bakteri dapat masuk melalui air ke hidung dan

sinus.

Polip hidung, benda asing maupun tampon hidung dapat

menyebabkan gangguan ventilasi sinus.

Tumor hidung.

Sindroma imotil atau diskinesia silia.

B. Sistemik

Malnutrisi, terapi steroid jangka panjang, diabetes melitus yang

tidak terkontrol, diskrasia darah, kemoterapi, dan faktor lain yang

menyebabkan penurunan status metabolik.

Infeksi nosokomial dan adanya defisiensi imun yang berat.

Patofisiologi

Page 12: Sinusitis

Sinus paranasalis yang merupakan bagian dari saluran pernapasan bagian atas,

langsung berhubungan dengan nasopharynx. Sinus-sinus ini normalnya steril dari

mikroba. Karena pada nasopharynx banyak terdapat flora normal, sehingga bila

terjadi obstruksi dapat menyebabkan infeksi bakteri pada sinus.

Penyakit-penyakit yang mengobstruksi drainase dapat menyebabkan

berkurangnya kemampuan sinus paranasalis untuk berfungsi normal. Ostia sinus akan

tersumbat, dan menyebabkan kongesti mukosa. Sistem transport mukosiliaris menjadi

rusak, sehingga terjadi stagnasi dari sekresi dan kerusakan epitel, yang diikuti dengan

menurunnya tekanan oksigen dan pertumbuhan bakteri yang cepat.

Jadi, patofisiologi dari sinusitis berhubungan dengan tiga faktor yaitu patensi

dari ostia sinus, fungsi silia, kualitas dari sekresi nasal. Berikut tabel yang

memperlihatkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan patologi sinusitis :

Ostial patency Cilliary funstion MucusEdema:

Allergens

Infection

(viral/bacterial)

Polyps:

Atopy

Cystic fibrosis

Chronic infection

Structural factors:

Septal deviation

Hallers cell

Concha bulosa

Nasal packs

Nasal tube

Decreased cilliary beat

frequency

Cilliotoxins ( viral / bacterial )

Cold air

Loss of metachronous

coordination

Scarring

Synecchia

Loss of cilliated cell

Airway irritant/pollutant

Increased intranasal airflow

Inflammatory mediators

Viral / bacterial - mediated cell

death

surgical

Changes in quantityAllergens

Airway irritant / pollutant

Goblet cell metaplasia

Changes in quality

Abnormal water -electrolyte

transport

Dehydration

Cystic fibrosis

Pada deviasi septum akan menyebabkan cavum nasi menjadi sempit sehingga

dapat menutup lubang atau ostium dari sinus paranasal sehingga drainase sekret pada

sinus akan terhambat. Dengan terhambatnya drainase sekret pada sinus, hal itu akan

Page 13: Sinusitis

menyebabkan terbentuknya suatu lingkungan yang ideal pada sinus sebagai tempat

bakteri untuk berkembang biak yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya

sinusitis.

Secara singkat, patofisiologinya adalah sebagai berikut :

deviasi septum

cavum nasi sempit

menutup lubang atau ostium dari sinus paranasal

drainase sekret sinus terhambat

bakteri berkembang biak (causa etiologi)

sinusitis

Manifestasi Klinik

Gejala khas dari kelainan pada sinus adalah sakit kepala yang dirasakan ketika

penderita bangun pada pagi hari. Sinusitis akut dan kronis memiliki gejala yang sama,

yaitu nyeri tekan dan pembengkakan pada sinus yang terkena, namun dapat pula

terbagi gejalanya menjadi :

1. Sinusitis akut : nyeri yang berhubungan dengan lokasi sinus yang terkena, nasal

obstruksi, nasal discharge dapat berupa mukopurulen berwarna kuning kehijauan,

gejala sistemik seperti panas, malaise, lethargi.

2. Sinusitis kronik : nasal discharge yang mukopurulen, nasal obstruksi yang jelas,

nyeri dan gejala sistemik jarang ada.

Pembagian berdasarkan sinus yang terkena:

Page 14: Sinusitis

Sinusitis maksilaris menyebabkan nyeri pipi tepat di bawah mata, nyeri bisa

merambat ke dahi dan bahkan ke gigi. Nyeri dapat bertambah hebat bila

penderita mengejan atau membungkuk.

Sinusitis frontalis menyebabkan nyeri di sekitar alis mata, makin siang makin

sakit kemudian menurun, nyeri juga bisa menyebar di seluruh kepala.

Sinusitis etmoidalis menyebabkan nyeri di belakang dan diantara mata serta

sakit kepala di dahi. Peradangan sinus etmoidalis juga bisa menyebabkan nyeri

bila pinggiran hidung di tekan, berkurangnya indera penciuman, dan hidung

tersumbat.

Sinusitis sfenoidalis, ciri khasnya adalah sakit kepala di ubun-ubun, atau

kadang bisa menyebabkan sakit telinga dan sakit leher.

Gejala lainnya adalah: tidak enak badan, demam, letih, lesu, batuk, yang

mungkin semakin memburuk pada malam hari dan hidung meler atau hidung

tersumbat.

Sinusitis sphenoid dan ethmoid, dapat menyebabkan gejala nyeri di verteks,

occipital atau parietal, juga nyeri di nasal atau retrobulbar serta dapat menjalar ke

leher dan bahu. Infeksi dapat menyebar ke sinus lain karena ostium dari semua sinus

terletak dalam daerah sempit meatus media pada kompleks osteomeatal. Proses

inflamasi yang melibatkan semua sinus disebut pansinusitis.

Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan :

a. Edema mukosa dan eritem.

b. Tampak mukopurulen discharge.

c. Nyeri palpasi di lokasi sinus yang terkena seperti di pipi atau muka.

d. Periorbital edema.

e. Pada anak-anak, adakah nafas berbau.

f. Nasofaring : obstruksi adenoid, tumor, khoanal atresia, post nasal

discharge.

g. Telinga, hidung dan tenggorokan : otitis media atau otitis media serosa

h. Gigi : karies

Page 15: Sinusitis

Pemeriksaan Penunjang

- Transiluminasi, untuk sinus maksilaris dan frontalis. Bila pada

pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin

berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat

neoplasma di dalam antrum.

- Nasal endoskopi dapat melihat sinus dan mencari faktor predisposisi lokal.

- Sinoskopi dengan kultur, biposi ataupun lavage dapat dilihat melalui

anterior maxila puncture.

- Radiologi, posisi yang rutin dipakai adalah posisi Waters (untuk melihat

adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan ethmoid), P-A (untuk

menilai sinus frontal), dan posisi lateral (untuk menilai sinus frontal,

sfenoid, dan ethmoid). Tampak penebalan mukosa dan air fluid level

Penatalaksanaan

1. Terapi medikamentosa:

a. Antibiotika minimal 10 hari, biasanya dapat sampai 3 minggu atau lebih.

b. Dekongestan topikal dan sistemik, untuk oksigenase dan drainase pus

sinus dengan cara mengurangi edema mukosa.

c. Antihistamin, tidak dianjurkan pada pasien tanpa predisposisi alergi.

d. Analgesik

e. Humidifikasi, dapat berupa uap hangat atau dingin.

f. Mukolitik atau ekspektoran, untuk sekresi yang banyak.

g. Irigasi nasal dengan saline seperti prosedur proetz.

h. Terapi pembedahan

Untuk drainase sinus. Irigasi sinus terutama untuk sinus maksilaris, dilakukan

bila tampak mukopurulen pada pasien imunosupresi, sinusitis akut yang tidak sembuh

dengan terapi antibiotika.

Diagnosis Banding

1. Headache, Cluster

2. Headache, Migrain

3. Headache, Tension

Page 16: Sinusitis

4. Otitis Media

Komplikasi

Komplikasi akut

Orbital :

- Preseptal selulitis

- Orbital selulitis tanpa abses

- Orbital selulitis dengan sub atau ekstraperiosteal abses

- Orbital selulitis dengan intraperiosteal abses

- Trombosis sinus kavernosus

Intrakranial :

- Abses ekstradural, subdural, intraserebral

- Meningitis

- Ensefalitis

- Trombosis sinus kavernosus atau sinus sagitalis

Tulang :

- Osteitis / osteomielitis (Pott’s Puffy Tumour)

Komplikasi Kronik

Mococele/pyocele

Prognosis

Sinusitis biasanya memberikan prognosis yang baik bila sudah diberikan pengobatan

yang adekuat.

Page 17: Sinusitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi E., Iskandar N. Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke lima.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004.

2. Adams G., Boies L., Higler P. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Penerbit

Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 1997.

3. Lee, K. Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery. Edisi ke delapan.

McGrawl-Hill. 2003.

4. Becker, W., Naumann, H., Pfaltz, C. Ear, Nose, and Throat Disease. Edisi ke dua.

Thieme. New York:1994.

5. Newlands, Shawn D. Bailey, Biron J. et al.. Textbook of Head and Neck Surgery-

Otolaryngology. 3rd edition. Volume 1. Lippincot: Williams & Wilkins. Philadelphia.

273-9. 2000.