Sinusitis

15
ANATOMI HIDUNG Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah: pangkal hidung (bridge) dorsum nasi puncak hidung ala nasi kolumela dan lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkanlubang hidung.Kerangka tulang terdiri dari: tulang hidung (os nasalis) prosesus frontalis os maksila dan prosesus nasalis os frontal Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yangterletak di bagian bawah hidung, yaitu: sepasang kartilago nasalis lateralis superior, sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor) beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum. Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka : konka inferior - konka media- konka superior - konka suprema (rudimenter). Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus.Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior, medius dan superior

description

THT

Transcript of Sinusitis

Page 1: Sinusitis

ANATOMI HIDUNG

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:

pangkal hidung (bridge)

dorsum nasi

puncak hidung

ala nasi

kolumela dan lubang hidung (nares anterior).

Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan

ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkanlubang

hidung.Kerangka tulang terdiri dari:

tulang hidung (os nasalis)

prosesus frontalis os maksila dan

prosesus nasalis os frontal

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yangterletak di

bagian bawah hidung, yaitu:

sepasang kartilago nasalis lateralis superior,

sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)

beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.

Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka : konka inferior - konka media- konka superior -

konka suprema (rudimenter). Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat

rongga sempit yang disebut meatus.Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu

meatus inferior, medius dan superior

Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding

lateralrongga hidung. Terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis

Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga

hidung.Terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.

Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka

mediaterdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.

ANATOMI SINUS PARANASAL

Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Semua sinus ini

dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua

bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus medius yang

merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu

celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan

Page 2: Sinusitis

ethmoid anterior. Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV

dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto anak-anak

belum adasinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus Meatus superior yang

merupakan ruang di antara konka superior dan konkamedia terdapat muara sinus etmoid

posterior dan sinus sfenoid.

Pembagian sinus paranasalis :

1. Sinus Maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinusmaksila

bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya

mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk

segitiga. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medialsinus dan

bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.

2. Sinus Frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus.

Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4cm, dan dalamnya 2 cm.

Sinus frontal biasanya bersekat – sekat dan tepi sinus berlekuk – lekuk. Sinus frontal

dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbitadan fossa serebri anterior, sehingga

infeksi dari sinus frontal mudah menjalar kedaerah ini. Sinus frontal berdrainase

melalui ostiumnya yang terletak di resessus frontal.

3. Sinus Etmoid

Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior.

Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4 cm, dan lebarnya 0,5 cm di

bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior. Sinus etmoid berongga – rongga.

Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang

bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara dimeatus

superior.

4. Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus

sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.Ukurannya adalah 2

cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5 –

7,5 ml.

Fungsi Sinus Paranasal

Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antaralain :

Page 3: Sinusitis

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning) Sinus berfungsi sebagai ruang

tambahan untuk mamanaskan danmengatur kelembaban udara inspirasi. Volume

pertukaran udara dalam ventilasisinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap

kali bernafas, sehinggadibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam

sinus

2. Sebagai panahan suhu (thermal insulators) Sinus paranasal berfungsi sebagai (buffer)

panas, melindungi orbita danfossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-

ubah.c.Membantu keseimbangan kepalaSinus membantu keseimbangan kepala karena

mengurangi berat tulangmuka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan

tulang, hanya akanmemberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,

sehingga teori initidak dianggap bermakana.

3. Membantu resonansi udara Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi

udara danmempengaruhi kualitas udara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi

sinus danostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonansi yang

efektif.e.Sebagai peredam perubahan tekanan udaraFungsi ini akan berjalan bila ada

perubahan tekanan yang besar danmendadak, misalnya pada waktu bersin dan

beringus.f.Membantu produksi mukusMukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal

memang jumlahnya kecildibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun

efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara

DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus,

bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yangada

(maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung

selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggutetapi dapat

berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus

disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.

Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan

sinusitis ethmoidalis. Secara klinis sinusitis dibagia atas :

1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.

2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan.

3. Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.

Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis

Page 4: Sinusitis

1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang

menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis

akut (influenza), polip, dan septum deviasi

2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan

sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri

penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza,

Steptococcusviridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis

ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam

rhinitisterutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan

anatomiseperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks osteo-meatal,

infeksi tonsil,infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma

Kartegener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.Pada anak, hipertrofi adenoid

merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk

menghilangkan sumbatan dan menyembuhkanrhinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat

didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral.Faktor lain yang juga berpengaruh adalah

lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering,serta kebiasaan merokok. Keadaan ini

lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.

PATOFISIOLOGI

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens

mukosiliar di dalam kompleks osteo-meatal. Mukus juga mengandung substansi

antimikrobialdan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap

kuman yang masuk bersama dengan udara pernapasan.Organ-organ yang membentuk

kompleks osteo-meatal letaknya berdekatan dan bilaterjadi edema, mukosa yang berhadapan

akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya

terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-

mula serous. Kondisi ini bisa dianggap rhinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh

dalam beberapa hari tanpa pengobatan .Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul

dalam sinus merupakan media yang baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret

menjadi purulen. Keadaan ini disebut dengan rhinosinusitis akut bakterial dan memerlukan

terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi),

inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin

membengkak dan inimerupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan

Page 5: Sinusitis

mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada

keadaan ini mungkindiperlukan tindakan operasi.

Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret

sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret,

tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk

pertumbuhan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur

pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Pada dasarnya patofisiologi dari

sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada

silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa.

Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar

menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza A dan B, para

influenza,respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang

mengalami ISPA akan memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus

paranasal. Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus

sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus , dan

berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi, polyps, tumor,

trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga menyebabkan menurunya

patensi sinus ostia. Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan

neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan

mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus

menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri

patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi

cairan pada sinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri,

environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa, parut,

primary cilliarydyskinesia (Kartagener syndrome). Adanya bakteri dan lapisan mukosilia

yang abnormal meningkatkan kemungkinanterjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.

Konsumsi oksigen oleh bakteri akanmenyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan

memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan

jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis

kronis dapat disebabkan olehfungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga

drainase sekret terganggu,dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.Antrum maksila

mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas.

Page 6: Sinusitis

Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasaldari gigi dan

fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali

dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses

inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum

unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. Bila hal ini

terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah jenis gram negatif

yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri

gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus.

Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaranradiologi

yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada

sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggudrainase

terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lainseperti

deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertamaberhubungan

dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubunganlangsung

dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigike sinus

dapat terjadi.

MANIFESTASI KLINIS

Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan

padamuka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat

disertaigejala sistemik seperti demam dan lesu.Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah

sinus yang terkena merupakan ciri khassinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa

di tempat lain (referred pain). Nyeri pipimenandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di

belakang orbita menandakan sinusitisethmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan

sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid,nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang orbita,

dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksilakadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan

telinga.Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post nasal drip

yangmenyebabkan batuk dan sesak napas pada anak.Keluhan sinusitis kronik tidak khas

sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2gejala-gejala di bawah ini yaitu

sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguantenggorok, gangguan telinga

akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke paruseperti bronkhitis (sino-

bronkhitis), bronkhiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit

diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.

Page 7: Sinusitis

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rhinoskopi anterior, dan posterior, pemeriksaan naso-

endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah

adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan ethmoid anterior dan frontal) atau di

meatussuperior (pada sinusitis ethmoidalis posterior dan sfenoid). Pada rinosinusitis akut,

mukosaedema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan pada

kantus medius.Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT-Scan. Foto

polos posisiWaters, PA, lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar

seperti sinusmaksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, air-fluid level, atau

penebalanmukosa.CT-Scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu

menilai secaraanatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara

keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang

diagnosis sinusitiskronis yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai

panduan operator saatmelakukan operasi sinus.Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang

sakit akan menjadi suram atau gelap.Pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan karena sangat

terbatas kegunaannya.Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan

mengambil sekret darimeatus medius/superior, untuk mendapatkan antibiotik yang tepat

guna. Lebih baik lagi biladiambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila.Sinuskopi

dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melaluimeatus inferior,

dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya,selanjutnya dapat

dilakukan irigasi sinus untuk terapi.

DIAGNOSA BANDING

Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif dan

spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika,rinitis

vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongestinasal.

Rhinorrhea cairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera

kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasmaatau

benda asing nasal.Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalahdiagnosis

alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah. Pasien dengan demammemerlukan

perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atauinfeksi

sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial

Page 8: Sinusitis

TERAPI

Tujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi,

danmencegah perubahan menjadi kronis. Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di

kompleksosteo-meatal sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.

Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk

menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium

sinus.Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan

kumantelah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-

klavulanatatau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-

14 hariwalaupun gejala klinik sudah menghilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik

yang sesuaiuntuk kuman gram negatif dan anaerob.Selain dekongestan oral dan topikal,

terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, sepertianalgetik, mukolitik, steroid oral/topikal,

pencucian rongga hidung dengan NaCl atau diatermi.Antihistamin tidak rutin diberikan

karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan sekret jadilebih kental. Bila ada alergi

berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinusmaksila atau Proetz

displacement juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat.Imunoterapi dapat

dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.

Tindakan operasi

Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis

kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah

sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih

ringandan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah

terapiadekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif,

adanyakomplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

KOMPLIKASI

Komplikasi sinusitis yang berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitiskronis

dengan eksarsebasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.Kelainan orbita,

disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata, yaitusinus ethmoid, kemudian

frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitisdan perikontinuitatum.

Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses periosteal, abses

orbita, dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus.Kelainan intrakranial dapat

berupa meningitis, abses ekstradural/subdural, abses otak dantrombosis sinus kavernosus.

Page 9: Sinusitis

Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa: Osteomielitis dan abses

periosteal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-

anak.Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada

pipi.Kelainan paru seperti bronkhitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus

paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sino-bronkhitis. Selain itu, dapat

jugamenyebabkan kambuhnya asma bronkhial yang sukar dihilangkan sebelum

sinusitisnyadisembuhkan.

PENCEGAHAN

Tidak ada cara yang pasti untuk menghindari baik sinusitis yang akut ataukronis. Tetapi di

sini ada beberapa hal yang dapat membantu:· Menghindari kelembaban sinus - gunakan

saline sprays atau seringdiirigasi.· Hindari lingkungan indoor yang sangat kering.· Hindari

terpapar yang dapat menyebabkan iritasi, seperti asap rokok atauaroma bahan kimia yang

keras.

Prognosis dan Komplikasi

Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh

secara spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa

mengalami relaps setelah pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu

kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini bisa terjadi akibat tidak ada

pengobatan yang adekuat yang nantinya akan dapat menyebabkan

sinusitis kronik, meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra sinus

lainnya. [1,2]

Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan

pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk

komplikasinya bisa berupa orbital cellulitis, cavernous sinus thrombosis,

intracranial extension (brain abscess, meningitis) dan mucocele formation. [1,2,3]