Sinusitis
-
Upload
ayuniza-harmayati -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Sinusitis
ANATOMI HIDUNG
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah:
pangkal hidung (bridge)
dorsum nasi
puncak hidung
ala nasi
kolumela dan lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan
ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkanlubang
hidung.Kerangka tulang terdiri dari:
tulang hidung (os nasalis)
prosesus frontalis os maksila dan
prosesus nasalis os frontal
Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yangterletak di
bagian bawah hidung, yaitu:
sepasang kartilago nasalis lateralis superior,
sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago alar mayor)
beberapa pasang kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka : konka inferior - konka media- konka superior -
konka suprema (rudimenter). Di antara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat
rongga sempit yang disebut meatus.Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu
meatus inferior, medius dan superior
Meatus inferior terletak di antara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding
lateralrongga hidung. Terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis
Meatus medius terletak di antara konka media dan dinding lateral rongga
hidung.Terdapat muara sinus frontal, sinus maksila dan sinus etmoid anterior.
Meatus superior yang merupakan ruang di antara konka superior dan konka
mediaterdapat muara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.
ANATOMI SINUS PARANASAL
Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Semua sinus ini
dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua
bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus medius yang
merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu
celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan
ethmoid anterior. Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV
dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto anak-anak
belum adasinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus Meatus superior yang
merupakan ruang di antara konka superior dan konkamedia terdapat muara sinus etmoid
posterior dan sinus sfenoid.
Pembagian sinus paranasalis :
1. Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinusmaksila
bervolume 6 – 8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya
mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk
segitiga. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medialsinus dan
bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.
2. Sinus Frontal
Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus.
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4cm, dan dalamnya 2 cm.
Sinus frontal biasanya bersekat – sekat dan tepi sinus berlekuk – lekuk. Sinus frontal
dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbitadan fossa serebri anterior, sehingga
infeksi dari sinus frontal mudah menjalar kedaerah ini. Sinus frontal berdrainase
melalui ostiumnya yang terletak di resessus frontal.
3. Sinus Etmoid
Pada orang dewasa sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior.
Ukurannya dari anterior ke posterior 4,5 cm, tinggi 2,4 cm, dan lebarnya 0,5 cm di
bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior. Sinus etmoid berongga – rongga.
Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang
bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara dimeatus
superior.
4. Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus
sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid.Ukurannya adalah 2
cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5 –
7,5 ml.
Fungsi Sinus Paranasal
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antaralain :
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning) Sinus berfungsi sebagai ruang
tambahan untuk mamanaskan danmengatur kelembaban udara inspirasi. Volume
pertukaran udara dalam ventilasisinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap
kali bernafas, sehinggadibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam
sinus
2. Sebagai panahan suhu (thermal insulators) Sinus paranasal berfungsi sebagai (buffer)
panas, melindungi orbita danfossa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-
ubah.c.Membantu keseimbangan kepalaSinus membantu keseimbangan kepala karena
mengurangi berat tulangmuka. Akan tetapi, bila udara dalam sinus diganti dengan
tulang, hanya akanmemberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,
sehingga teori initidak dianggap bermakana.
3. Membantu resonansi udara Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi
udara danmempengaruhi kualitas udara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi
sinus danostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonansi yang
efektif.e.Sebagai peredam perubahan tekanan udaraFungsi ini akan berjalan bila ada
perubahan tekanan yang besar danmendadak, misalnya pada waktu bersin dan
beringus.f.Membantu produksi mukusMukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal
memang jumlahnya kecildibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun
efektif untuk membersihkan partikel yang turut masuk dalam udara
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus,
bakteri maupun jamur. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yangada
(maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis). Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung
selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung selama 3-8 minggutetapi dapat
berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun). Bila mengenai beberapa sinus
disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.
Dari semua jenis sinusitis, yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksilaris dan
sinusitis ethmoidalis. Secara klinis sinusitis dibagia atas :
1. Sinusitis akut, bila infeksi beberapa hari sampai beberapa minggu.
2. Sinusitis subakut, bila infeksi beberapa minggu hingga beberapa bulan.
3. Sinusitis Kronis, bila infeksi beberapa bulah hingga beberapa tahun.
Sedangkan berdasarkan penyebabnya sinusitis
1. Rhinogenik (penyebab kelainan atau masalah di hidung), Segala sesuatu yang
menyebabkan sumbatan pada hidung dapat menyebabkan sinusitis. Contohnya rinitis
akut (influenza), polip, dan septum deviasi
2. Dentogenik/Odontogenik (penyebabnya kelainan gigi), yang sering menyebabkan
sinusitis infeksi adalah pada gigi geraham atas (pre molar dan molar). Bakteri
penyebabnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenza,
Steptococcusviridans, Staphylococcus aureus, Branchamella catarhatis
ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI
Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam
rhinitisterutama rhinitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan
anatomiseperti deviasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks osteo-meatal,
infeksi tonsil,infeksi gigi, kelainan imunologik, diskinesia silia seperti pada sindroma
Kartegener, dan di luar negeri adalah penyakit fibrosis kistik.Pada anak, hipertrofi adenoid
merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk
menghilangkan sumbatan dan menyembuhkanrhinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat
didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral.Faktor lain yang juga berpengaruh adalah
lingkungan yang berpolusi, udara dingin dan kering,serta kebiasaan merokok. Keadaan ini
lama-lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia.
PATOFISIOLOGI
Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens
mukosiliar di dalam kompleks osteo-meatal. Mukus juga mengandung substansi
antimikrobialdan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
kuman yang masuk bersama dengan udara pernapasan.Organ-organ yang membentuk
kompleks osteo-meatal letaknya berdekatan dan bilaterjadi edema, mukosa yang berhadapan
akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya
terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-
mula serous. Kondisi ini bisa dianggap rhinosinusitis non-bakterial dan biasanya sembuh
dalam beberapa hari tanpa pengobatan .Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul
dalam sinus merupakan media yang baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret
menjadi purulen. Keadaan ini disebut dengan rhinosinusitis akut bakterial dan memerlukan
terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada faktor predisposisi),
inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin
membengkak dan inimerupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan
mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada
keadaan ini mungkindiperlukan tindakan operasi.
Dalam keadaan fisiologis, sinus adalah steril. Sinusitis dapat terjadi bila klirens silier sekret
sinus berkurang atau ostia sinus menjadi tersumbat, yang menyebabkan retensi sekret,
tekanan sinus negatif, dan berkurangnya tekanan parsial oksigen. Lingkungan ini cocok untuk
pertumbuhan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur
pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. Pada dasarnya patofisiologi dari
sinusitis dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu obstruksi drainase sinus (sinus ostia), kerusakan pada
silia, dan kuantitas dan kualitas mukosa.
Sebagian besar episode sinusitis disebabkan oleh infeksi virus. Virus tersebut sebagian besar
menginfeksi saluran pernapasan atas seperti rhinovirus, influenza A dan B, para
influenza,respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus. Sekitar 90 % pasien yang
mengalami ISPA akan memberikan bukti gambaran radiologis yang melibatkan sinus
paranasal. Infeksi virus akan menyebabkan terjadinya oedem pada dinding hidung dan sinus
sehingga menyebabkan terjadinya penyempitan atau obstruksi pada ostium sinus , dan
berpengaruh pada mekanisme drainase dalam sinus. Selain itu inflamasi, polyps, tumor,
trauma, scar, anatomic varian, dan nasal instrumentation juga menyebabkan menurunya
patensi sinus ostia. Virus yang menginfeksi tersebut dapat memproduksi enzim dan
neuraminidase yang mengendurkan mukosa sinus dan mempercepat difusi virus pada lapisan
mukosilia. Hal ini menyebabkan silia menjadi kurang aktif dan sekret yang diproduksi sinus
menjadi lebih kental, yang merupakan media yang sangat baik untuk berkembangnya bakteri
patogen. Silia yang kurang aktif fungsinya tersebut terganggu oleh terjadinya akumulasi
cairan pada sinus. Terganggunya fungsi silia tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti kehilangan lapisan epitel bersilia, udara dingin, aliran udara yang cepat, virus, bakteri,
environmental ciliotoxins, mediator inflamasi, kontak antara dua permukaan mukosa, parut,
primary cilliarydyskinesia (Kartagener syndrome). Adanya bakteri dan lapisan mukosilia
yang abnormal meningkatkan kemungkinanterjadinya reinfeksi atau reinokulasi dari virus.
Konsumsi oksigen oleh bakteri akanmenyebabkan keadaan hipoksia di dalam sinus dan akan
memberikan media yang menguntungkan untuk berkembangnya bakteri anaerob. Penurunan
jumlah oksigen juga akan mempengaruhi pergerakan silia dan aktivitas leukosit. Sinusitis
kronis dapat disebabkan olehfungsi lapisan mukosilia yang tidak adekuat, obstruksi sehingga
drainase sekret terganggu,dan terdapatnya beberapa bakteri patogen.Antrum maksila
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan akar gigi pre molar dan molar atas.
Hubungan ini dapat menimbulkan problem klinis seperti infeksi yang berasaldari gigi dan
fistula oroantral dapat naik ke atas dan menimbulkan infeksi sinus. Sinusitis maksila diawali
dengan sumbatan ostium sinus akibat proses inflamasi pada mukosa rongga hidung. Proses
inflamasi ini akan menyebabkan gangguan aerasi dan drainase sinus. Keterlibatan antrum
unilateral seringkali merupakan indikasi dari keterlibatan gigi sebagai penyebab. Bila hal ini
terjadi maka organisme yang bertanggung jawab kemungkinan adalah jenis gram negatif
yang merupakan organisme yang lebih banyak didapatkan pada infeksi gigi daripada bakteri
gram positif yang merupakan bakteri khas pada sinus.
Penyakit gigi seperti abses apikal, atau periodontal dapat menimbulkan gambaranradiologi
yang didominasi oleh bakteri gram negatif, karenanya menimbulkan bau busuk. Pada
sinusitis yang dentogennya terkumpul kental akan memperberat atau mengganggudrainase
terlebih bila meatus medius tertutup oleh oedem atau pus atau kelainan anatomi lainseperti
deviasi, dan hipertropi konka. Akar gigi premolar kedua dan molar pertamaberhubungan
dekat dengan lantai dari sinus maksila dan pada sebagian individu berhubunganlangsung
dengan mukosa sinus maksila. Sehingga penyebaran bakteri langsung dari akar gigike sinus
dapat terjadi.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan
padamuka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat
disertaigejala sistemik seperti demam dan lesu.Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah
sinus yang terkena merupakan ciri khassinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa
di tempat lain (referred pain). Nyeri pipimenandakan sinusitis maksila, nyeri di antara atau di
belakang orbita menandakan sinusitisethmoid, nyeri di dahi atau seluruh kepala menandakan
sinusitis frontal. Pada sinusitis sfenoid,nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang orbita,
dan daerah mastoid. Pada sinusitis maksilakadang-kadang ada nyeri alih ke gigi dan
telinga.Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia/anosmia, halitosis, post nasal drip
yangmenyebabkan batuk dan sesak napas pada anak.Keluhan sinusitis kronik tidak khas
sehingga sulit didiagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2gejala-gejala di bawah ini yaitu
sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguantenggorok, gangguan telinga
akibat sumbatan kronik muara tuba eustachius, gangguan ke paruseperti bronkhitis (sino-
bronkhitis), bronkhiektasis dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat dan sulit
diobati. Pada anak, mukopus yang tertelan dapat menyebabkan gastroenteritis.
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rhinoskopi anterior, dan posterior, pemeriksaan naso-
endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. Tanda khas ialah
adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila dan ethmoid anterior dan frontal) atau di
meatussuperior (pada sinusitis ethmoidalis posterior dan sfenoid). Pada rinosinusitis akut,
mukosaedema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan kemerahan pada
kantus medius.Pemeriksaan pembantu yang penting adalah foto polos atau CT-Scan. Foto
polos posisiWaters, PA, lateral, umumnya hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar
seperti sinusmaksila dan frontal. Kelainan akan terlihat perselubungan, air-fluid level, atau
penebalanmukosa.CT-Scan sinus merupakan gold standard diagnosis sinusitis karena mampu
menilai secaraanatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus secara
keseluruhan dan perluasannya. Namun karena mahal hanya dikerjakan sebagai penunjang
diagnosis sinusitiskronis yang tidak membaik dengan pengobatan atau pra-operasi sebagai
panduan operator saatmelakukan operasi sinus.Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang
sakit akan menjadi suram atau gelap.Pemeriksaan ini sudah jarang dilakukan karena sangat
terbatas kegunaannya.Pemeriksaan mikrobiologik dan tes resistensi dilakukan dengan
mengambil sekret darimeatus medius/superior, untuk mendapatkan antibiotik yang tepat
guna. Lebih baik lagi biladiambil sekret yang keluar dari pungsi sinus maksila.Sinuskopi
dilakukan dengan pungsi menembus dinding medial sinus maksila melaluimeatus inferior,
dengan alat endoskop bisa dilihat kondisi sinus maksila yang sebenarnya,selanjutnya dapat
dilakukan irigasi sinus untuk terapi.
DIAGNOSA BANDING
Diagnosos banding sinusitis adalah luas, karena tanda dan gejala sinusitis tidak sensitif dan
spesifik. Infeksi saluran nafas atas, polip nasal, penyalahgunaan kokain, rinitis alergika,rinitis
vasomotor, dan rinitis medikamentosa dapat datang dengan gejala pilek dan kongestinasal.
Rhinorrhea cairan serebrospinal harus dipertimbangkan pada pasien dengan riwayat cedera
kepala. Pilek persisten unilateral dengan epistaksis dapat mengarah kepada neoplasmaatau
benda asing nasal.Tension headache, cluster headache, migren, dan sakit gigi adalahdiagnosis
alternatif pada pasien dengan sefalgia atau nyeri wajah. Pasien dengan demammemerlukan
perhatian khusus, karena demam dapat merupakan manifestasi sinusitis saja atauinfeksi
sistem saraf pusat yang berat, seperti meningitis atau abses intrakranial
TERAPI
Tujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah komplikasi,
danmencegah perubahan menjadi kronis. Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di
kompleksosteo-meatal sehingga drainase dan ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
Antibiotik dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial, untuk
menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium
sinus.Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika diperkirakan
kumantelah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin-
klavulanatatau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-
14 hariwalaupun gejala klinik sudah menghilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik
yang sesuaiuntuk kuman gram negatif dan anaerob.Selain dekongestan oral dan topikal,
terapi lain dapat diberikan jika diperlukan, sepertianalgetik, mukolitik, steroid oral/topikal,
pencucian rongga hidung dengan NaCl atau diatermi.Antihistamin tidak rutin diberikan
karena sifat antikolinergiknya dapat menyebabkan sekret jadilebih kental. Bila ada alergi
berat sebaiknya diberikan antihistamin generasi ke-2. Irigasi sinusmaksila atau Proetz
displacement juga merupakan terapi tambahan yang dapat bermanfaat.Imunoterapi dapat
dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat.
Tindakan operasi
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis
kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah
sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih
ringandan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah
terapiadekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif,
adanyakomplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.
KOMPLIKASI
Komplikasi sinusitis yang berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitiskronis
dengan eksarsebasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial.Kelainan orbita,
disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata, yaitusinus ethmoid, kemudian
frontal dan maksila. Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitisdan perikontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses periosteal, abses
orbita, dan selanjutnya dapat terjadi trombosis sinus kavernosus.Kelainan intrakranial dapat
berupa meningitis, abses ekstradural/subdural, abses otak dantrombosis sinus kavernosus.
Komplikasi juga dapat terjadi pada sinusitis kronis, berupa: Osteomielitis dan abses
periosteal. Paling sering timbul akibat sinusitis frontal dan biasanya ditemukan pada anak-
anak.Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula oroantral atau fistula pada
pipi.Kelainan paru seperti bronkhitis kronik dan bronkiektasis. Adanya kelainan sinus
paranasal disertai dengan kelainan paru ini disebut sino-bronkhitis. Selain itu, dapat
jugamenyebabkan kambuhnya asma bronkhial yang sukar dihilangkan sebelum
sinusitisnyadisembuhkan.
PENCEGAHAN
Tidak ada cara yang pasti untuk menghindari baik sinusitis yang akut ataukronis. Tetapi di
sini ada beberapa hal yang dapat membantu:· Menghindari kelembaban sinus - gunakan
saline sprays atau seringdiirigasi.· Hindari lingkungan indoor yang sangat kering.· Hindari
terpapar yang dapat menyebabkan iritasi, seperti asap rokok atauaroma bahan kimia yang
keras.
Prognosis dan Komplikasi
Prognosis untuk penderita sinusitis akut yaitu sekitar 40 % akan sembuh
secara spontan tanpa pemberian antibiotik. Terkadang juga penderita bisa
mengalami relaps setelah pengobatan namun jumlahnya sedikit yaitu
kurang dari 5 %. Komplikasi dari penyakit ini bisa terjadi akibat tidak ada
pengobatan yang adekuat yang nantinya akan dapat menyebabkan
sinusitis kronik, meningitis, brain abscess, atau komplikasi extra sinus
lainnya. [1,2]
Sedangkan prognosis untuk sinusitis kronik yaitu jika dilakukan
pengobatan yang dini maka akan mendapatkan hasil yang baik. Untuk
komplikasinya bisa berupa orbital cellulitis, cavernous sinus thrombosis,
intracranial extension (brain abscess, meningitis) dan mucocele formation. [1,2,3]