Sepsis e.c DT Anemia
-
Upload
ayuniza-harmayati -
Category
Documents
-
view
282 -
download
8
description
Transcript of Sepsis e.c DT Anemia
LAPORAN KASUSSEPSIS E.C DEMAM TYPHIOD DENGAN ANEMIA SUSP DEFISIENSI FEDEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD KOJA
AYUNIZA HARMAYATI 030.08.051
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara allo-anamnesis kepada ibu pasien pada tanggal 9 September 2013 pukul 14.00 WIB di Bangsal Anak lantai 4 Team B Kamar 407
ANAMNESISIDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : An. PA Jenis kelamin : Perempuan Umur : 4 tahun 8 bulan Agama : Islam Suku bangsa : Jawa Tempat / tanggal lahir: Jakarta, 23
Desember 2008 Alamat : Jl. Mawar A no 12 Tugu utara
Koja
ANAMNESISIDENTITAS ORANG TUA PASIEN
IbuNama : Ny. IUsia : 35 tahunAlamat : Jl. Mawar A no 12 Tugu utara Pekerjaan : IRT
Ayah Nama : Tn. MS Usia : 40
tahun Alamat : Jl.
Mawar A no 12 Tugu utara Koja
Pekerjaan : WiraswastaHubungan dengan orang tua : pasien merupakan
anak kandung.
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
• Demam sejak 1 minggu SMRS
KELUHAN TAMBAHA
N
• Diare sejak 3 hari SMRS • Tubuh terasa lemas
ANAMNESISRiwayat Penyakit Sekarang
1 minggu SMRS
Demam naik turun.
Demam lebih tinggi saat sore & malam hari
Saat tidur suka mengigau
Perawatan hari ke 3 (hari ke 10 demam)
KU lemah dan pasien tidur terus
Demam tinggi. Pernafasan dan denyut nadi cepat.
Batuk.
ANAMNESISRiwayat Penyakit Sekarang
Perawatan hari ke 5 (demam H+12) Demam naik turun. Demam pada malam hari dan pagi tidak
demamLemas, pusing terutama bila duduk. Pasien tidak kuat untuk
berdiriBelum BAB sejak 2 hari.
ANAMNESISRiwayat Penyakit Dahulu
Kesimpulan: Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit dahulu yang berkaitan dengan penyakit yang dialami pasien sekarang
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi - Difteria - Jantung -
Cacingan - Diare - Ginjal -
Demam
Berdarah- Kejang - Darah -
Demam
Thypoid-
Kecelakaa
n-
Radang
paru-
Otitis - Morbili -Tuberkulos
is-
Parotitis - Operasi -Batuk,
pilek+
ANAMNESISRiwayat Penyakit Keluarga
Di keluarga pasien tidak pernah ada yang mengalami hal seperti ini sebelumnya.
Ibu pasien memiliki riwayat darah tinggi
ANAMNESISRiwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN
Morbiditas
kehamilanTidak ada
Perawatan
antenatal
Kontrol di bidan sebulan
sekali
KELAHIRAN Penolong persalinan Bidan
Cara persalinan Spontan
Masa gestasi Cukup bulan (37 minggu)
Keadaan bayi
Berat badan lahir : 3.100 gramPanjang badan lahir : 50 cmLangsung menangis (+)Kulit kemerahan (+)Nilai Apgar : tidak diketahui orang tuaKelainan bawaan : tidak ada
Kesimpulan: Riwayat kehamilan dan persalinan normal.
ANAMNESISRiwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan gigi I: Umur 6 bulan (Normal: 5-9 bulan) Gangguan perkembangan mental : Tidak ada Psikomotor
Tengkurap : Umur 5 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk: Umur 7 bulan (Normal: 6-9 bulan) Berdiri : Umur 10 bulan (Normal: 9-12
bulan) Berjalan : Umur 11 bulan (Normal: 13
bulan) Bicara: Umur 14 bulan (Normal: 9-12 bulan) Baca dan Tulis : Pasien mulai mencoret-coret sejak
usia 15 bulan Perkembangan pubertas
Rambut pubis : (-) Rambut ketiak: (-)
Gangguan perkembangan mental-emosional : (-)
Kesan : Riwayat perkembangan baik
ANAMNESISRiwayat Makanan
Umur
(bulan)ASI/PASI
Buah /
Biskuit
Bubur
SusuNasi Tim
0 – 2 ASI
2 – 4 ASI -
4 – 6 ASI - - -
6 – 8 ASI - + -
10 – 12 ASI - + -
ANAMNESISRiwayat Makanan
Umur di atas 1 tahunJenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/Pengganti 2x/hari, 1/2 porsi
Sayur 2-3x/minggu
Daging 1x/minggu
Telur 1 butir/hari
Ikan 1x/minggu
Tahu 1 potong, setiap hari
Tempe 1 potong, setiap hari
Susu (merk/takaran) Susu formula (SGM )Kesan : Riwayat makanan kurang baik
ANAMNESISRiwayat Imunisasi
Kesan: Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap
Imunisasi Umur waktu pemberian
Bulan Tahun
0 1 2 3 4 6 9 15 18 2 6 12
Hepatitis B I II III
BCG I
DPT I II III IV
Polio I II III IV IV
Campak I
MMR I
Tifoid -
Varicela I
ANAMNESISRiwayat Keluarga
Ayah Ibu
Nama Tn. MS Ny. I
Perkawinan ke- Satu Satu
Umur saat menikah 40 Tahun 35 tahun
Pendidikan terakhir SMA SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Keadaan kesehatan Baik Baik
Pasien adalah anak kedua, jarak dari anak pertama ke kedua yaitu 5 tahun. Ibu pasien tidak pernah mengalami keguguran atau lahir mati
ANAMNESISRiwayat Perumahan dan Sanitasi
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu di sebuah rumah tinggal milik sendiri dengan 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok.
Keadaan rumah sempit, pencahayaan cukup, ventilasi cukup.
Sumber air bersih dari air PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap harinya diangkut oleh petugas kebersihan.
Kedua orang tua pasien tidak merokok. Kesan : Kesehatan lingkungan tempat tinggal pasien
cukup baik
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 9 September 2013, pukul 15.30 wib.
Pasien dalam perawatan hari ke 9.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum :T ampak sakit sedangKesadaran : Compos mentisData Antropometri
Berat Badan : 11 kg Tinggi Badan : 92 cm
Status GiziBerat Badan= 11 kg, Tinggi Badan= 92 cm,
Usia= 4 tahun 8 bulanBerdasarkan CDC
BB/U = 11/18 x 100 % = 61,1 % TB/U = 92/106 x 100% = 86,6 %, BB/TB = 11/13 x 100% = 84,6 % Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa: Status gizi pasien berdasarkan CDC: Gizi kurang
PEMERIKSAAN FISIKTD : -
Nadi : 112 x/menit, reguler, isi cukup
Suhu: 36,7°C
TANDA VITAL
PEMERIKSAAN FISIK
• Normosefali, ubun ubun sudah menutup, datar• rambut warna hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabutKepala•Pupil bulat isokor•refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+, •konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-Mata• Bentuk normal, septum deviasi (-), • nafas cuping hidung -/-, sekret +/+ (sekret
berwarna bening)Hidung• Membran timpani intak, sekret -/-Telinga• Bibir merah muda, tidak kering, sianosis (-),
trismus (-) , halitosis (-) • Lidah : Normoglossia, basah, tepi hiperemis,
tremor (-)Mulut
PEMERIKSAAN FISIK
•Caries (+)•Uvula letak di tengah
Uvula dan Gigi Geligi
•T1/T1, tidak hiperemis, detritus (-),kripta (-)Tonsil•Faring tidak hiperemisTenggorokan
•KGB tidak teraba membesar, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, trakea letak normalLeher
PEMERIKSAAN FISIKThoraks
Inspeksi• Bentuk dada normal, simetris, • gerak pernapasan simetris, irama teratur, tipe
abdomino-thorakal• retraksi sela iga(-)
Palpasi• Gerak napas simetris• vocal fremitus simetris
Perkusi• Sonor di semua lapang paru
Auskultasi• Suara napas vesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-• S I normal-S II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIKAbdomen
Inspeksi•Bentuk datar
Auskultasi•Bising usus (+) normal.
Palpasi•Supel, nyeri tekan (-), turgor kulit baik,teraba hepar 1 cm di bawah arcus costae
Perkusi•Timpani di semua kuadran abdomen
Pemeriksaan Fisik
•Rambut Pubis (-)Genitalia•Prolaps ani (-)• lecet di daerah anus (-)Anus•Akral hangat, spastisitas (-), sianosis (-), parese (-), paralisis (-), CRT < 2 detikEkstremitas
•Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor normal, tidak ada efloresensi yang bermaknaKulit
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Parameter (01/09/13) (03/09/13) (09/09/13) Nilai Normal
Hematologi
Hb 8,7 6,7 6 10.5 - 13.0 g/dL
Ht 29 22 22 33 - 38 %
Leukosit 3.700 1.300 4.200(6.0 -
17.0).103/uL
Trombosit 201.000 137.000 152.000(250 -
600).103/uL
Eritrosit 3,92 juta/ul 4.1 - 4.9. 106/uL
MCV 56 80 - 100 fL
MCH 17 26 - 34 pg
MCHC 30 31 - 36 g/dL
RDW 17,11 11.6 - 14.8
LED 3 < 15
PEMERIKSAAN LABORATORIUMParameter (01/09/13) (03/09/13) (09/09/13) Nilai Normal
Hitung Jenis :
Basofil 2 0 - 2
Eosinofil 0 0 - 5
Batang 0 2 - 6
Segmen 37 47 - 80
Limfosit 53 13 - 40
Monosit 8 2 - 11
Immunoserologi Protein Spesifik
CRP Kuantitatif
22 7 < 5 mg/L
Kimia Fungsi Hati
Ferritin 118673 13 – 300 mg/dl
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAANHASIL
PEMERIKSAAN(3-9-2013)
HASIL PEMERIKSAAN
(6-9-2013)NILAI NORMAL
FAECES/ Tinja Rutin
Warna Kuning Kuning
Konsistensi Lunak Lembek
Pus Negatif Negatif
Mikroskopis
Lekosit 0-2 1-3
Eritrosit 0-1 0-1
Epitel + +1
Amilum Negatif Negatif
Serat Tumbuhan Negatif Negatif
Amoeba Negatif Negatif
Telur Cacing Negatif Negatif
Lain-Lain Negatif Negatif
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN( 2-9-2013) NILAI NORMAL
URINALISA
Warna Kuning Jernih
Berat jenis 1005 1003 - 1030
pH 7,5 4,6 – 8,5
Albumin Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton +1 Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Darah Samar Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilinogen 0-2 0,1 – 1,0
SEDIMEN
Leukosit 1-2 < 10
Eritrosit 0-1 < 1
Silinder Negatif Negatif
Epitel +1
Bakteri Negatif
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL PEMERIKSAAN
( 2-9-2013)NILAI NORMAL
URINALISA
KRISTAL
Ca Oksalat Negatif
Karbonat Negatif
Fosfat Negatif
Asam Urat Negatif
Amorf Negatif
Sel ragi Negatif Negatif
JENIS PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN
WIDAL
S.Typhi O 1/320
S.Paratyphi A O 1/160
S.Paratyphi B O 1/80
S.Paratyphi C O Negatif
PEMERIKSAAN RADIOLOGISFoto Thoraks AP
Dilakukan pemeriksaan foto thoraks AP pada tanggal 05 September 2013
Hasil Pemeriksaan: Cor : tidak membesar Pulmo : Corakan vaskuler normal
Tidak tampak infiltrat.hilus tidak membesar
Diafragma dan sinus normal Kesan:
Cor dan pulmo dalam batas normal
PEMERIKSAAN MORFOLOGI DARAH TEPI
Eritrosit : Mikrositik hipokrom, sel pinsil (+), fragmentosit
Leukosit : Leukopenia dan Morfologi dalam batas normal
Trombosit : Trombositopenia dan Morfologi dalam batas normal
Resume : Eritrosit mikrositik hipokrom, sel pinsil (+), fragmentosit
Leukopenia dan Trombositopenia Kesan: Anemia mikrositik hipokrom susp. Anemia def.
FeLeukopenia dengan trombositopenia
DD : Inf. Virus Anemia hipoplastik
Saran: Retikulosit, SI-TIBC, Ferritin, Analisa FesesIgG IgM dengueMonitoring hematologi
Resume
Seorang anak perempuan usia 4 tahun 8 bulan datang dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam naik turun. Demam lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi hari. Saat tidur pasien juga suka mengigau. Pasien diare sejak 3 hari SMRS. BAB cair dengan frekuensi 4 – 5 kali perhari tidak di sertai lendir dan darah. BAB warna kuning kecoklatan. Pasien merasa badannya lemas, pusing, sering tidur, mual dan nafsu makan berkurang.
Pasien sudah berobat ke puskesmas namun demam hanya turun bila diberi obat penurun panas.
Pada perawatan hari ke 3 (hari ke 10 demam) keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran somnolen dan disertai demam tinggi. Pernafasan dan denyut nadi pasien cepat. Pada saat ini pasien mengeluhkan adanya batuk.
Pada perawatan hari ke 5 (demam hari ke 12), pasien masih demam naik turun tapi tidak terlalu tinggi. Demam terjadi pada malam hari dan pagi tidak demam. Pasien merasa tubuhnya lemas, pusing terutama bila duduk. Pasien tidak kuat untuk berdiri. Namun saat ini, pasien belum buang air besar sejak 2 hari.
Resume
Pada perawatan hari ke 8 ( hari ke 15 setelah demam) pasien merasa sangat lemas namun sudah tidak ada demam, saat tidur pasien sudah tidak mengigau dan sudah tidak batuk. Pasien mengeluh kembung dan belum BAB sejak 5 hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemas dan konjungtiva anemis.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan nilai Hb, Ht, Leukosit, trombosit, eritrosit Pansitopenia
Selain itu terdapat penurunan nilai MCV, MCH, MCHC, dan peningkatan nilai RDW, CRP kuantitatif dan Ferritin serum.
Pada pemeriksaan widal positif pada S. Typhi O, S.Paratyphi A dan S.Paratyphi B.
Pada pemeriksaan morfologi darah tepi didapatkan kesan Anemia mikrositik hipokrom susp. Anemia def. Fe, leukopenia dengan trombositopenia DD : infeksi virus dan anemia hipoplastik.
DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
•Post Sepsis e.c Demam Tifoid•Anemia susp Def. Fe
Diagnosis Banding
•Post Sepsis e.c Dengue fever•Anemia susp akibat penyakit kronik
TERAPI
Non Medikamentos
a•Perawatan tirah baring (bed rest) •Konsumsi makanan yang lunak•Nutrisi adekuat, diet tinggi kalori dan besi•Kompres air hangat bila perlu apabila demam
Medika mentosa
•IVFD RA 45cc/jam•Inj. Meropenem 2 x 250 mg I.V•Inj. Ranitidin 2 x 10 mg I.V•Somerol 2 x 10 mg I.V•PCT syr 3 x cth I•Puyer panas (PCT+Diazepam+Prednison) 3 x 1 bks•Neciblock 3 x 1 cth•Ibuprofen 3 x 1 cth•Elkana 1 x I cth•PRC 100 cc pre lasix 5 mg I.V
PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad bonam Ad functionam : Dubia ad bonam Ad sanasionam : Dubia ad bonam
FOLLOW UPTanggal 4 – 9 – 2013 S Demam (+), Batuk (+), BAB cair 4x/hari lendir (-) darah
(-), nafsu makan berkurang, pasien lemas.
O Ku : lemah, Somnolen, gizi kesan kurangN : 154x/mnt (isi cukup, kuat), RR : 54x/mnt, S : 38,8 0C.Mata: Conjungtiva anemis (+/+), air mata (+/+)Mulut: MB (+), sianosis (-)Abdomen:turgor baik, peristaltik (+) normalExt. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 2”
Diagnosis Sepsis e.c Tifoid feverAnemia def. Fe
Terapi IVFD RA 100cc/jamInj. Meropenem 3 x 150 mg I.VInj. Ranitidin 2 x 10 mg I.VPCT syr 3 x cth IInterzinc 1 x cth I
FOLLOW UPTanggal 9 – 9 – 2013S Demam (-), batuk (-), BAB (-) sejak 5 hari, nafsu
makan baik, pasien lemas. O Ku : stabil, CM, kesan gizi kurang
N : 112x/mnt (isi cukup, kuat), RR :32x/mnt S : 36,70C.Mata: Conjungtiva anemis (+/+), air mata (+/+)Mulut: MB (+), sianosis (-)Abdomen:turgor baik, peristaltik (+) normalExt. Atas&bawah lembab (-), akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 2”
Diagnosis Post Sepsis e.c Demam TifoidAnemia def. FePansitopenia
Terapi IVFD RA 45cc/jamInj. Meropenem 2 x 250 mg I.VInj. Amikasin 2 x 40 mg I.VInj. Ranitidin 2 x 10 mg I.VSomerol 2 x 10 mg I.VPCT syr 3 x cth IPuyer panas (PCT+Diazepam+Prednison) 3 x 1 bksNeciblock 3 x 1 cthIbuprofen 3 x 1 cth
ANALISA KASUS
DEMAM TYPHOIDSEPSISANEMIA DEFISIENSI FE
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ada tiga masalah utama yang terdapat pada pasien ini yaitu pasien terdiagnosis tifoid fever, kedua pasien mengalami sepsis dan terdapat anemia defisiensi besi.
ANALISA KASUS – Dasar Diagnosis Demam Typhoid
MANIFESTASI KLINIS
•Periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata antara 10-14 hari
•Demam step-ladder temperature chart : demam timbul insidius, kemudian naik secara bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama, setelah itu demam akan bertahan tinggi dan pada minggu ke-4 demam turun secara lisis
•Demam lebih tinggi saat sore & malam hari dibandingkan dengan pagi harinya
•Gejala sistemik lainnya :nyeri kepala, malaise, anoreksia, nausea, mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan
•Gejala gastrointestinal : mengeluh diare, obstipasi atau obstipasi kemudian disusul episode diare
ANAMNESIS
•Pasien demam 7 hari yang bersifat remitten. Dimana demam lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi hari.•Demam disertai dengan gangguan pencernaan yaitu awalnya diare dan diikuti oleh konstipasi.•Adanya gangguan kesadarn yaitu saat tidur pasien juga suka mengigau (kesadaran berkabut)
MANIFESTASI KLINIS
•Lidah tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan ujungnya kemerahan coated tongue•Gejala meteorismus, •banyak dijumpai hepatosplenomegali•Rose spot suatu ruam makulopapular yang bewarna merah dengan ukuran 1-5 mm, seringkali dijumpai pada daerah abdomen, toraks, ekstremitas dan punggung pada orang kulit putih, tidak pernah dilaporkan ditemukan pada anak Indonesia. Ruam ini muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari. •Bradikardia relatif jarang dijumpai pada anak.
PEMERIKSAAN FISIK
•Tidak didapatkan penemuan khas yang menunjang diagnosis demam typhoid.
ANALISA KASUS – Dasar Diagnosis Demam Typhoid
ANALISA KASUS – Dasar Diagnosis Demam Typhoid
Pemeriksaan penunjang Isolasi kuman penyebab demam typhoid. identifikasi
kuman memerlukan waktu 3-5 hari. Biakan darah biasanya positif pada minggu pertama sakit, sedangkan biakan feses atau urin akan positif setelah minggu pertama. Biakan dari sumsum tulang akan positif pada penyakit stadium lanjut, dan merupakan pemeriksaan yang paling sensitif
Uji serologis untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen
Pemeriksaan melacak DNA kuman S. Tyhpi Uji serologi Widal : uji serologic yang memeriksa
antibody aglutinasi terhadap antigen somatic (O), flagella (H) banyak dipakai untuk membuat diagnosis demam tifoid. Bila didapatkan nilai positif dengan kenaikan titer 4 kali dalam minimal 2 kali pemeriksaan widal, maka dapat menunjang diagnosis demam typhoid.
ANALISA KASUS – Dasar Diagnosis Demam Typhoid
Pada kasus : Tidak dilakukan pemeriksaan kultur darah karena
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengetahui hasilnya
pemeriksaan melacak DNA tidak dilakukan karena biaya yang mahal dan fasilitas rumah sakit yang terbatas.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan serologis dan didapatkan hasil positif pada serologi Salmonella typhi O, S.paratyphi A dan Salmonella paratyphi B. Namun pemeriksaan widal masih kurang mendukung diagnosis demam typhoid pada pasien ini
ANALISA KASUS
Follow up pada perawatan hari ke 3, didapatkan tenda-tanda komplikasi dari demam typhoid tersebut yaitu sepsis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran somnolen dan disertai demam tinggi. Pernafasan dan denyut nadi pasien cepat. Sesuai dengan manifestasi klinis dari sepsis yaitu : Keadaan umum : menurun Sistem saluran pernafasan : pernafasan tidak teratur,
napas cepat (>60 x/menit), apnea, dispnea, sianosis. Sistem kardiovaskuler : takikardia (>160 x/menit),
bradikardia (< 100 x/menit), akral dingin, syok.
ANALISA KASUS
Trombositopenia pada sepsis mungkin disebabkan oleh antibodi terhadap trombosit atau berhubungan dengan kejadian DIC. Selain itu trombositopenia bisa juga diduga akibat adanya infeksi virus misalnya virus dengue yang masih mungkin sebagai diagnosis banding dari kasus ini.
Adanya leukopenia yang disertai jumlah neutrofil yang rendah menunjukkan adanya infeksi berat yang menimbulkan depresi sumsum tulang.
Sedangkan kadar CRP kuantitatif yang meningkat menunjukkan adanya reaksi inflamasi akut.
Protein C-reaktif (CRP) adalah suatu alfa-globulin yang diproduksi di hepar dan kadarnya akan meningkat dalam 6 jam di dalam serum bila terjadi proses inflamasi akut. kadar CRP tidak dipengaruhi oleh anemia, kehamilan atau hiperglobulinemia.
ANALISA KASUS
Hasil pemeriksaan ferritin serum yang meningkat bisa disebabkan karena proses inflamasi akut. Ferritin adalah suatu protein darah yang tingkat-tingkatnya berkorelasi dengan jumlah besi yang disimpan dalam tubuh.
Pemeriksaan serum feritin efisien untuk menilai cadangan besi tubuh, tetapi feritin berperan sebagai protein fase akut, sehingga sulit dibedakan antara Anemia defisiensi besi dengan anemia karena infeksi, inflamasi dan keganasan, yang disebut anemia penyakit kronis (APK)
WHO merekomendasikan konsentrasi feritin <12 ug/l mengindikasikan deplesi cadangan besi pada anak-anak <5 tahun, dan nilai <15 ug/l mengindikasikan deplesi cadangan besi pada umur >5 tahun.
ANALISA KASUS
Diagnosis anemia susp defisiensi besi yaitu berdasarkan : Anamnesis : pasien sering merasa lemas dan dari
riwayat makanan pasien jarang mengkonsumsi sayuran hijau ataupun daging
Pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (+/+) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap : Hb,
eritrosit, MCV, MCH dan MCHC menurun. Nilai RDW meningkat.
Sesuai dengan kriteria diagnosis menurut WHO, Anak didiagnosa menderita anemia jika kadar Hb kurang dari 12 g/dL untuk usia lebih dari 6 tahun dan kurang dari 11 g/dL usia di bawah 6 tahun. Diagnosis anemia mikrositik hipokrom yaitu MCV < 80 fl ; MCH < 27 pg nilai MCHC yang menurun.
Pemeriksaan morfologi darah tepi : Anemia mikrositik hipokrom susp. Anemia def. Fe
ANALISA KASUS
Penatalaksanaan penderita dengan demam typhoid : Bed rest Pemberian diet yang lunak yang mudah
dicerna dengan kalori dan protein yang cukup dan tinggi zat besi
ANALISA KASUS
Cairan infus untuk maintainence : RA 45cc/jam. Rumus Darrow :
BB pada pasien ini adalah 11 kg. Penghitungannya : 100 x 10kg = 1000 cc 1 x 10kg = 10 cc Total : 1010 cc Oleh karena pasien menderita demam pada malam
hari sekitar (38 ° C), maka + 12 % untuk setiap kenaikan 1°C (mulai dari 37.5°C).
38° - 37.5 ° = 0.5 X 12% = 6% (0.06) Kebutuhan cairan = 1010 + (1010 x 6%) cc/24 jam = 1010 + 60,6 = 1070,6 cc = 1100cc/24jam =
45 cc/jam
ANALISA KASUS
Ambacim (Cefuroxim)
• Golongan Sefalosporin generasi ke-2• 250 mg sebanyak 2x sebagai
pengobatan kausalnya. • Seharusnya diberikan Kloramfenikol :
dosis 100 mg/kgBB/hari (1100 mg) dalam 4 kali pemberian selama 10-14 hari.
• Kloramfenikol : drug of choice pada demam tifoid
Meropenem
• dosis 60 mg/kgBB/hari setiap 8 jam. • Merupakan antibiotik spektrum luas
yang dapat mengatasi infeksi bakteri gram positif ataupun gram negatif yang paling sering menyebabkan sepsis.
• Dapat tetap dikombinasikan dengan amikasin (golongan aminoglikosida) dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari i.v.
•Metilprednisolon 30 mg/kgBB/dosis/ i.v (somerol). •Kortikosteroid dinyatakan bermanfaat bila diberikan pada stadium dini sepsis
Kortikosteroid
•mengatasi mual pada pasienRanitidin 2 x
10 mg • Sukralfat : suatu kompleks yang dibentuk dari
sukrosa oktasulfat dan polialuminium hidroksida.
• Menutupi ulkus serta melindungi dari serangan asam lambung, pepsin dan garam empedu.
Neciblok (Sucralfat) 3 x 1 cth po
• Puyer panas (paracetamol, diazepam dan prednison) : untuk membantu menurunkan demam, menenangkan pasien dan mempercepat pemulihan reaksi inflamasi.
Simptomatik
• Indikasi : bila Hb < 6g/dl atau kadar Hb > 6g/dl disertai lemah, gagal jantung, infeksi berat atau menjalani operasi.
Transfusi PRC 100 cc
TINJAUAN PUSTAKA
DEMAM TYPHOIDSEPSISANEMIA DEFISIENSI FE
TINJAUAN PUSTAKA – Demam typhoid
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus (terutama didaerah illeosekal) dengan gejala demam selama 7 hari atau lebih, gangguan saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran.
Etiologi :
Salmonella typhi bakteri famili Enterobacteriaceae dari genus Salmonella. bakteri Gram-negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 370C (150C-410C) fakultatif anaerob, hidup subur pada media yang mengandung empedu.
TINJAUAN PUSTAKA – Demam typhoid
Pathogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yaitu : Penempelan dan invasi sel-sel M Peyer’s patch Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag
Peyer’s patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal system retikuloendotelial
Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar CAMP di
dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal
TINJAUAN PUSTAKA – Demam typhoid
TINJAUAN PUSTAKA – Demam typhoid
TINJAUAN PUSTAKA – Demam typhoidKomplikasi demam typhoid : Perforasi usus halus & Perdarahan usus
Penyulit ini biasanya terjadi pada minggu ke-3 sakit. Komplikasi didahului dengan penurunan suhu, tekanan
darah dan peningkatan frekuensi nadi. Hepatitis tifosa asimtomatik Pneumonia sebagai penyulit sering diijumpai pada demam
tifoid. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh kuman Salmonella typhi, namun seringkali sebagai akibat infeksi sekunder oleh kuman lain.
Penyulit lain yang dapat dijumpai adalah trombositopenia, koagulasi intravascular diseminata, hemolytic uremic syndrome (HUS),
fokal infeksi dibeberapa lokasi sebagai akibat bakteremia misalnya infeksi pada tulang, otak, hati, limpa, kelenjar ludah dan persendian
TINJAUAN PUSTAKA - Sepsis
Sepsis atau septikemia adalah keadaan ditemukannya gejala klinis terhadap suatu penyakit infeksi yang berat, disertai dengan ditemukannya respons sistemik yang dapat berupa hipotermia, hipertermia, takikardia, hiperventilasi dan letargi.
Etiologi : Pada masa neonatus E.coli, S.aureus, streptokokus
group B dan L.monositogenes, merupakan penyebab tersering. Pada anak yang lebih besar sepsis dapat disebabkan oleh S.penumoniae, H.influenzae tipe E, N.meningitidis, Salmonella sp., S.aureus dan streptokokus grup A
TINJAUAN PUSTAKA - Sepsis
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb di bawah normal sehingga terjadi penurunan kemampuan darah untuk menyalurkan oksigen ke jaringan
Anak didiagnosa menderita anemia, menurut WHO jika kadar Hb kurang dari 12 g/dL untuk usia lebih dari 6 tahun dan kurang dari 11 g/dL usia di bawah 6 tahun
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia
Klasifikasi•Anemia defisiensi•Anemia aplastik•Anemia hemoragik•Anemia hemolitik
Menurut Morfologi darah
tepi•Anemia mikrositik hipokromik (Anemia defisiensi besi, Thalassemia, Anemia akibat penyakit kronis)•Anemia Normokromik Normositik (Anemia pasca perdarahan akut, Anemia aplastik-hipoplastik, Anemia hemolitik•Anemia Makrositik (Anemia megaloblastik, Anemia defisiensi asam folat, Anemia defisiensi vitamin B12)•Nonmegaloblastik (Anemia pada penyakit hati kronik, Anemia pada hipotiroid)
ANEMIA DEFISIENSI BESI Definisi Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah
anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis karena cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia
EtiologiFaktor penyebab langsung meliputi jumlah Fe dalam makanan tidak cukup, absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik serta kehilangan darah, sehingga keadaan ini menyebabkan jumlah Fe dalam tubuh menurun
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia DIAGNOSIS ANEMIA DEFISIENSI FE
• Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia• Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata
menurun• Kadar Fe serum menurun• Saturasi transferin <15 % (N : 20-50 %)
Menurut WHO
• Anemia hipokrom mikrositer• Saturasi transferin menurun• Nilai FEP > 100 ug/dl eritrosit • Kadar feritin serum menurun• Untuk kepentingan diagnosis minimal 2
dari 3 kriteria harus dipenuhi.
Menurut Cook dan Monsen
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia
•Pemeriksaan apus darah tepi hipokrom mikrositer yang dikonfirmasi dengan kadar MCV, MCH, dan MCHC yang menurun•FEP meningkat•Feritin serum menurun•Fe serum menurun, TIBC meningkat, ST menurun•Respon terhadap pemberian preparat besi•Retikulositosis mencapai puncak pada hari ke 5-10 setelah pemberian besi.•Kadar Hb meningkat 0,25-0,4 g/dl atau PCV meningkat 1 %/hari
•Sumsum tulang•Tertundanya maturasi sitoplasma•Pada pewaranaan tidak ditemukan besi
Menurut
Lankowsky
PEMERIKSAAN PENUNJANG
TINJAUAN PUSTAKA - Anemia
DAFTAR PUSTAKA
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis., ed 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia: h.367-75.
Rampengan TH. Penyakit infeksi tropik pada anak, ed 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008: h.46-62.
Pusponegoro HD, dkk. Standar pelayanan medis kesehatan anak, ed 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2004: h.91-4.
Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS. Buku ajar ilmu kesehatan anak infeksi dan penyakit tropis., ed 1. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia: h.358-363.
Samitta, M. Bruce. Anemia, dalam Nelson, E Waldo., Kliegmen, Robert. Buku Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EKG. 2000; h 1680-1712.
Sylvia, A. Prince. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. 1995; h 1253-1262.
Concise Reviews of Pediatrics Infectious Diseases. Management of Typhoid Fever in Children. February 2002: p.157-159.
Rusdiana, Nelly. Pendekatan Diagnosis Pucat pada Anak. Available at http://respiratory.usu,.ac.id/handle/123456789/18404. Accessed on 13 Sep 2013.
Sari Wahyuni, Arlinda. Anemia Defisiensi Besi pada Balita. Avialable at: http://library.usu.ac.id/download.anemia-defisiensi-besi-pada-anak. Accessed on 14 Sep 2013.
THANK YOU