Seperti Apakah Peta Penelitian Kebahasaan Di Indonesia

21
Seperti apakah peta penelitian kebahasaan di Indonesia? (pengertian ‘kebahasaan’ dalam makalah ini mencakup aspek bahasa dan kebahasaan). Aspek kebahasaan apa yang paling banyak diteliti di Indonesia? Teori linguistik apa yang paling banyak digunakan dalam penelitian kebahasaan di Indonesia? Apakah ada teori linguistik yang berbasis masalah kebahasaan di Indonesia? Dimanakah pusat penelitian kebahasaan yang mengkhususkan aspek kebahasaan tertentu di Indonesia? Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak mudah untuk dijawab karena beberapa alasan. Pertama, belum ada pemetaan yang menyeluruh tentang penelitian kebahasaan di Indonesia. Kedua, belum ada sistem informasi terpadu tentang penelitian kebahasaan di Indonesia. Publikasi-publikasi yang dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan ini belum terhimpun atau belum tersedia secara luas. Ketiga, belum ada jaringan yang menghubungkan peneliti-peneliti bahasa yang tersebar di seluruh tanah air. Padahal pertanyaan- pertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab. Selain untuk mengetahui seperti apa perkembangan penelitian kebahasaan di Indonesia, termasuk seperti masalah kebahasaan apa yang diteliti, yang jauh lebih penting lagi ialah untuk memperoleh informasi tentang perkembangan ilmu bahasa, pendekatan, dan teorinya di Indonesia serta siapa yang menjadi tokoh dalam bidang itu. Penelitian kebahasaan saling berhubungan erat dengan ilmu bahasa. Ilmu bahasa atau linguistik, pendekatan, dan teori linguistik sebenarnya berasal atau berkembang dari hasil penelitian bahasa. Tidak mengherankan apabila hubungan di antara kedua bidang ini saling bergantung satu dengan lainnya.

description

kebahasaan

Transcript of Seperti Apakah Peta Penelitian Kebahasaan Di Indonesia

Seperti apakah peta penelitian kebahasaan di Indonesia? (pengertian kebahasaan dalam makalah ini mencakup aspek bahasa dan kebahasaan). Aspek kebahasaan apa yang paling banyak diteliti di Indonesia? Teori linguistik apa yang paling banyak digunakan dalam penelitian kebahasaan di Indonesia? Apakah ada teori linguistik yang berbasis masalah kebahasaan di Indonesia? Dimanakah pusat penelitian kebahasaan yang mengkhususkan aspek kebahasaan tertentu di Indonesia?Pertanyaan-pertanyaan di atas tidak mudah untuk dijawab karena beberapa alasan. Pertama, belum ada pemetaan yang menyeluruh tentang penelitian kebahasaan di Indonesia. Kedua, belum ada sistem informasi terpadu tentang penelitian kebahasaan di Indonesia. Publikasi-publikasi yang dapat menjawab pertanyaanpertanyaan ini belum terhimpun atau belum tersedia secara luas. Ketiga, belum ada jaringan yang menghubungkan peneliti-peneliti bahasa yang tersebar di seluruh tanah air. Padahal pertanyaanpertanyaan di atas sangat penting untuk dijawab. Selain untuk mengetahui seperti apa perkembangan penelitian kebahasaan di Indonesia, termasuk seperti masalah kebahasaan apa yang diteliti, yang jauh lebih penting lagi ialah untuk memperoleh informasi tentang perkembangan ilmu bahasa, pendekatan, dan teorinya di Indonesia serta siapa yang menjadi tokoh dalam bidang itu.Penelitian kebahasaan saling berhubungan erat dengan ilmu bahasa. Ilmu bahasa atau linguistik, pendekatan, dan teori linguistik sebenarnya berasal atau berkembang dari hasil penelitian bahasa. Tidak mengherankan apabila hubungan di antara kedua bidang ini saling bergantung satu dengan lainnya. Linguistik dan teori linguistik memerlukan sumbangan hasil penelitian bahasa sementara penelitian bahasa memanfaatkan linguistik dan teori linguistik sebagai kerangka teoretis penelitian. Dari sisi yang lain, perkembangan linguistik dan teori linguistik sangat bergantung pada hasil penelitian bahasa karena hanya melalui penelitianlah teori yang digunakan dapat diuji keandalannya untuk menjawab masalah kebahasaan yang diteliti. Sebaliknya, semakin handal satu teori semakin baik pemecahan masalah kebahasaan yang didapatkan.Hasil penelitian pada dasarnya akan memberikan pengetahuan yang baru dalam bidang yang diteliti. Dengan demikian, penelitian kebahasaan pun akan memberikan hasil dalam bentuk pengetahuan baru tentang bahasa atau kebahasaan. Selain itu, pada tingkat tertentu hasil penelitian ini di antaranya akan memberikan pilihan jawaban terhadap masalah kebahasaan tertentu atau menawarkan kerangka teoretis untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di lain pihak, sering melalui penelitian ini muncul pula gagasan baru untuk memperbaiki teori yang ada sehingga keterandalan teori tersebut semakin diakui secara luas.Dari beberapa uraian di atas, satu pertanyaan lagi muncul di sini. Apakah semakin banyak penelitian bahasa berarti semakin pesat perkembangan bahasa atau teori linguistik di Indonesia? Setakat ini, penulis tidak bermaksud menyinggung pertanyaan tersebut dalam tulisan ini. Biarkanlah kajian yang lain lagi membahas pertanyaan ini dengan tuntas pada kesempatan yang lain pula.Dari peta penelitian kebahasaan di Indonesia tentu saja semua pihak berharap mengetahui banyak hal tentang kebahasaan. Makalah ini mencoba memberikan sketsa awal atau sketsa teoretis tentang pemetaan penelitian kebahasaan di Indonesia. Ini merupakan sketsa teoretis karena didasarkan pada pengamatan terbatas di beberapa perguruan tinggi saja. Kemudian hasil pengamatan ini diuji terhadap hasil statistik dua kasus. Yang pertama penelitian kebahasaan dalam bentuk penelitian tesis S2 di Universitas Sumatera Utara dengan mengambil 129 judul tesis. Yang kedua artikel penelitian dalam jurnal Linguistik Indonesia dalam tiga nomor dari Februari 2007 sampai Februari 2008 dengan 25 judul artikel.Makalah ini tentu saja tidak dapat menjangkau harapan-harapan yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan yang mengawali tulisan ini. Aspek objek kajian dalam peta penelitian kebahasaan di Indonesia, misalnya hanya berdasarkan pengamatan awal dan studi kasus. Dalam tulisan ini, teori serta pendekatan teori apa saja yang dapat dipetakan dari penelitian kebahasaan di Indonesia sama sekali hanya mengandalkan pengamatan dalam lingkup yang sangat terbatas. Aspek pengkaji atau lembaga yang melakukan penelitian kebahasaan di Indonesia juga tidak dibahas secara lengkap dalam makalah ini. Dari segi aspek pengkaji atau lembaga yang melakukan peneliti, penelitian kebahasaan pada umumnya dilakukan oleh perguruan tinggi, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Balai Bahasa di daerahdaerah, Kementerian Riset dan Teknologi, dan LIPI. Dalam kasus yang dikemukakan dalam makalah ini, penelitian kebahasaan dilakukan pada umumnya oleh peneliti di perguruan tinggi. Semua keterbatasan dalam uraian dalam makalah ini diharapkan dapat ditutupi oleh kajian yang lebih lengkap dan menyeluruh pada masa yang akan datang.2. Sketsa Pemetaan KebahasaanSejauh ini belum pernah dilakukan pemetaan penelitian kebahasaan di Indonesia yang berupaya memetakan secara lengkap penelitian kebahasaan dari berbagai aspek. Pemetaan kebahasaan yang lengkap meliputi aspek objek kajian, misalnya apa bidang kebahasaan yang diteliti baik mikro maupun makrolinguistik, teori serta pendekatan teori yang digunakan dalam penelitian, pengembangan teori dan pendekatan (yang tentu saja berbasis data bahasa-bahasa Nusantara), hasil publikasi dan penyebarannya, dan aspek pengkaji atau lembaga yang melakukan peneliti. Secara ringkas pemetaan yang lengkap akan mencakup:1. objek kajian;2. teori yang digunakan;3. hasil baru yang diperoleh (teoretis atau praktis);4. sumber daya penelitian.Sebagai pemetaan awal, tulisan ini didasarkan pada pengamatan terhadap penelitian skripsi, tesis, dan disertasi di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Dari segi sistem bahasa, penelitian kebahasaan cenderung terarah pada penelitian makrolinguistik yang diwakili di antaranya oleh penelitian sosiolinguistik, pragmatik, dan analisis wacana. Dengan kata lainnya, penelitian kebahasaan di perguruan tinngi lebih banyak tentang penelitian linguistik terapan sementara penelitian linguistik (dasar) seperti penelitian fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik bahasa cenderung lebih sedikit pada beberapa tahun terakhir ini.Selanjutnya, dengan mengambil kajian tesis pascasarjana linguistik sebagai kasus, peta penelitian kebahasaan di Indonesia dapat lebih jauh digambarkan dalam sketsa. Kelihatannya hasil pengamatan awal terhadap kecenderungan penelitian kebahasaan didukung oleh data kasus yang diperoleh dari program S2 linguistik di Universitas Sumatera Utara. Sosiolinguistik ternyata menjadi objek penelitian kebahasaan terbanyak dalam tesis mahasiswa, yang kemudian disusul oleh kajian sintaksis. Sementara itu, kajian kebahasaan dalam pendekatan Linguistik Fungsional Sistemik termasuk yang banyak dilakukan oleh mahasiswa dalam program studi ini (periksa Gambar 1).Gambar 1. Distribusi Penelitian Tesis S2 Linguistik dalam Berbagai Bidang Kajian

Sketsa lainnya diperoleh dari jurnal Linguistik Indonesia dalam kurun waktu Februari 2007-2008. Dari kedua sumber data ini terlihat bahwa pemilihan objek kajian menunjukkan kecenderungan yang sama.Dari pengamatan terhadap judul dan isi artikel penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ini diperoleh data tentang bidang kebahasaan yang diteliti. Objek kajian yang cenderung paling banyak dibahas adalah sintaksis dan sosiolinguistik. Bedanya ialah pada penelitian tesis S2 kajian sosiolinguistik lebih menonjol dari kajian sintaksis sementara dalam jurnal linguistik sebaliknya kajian sintaksis yang lebih tinggi jumlahnya (Periksa Gambar 2).Mengapa sosiolinguistik begitu menonjol dalam kajian kebahasaan pada akhir-akhir ini? Salah satu jawaban yang memungkinkan adalah persoalan bahasa dalam masyarakat kelihatannya lebih menarik perhatian peneliti karena penelitian seperti ini berhadapan langsung dengan persoalan aktual yang ditemukan di tengah-tengah masyarakat. Persoalan penggunaan bahasa dalam berbagai konteks penggunaan memberikan daya tarik tersendiri bagi peneliti. Selain itu, metodologi yang berbeda dengan penelitian fonologi, morfologi, sintaksis ataupun semantik juga mungkin menjadi daya tarik tersendiri bagi peneliti. Namun, termasuk hal yang menjadi salah satu penyebab adalah dorongan yang muncul dari kalangan peneliti di perguruan tinggi yang kebetulan baru pulang studi lanjut di dalam dan luar negeri dan membawa tradisi penelitian baru ke lingkungan perguruan tingginya. Tradisi baru penelitian ini pada umumnya berhubungan dengan sosiolinguistik, pragmatik, ataupun analisis wacana.Kecenderungan pada penelitian linguistik terapan pada satu sisi termasuk hal yang menggembirakan karena selain memberikan pengayaan terhadap perbendaharaan penelitian kebahasaan di Indonesia, penelitian ini juga akan memberikan wawasan keilmuan terhadap bahasa dalam wawasan kemasyarakatan. Akan tetapi, pada sisi yang lainnya, apabila tidak terkendali, akan mengabaikan penelitian kebahasaan dalam wawasan linguistik. Ilmu dasar yang berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik cenderung terabaikan karena rendahnya minat terhadap penelitian bidang-bidang ini. Kekhawatiran ini sebenarnya mulai terbukti melalui data yang diperlihatkan oleh kedua sumber data yang digunakan di sini (Periksa Gambar 1 dan 2).Gambar 2. Distribusi Artikel Penelitian dalam Berbagai Bidang Kajian

Penelitian dasar atau mikrolinguistik masih sangat diperlukan di Indonesia. Indonesia yang sangat kaya dengan bahasa daerah dan belum seluruh aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantiknya diteliti secara menyeluruh dengan menggunakan berbagai teori linguistik yang mutakhir. Rendahnya tingkat penelitian ini menyebabkan lambatnya perkembangan teori linguistik modern di Indonesia. Tingkat ketercukupan teoretis penelitian ini turut memperburuk situasi teori linguistik di tanah air.7. Tingkat Ketercukupan Penelitian BahasaPenelitian bahasa atau kebahasaan pada dasarnya merupakan bagian dari kegiatan menteorikan bahasa. Terdapat paling tidak dua aspek metodologis yang mendasar dalam kegiatan ini. Pertama, penelitian bergerak dari satu kerangka teoretis yang bersumber dari teori atau teori-teori yang ada. Kedua, penelitian tidak berbasis kerangka teoretis apa pun tetapi membangun kerangka teoretis secara bertingkat dari setiap tahapan analisis data. Analisis data sering dilakukan langsung setelah kegiatan pengumpulan data atau pengumpulan dan analisis data berlangsung serentak.Dalam kedua aspek metodologis yang disebut-sebut di atas, pertanyaan sama yang sering muncul pada saat melakukan upaya analisis bahasa atau menteorikan bahasa ialah sejauh manakah tingkatan teoritis yang akan dicapai? Apakah analisis atau teori yang dicapai sebatas deskriptif, atau bahkan lebih jauh lagi, teori eksplanatoris? Atau, apakah teori bahasa harus mencapai baku eksplanatoris?Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sebenarnya baru bergaung dalam tiga dasawarsa terakhir setelah Teori Tata Bahasa Generatif mengalami perkembangan yang pesat dalam penelitian bahasa. Dryer (2006) mengatakan bahwa dalam perkembangan ilmu bahasa sebenarnya perbedaan di antara teori deskriptif dengan teori eksplanatoris tidak dikenal secara luas. Dalam sejarah linguistik lebih jauh beliau menyebutkan bahwa teori linguistik pada era prageneratif seperti strukturalisme Amerika secara tegas tidak mengakui tujuan penelitian bahasa untuk menyusun teori eksplanatoris. Baru pada era generatif selanjutnya kemudian tujuan untuk mencapai teori eksplanatoris sering disebut-sebut.Dalam tradisi Chomsky, menteorikan bahasa dilakukan melalui penelitian gramatika, yang hasilnya dinilai berdasarkan dua baku ketercukupan, yaitu descriptive adequacy dengan explanatory adequacy. Prof. Anton M. Moeliono memperkenalkan istilah kepadaan untuk konsep yang sama dengan ketercukupan. Dalam makalah ini istilah ketercukupan digunakan selain sebagai pengayaan padanan istilah, juga karena istilah standar ketercukupan digunakan dalam bidang non-linguistik secara luas. Indonesia secara eksplanatoris tidak semata memerikan tata-bahasa tetapi memberi prakiraan tentang bagaimana pengetahuan bahasa (linguistik) direpresentasikan secara batin dalam diri manusia-manusia Indonesia.Beliau membedakan penulisan gramatika atau tata-bahasa yang berhasil mencapai ketercukupan deskriptif dengan yang berhasil lebih jauh lagi dan memperoleh ketercukupan eksplanatoris.Tata-bahasa bahasa Indonesia yang dinilai mencapai baku ketercukupan deskriptif adalah tata-bahasa yang bisa menentukan tanpa batas kalimat-kalimat yang gramatikal dalam bahasa Indonesia dan, selanjutnya masih menurut Chomsky, tata-bahasa yang demikian itu dianggap sudah memerikan bahasa Indonesia secara keseluruhan. Sementara itu, tata-bahasa bahasa Indonesia yang mencapai baku eksplanatoris memiliki ciri-ciri tambahan, yaitu tata-bahasa itu memberikan wawasan tentang struktur dasar bahasa Indonesia yang terdapat dalam pikiran (minda) manusia Indonesia.Tata-bahasa bahasaMenurut Chomsky, hakikat representasi batin ini pada umumnya bersifat bawaan (innate). Ini berarti apabila satu tata-bahasa sudah mempunyai baku eksplanatoris, tata-bahasa itu harus mampu menjelaskan berbagai nuansa gramatikal bahasa-bahasa dunia karena dalam pola semesta bahasa manusia dianggap terdapat variasi yang relatif kecil di antara satu bahasa dengan bahasa lainnya. Teori linguistik atau analisis bahasa tingkat eksplanatoris bersandar pada tatabahasa semesta. Ditambah dengan asumsi-asumsi lainnya, kemudian selanjutnya Chomsky berpandangan pula bahwa tujuan analisis bahasa haruslah pada ketercukupan eksplanatoris.Perbedaan kedua konsep ini selain membedakan tingkat pencapaian dan penilaian terhadap teori gramatika, sekaligus juga menyiratkan pertentangan teori deskriptif dan teori eksplanatoris dalam penelitian dan analisis bahasa pada perkembangan linguistik modern. Hal yang demikian terlihat dalam bagaimana pengertian kedua konsep ini secara umum. Teori deskriptif sering dianggap sebagai teori yang menanyakan apakah bahasa itu atau meneliti untuk menemukan bahasa itu seperti apa. Teori ini mencakup alat-alat apa yang diperlukan untuk memberikan pemerian bahasa tertentu secara memadai. Sementara itu, teori eksplanatoris secara umum diakui sebagai teori yang bertanya tentang mengapa bahasa seperti itu atau seperti apa yang telah diperikan secara deskriptif. Dengan demikian, teori eksplanatoris sebenarnya melanjutkan apa yang sudah diselesaikan oleh teori deskriptif.Seperti yang dapat diamati sejak awal dalam tulisan-tulisan Chomsky dan dalam perkembangannya berikutnya, tata-bahasa generatif bertujuan untuk menjadi teori eksplanatoris. Namun seperti yang disebut Dryer, prinsip utama tata-bahasa generatif terletak pada ide bahwa satu teori dapat berperan sekaligus sebagai teori deskriptif dan teori eksplanatoris. Hal ini sejalan dengan pandangan Chomsky tentang pengetahuan bahasa yang bersifat bawaan. Jikalau bahasa diyakini berbentuk seperti apa adanya karena pengetahuan bahasa yang bersifat bawaan, maka teori tentang pengetahuan bahasa bawaan secara serentak berperan sebagai teori deskriptif (apakah bahasa atau bahasa itu seperti apa) dan teori eksplanatoris (mengapa bahasa seperti apa adanya) (Selanjutnya periksa Dryer, 2006). Chomsky (1965) sendiri memang mengatakan bahwa tujuan tata-bahasa haruslah pada ketercukupan eksplanatoris dan Chomsky juga memberikan argumentasi bahwa walaupun peneliti bahasa masih belum mencapai tingkat ketercukupan deskriptif, langkah-langkah kemajuan untuk mencapai baku deskriptif ini hanya dapat diperoleh apabila peneliti menetapkan ketercukupan eksplanatoris sebagai tujuan penelitiannya.Yang paling mutakhir, Chomsky (2004) memperkenalkan tingkat ketercukupan baru yang disebutnya ketercukupan di atas eksplanatoris (beyond explanatory adequacy). Pada dasarnya, menurut Chomsky tingkat ini mempertanyakan mengapa tata bahasa semesta berbentuk seperti apa adanya. Tingkat penjelasan yang berada di atas eksplanatoris didasarkan pada konsep umum yang paling memungkinkan atau dengan kata lainnya didasarkan pada konsep minimalistik atau alamiah secara konseptual. Ini menyiratkan bahwa tujuan akhir penelitian bahasa harus mengarah pada kesemestaan prinsip-prinsip atau tata bahasa semesta.8. Mengangkat Penelitian Kebahasaan di IndonesiaIndonesia kaya raya dengan keragaman bahasa dan merupakan sumber daya linguistik yang kaya bagi penelitian bahasa dan aspek berbahasa. Sangat disayangkan sekali belum ada teori bahasa yang mutakhir yang muncul dalam khazanah linguistik Indonesia maupun dunia yang dihasilkan oleh peneliti Indonesia dan bersumber dari pemanfaatan kekayaan keragaman bahasa ini. Kelihatannya, penelitian kebahasaan di Indonesia belum mampu memenuhi harapan ini.Kelemahan penelitian kebahasaan di Indonesia di antaranya disebabkan oleh beberapa masalah berikut:1. jumlah sumber rujukan teori linguistik mutakhir dalam bahasa Indonesia;2. penerjemahan buku linguistik berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia;3. frekuensi lokakarya metodologi penelitian linguistik dalam berbagai teori dan pendekatan;4. dana penelitian kebahasaan; dane. jumlah kegiatan ilmiah kebahasaan yang mengangkat kekuatan bahasa daerah;Proyek penulisan buku teks, penerjemahan buku teks berbahasa asing ke dalam bahasa Indonesia, dan dana penelitian kebahasaan semakin mendesak untuk ditingkatkan. Peningkatan dalam ketiga bidang ini diharapkan dapat pula meningkatkan kualitas metodologis dan teoretis penelitian kebahasaan, yang selanjutnya menjadi sumber daya bagi pelaksanaan lokakarya metodologi penelitian linguistik dalam berbagai teori dan pendekatan.Sebagian besar insan Indonesia berbahasa daerah sebagai bahasa pertamanya sehingga bahasa daerah dengan berbagai aspeknya mempunyai kekuatan tersendiri bagi bangsa. Sehubungan dengan kekuatan bahasa daerah untuk mendorong penelitian kebahasaan di Indonesia, mungkin sudah saatnya Kongres Bahasa Daerah diselenggarakan oleh Balai Bahasa di semua daerah atau wilayah bahasa. Selama ini hanya ada sebagian kecil kongres bahasa daerah yang sudah dilaksanakan. Hal ini pun tidak seluruhnya dilaksanakan secara teratur. Sudah saatnya pula untuk memikirkan pelaksanaan Kongres Nasional Bahasa Daerah untuk membahas persoalan bahasa daerah dalam skala nasional selain melaksanakan Kongres Bahasa Indonesia setiap lima tahun.9. PenutupUpaya pemetaan lengkap penelitian kebahasaan di Indonesia sudah mendesak untuk dilakukan agar diperoleh informasi perkembangan penelitian kebahasaan di Indonesia, sekaligus informasi tentang perkembangan ilmu bahasa, pendekatan, dan teorinya di Indonesia. Selain dapat menggambarkan keadaan sebenarnya, pemetaan ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam kebijakan penelitian kebahasaan, khususnya untuk meningkatkan kualitas penelitian dan penyebaran informasi mutakhir tentang teori linguistik.Sebelum menutup tulisan ini ada satu hal penting perlu dikemukakan di sini : Bahasa Indonesia baru bisa membentuk insan Indonesia yang cerdas apabila penutur bahasa Indonesia yang berbahasa pertama bahasa daerah lebih dahulu cerdas dalam bahasa daerahnya.DAFTAR PUSTAKAChomsky, Noam (1956). Three models for the description of language. IRE Transactions on Information Theory 2: 113- 124.Chomsky, Noam (1965). Aspects of the Theory of Syntax. MIT Press. Chomsky, Noam (1986). Knowledge of Language. New York: Praeger. Chomsky, Noam (1995). The Minimalist Program. MIT Press.Chomsky, Noam (2004). Beyond explanatory adequacy. In: Belletti, Adriana (ed.), Structures and Beyond: The Cartography of Syntactic Structures, Vol. 3. Oxford: Oxford University Press.Dryer, Matthew (2006) Descriptive theories, explanatory theories, and basic linguistic theory in Ameka, Felix K., Alan Dench, Nicholas Evans, (eds.). Catching Language: The Standing Challenge of Grammar Writing. Mouton: de Gruyter. Naskah awal tersedia di http://linguistics.buffalo.edu/people/faculty/ dryer/dryer/desc.expl.theories.pdfNewmeyer, Frederick J. (1986). Linguistic Theory in America (Second Edition). Academic Press.(Makalah ini disusun dan disajikan oleh Prof. Bahren Umar Siregar dalam Kongres IX Bahasa Indonesia di Jakarta pada 28 Oktober-1 November 2008 )https://gumonounib.wordpress.com/2010/06/04/peta-penelitian-kebahasaan-di-indonesia-satu-sketsa-teoretis/

Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkanDEFINISI PENGERTIAN PRINSIPPrinsip adalah sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama dan menjadi dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.DEFINISI PENGERTIAN BELAJARBelajar adalah suatu proses perubahan perilaku dari kita yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu. Belajar bukan suatu penguasaan latihan melainkan perubahaan kelakuan, kegiatan belajar dapat dialami oleh orang yang sedang belajar dan juga diamati oleh orang lain. Dan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, sikap, keterampilan, dan nilai sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai tujuan tertentu.DEFINISI PENGERTIAN PRINSIP BELAJARPrinsip Belajar adalah suatu hubungan yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik agar siswa mendapat motivasi belajar yang berguna bagi dirinya sendiri. Dan juga, prinsip belajar dapat digunakan sebagai landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik.PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT DENGAN PROSES BELAJARAda beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita \pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, yang baik bagi siswa untuk meningkatakan upaya belajarnya maupun bagi guru yang digunakan untuk meningkatkan upaya mengajarnya. Berikut ini adalah contoh prinsip-prinspnya:1. Prinsip KesiapanYang dimaksud dengan prinsip kesiapan yaitu proses yang dipengaruhi kesiapan siswa atau kondisi siswa yang memungkinkan ia dapat belajar.2. Prinsip MotivasiMotivasi adalah suatu kondisi atau keadaan dari peserta didik untuk mengatur arah kegiatan dan memelihara kondisi tersebut.3. Prinsip PersepsiPrinsip Persepsi adalah interpertasi tentang situasi yang hidup dan dipengaruhi oleh perilaku individu itu sendiri. Setiap individu dapat melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain.4. Prinsip TujuanTujuan adalah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh setiap individu. Tujuan ini harus lebiah jelas tergambar dalam pikiran dan dapat diterima oleh setiap peserta didik dalam proses pembelajaran itu terjadi.5. Prinsip Perbedaan IndividualProses pengajaran semestinya memperhatikan perbedaan individual dalam kelas dan dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa.6. Prinsip Transfer dan RetensiBelajar yang dapat dianggap bermanfaat bila seseorang itu dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru dan pada akhirnya dapat digunakan dalam situasi yang lain. Proses itulah yang disebut dengan Proses Transfer. Sedangkan yang dimaksud dengan Retensi adalah kemampuan sesesorang untuk menggunakan lagi hasil belajar.7. Prinsip Belajar KognitifBelajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi. Dalam prinsi ini akan melibatkan proses pengenalan dan penemuan.8. Prinsip Belajar AfektifBelajar Afektif akan mencakup beberapa unsur yaitu nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Prinsip belajar afektif seseorang akan menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.9. Prinsip Belajar EvaluasiBelajar evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya pelaksanaan pelatihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian tujuan.1. Prinsip Belajar PsikomotorProses belajar psikomotor individu menetukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktifitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.Secara umum, prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan:1. Perhatian dan Motivasi2. Keaktifan3. Keterlibatan langsung atau pengalaman4. Pengulangan5. Tantangan6. Balikan dan Penguatan (law of effect)7. Perbedaan individualPERHATIAN DAN MOTIVASIPerhatian mempunyai peranan sangat penting dalam kegiatan belajar peserta didik. Perhatian dalam proses belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila perhatian ini tidak ada pada siswa, maka siswa ini perlu dibangkitkan lagi perhatiannya. Selain itu juga, perhatian digunakan sebagai pemusatan energi psikis (fikiran dan perasaan) terhadap suatu terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar tersebuat akan semakin baik dan hasilnya akan semakin baik juga. Dan oleh sebab itu, guru harus selalu berupaya agar perhatian siswa terpusat pada pelajaran.Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar antara peserta didik dengan pendidik. Motivasi yaitu tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi juga mempunyai tujuan yang merupakan salah satu tujuan dari proses belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan. Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.KEAKTIFAN BELAJARDalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri adalah akivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional.KETERLIBATAN LANGSUNG DALAM BELAJAR Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan, bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe, apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe.PENGULANGAN BELAJAR Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan mempunyai maksud untuk melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.TANTANGANDalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada anak timbul motif yang Kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.BALIKAN DAN PENGUATANSiswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.IMPLIKASI PRINSIP-PRINSIP BELAJAR1. Perhatiandan MotivasiImplikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan atau mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. menanggapi secara positif pujian atau dorongan dari orang lain, menentukan target atau sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.1. KeaktifanImplikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.1. Keterlibatan Langsung atau PengalamanImplikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang dibeerikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi di depan kelas, dan perilaku sejenis lainnya. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.1. PengulanganPenguasaan secara penuh dari setiap langkah kemungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. Dari pemyataan inilah pengulangan masih diperlukan merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Itulah yang merupakan implikasi dari prinsip pengulangan.1. TantanganImplikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses. dan mengolah pesan. Sclain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.1. Balikan dan PenguatanSiswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari gurulorang tua karena hasil belajar yang jelek.1. Perbedaan IndividualImplikasi adanya prinsip perbedaan individual diantaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis. Untuk memperjelas implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa, anda dapat mengidentifikasi dari kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran sebagai indikatornya.PENUTUP Kesimpulan1. Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang diinginkan.2. Berikut ini prinsip-prinsip belajar: Prinsip Kesiapan (Readinees) Prinsip Motivasi (Motivation) Prinsip Persepsi Prinsip Tujuan Prinsip Perbedaan Individual Prinsip Transfer dan Retensi Prinsip Belajar Kognitif Prinsip Belajar Afektif Prinsip Belajar Evaluasi Prinsip Belajar Psikomotor3. Implikasi Prinsip Prinsip Belajar :

DAFTAR PUSTAKA http://aggilnet.blogspot.com/2011/03/makalah-hakikat-belajar-dan.html (minggu 1 Juli 2012)Dimyati 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta Paulina, Panen, 2003, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT