PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

111
PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA POLITIK DALAM SURAT KABAR FAJAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh Andi Sosila Kamaruddin 105331113916 PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

Transcript of PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

Page 1: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

POLITIK DALAM SURAT KABAR FAJAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh

Andi Sosila Kamaruddin

105331113916

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

Page 2: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA
Page 3: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA
Page 4: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA
Page 5: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA
Page 6: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA
Page 7: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA
Page 8: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Passokku Resomu, Pegau‟i Malempu,e Nennia Tettokko Ritotomu, Namutajeng

Pamasena Dewatae.

Artinya : Bulatkan Tekad, Kerjakan dengan Kejujuran dan Berdiri di atas takdir,

dan Mengharap Ridhonya Allah

( A S K )

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Saya dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :

1. Ibu dan Bapakku, yang telah mendukungku, memberiku motivasi dalam

segala hal serta memberikan kasih sayang teramat besar yang tak mungkin

bisa ku balas dengan apapun.

2. Kakakku yang selama ini memberiku semangat, serta motivasi hidup

3. Bapak Zainuddin dan ibu Nurhaena yang telah banyak membantu, dan

tiada hentinya membimbing saya.

4. Untuk semua keluarga yang selalu sayang dan mendoakan agar cepat

sarjana.

Page 9: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

ABSTRAK

Sosila, 2020. Penggunaan Bentuk Kebahasaan Disfemia Pada Berita Politik

dalam Surat Kabar Fajar. Skripsi. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Munirah dan Pembimbing II Rosdiana.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk kebahasaan disfemia

pada berita politik dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020 dan Nilai rasa yang

terkandung dalam penggunaan bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik

dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020. Metode penelitian ini penelitian

deskriptif kualitatif yang memberikan data yang akurat tentang penggunaan

kebahasan disfemia dan nilai rasa disfemia. Sumber data diperoleh dari proses

pelaksanaan teknik pengumpulan data, dengan teknik membaca secara berulang –

ulang dengan mendapatkan data yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Teknik analisis data yang dilakukan agar data yang telah diperoleh dapat di

analisis dengan reduksi data, interpertasi data dan verifikasi data.

Hasil penelitian ini berupa Bentuk pemakaian disfemia pada berita politik

dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020, ditemukan klasifikasi disfemia menjadi

tiga, yaitu ; (1) berupa kata seperti kata menjegal, mengantongi, sengketa,

merebut, disusupi, bermain, genjot, segel, tantang, tuding, godok, anjlok, dan

ancam, (2) berupa frase seperti frase masuk meja, scenario bubar dan panaskan

mesin, dan (3) berupa ungkapan seperti ungkapan gigit jari. Nilai rasa yang

terkandung dalam bentuk disfemia pada berita politik dalam surat kabar Fajar

edisi Maret 2020, ada lima nilai rasa yaitu ; (1) Menyeramkan, seperti disusupi,

genjot godok, liar, dikecilkan, digantungnya, mengerucut, panaskan mesin, (2)

mengerikan seperti kata mengantongi, bermain, segel, ancam, cuek, dan digaet.

(3) Menakutkan, seperti kata menjegal, sengketa, goyah, skenario bubar, dan

masuk meja. (4) Menjijikan seperti kata ; Gigit jari, (5) Menguatkan seperti kata

merebut, dituding dan tantang.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan

kebahasaan disfemia dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020. Banyak kata yang

termasuk dalam disfemia dan mempunyai nilai rasa yang berbeda.

Kata Kunci : Bentuk Kebahasaan Disfemia, Berita Politik, Surat Kabar Fajar

Page 10: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Sebagai manusia ciptaan Allah Subhanahuwata’ala sudah sepatutnya penulis

memanjatkan kehadirat-Nya karena atas segala limpahan rahmat dan karunia serta

kenikmatan yang diberikan kepada penulis. Nikmat Allah itu sangat banyak dan

melimpah. Bahkan jika penulis ingin melukiskan nikmat Allah

Subhanahuwata’ala menggunakan semua ranting pohon yang ada di dunia

sebagai penanya dan seluruh air laut sebagai tintanya, maka ranting – ranting

pohon dan air laut akan habis dan belum cukup untuk menuliskan nikmat-Nya

tersebut. Semoga nikmat Sang Pencipta Selalu dilimpahkan kepada hamba-Nya

yang senantiasa berbuat baik dan bermanfaat.

Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada Rasullulah

Sallallahualaihiwasalam. Manusia yang menjadi revolusioner Islam yang telah

menggulung tikar – tikar kebatilan dan membentangkan permadani – permadani

Islam hingga saat ini. Nabi yang telah membawa misi risalah Islam sehingga

penulis dapat membedakanantara haq dan yang batil. Sehingga, kejahilannya tidak

dirasakan lagi oleh umat manusia di zaman yang digital ini.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat mencapai gelar sarjana (S-1),

Proposal ini bersifat penelitian. Skripsi ini juga dibuat agar dapat memberi

pengetahuan kepada pembaca mengenai “Penggunanaan Bentuk Kebahasaan

Disfemia Pada Berita Politik dalam Surat Kabar Fajar”.

Page 11: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

iii

Teristimewah ucapan terima kasih tidak terhingga kepada orang tua saya

tercinta yakni Andi Kamaruddin dan Murniati yang telah melahirkan, mengasuh,

memelihara, mendidik dan membimbing penulis dengan penuh kasih sayang serta

pengorbanan yang tak terhitung sejak dalam kandungan hingga saat ini. Terima

kasih juga kepada kakak saya yakni Andi Mattanete Kamaruddin yang selalu

memberikan perhatian, doa, semangat dan motivasi baik moral maupun material

yang diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih pula kepada dosen pembimbing I dan II yakni Dr.

Munirah, M.Pd dan Rosdiana, S.Pd., M.Pd. yang senantiasa memberikan

bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal penyusunan proposal hingga

selesainya. Tak lupa pula juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.

H. Abdul Rahman Rahim, M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,

Erwin Akib.,M. Pd., Ph. D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dr. Munirah, M. Pd., ketua Program

Studi Bahasa dan Sastra Indonesia serta seluruh dosen dan para staf pegawai

dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian

ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Ucapan terima Kasih penulis haturkan kepada teman-teman saya yang telah

meluangkan dan kesempatannya untuk memberikan saran dan masukan serta

semangat dalam penyusunan Skripsi ini.. Kata sempurna tidak pantas penulis

sandang karena tidak ada gading yang tak retak. Hal ini dikarenakan keterbatasan

kemampuan dan pengetahuan penulis. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih

Page 12: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

iv

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan

saran yang sifatnya membangun dari pembaca. Harapan penulis, semoga skripsi

ini dapat memberikan setitik ilmu dan manfaat bagi para pembaca pada umumnya

dan penulis pada khususnya.

Makassar, Maret 2020

Penulis

Page 13: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

v

DAFTAR ISI

SAMPUL

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................. 7

A. Kajian Pustaka ................................................................................. 7

1. Peneletian Relevan .................................................................... 7

2. Pengertian Bahasa ..................................................................... 11

3. Semantik .................................................................................... 13

4. Hakikat Makna......... ................................................................. ... 16

5. Perubahan Makna ...................................................................... 17

6. Disfemia .................................................................................... 22

7. BeritaPolitik................................................................................. 33

B. Kerangka Pikir ................................................................................ 36

BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 37

A. Rancangan Penelitian ...................................................................... 37

Page 14: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

vi

B. Definisi Istilah ................................................................................. 37

C. Data dan Sumber Data .................................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39

E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 43

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Wacana Berita Politik dalam Surat Kabar Fajar 43

2. Bentuk – Bentuk Pemakaian Disfemia ....................................... 44

3. Bentuk Nilai Rasa Disfemia ........................................................ 57

B. Pembahasan ...................................................................................... 71

BAB V PENUTUP ................................................................................ 75

A. Kesimpulan ...................................................................................... 75

B. Saran ................................................................................................. 76

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 77

LAMPIRAN ......................................................................................... 79

RIWAYAT HIDUP

Page 15: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Surat kabar adalah salah satu ragam dari ruang lingkup jurnalisme

cetak. Surat kabar juga merupakan salah satu sumber informasi tertulis

yang memuat berbagai peristiwa. Berita dalam surat kabar diperuntukkan

untuk umum yang menyangkut kepentingan umum dan informasi yang

menyangkut mengenai kejadian di masyarakat pada khalayak sehingga

khalayak dapat menerima informasi atau berita dari berbagai peristiwa

yang terjadi. Ciri – ciri surat kabar menurut Sumadiria (2017:138) yaitu

publisitas yang menyangkut penyebaran kepada publik, perioditas

menyangkut keteraturan terbitnya surat kabar, universalitas yakni surat

kabar harus memuat berita mengenai kejadian – kejadian di seluruh dunia

dengan aspek kehidupan manusia, aktualisasi yaitu menyangkut kecepatan

penyampaian laporan mengenai kejadian yang terjadi dalam masyarakat.

Pada zaman moderen ini jurnalistik tidak hanya mengelola berita

tetapi bersifat menghibur, mendidik, dan memengaruhi agar khalayak

melakukan kegiatan tertentu. Dalam penyampaian sebuah berita surat

kabar menggunakan berbagai bentuk kebahasaan. Bahasa yang digunakan

dalam surat kabar biasanya mengutamakan kemenarikan bahasa agar

pembaca atau khalayak tertarik untuk membacanya. Wartawan dapat

menampilkan berita yang memiliki nilai kebahasaan yang menarik seperti

Page 16: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

2

menggunakan ungkapan- ungkapan yang maknanya halus maupun makna

kasar ataupun memberikan makna penegasan pada kata yang bersifat

biasa.

Pengemasan bahasa dalam menginterpretasikan berita sangat

berpengaruh pada kenyamanan masyarakat dalam membaca atau

mendengar berita. Keingintahuan masyarakat untuk terus menyimak berita

dan membentuk persepsi, akan tercipta sesuai dengan tata bahasa dalam

berita. “Pandangan kita dibentuk oleh bahasa, dan karena bahasa berbeda

pandangan kita tentang dunia pun berbeda “ Sumadiria (2017:6).

Kararteristik penulisan berita inilah yang harus dipenuhi oleh setiap media,

khususnya media cetak yang memiliki kekuatan dan pemberitaan melalui

bahasa dalam tulisan saja di lengkapi gambar, tanpa adanya keterangan

berita berupa gambar bergrak ataupun audio..

Pemakaian bahasa dalam berita pada media cetak baik majalah

ataupun surat kabar, sudah selayaknya dikemas dengan pemilihan bahasa

yang menarik dan berkarakter. Penulisan berita pada media massa

umumnya memiliki kekhasan bahasa dalam menyampaikan informasi.

Salah satu kekhasan tersebut karena seringkali dijumpai pemakaian

disfemia dalam berita politik pada surat kabar.

Menurut Chaer (2014:50) gejala ditampilkannya kata-kata atau

bentuk-bentuk yang memiliki makna yang lebih halus, atau lebih sopan

dari pada yang akan digantikkannya disebut penghalusan (eufemia).

Kebalikan dari eufemia adalah disfemia yang biasa disebut pengasaran,

Page 17: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

3

yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau berrmaka

biasa dengan kata yang maknanya kasar. Disfemia biasanya banyak

ditemukan dalam berita kasus, hukum, kriminal, dan politik. Salah satu

kekhasan wacana politik dalam surat kabar adalah seringnya muncul

bentuk pengasaran bahasa atau disebut dengan disfemia

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis merasa tertarik meneliti

permasalahan ini. Penelitian ini menganalisis Penggunaan Bentuk

Kebahasaan Disfemia pada Berita Politik dalam Surat Kabar Fajar. Alasan

peneliti memilih Surat Kabar karena surat kabar pada tahun 2019 menjadi

polemik di masyarakat Sulawesi Selatan karena adanya pemilihan calon

anggota Legislatif. Calon anggota Legislatif pada Tahun 2019 khususnya

di Kabupaten Bone saya menilai banyak bahasa Calon anggota menjajikan

kesejahteraan rakyat. Dari bahasa tersebut saya menilai bahasa dan janji

yang di lontarkan oleh calon anggota legislatif tersebut mengandung

bahasa – bahasa politik. Maka dari itu saya mengangkat Surat Kabar

dalam kolom Berita Politik.

Surat Kabar Fajar merupakan salah satu Penerbit media Cetak

yaitu surat kabar yang ada di Makassar. Fajar adalah surat kabar harian

yang terbit di Sulawesi Selatan. Surat kabar ini termasuk salam grup Jawa

Pos. Kantor Pusatnya terletak di Kota Makassar. Berkat kepedulian harian

Fajar terhadap tata ruang disulawesi selatan, Harian Fajar mendapat

Penghargaan Media Cetak terbaik Advokasi Tata Ruang. Harian Fajar juga

pernah mendapat penghargaan penghargaan media cetak yang baik di

Page 18: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

4

Makassar. Fajar juga sering melakukan Pelatihan Jurnalistik terhadap

Masyarakat. Jadi, peneliti mengambil Surat Kabar Fajar karena Sudah

banyak mendapat penghargaan baik dari tata ruang maupun percetakan.

Surat kabar ini juga sangat dikenal dalam masyarakat.

Alasan peneliti mengambil bentuk kebahasaan disfemia pada berita

politik karena dalam berita politik biasanya banyak didapatkan

penggunaan kata yang bentuk kebahasaanya mengandung disfemia atau

pengasaran. Efek yang ditimbulkan dari pemakaian disfemia ditengah

masyarakat menjadikan sesuatu yang diberitakan terdengar lebih buruk.

Selain itu, penggunaan bentuk disfemia dapat mengubah pola pikir

masyarakat, sedangkan kaitannya dengan kesantunan berbahasa, efek

pemakaiannya membuat pola berbahasa masyarakat menjadi kasar. Oleh

karena itu, penggunaan disfemia pada berita politik dalam surat kabar

Fajar ini menarik penulis untuk dapat mengetahui bentuk-bentuk

kebahasaan disfemia yang digunakan, dan nilai rasa yang ditimbulkan.

Hasil Penelitian ini diharapkan membantu Pendidikan dan

masyarakat, untuk memahami pola berbahasa yang santun, dan memahami

mana kata yang maknanya halus tanpa terpengaruh dengan penggunaan

kebahasaan disfemia pada surat kabar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, ada dua rumusan masalah yang

dibahas :

Page 19: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

5

1. Bagaimana bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik dalam

surat kabar Fajar ?

2. Nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan bentuk kebahasaan

disfemia pada berita politik dalam surat kabar Fajar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini berupa :

1. Mengindentifikasi penggunaan bentuk kebahasaan disfemia pada

berita politik dalam surat kabar Fajar.

2. Mendeskripsikan nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan

bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik dalam surat kabar

Fajar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu memberikan

wawasan dan kontribusi kepada pembaca tentang ilmu bahasa

(linguistik) dan pengembangan ilmu semantik khususnya dalam

penggunaan bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik dalam

surat kabar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pembaca

Page 20: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

6

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai

pemakaian disfemia dan nilai rasa yang terkandung di dalamnya.

Membantu pembaca menafsirkan makna yang terkandung dalam

pemakaian disfemia pada berita politik dalam surat kabar Fajar.

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini juga bisa menjadi acuan bagi mahasiswa

memiliki sikap kritis dan kreatif terhadap pemakaian disfemia dan

penggunaan bahasa. Selanjutnya penelitian ini juga mampu menjadi

gambaran bagi mahasiswa untuk mempelajari lebih dalam ilmu

semantik khususnya disfemia yang terdapat pada surat kabar.

c. Bagi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan oleh guru bahasa indonesia

sebagai bahan ajar dalam menjelaskan nilai rasa yang terkandung

dalam bentuk pemakaian disfemia kepada peserta didik.

Page 21: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Penelitian Relevan

Kajian penelitian yang relevan sebagai pebanding dan sekaligus

sebagai referensi yang autentik dari sebuah penelitian . suatu penelitian

dapat diketahui keasliannya dengan melihat hasil penelitian

sebelumnya. Berikut beberapa hasil penelitian yang dilakukan

sebelumnya :

Budiawan (2016) menemukan penggunaan disfemia pada judul

berita nasional di TV One dengan pawartos Ngayogyakarta di Jogja tv

yaitu (1) penggunaan disfemia hanya berada pada tataran kata saja. (2)

nilai rasa pada judul berita di TV One dapat diklasifikasikan menjadi 4

jenis, sedangkan nilai rasa pada judul berita di Jogja TV dapat

diklasifikasikan menjadi 2 saja. (3) disfemia pada TV One muncul

dalam 5 topik berita, sedangkan dalam berita di Jogja TV ditemukan 3

macam topik . (4) penggunaan disfemia pada berita di TV One lebih

banyak, lebih ditonjolkan, dan menyerang langsung obyek yang

diberitakannya , sedangkan bentuk disfemia pada berita di Jogja TV

tidak.

Listiana (2018) melakukan penelitian berjudul “Pemakaian

Disfemia pada Rubrik Bola Nasional pada Tabloid Bola”. Hasil yang

Page 22: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

8

ditemukan ada tiga. Pertama, bentuk kebahasaan disfemia yang

ditemukan berupa kata, bentuk kebahasaan berupa kata terbagi menjadi

empat yaitu ,kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata

majemuk. Kedua, nilai rasa yang ditemukan di dalamnya ada lima

yaitu, menyeramkan, menakutkan, mengerikan, menjijikan,

menguatkan untuk menunjukkan kekasaran. Ketiga, tujuan penggunaan

disfemia adalah untuk menunjukkan usaha, menunjukkan perilaku,

menunjukkan kejengkelan, dan menguatkan makna.

Persamaan antara peneliti ini dengan Listiana yaitu sama-sama

menganalisis makna disfemia dan nilai rasa disfemia. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada sumber dan

kajian penelitian. Sumber penelitian ini adalah berita politik pada surat

kabar Fajar.

Rifa‟i (2012) meneliti “ Analisis Disfemia dalam Tajuk Kencana

Koran Kompas edisi Januari 2011 serta Implikasinya dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Penelitian Rifa‟i bertujuan

untuk mengetahui bentuk-bentuk perubahan makna disfemia dalam

tajuk kencana Kompas edisi Januari 2011. Hasil penelitian dinilai

memiliki relevansi yang baik sebagai bentuk implikasi dalam kegiatan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Penelitian ini menggunakan

kualitatif deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis dan dideskripsikan

dengan mengacu pada teori- teori perubahan disfemia. Penulisan

menggunakan metode triangulasi untuk menhuji keabsahan data. Hasil

Page 23: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

9

penelitian membuktikan bahwa bentuk – bentuk disfemia dalam tajuk

kecana terdiri dari bentuk kata, frasa dan ungkapan. Hasil penelitian ini

juga mempunyai implikasi positif terhadap pembelajaran. Hal ini

didasari kriteria yang ada di dalam penelitian ini sudah sejalan dengan

kompetensi dasar yang terdapat pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan.

Penelitian ini dengan penelitian Rifa‟i memiliki persamaan, yaitu

meneliti dengan fokus penelitian disfemia mengenai bentuk disfemia.

Perbedaan penelitian ini dengan peneliti Rifa‟i, yaitu penelitian Rifa‟i

meneliti tentang bentuk disfemia pada taiuk kencana koran Kompas dan

implikasinya pada pembelajaran di SMA. Sedangkan Penelitian ini

mengkaji penggunaan bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik

dalam surat kabar Fajar dan nilai rasa yang adapada bentuk kebahasaan

disfemia.

Persamaan antara peneliti ini dengan Istiana yaitu sama-sama

menganalisis makna disfemia. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terletak pada sumber dan kajian penelitian.

Sumber penelitian ini adalah berita politik pada surat kabar Fajar.

Hadi Saputro (2015) meneliti “Bentuk Pengasaran (disfemia)

dalam Bahasa Indonesia pada Wacana Politik di Media Cetak dan

Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”.

Berdasalkan hasil peneliti ditemukan, Pertama, bentuk disfemia dilihat

dari nilai rasa yaitu nilai rasa menguatkan, menakutkan, menyeramkan,

Page 24: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

10

dan mengerikan. Kedua, jenis kalimat yang muncul ada tiga kategori

kalimat, yaitu ; kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh. Ketiga,

bentuk pengasaran bahasa dapat menjadi pembelajaran guru bahasa

indonesia dalam pembelajaran penggunaan bahasa, seperti penggunaan

diksi, kalimat efektif dan etika berbahasa.

Persamaan antara peneliti ini dengan peneliti lain yaitu sama-sama

menganalisis makna disfemia. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terletak pada sumber dan kajian penelitian.

Sumber penelitian ini adalah berita politik pada surat kabar Fajar.

Erviana Dewi (2018) meneliti dengan judul Disfemia pada

Komentar Akun Instagram Mimi Peri. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan bentuk disfemia pada komentar akun instagram

mimi.peri. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Objek penelitian ini ungkapan disfemia pada komentar akun instagram

mimi.peri. Data penelitian adalah kata, frasa, dan kalimat yang

mengandung disfemia pada komentar akun instagram mimi.peri. Data

yang di analisis dalam penelitian ini berjumlah 29 data. Sumber data

penelitian ini adalah komentar pada akun instagram mimi.peri.

Pengumpulan data penelitian dengan metode simak dan catat, yakni

membaca komentar akun instagram mimi.peri selanjutnya dilakukan

pencatatan kata, frasa, dan kalimat yang mengandung disfemia. Analisis

data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content

analisys). Hasil penelitian menunjukkan bentuk disfemia pada komentar

Page 25: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

11

akun instagram berupa kata, frasa, dan kalimat. (1) Bentuk disfemia

berupa kata: banci, anjing, iblis, pelakor, bencong, kuntilanak, najis,

dajjal, bangsat, kiamat, tai, dan siluman. (2) Bentuk disfemia berupa

frasa: setan manusia, pengikut dajjal, kayak babi, mirip setan, banci

bertitit, kayak orang gila, iblis betina, dan buluk banget. (3) Bentuk

disfemia berupa kalimat: aku menetas jadi peri, itu muka apa rosokan?,

irungmu kaya kupu-kupu, putri terkutuk 2018, manusia laknat penyebar

virus perusak generasi bangsa, kayak burung merak, cantiknya ngalahin

ratu iblis, mukanya jaman old, dan pergi ke wc cium tai.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa bentuk penggunaan

disfemia dari nilai rasa yaitu nilai rasa menguatkan, menakutkan,

menyeramkan, dan mengerikan.

Penelitian ini dengan penelitian Erviana memiliki persamaan yang

terletak pada nilai rasa disfemia, tetapi Erviana hanya menggunakan

tiga bentuk nilai rasa disfemia dan tidak mengklasifikasikan bentuk -

bentuk disfemia. Sedangkan penelitian ini menggunakan lima nilai rasa

disfemia dan mengkalisifikasikan disfemia.

2. Pengertian Bahasa

Bahasa merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia.

Karena bahasa merupakan alat komunikasi untuk berinteraksi dengan

satu sama lain. Itulah mengapa bahasa menjadi beberapa faktor krusial

dalam kehidupan masyarakat ada beberpa pengertian bahasa menurut

para ahli. Syamsuddin (2017:5) bahasa memiliki dua pengertian.

Page 26: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

12

Pertama, bahasa ialah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran serta

perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk

memengaruhi serta dipengaruhi. Kedua, bahasa ialah tanda yang jelas

dari kepribadian yang baik ataupun yang buruk, tanda yang jelas dari

keluarga serta bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Tarigan (2013:7) beliau memberikan dua defenisi bahasa. Pertama

bahasa ialah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga sistem

generatif. Kedua bahasa ialah seperangkat lambang – lambang mana

suka ataupun simbil-simbol arbirter.

Santoso (2016:1) bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan

oleh alat ucap manusia secara sadar.

Kridalaksana dalam Chaer (2014:32) menyatatakan bahwa bahasa

adalah suatu sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk

berkomunikasi oleh kelompok manusia. Menurut Chaer (2014:34)

bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbirter yang digunakan oleh

para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

mengidentifikasi diri. Sebagai sebuah sistem, maka bahasa terbentuk

oleh suatu aturan, kaidah atau pola-pola tertentu, baik dalam bidang tata

bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau

pola ini dilanggar, maka komunikasi dapat terganggu. Lambang yang

digunakan dalam sistem bahasa adalah berupa bunyi, yaitu yang

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Karena lambang yang digunakan

berupa bunyi, maka yang dianggap primer di dalam bahasa adalah

Page 27: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

13

bahasa yang diucapkan, atau yang sering disebut bahasa lisan. Karena

itu pula, bahasa tulisan, yang walaupun dalam dunia modern sangat

penting, hanyalah bersifat sekunder. Bahasa tulisan sesungguhnya tidak

lain adalah rekaman visual, dalam bentuk huruf-huruf dan tanda-tanda

baca dari bahasa lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan lambang bunyi

dan alat untuk berkomunikasi manusia yang diucapkan melalui alat

ucap manusia yang terkontrol dalam keadaan sadar.

3. Semantik

Kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang

objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan satu tataran

linguistik. Kalau istilah ini tetap dipakai tentu harus diingat bahwa

status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan

sintaksis adalah tidak sama, sebab secara hierarkial satuan bahasa yang

disebut wacana, dibangun oleh kalimat, satuan kalimat dibangun oleh

klausa, satuan klausa dibangun oleh frase, satuan frase dibangun oleh

kata, satuan kata dibangun oleh morfem, satuan morfem dibangun oleh

fonem, dan akhirnya satuan fonem dibangun oleh fon atau bunyi. Dari

bangun membangun itu, kita bisa bertanya dimana letak semantik?

Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada diseluruh atau

disemua tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Chomsky dalam

Chaer (2014:285) menyatakan betapa pentingnya semantik dalam

linguistik, maka studi semantik sebagai bagian dri studi linguistik

Page 28: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

14

menjadi semarak. Semantik tidak lagi menjadi objek periferal,

melainkan menjadi objek nyang setaraf denagan bidang – bidang srudi

linguistik lainnya

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, Sema (nomina) yang

berarti tanda atau lambang, dan verba Samaino yang bisa disebut

sebagai menandai atau melambangkan. Semantik merupakan cabang

linguistik yang mempelajari makna yang terkandung dalam bahasa.

Menurut Kridalaksana (2014:186) menjelaskan pengertian semantik

yaitu bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna

ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara.

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang

digunakan untuk bidang linguistikyang mempelajari hubungan antara

tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan

kata lain semantik adalah bidang studi dalam linguistik yang

mempelajari tentang makna atau arti. Semantik Mengandung studi

tentang makna yang merupakan bagian dari linguistik. Seperti halnya

bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini juga menduduki

tingkat tertentu. Maksudnya apabila komponen bunyi menduduki

pertama, tata bahasa pada tingkat kedua sedangkan komponen makna

menduduki tingkat yang terakhir. Hubungan ketiga komponen tersebut

karena bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak mengacu

pada lambang – lambang yang memiliki tatanan bahasa memiliki

Page 29: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

15

bentuk dan hubungan yang mengasosiasikan adanya makna

(Aminuddin, 2013:24).

Tarigan (2015:10) Semantik adalah menelaah lambang atau tanda

yang menyatakan makna, hubungan makna satu dengan yang lain, dan

pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.

Menurut Chaer (2014:45) Dalam semantik yang dibahas adalah

hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut,

serta benda atau hal yang dirujuk oleh makna itu yang berada diluar

bahasa. Sedangkan menurut Djajasudarma (2012:20) menyatakan

bahwa semantik adalah penelitian makna kata dalam bahasa tertentu

menutut sistem penggolongan.

Berdasarkan defenisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang

makna kata dan makna kalimat serta sebagai alat dalam memberikan

simbol pengetahuan pada kosakata dari suatu bahasa dan strukturnya

untuk mengembangkan arti yang lebih terperinci sehingga dapat

dikomunikasikan dalam bahasa. Semantik pada dasarnya sanagat

bergantung pada dua kecenderungan. Pertama, makna bahasa

dipengaruhi oleh konteks diluar bahasa, benda, objek dan peristiwa

yang ada di dalam semsta. Kedua, kajian makna bahasa ditemukan oleh

konteks bahasa, yakni oleh aturan kebahasaan suatu bahasa.

4. Hakikat Makna

Page 30: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

16

Banyak teori tentang makna telah dikemukakan para ahli.

mengungkapkan makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam

pikiran pendengaran atau pembaca karena ransangan aspek. Aspek bentuk

adalah segi yang dapat diserap dengan pancaindera yaitu melihat atau

mendengar. Pada waktu seseorang berteriak “tolong” timbul reaksi dalam

fifkiran kita “ada seseorang yang membutuhkan pertolongan”. Jadi

bentuknya adalah “tolong” dan maknanya adalah “reaksi seseorang yang

mendengar”. Hal ini senada dengan makna dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2014:703) makna diartikan (1) arti; (2) pembaca atau penulis;

(3) pengertian yang diberikan kepada bentuk kebahasaan. Menurut

Ferdinand de Saussure dalam Chaer (2014:286) setiap tanda linguistik atau

tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu komponen signifian atau

“yang mengartikan” yang wujudnya berupa runtunan bunyi, dan

komponen signifie atau “yang diartikan “wujudnya berupa pengertian atau

konsep (yang dimiliki oleh signifian).

Makna itu sendiri berada di balik kata, tetapi dari tataran Morfologi lebih

merupakan studi untuk menmukan kesatuan artibukan mempelajari makna

itu sendiri (Sugiono 2015:254). Pateda (2010:79) mengemukakan bahwa

istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan.

Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.

Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2010:82) mengemukakan bahwa

makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian

Page 31: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

17

Aminuddin (2015:55) menyatakan bahwa makna adalah hubungan antara

bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama pemakai bahasa

dengan dunia luar sehingga dapat saling dimengerti. Dari batasan

pengertian itu dapat diketahui tiga pokok yang tercakup didalamnya. (1)

Makna adalah hasil hubungan antara bahasa dan dunia luar. (2) Penentuan

hubungan terjadi karena kesepakatan pemakai, serta (3) Perwujudan

makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat

saling dimengerti.

Berdasarkan berbagai pernyataan diatas dapat disimpulkan makna adalah

maksud pembicara atau penulis yang diberikan kepada bentuk berupa kata,

gabungan kata, maupun satuan yang lebih besar lainnya berdasarkan

konteks pemakaian, situasi yang melatari, dan intonasi.

5. Perubahan Makna

Kridalaksana dalam chaer , (2014:193) mengatakan perubahan

makna adalah kata dalam sejarah suatu bahasa dan dalam kontak dengan

bahasa-bahasa lain. Menurut Tukiran dalam Hasibuan, (2014:49)

menjelaskan perubahan makna yang menyangkut banyak hal. Perubahan

makna yang dimaksud di sini meliputi: pelemahan, pembatasan,

penggantian, penggeseran, perluasan dan juga kekaburan makna.

Djajasudarma, (2012:76) mengatakan perubahan makna seperti

dinyatakan terdahulu bahwa faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan

makna antara lain sebagai akiba,jnt perkembangan bahasa.

Page 32: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

18

Chaer (2014:310) secara sinkronis makna sebuah kata atau leksem

tidak akan berubah, tetapi secara diakronis ada kemungkinan dapat

berubah. Maksudnya, dalam masa yang relatif singkat, makna sebuah kata

akan tetap sama, tidak berubah, tetapi dalam waktu yang relatif lama ada

kemungkinan makna sebuah kata akan berubah. Ada kemungkinan ini

tidak berlaku untuk semua kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa,

melainkan hanya terjadi pada sejumlah kata sja, yang disebabkan oleh

beberapa faktor, antar lain :

a. Perkembangan dalam bidang ilmu teknologi

Adanya perkembangan konsep keilmuan dan teknologi dapat

menyebabkan sebuah kata yang pada mulanya bermakna A menjadi

bermkna B atau bermakna C . Umpanya, kata sastra pada mulanya

bermakna tulisan, huruf lalu bermakna bacaan, kemudian berubah lagi

menjadi makna buku yang baik isinya dan baik pula bahsanya.

Selanjutnya berkembang lagi menjadi karya bahasa yang bersifat

imaginatif dan kreatif. Perubahan makna kata sastra seperti yang kita

sebutkan itu adalah karena berkembangnya atau berubahnya konsep

tentang sastra itu dalam ilmu susastra. Perkembangan dalam bidang

teknologi juga menyebabkan terjadinya perubahan makna kata.

Misalnya, dulu kapal – kapal menggunakan layar untuk dapat

bergerak. Oleh karena itu muncullah istilah berlayar dengan makna

melakukan perjalanan dengan kapal atau perahu yang digerakkan

tenaga layar. Namun meskipun tenaga penggerak kapal sudah diganti

Page 33: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

19

dengan mesin uap, mesin diesel, mesin turbo, tetapi kata berlayar

masih tetap digunakan untuk menyebut perjalanan di air itu.

b. Perkembangan Sosial Budaya

Perkembangan dalam masyarakat berkenan dengan sikap sosial

dan budaya, juga menyebabkan terjadinya perubahan makna. Kata

saudara misalnya pada mulaya berarti seperut atau orang yang lahir

dari kandungan yang sama. Tetapi kini kata saudara digunakan juga

untuk menyebut orang lain sebagai kata sapaan, sederajat baik usia

maupun kedudukan sosial.

c. Perbedaan Bidang Pemakaian

Kosakata memiliki makna yang hanya dikenal dalam bidang

tertentu oleh pemakaian sehari – hari dapat digunakan atau dipakai

dalam bidang lain dan menjadi kosakata umum.dengan demikian

terjadilah sebuah perubahan dari bidang tertentu kebidang yang lain.

Misalnya kata membajak yang berasal dari bidang pertanian, seperti

pada frase membajak sawah, kini telah biasa digunakan dalam bidang

lain dengan makna melakukan kekerasan atau paksaan untuk

memperoleh keuntungan seperti tampak dalam frase membajak

pesawat dan kaset bajakan.

d. Pertukaran Tanggapan indra

Gejala yang berhubungan dengan bunyi atau suara maka

ditangkap manusia dengan indra pendengaran. Selanjutnya segala hal

yang ada di dunia berupa wujud yang dapat dilihat ditangkap

Page 34: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

20

menggunakan indra penglihatan yakni mata. Namun, dalam

perkembangan pemakaian bahasa banyak terjadi pertukaran

pemakaian alat indra untuk menangkap gejala yang terjadi di sekitar

manusia yang diutarakan lewat bahasa. Misalnya, rasa pedas yang

seharusnya ditanggap oleh alat indra perasa lidah menjadi di tanggap

oleh alat pendengar yaitu telinga, seperti dalam ujaran kata-katanya

sangat pedas.

e. Adanya Asosiasi

Makna yang baru muncul berkaitan dengan hal atau peristiwa

lain yang berkenaan dengan kata tersebut. Misalnya kata amplop yang

berasal dari bidang administrasi atau surat-menyurat, maka asalnya

adalah‟ sampul surat‟. Kedalam amplop itu selain bisa dimasukkan

surat tetapi bisa juga dimasukkan benda lain seperti uang. Oleh karena

itu dalam kalimat “Beri saja amplop maka semua urusanmu itu beres”.

Dalam kalimat tersebut amplop yang dimaksudkan bukanlah surat

melainkan berisi uang yang berarti sogokan.

Aminuddin (2003:134) menyatakan bahwa keberadaan makna

dalam suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari kualitas pengalaman,

perkembangan ilmu pengetahuan, maupun tingkat sosial sosial budaya

masyarakat pemakainya. Dengan kata lain, perubahan makna suatu bahasa

dipengaruhi oleh perkembangan dan budaya masyarakat pemakainya.

Perubahan makna dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :

1) Meluas

Page 35: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

21

Makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau

leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah “makna”, tetapi

kemudian karena berbagai faktor menjadi makna lain.

2) Menyempit

Perubahan makna menyempit adalah gejala yang terjadi pada

sebuah kata yang mulanya mempunyai makna yang cukup luas kemudian

berubah menjadi terbatas.

3) Perubahan Total

Makna perubahan total adalah berubahnya sama sekali makna

sebuah kata dari makna aslinya.

4) Penghalusan (Eufemia)

Perubahan makna penghalusan adalah gejala ditampilkannya kata-

kata atau bentuk nentuk tang dianggap memiliki makna yang lebih

halus.atau lebih sopan daripada yang akan digantikan. Misalnya kata

penjara atau bui diganti dengan ungkapan yang lebih halus yaitu

Lembaga.

5) Pengasaran (Disfemia)

Kebalikan dari penghalusan adalah pengasaran atau disfemia, yaitu

usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa

dengan kata yang maknanya kasar.

6. Disfemia

a. Hakikat Disfemia

Page 36: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

22

Menurut Chaer (2014:144) kebalikan penghalusan adalah

pengasaran atau disfemia, yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya

halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. Usaha atau

gejala pengasaran ini biasanya dilakukan oleh orang dalam situasi yang

tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan, misalnya, kata atau

ungkapan, masuk kotak dipakai untuk mengganti kata kalah seperti dalam

kalimat Liem Swie King sudah masuk kotak, kata mencaplok dipakai untuk

mengganti mengambil dengan begitu saja seperti dalam kalimat “Dengan

seenaknya Israel mencaplok wilayah Mesir itu”.

Namun banyak juga kata yang sebenarnya bernilai kasar tetapi sengaja

digunakan untuk lebih memberi tekanan tanpa terasa kekasarannya. Misal,

kata mencuri yang dipakai dalam kalimat “Kontingen Suriname berhasil

mencuri satu medali emas dalam kolam renang”. Padahal sebenarnya

perbuatan mencuri adalah salah satu tindak kejahatan. Wijana (2011:79)

mengungkapkan bahwa disfemia merupakan penggunaan bentuk-bentuk

kebahasan yang dimiliki nilai rasa tidak sopan atau yang ditabukan. Kata-

kata yang memilik komponen semantis yang negatif dapat digunakan oleh

penutur untuk menyerang orang lain. Penggunaannya menimbulkan sebuah

penekanan atau pemberi nilai tambah yang kasar terhadap suatu bahasa.

Penyampaian yang bernilai kasar tersebut akan memperjelas makna atau

maksud dari tuturan yang disampaikan.

Disfemia biasanya digunakan oleh orang dalam situasi yang tidak

ramah atau untuk menghujat atau menyatakan kejengkelan seseorang.

Page 37: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

23

Bentuk disfemia sering digunakan oleh seseorang dengan tujuan untuk lebih

menarik perhatian orang lain. Dalam kehidupan sehari – hari, bentuk

disfemia sering dilakukan dalam percakapan biasa, namun lebih sering

digunakan dalam berita-berita atau surat kabar. Pemakaian disfemia pada

surat kabar sering digunakan oleh penulis maupun redaksi sebagian bentuk

kreatif yang bertujuan untuk mengeraskan kata atau memberi kesan yang

mencekam sehingga isi bacaan memiliki makna yang dapat menarik minat

pembaca.

b. Bentuk Disfemia

Menurut Ramlan (2016:27) bentuk kebahsaan merupakan bentuk-

bentuk baik arti leksikal maupun gramatikal. Penggunaan bentuk

kebahasaan disfemia terdapat dalam bentuk-bentuk :

1) Kata

Kata adalah unit bahasa yang terdiri dari satu atau beberapa lafal

yang diucapkan atau dipresentasi secara tertulis. Kata berfungsi

pembawa makna utama. Kata juga terdiri dari satu atau beberapa

moerfem dan merupakan unit terkecil dalam kalimat yang

penggunaanya bisa independen atau penggabungan dari dua kata atau

tiga unit kata. Beberpa para ahli berpendapat :

Menurut Tata Bahasawan dalam Chaer (2014:162) kata adalah

satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau kata adalah deretan

huruf yang diapit oleh dua buah spasi, dan mempunyai satu arti. Chaer

(2014:163) berpendapat bahwa kata merupakan bentuk yang kedalam

Page 38: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

24

mempunyai susunan fonologi yang stabil dan tidak berubah, dan keluar

mempunyai kemungkinan mobilitas dalam kalimat.

Menurut Ramlan (2016:33) kata sebagai satuan bahasa yang

terkecil dapat diucapkan secara berdikari. Maksud berdikari bahwa

satuan bahasa terkecil yang memiliki sifat bebas, merdeka, independen,

lepas, dan mandiri. Kata tersebut merupakan unsur elemen dalam suatu

bahasa yang berbentuk lisan maupun tulis sebagai realisasi pikiran atau

perasaan dan memiliki arti yang dapat digunakan dalam berbahasa. Dari

defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa kata merupakan satuan terkecil

yang dapat berdiri sendiri yang mempunyai arti. Chaer (2014: 114)

mencontohkan bentuk disfemia berupa kata, yaitu kata mendepak dan

mencaplok.

(a) Dia berhasil mendepak Bapak A dari kedudukannya. Kata

mendepak merupakan disfemia untuk mengganti kata mengeluarkan.

(b) Dengan seenaknya Isra el mencaplok wilayah Mesir.Kata

mencaplok merupakan disfemia untuk mengganti “mengambil dengan

begitu saja”.

2) Frase

Menurut Chaer (2014:222) frase adalah satuan gramatikal yang

berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga

disebut gabungan kata yangmengisi salah satu fungsi sintaksis dalam

kalimat. Satu hal yang perlu diingat, karena frase itu mengisi salah satu

fungsi sintaksis, maka satu unsur frase itu tidak dapat dipindahkan

Page 39: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

25

“sendirian”. Jika ingin dipindahkan, maka harus dipindahkan secara

keseluruhan sebagai satu kesatuan.

Hockett dalam Hastuti (2014:14) frase adalah kontruksi yang terdiri

atas dua kata atau lebih sebagai unsurnya. Namun defenisi ini banyak

yang tidak setuju oleh kaum tranfomasi karena frase dapat saja terdiri

dari satu kata, asalkan dari satu morfem. Dengan demikian menurut

soeparno defenisi frase adalah suatu kontruksi gramatikal yang secara

potensial terdiri atas dua kata atau lebih, yang merupakan unsur dari

suatu klausa dan tidak bermakna proposisi.

Berdasarkan kelas unsur menurut Soeparno dalam Hastuti (2014:15)

frase dapat dibedakan atas frase nomina, frase verba, frase adjektiva,frase

numeralia, frase preposisi, dan frasa konjungsi.

(a) Frasa Nomina adalah frasa yang intinya kata benda. Contoh :

Rumah ini milik bapak Hasan

(b) Frasa Verba adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata

kerja dan ditandai dengan adanya afiks verba. Frasa verba dapat

ditambahkan imbuhan kata „sedang‟ untuk verba aktif dan kata

„sudah‟ untuk verba yang menyatakan keadaan. Frasa verba tidak

dapat diberikan imbuhan kata „sangat‟ dan biasanya menduduki fungsi

sebagai predikat dalam suatu kalimat. Contoh : dia berjalan memutari

kompleks

(c) Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki unsur pusat berupa kata

sifat. Unsur dalam frasa adjektiva dapat diberikan imbuhan ter- (untuk

Page 40: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

26

mewakili kata paling). Biasanya menduduki fungsi sebagai predikat

dalam suatu kalimat. Contoh : Panci itu sangat panas.

(d) Frase Numeralia merupakan frasa yang memiliki unsur pusat

berupa kata numeralia atau kata kata yang menyatakan suatu bilangan

atau jumlah tertentu. Contoh : Tiga Puluh tangkai Bunga

(e) Frase Preposisi adalah frasa yang ditandai dengan adanya preposisi

atau kata depan sebagai penunjuk/indikator dan diikuti kata atau

kelompok kata, yang bukan klausa, yang berdiri sebagai petanda.

Contoh : di depan rumah

(f) Frasa konjungsi adalah frasa yang ditandai dengan adanya

konjungsi atau kata penghubung. Contoh : mereka terdiam.

3) Ungkapan

Nurhayati (2016:9) Ungkapan adalah kelompok kata yang

menyatakan makna khusus (makna unsur-unsurnya sering kali menjadi

kabur). Untuk dapat mengetahui apakah kata itu termasuk ungkapan atau

tidak, maka harus ada konteks kalimat selanjutnya. Menurut Pateda

(2001:230) meskipun antara idiom dan ungkapan terdapat perbedaan

nuansa makna , hal yang berhubungan dengan idiom telah dimasukkan

kedalam pengertian ungkapan.

Jadi dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa

ungkapan atau idiom adalah gabungan kata yang membentuk arti baru

yang tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya . Contoh bentuk

kebahasaan yang berupa frasa. Lim Swi King sudah masuk kotak, Chaer

Page 41: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

27

(2007:154) ungkapan pada sudah masuk kotak itu termasuk kasar, karena

biasanya yang dimasukkan kedalam kotak itu adalah barang atau benda.

Ungkapan masuk kotak menggantikan kata kalah yang lazim digunakan.

c. Kelas Kata Bahasa Indonesia

Menurut Chaer (2014:166-167) istilah lain untuk penggunaan

klasifikasi kata yaitu penggolongan kata. Chaer mengatakan bahwa kelas kata

dapat diklasifikasikan menjadi verba, nomina, dan adjektiva. Sedangkan

menurut Ramlan (2016:43) mengatakan bahwa kelas kata adalah perangkat

kata yang sedikit banyak berperilaku sintaksis. Subkelas kata adalah bagian

dari suatu perangkat kata yang berperilaku sintaksis sama. Kridalaksana

(2016:51) membagi kelas kata menjadi tiga, dilihat dari bentuknya dalam

bahasa indonesia.

1) Verba

Kridalaksana (2016:51) membagi verba menjadi dua yaitu verba

dasar bebas dan verba turunan. Verba dasar bebas yaitu verba yang berupa

morfem atau kata dasar , yang belum mendapat imbuhan. Contohnya

makan, minum, jalan, dan sebagainya. Sedangkan verba turunan adalah

verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau

berupa panduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat ditemukan :

(a) Verba berafiks : Bermain

(b) Verba reduplikasi : jalan – jalan

(c) Verba proses gabung : tersenyum-senyum

(d) Verba majemuk : Cuci mata

Page 42: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

28

2) Adjektiva

Adjektiva adalah kata yang menerangkan kata benda. Adjektiva

adalah kategori yang ditandai oleh kemungkinannya untuk :

(a) Bergabung dengan partikel tidak

(b) Mendampingi nomina,

(c) Didampingi partikel seperti lebih, sangat, agak,

(d) Mempunyai ciri-ciri morfologis, atau

(e) Dibentuk menjadi nomina dengan konfiks ke-an seperti

kehadiran dari kata dasar hadir , kemalaman dari kata dasar

malam.

Dilihat dari bentuknya adjektiva dibedakan menjadi :

(1) Adjektiva dasar yaitu kata yang dapat diuji dengan kata sangat

dan lebih. Misalnya : Mahal, jahat, jauh

(2) Adjektiva turunan terbagi menjadi adjektiva turunan berafiks

misalnya, terhormat. Sedangkan adjektiva turunan

bereduplikasi misalnya, elok-elok.

3) Nomina

Menurut Ramlan (2014:163) nomina adalah kelas kata yang dapat

berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Nomina secara sintaksis

tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan partikel tidak,

mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Dilihat dari

bentuknya nomina dibedakan menjadi :

Page 43: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

29

(a) Nomina dasar contonya : buku, radio, batu , pulpen dan

sebagainya. Dapat dilihat bahwa kata yang tertera pada contoh diatas

merupakan kata benda

(b) Nomina turunan terbagi menjadi, nomina berafiks dan nomina

bereduplikasi. Contohnya : keuangan (afiks) dan rumah-rumah

(reduplikasi).

d. Bentuk Nilai Rasa Disfemia

Menurut Masri, dkk (2017:74-77) menyatakan bahwa dilihat dari nilai

rasa disfemia dalam surat kabar cenderung, menuju pada nilai rasa yang

dianggap menyeramkan (seram), menakutkan, menguatkan, menjijikkan, dan

mengerikan. Makna emotif adalah muatan nilai rasa pada makna yang dibawa

oleh suatu kata. Nilai rasa itu bersifat positif (spontan, hormat, dan baik.) dan

dapat bersifat negatif (kasar, tidak sopan, dan porno). Dicontohkan oleh Pateda

(2001:29-30) kata buaya yang muncul pada urutan “kata kamu seorang buaya

darat”. Kata buaya menimbulkan perasaan yang tidak enak jika didengar. Hal

tersebut karena kata buaya dihubungkan dengan perilaku yang buas dan

dianggap sebagai suatu penghinaan. Beberapa nilai yang di ungkapkan oleh

Masri,dkk (2017:17-18) yakni ;

1. Menyeramkan

Nilai rasa menggambarkan tentang sesuatu hal atau suasana atau

keadaan yang menyeramkan. Contoh : Pelaku bejat Asnawi di tengah

Page 44: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

30

lapangan membuat geram Afrizal. Kata geram tersebut memiliki nilai rasa

menyeramkan karena merujuk pada perlakuan seseorang di tengah

lapangan.

2. Mengerikan

Nilai rasa mengerikan menggambarkan tentang hal-hal lazim yang

mengerikan dan tidak lazim dilakukan oleh manusia. Contohnya : Seorang

Pelajar dianiaya oleh orang yang tak dikenal di trotoar jalan. Kata dianiaya

memiliki nilai rasa mengerika karenamerujuk pada tindakan seseorang

yang mengerikan kepada orang lain.

3. Menakutkan

Nilai rasa menakutkan menggambarkan tentang hal-hal yang

berhubungan dengan mahluk gaib yang ditakuti manusia.

4. Menjijikkan

Nilai rasa menjijikkan menggambarkan hal-hal yang jorok, yang

apabila diucapkan seseorang akan mendapatkan celaan. Contohnya :

banyaknya kudis dalam persepakbolaan makassar terungkap. Kata kudis

merupakan hal yang menjijikkan karena merupakan penyakit kulit yang

jorok.

5. Menguatkan

Nilai rasa menguatkan merupakan nilai rasa yang lebih banyak

memberikan tekanan pada hal tertentu. Pemakaian disfemia ini hanya

untuk menguatkan saja. Contohnya : PSM membantai Persija dengan Skor

Page 45: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

31

4-1. Kata membantai merupakan kata yang menguatkan dari kata asal

mengalahkan .

Shipley (dalam Chaer, 2014: 101) menyatakan makna emotif

adalah, “makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap

pembicara mengenai atau terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan”.

Misalnya, kata kerbau yang muncul pada urutan kata engkau kerbau. Kata

kerbau menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar atau

mengandung makna emotif. Hal tersebut karena kata kerbau dihubungkan

dengan perilaku malas, lamban, dan dianggap sebagai penghinaan. Orang

yang mendengarnya merasa tersinggung dan perasaannya tidak enak.

Begitu juga dengan kata meninggal, mati, tewas, dan mampus yang

memiliki makna emotif yang berbeda-beda, tetapi memiliki makna

kognitif yang sama yaitu „tidak lagi bernyawa‟. Orang yang membaca atau

mendengar urutan kata Si Ali mampus memperlihatkan perasaan orang

yang menuliskannya atau mengucapkannya. Selain itu, juga menimbulkan

perasaan tertentu pada pembaca atau pendengar.

Senada dengan contoh di atas, Keraf (2014:160) mencontohkan

kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, dan berpulang. Kata-kata

tersebut memiliki denotasi yang sama, yaitu „peristiwa di mana jiwa

seseorang telah meninggalkan badannya‟. Akan tetapi, kata meninggal,

wafat, dan berpulang mempunyai makna emotif tertentu, yaitu

mengandung nilai kesopanan atau dianggap lebih sopan. Berbeda lagi

dengan kata mangkat yang memiliki makna emotif lain, yaitu mengandung

Page 46: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

32

nilai kebesaran, sedangkan kata gugur mengandung nilai keagungan dan

keluhuran.

Contoh yang sama juga diungkapkan Pateda (2010: 224) bahwa

kata meninggal bernilai rasa lebih halus jika dibandingkan dengan kata

mati. Begitu juga dengan kata korupsi yang bernilai rasa lebih keras

daripada urutan kata menggelapkan uang. Contoh lain adalah kata hamil

dengan kata bunting. Kedua kata tersebut mengandung makna yang sama.

Akan tetapi, kata hamil bernilai lebih halus dibandingkan dengan kata

bunting. Seseorang dapat mengatakan atau menuliskan sapi saya sudah

hamil atau sapi saya sudah bunting. Akan tetapi, sangat janggal kalau

seseorang mengatakan atau menuliskan istri bupati telah bunting.

Keraf (2014: 29) menyatakan makna emotif adalah, “suatu jenis

makna di mana stimulus dan respons mengandung nilai-nilai emosional”.

Selanjutnya, makna emotif dipakai karena pembicara ingin menimbulkan

perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang, dan

sebagainya. Selain itu, juga untuk memperlihatkan perasaan yang

dipendam penulis atau pembicara. Pengertian yang sama juga diungkapkan

Pateda (2010: 102) makna emotif adalah, “makna yang terdapat dalam

kata yang menimbulkan emosi”. Misalnya, dalam bahasa Indonesia

terdapat kata-kata peti es, dipetieskan, dan kotak dengan urutan katanya

masuk kotak. Kata–kata tersebut dipakai dalam kalimat Usulmu akan kami

petieskan; Saran rakyat hanya dipetieskan; Si Dul masuk kotak setelah

beberapa tahun menjadi kepala kantor tertentu di Batam. Urutan kata

Page 47: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

33

kami petieskan, dipetieskan, dan masuk kotak, menimbulkan efek emotif

bagi orang yang terkena perlakuan tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan pengertian makna emotif

adalah nilai rasa pada makna kata atau frasa yang ditautkan atau

ditentukan oleh perasaan, dapat bersifat positif (baik, sopan, hormat, dan

sakral) atau negatif (kasar, jelek, kotor, tidak sopan, dan porno) yang dapat

menimbulkan emosi. Dengan kata lain, nilai rasa ada karena makna suatu

kata atau frasa. Kaitannya dengan disfemia, juga diartikan sebagai makna

yang timbul akibat adanya reaksi pembicara terhadap apa yang dipikirkan

atau dirasakan.

7. Berita Politik

Kata Politik adalah sangat tua dan ada dalam setiap kosa kata setiap orang.

Ia menembusi waktu dan karna sering di pakai dia sangat jadi samar dan umum.

Politik bersifat serba hadir dalam multi makna. Banyak defenisi yang sudah

dirumuskan Lesswell dan wenstein dalam Ardial (2017:23) merumuskan formula

bahwa politik ialah siapa yang memperoleh apa, kapan dan bagaiman cara. Selain

itu politik juga dipahami sebagai nilai-nilai oleh orang yang berwenang,

kekuasaan dan pemegang kekuasaan. Pengaruh dan tindakan diarahkan untuk

mempertahankan dan memperluas tindakan lainnya. Lewat media kita bisa

memperoleh informasi dabn pesan tentang lingkungan sosial dan politik.

Semua pesan yang mengandung muatan politik dapat membentuk atau

mempetahankan citra politik dan pendapat umum. Media massa dapat

Page 48: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

34

menyampaikan pesan aneka ragam dan aktual tentang lingkungan sosial politik.

Surat kabar dapat menjadi medium untuk mengetahui berbagai peristiwa politik

yang aktual yang terjadi seluruh penjuru dunia.

B. Kerangka Pikir

Alur penelitian ini dimulai dengan pemahaman dalam tataran ilmu

bahasa yang terbagi menjadi empat yaitu, fonologi, morfologi, sintaksis, dan

semantik. Dari beberapa bagian tersebut yang paling mengacu pada penelitian

ini adalah semantik. Sebagaimana diketahui bahwa dalam Semantik adalah

cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna yang terkandung pada

suatu bahasa, kode, atau jenis representasi lain. Dalam mengucapkan bentuk

kata yang maknanya kasar disebut pengasaran atau disfemia.

Disfemia merupakan suatu ungkapan dengan konotasi kasar, tidak

sopan, atau menyakitkan hati mengenai sesuatu atau seseorang karena alasan-

alasan tertentu. Selain itu, disfemia biasanya digunakan untuk menunjukkan

kejengkelan. Bentuk pemakaian disfemia dapat dipakai dalam penulisan opini

sebagai alat untuk mengungkapkan perasaan. Hal itu mengingat bahwa

pengertian opini adalah anggapan, pendirian atau pendapat yang

mengungkapkan suatu sikap, seperti sikap tidak setuju yang diikuti dengan rasa

benci, jengkel, dan marah. Berita Politik pada surat kabar Fajar merupakan

halaman yang khusus memuat tentang gagasan politik. Semua pesan yang

mengandung muatan politik dapat membentuk atau mempetahankan citra

politik dan pendapat umum. Media massa dapat menyampaikan pesan aneka

Page 49: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

35

ragam dan aktual tentang lingkungan sosial politik. Dengan demikian, bentuk

pemakaian disfemia dimungkinkan dapat ditemukan dalam berita politik surat

kabar Fajar. Surat kabar Fajar sudah memiliki tempat tersendiri di hati

masyarakat Makassar. Banyak kaum cendekiawan, tokoh masyarakat, ahli, atau

pejabat yang menantikan berita politik pada surat kabar ini.

Disfemia berarti menggunakan dengan sengaja suatu ungkapan atau

kata-kata yang bermakna kasar dan tidak sopan. Selain itu, disfemia

bersinonim dengan ungkapan-ungkapan yang menyakitkan hati atau

menjijikkan, kasar atau tidak sopan, vulgar, tabu, dan tidak senonoh. Dengan

kata lain, pemakaian disfemia adalah upaya penggantian (kata atau bentuk lain)

yang bernilai rasa positif atau netral dengan kata lain yang dinilai bernilai rasa

kasar atau negatif. Dengan demikian, disfemia erat kaitannya dengan nilai rasa,

yaitu makna yang dibawa suatu kata.

Disfemia adalah pengganti dari kata-kata halus, sopan atau ramah, atau

ungkapan secara kasar dan tidak sopan atau tidak ramah. Selain itu, pengertian

disfemia adalah ungkapan yang kasar sebagai pengganti ungkapan yang halus

atau yang tidak menyinggung perasaan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

disfemia merupakan kebalikan dari eufemisme Dengan demikian, disfemia

dapat dicari penggantinya, yaitu berupa kata atau ungkapan yang lebih halus,

lebih sopan, dan lebih ramah.

Berikut penulis sajikan kerangka pikir penelitian yang berjudul

“Penggunaan Bentuk Kebahasaan Disfemia pada Berita Politik dalam Surat

Kabar.

Page 50: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

36

Semantik

Perubahan Makna

Wacana Berita Politik

Disfemia

Klasifikasi

Disfemia

Bentuk Nilai

Rasa

Disfemia

Menyeramkan Mengerikan Menakutkan Menjijikkan Menguatkan

Page 51: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

37

Bagan Kerangka Pikir

Temuan

Hasil

Page 52: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang terangkai dalam suatu

kalimat menjadi satu kesatuan bahasa. Bahwa deskriptif kualitatif artinya yang

dianalisis bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tetntang hubungan

antar variabel. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan objek yang diteliti

berdasarkan faktor-faktor kebahasaan. Dengan kata lain penelitian deskriptif

kualitatif bertujuan untuk melukiskan, menggambarkan, dan mendeskripsikan

secara nyata fakta-fakta yang diteliti.

B. Definisi Istilah

1. Bahasa merupakan bahasa merupakan lambang bunyi dan alat untuk

berkomunikasi manusia yang diucapkan melalui alat ucap.

2. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang

makna kata dan makna kalimat serta sebagai alat dalam memberikan

simbol pengetahuan pada kosakata dari suatu bahasa dan strukturnya

untuk mengembangkan arti yang lebih terperinci sehingga dapat

dikomunikasikan dalam bahasa.

3. Makna adalah maksud pembicara atau penulis yang diberikan kepada

bentuk berupa kata, gabungan kata, maupun satuan yang

Page 53: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

38

lebih besar lainnya berdasarkan konteks pemakaian, situasi yang

melatari, dan intonasi.

4. Disfemia, yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus

atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar.

5. Surat Kabar adalah merupakan media massa yang mempunyai

peran penting dalam masyarakat, karena dapatmenyajikan berita

yang baru terjadi

6. Berita politik adalah proses pembentukan dan pembagian

kekuasaan dalam masyarakat

C. Data dan Sumber Data

Menurut Sudaryanto (1993:3) data sebagai bahan penelitian, yaitu bahan

jadi (lawan dari bahan mentah), yang ada karena pemilihan aneka macam tuturan

(bahan mentah). Adapun data pada penelitian ini berupa kalimat yang memiliki

bentuk-bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik surat kabar Fajar. Sumber

data dalam penelitian menurut Arikontu (2007:129) adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh

Menurut Sugiyono (2009:173) menyatakan bahwa sumber data dibedakan

menjadi dua, yaitu : sumber primer dan sumber sekunder. Sumber data primer

adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengepul data.

Page 54: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

39

Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah sumber data primer dan

sumber data sekunder.

1. Sumber Data Primer

Sember data primer dalam penelitian ini berbentuk dokemen yang

berupa berita politik dalam surat kabar Fajar . Sedangkan

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah teori-teori yang

berasal dari buku-buku penunjang dan penelitian yang relevan dengan objek

penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk

mengumpulkan data dari berbagai sumber data yang telah ditentukan. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat

Menurut Mahsun (2012:90)

1. Metode Simak

Metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh

data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah menyimak

disini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi

juga dalam penggunaan bahasa secara tertulis.

2. Teknik Catat

teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika

menerapkan metode simak. Teknik catat merupakan penyediaan data

Page 55: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

40

dengan cara mencatat data-data yang dijadikan objek penelitian. Dalam hal

ini pengumpulan data yang dilakukan dengan menyimak pemakaian

bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik. Teknik catat merupakan

teknik lanjutan dari merode simak, yaitu dilakukan dengan pencatatan

hasil penyimakan penggunaan bahasa. Teknik catat digunakan untuk

mencatat kalimat yang didalamnya mengandung bentuk disfemia pada

berita politik dalam surat kabar Fajar.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh maka selanjutnya dia bdakan analisis data.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data

kualitatif. Analisis data kualitatif terbagi menjadi tiga yaitu:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari berita politik dalam surat kabar

yang telah dibaca berulang- ulang di ambil hal-hal yang penting

yang sesuai dengan apa yang menjadi permasalahan dalam

penelitian. Dalam proses reduksi peneliti melakukan pemilihan data

yang relevan yang mengarah pada pemecahan masalah sehingga

mampu mendapatkan gambaran hasil penelitian.

2. Interpertasi Data

Setelah melakukan reduksi, kemudian interpertasi data,

yakni menyajikan data melalui deskripsi yang jelas dan bermakna

agar data yang akan dideskripsikan mudah unruk dianalis dan

Page 56: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

41

dibaca dalam ungkapan-ungkapan yang menunjukkan penggunaan

disfemia pada berita politik dalam surat kabar.

3. Verifikasi data

Tahapan akhir dari teknik analisis data dalam penelitian ini

adalah verifikasi atau penarikan kesimpulan . verivfikasi dilakukan

dengan kesimpulan mengenai data yang telah direduksi.

Page 57: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Wacana Berita Politik dalam Surat Kabar Fajar

Bahasa yang digunakan dalam surat kabar mengutamakan kemenarikan

bahasa agar pembaca atau pembeli surat kabar mau untuk membacanya . Menurut

Rohmadi (2017:27) berita merupakan informasi atas kejadian yang disampaikan

kepada orang lain, kejadian yang disampaikan berupa kejadian kejadian yang unik

dan menarik. Wartawan menampilkan berita yang memiliki nilai kebahasaan yang

menarik seperi menggunakan ungkapan – ungkapan yang maknanya kasar atau

memberikan kesan penegasan pada kata yang bersifat biasa.

Wacana politik dalam surat kabar adalah salah satu jenis wacana yang

didalamnya berisi hal yang berkaitan dengan dunia politik yakni pembicaraan

tentang kekuasaan, pengaruh, dan pembicaraan otoritas. Salah satu kekhasan

wacana politik dalam surat kabar adalah muncul bentuk pengasaran bahasa atau

disebut disfemia. Bentuk kebahasaan disfemia dalam berita politik pada surat

kabar fajar berupa bentuk kata, frase, dan ungkapan. Dalam bentuk frase seperti

menjual nama, bentuk ungkapan seperti kucing dalam karung. Komponen yang

negatif tersebut merupakan komponen semantis yang negatif atau dapat dikatakan

sebagai istilah kasar. Mengasarkan makna dengan tujuan tertentu, bisa saja

bertujuan menyerang orang lain, menyatakan rasa jengkel, dan menyatakan rasa

Page 58: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

44

marah. Penggunaanya menggunakan sebuah penekanan atau pemberi nilai

tambah yang kasar terhadap suatu bahasa.

Penggunaan disfemia pada penggunaan berita – berita politik dalam surat

kabar Fajar ini memberikan nilai rasa yang berbeda – beda sesuai konteks kalimat

yang menyertainya dengan topik atau fakta yang disajikan. Menurut Masri, dkk

(2017:74-77) menyatakan bahwa dilihat dari nilai rasa disfemia dalam surat kabar

cenderung, menuju pada nilai rasa yang dianggap menyeramkan (seram),

menakutkan, menguatkan, menjijikkan, dan mengerikan. Makna emotif adalah

muatan nilai rasa pada makna yang dibawa oleh suatu kata. Nilai rasa itu bersifat

positif (spontan, hormat, dan baik.) dan dapat bersifat negatif (kasar, tidak sopan,

dan porno). Contohnya “kata kamu seorang buaya darat”. Kata buaya

menimbulkan perasaan yang tidak enak jika didengar. Hal tersebut karena kata

buaya dihubungkan dengan perilaku yang buas dan dianggap sebagai suatu

penghinaan.

2. Bentuk – bentuk Pemkaian Disfemia

Berikut ini pemakaian disfemia dalam berita politik dalam surat

kabar Fajar.

a. Berupa Kata

Kelompok kata dalam bahasa Indonesia di antaranya meliputi : kata

verba, kata ajektiva, dan kata nomina. Bentuk pemakaian disfemia berupa

kata yang di temukan pada berita politik surat kabar Fajar yang dipaparkan

dalam analisis di bawah ini.

Page 59: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

45

1) Kata Verba

Menurut Kridalaksana (2010:51) kata verba adalah kata yang

biasanya digunakan sebagai predikat. Verba terdiri dari Verba Dasar (VD)

dan Verba Turunan (VT). Berikut ini adalah kata – kata yang ditemukan

pada berita politik dalam surat kabar Fajar.

(1) Ia berasumsi, Sahiruddin Malik adalah bakal calon bupati yang bisa

mengancam. Ia ada upaya seperti itu (menjegal) agar tidak maju. (01

Maret 2020)

Kata Menjegal merupakan kata yang menyatakan tindakan. Kata

Menjegal menyatakan VT sebab dari morfem bebas jegal mendapat afiks

yakni prefiks meN- dan prefiks tesebut sebagai pembentuk kata verba yang

subjeknya berperan sebagai penanggap. Dalam KBBI kata menjegal

berarti menghalangi atau menjatuhkan karier orang lain dan sebagainya.

Kata menjegal yang ada pada surat kabar Fajar secara tidak langsung

memiliki makna yang kasar.

(2) Seperti diketahui pilkada Soppeng 2015 lalu, Andi Dulli, sapaannya

maju bepasangan dengan Supriansa. Dia mengantongi dukungan

Golkar, Gerindra, PDIP, PAN, PKB dan PKS. (02 Maret 2020)

Kata mengantongi menunjukan tindakan aktiv. Mengantongi

merupakan kata yang menyatakan perbuatan atau tidakan yang dilakukan

oleh suatu subjek. Kata mengantongi termasuk VA karena verba yang

subjeknya berperan sebagai pelaku. Kata mengantongi menyatakan VT

berafiks sebab dari morfem bebas kantong mendapat afiks atau imbuhan

Page 60: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

46

yakni konfisk me(N)-i sebagai penanda suatu kerja. Kantong diartikan

sebagai memasukan kedalam kantong, memperoleh, dan menerima sesuatu

yang dimasukkan kedalam kantong sejenis wadah yang melekat pada baju.

Sesuatu seperti suara tidak dapat ditempatkan pada kantong atau tidak

lazim ditempatkan di kantong sehingga memiliki makna yang tidak sopan.

(3) Sengketa Pilkada harus beres 12 hari. (03 Maret 2020)

Kata sengketa merupakan tindakan aktiv. Sengketa merupakan kata

yang menyatakan perbuatan atau tindakan yang dilakukukan oleh suatu

subjek. Sengketa dalam KBBI berarti sesuatu yang menyebabkan perbedaan

pendapat, pertengkaran, perbantahan, dan daerah yang menjadi rebutan.

Jadi sengketa dalam kata sengketa pilkada harus beres 12 hari memiliki

makna yang kurang baik.

(4) Masih komunikasi, itu hak orang juga kalau mau mengklaim dapat

merebut rekomendasi PAN. (04 Maret 2020)

Kata merebut kata yang menunjukkan tindakan. Merebut

merupakan VA, Karena subjeknya berperan sebagai pelaku dan berfrefiks

me- rebut dari kata rebut. Merebut merupakan mengambil sesuatu dengan

paksa. Dalam KBBI , kata merebut memiliki arti mengambil sesuatu dengan

kekerasan atau secara paksa, mengabil dengan kekuatan senjata , merampas.

Kata merebut pada kata diatas mempunyai makna yang kasar.

(5) Rawan disusupi, awasi kinerja Adhoc KPU. (06 Maret 2020)

Kata disusupi merpakan kata yang menunjukkan tindakan. Kata

disusupi dalam KBBI berarti dari kata dasar susup yang artinya menyusup.

Page 61: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

47

Kata dsusupi, saya temukan di halaman www.branly.com yang menyatakan

bahwa kata disusupi berasal dari kata dasa “susup” yang berfrefiks di-I

Yang berarti ; Menyuruk (menyuluduk), masuk kedalam, masuk secara

diam – diam ke daerah musuh. Jadi kata disusupi pada kalimat, Rawan

disusupi , awasi kinerja ahdoc mempunyai makna kata yang kasar.

(6) Tommy tuding elite Nasdem Bermain. (07 Maret 2020)

Kata bermain merupakan kata yang menyatakan tindakan. Kata

bermain menyatakan VT sebab dari morfem bebas Main mendapat afiks

yakni prefiks Ber- dan prefiks tesebut sebagai pembentuk kata verba yang

subjeknya berperan sebagai penanggap.

Kata bermain dalam KBBI V (APK Android) Berarti melakukan

sesuatu untuk bersenang-senang. Jadi kata bermain pada pernyataan Tommy

tuding elite Nasdem Bermain merupakan kata yang kurang baik karena ia

menuding Nasdem bermain atau bersenang senang di partainya.

(7) Genjot Kualitas Kader Wanita. ( 08 maret 2020)

Kata genjot memiliki arti dalam kelas verba yang menyatakan

suatu tindakan dan termasuk dalam VT yang berarti mengayuh, menginjak,

menyerang dengan hebat, memukul atau menendang.

Jadi Kata Genjot dalam Kalimat Genjot Kualitas Kader Wanita

memiliki arti yang kurang baik karena kata genjot termasuk memiliki makna

yang kasar.

(8) Wawan Segel Empat Kursi Hanura. ( 09 Maret 2020)

Page 62: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

48

Kata segel memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja yang

menyatakan suatu tindakan, keberadaan dan pengalaman jadi termasuk

dalam VT . Segel dalam KBBI berarti materai, surat kecil untuk membeli

barang – barang pembagian . Jadi kata segel pada Wawan Segel Empat

Kursi Hanura memiliki arti yang kurang baik.

(9) Sulsel Tantang DPP Balas Surat DPD I (10 Maret 2020)

Tantang merupakan kata yang mempunyai kata turunan yaitu

menantang, penantang, tantangan . Kata tantang berarti mengajak

berkelai, bertanding atau berperan, menghadapi melawan. (KBBI V APK

Android).

Kata tantang pada pernyataan Sulsel Tantang DPP Balas Surat

DPD I merupakan VT. Kata tantang pada pernyataan diatas menurut saya

mempunyai makna yang kurang baik atau terlalu kasar.

(10) NH dituding rekayasa Surat Tugas. (12 Maret 2020).

Dituding dari kata dasar tuding dalam verba (kata kerja)

merupakan kata yang menunjukkan suatu tindakan dan sikap dalam

bahasa. Kata tuding berarti miring kebawah, menikam, menembak. Kata

dituding ditambahkan perfiks- Di menjadi dituding yang berarti

dugaan,kritikan, perkiraan. Jadi kata dituding, dalam pernyataan diatas,

memiliki arti yang kurang lazim. Penggunaanya kurang tepat.

(11) Godok Skema Penantang Petahana (13 Maret 2020)

Kata Godok termasuk dalam kelas verba atau kata kerja sehingga

godok dapat menyatakan suatu tindakan keberadaan pengalaman . Arti

Page 63: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

49

kata Godok yaitu merebus, mematangkan, mengolah (KBBI V Android).

Kata godok ini biasanya dipakai dalam kalimat seperti ; menjelang idul

fitri hampir setiap ibu rumah tangga menggodok ketupat.

Penggunaan kata Godok dalam pernyataan “Godok Skema

Penantang Petahana “ kurang tepat, karena kata godok berarti mengolah

makanan. Sedangkan pernyataan diatas tidak sedang mengolah makanan .

jadi kata Godok pada pernyataan diatas termasuk dalam disfemia.

(12) Tolak ukurnya, Kursi DPRD Sulsel Dapil Bone, dari Tiga Anjlok

Menjadi Sisa Satu. (14 Maret 2020)

Anjlok termasuk dalam Verba atau kata kerja. Kata Anjlok sebuah

Homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama

tetapi maknanya berbeda. Anjlok memiliki arti dalam kelas verba

sehingga Anjlok dapat menyatakan suatu tindakan,keberadaan,

pengalaman atau pengertian dinamis lainnya (http//id.m.wiktionary.org)

Kata Anjlok Memiliki arti : Meloncat ke bawah dari tempat

ketinggian ( dengan posisi kedua kaki sebagai tumpuan) , turun dari

posisi semula ( tentang jembatan, bangunan, dan sebagainya), keluar

dari rel ( tentang kereta api ), turun banyak dalam waktu singkat

(tentang harga, berat badan, kesehatan , dan sebagainya).

Kata anjlok dalam kalimat diatas, menurunkan yang tadinya tiga

kursi menadi satu kursi sehingga Penggunaan kata Anjlok dalam

kalimat diatas termasuk dalam disfemia.

(13) Ancam Cabut Surat Tugas (15 Maret 2020)

Page 64: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

50

Ancam memiliki arti dalam kelas Verba atau kata kerja

sehingga kata Ancam dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan,

pengalaman atau pengertian dinamis lainnya. Kata ancam biasanya

menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yang

bersifat merugikan . ( https://kbbi.web.id/ancam.html )

Dalam KBBI Ancam berarti rugi, sulit, susah, celaka . jadi

penggunaan kata Ancam pada pernyataan di atas memiliki arti yang

kurang sopan atau tergolong dalam disfemia.

2) Kata Adjektiva

Adjektiva menurut Kridalaksana (2005 : 59) berupa mengungkapkan ciri –

ciri aadjektiva ini lebih terperinci, yaitu adjektiva merupakan kategori yang

memiliki kemungkinan untuk bergabung dengan partikel tidak, mendampingi

nomina, atau didampingi partikel dan dapat hadir berdampingan dengan kata

lebih, daripada, atau paling untuk menyatakan tingkat perbandingan, serta

memiliki ciri morfologis. Berikut beberapa kata adjektiva dan analisisnya .

(14) Masih Liar Wakil Ketua Umum DPP Amir Uskara Mengatakan,

partainya belum menentukan usungan. (16 Maret 2020 )

Adjektiktiva Liar menyebutkan suatu sifat dari mahluk hidup seperti

binatang dan manusia. Dalam KBBI (Aplikasi Android) Liar memilki arti

tidak ada yang memilihara, tidak jinak, tidak tenang, tidak teratur , belum

beradab, tidak resmi ditunjuk atau diakui oleh yang berwenang. Kalimat

kata Liar mengacu pada sifat dari usungan parpol DPP yang menunjukkan

bahwa masih tidar teraturnya usungan parpol yang dinyatakan dngan kata

Page 65: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

51

yang tidak sopan dikarenakan kata liar menunjukkan sesuatu yang kurang

baik.

(15) Saya tidak Terima Ketika Golkar dikecilkan,katanya. (17 Maret 2020)

Kata di kecilkan yang berupa kata dasar kecil yang di afiks oleh

akhiran kan menjadi kecilkan . kata dikecilkan merupakan adjektiva karena

menunjukkan kata sifat. Kata dikecilkan yang kata dasarnya kecil dalam

KBBI (Aplikasi Android ) berarti kurang besar, muda, sedikt, sempit, tidak

penting.

Adjektiva dikecilkan pada kalimat memiliki makna yang kurang bagus

,karenakan sesorang anggota parpol merasa tidak terima jika parpolnya

dikecilkan oleh parpol lain. Jadi makna dikecilkan dalam kalimat “ Saya

Tidak Terima Ketika Golkar dikecilkan, katanya” memiliki makna yang

kurang bagus dan termasuk dalam disfemia.

(16) Digoyang Golkar, PDIP Goyah (18 Maret 2020)

Goyah merupakan kata Adjektiva. Kata Goyah dalam KBBI

(Aplikasi Android ) memiliki arti goyang karena tidak kukuh letaknya

(tentang gigi, tiag dan sebagainya), tidak teguh, tidak tetap. Makna Goyah

pada kalimat “digoyang Golkar, PDIP Goyah” merujuk pada Parpol Golkar

sedang digoyang parpol lain, tetapi Parpol PDIP yang Goyah. Pemakaian

kata Goyah Pada pernyataan diatas termasuk tidak sopan karena

penggunaan nya kurang tepat sehingga termasuk dalam disfemia.

Page 66: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

52

(17) Mantan Wakil Wali Kota Massar ini Menyabung, pihaknya akan

menyelesikan Survei ini diakhir Maret. Dengan demikian April sudah

Mengerucut Ke Pasangan. (19 Maret 2020 )

Mengerucut terbentuk dari kata dasar Kerucut, yang diafisk oleh

imbuhan Men + Kerucut Menjadi Mengerucut Karena terjadi Peleburan

Imbuhan men bertemu dengan huruf K jadi terjadi Peleburan. Kata

Mengerucut tergolong Adjektiva karena menunjukkan kata sifat.

Mengerucut dalam KBBI ( Aplikasi Android ) berarti berbentuk seperti

kerucut, runjung, menguncup, menyempit.

Makna dari Kalimat “Mantan Wakil Wali Kota Makassar ini

Menyabung, pihaknya akan menyelesikan Survei ini diakhir Maret. Dengan

demikian April sudah Mengerucut Ke Pasangan, Kata Mengerucut

memiliki makna yang kurang bagus karena kata mengerucut biasanya

dipakai dalam bentuk, tetapi kalimat diatas menyatakan mengerecut ke

seseorang. Jadi penggunaannya kurang sopan dan termasuk dalam disfemia.

(18) Diajak Nasdem, Gerindra Cuek (21 Maret 2020)

Cuek tergolong dalam Adjektiva , Karen merupakan sifat seseorang.

Dalam KBBI (Aplikasi Android) Cuek Berarti masa bodoh, tidak acuh. Cuek

biasanya menjadi sikap sesorang yang ditunjukkan ke orang lain seperti tak

peduli atau tak menghiraukan orang lain atau sesuatu.

Pernyataan “ Diajak Nasdem, Gerindra Cuek “ bermakna bahwa

Parpol Nasdem mendekati Parpol Gerindra, Namun Gerindra lebih

menujukkan sikap Cuek atau tak peduli dengan perlakuan Nasdem. Nah ini

Page 67: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

53

sikap ini menunjukkan sikap yang kurang baik karena menunjukkan sikap

yang tidak baik

3) Kata Nomina

Menurut Kridalaksana (2005:168 ) Nomina adalah kelas kata yang biasanya

dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa. Berikut ini adalah kata

nomina yang ditemukan dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020. .

(19) Masih digantungnya rekomendasi PDIP untuk Pilwalkot Makassar

mengundang berbagai tanggapan. ( 11 Maret 2020)

Kata digantungnya yang mempunyai kata dasar gantung berarti

sangkut atau kait. Kata gantung di tambahkan imbuhan di-nya jadi

digantungnya berarti mengaiktkan pada sesuatu tinggi sehingga tidak

menjejak tanah, menahan sesuatu , dan membunuh dengan mengikat leher

dengan tali .

Kata digantungnya memiki makna yang tidak lazim . dikarenakan

kata digantungnya biasanya dipakai untuk menggantung sesuatu

seperti barang. Jadi kata digantungnya memiliki makna yang tidak

lazim.

(20) Golkar Mamuju Beri Sinyal Membelot. (22 Maret 2020 )

Kata Membelot adalah kata yang mengacu pada suatu Nomina.

Berbentuk imbuhan atau berafiks dari kata Belot menjadi Membelot

mendapat afiksasi mem- sebagai makna dari melakukan perbuatan

Nomina. Dalam KBBI (Aplikasi Android) Kata Membelot diartikan

sebagai lari (dari Pihaknya golongannya, kaumnya dan bangsanya),

Page 68: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

54

meninggalkan agamanya. Kata Membelot pada pernyataan ini

memberikan rasa jengkel atau kecil hari karena parpol golkar memberi

sinyal yang membelot. Sehingga bermakna tidak baik pada kalimat.

Dari analisis , bentuk nomina yang dapat ditemukan disfemia

dalam mengungkapkan bahasa yang kasar bermakna berupa nomina

kepada seseorang atau sekelompok orang dengan menyatakan

kekesalan, atau sindiran yang kasar.

(21) Dari Enam Partai yang diincanrnya, Partai Besutan Muhaimin

Iskandar ini menjadi Fokus Thahar untuk digaet. (23 Maret 2020)

Kelompok kata yang unsur intinya berupa kata kerja yakni digaet.

Digaet termasuk dalam klasifikasi Nomina Kata digaet menyatakan

perbuatan atau tindakan dan mermeliki arti dalam kelas kata nomina.

Dalam KBBI (Aplikasi Android) gaet memiliki arti kait, gait, tindakan

yang mengait. Kata gaet biasanya digunakan ketika seseorang ingin

menggaet sesuatu benda tetapi pernyataan diatas dipakai untuk menggaet

suatu partai politik sehingga terdengar kasar.

b. Berupa Frase

Berdasarkan kelas unsur menurut Soeparno (2014:15) frase dapat

dibedakan atas frase nomina (FN), frase verba (FV), frase adjektiva (FA),.

Berikut ini frasa yang ditemukan pada berita politik surat kabar Fajar.

(22) Nama Andi Utta Masuk Meja Prabowo (24 Maret 2020)

Masuk Meja termasuk dalam Klarifikasi FN karena berupa

kelompok kata yakni Masuk Meja yang memiliki unsur inti kata benda

Page 69: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

55

atau nomina yakni Meja. Kata Meja merupakan Nomina karena kata

yang mengacu pada suatu benda.

Dalam KBBI (Aplikasi Android) Meja berarti perkakas rumah

yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai

penyangganya (bermacam macam bentuk nya). Dalam penggunaannya

terdengar kurang baik jika sebuah nama masuk dalam meja. Jadi

penggunaannya terdengar kurang sopan karena meja tidak berfungsi

untuk memasukkan nama dalam meja. Jadi penggunaanya dalam

pernyataan in termasuk dalam disfemia.

(23) Mungkin juga Pilkada Mundur adalah Skenario Bubar. (28 Maret

2020)

Skenario bubar termasuk dalam klarifikasi Frasa Nomina. Karena

berupa kelompok kata yakni skenario bubar, yang memiliki unsur initi

kaa benda yaitu skenario. Skenario merujuk pada kata benda , sedangkan

bubar adalah tindakan perpisahan.

Dalam KBBI (Aplikasi Android ) Skenario berarti rencana lakon

sandiwara atau film berupa adegn demi adegan yang tertulis secara

terperinci. Sedangkan Bubar berarti bercerai berai, selesai, usai,

ditiadakan. skenario biasanya dipakai saat mau bermain lakon sehingga

bermakna kasar apabila diacukan pada sebuah Politik pilkada.

(24) Golkar Panaskan Mesin Lawan Petahana (29 Maret 2020)

Panaskan Mesin Masuk dalam klarisifikasi Frase nomina karena

berupa kelompok kata yang memiliki satu kata merujuk pada kata benda.

Page 70: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

56

jika diartikan satu persatu panas berarti terasa terbakar atau terasa terbakar

dengan api, perubahan suhu yang tinggi. Sedangkan mesin berarti

perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan

dengan roda, digerkkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak,

menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga dalam. Kata panas di

tambah dengan imbuhan –kan menjadi panaskan berarti mengubah suatu

suhu yang tadinya bersuhu rendah ke suhu yang lebih tinggi. (KBBI V,

Apk Android).

Kata Golkar Panaskan Mesin, Lawan Petahana Berarti Golkar siap

memanaskan mesin atau menyiapkan semua kadernya untuk melawan

petahana terutama partai politik yang memiliki kursi terbanyak.

Jadi menurut penulis kata Panaskan mesin dalam kalimat golkar

panaskan mesin, lawan petahana. Kurang tepat karena merujuk pada

pengasararan sebuah kata yang memiliki arti yang kurang baik.

Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk

disfemia berupa frase sterbagi dalam klasifikasi verba, ajektiva, dan

nomina. Disfemia dalam bentuk frase ini menunjukkan adanya

penekanan makna yang lebuh kepada bahasa kekasarannya. Makna

khusus lebuh terlihat dalam bentuk frase ini yang terbagi dalam Frase

Verba, Frase Nomina, Frase Adjektiiva. Namun dalam analisis ini

ditemukan klasifikasi Frase Nomina seperti Masuk Meja, Skenario

Bubar, Panaskan mesin. Dengan demikian penggunaan bentuk

Page 71: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

57

kebahasaan disfemia dalam berita politik pada surat kabar Fajar

menggunakan bentuk frase dengan klasifikasi Nomina.

c. Berupa Ungkapan

Ungkapan atau kalimat ringkas padat yang berisi perbandingan,

perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Berikut bentuk

ungkapan yang ditemukan pada berita politik surat kabar Fajar edisi Maret

2020.

(25) Golkar terancam “Gigit Jari”di Bulukumba (30 Maret 2020 )

Dari konteksnya Gigit Jari merupakan ungkapan yang berarti

ungkapan yang mengecewakan atau ada sesuatu yang mengecewakan. Dalam

KBBI (Aplikasi Android) berarti kecewa, karena yang diharapkan tidak dapat.

Dari arti ungkpan gigit jari , Parpol Golkar dianggap akan kecewa di

Bulukumba. Dari ungkapan tersebut memiliki konotasi yang kurang baik ,

karena kecewa atau menyedihkan.

Dari Analisis,peneliti menemukan satu bentukkebahasaan disfemia dalam

klasifikasi berupa ungkapan. Kebahasaan disfemia dalam klasifikasi berupa

ungkapan digunakan dalam berita politik pada surat kabar Fajar edisi Maret 2020.

Ungkapan yang digunakan yaitu Gigit Jari. Ungkapan tersebut memberi makna

kasus dalam konteks kalimatnya. Penggunaan ungkapan dimungkinkan dengan

adanya pengungkapan bahasa yang kias dan dianggap lebih mewakili pengguna

bahasa dalam penyampaian bahasa.

1. Bentuk Nilai Rasa Disfemia

Page 72: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

58

Menurut Masri, dkk (2017:74-77) menyatakan bahwa dilihat dari nilai rasa

disfemia dalam surat kabar cenderung, menuju pada nilai rasa yang dianggap

menyeramkan (seram), menakutkan, menguatkan, menjijikkan, dan mengerikan.

Berikut temuan nilai rasa yang ada dalam berita politik pada surat kabar Fajar.

a. Nilai rasa menyeramkan

Nilai rasa menggambarkan suatu hal atau sesuana atau keadaan yang

menyeramkan. Ditemukan pada berita politik surat kabar Fajar edisi Maret

2020.

(1) Rawan disusupi, awasi kinerja Adhoc KPU.

(1a) rawan masuk , awasi kinerja Adhoc KPU

Nilai rasa disfemia kata disusupi berupa nilai rasa menyeramkan karena

kata tersebut mengacu kepada tindakan seseorang yang bertingkah untuk

menyusup yang biasanya menuju pada tindakan negative. Dalam Data (1)

mengacu pada kinerja Adhoc KPU yang diawasi tetapi rawan untuk

seseorang untuk masuk . Makna kata rawan untuk masuk disini ditekankan

lewat kata disfemia disusupi akan berasa menyeramkan karena memiliki arti

yang mengarah ke tindakan yang negative. Disusupi memiliki arti menyusup

bias digolongkan kata yang menyeramkan . kata disusupi mengandung

makna yang kurang sopan menggantikan kata masuk yang memiliki makna

lebih sopan pada data (1a).

(2) Genjot Kualitas Kader Wanita.

(2a) Mengintensifkan Kualitas Kader Wanita.

Page 73: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

59

Dalam data (2) genjot diartikan orang yang menggenjot yakni menginjak,

mengayuh, dan menyerang dengan hebat. Nilai rasa disfemia berupa nilai rasa

menyeramkan karena biasanya genjot dilakukan seorang yang kasar,

mengayuh sepeda, dan manginjak mesin. Ungkapan genjot menggantikan

ungkapan Mengintensifkan yang memiliki nilai rasa yang lebih halus pada

data (2).

(3) Godok Skema Penantang Petahana

(3a) Mengolah Skema Penantang Petahana

Dalam Data (3) godok dapat menyatakan suatu tindakan . Arti kata

Godok yaitu merebus, mematangkan, mengolah. Kata Godok biasaya

digunsksn untuk merebus sesuatu sepert ketupat tetapi data (3) dipakai untuk

membentuk skema. Nilai rasa yang terkandung dalam data (3) termasuk nilai

rasa yang menyeramkan karena godok skema penantang termasuk tindakan

yang terdengar kasar dan menyeramkan pada data (3). Kata godok sebaiknya

diganti dengan kata mengolah karena terdengar lebih sopan dan halus seperti

pada data (3a).

(4) Masih Liar Wakil Ketua Umum DPP Amir Uskara Mengatakan,

partainya belum menentukan usungan.

(4a) Masih tidak teratur wakil Ketua Umum DPP Amir Uskara

Mengatakan Partainya Belum Menentukan Usungan.

Dalam data (4) Liar merupakan kata yang menunjukkan tingkah laku laku

binatang atau manusia. Kata Liar berarti tidak ada yang memilihara, tidak

jinak, tidak tenang, tidak teratur , belum beradab, tidak resmi ditunjuk atau

Page 74: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

60

diakui oleh yang berwenang. Kata liar mengandung nilai rasa disfemia yang

menyeramkan karena merupakan tindakan seseorang yang kurang baik seperti

pada kalimat (4). Pada pernyataan (4a) kata Liar diganti menjadi tidak

teratur agar pemaknaannya berubah menjadi sopan.

(5) Saya tidak Terima Ketika Golkar dikecilkan,katanya

(5a) Saya tidsak terima ketika Golkar diremehkan

Data (5) dikecilkan merupakan suatu tindakan seseorang mengecilkan

sesuatu yang merupkan tindakan yang kurang bagus. Kata dikecilkan dalam

data (5) mengandung makna yang termasuk dalam nilai rasa disfemia yang

menyeramkan karena tindakannya mengecilkan yang membuat seseorang

tersinggung. Dalam pernyataan “ Saya tidak terima ketika Golkar dikecilkan,

mengandung makna yang kurang baik karena seseorang diremehkan partainya.

Dalam data (5a) kata dikecilkan di ganti diremehkan agar terdengar lebih

sopan dan halus.

(6) Masih digantungnya rekomendasi PDIP untuk Pilwalkot Makassar

mengundang berbagai tanggapan

(6a) Masih belum jelas rekomendasi PDIP untuk Pilwalkot Makassar

mengundang berbagai tanggapan

Digantungnya nerupakan kata yang tergolong dalam disfemia

yang mempunyai nilai rasa yang menyeramkan karena merupakan tindakan

seseorang yang menggantung suatu benda atau mengaikan suatu benda,

tetapi dalam data (6) dipakai untuk menggantung suatu rekomendasi yang

merupakan bukan suatu benda yang harus di gantung, jadi mangandung nilai

Page 75: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

61

rasa yang menyeramkan. Dalam data (6a) kata digantung mengganti kata

belum jelas agar pemaknaannya lebih sopan dan halus.

(7) Mantan Wakil Wali Kota Massar ini Menyabung, pihaknya akan

menyelesikan Survei ini diakhir Maret. Dengan demikian April sudah

Mengerucut Ke Pasangan.

(7a) Mantan Wakil Wali Kota Massar ini Menyabung, pihaknya akan

menyelesikan Survei ini diakhir Maret. Dengan demikian April

sudah Menuju Ke Pasangan.

Mengerucut terbentuk dari kata dasar Kerucut, yang diafisk oleh

imbuhan Men + Kerucut Menjadi Mengerucut Karena terjadi Peleburan

Imbuhan men bertemu dengan huruf K jadi terjadi Peleburan. Kata

Mengerucut menunjukkan kata sifat. Mengerucut berarti berbentuk seperti

kerucut, runjung, menguncup, menyempit.

Makna dari Kalimat “Mantan Wakil Wali Kota Makassar ini

Menyabung, pihaknya akan menyelesikan Survei ini diakhir Maret. Dengan

demikian April sudah Mengerucut Ke Pasangan, Kata Mengerucut

tergolong dalam disfemia dengan nilai rasa yang menyeramkan karena

mengerucut merupakan kata sifat suatu benda sehingga dalam data (7)

memiliki makna yang kurang bagus dan mengerikan. Pada data (7a) kata

Mengerucut diganti menjadi Menuju agar terdengar lebih halus.

(8) Golkar Panaskan Mesin Lawan Petahana

(8a) Golkar Bersiap lawan Petahana

Page 76: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

62

Data (8) Panaskan Mesin merupakan suatu tindakan yang dilakukan

seseorang untuk memanaskan mesin seperti kendaraan. Kata Panaskan

mesin termasuk dalam disfemia yang mengandung nilai rasa yang

menyeramkan, karena biasanya Panaskan Mesin biasanya dipakai dalam

memanaskan mesin, tetapi ini dipakai untuk parpol jadi peneliti

menganggap penyataan diatas termasuk disfemia yang mempunyai nilai

rasa yang menyeramkan. Dalam data (8a) kata panaskan mesin, peneliti

menjadi kata Bersiap agar maknanya menjadi lebih halus dan sopan.

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa dalam berita politik

pada surat kabar Fajar edisi maret 2020 menggunakan nilai rasa disfemia

bepruoa nilai rasa menyeramkan dengan kata disusupi, genjot, godok, liar,

dikecilkan, digantung, mengerucut dan panaskan mesin. Semuanya

berjumlah delapan bentuk nilai rasa disfemia yang menyeramkan. Nilai rasa

disfemia digunakan dalam bentuk untuk menunjukkan penekanan makna

yang negative atau kasar yang bernilai menyeramkan.

1. Nilai rasa mengerikan

Nilai rasa mengerikan menggambarkan tentang hal-hal lazim yang

mengerikan dan tidak lazim dilakukan oleh manusia. Berikut nilai rasa disfemia

yang mengirikan pada berita politik surat kabar fajar edisi Maret 2020.

(9) Seperti diketahui pilkada Soppeng 2015 lalu, Andi Dulli, sapaannya maju

bepasangan dengan Supriansa. Dia mengantongi dukungan Golkar,

Gerindra, PDIP, PAN, PKB dan PKS.

Page 77: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

63

(9a) Seperti diketahui pilkada Soppeng 2015 lalu, Andi Dulli, sapaannya

maju bepasangan dengan Supriansa. Dia Mendapat dukungan Golkar,

Gerindra, PDIP, PAN, PKB dan PKS.

Data (9) Kata Mengantongi merupakan kata yang mengandung makna

sesuatu benda yang di simpan ke dalam saku atau kantong. Kata mengantongi

termasuk dalam disfemia yang termasuk dalam nilai rasa yang mengerikan

karena kalimat pada (9) menyatakan mengantongi dukungan, kata setelah

mengantongi merupakan bukan kata benda jadi kata mengantongi di nilai

mengerikan. Pada data (9a) kata mengantongi diganti menjadi mendapat

karena makna nya menunjukkan bahwa bupati Soppeng mendapat dukungan

dari berbagai parpol. Sehingga data (9a) terdengar lebih halus.

(10) Tommy tuding elite Nasdem Bermain

(10a) Tommy tuding Nasdem Bertindak

Data (10) Kata bermain merupakan kata yang menyatakan tindakan. Kata

bermain dari kata dasar main dan mendapat afiks yakni prefiks Ber. Kata

bermain berarti melakukan sesuatu permainan. Bermain merupakan tergolong

disfemia dengan nilai rasa yang mengerikan karena kata bermain biasanya

dipakai untuk melakukan suatu permainan tetapi dalam data (10) dipakai untuk

seseorang menuding parpol bertindak melakukan sesuatu. Jadi peniliti

mengganti kata Bermain menjadi Bertindak, seperti pada data (10a) agar

pemaknaannya lebih halus.

(11) Wawan Segel Empat Kursi Hanura

(11a) Wawan mendapatkan Empat Kursi Hanura

Page 78: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

64

Bentuk segel merupakan disfemia dengan nilai rasa mengerikan, karena

kata tersebut mengacu pada benda yang tertutup oleh segel atau kunci yakni

surat, cap, atau surat rahasia. Bentuk tersebut layak digunakan pada sebuah

benda bukan kepada seseorang. Oleh karena itu kata segel bernilai rasa

mengerikan apabila digunakan pada seoarang atau manusia yang tak mungkin

disegel. Kata segel seharusnya ada dalam isrilah surat ditempatkan pada kalimat

yang secara tidak lansung memiliki makna yang kurang sopan. Menggantikan

kata Mendapatkan yang bermakna yang lebih halus terdapat pada data (11a).

(12) Ancam Cabut Surat Tugas

(12a) Teguran Cabut Surat Tugas

Kata ancam merupakan tindakan perbuatan seseorang yang menyatakan

maksud niat rencana, untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan,

menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain. Ancam, pada data (12) tergolong

dalam disfemia dengan nilai rasa yang mengerikan karena sesuatu yang

mencelakakan suatu pihak. Data (12) Ancam cabut surat tugas, bermakna

seseorang ingi menyulitkan akan mencabut surat tugas yang telah dikeluarkan

ternilai mengerikan karena merugikan satu pihak sehingga, kata ancam dalam

data (12a) diganti menjadi Teguran Cabut Surat tugas karena bermkana lebih

sopan dan tidak mengerikan.

(13) Diajak Nasdem, Gerindra Cuek

(13a) Diajak Nasdem, Gerindra Tak Peduli

Cuek merupakan sifat seseorang. Dalam KBBI (Aplikasi Android)

Cuek Berarti masa bodoh, tidak acuh. Cuek biasanya menjadi sikap

Page 79: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

65

sesorang yang ditunjukkan ke orang lain seperti tak peduli atau tak

menghiraukan orang lain atau sesuatu. Cuek termasuk dalam disfemia yang

mempunyai nilai rasa yang mengerikan karena menunjukkan sifat yang

kurang baik.

Pernyataan “ Diajak Nasdem, Gerindra Cuek “ bermakna bahwa

Parpol Nasdem mendekati Parpol Gerindra, Namun Gerindra lebih

menujukkan sikap Cuek atau tak peduli dengan perlakuan Nasdem. Jadi

peneliti mengganti kata Cuek dengan kata tak peduli seperti pada data (13a).

(14) Dari Enam Partai yang diincanrnya, Partai Besutan Muhaimin Iskandar ini

menjadi Fokus Thahar untuk digaet.

(14a) Dari Enam Partai yang diincanrnya, Partai Besutan Muhaimin

Iskandar ini menjadi Fokus Thahar untuk diambil

Kata digaet dalam data (14) menyatakan perbuatan atau tindakan Dalam

KBBI gaet memiliki arti kait, gait, tindakan yang mengait. Kata gaet biasanya

digunakan ketika seseorang ingin menggaet sesuatu benda tetapi pernyataan

diatas dipakai untuk menggaet sesorang dalam partai politik sehingga

terdengar kasar. Digaet dalam data (14) termasuk dalam disfemia yang

mempunyai nilai rasa yang mengerikan karena merupakan tindakan seseorang

yang dinilai kurang sopan. Data (14a) mengganti kata digaet menjadi diambil

agar pemaknaannya lebih halus dan tidak terasa mengerikan.

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa dalam berita politik

pada surat kabar Fajar edisi maret 2020 menggunakan nilai rasa disfemia

berupa nilai rasa mengerikan dengan kata mengantongi, bermain, segel,

Page 80: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

66

ancam, cuek, dan digaet. Semuanya berjumlah enam dengan bentuk nilai rasa

disfemia yang mengerikan. Nilai rasa disfemia digunakan dalam bentuk untuk

menunjukkan penekanan makna yang negative atau kasar yang bernilai

mengerikan.

2. Nilai Rasa Menakutkan

Nilai rasa menakutkan menggambarkan tentang hal – hal yang

berhubungan dengan mahluk gaib yang ditakuti manusia atau hal – hal yang

ditakuti oleh manusia. Berikut bentuk nilai rasa yang menakutkan ditemukan

pada berita politik dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020.

(15) Ia berasumsi, Sahiruddin Malik adalah bakal calon bupati yang bisa

mengancam. Ia ada upaya seperti itu (menjegal) agar tidak maju. (01 Maret

2020)

(15a) Ia berasumsi, Sahiruddin Malik adalah bakal calon bupati yang bisa

mengancam. Ia ada upaya seperti itu (menggagalkan) agar tidak

maju.

Disfemia bentuk ini memiliki nilai rasa menakutkan karena sebuah kesan

yang ingin menjatuhkan seseorang. Data (15) kata menjegal berarti

menjatuhkan, menggagalkan, mengandaskan, melumpuhkan, mematahkan, dan

menghalangi. Kata menjegal, memiliki nilai rasa yang menakutkan karena

tindakan yang kurang baik untu menjatuhkan seseorang. Jadi peniliti dalam data

(15a) mengganti kata menjegal menjadi menggagalkan, agar terdengar lebih

halus.

Page 81: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

67

(16) Sengketa Pilkada harus beres 12 hari. (03 Maret 2020

(16a) Permasalahan Pilkada harus beres 12 hari

Sengketa merupakan kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan yang

dilakukukan oleh suatu subjek. Sengketa dalam KBBI berarti sesuatu yang

menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran, perbantahan, dan daerah yang

menjadi rebutan. Jadi sengketa dalam kata sengketa pilkada harus beres 12 hari

memiliki makna yang kurang baik. Kata sengketa termauk dalam disfemia yang

yang mempunyai nilai rasa yang menakutkan, karena sengketa merupakan

pertikaian, konflik, pertentangan dan permalasahan. Jadi pada data (16a) peneliti

mengganti kata sengketa menjadi permasalahan agar terdengar tidak

menakutkan dan pemaknaannya lebih halus.

(17) Tolak ukurnya, Kursi DPRD Sulsel Dapil Bone, dari Tiga Anjlok Menjadi

Sisa Satu.

(17a) Tolak ukurnya, Kursi DPRD Sulsel Dapil Bone, dari Tiga Turun

Menjadi Sisa Satu.

Kata Anjlok pada data (17) Memiliki arti : Meloncat ke bawah dari tempat

ketinggian ( dengan posisi kedua kaki sebagai tumpuan) , turun dari posisi

semula ( tentang jembatan, bangunan, dan sebagainya), keluar dari rel ( tentang

kereta api ), turun banyak dalam waktu singkat (tentang harga, berat badan,

kesehatan , dan sebagainya).

Anjlok dalam kalimat diatas, menurunkan yang tadinya tiga kursi menjadi

satu kursi sehingga Penggunaan kata Anjlok dalam kalimat diatas termasuk

dalam disfemia yang mempunyai nilai rasa yang menakutkan. Jadi peniliti pada

Page 82: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

68

data (17a) mengganti kata anjlok menjadi Turun sehingga pemaknaannya lebih

halus dan tnilai rasa yang ditimbulkan tidak menakutkan.

(18) Digoyang Golkar, PDIP Goyah

(18a) Digoyang Golkar, PDIP Terpengaruh

Goyah memiliki arti goyang karena tidak kukuh letaknya (tentang gigi, tiang

dan sebagainya), tidak teguh, tidak tetap. Makna Goyah pada kalimat “digoyang

Golkar, PDIP Goyah” merujuk pada Parpol Golkar sedang digoyang parpol lain,

tetapi Parpol PDIP yang Goyah. Pemakaian kata Goyah Pada data (18)

termasuk tidak sopan karena penggunaannya kurang tepat sehingga termasuk

dalam disfemia dengan nilai rasa menakutkan sehingga, pada data (18a) kata

goyah diganti menjadi terpengaruh agar, pemaknaannya lebih halus dan tidak

menakutkan.

(19) Golkar Mamuju Beri Sinyal Membelot

(19a) Golkar Mamuju Beri Sinyal Buruk

Kata belot pada data (19) berafiks dari kata Belot menjadi Membelot

mendapat afiksasi mem- sebagai makna dari melakukan perbuatan Kata

Membelot diartikan sebagai lari (dari Pihaknya golongannya, kaumnya dan

bangsanya), meninggalkan agamanya. Kata Membelot pada pernyataan ini

memberikan rasa jengkel atau kecil hari karena parpol golkar memberi sinyal

yang membelot. Sehingga termasuk dalam disfemia dengan nilai rasa yang

menakutkan. Jadi peneliti pada data (19a) mengganti kata membelot menjadi

buruk agar maknanya tidak menakutkan dan lebih halus.

(20) Mungkin juga Pilkada Mundur adalah Skenario Bubar.

Page 83: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

69

(20a) Mungkin juga Pilkada Mundur adalah Bagian dari Rencana

Disfemia pada data (20) yaitu skenario bubar, yang memiliki nilai rasa

yang menakutkan karena skenario berarti rencana sedangkan, bubar berarti

bercerai berai. Data (20) mengandung nilai rasa yang menakutkan karena

menunjukkan ketakutan seseorang akan rencanannya bubar, jadi pada data (20a)

peneliti mengganti kata skenario bubar menjadi bagian dari rencana, agar lebih

jelas dan nilai rasa yang ditimbulkan tidak menakutkan.

(21) Nama Andi Utta Masuk Meja Prabowo

(21a) Nama Andi Utta Daftar anggota Prabowo

Masuk berarti datang kedalam ruangan sedangkan Meja berarti perkakas

rumah yang mempunyai bidang datar sebagai daun mejanya dan berkaki sebagai

penyangganya (bermacam macam bentuk nya). Dalam penggunaannya terdengar

kurang baik jika sebuah nama masuk dalam meja. Termasuk dalam disfemia

yang memiliki nilai rasa yang karena meja tidak berfungsi untuk memasukkan

nama dalam meja. Penggunaanya dalam data (21) in termasuk kasar dan

menakutkan. Dalam data (21a) kata masuk meja diganti Daftar anggota agar

pemaknaanya lebih halus dan tidak menakutkan.

Berdasarkan analisis di atas, dapat diketahui bahwa dalam berita politik

pada surat kabar Fajar edisi maret 2020 menggunakan nilai rasa disfemia berupa

nilai rasa menakutkan dengan kata menjegal, sengketa, goyah, scenario bubar,

dan masuk meja. . Semuanya berjumlah lima dengan bentuk nilai rasa disfemia

yang menakutkan. Nilai rasa disfemia digunakan dalam bentuk untuk

Page 84: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

70

menunjukkan penekanan makna yang negatif atau kasar yang bernilai

menakutkan.

3. Nilai Rasa Menjijikkan

Nilai rasa menjijikkan menggambarkan hal-hal yang jorok, yang apabila

diucapkan seseorang akan mendapatkan celaan

(22) Golkar terancam “Gigit Jari”di Bulukumba

(22a) Golkar terancam Kecewa di Bulikumba

Dari konteksnya Gigit Jari merupakan ungkapan yang berarti ungkapan

yang mengecewakan atau ada sesuatu yang mengecewakan. Dalam KBBI

(Aplikasi Android) berarti kecewa, karena yang diharapkan tidak dapat. Dari

arti ungkpan gigit jari , Parpol Golkar dianggap akan kecewa di Bulukumba.

Termasuk dalam disfemia yang memiliki nilai rasa yang menjijikkan karena

timbulnya celaan terhadap parpol di Bulukumba seperti pada data (22). Dalam

data (22a) peneliti mengganti kata gigit jari menjadi kevewa agar terkesan

lebih halus.

Dalam data (22), peneliti menemukan satu bentuk kebahasaan disfemia

dengan nilai rasa yang menjijikkan dalam berita politik pada surat kabar Fajar

edisi Maret 2020. kata yang digunakan yaitu gigit jari yang tergolong dalam

disfemia yang memiliki nilai rasa yang menjijikkan.

4. Nilai Rasa Menguatkan

Nilai rasa menguatkan merupakan nilai rasa yang lebih banyak

memberikan tekanan pada hal tertentu. Pemakaian disfemia ini hanya untuk

Page 85: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

71

menguatkan saja. Berikut penggunaan nilai rasa menguatkan pada berita politik

dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020.

(23) Masih komunikasi, itu hak orang juga kalau mau mengklaim dapat

merebut rekomendasi PAN.

(23a) Masih komunikasi, itu hak orang juga kalau mau mengklaim dapat

mengambil rekomendasi PAN

Nilai rasa disfemia yang terkandung berupa nilai rasa menguatkan karena

sebuah perilku seseorang yang terjadi penekanan pada kata merebut yang

berarti mengambil sesuatu dengan kekerasan, memperoleh dengan susah

payah. Jadi pada data (23a) kata merebut menggantikan makna mengambil

yang maknanya lebih halus.

(24) Sulsel Tantang DPP Balas Surat DPD I

(24a) Sulsel Meminta DPP Balas surat DPD I

Nilai rasa disfemia yang terkandung berupa nilai rasa menguatkan karena

sebuah perilaku sulsel tantang DPP balas surat DPD I, yang memberikan

tekanan pada kata tantang. Kata tantang pada data (24) menggantikan makna

meminta yang memiliki makna yang lebih sopan.

(25) NH dituding rekayasa Surat Tugas.

(24a) NH diduga rekayasa Surat Tugas

Nilai rasa disfemia yang terkandung berupa nilai rasa yang menguatkan

pada data (24) dengan kata dituding. Dituding dari kata dasar tuding

merupakan kata yang menunjukkan suatu tindakan dan sikap dalam bahasa.

Kata dituding ditambahkan perfiks- Di menjadi dituding yang berarti

Page 86: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

72

dugaan,kritikan, perkiraan. Kata dituding, dalam data (24) terjadi tekanan pada

kata dituding. Jadi pada data (24a) kata dituding menggantikan makna diduga

yang memiliki makna lebih sopan.

Dari analisis bentuk nilai rasa disfemia di atas, dapat diketahui bahwa

nilai rasa menguatkan yang ada pada surat kabar fajar edisi Maret 2020

memiliki tiga kata yang termasuk dalam disfemia yang memiliki nilai rasa

yang menguatkan yaitu berupa kata merebut, dituding dan tantang. Nilai rasa

menguatkan berfungsi sebagai makna penekan yang memiliki tekanan yang

lebih kuat dan meyakinkan sehingga maksud dari sebuah kalimat atau

pernyataan akan lebih kuat maknanya dan semakin jelas apa yang dimaksudkan

di dalamnya.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil dari analisis ini, yang didapatkan dalam penggunaan kebahasaan

disfemia pada berita politik dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020. Setelah di

teliti telah menemukan beberapa kata yang termasuk dalam disfemia yang berupa

kata verba, frase, dan ungkapan serta nilai rasa yang menyeramkan, megerikan,

menakutkan, menjijikan dan menguatkan. Hal ini senada dengan rumusan

masalah peneliti yaitu : Bagaimana bentuk kebahasaan disfemia pada berita

politik dalam surat kabar Fajar, Nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan

bentuk kebahasaan disfemia pada berita politik dalam surat kabar Fajar. Dan juga

sesuai dengan tujuan penelitian yaitu, Mengindentifikasi penggunaan bentuk

kebahasaan disfemia pada berita politik dalam surat kabar Fajar .Mendeskripsikan

Page 87: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

73

nilai rasa yang terkandung dalam penggunaan bentuk kebahasaan disfemia pada

berita politik dalam surat kabar Fajar. Data yang dikumpulkan dari berita politik

dalam surat kabar Fajar berupa pemakaian disfemia yang berjumlah 25 data. Data

tersebut diambil mulai dari 01 – 30 Maret 2020.

Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan, Menurut Chaer

(2014:144) kebalikan penghalusan adalah pengasaran atau disfemia, yaitu usaha

untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata

yang maknanya kasar. Usaha atau gejala pengasaran ini biasanya dilakukan oleh

orang dalam situasi yang tidak ramah atau untuk menunjukkan kejengkelan

ditemukan bentuk disfemia, dan nilai rasa disfemia. Wijana (2011:79)

mengungkapkan bahwa disfemia merupakan penggunaan bentuk-bentuk

kebahasan yang dimiliki nilai rasa tidak sopan atau yang ditabukan. Kata-kata

yang memilik komponen semantis yang negatif dapat digunakan oleh penutur

untuk menyerang orang lain. Penggunaannya menimbulkan sebuah penekanan

atau pemberi nilai tambah yang kasar terhadap suatu bahasa. Penyampaian yang

bernilai kasar tersebut akan memperjelas makna atau maksud dari tuturan yang

disampaikan. Bentuk pemakaian tersebut Seperti yang dikatakan Ramlan

(2016:27) bentuk kebahsaan merupakan bentuk-bentuk baik arti leksikal maupun

gramatikal yang berupa kata, frasa, dan ungkapan. Penggunaan bentuk

kebahasaan disfemia seperti yang dikatakan Masri, dkk (2017:74-77) menyatakan

bahwa dilihat dari nilai rasa disfemia dalam surat kabar cenderung, menuju pada

nilai rasa yang dianggap menyeramkan (seram), menakutkan, menguatkan,

menjijikkan, dan mengerikan.

Page 88: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

74

Hasil penelitian ini berkaitan dengan penelitian Budiawan (2016)

menemukan penggunaan disfemia pada judul berita nasional di TV One dengan

pawartos Ngayogyakarta di Jogja tv. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

Budiawan yaitu sama-sama meneliti penggunaan disfemia dan nilai rasa disfemia

tetapi perbedaanya peneliti Budiawa meneliti penggunaan disfemia di stasian tv,

dan hanya menggunakan empat nilai rasa disfemia.

Penelitian Erviana Dewi (2018) meneliti dengan judul Disfemia pada

Komentar Akun Instagram Mimi Peri. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan bentuk disfemia pada komentar akun instagram mimi.peri. Jenis

penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini ungkapan

disfemia pada komentar akun instagram mimi.peri. Data penelitian adalah kata,

frasa, dan kalimat yang mengandung disfemia pada komentar akun instagram

mimi.peri. Data yang di analisis dalam penelitian ini berjumlah 29 data. Sumber

data penelitian ini adalah komentar pada akun instagram mimi.peri. Pengumpulan

data penelitian dengan metode simak dan catat, yakni membaca komentar akun

instagram mimi.peri selanjutnya dilakukan pencatatan kata, frasa, dan kalimat

yang mengandung disfemia. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

metode analisis isi (content analisys). Hasil penelitian menunjukkan bentuk

disfemia pada komentar akun instagram berupa kata, frasa, dan kalimat. (1)

Bentuk disfemia berupa kata: banci, anjing, iblis, pelakor, bencong, kuntilanak,

najis, dajjal, bangsat, kiamat, tai, dan siluman. (2) Bentuk disfemia berupa frasa:

setan manusia, pengikut dajjal, kayak babi, mirip setan, banci bertitit, kayak orang

gila, iblis betina, dan buluk banget. (3) Bentuk disfemia berupa kalimat: aku

Page 89: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

75

menetas jadi peri, itu muka apa rosokan?, irungmu kaya kupu-kupu, putri terkutuk

2018, manusia laknat penyebar virus perusak generasi bangsa, kayak burung

merak, cantiknya ngalahin ratu iblis, mukanya jaman old, dan pergi ke wc cium

tai.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Erviana terletak pada Data

penelitian, Erviana Fokus meniliti kata, frasa, dan kalimat yang mengandung

disfemia pada kolom komentar mimi peri. Sedangkan penelitin ini difokuskan

pada bentuk disfemia dan nilai rasa yang ada pada berita politik dalam surat

kabar fajar.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai bentuk kebahasaan disfemia pada

berita politik surat kabar Fajar edisi Maret 2020. Maka dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut.

1. Bentuk penggunaan kebahasaan disfemia pada berita politik dalam surat

kabar Fajar edisi Maret 2020, ditemukan klasifikasi bentuk disfemia menjadi

tiga, yaitu ; (1) berupa kata seperti kata menjegal, mengantongi, sengketa,

merebut, disusupi, bermain, genjot, segel, tantang, tuding, godok, anjlok, dan

ancam, (2) berupa frase seperti frase masuk meja, scenario bubar dan

panaskan mesin, dan (3) berupa ungkapan seperti ungkapan gigit jari.

Page 90: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

76

2. Nilai rasa yang terkandung dalam bentuk penggunaan kebahasaan disfemia

pada berita politik dalam surat kabar Fajar edisi Maret 2020, ada lima nilai

rasa yang terkandung yaitu ; (1) Menyeramkan, seperti disusupi, genjot

godok, liar, dikecilkan, digantungnya, mengerucut, panaskan mesin, (2)

mengerikan seperti kata mengantongi, bermain, segel, ancam, cuek, dan

digaet. (3) Menakutkan, seperti kata menjegal, sengketa, goyah, skenario

bubar, dan masuk meja. (4) Menjijikan seperti kata ; Gigit jari, (5)

Menguatkan seperti kata merebut, dituding dan tantang.

Page 91: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

76

B. Saran

Sebagai langkah terakhir dalam penulisan skripsi ini, peneliti memberikan

beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini. Saran tersebut peneliti

uraikan sebagai berikut .

1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya bentuk kebahasaan berupa

disfemia dengan klasifikasi benntuk kata, frase, dan ungkapan. Oleh

kareana itu, peneliti berharap adanya bentuk bentuk atau klasifikasi yang

lebih dalam perkembangan selanjutnya.

2. Bahasa yang menarik dalam berita digunakan bahasa disfemia dari nilai

rasa disfemia yang dianalisis ditemukan terdapat lima nilai rasa dan

peneliti berharap aka nada nilai rasa yang lebih dalam perkembangannya.

3. Hasil penelitian ini secara umum berupa penelitian kualitatif. Oleh karena

itu, tampaknya perlu dicoba mengadakan penelitian dengan pendekatan

yang berbeda.

Page 92: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

77

DAFTAR PUSTAKA

Ali Masri, dkk. 2017. Kesinoniman Disfemisme dalam Surat Kabar. Palembang:

Lingua Jurnal Bahasa dan Sastra Volume 3.

Aminuddin. 2013. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar

Baru.

--------------. 2015. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar

Baru.

Ardial. 2017. Komunikasi Politik. Jakarta Barat: PT. Indeks Baran.

Budiawan, R Yusuf Sidiq. 2016. “Penggunaan Disfemia pada Judul Berita

Nasional di TV one dengan Pawartos Ngayogyakarta di Jogja Tv”.

Lingua Scientia. 2 (8): 203-224. Online. Jogjakarta:

(https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9919/

232-237.pdf?sequence=1). di Akses pada tanggal 23 Januari 2020.

Chaer. Abdul. 2014. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

-----------------.2014. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

-----------------2014. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. 2012. Semantik 2 Pemahaman Ilmu tentang Makna.

Bandung: PT Rafika Aditama.

------------------------------. 2012. Semantik. Bandung: PT Rafika Aditama

Erviana, Dewi. 2018. “Penggunaan Disfemia dalam Komentar para Netizen. di

Situs Online Kompas.com pada Rubrik Politik”.Skripsi Universitas

Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

( Di akses pada tanggal 23 [email protected]).

Januari 2020

Hadi, Saputro. 2015. Bentuk Pengasaran Disfemia dalam Bahasa Indonesia Pada

Wacana Politik di Media Cetak dan Iplikasinya dalam

Page 93: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

77

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA,(Online). Tegal:

Universitas Panca Sakti Tegal FKIP.

(http://v2.eprints.ums.ac.id/archive/etd/44752/8/, diakses 09 desember 2019)

Hastuti, Hesti. 2014. Analisis Penggunaan Bentuk Kebahasaan Disfemia pada

Berita Politik Surat Kabar Salopos. Skripsi Universitas

Muhammadiyah Surakarta..

Kamus Besar Bahasa Indonesia, .(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.php.

diakses 09 Desember 2019)/

Keraf, Gorys. 2014. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2016. Kamus Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

------------------------------. 2016. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Lestari, Triana Puji. 2013. Disfemia Pada Tabloid Bola. (Online). Yogyakarta:

Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

(http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/29680). Diakses 10 Desember

2019.

Mahsun, Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Ramlan. 2016. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Santoso. 2016. Pendapat Publik. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Pengantar

Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta:

Muhammadiyah University Press.

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta.

Sumadiria. 2010. Jurnalistik Indonesia. Jakarta: Alfabeta

Tarigan. 2013. Menyimak Sebagai Keterampilan Berbahasa. Jakarta. Depdikbud.

Tarigan. 2013. Pengajaran Kompetensi Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

Wijana, I Dewa Putu dan Rahmadi. 2011. Analisis Wacana Pragmatik : Kajian

Teori dan Analisis. Surakarta: Yama Pustaka.

Page 94: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

79

Page 95: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

79

Tabel 1. Deskripsi Data

No Data Kalimat yang Mengandung Disfemia

1. 01 Maret 2020 Ia berasumsi, Sahiruddin Malik adalah bakal calon bupati yang

bisa mengancam. Ia ada upaya seperti itu (menjegal) agar tidak

maju

2. 02 Maret 2020 Seperti diketahui pilkada Soppeng 2015 lalu, Andi Dulli,

sapaannya maju bepasangan dengan Supriansa. Dia mengantongi

dukungan Golkar, Gerindra, PDIP, PAN, PKB dan PKS.

3. 03 Maret 2020 Sengketa Pilkada harus beres 12 hari.

4. 04 Maret 2020 Masih komunikasi, itu hak orang juga kalau mau mengklaim dapat

merebut rekomendasi PAN.

5. 06 Maret 2020 Rawan disusupi, awasi kinerja Adhoc KPU.

6. 07 Maret 2020 Tommy tuding elite Nasdem Bermain.

7. 08 Maret 2020 Genjot Kualitas Kader Wanita.

8. 09 Maret 2020 Wawan Segel Empat Kursi Hanura

9. 10 Maret 2020 Sulsel Tantang DPP Balas Surat DPD I

10. 12 Maret 2020 NH dituding rekayasa Surat Tugas

11. 13 Maret 2020 Godok Skema Penantang Petahana

12. 14 Maret 2020 Tolak ukurnya, Kursi DPRD Sulsel Dapil Bone, dari Tiga Anjlok

Menjadi Sisa Satu.

13. 15 Maret 2020 Ancam Cabut Surat Tugas

14. 16 Maret 2020 Masih Liar Wakil Ketua Umum DPP Amir Uskara Mengatakan,

partainya belum menentukan usungan

Page 96: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

83

15.

17 Maret 2020 Saya tidak Terima Ketika Golkar dikecilkan,katanya.

16. 18 Maret 2020 Digoyang Golkar, PDIP Goyah

17. 19 Maret 2020 Mantan Wakil Wali Kota Makassar ini Menyabung, pihaknya akan

menyelesikan Survei ini diakhir Maret. Dengan demikian April

sudah Mengerucut Ke Pasangan.

18. 20 Maret 2020 Diajak Nasdem, Gerindra cuek

19. 21 Maret 2020 Masih digantungnya rekomendasi PDIP untuk Pilwalkot

Makassar mengundang berbagai tanggapan.

20. 22 Maret 2020 Golkar Mamuju Beri Sinyal Membelot

21. 23 Maret 2020 Dari Enam Partai yang diincanrnya, Partai Besutan Muhaimin

Iskandar ini menjadi Fokus Thahar untuk digaet

22.

24 Maret 2020 Nama Andi Utta Masuk Meja Prabowo

23.

28 Maret 2020 Mungkin juga Pilkada Mundur adalah Skenario Bubar.

24. 29 Maret 2020 Golkar Panaskan Mesin Lawan Petahana

25. 30 Maret 2020 Golkar terancam “Gigit Jari”di Bulukumba

Page 97: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

82

Tabel 2. Pengelompokan Nilai Rasa Disfemia

No

Bentuk

Disfemia

Nilai Rasa Disfemia

Menyeramkan Mengerikan Menakutkan Menjijikan Menguatkan

1. Menjegal

2. Mengantongi

3. Sengketa

4. Merebut

5. Disusupi

6. Bermain

7. Genjot

8. Segel

9. Tantang

10. Tuding

11. Godok

12. Anjlok

13. Ancam

14. Liar

15. Dikecilkan

16. Goyah

Page 98: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

83

17. Mengerucut

18. Cuek

19. Digantung

20. Membelot

21. Digaet

22. Masuk meja

23. Skenario Bubar

24. Panaskan mesin

25. Gigit jari

Page 99: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

84

Page 100: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

85

Page 101: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

86

Page 102: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

87

Page 103: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

88

Page 104: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

89

Page 105: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

90

Page 106: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

91

Page 107: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

92

Page 108: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

93

Page 109: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

94

Page 110: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

95

Page 111: PENGGUNAAN BENTUK KEBAHASAAN DISFEMIA PADA BERITA

96

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama ANDI SOSILA

KAMARUDDIN dilahirkan di Ujung Lamuru Kec.

Lappariaja Kabupaten Bone pada 07 Desember 1998

Anak dari Pasangan suami istri Bapak Andi Kamaruddin

dan Ibu Murniati. Mengawali pendidikan formalnya di

TK Ujung Lamuru dan melanjutkan ke SD Inpres 3/77

Ujung Lamuru dan lulus tahun 2010. Melanjutkan di SMPN 1 Lappariaja lulus

tahun 2013. Lalu melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Lamuru Kabupaten

Bone lulus tahun 2016. Pada tahun 2016, kembali melanjutkan pendidikan di

salah satu perguruan tinggi swasta, yaitu Universitas Muhammadiyah Makassar

pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra

Indonesia. Diakhir studinya ia menyusun skripsi dengan judul: Penggunaan

Bentuk Kebahasaan Dispemia pada Berita Politik dalam Surat Kabar Fajar.

Yang Insya Allah Tahun ini mengantarkan penulis untuk mendapatkan gelar

Sarjana Strata Satu.