Disain Penelitian Kebahasaan

24
BAGIAN 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi tidak akan terjalin dengan baik. Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Suahid merupakan satu di antara bahasa daerah yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh masyarakat Dayak Suahid. Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai Kapuas., maka bahasa yang digunakanpun adalah bahasa Dayak Suahid juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti membatasi lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Suahid dilakukan di Dusun Kerangas , Desa Kerangas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu. Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Kerangas sebagai lokasi penelitian dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang masih belum tercampur dengan bahasa lain dan didukung kondisi masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya berada di Dusun Kerangas. Bahasa Dayak Suahid dipergunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat yang mempunyai sistem bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya. Sistem bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi

description

disain penelitian ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah penelitian bahasa oleh : Nama Rufina Murni Nim :511100043 Kelas : Bpagi

Transcript of Disain Penelitian Kebahasaan

Page 1: Disain Penelitian Kebahasaan

BAGIAN 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan sarana komunikasi yang sangat penting keberadannya bagi

masyarakat. Bahasa digunakan masyarakat untuk mengungkapkan ide, pikiran dan perasaan

kepada orang lain sehingga akan terjalin interaksi antarmasyarakan, tanpa bahasa komunikasi

tidak akan terjalin dengan baik.

Bangsa Indonesia memiliki keberagaman bahasa selain bahasa Indonesia sebagai bahasa

pemersatu dan bahasa nasional. Bahasa Dayak Suahid merupakan satu di antara bahasa daerah

yang terdapat di wilayah Indonesia, tepatnya di daerah Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten

Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sampai sekarang, bahasa ini masih digunakan oleh masyarakat

Dayak Suahid.

Mereka melakukan migrasi ke hulu Sungai Kapuas., maka bahasa yang digunakanpun

adalah bahasa Dayak Suahid juga. Untuk mempermudah pengambilan data penelitian, peneliti

membatasi lokasi penelitian sistem sapaan pada masyarakat Suahid dilakukan di Dusun

Kerangas , Desa Kerangas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu.

Berdasarkan pengamatan peneliti, pemilihan Dusun Kerangas sebagai lokasi penelitian

dikarenakan bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang masih belum tercampur dengan

bahasa lain dan didukung kondisi masyarakat yang masih asli. Selain itu, mayoritas penuturnya

berada di Dusun Kerangas.

Bahasa Dayak Suahid dipergunakan sebagai sarana komunikasi masyarakat setempat

yang mempunyai sistem bahasa sama dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah lainnya.

Sistem bahasa tersebut seperti: fonologi mendeskripsikan masalah bunyi, morfologi

Page 2: Disain Penelitian Kebahasaan

mendeskripsikan bentuk kata, sintaksis mendeskripsikan bentuk kalimat, dan semantik

mendeskripsikan bentuk makna. Luasnya sistem bahasa yang ada, maka pada penelitian ini

dibatasi tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan kekerabatan dan

nonkekerabatan.

Beberapa pertimbangan dari peneliti dalam mengambil penelitian mengenai sistem sapaan pada

masyarakat Dayak Suahid. Pertama, berdasarkan kajian kepustakaan, penelitian mengenai sistem

sapaan pada masyarakat Dayak Suahid belum pernah dilakukan. Kedua, dalam bahasa Dayak

Suahid terdapat keunikan tersendiri yang menjadi sebuah ciri khas bahasa tersebut, sehingga

menjadikan bahasa Dayak Suahid sangat berbeda dengan bahasa-bahasa daerah lain yang

terkadang hampir mempunyai kemiripan. Misalnya:

(1) Tok apak aku. (sapaan dalam bahasa Dayak Suahid)

Inilah ayahmu. (sapaan dalam bahasa Indonesia)

(2) Kemenai adaek nuan? (sapaan dalam bahasa Dayak Suahid)

Kemanakah adikmu? (sapaan dalam bahasa Indonesia)

Ketiga, sebagai usaha peneliti untuk mendokumentasikan secara tertulis agar terjadi kelestarian

penggunaan bahasa Dayak Suahid. Keempat, untuk mengetahui lebih dalam mengenai bentuk

kata sapaan baik dalam hubungan kekerabatan maupun nonkekrabatan serta tujuan

penggunaannya dalam masyarakat Dayak Suahid. Kelima, penelitian ini juga sebagai upaya

menambah literatur kebahasaan, khususnya literatur bahasa daerah.

Pada penelitian sebelumnya mengenai sistem sapaan, terdapat dua peneltian yang relevan.

Pertama, penelitian Sistem Sapaan pada Masyarakat Melayu Ketapang, dengan simpulannya

yaitu terdapat 14 sapaan dalam hubungan kekerabatan dan 10 sapaan dalam hubungan

nonkekerabtan (Sari Handayani, 2010). Kedua, Sistem Sapaan pada Bahasa Dayak Kanayatn

Page 3: Disain Penelitian Kebahasaan

Dialek Bajare Kecamatan Mempawah Hulu, dengan simpulannya yaitu terdapat 5 sapaan dalam

hubungan kekerabatan dan 5 sapaan dalam hubungan nonkekerabatan (Rusmalasari, 2008).

Berikut beberapa rekomendasi atau saran dari peneltian-penelitian di atas.

1. Sebagai bentuk pelestarian terhadap bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Diharapkan

berbagai kalangan akan lebih menghargai bahasa daerah serta sebagai sarana untuk saling

mempelajari dan mengenal berbagai bentuk kebahasaan dalam meningkatkan persaudaraan

antarsuku bangsa.

2. Bagi pengajar, penelitian-penelitian di atas dapat dijadikan rujukan dalam pengajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia. Pengajar dapat memanfaatkan bahasa daerah hasil penelitian sebagai

materi pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pembelajaran kebahasaan dan muatan

lokal.

3. Bagi pelajar, penelitian ini dapat menumbuhkan sikap apresiatif terhadap kebahasaan, khususnya

bahasa daerah, serta dapat memberikan pemahaman untuk lebih mengenal dan menghargai

bahasa aslinya.

4. Bagi masyarakat, khususnya `tempat penelitian ini dilakukan, agar senantiasa menjaga dan

melestarikan bahasa daerah sebagai kekayaan bangsa Indonesia.

Peneliti lain dapat menggunakan hasil penelitian di atas sebagai bahasan perbandingan

analisis, metode maupun langkah-langkah dalam melakukan penelitian bahasa.

Penelitian mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid diharapkan dapat

memberikan sumbangan dalam bidang pembelajaran. Misalnya, di sekolah dasar dapat dijadikan

sebagai kurikulum muatan lokal di sekolah. Jika dihubungkan dengan pembelajaran yang

terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), penelitian ini dapat

Page 4: Disain Penelitian Kebahasaan

manfaatkan sebagai bahan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya di bidang

pembelajaran kebahasaan sebagai bahan perbandingan dalam proses pembelajaran di sekolah.

B. Masalah Penelitian

Masalah umum yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sistem sapaan pada

masyarakat Dayak Suahid?” Masalah ini dirincikan lagi ke dalam submasalah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid berdasarkan hubungan

kekerabatan?

2. Bagaimanakah sistem sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid berdasarkan hubungan

nonkekerabatan?

3. Bagaimanakah tujuan penggunaan kata sapaan dalam masyarakat Dayak Suahid ?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada

masyarakat Dayak Suahid. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Suahid berdasarkan hubungan

kekerabatan.

2. Mendeskripsikan sistem sapaan dalam bahasa Dayak Suahid berdasarkan hubungan

nonkekerabatan.

3. Mendeskripsikan tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Suahid.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis maupun praktis. Manfaat

teoritis yang diharapkan adalah sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan dalam kajian

Page 5: Disain Penelitian Kebahasaan

kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem sapaan. Manfaat praktisnya antara lain

sebagai berikut.

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang bahasa, khusunya mengenai

sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid.

2. Bagi guru bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa Indonesia sebagai salah satu

alternasi bahan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang

berkaitan dengan sistem sapaan.

3. Bagi penelitian lainnya

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternasi bahan informasi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya di bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan sistem

sapaan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya ruang lingkup agar penelitian yang dilakukan

terarah. Penulis memfokuskan untuk mendeskripsikan sistem sapaan pada masyarakat Dayak

Suahid sebagai berikut.

1. Pembahasan mengenai sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam hubungan

kekerabatan dibagi menjadi dua, sebagai berikut.

a. Sapaan karena hubungan keturunan atau karena pertalian darah dibedakan menjadi empat yaitu:

bentuk sapaan bagi orang yang lebih tua, bentuk sapaan untuk saudara, bentuk sapaan untuk

sebaya, dan bentuk sapaan berdasarkan urutan generasi anak.

Page 6: Disain Penelitian Kebahasaan

b. Sapaan hubungan keluarga karena perkawinan dibagi menjadi delapan yaitu: suami, istri,

mertua, ipar, biras, menantu, besan, dan kemenakan.

2. Pembahasan mengenai bentuk penggunaan sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dalam

hubungan nonkekerabatan (sapaan dalam masyarakat) dibagi menjadi delapan yaitu: sapaan

untuk orang yang lebih tua laki-laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang lebih muda laki-

laki dan perempuan, sapaan untuk orang yang belum dikenal, sapaan untuk orang sebaya, sapaan

dalam profesi, sapaan dalam keagamaan, sapaan dalam jabatan, dan sapaan dalam adat istiadat.

3. Pembahasan mengenai tujuan penggunaan kata sapaan dalam bahasa Dayak Suahid dibagi

menjadi tiga yaitu: sepaan sebagai tanda hormat, sapaan sebagai ungkapan sakit hati, dan sapaan

ungkapan kekerabatan.

Page 7: Disain Penelitian Kebahasaan

BAGIAN II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penjelasan Istilah

Penjelasam istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan

pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan istilah tersebut

sebagai berikut.

1. Kata Sapaan

Kata sapaan adalah morfem, kata, atau frase yang digunakan untuk saling merujuk dalam situasi

pembicaraan dan yang berbeda-beda menurut sifat hubungan antara pembicara (Kridalaksana,

2008: 214).

2. Sistem sapaan

Sistem sapaan adalah sistem yang mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status

dan peran partisipan dalam komunikasi dengan bahasa (Kridalaksana, 2008: 224).

3. Bahasa Dayak Suahid.

Bahasa Dayak Suahid adalah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat suku Dayak

yang bermukim di Sungai Kpuas, Kecamatan Nanga Suahid, Kabupaten Kapuas Hulu.

Berdasarkan penjelasan istilah yang telah dikemukakan di atas, penelitian mengenai

sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid dapat diartikan sebagai suatu penelitian yang

membahas bentuk sapaan berupa morfem, kata, atau frase yang merupakan sebuah sistem yang

mengikat unsur-unsur bahasa yang menandai perbedaan status dan peran partisipan dalam

komunikasi dengan bahasa dalam situasi pembicaraan menurut sifat hubungan pada masyarakat

Dayak Suahid. Sifat hubungan yang dimaksud merupakan sapaan hubungan kekerabatan dan

nonkekerabatan. Sapaan hubungan kekerabatan adalah sapaan yang dugunakan untuk menyapa

Page 8: Disain Penelitian Kebahasaan

orang yang lebih tua dan sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan

kekerabatan, sedangkan sapaan pada hubungan nonkekerabatan adalah kata-kata sapaan yang

digunakan untuk menyapa orang-orang yang tidak memiliki hubungan keluarga.

B. Kajian Teoretis

Penelitian ini merupakan sebuah kajian sosiolinguistik, dan teori yang digunakan adalah

teori sosiolinguistik. Penggunaan toeri ini sebagai dasar acuan analisis yang berkaitan langsung

dengan masalah penelitian.

Sosiolingustik adalah ilmu yang membicarakan hal ikhwal yang dikaitkan dengan

masyarakat pemakainya. Dalam hal ini, sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem

komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan budaya tertentu, sedangkan pemakai

bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi-situasi konkret.

1. Kata Sapaan

Menurut Anwar (2003:399) kata sapaan adalah perkataan untuk menegur, mengajak

bercakap-cakap dan sebagainya. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di antara cara menegur

orang yang di ajak bicara serta merupakan suatu cara menyampaikan maksud dari yang menyapa

kepada yang disapa baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan dalam bentuk kata-kata.

Menurut Kridalaksana (2001:191), kata sapaan adalah morfem, kata atau frase yang

digunakan untuk saling menunjuk dalam situasi pembicaraan yang berbeda-beda menurut sifat

hubungan atau pembicaraan. Menurut Sugiono (2006:77), kata sapaan adalah kata yang

digunakan untuk menyapa orang yang diajak bicara (orang kedua) atau menggantikan nama

ketiga. Berikut ini beberapa contoh yang digunakan sebagai sapaan.

(1) Nama diri seperti Budi dan Pepi

Page 9: Disain Penelitian Kebahasaan

(2) Kata yang tergolong istilah kekerabatan, seperti: bapak, ibu, paman, bibi, adik, kakak, mas, atau

abang.

(3) Gelar kepangkatan, profesi atau jabatan, seperti: kapten, profesor, dokter, dan sopir.

Kata sapaan ini sangat terikat pada adat istiadat setempat, seperti adat kesantunan serta situasi

dan kondisi percakapan. Itulah sebabnya kaidah kebahasaan sering terkalahkan oleh adat atau

kebiasaan yang berlaku di daerah tempat bahasa tersebut tumbuh dan berkembang.

Chaer (2006: 107), kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa,

menegur, atau menyebut orang kedua atau orang yang diajak bicara. Dengan demikian, kata

sapaan merupakan satu di antara penyampaian maksud dari yang disapa kepada yang disapa,

baik lisan maupun tulisan dalam bentuk perangkat kata-kata.

Kata-kata sapaan ini tidak mempunyai perbendaharaan kata sendiri, seseorang langsung

disapa dengan nama diri atau nama perkerabatan. Sebagai kata sapaan, kata nama diri dapat

digunakan dalam bentuk utuh seperti Arif, Supri, Norman, dan Bejo. Kata sapaan nama diri

dapat juga disingkat, seperti:

(1) Rif (bentuk utuhnya Arif)

(2) Ri (bentuk utuhnya Supri)

(3) Man (bentuk utuhnya Norman)

(4) Jo (bentuk utuhnya Bejo)

Selain nama diri, dalam nama perkerabatan semua bentuk utuh dan disingkat dapat juga

digunakan, seperti:

(1) pak (bentuk utuhnya bapak)

(2) yah (bentuk utuhnya ayah)

(3) bu (bentuk utuhnya ibu)

Page 10: Disain Penelitian Kebahasaan

(4) kak (bentuk utuhnya kakak)

(5) dik (bentuk utuhnya adik)

(6) bi (bentuk utuhnya bibi)

(7) kek (bentuk utuhnya kakek)

(8) nek (bentuk utuhnya nenek)

(9) nak (bentuk utuhnya anak)

(10) cu (bentuk utuhnya cucu)

Perlu diperhatikan, tidak semua kata kekerabatan mempunyai bentuk singkatan. Menurut Chaer

(2006: 107) kata saudara dan paman tidak ada bentuk singkatannya. Jadi, harus digunakan dalam

bentuk utuh, tetapi ada juga pemakaian paman disingkat man tergantung pada tempat dan situasi

pemakaian.

Menurut Kridalaksana (1975:14), satuan bahasa mempunyai sistem tutur sapa, yakni sistem yang

mempertautkan seperangkat kata-kata atau ungkapan yang dipakai untuk menyebut dan

memanggil para pelaku dalam suatu peristiwa bahasa. Oleh karena itu, sapaan merupakan satu di

antara cara penyampaian maksud dari yang menyapa kepada yang disapa, baik secara lisan

maupun tulisan dalam bentuk prangkat kata-kata. Tutur sapa sebagai suatu bentuk sistem untuk

penyampaian maksud, mempunyai peranan penting karena sistem penyapa yang berlaku dalam

bahasa-bahasa tertentu berbeda dengan sistem panyapa yang berlaku bahasa yang lain. perbedaan

itu tidak terletak pada kosakata sapaan, tetapi juga pada sikap penuturnya ketika proses sapaan

berlangsung.

Menurut Kridalaksana (1975: 140), ada sembilan kelompok tentang sapaan untuk orang kedua

dalam bahasa Indonesia, yaitu:

1. kata ganti orang kedua seperti engkau, kamu

Page 11: Disain Penelitian Kebahasaan

2. nama diri seperti Mita, Edi, atau dapat didahului katas saudara, tuan, nyonya

3. istilah kekerabatan seperti kakek, paman, dan abang

4. gelar dan pangkat seperti jenderal dan dokter

5. kata ganti agentif seperti penonton dan pendengar

6. bentuk nomina+ku seperti kekasihku dan ibuku

7. kata-kata diektis atau penunjuk seperti situ

8. bentuk nominal lainnya seperti bung dan anda

9. bentuk zero seperti kalau O senang dengan buku itu ambillah!

Brown dan Gilman (1997:76), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

hubungan resiprokal dan nonresiprokal. Hubungan antar pelaku bicara tergantung pada:

a. perbedaan kerabat, yaitu kawan bicara masih punya hubungan darah,

b. perbedaan umur, yaitu apakah umur lawan bicara lebih tua, sama umurnya, atau

lebih muda dari pembicaraan,

c. perbedaan jabatan, yaitu apakah jabatan lawan bicara lebih tinggi, sama atau lebih

rendah dari pembicara,

d. perbedaan situasi, yaitu situasi yang ada pada saat terjadinya peristiwa tutur.

Situasi yang ada dapat bersifat sangat formal atau tidak formal,

e. perbedaan situasi sosial, yaitu perbedaan status sosial dan perbedaan tingkt sosial

antarpelaku wicara. Pembicaraan akan melihat apakah status sosial lawan

bicaranya lebih tinggi, sama atau lebih rendah. Ukuran status sosial dalam hal ini

adalah kedudukan seseorang dalam lingkungan masyarakatnya,

f. hubungan kekerabatannya, yaitu apakah pembicara telah mengenal dengan baik

kawan bicaranya. Hubungan kekerabatan lawan bicaradapat bersifat sangat akrab

atau tidak akrab, dan

g. tujuan pembicaraan, yaitu maksud dan tujuan pembicaraan melakukan

pembicaraan dengan kawan bicara. Dalam hal ini dapat dikelompokkan menjadi

tiga, yaitu afektif, pembicaraan biasa, atau menghina.

Page 12: Disain Penelitian Kebahasaan

Badudu Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), kata sapaan adalah kata

yang dipakai untuk menyapa orang, seperti ibu, nyonya, tuan, bapak atau saudara. Kata sapaan

juga dapat berupa kata benda yang merujuk pada seseorang, contoh:

(1) Hendak kemana kakek sepagi ini? (kata sapaan)

(2) Ia heran melihat Bapaknya pulang larut malam. (kata benda)

(3) Apakah Tuan mengenal istrinya? (kata sapaan dan benda)

Kata sapaan yang digunakan dalam kalimat (1) merupakan kata sapaan karena penyapa berbicara

langsung dengan orang yang disapa, yaitu Kakek. Pada kalimat (2) merupakan kata benda,

karena pada kalimat tersebut memberitahukan bahwa seseorang merasa heran melihat Bapaknya

pulang larut malam tanpa berbicara langsung dengan objek. Sedangkan pada kalimat (3) kata

Tuan merupakan kata sapaan karena penyapa berbicara langsung dengan disapa, dan kata istri

merupakan kata benda karena penyapa berbicara kepada yang disapa untuk menanyakan istri dari

pihak ketiga.

2. Sapaan dalam Hubungan Kekerabatan

Kekerabatan merupakan suatu bentuk hubungan sosial yang terjadi karena keturunan dan

perkawinan. Sapaan dalam hubungan kekerabatan ialah sapaan yang digunakan untuk menyapa

orang yang lebih tua atau sebaliknya dalam sebuah keluarga disesuaikan menurut hubungan

keluarga.

a. Sapaan berdasarkan keturunan atau hubungan darah

1) Sapaan terhadap yang Lebih Tua

Sapaan terhadap yang lebih tua ialah sapaan yang ditunjukkan untuk menyapa orang yang

lebih tua dari penyapa.

a) Sapaan terhadap orang tua kakek atau nenek

Page 13: Disain Penelitian Kebahasaan

Sapaan untuk orang tua dari kakek atau nenek adalah moyang atau buyut adalah. Sapaan moyang

digunakan baik orang tua kakek laki-laki maupun perempuan oleh cicitnya. Sapaan moyang ini

sudah jarang ditemui dalam satu keturunan karena faktor umur yang tak memungkinkan lagi.

b) Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu

Sapaan terhadap orang tua laki-laki dari ayah dan ibu adalah kakek. Sapaan kakek ini

digunakan untuk menyapa orang tua laki-laki baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.

c) Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu

Sapaan terhadap orang tua perempuan dari ayah dan ibu adalah nenek. Sapaan nenek digunakan

untuk menyapa orang tua perempuan baik dari ayah maupun ibu oleh cucunya.

d) Sapaan terhadap orang tua laki-laki

Sapaan terhadap orang tua laki-laki adalah bapak atau ayah. Sapaan ini juga digunakan untuk

menyapa mertua laki-laki oleh menantunya.

e) Sapaan terhadap orang tua perempuan

Sapaan terhadap orang tua perempuan adalah ibu. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa

mertua perempuan oleh menantunya.

f) Sapaan terhadap saudara tua dan muda laki-laki dari orang tua

Sapaan terhadap saudara tua laki-laki dari orang tua adalah paman atau om. Sapaan paman atau

om digunakan untuk menyapa saudara tua laki-laki dari orang tua oleh kemenakannya.

g) Sapaan terhadap saudara tua dan muda perempuan dari orang tua

Sapaan terhadap saudara tua perempuan dari orang tua adalah bibi atau ibu. Sapaan bibi atau ibu

digunakan untuk menyapa saudara tua perempuan dari orang tua oleh kemenakannya.

2) Sapaan terhadap saudara

a) Sapaan terhadap saudara tua laki-laki

Page 14: Disain Penelitian Kebahasaan

Sapaan terhadap saudara tua laki-laki adalah abang. Sapaan abang digunakan oleh saudara yang

lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk menyapa

sepupu laki-laki yang lebih tua.

b) Sapaan terhadap saudara tua perempuan

Sapaan terhadap saudara tua perempuan adalah kakak. Sapaan kakak digunakan oleh saudara

yang lebih muda untuk menyapa saudara yang lebih tua, sapaan ini juga digunakan untuk

menyapa sepupu perempuan yang lebih tua.

c) Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan

Sapaan terhadap saudara muda laki-laki atau perempuan adalah adik, sapaan adik biasanya

disertai dengan nama diri atau dengan nama saja. Sapaan ini juga digunakan untuk menyapa

saudara sepupu laki-laki maupun perempuan yang lebih muda.

3) Sapaan terhadap yang sebaya

Sapaan terhadap yang sebaya dalam keluarga cukup dengan nama saja. Sapaan nama dapat

digunakan untuk mengakrabkan diri antara panyapa dan yang disapa. Sapaan ini juga digunakan

untuk menyapa sepupu yang sebaya.

4) Sapaan berdasarkan urutan generasi anak

a) Sapaan terhadap anak laki-laki atau perempuan

Sapaan utama terhadap anak laki-laki atau perempuan umumnya adalah menggunakan nak,

nak+nama, atau nama saja.

b) Sapaan terhadap cucu laki-laki atau perempuan

Sapaan utama terhadap cucu laki-laki atau perempuan umumnya adalah cu, cu+nama, atau nama

saja.

b. Sapaan hubungan keluarga berdasarkan perkawinan

Page 15: Disain Penelitian Kebahasaan

Istilah kekerabatan yang disebabkan oleh ikatan perkawinan yaitu suami, istri, mertua, ipar,

menantu, biras, besan, dan kemanakan.

1) Suami

Suami adalah saudara laki-laki yang sudah menikah. Suami biasanya disapa dengan bapak, pak,

atau bang oleh istrinya.

2) Istri

Istri adalah perempuan yang sudah menikah. Biasanya istri dipanggil dengan bu, ma, dek atau

dengan nama saja oleh suaminya.

3) Mertua perempuan dan laki-laki

Mertua adalah orang tua dari suami maupun istri. Sapaan untuk mertua laki-laki sama dengan

orang tua laki-laki, yaitu bapak atau ayah, begitu juga sebaliknya untuk mertua perempuan sama

dengan orang tua perempuan, yaitu ibu atau mama.

4) Ipar

Ipar adalah istilah untuk menyapa saudara tua atau saudara muda dari suami atau istri, baik laki-

laki maupun perempuan. Sapaan untuk menyapa saudara tua dari istri atau sumai yaitu kakak

atau kakak+nama untuk perempuan, abang atau abang+nama untuklaki-laki, sedangkan untuk

menyapa saudara muda dari istri atau suami yaitu adik ipar atau cukup dengan nama saja.

5) Menantu laki-laki atau perempuan

Menantu adalah suami atau istri dari anak, menantu biasa dipanggil nak atau nama saja oleh

mertuanya.

6) Biras

Page 16: Disain Penelitian Kebahasaan

Biras adalah pertalian keluarga antara dua orang karena masing-masing menikah dengan dua

orang bersaudara. Misalnya, A dan B bersaudara, A menikah dengan C sedangkan B menikah

dengan D, maka C dan D adalah biras.

7) Besan

Besan adalah orang tua dari menantu laki-laki atau perempuan. Besan biasa dipanggil pak,

pak+nama atau bu, bu+nama, atau nama besan saja.

8) Kemenakan

Kemenakan adalah sapaan terhadap anak dari saudara, seperti anak kakak, adik, dan abang.

Sapaan yang digunakan cukup dengan nama saja.

3. Sapaan dalam Hubungan Nonkekerabatan

Sapaan dalam hubungan kekerabatan sering juga disebut sapaan dalam masyarakat.

Sapaan dalam masyarkat adalah sapaan yang digunakan untuk menyapa anggota masyarakat

yang tidak mempunyai hubungan kekerabatan atau hubungan darah.

a. Sapaan terhadap yang lebih tua laki-laki dan perempuan

Sapaan yang sering digunakan untuk menyapa orang yang lebih tua laki-laki yaitu bapak

atau pak, sedangkan untuk menyapa orang yang lebih tua perempuan yaitu ibu atau bu. Sapaan

bisa juga disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut.

b. Sapaan terhadap yang lebih muda

Sapaan terhadap yang lebih muda baik laki-laki maupun perempuan yaitu adik, dik atau

dengan nama diri saja.

c. Sapaan terhadap yang sebaya

Sapaan terhadap orang yang sebaya dalam masyarakat dapat disapa dengan sapaan nama

diri.

Page 17: Disain Penelitian Kebahasaan

d. Sapaan terhadap orang yang belum dikenal

Sapaan terhadap orang yang belum dikenal biasanya menyesuaikan dengan kondisi

lingkungan, sapaan pak atau bu digunakan untuk orang yang kira-kira sebaya dengan ayah atau

ibu, sedangkan bang atau kak digunakan untuk menyapa orang yang sebaya dengan kakak atau

abang. Sapaan ini juga bisa disesuaikan dengan urutan kelahiran orang tersebut.

e. Sapaan dalam profesi

Sapaan dalam profesi biasanya menggunakan sapaan pak atau bu. Penggunaan sapaan

tersebut dikarenakan tuntutan profesi seseorang agar lebih sopan. Misalnya, ketika berbicara

dengan seorang dosen, maka panyapa akan menggunakan sapaan pak dosen atau bu dosen.

f. Sapaan dalam jabatan

Sapaan dalam jabatan digunakan untuk menyapa orang-orang yang mempunyai jabatan

tertentu dalam masyarakat. Misalnya menyapa presiden, gubernur, bupati, dan camat.

4. Tujuan penggunaan kata sapaan

a. Sapaan tanda hormat

Sapaan tanda hormat merupakan sapaan yang menjunjung tinggi sopan santun dalam

menghargai orang lain meskipun orang tersebut tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan

panyapa. Contoh sapaan tanda hormat, sapaan bapak, ibu, yang mulia, yang terhormat dan yang

berbahagia.

b. Sapaan ungkapan sakit hati

Sapaan sakit hati merupakan sapaan kepada seseorang yang tidak senang dengan yang

disapa. Sapaan semacam ini terjadi akibat adanya permusuhan, iri hati, atau sengketa antara

kedua belah pihak. Sapaan yang digunakan umumnya berkonotasi negatif, seperti setan, pelacur,

Page 18: Disain Penelitian Kebahasaan

anjing, atau iblis. Makna yang diungkapkan selalu merujuk pada sapaan yang menggambarkan

seseorang tersebut sesuai sapaan yang di ungkapkan.

c. Sapaan ungkapan keakraban

Faktor kekerabatan antara penyapa dan yang disapa sangat mempengaruhi penggunaan

sapaan. Keakraban yang terjalin antara penyapa dan yang disapa tidak menyebabakan sakit hati

atau direndahkan. Contoh, penggunaan kata binatang untuk mengganti nama yang disapa,

keadaan fisik, ataupun penggunaan kata sapaan yang berhubungan dengan kebiasaan jelek yang

disapa.

Page 19: Disain Penelitian Kebahasaan

BAGIAN III

Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini mengkaji bentuk sapaan pada masyarakat Dayak Suahid, meliputi: sapaan

kekerabatan, nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan. Untuk mencapai tujuan

tersebut, penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif diarahakn sebagai

prosedur pemecahan masalah yang akan diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subjek atau objek yang diteliti secara apa adanya sesuai dengan fakta pada saat

penelitian dilakukan.

Dengan metode deskriptif, penelitian dilakukan semata-mata berdasarkan fakta atau

fenomena yang memang hidup pada penuturnya. Dalam hal ini, metode dekriptif memberikan

gambaran yang objektif tentang sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid yang akan

dianalisis sesuai dengan faktor pemakaian sebenarnya dari bahasa Dayak Suahid.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

pendekatan kualitatif. Penelitian kulaitatif merupakan bentuk penelitian yang menggambarkan

suatu keadaaan dengan uraian. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka (Moleong, 2005:11). Oleh karena itu, data yang akan dikumpulkan tidak

menggunakan angka-angka atau perhitungan, melainkan mengacu pada makna atau pemahaman

terhadap interkasi terhadap konsep data yang dianalisis. Dengan demikian data dianalisis dalam

bentuk uraian dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

Page 20: Disain Penelitian Kebahasaan

Pendekatan kualitatif memiliki ciri-ciri berlatar alamiah, bersifat deskriptif, lebih

mengutamakan proses daripada hasil, dan analisis data bersifat induktif (Bogdan dan Biklen,

1982 dalam Djajasudarma,1994).

Berlatar alamiah, maksudnya data penelitian bersumber dari peristiwa-peristiwa

komunikasi dan situasi alamiah yang berlangsung di masyarakat Dayak Suahid.

Bersifat deskriptif, maksudnya data dikumpulkan berbentuk deskripsi wacana. Data

dilengkapi dengan konteks terjadinya interaksi. Pendeskripsian konteks diupayakan hingga

menyentuh hal-hal kecil, seperti waktu, tempat, dan kedudukan partisipan. Hasil analisis data

dilaporkan dalam bentuk deskripsi fenomenologis, artinya hasil analisis dipaparkan sesuai

dengan temuan di lapangan tanpa dihubungkan dengan variabel-variabel tertentu.

Lebih mengutamakan proses daripada hasil, maksudnya dalam pelaksanaan penelitian ini,

khususnya kegiatan pengumpulan lebih diorientasikan pada proses. Pengorientasian tersebut,

misalnya pengupayaan waktu pelaksanaan pengumpulan data yang bersifat fleksibel. Karena itu,

jadwal tidak dijadikan target. Demikian halnya dengan perolehan data, baik jenis maupun

jumlahnya tidak didasarkan pada perencanaan atau target tertentu.

Analisis data bersifat induktif, maksudnya penelitian ini tidak diarahkan untuk

memperkuat atau menolak hipotesis tertentu. Karena itu, paparan hasil analisis penelitian yang

berkaitan dengan sistem sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut lebih didasarkan pada

data alamiah yang terkumpul di lapangan.

3. Data dan Sumber Data

a. Data

Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang mengandung sapaan dan konteks

penggunaannya pada masyarakat Dayak Suahid.

Page 21: Disain Penelitian Kebahasaan

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah bahasa yang dituturkan oleh penutur asli bahasa

Dayak Suahid dan konteks tuturan yang diperoleh melalui pengamatan dan pencatatan lapangan

secara langsung. Konteks ini dimasukkan dalam sumber data karena konteks tuturan berpengaruh

terhadap tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Suahid.

Subjek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah masyarakat asli penutur bahasa Dayak

Suahid. Namun, tidak semua masyarakat asli penutur bahasa Dayak Suahid mempunyai

kedudukan yang sama sebagai informan dalam penelitian, sebab terdapat syarat-syarat yang

harus dipenuhi sebagai seorang informan, sebagai berikut:

Data dianalisis selama dan setelah pengumpulan data. Maksudnya, selama pengumpulan data,

data ditranskripsikan (dari pita rekaman ke data tulisan) dan disesuaikan dengan catatan peneliti.

Apabila terdapat penyimpangan, pada observasi berikutnya dapat dilakukan perekaman atau

pencatatan data dengan lebih cermat untuk menghidari kesalahan.

4. Teknik dan Alat Pengumpul Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah cakap langsung, pencatatan

lapangan, dan perekaman. Teknik cakap langsung merupakan teknik penjaringan data melalui

percakapan antara peneliti dan informan. Pelaksanaan teknik ini dilakukan dengan cara tanya

jawab langsung dengan berpedoman pada instrumen penelitian. Teknik cakap langsung

digunakan untuk mengetahui secara langsung sistem sapaan pada masyarakat Dayak Suahid.

Teknik pencatatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan yang berguna untuk

memaknai data yang diperoleh, sedangkan teknik perekaman dalam penelitian ini dilakukan

Page 22: Disain Penelitian Kebahasaan

dengan tujuan untuk memperoleh data yang sebenarnya, berupa sistem sapaan pada masyarakat

Dayak Suahid.

b. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, para ahli mengemukakan pendapatnya bahwa yang menjadi

instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, atau dengan bantuan orang lain yang merupakan

alat pengumpul data utama (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Moleong, 2005). Hal ini dikarenakan

peneliti dalam penelitian kualitatif dipandang sebagai pencari tahu alami dalam pengumpulan

data.

Peneliti sebagai instrumen, ada beberapa prasyarat yang harus diperhatikan, yaitu: (1)

peneliti ada jarak dengan objek terteliti, (2) tetap objektif, (3) berorientasi pada tujuan penelitian,

(4) tetap setia pada data penelitian, dan (5) menyelesaikan sesuai dengan disiplin ilmu serta

paradigma.

Selain peneliti sebagai instrumen utama, penelitian ini menggunakan instrumen bantu,

yaitu alat perekam (tape recorder), kartu data atau catatan lapangan, daftar pertanyaan dan

kalimat yang mengandung kata sapaan. Alat perekam (tape recorder) digunakan untuk merekam

tuturan informan, catatan lapangan digunakan untuk mencatat konteks tuturan, dan daftar

pertanyaan dan kalimat digunakan sebagai pedoman percakapan.

c. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data ini didasarkan pada teknik yang dikemukakan oleh Miles dan

Huberman (1992: 15-20). Teknik analisis yang dimaksud meliputi: (a) reduksi data, (b)

penyajian data, dan (c) penyimpulan. Ketiga langkah tersebut merupakan satu siklus yang saling

terkait dan dilaksanakan secara serentak selama dan setelah pengumpulan data. Ketiga langkah

itu secara memadai dipaparkan di bawah ini.

Page 23: Disain Penelitian Kebahasaan

Reduksi data adalah kegiatan analisis yang meliputi (a) identifikasi, (b) klasifikasi, dan

(c) kodefikasi data. Identifikasi data adalah kegiatan menyeleksi kelayakan data, misalnya dari

segi kejelasan dan ada tidaknya sistem sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut.

Klasifikasi data adalah kegiatan memilah dan mengelompokkan data berdasarkan sistem sapaan

dan konteks tuturan. Kodefikasi data adalah kegiatan memberi identitas data sesuai dengan

sistem sapaan dan konteks tuturan.

Penyajian data adalah kegiatan mengelompokkan data yang telah direduksi.

Pengelompokan data dilakukan dengan menggunakan tabel, Dengan penyajian data ini

diharapkan penarikan kesimpulan menjadi terarah.

Penarikan simpulan adalah kegiatan analisis yang lebih dikhususkan pada penafsiran data

yang telah disajikan. Penafsiran dilakukan secara menyeluruh tetang hubungan kekerabtan,

nonkekerabatan, dan tujuan penggunaan kata sapaan pada masyarakat Dayak Menterap Kabut.

Page 24: Disain Penelitian Kebahasaan

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

-----, 2006: Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Diah, Mohammad dkk. 1999. Morfosintaksis Bahasa Mantang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Djajasudarma, T.Fatimah. 1992. Metodologi Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.

Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.

Koentjoroningrat. 1991. Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: LIPI.

Kridalaksana, Harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Majalah Kalawarta edisi Juni 2006: The Nature Concervancy.

Mandaru, A. Mans dkk. 1998: Morfologi dan Sintaksis Bahasa Kemak. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.

Mardalis. 1989. Metode Penelitian Suatu Pendekaan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moleong, J. Lexi. 2006. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nida, Eugena. A. 1963. Morphology: The Descriptive Analysis of Words. Ann Arbor: The University of

Michigan.

Panga, Rizal Effendy. 2008. Afiksasi Bahasa Dayak Wehea. Samarinda: Skripsi pada Pendidikan Bahasa

Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman.

Parera, Josa Daniel. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.