Seminar Ugd

download Seminar Ugd

If you can't read please download the document

Transcript of Seminar Ugd

BAB IBAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Gagal Nafas didefinisikan sebagai ketidakmampuan tubuh untuk mempertahankan pH, PaCO2, dan PaO2 yang adekuat, sehingga membahayakan keselamatan pasien. Gagal nafas yang merupakan kegawatan medis sering merupakan stadium akhir dari penyakit paru kronis. Selain itu bisa juga diakibatkan karena suatu kondisi yang parah, atau penyakit paru-paru mendadak misalnya pada ARDS walaupun awalnya ia masih sehat. Hampir setiap kondisi yang mempengaruhi pernafasan atau paru-paru dapat memicu terjadinya gagal nafas. Salah satunya sesak napas. Kasus sesak napas pada usia bayi banyak terjadi. Bisa saat pertama lahir, maupun beberapa hari atau bulan setelah kelahirannya baru mengalami sesak napas ini. Dalam istilah kedokteran sesak napas adalah jika seseorang memiliki frekuensi napas yang tinggi, ada suara napas yang berbeda dari biasanya (stridor), seperti suara menggorok atau kucing mendengkur. Lebih fatal jika muka sampai tampak membiru.Pada bayi, sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu bisa karena kelainan bawaan, penyakit infeksi, maupun noninfeksi seperti tersedak. Gejalanya hampir sama pada setiap individu. Gejala yang mungkin pada taraf ringan yaitu adanya napas yang berbunyi atau batuk berlendir, disertai tak mau makan-minum dan rewel. Sementara pada taraf yang makin berat, fungsi paru-parunya sudah terganggu hingga sesak napas dan sampai membiru. Tersedak atau aspirasi merupakan salah satu penyebab sesak napas. Pada dasarnya sejak lahir manusia sudah dibekali reflex untuk menelan serta kemampuan mengatur ke rongga mana makanan dan minuman disalurkan, dan ke rongga mana udara harus disalurkan. Kedua cabang rongga di leher manusiapun dibatasi katup. Jika ada makanan atau minuman yang sampai lolos ke saluran udara, maka terjadilah aspirasi atau tersedak. Tersedak bisa terjadi pada anak bisa terjadi karena ketidaktahuan orang tua tentang kondisi bayi. Beberapa hal yang mungkin berhubungan yaitu pemberian makanan tak sebanding dengan kemampuan bayi untuk menelan. Hal ini biasanya terjadi pada bayi yang mendapatkan susu botol dan ibu yang ASI nya terlalu banyak serta memancar deras. Aspirasi bisa juga terjadi karena cara pemberian makan (termasuk ASI dan susu botol) yang salah, memasukkan makanan saat bayi sedang tertawa, menangis, atau bahkan mengajak bayi bercanda saat sedang makan. Bisa juga karena menuangkan makanan ke mulut bayi terlalu cepat atau bayi di beri makan dalam posisi salah, misalnya sambil berbaring terlentang. Akibatnya, setelah mengalami aspirasi minuman atau makanan anak mulai batuk-batuk dan napasnya tersengal-sengal bahkan bisa menyebabkan anak tidak bisa bernapas sama sekali. Jika anak hanya mengalami batuk-batuk, mungkin setelah kondisi ini anak akan tenang, tapi setelah 1-2 hari napasnya mulai bunyi, bahkan bisa juga kemudian terjadi peradangan dalam paru-paru. Berdasarkan uraian diatas maka pada makalah ini akan disampaikan tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada bayi Z dengan gagal napas karena aspirasi susu di Ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang. B. TUJUANTujuan UmumMahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kegawatdaruratan gagal napas pada bayi dengan aspirasi susuTujuan Khusus, mahasiswa : Mampu menjelaskan definisi gagal napas Mampu menjelaskan penyebab gagal napas Mampu menjelaskan tanda dan gejala gagal napas Mampu menjelaskan patologi dan pathway pada bayi dengan gagal napas karena aspirasi susu Mampu merencanakan asuhan keperawatan kegawatdaruratan yang tepat pada bayi dengan gagal napas karena aspirasi susuMampu melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada bayi dengan gagal napas karena aspirasi susuBAB IITINJAUAN TEORIA.GAGAL NAPASI. PENGERTIANGagal napas adalah ketidakmampuan system pernapasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi karbondioksida (PaCO2) dan PH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).Gagal napas adalah kegagalan system pernapasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam jumlah yang dapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Harapan Kita 2001)Gagal napas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (hipoksemia) dan peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Brunner&Sudarth, 2001). Kegagalan pernapasan adalah kondisi klinis dimana adanya ketidakadekuatan oksigenasi darah dan ventilasi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh (Pediatric Advanced Life Support Study Guide, Revise Second Edition, Barbara J. Aehlert, 2007).II. TANDA DAN GEJALA1. Gagal nafas totalAliran udara di mulut, hidung tidak dapat didengar/dirasakan.Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladan sela iga serta tidak ada pengembangan dada pada inspirasi2. Gagal nafas parsialTerdenganr suara nafas tambahan gargling, snoring dan wheezingAda retraksi dadaHiperkapnia yaitu penurunan kesadaran (PCO2)Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun)B. ASPIRASI / TERSEDAK Aspirasi merupakan kondisi masuknya makanan/minuman ataupun benda lain ke dalam saluran pernapasan. Kondisi ini dapat menyebabkan refleksi abnormal pada saraf vagal, saraf bukan di bawah perintah (saraf otonom) yang ikut berperan dalam kerja jantung. Setiap peregangan pada kerongkongan, akan merangsang saraf tersebut. Rangsangan pada saraf ini mengendurkan degup jantung, akibatnya darah yang dipompakan ke otak menurun. Otak kekurangan zat asam beberapa saat lalu menyebabkan pingsan (black out) yang dalam bahasa medis disebut syncope. Saat syncope terjadi, degup jantung mungkin kurang dari 20 detak per menit. Normalnya, sekitar 70- 100 kali per menit, tergantung apakah jantung terlatih atau tidak. Jantung atlet umumnya berdegup lebih sedikit dibanding bukan atlet. Dalam kejadian syncope, melemahnya degup jantung bisa hebat, bisa sedang-sedang saja, tergantung seberapa besar regangan pada kerongkongan terjadi dan seberapa peka saraf vagal terpicu. Semakin hebat melambannya degup jantung (bradycardia), semakin mengancam keselamatan seseorang. Kasus syncope bukan terjadi sebab tersedak saja. Setiap keadaan yang menurunkan pasokan darah ke otak, akan menimbulkan black out, yang dirasakan adalah mendadak penglihatan gelap, menguap terus, telinga berdenging, pucat, berkeringat, lalu tak ingat apa-apa lagiPenatalaksanaan Pada Aspirasi Banyak cara untuk mengatasi gangguan aspirasi, satu diantaranya adalah Manuver Heimlich. Cara ini digunakan untuk mengeluarkan suatu benda dari saluran pernapasan orang yang tersedak. Metode ini dapat dilakukan baik untuk orang lain ataupun diri sendiri, langkah-langkahnya antara lain :Berdirilah di belakang orang yang tersedak, lingkarkan kedua tangan Anda ke pinggangnya. Bungkukkan orang itu sedikit ke depan.Kepalkan salah satu tangan Anda dan letakkan di bagian atas pusar korban.Pegang erat-erat kepalan Anda itu dengan tangan lain dan tekan kuat sambil mendorong cepat ke atas.Ulangi tindakan ini sampai benda yang menghambat itu keluar dari saluran udara korban.Kemudian bila harus melakukan tindakan ini pada diri sendiri:Kepalkan salah sati tangan Anda, letakkan sedikit di atas pusar.Pegang kepalan tangan Anda itu dengan tangan yang lain lalu tekan kuat-kuat ke arah atas sampai benda itu keluar.Anda juga bisa melakukan ini dengan bantuan dari sandaran sebuah kursi, tapi cara ini kurang dianjurkan. Lebih baik Anda minta bantuan orang lain.Jika bayi mengalami aspirasi ASI atau susu Keluarkan cairan tersebut dengan cara bayi dibaringkan miring atau ditengkurapkan. Jangan sekali-kali mengangkatnya atau menggendong bayi karena akan membuka peluang cairan masuk ke paru-paru.C. SINDROM GAWAT NAPAS PADA BAYISindrom gawat napas merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, atau hiperpnea dengan frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih waktu ekspirasi (expiratory grunting), dan retraksi di daerah epigastrium, suprasternal, interkostal pada saat inspirasi. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya kelainan di dalam atau di luar paru. Oleh karena itu, tindakannya disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Salah satu penyebabnya misalnya karena asfiksia. Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoreksia/ hipoksia janin. Diagnosis anoksia/ hipoksia dapat dibuat apabila terdapat tanda-tanda kegawatan yang selanjutnya merupakan penentu apakah bayi tersebut mengalami asfiksia. Tindakan-tindakan pada gawat napas :1. Gawat Napas BeratPada kondisi ini resusitasi aktif harus segera dilakukan. Langkah utama adalah memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara terbaik adalah melakukan intubasi endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan kedalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Tekanan positif dikerjakan dengan meniupkan udara yang telah diperkaya dengna O2 melalui kateter tadi. Untuk mencapai tekanan 30 ml air peniupan dapat dilakukan dengan kekuatan kurang lebih 1/3 -1/2 dari tiupan maksimal yang dilakukan.Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun berikan obat-obatan dan massage jantung. Massage jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali permenit. Tindakan ini dilakukan berselingan dengan napas buatan, yaitu setiap 5 kali massage jantung diikuti 1 kali napas buatan. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kmungkinan timbulnya komplikasi pneumothoraks atau pneumomediatinum bila dilakukan bersamaan. Obat-obatan yang dapat diberikan ialah larutan 1/10.000 adrenalin dengan dosisi 0,5-1 cc secara IV/ intrakardial (untuk meningkatkan frekuensi jantung) dan kalium glukonat 50-100 mg/kg BB secara perlahan melalui IV (sebagai obat inotropik). Pada bayi dengan tanda-tanda renjatan, cairan IV berupa plasma, darah atau pengganti lainnya (volume expander) harus segera dilakukan.2. Gawat Napas RinganMelakukan rangsangan untuk menimbulkan reflex pernapasan, dapat dilakukan selama 30-60 detik. Pernapasan aktif yang sederhana dapat dilakukan secara pernapasan kodok (frog breathing), yaitu dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, dan O2 dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter dalam satu menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan dengan kepala dosofleksi. Secara teratur lakukan gerakan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut dengan disertai menggerakkan dagu keatas dan kebawah dalam frekuensi 20 kali semenit. Tindakan ini dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding thoraks dan abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan gerakan napas, usahakan gerakan tersebut diikuti, namun bila usaha tersebut tidak memberikan hasil sesuai harapan segera lakukan pernapasan buatan dari mulut ke mulut. Sebelumnya masukkan pharyngeal airway yang berfungsi mendororng pangkal lidah kedepan agar jalan napas tidak terganggu. Lakukan dengan teratur dengan frekuensi 20-30 kali semenit dan perhatikan gerakan pernapasan. D. KONSEP BAYI PREMATUREBayi lahir hidup dilahirkan sebelum 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir, dianggap mempunyai masa gesatasi yang diperpendek atau disebut sebagai premature atau pre term.Bayi dengan berat 2500 gram atau kurang saat lahir dianggap sebagai mengalami masa gestasi yang diperpendek, maupun pertumbuhan masa intrauterus kurang dari yang diharapkan atau keduanya. Keadaan ini disebut sebagai bayi dengan berat lahir rendah. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama dianatar bayi dengan berat 1500 gram atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas neonatus.Ciri-ciri bayi premature :Ciri-ciri bervariasi dan paling nyata pada bayi dengan umur gestasi yang terpendek.1. PanjangPengukuran panjang bayi dari vertek (mahkota kepala) sampai tumit dianggap cara yang paling dapat untuk menaksir umur gestasi pada bayi preterm yang sehat. Hal ini diukur atas dasar bahwa setelah 28 minggu bayi berukuran 1 X minggu umur gestasi (cm). misalnya 1 x 28 = 35 cm.2. Berat Berat lahir bervariasi dan dipengaruhi oleh factor seperti kelainan congenital, kehamilan ganda, factor biologis dll. Berat lahir rata-rata bayi pada usia 28 minggu (1130 gram), 32 minggu (1890 gram), 36 minggu (290 gram) dan 40 minggu (3415 gram )3. Proporsi UmumBayi preterm mempunyai kepala yang besar dibandingkan dengan proporsi ukuran badannya. Lingkar kepala rata-rata pada berbagai umur gestasi adalah 28 minggu (25 cm), 32 minggu (29 cm), 36 minggu (32 cm), 40 minggu (35 cm).Thoraks secara relatif kecil, sementara abdomen secara relatif besar dan anggota gerak relatif kecil dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya.4. AktivitasLebih rendah umur gestasi bayi, maka semakin berkurang aktif anak tsb. Asalkan kondisi umum baik bahkan bayi yang terkecilpun akan memperlihatkan adanya aktivitas otot, terutama jika tidak dibatasi oleh pakaian. 5. Pengendalian suhuBayi preterm lebih cenderung untuk memiliki suhu tubuh yang subnormal. Hal ini disebabkan oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat karena tidak adanya jaingan adipose coklat (yang mempunyai aktivitas metabolic tinggi). Pernapasan yng lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, aktivitas otot yang buruk dan masukan makanan yang rendah. Kehilangan panas akan meningkat karena adanya permukaan tubuh yang secara relatif lebih besar dan tidak adanya lemak subcutan. Tidak adanya pengaturan panas pada bayi sebagian disebabkan karena keadaan imatur darimpusat pengatur panas dan sebagian akibat kegagalan memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini disebabkan karena mekanisme keringat yang cacatt demikian juga tidak adanya lemak subcutan. 6. System pernapasan Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru-paru. Alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingin stroma seluler. Otot pernapasan bayi masih lemah dan pusat pernapasan kurang berkembang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru-paru, yaitu suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru-paru. Surfaktan bertindak untuk mencegah kolaps pada saat terjadi ekspirasi.Ritme dan dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, sering kali ditemukan apnea, dalam keadaan ini timbul cyanosis. Pada bayi preterm reflex batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cedera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm. Pada bayi neonatus dalam keadaan istirahat, maka kecepatannya dapat 60-80 permenit, berangsur-angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34-36 permenit.7. Sistem SirkulasiJantung secara realtif kecil saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah. Terjadin ekstra systole dan bising yang dapat di dengar pada atau segera setelah lahir. Hal ini hilang karena aperture jantung berangsur-amngsur menutup. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah, terutama pembuluh darah intra cranial. Tekanan darah lebih rendah dibandingkan bayi aterm, tingginya menurun dengan menurunnya berat badan. TD systole pada bayi aterm sekita 80 mmHg an bayi preterm 45-60 mmHg. Tekanan diastole secara proporsional rendah, bervariasi 30-45 mmHg. Nadi bwervariasi anatar 100-160 x/mnt. Cenderung ditemukan aritmia. 8. System pencernaanSemakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflex mnghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk meminum secara efektif. Regurgitasi adalah hal yang paling sering. Hal ini disebabkan oleh mekanisme penutupan spinkter jantung yang kurang berkembang dan spinkter pylorus yang secara relative kuat. Pencernaan tergantung perkembangan alat pencernaan. E. PATHWAYS(TERLAMPIR)F.PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan hematologi rutin Pemeriksaan kimia klinik dan BGA Pemeriksaan EKG Foto thoraxG.PENGKAJIAN PRIMER a. Airway Peningkatan sekresi pernapasanBunyi nafas krekels, ronki dan mengiKebersihan jalan nafas : evaluasi adanya sputum, aliran oksigen,kemampuan batuk.b. BreathingDistress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.Menggunakan otot aksesori pernapasanKesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosisFrekunsi nafas, pengembangan paru-paru, suara nafas, kedalaman nafas, irama nafas, kembang kempis paru-paruc. CirculationPenurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardiaSakit kepalaGangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantukPapil edemaPenurunan haluaran urineTekanan darah, nadi, irama jantung, bunyi jantung, warna kulit, kapiler refill, sianosis.H. PENGKAJIAN SEKUNDERPemeriksaan fisik head to toe.Pemeriksaan keadaan umum.EliminasiKaji haluaran urin, diare/konstipasi.Makanan/cairanPenambahan BB yang signifikan, pembengkakan ekstrimitas oedema pada bagian tubuh.Nyeri/kenyamanannyeri pada satu sisi, ekspresi meringis. Neurosensori. Kelemahan : perubahan kesadaran Pengkajian tumbuh kembang anak.I. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL DAN RENCANA INTERVENSI1. Gangguan pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi cairan pada paruTujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektifKriteria Hasil :Pasien menunjukkan : Frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan normalAdanya penurunan dispneuGas-gas darah dalam batas normalIntervensi :Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan serta pola pernapasan.Kaji tanda vital dan tingkat kesasdaran setaiap jam dan prnMonitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50 mmHg atau PaO2< 60 mmHgBerikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan humidifier sesuai dengan pesananPantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan penurunan PaO2Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap 1 jamPertahankan tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 30 sampai 45 derajat untuk mengoptimalkan pernapasanBerikan dorongan utnuk batuk dan napas dalam, bantu pasien untuk mebebat dada selama batukInstruksikan pasien untuk melakukan pernapasan diagpragma atau bibirBerikan bantuan ventilasi mekanik bila PaCO > 60 mmHg. PaO2 dan PCO2 meningkat dengan frekuensi 5 mmHg/jam. PaO2 tidak dapat dipertahankan pada 60 mmHg atau lebih, atau pasien memperlihatkan keletihan atau depresi mental atau sekresi menjadi sulit untuk diatasi.2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap hipoventilasiTujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuatKriteria Hasil :Pasien mampu menunjukkan :Bunyi paru bersihWarna kulit normalGas-gas darah dalam batas normal untuk usia yang diperkirakanIntervensi :Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan hiperkapniaKaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap jam laporkan perubahan tingkat kesadaran Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau penurunan dalam PaO2Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas setiap jamTinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian, perhatikan peningkatan atau penyimpanganPantau irama jantungBerikan cairan parenteral sesuai pesananBerikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator, antibiotik, steroid.3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan mekanisme batuk, peningkatan sekresi, kelelahanTujuan :Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien dapat mempertahankan kepatenan jalan nafasKriteria Hasil :- Suara nafas bersih tidak ada suara tambahan ; ronchi, kreklesIntervensi :Kaji bunyi nafas tiap 4 jamBantu pasien batuk dan nafas dalamLakukan suction bila perluGunakan system humidifikasi O2Hindari sedative dan analgetik narkotikBAB IIIANALISIS KASUSPENGKAJIANPengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2008 jam 05.30 WIB. 1. IdentitasNama: Bayi ZUmur: 36 hariAlamat: Pamularsih Barat, SemarangNo. Reg.: C 5743650Dx. Medis: gagal Napas e c Aspirasi susuTgl Msk: 22 April 2008 2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Bayi tidak bisa bernafas spontan b. Riwayat penyakit sekarangEnam jam yang lalu anak tersedak ketika diminumi obat dan susu, muntah (+) lewat mulut dan hidung setelah itu anak diam saja, menangis merintih, mulai biru. Bayi tidak dibawa ke rumah sakit karena orang tua merasa anaknya bernafas. Setengah jam yang lalu bayi tampak sesak dan biru,lalu dibawa ke RSDK. Saat di UGD anak tidak bernapas dan sianosis. c. Riwayat Penyakit DahuluBayi Z pernah dirawat di ruang PBRT karena lahir prematur d. Riwayat PersalinanBayi Z lahir dari ibu dengan status status obstetrikus G0P1A0, umur kehamilan 34 minggu, lahir spontan, langsung menangis, dirawat di ruang PBRT,BBL 1890 gram. Setelah dirawat diruang PBRT berat badan naik, anak aktif. Anak pertama juga lahir prematur dan meninggal saat umur 68 hari karena sakit mencret dan panas tinggi. 3. Pengkajian Primera. AirwayTerdapat secret hidung, sisa susu pada saluran napas, tidak ada napas cuping hidung.b. Breating Bayi tidak bisa bernapas spontanc. CirculationHR 20x/mnt, nadi isi dan tegangan tidak dapat teraba, suhu 36,2 derajat, bayi tampak kebiruan,sianosis, akral dingin, kapiler refill > 3 dtk, kesadaran spoor koma.4. Pengkajian Sekunder a. Pengkajian Tumbuh Kembang 1. Lahir prematur 34 minggu dengan BB 1890 gram, BB sekarang 1800gram 2. Sutura sudah menyatu, ukuran 2x1 cm 3. Usia sekarang 36 hari 4. Panjang Badan 51 cm.b. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala: bentuk mesocephal,ubun-ubun datar 2. Mata: konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,reflek terhadap cahaya menurun. 3. Mulut: Bibir sianosis 4. Leher: simetris,tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid 5. Paru-paruI: bentuk simetris, retraksi dada tidak adaPe: sonorPa: tidak ada pembesaran,stem fremitus sulit dinilaiAu: sauar dasr vesikuler tidak ada 6. JantungI: Ictus cordis tampakPe: Ictus cordis teraba di SIC 5-6Pa: PekakAu: Bunyi jantung I-II murni, 20x/mnt 7. AbdomenI: cembung, distensiPe: TympaniPa: hepar dan lioen sulit dirabaAu: Bising usus melambat 8. EkstremitasEkstremitas lengkap, tidak ada kelainan, kebiruan pada akral 9. GenitaliaTidak ada kelainan, kebersihan cukupANALISA DATANODATA FOKUSDIAGNOSA KEPERAWATAN1DS :Ibu mengatakan bayi Z sudah 4 hari ini batuk dan pilekIbu mengatakan bayi tersedak saat minum susu dan obat puyerDO :Terdapat sekret pada hidungTerdapat sisa susu pada saluran napas saat dilihat dengan laringoskopiReflek batuk lemah, bayi hanya merintihBersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret2DS : Ibu mengatakan bayinya susah bernapas. DO :RR tidak dapat dinilaiIrama Tidak dapat dinilai.Bayi tidak dapat bernapas spontanFi02 : 6L/m dengan bagging respirasiGangguan pola napas bd hipoventilasi3DS :- DO :Bayi tampak kebiruan, sianosisAkral dingin, capillary refill > 3 dtkbising usus melambatNadi : isis dan tegangan tidak terabakonjungtiva anemisHR : 20x/mnt, RR :0Gangguan perfusi jaringan perifer b.d tidak adekuatnya pasokan O2RENCANA KEPERAWATANNO. DXTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSI1Setelah intervensi keperawatan 1x10 menit bersiahan jalan napas paten.Kriteria hasil :suara napas bersihRR dalam rentang normal (25-60x/mnt)Sekret berkurangPantau status pernapasan suara dasar dan adanya suara tambahanlakukan suction dan isap lendirTinggikan kepala bayi, posisi ekstensiBerikan bantuan pernapasan dengan ambu bagBantu membuka jalan napas dengan intubasi2Setelah intervensi selama 7 jam pola napas klien efektif. KH :bayi mampu bernapas spontanRR dalam rentang normal (25-6-x/mnt)Berikan bantuan pernafasan dengan ambu bagBerikan injeksi adrenalin 0,1 mlPantau status pernapasanLakukan RJP3Setelah intervensi 1x24 jam, perfusi jaringan adekuat.KH :bayi tidak sianosis, akral hangatSuhu kurang lebih 37 derajatHR dalam batas normal (100-120x.mnt)Tempatkan bayi dalam penghangatPantau HR dan saturasi O2Evaluasi sianosis dan akral dinginIMPLEMENTASINo. DxTgl/JamImpementasi dan ResponEvaluasi105.4005.4505.5006.001. Membuka jalan napas, posisikan kepala bayi ekstensi dan mulut dibuka.Respon : Bayi merintih2. Auskultasi suara napas dan adanya sekretRespon : Suara dasar vesikuler tidak ada, sekret + di hidung dan mulut 3. Melakukan suctionRespon : Napas bayi gurgling, terdapat mukus,sisa susu dan puyer terdapat perdarahan pada paru4. Pantau status pernapasan bayiRespon : napas bayi gasping, merintihJam : 07.30S : -O : - HR : 20x/mnt,RR :0- Pupil midriasis maksimal- Terdapat perdarahan di paru- Suara napas tidak adaA : Masalah tidak teratasi205.3505.4505.5006.001. Melakukan RJP pola bayiRespon : HR : 114x/mnt, terdapat gerakan retraksi dada2. Memberikan injeksi adrenalin 0,1 mlRespon : HR meningkat :120x/mnt, bayi bernapas3. Memberikan bantuan pernapasan dengan ambu bagRespon : bayi mampu bernapas spontan, napas gasping4. Melakukan intubasi dan kolaborasiRespon : Terjadi bradikardi, HR : 50 x/mntJam : 07.30S : -O : HR : 0, RR : 0A : Masalah tidak teratasi305.3006.0006.301. Tempatkan bayi dalam penghangatRespon : bayi diam saja, jarang merintih2. Memantau HR, Saturasi O2Respon : HR : 98x/mnt, saturasi O2 ; 100%3. Mengevaluasi timbulnya sianosis, akral dinginRespon : Bayi tampak biru keseluruhan, akral teraba dingin dan kekuningan di ujung kukuJam 07.30S : -O : Bayi sianosis keseluruhan dan akral dinginA : Masalah tidak teratasiBAB IVPEMBAHASANPengkajianPada pengkajian yang dilakukan tanggal 22 April 2008 jam 05.30, didapatkan data bahwa bayi tidak bisa bernafas spontan, sianosis, tidak ada retraksi dada dan nafas cuping hidung, dan nadi tidak dapat diraba. Data yang diperoleh ini sesuai dengan teori tentang gagal nafas, dimana bayi Z. Sudah menunjukkan kegawatan pernafasan atau gagal nafas total, dengan manifestasi klinis yang sering terlihat adalah aliran udara yang tidak dapat diraba, pengembangan dada tidak ada, serta terdapat retraksi supra klavikula. Pada kasus bayi Z. sudah tidak lagi ditemukan adanya retraksi dada dan supraclavicula, karena bayi Z. sudah mengalami henti nafas. Berdasarkan etiologinya, penyebab gagal nafas pada bayi Z. disebabkan oleh adanya trauma karena aspirasi yang akhirnya masuk ke paru dan mengakibatkan obstruksi. Selain karena trauma, kondisi paru yang masih imatur juga memperparah upaya pernafasan yang tidak adekuat, dimana disini bayi Z. lahir prematur sehingga fungsi pernafasan masih belum sempurna. Produksi surfaktan yang kurang, reflek batuk yang lemah, otot pernafasan yang lemah semakin memperparah kepayahan pernafasan. Berbagai kondisi ini yang akhirnya menyebabkan bayi Z. mangalami henti nafas. Diagnosa KeperawatanPada kasus ini, diagnosa keperawatan yang diambil adalah 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret dan sisa cairan, 2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi, 3) Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan ketidakadekuatan pasokan oksigan. Diagnosa pertama menjadi prioritas karena masalah kepatenan jalan nafas merupakan hal utama dalam menangani kegawatdaruratan, adanya sumbatan, penumpukan secret atau cairan harus dibersihkan agar aliran oksigen dapat beredar secara sistemik. Pada kasus ini terjadi sumbatan jalan napas ( obstruksi) oleh adanya aspirasi susu. Beberapa hal yang mungkin berhubungan yaitu pemberian makanan tak sebanding dengan kemampuan bayi untuk menelan. Hal ini biasanya terjadi pada bayi yang mendapatkan susu botol dan ibu yang ASI nya terlalu banyak serta memancar deras. Aspirasi bisa juga terjadi karena cara pemberian makan (termasuk ASI dan susu botol) yang salah, memasukkan makanan saat bayi sedang tertawa, menangis, atau bahkan mengajak bayi bercanda saat sedang makan. Bisa juga karena menuangkan makanan ke mulut bayi terlalu cepat atau bayi di beri makan dalam posisi salah, misalnya sambil berbaring terlentang. Prioritas selanjutnya adalah gangguan pola nafas. Pada anak yang mengalami aspirasi dapat mengalami kondisi penurunan kesadaran. Aspirasi dapat menyebabkan refleksi abnormal pada saraf vagal, saraf bukan di bawah perintah (saraf otonom) yang ikut berperan dalam kerja jantung. Setiap peregangan pada kerongkongan, akan merangsang saraf tersebut. Rangsangan pada saraf ini mengendurkan degup jantung, akibatnya darah yang dipompakan ke otak menurun. Otak kekurangan zat asam beberapa saat lalu menyebabkan pingsan (black out) yang dalam bahasa medis disebut syncope. Oleh karena penurunan kesadaran ini, anak mengalami gangguan pola napas, selain itu gangguan pola napasa juga diakibatkan oleh masalah obstruksi jalan napas yang tidak tertangani. Prioritas yang ketiga adalah gangguan perfusi jaringan perifer, diagnosa ini muncul karena bersihan jalan nafas dan pola nafas yang tidak segera ditangani dengan maksimal sehingga akhirnya perfusi oksigen ke jaringan juga mengalami gangguan. Perfusi yang baik akan didukung oleh beberapa komponen yaitu saturasi oksigen, zat pembawa oksigen( hemoglobin), tekanan darah. Ketika tiga hal tersebut bisa dipertahankan maka perfusi jaringan juga akan optimal.Intervensi dan ImplementasiIntervensi yang dibuat disesuaikan dengan kegawatan kasus gagal nafas karena bayi Z. membutuhkan penanganan yang tepat. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah terutama untuk menyelamatkan kehidupan bayi sehingga implementasi awal yang dilakukan adalah melakukan resusitasi jantung paru dan bagging. Setelah bayi bisa bernafas spontan, nafas gasping, dievaluasi heart rate dan saturasi O2 dengan bed side monitor. Pada diagnosa pertama, bayi diposisikan ekstensi bagian kepala untuk membuka jalan nafas, kemudian dilakukan suction pada mulut dan hidung, serta intubasi untuk memberikan nafas bantuan. Pada diagnosa kedua, dilakukan bagging, injeksi adrenalin 0,1 cc untuk memacu kerja jantung dan evaluasi status pernafasan secara rutin. Pada diagnosa ketiga, bayi ditempatkan dipenghangat agar tidak terjadi hipotermi yang dapat memperparah keadaan dan evaluasi berkala adanya kebiruan menyeluruh dan akral dingin, perubahan tingkat kesadaran.. Implementasi ini dilakukan secara bersamaan dan tidak dipilah-pilah karena bertujuan untuk menyelamatkan bayi dari ancaman kematian.EvaluasiBerdasarkan proses keperawatan yang diberikan, dari pengkajian sampai implementasi, ada beberapa tindakan yang belum secara maksimal dilakukan oleh perawat sehingga harus berkolaborasi dengan tenaga medis. Saat pengkajian, bayi dating dalam keadaan henti nafas sehingga langsung diresusitasi jantung paru, setelah itu baru bayi terlihat merintih dan nafas gasping. Saat dilaringoskopi sudah ada perdarahan pada paru dan terdapat sisa susu dan puyer. Intubasi sulit dilakukan sehingga bayi hanya mendapatkan nafas bantuan dari bagging. Kondisi bayi yang lahir prematur juga semakin memperparah keselamatan bayi, karena fungsi pernafasan yang belum sempurna dan paru yang masih imatur tidak memungkinkan bayi untuk melakukan kompensasi secara maksimal seperti bayi yang lahir normal sehingga gagal nagas terjadi. Setelah 1,5 jam dari pasien datang, bayi bertambah biru, bradikardi (dibawah 50x/menit), nafas gasping. Intubasi yang dilakukan belun juga berhasil sehingga dihentikan karena pupil sudah midriasis dan mati batang otak. Bayi masih bisa nafas gasping karena pemberian adrenalin sebelumnya yang berfungsi untuk memacu kerja jantung dan vasokonstriksi. Jam 07.30 bayi dinyatakan meninggal karena heart rate: 0 dan RR: 0, dan pupil sudah midriasis maksimal.Berdasarkan teori menurut Wong, bayi yang lahir prematur mempunyai paru yang belum sepenuhnya bisa melakukan fungsi pertukaran gas sehingga hal ini menjadi faktor yang paling umum dalam menyebabkan distress pernafasan. Produksi surfakan yang kurang juga nenyebabkan alveoli mudah kolaps dan menganggu aliran 02 sehingga tidak memenuhi kebutuhan. Kondisi anotomis saluran pernafasan, seperti di trakea yang jaringan tulang rawannya masih lemah dan lembut menyebabkan mudah kolaps dan mudah terkena trauma. Berbagai kondisi inilah yang menyebabkan distress pernafasan pada bayi dapat berlanjut ke gagal nafas dan kematian.