PANDUAN PELAYANAN UGD

21
PELAYANAN KASUS EMERGENSI PENDAHULUAN Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan tugasyang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem PelayananTanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini (early) karena traumayang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak cedera(kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan kritis,intensif, ditujukan untuk menghambat kematian kemudian, late, karena traumayang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma). Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ vital(ventilasi tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan perfusiend-organ tidak memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang tidakadekuat dan / atau rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya. Cedera penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat d iprediksi (mekanism e cedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan). Tujuan penilaian awaladalah untuk

description

PANDUAN PELAYANAN IRD

Transcript of PANDUAN PELAYANAN UGD

Page 1: PANDUAN PELAYANAN UGD

PELAYANAN KASUS EMERGENSI

PENDAHULUAN

Penilaian awal korban cedera kritis akibat cedera multipel merupakan

tugasyang menantang, dan tiap menit bisa berarti hidup atau mati. Sistem

PelayananTanggap Darurat ditujukan untuk mencegah kematian dini (early) karena

traumayang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam sejak

cedera(kematian segera karena trauma, immediate, terjadi saat trauma. Perawatan

kritis,intensif, ditujukan untuk menghambat kematian kemudian, late, karena

traumayang terjadi dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma).

Kematian dini diakibatkan gagalnya oksigenasi adekuat pada organ

vital(ventilasi tidak adekuat, gangguan oksigenisasi, gangguan sirkulasi, dan

perfusiend-organ tidak memadai), cedera SSP masif (mengakibatkan ventilasi yang

tidakadekuat dan / atau rusaknya pusat regulasi batang otak), atau keduanya.

Cedera penyebab kematian dini mempunyai pola yang dapat diprediksi (mekanis

mecedera, usia, sex, bentuk tubuh, atau kondisi lingkungan). Tujuan penilaian

awaladalah untuk menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera / kelainan

pengancam jiwa dan untuk memulai tindakan sesuai, serta untuk mengatur kecepatan 

danefisiensi tindakan definitif atau transfer kefasilitas sesuai.

Setiap bencana selalu menampilkan bahaya dan kesulitannya masing-

masing. Yang akan dibicarakan berikut ini antara lain adalah petunjuk umumdalam

mengelola korban bencana disamping untuk kegawatan sehari-hari.Mungkin

diperlukan modifikasi oleh pemegang komando bila dianggap

diperlukan perubahan.Bencana adalah setiap keadaan dimana jumlah pasien sakit

atau cederamelebihi kemampuan sistem gawat darurat yang tersedia dalam

memberikan perawatan adekuat secara cepat dalam usaha meminimalkan kecacadan a

Page 2: PANDUAN PELAYANAN UGD

taukematian (korban massal), dengan terjadinya gangguan tatanan sosial,

sarana, prasarana (Bencana kompleks bila disertai ancaman keamanan). Bencana

mungkindisebabkan oleh ulah manusia atau alam. Keberhasilan pengelolaan

bencanamemerlukan perencanaan sistem pelayanan gawat darurat lokal, regional

dannasional, pemadam kebakaran / rescue, petugas hukum dan masyaraka

Kesiapan rumah sakit serta kesiapan pelayanan spesialistik harus disertaka

ndalam mempersiapkan perencanaan bencana. Secara nasional

kegiatan penanggulangan gawat darurat seharihari maupun dalam bencana diatur dala

mSistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT S/B) yang harusditerapkan oleh

semua fihak termasuk masyarakat awam, dibagi kedalamsubsistem pra rumah sakit,

rumah sakit dan antar rumah sakit.Proses pengelolaan bencana diatur dalam

SistemKomandoBencana.Kendali biasanya ditangan BakornasPB (Banas) / Satkorlak

PB / SatlakPB, namun bisa juga pada penegak hukum seperti pada kasus kriminal / te

rorisme atau penyanderaan. Kelompok lain bisa membantu pemegang kendali. Jaring

antransportasi dan komunikasi antar instansi harus sudah dimiliki

untuk mendapatkan pengelolaan bencana yang berhasil

Tingkat respon atas bencana

Akan menentukan petugas dan sarana apa yang diperlukan ditempat kejadian :

Respons Tingkat I : Bencana terbatas yang dapat dikelola oleh petugas

sistimgawat darurat dan penyelamat lokal tanpa memerlukan bantuan dari

luarorganisasi.

Respons Tingkat II : Bencana yang melebihi atau sangat membebani petugas

sistimgawat darurat dan penyelamat lokal hingga membutuhkan pendukung

sejenis sertakoordinasi antar instansi. Khas dengan banyaknya jumlah korban.

Respons Tingkat III : Bencana yang melebihi kemampuan sumber sistim

gawatdarurat dan penyelamat baik lokal atau regional. Korban yang tersebar

pada banyak lokasi sering terjadi. Diperlukan koordinasi luas antar instansi.

Page 3: PANDUAN PELAYANAN UGD

Triase

Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera

atau penyakit (berdasarkan yang paling mungkin akan mengalami perburukan klini

ssegera) untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta

prioritastransportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk tindakan). Artinya

memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan p

rioritas ABCDE yang merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan

gawat darurat medic

Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba / berad

a ditempat dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena statustriase

pasien dapat berubah. Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukanretriase. Triase

harus mencatat tanda vital, perjalanan penyakit pra RS, mekanismecedera, usia, dan

keadaan yang diketahui atau diduga membawa maut. Temuanyang mengharuskan

peningkatan pelayanan antaranya cedera multipel, usiaekstrim, cedera neurologis

berat, tanda vital tidak stabil, dan kelainan jatung-paruyang diderita sebelumnya.

Survei primer membantu menentukan kasus mana yangharus diutamakan dalam satu

kelompok triase (misal pasien obstruksi jalan nafasdapat perhatian lebih

dibanding amputasi traumatik yang stabil)

Di UGD, disaat menilai pasien, saat bersamaan juga dilakukan

tindakandiagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan

pasien berkurang.Di institusi kecil, pra RS, atau bencana, sumber daya dan tenaga tid

akmemadai hingga berpengaruh pada sistem triase. Tujuan triase berubah

menjadi bagaimana memaksimalkan jumlah pasien yang bisa diselamatkan sesuai den

gankondisi. Proses ini berakibat pasien cedera serius harus diabaikan hingga

pasienyang kurang kritis distabilkan.

Triase dalam keterbatasan sumber daya sulit dilaksanakan dengan baik.Saat

ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yangdianjurkan bisa

Page 4: PANDUAN PELAYANAN UGD

secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triasePenuntun Lapangan

START (Simple Triage And Rapid Transportation).Terbatasnya tenaga dan sarana

transportasi saat bencana mengakibatkan kombinasikeduanya lebih layak digunakan.

Tag Triag

Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai

oleh petugastriase untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik

terhadapkorbane

Triase dan pengelompokan berdasar Tagging.

Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas dan

tidakmungkin diresusitasi.

Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang memerlukan

penilaiancepat serta tindakan medik dan transport segera untuk tetap hidup

(misal : gagalnafas, cedera torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-

fasial berat, shok atau perdarahan berat, luka bakar berat)

Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien memerlukan bantuan, namun dengancedera

yang kurang berat dan dipastikan tidak akan mengalami ancaman jiwadalam

waktu dekat. Pasien mungkin mengalami cedera dalam jenis cakupan

yangluas (misal : cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan

respirasi,fraktura mayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang belakang leher

tidak berat,serta luka bakar ringan).

Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang tidakmembutuhkan

stabilisasi segera, memerlukan bantuan pertama sederhana namunmemerlukan

penilaian ulang berkala (cedera jaringan lunak, fraktura dan

dislokasiekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa gangguan jalan nafas,

serta gawat darurat psikologis).Sebagian protokol yang kurang

praktis membedakakan prioritas 0sebagai.

Page 5: PANDUAN PELAYANAN UGD

Prioritas Keempat (Biru) yaitu kelompok korban dengan cedera atau penyaki

kritis dan berpotensi fatal yang berarti tidak memerlukan tindakan

dantransportasi, dan

Prioritas Kelima (Putih)yaitu kelompok yang sudah pasti tewas.Bila pada

Retriase ditemukan perubahan kelas, ganti tag / label yang sesuai

dan pindahkan kekelompok sesuai.

Triase Sistim METTAG

Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritasikan tindakan ataskorban.

Resusitasi ditempat

Triase Sistem Penuntun Lapangan START.

Berupa penilaian pasien 60 detik dengan mengamati ventilasi, perfusi,

danstatus mental (RPM : R= status Respirasi ; P = status Perfusi ; M = status

Mental)untuk memastikan kelompok korban (lazimnya juga dengan tagging)

yangmemerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan

atau mati Ini memungkinkan penolong secara\cepat mengidentifikasikan korbanyang

dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah tidak memerlukantransport

segera. Resusitasi diambulans

Triase Sistem Kombinasi METTAG dan START.

Sistim METTAG atau sistim tagging dengan kode warna yang sejenis

bisadigunakan sebagai bagian dari Penuntun Lapangan START. Resusitasi

diambulans atau di Area Tindakan Utama sesuai keadaan.

PENILAIAN DITEMPAT DAN PRIORITAS TRIASE

Bila jumlah korban serta parahnya cedera tidak melebihi kemampuan

pusat pelayanan, pasien dengan masalah mengancam jiwa dan cedera sistem

Page 6: PANDUAN PELAYANAN UGD

bergandaditindak lebih dulu. Bila jumlah korban serta parahnya cedera

melebihikemampuan *) dst dibawah algoritma

Algoritma Sistem START :

Hitam = Deceased (Tewas) ; Merah = Immediate (Segera), Kuning =

Delayed(Tunda) ; Hijau = Minor.Semua korban diluar algoritma diatas :

Kuning.Disini tidak ada resusitasi dan C-spine control.Satu pasien maks. 60 detik.

Segera pindah kepasien berikut setelah tagging.Pada sistem ini tag tidak diisi,

kecuali jam dan tanggal. Diisi petugas berikutnya.*) tenaga dan fasilitas pusat

pelayanan, pasien dengan peluang hidup terbesardengan paling sedikit manghabiskan

waktu, peralatan dan persediaan, ditindaklebih dulu. Ketua Tim Medik mengatur Sub Tim

Triase dari Tim Tanggap Pertama(First Responders) untuk secara cepat menilai dan men

tag korban. Setelah pemilahan selesai, Tim Tanggap Pertama melakukan

tindakan sesuai kode padatag

Page 7: PANDUAN PELAYANAN UGD

(Umumnya tim tidak mempunyai tugas hanya sebagai petugas triase, namun

jugamelakukan tindakan pasca triase setelah triase selesai).

1. Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.

2. Tim tanggap pertama harus menilai lingkungan atas kemungkinan

bahaya,keamanan dan jumlah korban dan kebutuhan untuk menentukan

tingkat responsyang memadai (Rapid Health Assessment / RHA).

3. Beritahukan koordinator propinsi (Kadinkes Propinsi) untuk

mengumumkan bencana serta mengirim kebutuhan dan dukungan

antar instansi sesuai yangditentukan oleh beratnya kejadian (dari kesimpulan

RHA).

4. Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas yang mampu tersedia

o :Petugas Komando Bencana.

o Petugas Komunikasi.

o Petugas Ekstrikasi/Bahaya.

o Petugas Triase Primer.

o Petugas Triase Sekunder

o Petugas Perawatan.

o Petugas Angkut atau Transportasi.

5. Kenali dan tunjuk area sektor bencana :

o Sektor Komando / Komunikasi Bencana.

o Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga).

o Sektor Bencana.

o Sektor Ekstrikasi / Bahaya.

o Sektor Triase.

o Sektor Tindakan Primer

o Sektor Tindakan Sekunder.

o Sektor Transportasi.

Page 8: PANDUAN PELAYANAN UGD

6. Rencana Pasca Kejadian Bencana :

7. Kritik Pasca Musibah.

8. CISD (Critical Insident Stress Debriefing).Sektor Tindakan Sekunder bisa

berupa Sektor Tindakan Utama dimana korbankelompok merah dan

kuning yang menunggu transport dikumpulkan untuk lebihmengefisienkan

persedian dan tenaga medis dalam resusitasi-stabilisasi.

TINDAKAN DAN EVAKUASI MEDIK 

 Tim Medik dari Tim Tanggap Pertama (bisa saja petugas

yang selesaimelakukan triase) mulai melakukan stabilisasi dan tindakan bagi

korban berdasar prioritas triase, dan kemudian mengevakuasi mereka ke Area

Tindakan Utamasesuai kode prioritas. Kode merah dipindahkan ke Area Tindakan

Utama terlebihdahulu.

TRANSPORTASI KORBAN

 Koodinator Transportasi mengatur kedatangan dan keberangkatan

sertatransportasi yang sesuai. Koordinator Transportasi bekerjasama

denganKoordinator Medik menentukan rumah sakit tujuan, agar pasien trauma

seriussampai kerumah sakit yang sesuai dalam periode emas hingga tindakan

definitifdilaksanakan pada saatnya. Ingat untuk tidak membebani RS rujukan

melebihikemampuannya. Cegah pasien yang kurang serius dikirim ke RS utama.

(Jangan pindahkan bencana ke RS).

PERIMETER 

Perimeter Terluar.Mengontrol kegiatan keluar masuk lokasi. Petugas

keamanan mengatur perimetersekitar lokasi untuk mencegah masyarakat

dan kendaraan masuk kedaerah berbahaya. Perimeter seluas mungkin untuk

mencegah yang tidak berkepentinganmasuk dan memudahkan kendaraan gawat

darurat masuk dan keluar.

Jalur untuk Transport Korban

Page 9: PANDUAN PELAYANAN UGD

Petugas keamanan bersama petugas medis menetapkan perimeter

sekitarlokasi bencana yang disebut Zona Panas. Ditentukan jalur yang dinyatakan

amanuntuk memindahkan korban ke perimeter kedua atau zona dimana berada

AreaTindakan Utama. Tidak seorangpun diizinkan melewati perimeter

Zona Panasuntuk mencegah salah menempatkan atau memindahkan pasien secara

tidak amantanpa izin. Faktor lain yang mempengaruhi kemantapan Zona Panas

antaranyalontaran material, api, jalur listrik, bangunan atau kendaraan yang tidak

stabil atau berbahaya

Keamanan

Mengamankan penolong dan korban. Petugas keamanan mengatur

semuakegiatan dalam keadaan aman bagi petugas rescue, pemadaman api,

evakuasi, bahan berbahaya dll. Bila petugas keamanan melihat keadaan berpotensi

bahayayang bisa membunuh penolong atau korban, ia punya wewenang

menghentikanatau merubah operasi untuk mecegah risiko lebih lanjut.Semua anggota

Tim Tanggap Pertama dapat bekerja bersama secara cepat danefektif dibawah satu

sistem komando yang digunakan dan dimengerti, untukmenyelamatkan hidup, untuk

meminimalkan risiko cedera serta kerusakan.

PENILAIAN AWAL

Penilaian awal mencakup protokol persiapan, triase, survei primer,resusitasi-

stabilisasi, survei sekunder dan tindakan definitif atau transfer ke RSsesuai.

Diagnostik absolut tidak dibutuhkan untuk menindak keadaan klinis kritisyang

diketakui pada awal proses. Bila tenaga terbatas jangan lakukan urutanlangkah-

langkah survei primer. Kondisi pengancam jiwa diutamakan

Page 10: PANDUAN PELAYANAN UGD

Survei Primer. Langkah-langkahnya sebagai ABCDE (airway and C-spine

control, breathing, circulation and hemorrhage control, disability,

exposure/environment).Jalan nafas merupakan prioritas pertama. Pastikan udara

menuju paru-paru tidakterhambat. Temuan kritis seperti obstruksi karena cedera

langsung, edema, bendaasing dan akibat penurunan kesadaran. Tindakan bisa hanya

membersihkan jalannafas hingga intubasi atau krikotiroidotomi atau trakheostomi. 

Nilai pernafasan atas kemampuan pasien akan ventilasi dan

oksigenasi.Temuan kritis bisa tiadanya ventilasi spontan, tiadanya atau asimetriknya

bunyinafas, dispnea, perkusi dada yang hipperresonans atau pekak,

dan tampaknyainstabilitas dinding dada atau adanya defek yang mengganggu

pernafasan.Tindakan bisa mulai pemberian oksigen hingga pemasangan torakostomi

pipa danventilasi mekanik. 

Page 11: PANDUAN PELAYANAN UGD

Nilai sirkulasi dengan mencari hipovolemia, tamponade kardiak,

sumber perdarahan eksternal. Lihat vena leher apakah terbendung atau kolaps,

apakah bunyi jantung terdengar, pastikan sumber perdarahan eksternal sudah

diatasi.Tindakan pertama atas hipovolemia adalah memberikan RL secara cepat

melalui 2kateter IV besar secara perifer di ekstremitas atas. Kontrol perdarahan

eksternaldengan penekanan langsung atau pembedahan, dan tindakan bedah lain

sesuaiindikasi.

Tetapkan status mental pasien dengan GCS dan lakukan

pemeriksaanmotorik. Tentukan adakah cedera kepala atau kord spinal serius. Periksa

ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya, kesimetrisannya. Cedera spinal bisa

diperiksadengan mengamati gerak ekstremitas spontan dan usaha bernafas spontan.

Pupilyang tidak simetris dengan refleks cahaya terganggu atau hilang serta

adanyahemiparesis memerlukan tindakan atas herniasi otak dan hipertensi

intrakranialyang memerlukan konsultasi bedah saraf segera.

Tidak adanya gangguan kesadaran, adanya paraplegia atau

kuadriplegiamenunjukkan cedera kord spinal hingga memerlukan kewaspadaan spinal

dan pemberian metilprednisolon bila masih 8 jam sejak cedera (kontroversial).

Bilausaha inspirasi terganggu atau diduga lesi tinggi kord leher, lakukan

intubasiendotrakheal.

Tahap akhir survei primer adalah eksposur pasien dan

mengontrollingkungan segera. Buka seluruh pakaian untuk pemeriksaan lengkap.

Pada saatyang sama mulai tindakan pencegahan hipotermia yang iatrogenik biasa

terjadidiruang ber AC, dengan memberikan infus hangat, selimut, lampu pemanas,

bila perlu selimut dengan pemanas

Prosedur lain adalah tindakan monitoring dan diagnostik yang dilakukan be

rsama survei primer. Pasang lead ECG dan monitor ventilator, segera

pasangoksimeter denyut. Monitor memberi data penuntun resusitasi. Setelah

jalan nafasaman, pasang pipa nasogastrik untuk dekompresi lambung

serta mengurangikemungkinan aspirasi cairan lambung. Katater Foley kontraindikasi

Page 12: PANDUAN PELAYANAN UGD

bila urethracedera (darah pada meatus, ekimosis skrotum / labia major, prostat

terdorongkeatas). Lakukan urethrogram untuk menyingkirkan cedera urethral

sebelumkateterisasi

RESUSITASI DAN PENILAIAN KOMPREHENSIFFase Resusitasi.

 Sepanjang survei primer, saat menegakkan diagnosis dan

melakukanintervensi, lanjutkan sampai kondisi pasien stabil, tindakan diagnosis

sudahlengkap, dan prosedur resusitatif serta tindakan bedah sudah selesai. Usaha

initermasuk kedalamnya monitoring tanda vital, merawat jalan nafas serta

bantuan pernafasan dan oksigenasi bila perlu, serta memberikan resusitasi cairan

atau produk darah.Pasien dengan cedera multipel perlu beberapa liter kristaloid

dalam24 jam untuk mempertahankan volume intravaskuler, perfusi jaringan dan

organvital, serta keluaran urin. Berikan darah bila hipovolemia tidak terkontrol

olehcairan. Perdarahan yang tidak terkontrol dengan penekanan dan pemberian

produkdarah, operasi. Titik capai resusitasi adalah tanda vital normal, tidak ada

lagikehilangan darah, keluaran urin normal 0,5-1 cc/kg/jam, dan tidak

ada buktidisfungsi end-organ. Parameter (kadar laktat darah, defisit basa pada gas

daraharteri) bisa membantu.

Survei Sekunder

Formalnya dimulai setelah melengkapi survei primer dan setelah memulai

faseresusitasi. Pada saat ini kenali semua cedera dengan memeriksa dari kepala

hingga jari kaki. Nilai lagi tanda vital, lakukan survei primer ulangan secara cepat

untukmenilai respons atas resusitasi dan untuk mengetahui perburukan. Selanjutnya

caririwayat, termasuk laporan petugas pra RS, keluarga, atau korban lain.Bila pasien

sadar, kumpulkan data penting termasuk masalah medis sebelumnya,alergi dan

medikasi sebelumnya, status immunisasi tetanus, saat makan terakhir,kejadian sekitar

kecelakaan. Data ini membantu mengarahkan survei sekundermengetahui mekanisme

cedera, kemungkinan luka bakar atau cedera karena suhudingin (cold injury),

dan kondisi fisiologis pasien secara umum

Pemeriksaan Fisik Berurutan.

Page 13: PANDUAN PELAYANAN UGD

Diktum “jari atau pipa dalam setiap lubang“ mengarahkan pemeriksaan.

Periks   setiap bagian tubuh atas adanya cedera, instabilitas tulang, dan nyeri pada

palpasi.Periksa lengkap dari kepala hingga jari kaki termasuk status neurologisnya.

PEMERIKSAAN PENCITRAAN DAN LABORATORIUM.

Pemeriksaan radiologis memberikan data diagnostik penting yang

menuntun penilaian awal. Saat serta urutan pemeriksaan adalah penting namun tidak

bolehmengganggu survei primer dan resusitasi. Pastikan hemodinamik cukup stabil

saatmembawa pasien keruang radiologi.

Pemeriksaan Laboratorium saat penilaian awal.

 Paling penting adalah jenis dan x-match darah yang harus selesai dalam 20

menit.Gas darah arterial juga penting namun kegunaannya dalam pemeriksaan

serialdigantikan oleh oksimeter denyut. Pemeriksaan Hb dan Ht berguna

saatkedatangan, dengan pengertian bahwa dalam perdarahan akut, turunnya

Htmungkin tidak tampak hingga mobilisasi otogen cairan ekstravaskuler

atau pemberian cairan resusitasi IV dimulai.Urinalisis dipstick untuk menyingkirkan

hematuria tersembunyi. Skrining urinuntuk penyalahguna obat dan alkohol, serta

glukosa, untuk mengetahui penyebab penurunan kesadaran yang dapat diperbaiki.

Pada kebanyakan trauma, elektrolitserum, parameter koagulasi, hitung jenis darah,

dan pemeriksaan laboratoriumumum lainnya kurang berguna saat 1-2 jam pertama

dibanding setelah stabilisasidan resusitasi.

PENUTUP

.Indonesia adalah super market bencana. Semua petugas medis bisa terlibat

dalam pengelolaan bencana. Semua petugas wajib melaksanakan

Sistim KomandoBencana dan berpegang pada SPGDT-S/B pada semua keadaan

gawat daruratmedis baik dalam keadaan bencana atau sehari-hari. Semua petugas

harus waspadadan memiliki pengetahuan sempurna dalam peran khusus dan

pertanggung- jawabannya dalam usaha penyelamatan pasien.Karena banyak keadaan

bencana yang kompleks, dianjurkan bahwa semua petugasharus berperan-serta dan

Page 14: PANDUAN PELAYANAN UGD

menerima pelatihan tambahan dalam pengelolaan bencanaagar lebih terampil dan

mampu saat bencana sebenarnya

RUJUKAN

.1. Seri PPGD. Penanggulangan Penderita Gawat Darurat / General Emergency

LifeSupport (GELS). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu

(SPGDT).Cetakan Ketiga. Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen

KesehatanR.I. 2006.2. Penanggulangan Kegawatdaruratan sehari-hari & bencana.

DepartemenKesehatan R.I. Jakarta : Departemen Kesehatan, 2006.3. Tanggap

Darurat Bencana (Safe Community). Departemen Kesehatan R.I.Jakarta :

Departemen Kesehatan, 2006.4. Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan

Penanggulangan Bencana danPenaanganan Pengungsi. Departemen Kesehatan

R.I. Pusat PenanggulanganMasalah Kesehatan. Tahun 2002.5. Advanced Trauma

Life Support. Course for Physicians 6th. edition. AmericanCollege of Surgeons, 55

East Erie Street, Chicago, IL 60611-2797.6. Multiple Casualty Insidents. Available

athttp://www.vgernet.net/bkand/state/multiple.htm