2. Pedoman UGD
-
Author
tri-muhammad-hani -
Category
Documents
-
view
233 -
download
2
Embed Size (px)
Transcript of 2. Pedoman UGD
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
1/40
1
BAB I
PENDAHULUAN
Upaya Bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai
perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, adalah meliputi kesehatan badaniah, rohaniah dan sosial dan bukan hanya
keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.
Kegiatan ini harus bersifat menyeluruh , terpadu, merata, dapat diterima dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat, dan masyarakat perlu aktif berperan serta. Segala
upaya ini harus dilakukan secara merata kepada seluruh lapisan masyarakat dengan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dengan biaya
yang dapat dipikul oleh masyarakat dan negara. Upaya dalam bidang kesehatan telah
dijabarkan dalam Sistem Kesehatan Nasional yang hakikatnya adalah berupa pemikiran
dasar yang member arah dan tujuan, terpadu dan berkesinambungan sebagai bagian
dari Pembangunan Nasional.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan
Nasional antara lain adalah:
1. Semua Warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatanyang setinggi-tingginya,
agar dapat bekerja dan hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
2. Pemerintah dan masyarakat bertaggung jawab dalam memelihara mempertinggi
derajat kesehatan rakyat.
3. Penyelenggaraan upaya kesehatan diatur oleh Pemerintah dan dilakukan secara
serasi dan seimbang oleh Pemerintah dan masyarakat, serta dilaksanakan terutama
melalui upaya peningkatan dan pencegahan yang dilakukan secara terpadu dengan
upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan.
4. Sesuai dengan azas adil dan merata, hasil-hasil yang dicapai dalam pembangunan
kesehatan harus dapat dinikmati secara merata oleh seluruh penduduk.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
2/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
3/40
3
BAB II
PENGERTIAN
A. Pasien Gawat Darurat (GD)
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badanya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya.
B.
Pasien Gawat Tidak Darurat (GTD)
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat,
misalnya kanker stadium lanjut.
C. Pasien Darurat Tidak Gawat (DTG)
Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.
D.
Pasien tidak gawat tidak darurat (TGTD)
Misalnya pasien dengan ulkus tropium, TBC kulit, dan sebagainya.
E. Kecelakaan (Accident)
Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya mendadak,
tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera (fisik, mental , sosial).
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut:
1.Tempat kejadian :
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Kecelakaan di lingkungan rumah tangga.
c. Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d. Kecelakaan di sekolah
e. Kecelakaan di tempat - tempat umum lain seperti halnya: tempat rekreasi,
perbelanjaan, di arena olah raga, dan lain-lain.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
4/40
4
2.Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat atau terbakar baik
karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3.Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan (traveling / transport time).
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-lain.
F. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.
G.
Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristwa yang disebabkan oleh alam dan manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan
sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
5/40
5
BAB III
PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (PPGD)
A. TUJUAN
1. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada penderita gawat darurat,
hingga dapat hidup dan berfungsi kembali dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk memperoleh
penanganan yang lebih memadai.
3.
Menanggulangi korban bencana.
B. PRINSIP PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT
Kematian dapat terjadi bila seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah
satu sistim / organ di bawah ini yaitu:
1.
Susunan saraf pusat
2. Pernapasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan (kerusakan) sistim / organ tersebut dapat disebabkan oleh:
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degerasi (failure)
5.Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar (excessive loss of water and
electrolite)
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
6/40
6
7. dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernapasan dan hipoglikemia
dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat (46 menit), sedangkan kegagalan
sistim organ/organ yang lain dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang lama.
Dengan demikian keberhasilan penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam
mencegah kematian dan cacat ditentukan oleh :
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
3.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
a.
di tempat kejadian.
b.
dalam perjalanan.
c. pertolongan selanjutnya secara mentap di Puskesmas atau rumah sakit.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
7/40
7
BAB IV
SISTIM PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT (SPGD)
A. TUJUAN
Tercapainya suatu pelayanan kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap
anggota masyarakat yang berada dalam keadaaan gawat darurat.
Upaya pelayanan kesehatan pada penderita gawat darurat pada dasarnya mencakup
suatu rangkaian kegiatan yang harus dikembangkan meliputi :
1.
Penanggulangan penderita di tempat kejadian.
2.
Transportasi penderita gawat darurat dari tempat kejadian ke sarana kesehatan
yang memadai.
3. Upaya penyediaan sarana komunikasi untuk menunjang kegiatan penanggulangan
penderita gawat darurat.
4.
Upaya rujukan ilmu pengetahuan, pasien dan tenaga ahli.
5. Upaya penanggulangan penderita gawat darurat di tempat rujukan.
6. Upaya pembiayaan penderita gawat darurat.
Dengan memahami bahwa penanggulangan penderita gawat darurat menyangkut baik
aspek medik maupun non medik dan keadaan gawat darurat dapat terjadi pada siapa
saja, kapan saja, dan dimana saja, maka agar upaya penanggulangan penderita gawat
darurat tersebut dapat terarah dan terpadu perlu dilaksanakan dengan cara pendekatan
sistim.
Dengan cara pendekatan sistim, penanggulangan penderita gawat darurat dapat
dikembangkan seoptimal mungkin.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
8/40
8
B. KOMPONEN SISTIM PENANGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT.
1. KOMPONEN PRA RUMAH SAKIT (LUAR R.S)
A. Upaya Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Awam dan
Petugas Kesehatan (SUB SISTIM KETENAGAAN).
Pada umumnya yang pertama menemukan penderita gawat darurat ditempat musibah
adalah masyarakat yang dikenal dengan istilah masyarakat awam. Oleh karena itu,
sangatlah bermanfaat sekali bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan
keterampilan dalam penanggulangan penderita gawat darurat.
1)
Klasifikasi orang awam
Ditinjau dari segi peranan dalam masyarakat awam dibagi 2 (dua) golongan:
a)
Golongan awam biasa antara lain :
Guruguru.
Pelajar.
Pengemudi kendaraan bermotor.
Ibuibu rumah tangga.
b) Golongan awam khusus antara lain:
Anggota polisi.
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran.
Satpam / Hansip.
Petugas DLLAJR.
Petugas SAR (Search and Rescue).
Anggota pramuka (PMR).
Kemampuan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (Basic Life Support) yang harus
dimiliki oleh orang awam :
1) Cara meminta pertolongan.
2) Resusitasi kardiopulmuner sederhana.
3) Cara menghentikan pendarahan.
4) Cara memasang balut / bidai.
5) Cara transportasi penderita gawat darurat.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
9/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
10/40
10
Memberikan pertolongan pertama pada trauma kepala.
Mengenal stroke dan memberi pertolongan pertama.
e) Untuk sistim imunolog
Mengenal renjatan shock anafilaksis.
Memberikan pertolongan pertama shock.
f) Untuk sistim gastro intestional
Mampu merawat / mempersiapkan operasi pada penderita dengan akut
abdomen.
g)
Untuk sistim skeletal
Mengenal patah tulang.
Mampu memasang bidai.
Mampu mentransportasi penderita dengan patah tulang (tungkai dan tulang
punggung).
h)
Untuk sistim kulit
Memberkan pertolongan pertama pada luka.
Memberikan pertolongan pada luka bakar.
i) Untuk sistim reproduksi
Mampu melayani persalinan.
Memberikan pertolongan pertama pada luka bakar.
j) Untuk Farmakologi/Toksikologi
Mampu memberikan pertolongan pertama pada keracunan.
Mampu memberikan pertolongan pertama pada penyalahgunaan obat.
Mampu memberikan pertolongan pertama pada gigitan binatang.
k) Untuk Organisasi
Mengetahui sistim penanggulangan penderita gawat darurat.
Mengetahui sistim penanggulangan korban bencana di rumah sakit dan kota
tempat bekerja.
Kemampuan a) + b) + c) + d) + dalam penanggulangan pra rumah sakit yaitu Pre
Hospital Trauma life Support(PHTLS) dan Pre hospital Cardiac Life Support(PHLCS).
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
11/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
12/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
13/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
14/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
15/40
15
Alat untuk transporatsi penderita (200 km).
Sebagai sarana kesehatan untuk menanggulangi gawat darurat di tempat
kejadian.
Sebagai rumah sakit lapangan pada penanggulangan penderita gawat
darurat dalam keadaan bencana.
Klasifikasi ambulans sesuai fungsinya sebagai berikut :
Ambulans transportasi.
Ambulans gawat darurat.
Ambulans rumah sakit lapangan.
Ambulans pelayanan medik bergerak.
Kereta jenazah.
b)Ambulans air
Sama dengan ambulans darat.
c)
Ambulans Udara
Fungsi ambulans udara adalah :
Sebagai alat angkut udara penderita gawat darurat dari lokasi kejadian
rumah sakit.
Jenis pesawat udara yang digunakan sebagai ambulans udara adalah :
Jenis Rotary Wing(helikopter500 km).
Jenis Fixed Wing(sayap tetaptak terbatas).
Helikopter dibagi dalam 2 jenis :
Helikopter kecil (3 - 5 tempat duduk + 1-2 tandu).
Helikopter besar (7 -15 tempat duduk + lebih 2 tandu).
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
16/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
17/40
17
terompet.
kurir / mulut ke mulut.
2) Komunikasi modern :
telepon / telepon genggam.
radio komunikasi.
teleks / telegram.
faksimile.
komputer.
telemetri ( EKG data transmission).
d)
Sarana Komunikasi
Yang dimaksud dengan sarana komunikasi adalah berupa :
1) Sentral komunikasi (Pusat komunikasi).
Fungsi Pusat Komunikasi :
Mengkoordinir penanggulangan pendeita gawat darurat mulai dari tempat
kejadian sampai ke sarana kesehatan yang sesuai (rumah sakit) yaitu dengan
:
- Menerima dan menganalisa permintaan pertolongan.
- Mengatur ambulans terdekat ke tempat kejadian.
- Menghubungi rumah sakit terdekat untuk mengetahui fasilitas yang
tersedia (tempat tidur kosong) pada saat itu yang dapat diberikan untuk
penderita gawat darurat.
Mengatur / memonitor rujukan penderita gawat darurat.
Menjadi pusat komando dan mengkoordinir penanggulangan medis korban
bencana.
Berhubungan dengan sentral komunikasi medis dari kota lain, instansi lain dan
kalau perlu dengan negara lain.
Dapat diambil alih oleh aparat keamanan (TNI) bila negara berada dalam
keadaan gawat darurat (perang).
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
18/40
18
Syaratsyarat sentral komunikasi :
Harus mempunyaio nomor telepon khusus (sebaiknya 3 digit).
Mudah menghubungi dan memberikan pelayanan 24 jam sehari.
Dilayani oleh tenaga medis atau paramedis perawatan yang tampil dan
berpengalaman.
Syaratsyarat sentral komunikasi :
Telepon.
Radio komunikasi.
Teleks / facsimile.
Komputer bila diperlukan.
Tenaga yang terampil dan komunikatif.
Konsulen medis yang menguasai masalah kedaruratan medis.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
19/40
19
2) Jaringan Komunikasi
POLISI
BAKORNAS
DPK
RADIO AMATIR
PMI
TNI
Agar rahasia medis setiap penderita tetap terjamin, maka tenaga untuk keperluan
komunikasi seyogianya adalah tenaga medis atau paramedis perawatan yang telah
dididik dalam bidang penanggulangan penderita gawat darurat bidang komunikasi.
PUSAT
KOMUNIKASI
PUSKESMAS
RUMAH
SAKIT
PUSAT
AMBULANS
AMBULANS
MASYARAKAT
KORBAN
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
20/40
20
2. KOMPONEN INTRA RUMAH SAKIT (DALAM RS)
a. Upaya Pelayanan Penderita Gawat Darurat di Unit Gawat Darurat Rumah
Sakit (SUB - SISTIM PELAYANAN GAWAT DARURAT)
Seringkali Puskesmas berperan sebagai pos terdepan dalam menaggulangi
penderita sebelum memperoleh penanganan yang memadai di rumah sakit. Oleh karena
itu Puskesmas dalam wilayah kerja tertentu harus buka 24 jam dan mampu dalam hal :
1) Melakukan resusitasi dan life support.
2) Melakukan rujukan penderitapenderita gawat darurat sesuai dengan kemampuan.
3)
Menampung dan menanggulangi korban bencana.
4)
Melakukan komunikasi dengan pusat komunikasi dan rumah sakit rujukan.
5)
Menanggulangi false emergencybaik medikal dan surgikal (bedah minor).
Puskesmas tersebut harus dilengkapi dengan :
1)
Laboratorium untuk menunjang diagnostik. Seperti : Hb, Ht, leukosit, urine dan gula
darah.
2) Tenaga : Dokter umum dan paramedis (2-3 orang paramedis yang sudah mendapat
pendidikan tertentu dalam PPGD).
Rumah Sakit merupakan terminal terakhir dalam menanggulangi penderita gawat
darurat. Oleh karena itu fasilitas rumah sakit, khususnya unit gawat darurat harus
dilengkapi sedemikian rupa sehingga mampu menanggulangi penderita gawat darurat
(to save life and limb).
Unit Gawat Darurat merupakan salah satu unit di rumah sakit yang memberikan
pelayanan kepada penderita gawat darurat dan merupakan bagian dari rangkaian upaya
penanggulangan penderita gawat darurat yang perlu diorganisir.
Tidak semua rumah sakit harus mempunyai bagian gawat darurat yang lengkap
dengan tenaga memadai dan perlatan canggih, karena dengan demikian akan terjadi
penghamburan dana dan sarana. Oleh karena itu pengembangan unit gawat darurat
harus memperhatikan 2 (dua) aspek yaitu :
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
21/40
21
1) Sistim rujukan penderita gawat darurat.
2) Beban kerja rumah sakit dalam menanggulangi penderita gawat darurat.
Dengan memperhatikan kedua aspek tersebut, maka kategorisasi (akreditasi) unit
gawat darurat tidak selalu sesuai dengan kelas rumah sakit yang bersangkutan. Rumah
Sakit tertentu dapat mengembangkan unti gawat darurat dengan kategorisasi yang lebih
tinggi atau lebih rendah dari kelas rumah sakit tersebut.
b. Pedoman Pengembangan Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit
1). Tujuan
Suatu unit gawat darurat (UGD) harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas
tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut.
Interpretasi :
Harus mampu :
a)
mencegah kematian dan cacat.
b)
melakukan rujukan.
c) menanggulangi korban bencana.
Kriteria :
a) Unit Gawat Darurat harus buka 24 jam.
b) Unit Gawat Darurat juga harus melayani penderita-penderita false emergency
tetapi tidak boleh mengganggu / mengurangi mutu pelayanan penderita
penderita Gawat Darurat.
c) Unit Gawat Darurat sebaiknya hanya melakukan primary care. Sedangkan
definitive caredilakukan di tempat lain denga cara kerjasama yang baik.
d) Unit Gawat Darurat harus meningkatkan mutu personalianya maupun masyarakat
sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat. Interpretasi :
Mengadakan kursus-kursus untuk personalianya sendiri maupun penyuluhan
kepada masyarakat dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD).
e) Unit Gawat Darurat harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
22/40
22
2). Organisasi, Administrasi, Catatan Medis
Unit Gawat Darurat harus memenuhi kebutuhan masyarakat dalam penanggulangan
Penderita Gawat darurat dan dikelola sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang
harmonis dengan unit-unit lain dan instalasi-instalasi lain dalam rumah sakit.
Kriteria :
a) Seorang petugas medis harus menjadi penanggungjawab Unit Gawat Darurat.
Interpretasi : Petugas medis ini dapat seorang dokter ahli, dokter umum, maupun
perawat, tergantung pada kelas rumah sakit. Yang penting ialah :
1)
Tertarik / mempunyai perhatian khusus dalam bidang kedokteran gawat darurat ;
2)
Mempunyai kemampuan memimpin ; dan
3)
Ia harus dibantu oleh perwakilan perwakilan unit unit lain yang bekerja di
Unit Gawat Darurat.
b) Harus ada seorang perawat / dokter yang menjadi penanggung jawab harian.
Interpretasi : Ia bertanggungjawab atas mutu pelayanan pada hari itu.
c)
Harus ada kerjasama yang saling menunjang antar Unit Gawat Darurat dengan :
1) Unitunit lain dan instalasiinstalasi lain di rumah sakit.
2)Ambulance servis (tipe 118).
3) Dokterdokter yang berpraktek / tinggal di sekitarnya.
4) Puskesmaspuskesmas di sekitarnya.
5) dan instansi kesehatan lainnya.
d) Harus mempunyai peranan inti dalam :
1) Disaster planning rumah sakit maupun kota dimana dia berada.
2) Penanggulangan Penderita Gawat Darurat di rumah sakitnya sendiri dilengkapi
dengan Unit Perawatan Intensif (ICU).
e) Semua personalia Unit Gawat Darurat mengenal dan menghayati sistim
penanggulangan penderita gawat darurat di unitnya maupun Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat Nasional. Interpretasi : Semua petugas baik medis maupun
paramedis harus selalu memperhatikan :
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
23/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
24/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
25/40
25
1) Karena ilmu kedokteran gawat darurat tidak diberikan secara integrateddalam
kurikulum Fakultas Kedokteran dan belum lengkap dalam kurikulum pendidikan
perawat maka sebaiknya para dokter dan perawat yang akan bekerja di Unit
Gawat Darurat atau Puskesmas harus mendapat kursus tambahan dalam ilmu
kedokteran gawat darurat.
2) Tenaga non medis harus mendapat kursus Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat sebagai orang awam.
3) Karena Unit Gawat Darurat pada rumah sakit kelas A dan B juga tempat
belajarnya mahasiswa dan perawat maka sebelum bekerja praktek disitu harus
sudah mendapat / sedang mendapat pelajaran ilmu kedokteran gawat darurat.
Mereka harus dibawah pengawsan / bimbingan seorang dokter atau perawat dari
Unit Gawat Darurat.
4) Jumlah petugas medis disesuaikan dengan beban kerja dan kelas rumah sakit.
5)
Tenaga non medis selain pekarya juga diperlukan untuk :
catatan medis.
keuangan.
keamanan.
asuransi : Jasa Raharja, Askes, Jamsostek, JAMKESMAS, JAMKESDA
b) Harus mempunyai skema organisasi mulai dari pimpinan sampai petugas yang paling
rendah dengan job descriptionnyadan jalur tanggung jawabnya.
c) Pertemuan staf yang reguler untuk menjaga komunikasi antar petugas dan
kebiasaankebiasaan yang baik.
d) Seorang petugas baru sebelum bekerja sendiri harus mendapat / melalui program
orientasi dan induction.
e) Harus ada program cara menilai mutu petugas sebagai feedback.
f) Kalau ada petugas yang pindah maka harus diminta pendapatnya tentang Unit
Gawat Darurat bersangkutan yaitu positif maupun negatifnya dan usul-usul.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
26/40
26
4). Fasilitas dan alat-alat / obat-obatan
Fasilitas dan alat-alat / obat-obatan Unit Gawat Darurat harus memenuhi persyaratan
sehingga Penanggulangan Penderita Gawat Darurat dapat dilakukan dengan optimal.
Kriteria :
a) Gedung untuk pelayanan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat harus
sedemikian rupa sehingga Penanggulangan Penderita Gawat Darurat dapat dilakukan
dengan optimal.
1. Lokasi gedung Unti Gawat Darurat harus mudah dicapai dengan tanda-tanda
yang jelas dari jalan maupun dari dalam.
2.
Pintu Unit Gawat Darurat menghadap kedepan sehingga ambulans tidak perlu
mundur.
3. Harus mampu menerima 2-5 ambulans sekaligus sesuai dengan beban kerja /
kelas rumah sakit (rumah sakit kelas C menampung 2-3 ambulans rumah sakit
kelas D 1-2 ambulans).
4.
Luas Unit Gawat Darurat disesuaikan dengan beban kerja yang diperkirakan
untuk 20 tahun mendatang dan kelas rumah sakit.
5. Untuk rumah sakit kelas A dan B harus ada Helipad untuk penderita yang
diangkut dengan helikopter, sedang untuk rumah sakit kelas C bila
memungkinkan dibuat lapangan perdaratan helikopter dekat rumah sakit.
6. Ruang Triage:
Digunakan untuk seleksi pasien sesuai tingkat kegawatan penyakitnya.
Terletak berdampingan dengan tempat perawat kepala ; chief nurse /
dokter jaga sehingga dengan mudah dapat mengawasi semua kegiatan di
pintu masuk, ruang tunggu, ruang tindakan dan ruang resusitasi.
7. Ruang Resusitasi :
Letaknya harus berdekatan dengan ruang triage.
Cukup luas untuk menampung beberapa penderita (2 3 penderita untuk
rumah sakit kelas C).
Keadaan ruangan harus menjamin ketenangan.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
27/40
27
8. Ruang tindakan :
Untuk rumah sakit kelas A dan B dipisahkan antara ruang tindakan bedah
dan non bedah.
Untuk rumah sakit kelas A, B, dan C digunakan untuk menangani bedah
minor, infeksi dan luka bakar.
9. Ruang persiapan operasi / observasi (tergantung kebutuhan).
10. Ruang X ray dan ruang farmasi dengan pintu dari luar / dalam (untuk
Rumah Sakit kelas A dan B).
11.
Ruang Gips dekat Xray.
12.
Ruang operasi (tergantung kebutuhan). Jumlah ruang operasi sesuai dengan
jumlah tempat tidur 1 : 50 / keaktifan rumah sakit.
ruang bayi baru lahir (operatif).
ruang instrumen.
ruang sterilisasi.
ruang cuci.
gudang obatobatan, linen.
Ruang pulih (recovery room) tergantung kebutuhan 91 ruang pulih dengan
3 tempat tidur untuk 1 kamar operasi).
b) Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga :
1. arus penderita dapat lancar dan tak ada cross infection.
2. harus dapat menampung korban bencana sesuai dengan kemampuan kelas
Rumah Sakit.
3. kegiatan mudah dikontrol oleh chief nursepada saat itu.
c) Ruang untuk keluarga menuggu harus sedemikian rupa agar mereka tidak
mengganggu pekerjaan. Mereka dapat istirahat dan mudah diminta keterangan yang
lengkap dari petugas. Juga ada fasilitas WC dan kantin sesuai dengan beban /
kualitas kerja yang dilakukan di Unit Gawat Darurat.
d) Tempat khusus untuk yang meninggal dan keluarganya yang berduka / berdoa
sesuai beban kerja atau kelas rumah sakit.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
28/40
28
e) Beban kerja dan kelas rumah sakit akan menetukan besar dan isi gudang farmasi,
ruang kerja non medis bagi pimpinan, perawat penanggungjawab, polisi, asuransi,
social worker,tempat istirahat, locker, ruang konferensi.
f) Komunikasi telpon / radio keluar rumah sakit dan telpon intern di Unit Gawat Darurat
dan ke rumah sakit.
g)Alat-alat radiologi diagnostik disesuaikan dengan beban / kualitas kerja dan kelas
rumah sakit.
h)Alat-alat dan obat-obat di Unit Gawat Darurat harus sedemikian rupa sehingga
resusitasi dan life supportdapat dilakukan. Interpretasi :
1.
Alat alat dan obat obatan yang harus ada di semua bagian Unit Gawat
Darurat adalah untuk tindakan resusitasi dan tindakan stabilisasi penderita
(life support).Sedangkan untuk Unit Gawat Darurat rumah sakit kelas A, B
dan C maka alatalat dan obatobatan dapat dibagi :
alat obatobatan untuk resusitasi.
alat obat untuk life support.
alat oabat untuk diagnostik.
alat obat sesuai tipe Rumah Sakit.
alat obat terapi sesuai dengan tipe Rumah Sakit.
Alat-alat non medis seperti audio visual, training aids, keamanan seperti
pemadam kebakaran kebersihan dan lainlain.
2. Alat-alat / obat-obatan yang perlu untuk resusitasi :
Suction manual / otomatik.
Oksigen (O2) lengkap dengan flow meter, cateter dan masker.
Respirator manual / otomatik.
Laringoskop lurus dan bengkok (anak dan dewasa).
Magil forceps.
Pipa endotrachealsemua ukuran.
Pipa nasotrachealsemua ukuran.
Pipa S, guedel.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
29/40
29
Syringe : 10 cc jarum no. 18.
Bic Nat. amp.
MorphinPethidinAdrenalin.
Dextrose 50 % amp.
ECGcardiac monitor / portable + defibrilator.
Infus / transfusi set + cairan glukose 10 20 %, NaCL, Ringer, Plasma
expander.
Blood drawing equipment
Tandu dapat posisi tredelenburg, anti tredelengburg, ada gantungan infus
dan pengikat.
Lichtkast.
Cricothyroidectomy + Tracheostomy set.
Gunting besar.
Jarum intra kardiak.
Pace make : transvenous, transthoracic.
3. Alatalat / obatobatan untuk menstabilisasi penderita (life support) :
WSD set / jarum fungsi.
Blood gas kit.
Cardiac medication set.
Bidai bidai segala ukuran yuntuk tungkai, lengan, leher, tulang
punggung.
Perban segala ukuran.
Sonde lambung.
Foley kateter segala ukuran.
Venaseksi set.
Xray.
Perban untuk luka bakar.
Perikardiosintesis set.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
30/40
30
4. Alatalat tambahan untuk diagnosa dan terapi :
Alatalat periksa pengobatan mata.
Slit lamp.
THT setD/ + Th /.
Lavase peritoneal set.
Traction kit :
bone.
skin.
pelvis.
Gips.
Obgyn set, D / + Th /.
Laboratorium mini :
Hb.
Ht.
Leuco.
Urin.
Gula darah.
Bone set .
Minor surgery set .
Thoracotomy set .
Laporotomy set + extraset .
Benang-benang / jarum segala jenis dan ukuran.
5. Alat-alat keamanan dan pendidikan :
Pemadam kebakaran.
Ember
kick bucket
Komunikasi
ke luarradio, telepon.
ke dalam
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
31/40
31
Perpustakaan.
Manual / buku pedoman penanggulangan penderita gawat darurat dan
korban penanggulangan bencana.
Boneka untuk latihan.
Audiovisual / training aids .
5). Protokol
Protokol Penanggulangan Penderita Gawat Darurat harus tertulis dan up to datedan
dapat dibaca setiap waktu bagi semua personalia. Kriteria :
a)
Protokol yang harus ada adalah :
1.
Sistem PPGD di UGD, RS, kota dan nasional.
2.
Triage.
3. Sistem rujukan.
4. Penerimaan penderita.
5.
Sistem asuransi.
6.
Perkosaan.
7. Tindakan kriminal.
8. Child abuse .
9. Keamananpsikiatri.
10. Kontaminasi radioaktif.
11. Keracunan.
12. Penderita tak dikenal.
13. Catatan medis.
14. Penyakit menular.
15. Visum et repertum.
16. Rahasia medis.
17. Surat cuti.
18. Resep apa yang boleh diberikan.
19. Resep obat narkotik.
20. Kematian di Unit gawat Darurat.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
32/40
32
21. Mati waktu tiba (D.O.A).
22. Kebakaran.
23. Listrik Mati.
24. Huruhara.
25. Bencana di Rumah Sakit / di luar rumah sakit.
26. Resusitasi kardiopulmoner di Rumah Sakit.
b) Protokol tentang tiaptiap penyakit sesuai yang dianut unitunit lain yang bekerja
di Unit gawat Darurat.
6). Pendidikan
Unit Gawat Darurat harus mampu meningkatkan mutu Penanggulangan Penderita
Gawat Darurat bagi personalianya, rumah sakit dan masyarakat yang dilayaninya.
Kriteria :
a) Unit Gawat Darurat adalah tempat belajar maasiswa dan perawat sesuai kelas
Rumah Sakit.
b)
Harus mempunyai program orientasi dan induksi bagi personalia baru.
c) Harus mengikuti pengembangan ilmu melalui kepustakaan, seminar dan kongres-
kongres.
d) Harus mampu melakukan riset demi perbaikan. Penanggulangan Penderita Gawat
Darurat di unitnya maupun masyarakat.
e) Semua personalia minimum harus mahir dalam penanggulangan :
1. air way (A).
2. breathing (B).
3. circulation (C).
4. menghentikan perdarahan.
5. balut bidai.
6. transport.
7. pengenalan dan penggunaan obat.
8. membuat / baca ECG.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
33/40
33
7). Evaluasi
Evaluasi Mutu Penanggulangan Penderita Gawat Darurat harus komprehensif dan
berjalan terus. Kriteria :
a) Statistik dibuat dan dievaluasi secara komprehensif. Interpretasi :
1. akses untuk masyarakat.
2. adanya sarana.
3. kualitas pelayanan.
4. mutu dan kaitan komponen-komponen dalam PPGD.
5.
biaya yang sesuai.
b)
Kasus-kasus yang menyinggung / aneh / jarang dicatat dibicarakan untuk mencari
jalan keluar.
c) Pertemuan staf. Interpretasi : Untuk mencari :
1. kelemahan Unit Gawat Darurat.
2.
mencari jalan kleuar.
3.
kesepakatan dan menyebarluaskan hasil pertemuan pada semua staf.
4. upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan.
c. Unit Pelayanan Intensive (SUB - SISTIM PELAYANAN INTENSIVE)
1)Filosofi
Intensive Medical Care (I.M.C) sebagai suatu aktivitas khusus mendapatkan
legitimasi bukan oleh karena kompleksitas peralatan dan pemantauan pasien, tetapi
oleh karena pasien sakit kritis (critically ill) selalu berakhir pada suatu final common
pathway dari kegagalan sistem organ sehingga dibutuhkan bantuan terhadap sistem
respirasi, kardiovaskuler, renal, nutrisi dan organ vital lainnya baik tersendiri maupun
terkombinasi. Sebagai contoh untuk pasien dengan gagal nafas hiposekmia tidak
menjadi persoalan apakah paru parunya mendapat trauma dari roda mobil,
teraspitasri asam lambung, atau terserang virus, manajemen suppotif dan hasil akhir
akan selalu sama. Ini salah satu contoh suatu pengetahuan yang dapat didefinisikan
dengan jelas oleh cabang spesialisasi I.M.C.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
34/40
34
Aplikasi yang tidak terkoordinasi dari multi disipliner tidak hanya merugikan
pasien, tetapi personil perawat dan tenaga profesi medis lainnya juga akan merasa
sangat sulit untuk bekerja dengan baik dalam suatu unit Intens Care terbuka yang
tidak mempunyai arah dan filosofi yang tegas.
Pada hakekatnya tidak merupakan persoalan apakah seorang spesialis penyakit
dalam, bedah anak atau anestesiologi yang mengelola suatu I.C.U sepanjang spesialis
tersebut memenuhi persyaratan :
a) Pengetahuan Intensive Care.
b)
Keterampilan.
c)
Komitmen waktu.
Hanya dengan ke 3 syarat tersebut akan terdapat pelayanan yang komprehensif.
Keahlian ini bukan merupakan hobi, juga bukan pekerjaa sambilan (part time).Harus
diingat mendapatkan konsultasi merupakan hal yang penting di dalam pasien-pasien
saat kritis. Meskipun demikian merupakan kewajiban seorang intensivis bertindak
sebagai interlocutor,mengkoordinasikan dan membawa semua informasi dari berbagai
konsultan untuk kepentingan pasien.
Secara umum dapat dikatakan bahwa seorang intensivis adalah bayangan ideal
seorang dokter di masa lampau, yaitu membawa seorang dokter kembali ke bedside
untuk mengelola pasien secara utuh, berkonsultasi dengan kolega dokter dan keluarga
pasien.
Disamping pengelolaan pasien sakit kritis yang memerlukan penggunaan alatalat dan
teknik teknik bantuan hidup (lifer support), intensivis juga harus menumpahkan
perhatian / mengarahkan usaha semua dokter kepada problema multi faktorial
poasien. Seorang intensivis harus nerupakan seorang manajer, diplomat dan guru, dan
dalam rangka mengaplikasikan usahanya harus terdapat piramida dari berbagai tenaga
lian seperti perawat, fisioterapis, teknisteknis, dan lainlain.
Tanpa bantuan tersebut maka usaha seorang intensivis akan sia sia. Pasien
pasien yang masuk ke suatu ICU harus merupakan pasien dengan satu atau lebih gagal
sistem / organ akut, atau ancaman gagal sistem / organ yang membutuhkan
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
35/40
35
pemantauan dan / atau alat alat bantu. Disamping itu harus terdapat harapan pulih
kembali jika dilakukan terapi dan bantuan yang tepat.
Fungsi utama ICU adalah memberikan bantuan fisiologis yang dibutuhkan sampai
didapati hasil :
a) Pasien sembuh spontan.
b) Terapi spesifik dapat mengatasi problema dasar.
c) Pasien meninggal.
Perlu juga ditekankan bahwa filosofi Coronary Caretidak sama dengan filosofi
Intensive Care . Hal esensial dari Coronary Careadalah surveillance dan sesekali
melakukan intervensi aktif dan bantuan sistem multi organ. Difinisi lain ICU adalah
tempat melakukan bantuan (support) aktif dan intervensi terapeutik denagn aktivitas
dan keributan yang tidak sesuai untuk atmosfir non stress dari Coronary Care Unit
ideal.
Bentuk pengelolaan ICU sering menjadi pertanyaan. ICU dengan bentuk
pengelolaan clopsed unit yaitu : full time dengan wakil waklinya
bertanggungjawab penuh terhadap semua pengelolaan pasien dan pendidikan dalam
unit, sering menimbulkan konflik autoritas dengan dokter primer konsultan. Suatu ICU
yang semi closed yaiyu degan kepala unit bertanggungjawab terhadap kualitas
total pengelolaan pasiendan pendidika staf, mungkin lebih baik dalam hal mengurangi
konflik, tetapi diatas segalagalanya manajemen yang terarah dn jelas merupakan hal
yang tidak dapat ditawartawar. Hal ini penting bukan hanya untuk pengelolaan psien
juga untuk mempertahankan moral staf dan koordinasi programprogram kompleks.
Rumah Sakit tidak hanya bertanggungjawab menyediakan fasilitas dan tempat,
tetapi juga bertanggungjawab legal agar fasilitas ICU digunakan secara tepat dan baik.
Oleh karena itu, terdapat tendensi akhir - tendensi ini dirumahrumah sakit dengan
pelayanan sekunder dan tersier untuk menunjuk personil medis ICU full time
(intensivis) dari pada bergantung pada praktek medis laissez faire atau keharusan
melakukan konsultasi ( mandatory consultation ).
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
36/40
36
2)Intensive Care Unit (Unit perawatan / Terapi Intensif)
ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri didalam rumah sakit, memiliki staf
khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena
penyakit, trauma atau komplikasikomplikasi.
Staf khusus adalah dokter, perawatan terlatih atau berpengalaman dalam
Intensive Care ( perawatan / terapi intensif ) yang mampu memberikan pelayanan 24
jam ; dokter ahli atau berpengalaman ( intensivis ) sebagai kepala ICU ; tenaga ahli
laboratorium diagnostik ; tenisi alat alat pemantauan, alat untuk menopang fungsi
vital dan alat untuk prosedur diagnostik.
a)
Kemampuan minimal. Sebuah ICU hendaknya memiliki kemampuan minimal sebagai
berikut :
1. Resusitasi jantung paru.
2. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator.
3.
Terapi oksigen.
4.
Pemantauan EKG terus menerus.
5. Pemasangan alat pacu jantung dalam keadaan gawat.
6. Pemberian nutrisi eternal dan parental.
7. Pemeriksaan laboratorium khusus cepat dan menyeluruh.
8. Pemakaian pompa infus atau sempit untuk terapi secara titrasi.
9. Kemampuan melakukan teknik khusus sesuai dengan keadaan pasien.
10. Memberikan bantuan fungsi vital dengan alat-alat portabel selama
transportasi pasien gawat.
b) Kalsifikasi pelayanan ICU.
1. Pelayanan ICU Primer ( standard minimal ).
Mampu melakukan resusitasi dan memberikan ventilasi bantu kurang dari
24 jam serta mampu melakukan pemantauan jantung.
Kekhususan yang harus dimiliki :
Ruangan tersendiri ; letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang
darurat dan ruang perawatan lain.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
37/40
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
38/40
38
Mampu memberkan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan
dalam batas tertentu melakukan pemantauan invasif dan usaha
bantuan hidup.
Mampu melayani pemeriksaan laboratorium, rontgen, kemudahan
diagnostik dan fisioteri 24 jam.
Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi.
3. Pelayanan ICU Tersier ( tertinggi )
Mampu melaksanakan semua aspek perawatan / terapi intensif.
Kekhususan yang harus dimiliki :
Memiliki tempat khusus tersediri didalam rumah sakit.
Memiliki kriteria penderita masuk, keluar dan rujukan.
Memiliki dokter spesialis yang dapat menanggulangi setiap saat bila
diperlukan.
Memiliki seorang kepala ICU yang bertanggungjawab secara
keseluruhan (intensivis) dan dokter jaga yang minimal mampu RJP ( A,
B, C, D, E, F ).
3)Indikasi Masuk dan Keluar ICU.
Prosedur medis yang menyangkut kriteria masuk dan keluar ICU seharusnya
disusun bersama antar disiplin terkait oleh semacam tim terdiri dari dokter, perawat dan
tenaga adminstrasi rumah sakit. Pelayanan ICU meliputi pemantauan dan terapi intensif,
karena itu secara umum priorotas terakhir adalah pasien dengan prognosis buruk untuk
sembuh.
Persyaratan masuk dan keluar ICU hendaknya juga berdasarkan pada manfaat
terapi di ICU dan harapan kesembuhannya. Kepala ICU atau wakilnya memutuskan
apakah pasien memenuhi syarat masuk ICU dan keluar, kepala ICU atau wakilnya akan
memutuskan pasien mana yang harus diprioritaskan.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
39/40
39
a) Indikasi Masuk ICU.
1. Pasien sakit berat, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti
bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infus secara terus
menerus (contoh : gagal nafas berat, pasca bedah jantung terbuka , syok
septik ).
2. Pasien yang memerlukan pemantauan intensif atau non invasif sehingga
komplikasi berat dapat dihindarkan atau dikurangi (contoh : pasca bedah
besar dan luas ; pasien dengan penyakit jantung, paru, ginjal atau lainnya).
3.
Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi
komplikasi akut, sekalipun manfaat ICU ini sedikit (contoh : pasien dengan
tumor ganas metastasis dengan komplikasi infeksi, tamponade jantung,
sumbatan jalan nafas ).
b) Tidak perlu masuk ICU.
1.
Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan aboratorium ) kecuali
keberadaannya diperlukan sebagai donor organ.
2. Pasien menolak terapi bantuan hidup.
3. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi (contoh:
karsionoma stadium akhir, kerusakan sususnan saraf pusat dengan keadaan
vegetatif ).
c) Indikasi keluar ICU.
1. Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik atau
terapi telah gagal dan pronosis dalam waktu dekat akan memburuk serta
manfaat terpi intensif sangat kecil. Dalam hal yang kedua perlu persetujuan
dokter yang mengirim.
2. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan
atau teraopi intensif lebih lama.
3. Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada :
Pasien usia lanjut dengan gagal 3 organ atau lebih yang tidak memberi
respons terhadap terapi intensif selama 72 jam.
-
8/10/2019 2. Pedoman UGD
40/40
Pasien mati otak atau koma (bukan karena trauma) yang menimbulkan
keadaan vegetatif dan sangat kecil kemungkinan untuk pulih.
Pasien dengan bermacam macam diagnosis seperti PPOM, jantung
terminal, karsinoma yang menyebar.
4. Pelaksanaan ketiga butir terakhir ini hendaknya dilakuakan atas persetujuan
dokter yang megirim. Apabila tempat di ICU penuh, ada pasien lain kritis yang
memenuhi syarat proiritas pertama, maka psien yang tidak kritis tetapi
memenuhi kriteria keluar terpaksa dikembalikan ke ruangan, hendaknya
dengan persetujuan dokter yang mengirim.
3.
KOMPONEN PEMBIAYAAN ( SUB SISTEM PEMBIAYAAN )
Sumber pembiayaan untuk penanggulangan penderita gawat darurat dapat berasal dari
pemerintah dan masyarakat, terdiri dari :
a.
Sumber dari pemerintah pusat dan daerah.
b.
Jasa Marga untuk kecelakaan jalan tol.
c. Asuransi Pegawai Negeri.
d.Asuransi Jasa Raharja khusus untuk korban kecelakaan lalu lintas.
e.Asuransi Tenaga Kerja ( ASTEK ).
f. Dana Upaya Kesehatan Masyarakat.
g. Sumber swasta / perusahaan swasta yang berpotensi risiko tinggi untuk terjadinya
kecelakaan dapat diwajibkan untuk menyediakan biaya untuk PPGD.