semester I tahun 2017 - BPKP...77,61 dari 100) karena masih dijumpai permasalahan data kepesertaan...
Transcript of semester I tahun 2017 - BPKP...77,61 dari 100) karena masih dijumpai permasalahan data kepesertaan...
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta i
Kata Pengantar
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah (SPIP), dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan memberikan amanah kepada
BPKP untuk melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara
dan pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola
pemerintahan yang baik dan bersih.
Kegiatan pengawasan BPKP dilakukan dalam rangka mendukung tugas-tugas
pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance) dan
konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang
berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, pencapaian
program prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas,
efisiensi, dan kehematan serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Kegiatan
pengawasan intern meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, bimbingan teknis, dan
asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai
atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP
pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
semester I tahun 2017 berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan sebagai
media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern
akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iii
Ringkasan Eksekutif
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta pada semester I tahun 2017
melaksanakan kegiatan pengawasan yang terbagi ke dalam empat fokus,
pengawalan akuntabilitas program pembangunan nasional, peningkatan kontribusi
ruang fiskal, pengamanan aset negara, dan peningkatan governance system,
dengan ringkasan sebagai berikut:
1. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
a. Bidang Pendidikan
Hasil pengawasan menyimpulkan bahwa enam rencana aksi pada sembilan
sekolah menengah kejuruan terealisir 100%, kecuali rencana aksi
penyediaan sarana dan prasarana di bidang pariwisata, kemaritiman, dan
techno park di beberapa SMK karena kendala ketersediaan bahan dan
anggaran.
Rencana aksi pemberian biaya pendidikan/beasiswa (bidikmisi, afirmasi,
dll) pada Universitas Gadjah Mada (UGM) telah terealisir 100%, sedangkan
pada Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) belum terealisasi 100% karena
kesalahan data yang tidak dapat dibetulkan dan penerima bidikmisi yang
tidak memenuhi persyaratan.
Pemberian bantuan kepada siswa/santri berbakat dan berprestasi telah
terealisir 100%, kecuali pemberian beasiswa Diploma dan S1 bantuan
bidikmisi yang tersalurkan 90,92% karena penentuan target yang terlalu
tinggi.
Pemberian beasiswa mahasiswa/bantuan biaya pendidikan dan bantuan
operasional pendidikan (BOPTN) serta bantuan pendanaan PTN Badan
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta iv
Hukum menemui beberapa permasalahan yaitu kebijakan penggunaan
dana bidikmisi tidak sesuai petunjuk teknis, pelaksanaan kegiatan belum
sesuai dengan pedoman dan belum membuat laporan
pertanggungjawaban, permasalahan pengelolaan keuangan seperti
kelebihan droping penyaluran dana bantuan biaya penyelenggaraan
pendidikan, pembayaran honor belum dipungut PPh Pasal 21, sisa dana
biaya pengelolaan belum disetorkan ke kas negara, bukti
pertanggungjawaban tidak sesuai dengan realisasi, pembayaran honor
dosen tetap non PNS yang sudah berhenti, pembayaran honor dosen
kontrak tidak tetap dan pembayaran tambahan penghasilan pegawai untuk
dosen tetap non PNS tidak sesuai dengan TOR dan RAB, serta
keterlambatan transfer dana BPPTN dari Kemenristek Dikti kepada
Universitas penerima.
Selain itu terdapat target dua indikator kinerja Tahun 2016 yang belum
tercapai yaitu jumlah lulusan yang bersertifikat kompetensi dan ranking
UGM di QS University Ranking.
b. Bidang Pertanian
Hasil pengawasan menyimpulkan bahwa rencana aksi bantuan pupuk
bersubsidi telah tersalurkan 100% kecuali pupuk urea yang baru
tersalurkan 96,67%, karena adanya penambahan alokasi yang belum dapat
diserap oleh petani.
Pengembangan jaringan irigasi tersier telah terlaksana 100%, sedangkan
bantuan alsintan pada kelompok tani/gapoktan baru tersalurkan 98,83%,
disebabkan adanya revisi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) alsintan
yang dalam proses persetujuan Kementan.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta v
Saran perbaikan terhadap masalah di atas sudah disampaikan kepada
Kepala Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta.
c. Program Pengentasan Kemiskinan
Hasil pengawasan terhadap penyediaan subsidi beras bagi masyarakat
berpendapatan rendah (Raskin), penyaluran bantuan UEP bagi fakir miskin
perkotaan dan fakir miskin perdesaan, penyaluran bantuan stimulan untuk
RS-RTLH, penyaluran ASLUT untuk lansia dan ODKB, dan pelayanan
rehabilitasi korban penyalahgunaan NAPZA seluruhnya terealisasi 100%.
Sedangkan penyaluran dana bantuan PKH tahap IV baru terealisir 12,84%,
disebabkan perbedaan data antara bank penyalur dengan data Kemensos
pada PKH reguler, dan masih dalam proses melengkapi data untuk dapat
mengaktifkan rekening penerima bantuan PKH pada PKH pengembangan.
d. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Pelaksanaan JKN Tahun 2016 pada Kabupaten Bantul dinilai cukup (skor
77,61 dari 100) karena masih dijumpai permasalahan data kepesertaan PBI
ganda sebanyak 3.383 peserta yang belum dilakukan rekonsiliasi data
kepesertaan PBI APBN antara Dinsos dengan BPJS Kabupaten Bantul.
Pelaksanaan JKN Tahun 2016 pada Kabupaten Sleman dinilai cukup (skor
72,45 dari 100) karena masih dijumpai permasalahan database peserta PBI
APBN Tahun 2016 yang belum dimutakhirkan melalui rekonsiliasi data PBI
APBN oleh Dinas Sosial, BPJS, Disdukcapil, serta Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman.
e. Program Pengembangan Ekspor Nasional
Pemerintah D.I. Yogyakarta telah mempunyai kebijakan pengembangan
produk ekspor, namun masih dijumpai beberapa kelemahan yaitu terdapat
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vi
peraturan atau kebijakan pemerintah pusat yang belum selaras yaitu antara
UU 23 tahun 2014 dengan PP 17/2013 terkait pemberian hibah, terdapat
peraturan atau kebijakan pemerintah daerah yang belum selaras dengan
pemerintah pusat, yaitu antara Keputusan Gubernur Nomor 31 tahun 2015
dengan Permenperin Nomor 138/M-IND/PER/10/2009 terkait produk
unggulan daerah dan industri unggulan daerah. Selain itu terdapat
kebijakan/regulasi formal lainnya yang diperlukan namun belum ada.
Secara umum Pemerintah D.I. Yogyakarta telah menjalankan semua
kebijakan pengembangan ekspor mulai dari perencanaan, pembiayaan,
koordinasi lintas sektoral, pentausahaan, dan evaluasinya. Namun masih
dijumpai beberapa kelemahan antara lain sistem database pengembangan
ekspor yang belum akurat, update dan terintegrasi, akses permodalan bagi
UKM/IKM masih rendah karena peran pemerintah terkait permodalan belum
optimal, serta kelemahan lain yang terkait bagi pertumbuhan UKM/IKM dan
peningkatan ekspor non migas.
Atas permasalahan yang ada baik aspek kebijakan maupun
implementasinya telah kami sampaikan saran perbaikan kepada Gubernur
sebagaimana termuat dalam laporan hasil evaluasi.
f. Monitoring Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta
Hasil monitoring menyimpulkan bahwa terdapat risiko dilampauinya Biaya
Operasional dan Pendukung (BOP) sebagaimana yang diatur dalam
Permenkeu nomor 10/PMK.02/2016 karena banyak tuntutan/gugatan di
pengadilan dan persidangan dalam proses konsinyasi dan masih terdapat
hambatan dalam proses penyediaan lahan dan regulasinya yaitu adanya
permintaan pengukuran oleh warga yang sebelumnya menolak, masih ada
tanah yang belum diukur menurut bidang/persil, penggantian tanah jalan
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta vii
milik Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, dan belum adanya tatacara
pengosongan lahan.
Atas permasalahan tersebut telah kami sarankan kepada Project Manager
Proyek Pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta
sebagaimana termuat dalam laporan hasil monitoring.
g. EvaIuasi Penggunaan Dana Desa dan SILPA Dana Desa
Pengawasan pada empat desa di Kabupaten Sleman dan Kulon Progo
menemukan adanya beberapa kendala yaitu keterlambatan pencairan dana
desa disebabkan keterlambatan ditetapkannya Peraturan Bupati tentang
tata cara pembagian dan penetapan rincian dana desa dan terlambat
dilaporkannya penggunaan dana desa, beberapa kegiatan tahun 2016
belum selesai dikerjakan, pelaporan pelaksanaan kegiatan belum dibuat,
kegiatan tidak sesuai perencanaan/tanpa melalui perubahan
APBDes/RKPDes, bukti pertanggungjawaban pengeluaran ganda, serta
terdapat administrasi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban penggunaan
Dana Desa yang tidak dapat diyakini kebenarannya.
Terhadap permasalahan-permasalahan yang telah diberikan saran-saran
perbaikan kepada tiap-tiap kepala desa.
2. PENINGKATAN KONTRIBUSI RUANG FISKAL
Kegiatan peningkatan kontribusi ruang fiskal dilaksanakan berupa monitoring
tindak lanjut hasil evaluasi atas optimalisasi pendapatan asli daerah (OPAD)
tahun 2015 dan 2016 pada enam pemerintah daerah di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta dan seluruhnya telah menindaklanjuti saran/rekomendasi
yang diberikan oleh BPKP.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta viii
3. PENGAMANAN ASET NEGARA
Pengawasan dilakukan bersama dengan Aparat Penegak Hukum (APH), yaitu
Kepolisian dan Kejaksaan dengan tujuan memberikan kontribusi dalam upaya
represif pemberantasan KKN dengan mengungkap kasus/pelanggaran yang
diduga merugikan keuangan negara melalui audit investigatif, audit dalam
rangka penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan
ahli, serta kegiatan pendampingan verifikasi pengelolaan aset pada Balai
Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) D.I. Yogyakarta kepada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
4. PENINGKATAN GOVERNANCE SYSTEM
Peningkatan kualitas governance system dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pelaporan keuangan dan kinerja, penguatan kapabilitas aparat pengawasan
intern pemerintah (APIP) dan penguatan proses tata kelola, manajemen risiko
dan sistem pengendalian intern pemerintah dan korporasi yang dilakukan
melalui beberapa kegiatan, yaitu bimbingan dan konsultasi reviu laporan
keuangan pemerintah daerah, asistensi pengelolaan keuangan, dan
implementasi aplikasi sistem informasi keuangan desa (Siskeudes).
Selain itu juga dilakukan kegiatan audit, reviu, dan pendampingan terhadap
penyusunan laporan keuangan pada instansi vertikal, proyek berbantuan/hibah
luar negeri dan BUMN/D/BLUD.
Penguatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dilakukan melalui
kegiatan bimbingan teknis, workshop, dan narasumber di berbagai pelatihan
untuk menyusun infrastruktur yang mendorong peningkatan kapabilitas APIP.
Penguatan tata kelola instansi pemerintah maupun korporasi dalam rangka
mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta ix
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilakukan melalui penilaian tingkat
kematangan maturitas SPIP, mendorong perbaikan SAKIP, reviu penyerapan
anggaran, pendampingan dalam rangka perbaikan tata kelola BLUD, reviu
kinerja PDAM, serta melakukan evaluasi terhadap Good Corporate Governance
bagi BUMN/D.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta x
Kata Pengantar.............................................................................................. i
Ringkasan Eksekutif....................................................................................... iii
Daftar Isi......................................................................................................... x
Bab I Gambaran Umum Pengawasan
A. Peran BPKP............................................................................. 1
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pengawasan............................... 2
C. Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan........................................ 3
D. Dukungan Sumber Daya.......................................................... 4
Bab II Hasil Pengawasan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
dan Pembangunan Nasional
1. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
1.1 Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang
Pendidikan.........................................................................
5
1.1.1. Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional.... 6
1.1.1.1. Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional
pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
6
1.1.1.2 Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional
pada Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi................................................
7
1.1.1.3 Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional
pada Kementerian Agama...................................
8
1.1.2. Audit Tujuan Tertentu atas Beasiswa
Mahasiswa/Bantuan Biaya Pendidikan dan
Bantuan Operasional Pendidikan (BOPTN) serta
Bantuan Pendanaan PTN Badan Hukum................
9
1.2 Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang
Pertanian............................................................................
11
1.3 Program Pengentasan Kemiskinan.................................... 12
1.4 Pengawasan Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)..................................................................................
14
1.5 Pengawasan Program Pengembangan Ekspor Nasional 14
Daftar Isi
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta xi
1.6 Monitoring Pembangunan Bandara Internasional
Yogyakarta.........................................................................
19
1.7 EvaIuasi Penggunaan Dana Desa dan SILPA Dana Desa 20
2. Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal......................................... 22
3. Pengamanan Aset Negara.......................................................... 23
3.1 Audit Investigatif................................................................. 23
3.2 Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara............... 24
3.3 Pemberian Keterangan Ahli (PKA)..................................... 24
3.4 Pendampingan Verifikasi Pengelolaan Aset....................... 26
4. Peningkatan Governance System
4.1 Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja.... 26
4.1.1 Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah..................................
27
4.1.2 Asistensi Pengelolaan Keuangan pada Pemda........ 28
4.1.3 Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan
Keuangan Instansi Vertikal........................................
30
4.1.4 Audit Keuangan Proyek Pinjaman dan Hibah Luar
Negeri........................................................................
30
4.1.5 Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Keuangan
Desa (Siskeudes).......................................................
32
4.1.6 Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan
BUMN/BUMD/BLUD..................................................
35
4.1.7 Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Daerah....................................................
36
4.2 Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi............ 38
4.2.1 Peningkatan Kematangan/Maturitas
Penyelenggaraan SPIP.............................................
38
4.2.2 Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP)...................................................
40
4.2.3 Peningkatan Tata Kelola BLUD................................. 41
4.2.4 Evaluasi Kinerja PDAM............................................. 42
4.2.5 Reviu Penyerapan Anggaran.................................... 43
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta xii
4.2.6 Assessment Good Corporate Governance (GCG).... 44
Rencana Tindak Perbaikan Kualitas Akuntabilitas Keuangan
Negara......................................................................................
46
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 1
A. PERAN BPKP
Dalam rangka melaksanakan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan
Presiden Nomor 192 tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 9 tahun 2014 tentang Peningkatan
Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dan
Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) mengarahkan kebijakan dan strategi pengawasan BPKP dalam
mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya.
Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk membantu
pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui
pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja
Kementrian/Lembaga dan pemerintah daerah di wilayah tugasnya. Juga
berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan dan
pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja
Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah di wilayah kerja Perwakilan BPKP
D.I. Yogyakarta untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik dan bersih.
Gambaran Umum Pengawasan 1
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 2
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta melaksanakan peran pengawasan dan
pembinaan pada:
1. Satuan Kerja pada Pemerintah Daerah
2. Satuan Kerja Kementrian/Lembaga
3. Perguruan Tinggi Negeri
4. BUMN/BUMD
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN BPKP
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta melaksanakan kegiatan pengawasan dan
pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh BPKP Pusat.
Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan pada ruang
lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
mencakup:
1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan
kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain
berdasarkan penugasan dari presiden.
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan,
pembimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor
aparat pengawasan intern pemerintah (APIP).
Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas
pemerintah, penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 3
memperhatikan amanah yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai
peraturan perundang undangan sebagai berikut:
1. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
2. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas
Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
3. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka panjang Tahun 2012 –
2025.
4. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
5. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan 2017.
Kegiatan pengawasan BPKP diarahkan untuk mencapai terwujudnya
pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja
pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang
independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem
manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN
Pelaksanaan kegiatan dikelompokan ke dalam empat fokus pengawasan
yaitu: Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional,
Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal, Pengamanan Aset Negara, dan
Peningkatan Governance System. Kegiatan pengawasan dalam semester I
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 4
tahun 2017 sebanyak 64 penugasan pengawasan (pp) atau 49,23% dari
target (PKPT) tahun 2017 sebanyak 130 penugasan pengawasan (pp).
D. DUKUNGAN SUMBER DAYA
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta didukung oleh sumber daya manusia
sebanyak 129 orang, dengan komposisi jabatan fungsional auditor sebanyak
93 orang (72,09%), struktural 5 orang (3,86%), pejabat fungsional umum 27
orang (20,93%), pranata komputer 2 orang (1,56%) dan analis kepegawaian 2
orang (1,56%).
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
juga didukung dengan dana yang cukup memadai. Sampai dengan semester I
tahun 2017 jumlah penyerapan dana sebesar Rp580.440.000,00 atau 35,51%
dari anggaran sebesar Rp1.634.742.000,00.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 5
Sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Pengawasan BPKP Tahun 2017,
kegiatan pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta diarahkan
untuk mengawal akuntabilitas program strategis pemerintah dalam kerangka
RPJMN 2015-2019 dan RKP 2017.
Pelaporan kegiatan pengawasan disajikan dalam 4 fokus pengawasan,
yaitu pengawalan akuntabilitas program pembangunan nasional, peningkatan
kontribusi ruang fiskal, pengamanan aset negara, dan peningkatan governance
system, dengan rincian sebagai berikut:
1. PENGAWALAN AKUNTABILITAS PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Tujuan pengawasan dalam rangka mengawal akuntabilitas program
pembangunan nasional adalah untuk memastikan pencapaian tujuan program
strategis secara efisien, efektif, dan ekonomis, dengan tetap berpegang pada
tata kelola pemerintahan yang baik. Pengawasan juga dimaksudkan untuk
memberikan sistem peringatan dini dan deteksi hambatan dalam pelaksanaan
program strategis beserta rekomendasi solusinya.
1.1. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pendidikan
Kegiatan pengawalan terhadap bidang pendidikan dilakukan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa capaian program dan
Hasil Pengawasan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
dan Pembangunan Nasional 2
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 6
kegiatan sesuai dengan target dan dilaksanakan secara ekonomis, efisien
dan efektif.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa monitoring dan evaluasi
atas pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional pada dinas
pendidikan dan universitas negeri, serta audit tujuan tertentu atas
beasiswa mahasiswa/bantuan biaya pendidikan pada universitas negeri
dan swasta dengan uraian kegiatan pengawasan sebagai berikut:
1.1.1. Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional
1.1.1.1 Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Kegiatan monitoring dan evaluasi atas program dan kegiatan pada Dinas
Pendidikan Pemuda dan Olahraga D.I. Yogyakarta merupakan penugasan
dari Kantor Staf Kepresidenan (KSP) yang dilakukan terhadap enam
rencana aksi prioritas nasional pada sembilan sekolah menengah
kejuruan.
Hasil evaluasi terhadap program dan kegiatan dapat disampaikan sebagai
berikut:
a. Rencana aksi tersedianya sarana prasarana bidang pertanian,
kemaritiman, teaching factory SMK dan sarana prasanana SMK
berbasis komunitas/pondok pesantren telah terealisasi 100% dengan
lokasi masing-masing di SMKN 1 Pandak Bantul, SMK Ki Ageng
Pemanahan Bantul, dan SMK Nurul Haromain Sentolo Kulon Progo;
b. Rencana aksi tersedianya sarana dan prasarana bidang pariwisata
pada tiga SMK, satu sudah terealisasi 100% yaitu SMK Muhammadiyah
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 7
Imogiri sedangkan dua lainnya yaitu SMKN 1 Sewon dan SMKN 6
Yogyakarta belum terealisasi 100%;
c. Rencana aksi tersedianya sarana prasarana bidang kemaritiman pada
dua SMK, satu SMK telah terealisasi 100% yaitu SMKN 1 Temon
Kabupaten Kulon Progo dan satu SMK belum terealisasi 100% yaitu
SMK Putra Samudera Yogyakarta, Sleman;
d. Rencana aksi sarana prasarana techno park di SMKN 1 Bantul belum
terealisasi 100%.
Belum tercapainya target beberapa rencana aksi tersebut disebabkan
oleh:
a. Material bahan bangunan tidak tersedia di wilayah Yogyakarta
sehingga harus melakukan pemesanan di luar wilayah Yogyakarta yang
membutuhkan waktu lebih lama;
b. Sebagian peralatan tidak dapat terbeli karena tidak cukup anggaran;
c. Beberapa alat praktek yang dibutuhkan harus diimpor dari luar negeri
dan sampai dengan akhir tahun 2016 tidak terdapat rekanan yang
sanggup melaksanakan pekerjaan tersebut.
1.1.1.2 Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada Kementerian Riset,
Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Kegiatan monitoring dan evaluasi atas program dan kegiatan prioritas
nasional dilakukan terhadap realisasi atas rencana aksi kegiatan prioritas
nasional yaitu pemberian biaya pendidikan/beasiswa (bidikmisi, afirmasi,
dll) pada Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Negeri
Yogyakarta (UNY) periode sampai dengan bulan Desember tahun 2016.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 8
Hasil monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan prioritas
nasional pada Universitas Negeri adalah sebagai berikut:
a. Pada Universitas Gadjah Mada, beasiswa bidikmisi dan afirmasi tahun
2016 sebanyak 5.007 mahasiswa telah terealisir 100%;
b. Pada Universitas Negeri Yogyakarta:
- Beasiswa bidikmisi dan afirmasi tahun 2016 dari target sebanyak
4.922 mahasiswa terealisir sebanyak 4.904 mahasiswa. Hal tersebut
terjadi karena adanya kesalahan data dalam sistem pengolahan data
beasiswa mahasiswa bidikmisi yang tidak dapat dibetulkan sebanyak
17 mahasiswa;
- Terdapat delapan mahasiswa penerima bantuan beasiswa bidikmisi
yang tidak memenuhi persyaratan;
- Terjadi kelebihan droping pemberian bantuan biaya hidup kepada
1.050 mahasiswa baru penerima bidikmisi tahun 2016 sebesar
Rp400.000,00 per mahasiswa.
1.1.1.3 Monev Program dan Kegiatan Prioritas Nasional pada Kementerian
Agama
Hasil monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan prioritas
nasional adalah sebagai berikut:
- Pemberian bantuan kepada siswa/santri berbakat dan berprestasi
kepada 46 siswa MA/MTs telah terealisasi 100%, namun belum seluruh
siswa mengambilnya, karena 39 siswa telah lulus per Juni 2016;
- Pemberian bantuan kepada siswa/santri berbakat dan berprestasi
berupa beasiswa Tahfidz Al Quran untuk 43 mahasiswa UIN dan 50
santri di lima pondok pesantren dan bantuan program beasiswa santri
berprestasi (PBSB) sebanyak 182 santri yang tersebar di UGM dan UIN
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 9
Sunan Kalijaga telah tersalurkan seluruhnya (100%). Khusus Biaya
pendidikan mahasiswa penerima PBSB angkatan 2016 sebanyak 30
mahasiswa UIN Sunan Kalijaga senilai Rp102.000.000,00 belum
diterima karena ada pemotongan anggaran;
- Beasiswa Diploma dan S1 Dalam Negeri, yaitu bantuan bidikmisi
kepada 815 mahasiswa UIN Sunan Kalijaga tersalurkan sebanyak 741
mahasiswa atau 90,92%;
- Tidak tercapainya target karena penentuan target angkatan tahun 2012
terlalu tinggi yaitu memperhitungkan biaya untuk dua semester,
sementara pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017 mahasiswa
angkatan tahun 2012 sudah lulus.
1.1.2. Audit Tujuan Tertentu atas Beasiswa Mahasiswa/Bantuan Biaya Pendidikan
dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOPTN) serta Bantuan Pendanaan
PTN Badan Hukum
Kegiatan audit tujuan tertentu atas Beasiswa Mahasiswa/Bantuan Biaya
Pendidikan pada Universitas Negeri dilakukan terhadap Program Bantuan
Biaya Pendidikan Mahasiswa Miskin Berprestasi (Bidikmisi) tiga perguruan
tinggi yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Seni Indonesia (ISI)
Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta
dan Kopertis Wilayah V Yogyakarta.
Audit tujuan tertentu atas pengelolaan Bantuan Operasional Perguruan
Tinggi Negeri (BOPTN) dilaksanakan pada ISI Yogyakarta dan UPN Veteran
sedangkan audit tujuan tertentu atas pengelolaan Bantuan Pendanaan
Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (BPPTN BH) dilaksanakan pada
UGM.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 10
Hasil audit tujuan tertentu atas pengelolaan program bantuan biaya
pendidikan bidikmisi sebagai berikut:
a. Kebijakan penggunaan dana bantuan pendidikan bidikmisi tidak sesuai
dengan petunjuk teknis beasiswa bidikmisi.
b. Pelaksanaan kegiatan belum sesuai dengan pedoman seperti penerima
bantuan program bidikmisi tidak memenuhi persyaratan IPK minimal
(UGM, ISI Yogyakarta dan UPN Veteran Yogyakarta), penggantian biaya
transportasi kedatangan mahasiswa tidak sesuai (ISI Yogyakarta),
sasaran penerima bantuan bidikmisi tidak tepat (pada Universitas Duta
Wacana-Kopertis Wilayah V DIY), ketidak tepatan waktu penerimaan
bantuan pendidikan (UGM, UPN Veteran dan ISI Yogyakarta) dan
penetapan mahasiswa pengganti penerima dana bantuan (UII dan
Universitas Sanata Dharma), serta kekurangan/kelebihan transfer dana
biaya hidup pada Kopertis Wilayah V D.I. Yogyakarta;
c. Permasalahan pengelolaan keuangan seperti kelebihan droping
penyaluran dana bantuan biaya penyelenggaraan pendidikan sebesar
Rp316.800.000,00 (UGM), pembayaran honor belum dipungut PPh Pasal
21 sebesar Rp3.360.000,00 (UPN Veteran), dan sisa dana biaya
pengelolaan (resettlement) sebesar Rp15.300.000,00 belum disetorkan ke
kas negara (UPN Veteran);
d. Tim Pengelola Bidikmisi UPN Veteran belum membuat laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan tahun 2016.
Sedangkan hasil audit tujuan tertentu atas pengelolaan Bantuan Operasional
Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) maupun Bantuan Pendanaan Perguruan
Tinggi Negeri Badan Hukum (BPPTN BH) sebagai berikut:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 11
a. Permasalahan terkait dengan pengelolaan keuangan seperti: belum
menyampaikan laporan keuangan hasil audit tahun 2016 karena masih
dalam proses audit (UGM), bukti pertanggungjawaban tidak sesuai
dengan realisasi senilai Rp19.125.000,00 (ISI Yogyakarta), pembayaran
honor dosen tetap non PNS yang sudah berhenti sebesar Rp3.819.496,00
(UPN Veteran), pembayaran honor dosen kontrak tidak tetap sebesar
Rp26.500.000,00 dan pembayaran tambahan penghasilan pegawai untuk
dosen tetap non PNS senilai Rp6.236.000,00 tidak sesuai dengan TOR
dan RAB (UPN Veteran);
b. Transfer dana BPPTN dari Kemenristek Dikti kepada UGM terlambat;
c. Belum tercapainya target dua indikator kinerja Tahun 2016 yaitu jumlah
lulusan yang bersertifikat kompetensi dan ranking UGM di QS University
Ranking.
1.2. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Pertanian
Kegiatan pengawalan terhadap bidang
pertanian dilakukan untuk memantau
rencana pelaksanaan kegiatan
prioritas nasional bidang pertanian
berupa bantuan pupuk bersubsidi,
pembangunan jaringan irigasi tersier dan pelaksanaan bantuan alsintan
dengan lokasi Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta, Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Kulon Progo, dan Dinas Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Kabupaten Sleman.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional pada Dinas Pertanian.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 12
Hasil monitoring dan evaluasi dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Rencana aksi bantuan pupuk bersubsidi SP36 3.632 ton, ZA 10.200 ton,
NPK 25.334 ton dan organik 4.125 ton telah tersalurkan 100% kecuali urea
43.286 ton baru tersalurkan sebanyak 41.845,70 ton (96,67%) yang
disebabkan adanya penambahan alokasi pupuk urea dari 41.290 ton
menjadi 43.286 ton yang berakibat kelebihan alokasi dan petani belum
dapat menyerap;
b. Rencana aksi pengembangan jaringan irigasi tersier seluas 7.800 Ha telah
terlaksana 100%;
c. Rencana aksi bantuan alsintan sebanyak 599 unit telah tersalurkan
sebanyak 592 unit pada kelompok tani/gapoktan (98,83%). Belum
tersalurkannya 7 unit traktor roda dua disebabkan adanya revisi Calon
Petani dan Calon Lokasi (CPCL) penerima alsintan masih dalam proses
persetujuan Kementerian Pertanian.
Saran perbaikan terhadap masalah di atas sudah disampaikan kepada Kepala
Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta sebagaimana termuat dalam laporan hasil
monitoring dan evaluasi program dan kegiatan prioritas pada Dinas Pertanian.
1.3. Program Pengentasan Kemiskinan
Kegiatan pengawasan program pengentasan kemiskinan dilakukan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa capaian program dan kegiatan
nasional sesuai target yang ditetapkan dan telah dilaksanakan.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan program dan kegiatan prioritas nasional berupa enam rencana
aksi pada Dinas Sosial D.I. Yogyakarta.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 13
Hasil monitoring dan evaluasi terhadap lima rencana aksi telah tercapai 100%
dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Penyediaan subsidi beras bagi masyarakat berpendapatan rendah (Raskin)
yaitu terverifikasinya tagihan Perum Bulog tahap IV sebanyak 12.977.595
kg senilai Rp20.764.152.000,00;
b. Penyaluran bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) bagi fakir miskin
perkotaan sebanyak 350 KK dan fakir miskin perdesaan sebanyak 1.885
KK;
c. Penyaluran bantuan stimulan untuk Rumah Sederhana-Rumah Tidak Layak
Huni (RS-RTLH) sebanyak 140 unit senilai Rp2.100.000.000,00;
d. Penyaluran bantuan sosial Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar (ASLUT)
untuk 1.400 orang lansia senilai Rp560.000.000,00 dan 939 Orang Dengan
Kecacatan Berat (ODKB) senilai Rp563.400.000,00;
e. Pelayanan rehabilitasi korban penyalahgunaan Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) melalui lembaga dan luar lembaga
(berbasis komunitas) sebanyak 93 orang.
Satu rencana aksi yaitu penyaluran dana bantuan Program Keluarga Harapan
(PKH) baik reguler maupun pengembangan tahap IV baru terealisasi 12,84%
yang disebabkan:
- Selisih antara target dan realisasi akibat perbedaan data antara bank
penyalur dengan data Kementerian Sosial.
- Proses melengkapi data untuk dapat mengaktifkan rekening penerima
bantuan.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 14
1.4. Pengawasan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Kegiatan pengawasan terhadap bidang kesehatan dilakukan untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),
memberikan rekomendasi atas kelemahan dalam kaitannya dengan
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan dan keandalan laporan kegiatan dari pelaksanaan
program JKN.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan berupa audit kinerja atas program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Kabupaten Sleman dan Bantul.
Hasil audit kinerja menunjukkan kondisi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan JKN Tahun 2016 pada Kabupaten Bantul dinilai cukup (skor
77,61 dari 100), karena masih dijumpai permasalahan berupa data
kepesertaan PBI ganda sebanyak 3.383 peserta yang belum dilakukan
rekonsiliasi data kepesertaan PBI APBN antara Dinsos dengan BPJS
Kabupaten Bantul.
b. Pelaksanaan JKN Tahun 2016 pada Kabupaten Sleman dinilai cukup (skor
72,45 dari 100), karena masih terdapat permasalahan data peserta PBI
APBN Tahun 2016 berupa belum dimutakhirkannya database kepesertaan
JKN Kabupaten Sleman yang belum dilakukan rekonsiliasi data PBI APBN
oleh Dinas Sosial, BPJS, Disdukcapil, serta Dinkes Kabupaten Sleman.
1.5. Pengawasan Program Pengembangan Ekspor Nasional
Pengawasan Program Pengembangan Ekspor Nasional dilaksanakan dalam
bentuk evaluasi atas Program Pengembangan Ekspor Nasional pada
Pemerintah DIY tahun 2015 dan 2016 dengan tujuan untuk:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 15
a. Mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan dan kejelasan
(harmonisasi) kebijakan/prosedur formal yang bersifat lebih operasional
untuk mendorong pengembangan ekspor non migas yang bernilai tambah,
khususnya bagi pelaku ekspor UKM/IKM dalam rangka mendukung upaya
ekspor nasional.
b. Mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan dan peran kelembagaan
ekspor serta pengelolaan program/kegiatan pengembangan ekspor
(perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan dan
pelaporan, serta monitoring dan evaluasi) dalam upaya optimalisasi dan
peningkatan ekspor nasional.
Pelaksanaan Program Pengembangan Ekspor D.I. Yogyakarta dapat
disampaikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan data Disperindag DIY, capaian kinerja program peningkatan
ekspor DIY dalam tahun 2015 telah melebihi target yang ditetapkan dalam
RPJMD 2012-2017, yaitu dari target USD 207,59 terealisasi USD 242,47
atau 117%.
b. Berdasarkan data Disperindag DIY, total nilai ekspor non migas DIY dalam
kurun waktu 2012-2015 cenderung meningkat, namun prosentase
peningkatan tiap tahunnya dibandingkan tahun sebelumnya cenderung
menurun, yaitu tahun 2012 naik 22,61%, tahun 2013 turun 19,59%, tahun
2014 turun 11,55% dan tahun 2015 turun 2,64%.
Terdapat dua aspek yang dapat mempengaruhi capaian nilai ekspor non
migas DIY yaitu aspek kebijakan pengembangan ekspor dan aspek
implementasi pengembangan ekspor.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 16
Hasil Evaluasi Program Pengembangan Ekspor D.I. Yogyakarta dapat
disampaikan sebagai berikut:
a. Aspek Kebijakan Pengembangan Ekspor
Pemerintah D.I. Yogyakarta telah mempunyai kebijakan formal terkait
pengembangan produk ekspor berupa Keputusan Gubernur tentang Produk
Unggulan, telah didukung dengan Perda tentang pemberian Insentif dan
Kemudahan Investasi khususnya bagi UMKM, serta telah ada kebijakan
tentang mekanisme/tatacara pembinaan dan pemberdayaan UKM/IKM
berorientasi ekspor. Namun masih dijumpai hal-hal sebagai berikut:
1) Terdapat beberapa peraturan atau kebijakan pemerintah pusat yang
belum selaras seperti antara UU 23 tahun 2014 dengan PP 17/2013
terkait pemberian hibah.
2) Terdapat beberapa peraturan atau kebijakan pemerintah daerah yang
belum selaras dengan pemerintah pusat yaitu antara Keputusan
Gubernur Nomor 31 tahun 2015 dengan Permenperin Nomor 138/M-
IND/PER/10/2009 terkait produk unggulan daerah dan industri unggulan
daerah.
3) Kebijakan/regulasi formal yang belum ada yaitu:
- regulasi formal mengenai standardisasi kualitas produk ekspor
khususnya bagi UKM/IKM untuk pengembangan produk ekspor non
migas.
- regulasi formal terkait diseminasi dan pemanfaatan informasi pasar
ekspor bagi IKM/UKM.
- belum ada SOP mengenai proses/mekanisme kegiatan pameran
dagang dan promosi ekspor khususnya bagi UKM/IKM untuk
pengembangan pasar ekspor.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 17
- regulasi formal mengenai proses/mekanisme kegiatan fasilitasi
kerjasama IKM/UKM berorientasi ekspor dengan usaha besar, kadin,
lembaga pendidikan/penelitian dan asosiasi industri/profesi.
b. Aspek Implementasi Kebijakan Pengembangan Ekspor
1) Efektivitas Kelembagaan Ekspor
Pemerintah DIY belum memiliki atau menetapkan kelembagaan ekspor
yang secara jelas berwenang melakukan sinkronisasi dan koordinasi
program/kegiatan pengembangan ekspor nasional/daerah secara
terintegrasi.
2) Perencanaan dan Penganggaran Program/Kegiatan Ekspor
Pemerintah DIY telah mengakomodir program pengembangan ekspor
nasional yang ada di RPJMN ke dalam RPJMD DIY, RKPD DIY, APBD
DIY, RKA dan DPA. Namun demikian target capaian kinerja ekspornya
belum didukung dengan sistem database yang akurat/jelas (update) dan
terintegrasi tentang data pengembangan ekspor daerah yang meliputi
pelaku dan realisasi ekspor, karena hanya didasarkan pada data Surat
Keterangan Asal barang (SKA) atau CEO yang diterbitkan Disperindag
DIY, namun Pemerintah DIY belum menetapkan Rencana Induk
Pengembangan Industri Daerah (RIPIDA).
3) Pelaksanaan Program/Kegiatan Pengembangan Ekspor
Pemerintah DIY telah melaksanakan kegiatan pengembangan ekspor
seperti fasilitasi pelayanan HAKI, temu bisnis, pendampingan
standarisasi mutu produk, pendampingan sertifikasi produk, bantuan
modal dana bergulir, optimalisasi pembiayaan bagi UMKM, pelatihan
ekspor, revitalisasi pengolahan industri berbasis agro, pameran dagang
dalam dan luar negeri, penguatan kapasitas kemitraan dengan usaha
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 18
besar, penghargaan kepada UKM/IKM ekspor. Namun masih terdapat
hal-hal yang perlu mendapat perhatian lebih lanjut yaitu:
- Akses permodalan bagi UKM/IKM masih rendah karena peran
pemerintah terkait permodalan belum optimal.
- Belum semua pelaku usaha UKM/IKM berorientasi ekspor.
- Pengembangan fasilitas pengolahan industri di kawasan industri
belum memadai.
- Kegiatan pameran dagang dan promosi ekspor, khususnya untuk
produk UKM/IKM masih bersifat sektoral dan belum terintegrasi,
sehingga belum optimal dalam mendukung kegiatan promosi ekspor
nasional.
- Kurangnya tingkat apresiasi maupun penghargaan terhadap inovasi
produk industri dalam negeri yang berorientasi ekspor.
- Kualitas dan kuantitas pelayanan informasi ekspor, khususnya kepada
pelaku usaha ekspor UKM/IKM belum memadai.
- Kualitas promosi dan kelembagaan ekspor dalam rangka mendorong
peningkatan ekspor non migas kurang optimal.
4) Penatausahaan dan Pelaporan Program/Kegiatan Ekspor
Pemda belum memiliki/ menyelenggarakan sistem informasi (database)
terkait informasi ekspor (produk ekspor, pelaku ekspor, pasar ekspor)
secara akurat dan update.
5) Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Ekspor
Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan terkait program
pengembangan ekspor telah dilakukan oleh Disperindag selaku SKPD
pengampu program. Namun untuk evaluasi terpisah atas
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 19
program/kegiatan pengembangan ekspor oleh APIP D.I. Yogyakarta,
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul belum dilaksanakan.
Atas permasalahan tersebut telah kami sampaikan saran perbaikan kepada
Gubernur sebagaimana termuat dalam laporan hasil evaluasi Program
Pengembangan Ekspor D.I. Yogyakarta tahun 2016.
1.6. Monitoring Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta
Kegiatan monitoring pembangunan
Bandara Internasional Yogyakarta
dilakukan setiap akhir triwulan untuk
mengidentifikasi permasalahan dan
menyarankan solusi untuk kelancaran,
akuntabilitas, dan efektivitas
pelaksanaan pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta.
Hasil monitoring pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta dapat
disampaikan sebagai berikut:
a. Terdapat risiko dilampauinya Biaya Operasional dan Pendukung (BOP)
sebagaimana yang diatur dalam Permenkeu nomor 10/PMK.02/2016
karena banyak tuntutan/gugatan di pengadilan dan persidangan dalam
proses konsinyasi.
b. Masih terdapat hambatan dalam proses penyediaan lahan dan
regulasinya yaitu adanya permintaan pengukuran oleh warga yang
sebelumnya menolak, masih ada tanah yang belum diukur menurut
bidang/persil, penggantian tanah jalan milik Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo, dan belum adanya tatacara pengosongan lahan.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 20
Atas permasalahan tersebut telah kami sampaikan saran perbaikan kepada
Project Manager Proyek Pembangunan Bandar Udara Internasional
Yogyakarta sebagaimana termuat dalam laporan hasil Monitoring
Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta tahun 2016.
1.7. EvaIuasi Penggunaan Dana Desa dan SILPA Dana Desa
Evaluasi penggunaan dana desa dan SILPA dana desa dilakukan untuk
menilai kesesuaian penggunaan dana desa dengan prioritas yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 21 Tahun 2015, menilai
ketepatan penggunaan dana desa bagi pembangunan infrastruktur yang
produktif dengan pola padat karya dan pemberdayaan masyarakat desa, serta
mengidentifikasi SILPA dana desa dan penyebab tidak terealisasinya
anggaran belanja yang bersumber dari dana desa.
Evaluasi yang dilakukan mencakup realisasi penggunaan dana desa tahun
2016 dan SILPA dana desa tahun 2015 sampai dengan tanggal 31 Desember
2016.
Kegiatan evaluasi penggunaan dana desa dan SILPA dana desa dilaksanakan
pada empat desa di dua kabupaten di wilayah D.I. Yogyakarta, yaitu
Kabupaten Sleman (desa Jogotirto, Kecamatan Berbah dan desa
Banyuraden, Kecamatan Gamping) dan Kabupaten Kulon Progo (desa
Garongan, Kecamatan Panjatan dan desa Banguncipto, Kecamatan Sentolo).
Hasil evaluasi penggunaan dana desa tahun 2016 dan SILPA dana desa
tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Terdapat beberapa kegiatan tahun 2016 yang hingga awal Februari 2017
belum selesai dikerjakan, belum dilaksanakan pemeriksaan, dan belum
diserahkan kepada desa.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 21
- Pelaporan pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari dana desa secara
berjenjang kepada Camat/Bupati berupa laporan semester kedua/akhir
tahun penggunaan dana desa tahun 2016 belum dibuat, karena belum
semua pelaksana kegiatan di desa menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.
- Terdapat kegiatan yang tidak sesuai dengan perencanaan dan tanpa
melalui perubahan APBDesa dan RKPDesa.
- Lemahnya pengendalian dalam pengelolaan keuangan seperti Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) yang tidak dilengkapi bukti-bukti transaksi,
tidak bernomor urut, dan beberapa SPP tidak bertanggal, sehingga
menimbulkan risiko terjadinya pencairan ganda.
- Pencairan dana desa di Kabupaten Kulon Progo dari RKUD ke Rekening
Kas Desa untuk tahap I dan II terlambat, disebabkan terlambat
ditetapkannya Peraturan Bupati tentang tata cara pembagian dan
penetapan rincian dana desa dan terlambat dilaporkannya penggunaan
dana desa semester I tahun 2016.
- Terdapat bukti pertanggungjawaban pengeluaran ganda pada penggunaan
dana desa di Desa Bangun Cipto Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon
Progo.
- Permasalahan di desa Jogotirto, Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman
antara lain pencairan dana desa tahun 2016 dari Rekening Kas Desa
sampai dengan 31 Desember 2016 tidak dapat ditelusuri, realisasi
anggaran tidak dapat diyakini karena belum ada laporan kegiatan dan bukti
yang cukup, kesulitan dalam melakukan peninjauan fisik karena RAB yang
dibuat tidak sempurna terkait dengan volume pekerjaan, gambar, dan
syarat pekerjaan, serta tidak dicatatnya seluruh dana swadaya masyarakat.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 22
Terhadap permasalahan-permasalahan yang dijumpai pada evaluasi
penggunaan dana desa dan SILPA dana desa, telah diberikan saran-saran
perbaikan kepada tiap-tiap kepala desa sebagaimana termuat dalam laporan
hasil evaluasi penggunaan dana desa tahun 2016 dan SILPA dana desa tahun
2015.
2. PENINGKATAN KONTRIBUSI RUANG FISKAL
Fokus kontribusi peningkatan ruang fiskal dilaksanakan melalui kegiatan
pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kontribusi penerimaan
negara/daerah atau menjadikan pengeluaran negara/daerah lebih efisien
beserta solusi permasalahan yang menghambat penerimaan negara/daerah.
Dalam periode pelaporan, Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta tidak
melaksanakan kegiatan pengawasan yang menghasilkan kontribusi terhadap
peningkatan ruang fiskal. Kegiatan yang dilaksanakan berupa monitoring tindak
lanjut hasil evaluasi atas optimalisasi pendapatan asli daerah (OPAD) tahun
2015 dan 2016 pada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten
Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Gunungkidul, dengan ringkasan sebagai berikut:
No Pemerintah Daerah Temuan
(kejadian)
Tindak lanjut
(kejadian) (%)
1 D.I. Yogyakarta 1 1 100,00
2 Kab. Sleman 7 6 85,71
3 Kab. Kulon Progo 10 7 70,00
4 Kota Yogyakarta 5 5 100,00
5 Kab. Bantul 2 1 50,00
6 Kab. Gunungkidul 4 3 75,00
rata-rata 29 23 79,31
Berdasarkan hasil monitoring tindak lanjut hasil evaluasi atas optimalisasi
pendapatan asli daerah (OPAD) tahun 2015 dan 2016 pada umumnya
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 23
pemerintah daerah telah menindaklanjuti saran/rekomendasi yang diberikan
oleh BPKP yang termuat dalam laporan hasil pengawasan Optimalisasi
Pendapatan Asli Daerah pada masing-masing pemerintah daerah. Secara rata-
rata prosentase tindak lanjut atas saran/rekomendasi yang diberikan oleh BPKP
adalah sebesar 79,31% yaitu dari 29 saran/rekomendasi telah ditindaklanjuti
sebanyak 23 saran/rekomendasi.
3. PENGAMANAN ASET NEGARA
Pengawasan atas pengamanan aset negara/daerah dilakukan bersama
dengan Aparat Penegak Hukum (APH), yaitu Kepolisian dan Kejaksaan dengan
tujuan memberikan kontribusi dalam upaya represif pemberantasan KKN yang
dilaksanakan dengan mengungkap kasus/pelanggaran yang diduga merugikan
keuangan negara melalui audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan
kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli. Selain itu juga
dilakukan kegiatan pendampingan verifikasi pengelolaan aset.
Penyelamatan aset negara/daerah dalam semester satu tahun 2017
sebesar Rp137.995.925,00 dilakukan melalui strategi represif atas permintaan
penyidik berupa bantuan penghitungan kerugian keuangan negara terhadap
satu kasus.
3.1. Audit Investigatif
Pada semester satu tahun 2017, Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta tidak
melakukan audit investigatif. Dugaan kasus/pelanggaran yang diduga
merugikan keuangan negara sebagian besar telah mampu dilakukan oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah (Inspektorat Wilayah
Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta).
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 24
3.2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta melakukan audit dalam rangka
penghitungan kerugian keuangan negara atas tiga kasus untuk
menyatakan pendapat mengenai jumlah kerugian keuangan negara yang
timbul dari kasus penyimpangan guna mendukung tindakan litigasi atas
permintaan APH.
Proses audit penghitungan kerugian keuangan negara dari ketiga kasus
tersebut, dua kasus sementara dihentikan karena masih menunggu
kelengkapan dokumen yang disediakan oleh penyidik untuk digunakan
dalam melakukan penghitungan kerugian keuangan negara.
Sedangkan satu kasus telah selesai dilakukan audit penghitungan
kerugian keuangan negara dengan hasil terjadi kerugian keuangan negara
sebesar Rp137.995.925,00 atas perkara TPK dugaan penyimpangan
pengelolaan APBDes Tahun Anggaran 2015 di Desa Bunder Kecamatan
Patuk Kabupaten Gunungkidul. Hasil audit tersebut telah disampaikan
kepada pihak aparat penegak hukum terkait.
3.3. Pemberian Keterangan Ahli (PKA)
Pemberian keterangan ahli bertujuan untuk memberikan pendapat
berdasarkan keahlian di bidang akuntansi dan auditing dalam suatu kasus
TPK dan/atau perdata untuk membuat terang suatu kasus bagi penyidik
dan/atau hakim.
Dalam semester satu tahun 2017, Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
melakukan kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi penyidik
kepolisian dan kejaksaan serta Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Yogyakarta sebanyak enam kali dari lima kasus sebagaimana tampak
pada tabel dan keterangan berikut:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 25
No Instansi Penyidik Jumlah
Kasus PKA
1 Pengadilan Tipikor Yogyakarta 3 3
2 Polda D.I. Yogyakarta 1 2
3 Kejari Gunungkidul 1 1
Jumlah 5 6
Pemberian keterangan ahli atas dugaan TPK dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemberian keterangan ahli di Pengadilan Tipikor Yogyakarta sebanyak
tiga kali atas perkara TPK dugaan penyimpangan pada:
1) Penerimaan dana pendidikan non kedinasan di STMM MMTC
Yogyakarta tahun 2007 sampai dengan 2009.
2) Penyewaan aset di STMM MMTC Yogyakarta tahun 2009 sampai
dengan 2013.
3) Uang operasional produksi pada Unit Pertambangan PT Anindya Mitra
Internasional Yogyakarta.
b. Pemberian keterangan ahli di depan Penyidik Polda D.I Yogyakarta
sebanyak dua kali atas perkara TPK dugaan penyimpangan pada
pungutan desa dalam kegiatan Land Management and Policy
Development Program (LMPDP) di Desa Karangtengah Kecamatan
Wonosari Kabupaten Gunungkidul tahun 2007 dan 2008.
c. Pemberian keterangan ahli di depan Penyidik Kejari Gunungkidul
sebanyak satu kali atas perkara TPK dugaan penyimpangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Bunder Kecamatan
Patuk Kabupaten Gunungkidul tahun anggaran 2015.
3.4. Pendampingan Verifikasi Pengelolaan Aset
Kegiatan Pendampingan Verifikasi Pengelolaan Aset berupa
Pendampingan Verifikasi Penyerahan Personil, Sarana/Prasarana dan
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 26
Dokumen (P2D) Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) D.I.
Yogyakarta kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pemerintah Daerah DIY dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
telah bersepakat untuk melaksanakan serah terima P2D BPKB DIY sesuai
dengan Berita Acara Serah Terima Nomor:
tanggal 1 Desember 2016, dengan catatan bahwa tanah seluas
11.700 m2 yang di atasnya berdiri bangunan BPKB masih dapat
dipergunakan dengan status tanah pinjam pakai sampai dengan penataan
pertanahan (tanah Sultan Ground dan Pakualam Ground) selesai
dilaksanakan.
4. PENINGKATAN GOVERNANCE SYSTEM
Peningkatan kualitas governance system dilakukan melalui kegiatan
assurance dan consulting di lingkungan instansi pemerintah, baik pusat
maupun daerah, termasuk pada korporasi/badan usaha milik daerah dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja,
penguatan kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) dan
penguatan proses tata kelola, manajemen risiko dan sistem pengendalian intern
pemerintah dan korporasi.
4.1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Kualitas akuntabilitas keuangan pemerintah daerah pada tahun anggaran
2016 secara umum sudah semakin membaik dan perlu dipertahankan. Hal
tersebut ditunjukkan dari perolehan opini laporan keuangan pemerintah
daerah (LKPD) di wilayah D.I. Yogyakarta tahun anggaran 2016 yang
seluruhnya telah memperoleh opini WTP (wajar tanpa pengecualian) dari
BPK. Perkembangan opini LKPD selama tiga tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel berikut:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 27
No Pemerintah Daerah Opini LKPD
2014 2015 2016
1. Daerah Istimewa Yogyakarta WTP WTP WTP
2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP
3. Kabupaten Bantul WTP WTP WTP
4. Kabupaten Sleman WTP WTP WTP
5. Kabupaten Kulon Progo WTP WTP WTP
6. Kabupaten Gunungkidul WDP WTP WTP
Dalam upaya mempertahankan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja pada
pemerintah daerah di wilayah D.I. Yogyakarta, Perwakilan BPKP D.I.
Yogyakarta telah melakukan beberapa kegiatan dan upaya sebagai berikut:
4.1.1. Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kegiatan bimbingan dan konsultasi reviu laporan keuangan pemerintah
daerah dilakukan untuk memberikan pemahaman dan transfer
pengetahuan (transfer of knowledge) tentang reviu laporan keuangan
pemerintah daerah berbasis akrual kepada tim reviu Inspektorat Daerah,
serta memberikan pemecahan permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan reviu laporan keuangan pemerintah daerah. Diharapkan
dengan peningkatan pemahaman mengenai reviu LKPD, Inspektorat
dapat mengimplementasikan teknik dan prosedur reviu secara memadai
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya selaku internal auditor
dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah.
Kegiatan bimbingan dan konsultasi reviu laporan keuangan yang
dilakukan selama semester I tahun 2017 oleh Perwakilan BPKP D.I.
Yogyakarta adalah:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 28
a. Bimbingan dan konsultasi reviu LKPD pada Inspektorat Kabupaten
Bantul;
b. Bimbingan dan konsultasi reviu LKPD Kabupaten Sleman;
c. Narasumber focussed group discussion (FGD) reviu laporan
keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Dari enam pemerintah daerah di wilayah D.I. Yogyakarta, dua
pemerintah daerah menggunakan program aplikasi Sistem Informasi
Manajemen Daerah (SIMDA) yang dikembangkan secara mandiri oleh
BPKP yaitu Kabupaten Bantul dan Kulon Progo. Aplikasi SIMDA
digunakan untuk mengelola keuangan pemda secara komprehensif
meliputi sistem keuangan (perencanaan, penganggaran, pentausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban), aset daerah dan pendapatan
daerah. Saat ini Kabupaten Sleman dalam tahap persiapan penggunaan
aplikasi SIMDA.
4.1.2. Asistensi Pengelolaan Keuangan pada Pemda
Kegiatan asistensi pengelolaan keuangan dilakukan untuk memberikan
pemahaman, meningkatkan kompetensi personil pengelola keuangan
dan memberikan alternatif solusi atas permasalahan yang dijumpai
dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Asistensi
pengelolaan keuangan pada pemerintah daerah dilaksanakan dalam
bentuk bimbingan teknis aplikasi SIMDA Keuangan, SIMDA BMD dan
SIMDA Pendapatan, bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan,
narasumber penyusunan laporan keuangan, pendampingan penyusunan
laporan keuangan satker/OPD, narasumber pada kegiatan
pelatihan/diklat, studi komparasi pengelolaan keuangan pemda dengan
pemda lainnya.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 29
Dalam semester I tahun 2017 Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta telah
melakukan berbagai kegiatan asistensi pengelolaan keuangan
pemerintah daerah sebagai berikut:
a. Bimbingan teknis penyusunan laporan keuangan pada Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo sebanyak dua kegiatan dan Kabupaten
Bantul sebanyak empat kegiatan;
b. Narasumber diklat Akuntansi Berbasis Akrual pada Badan Pendidikan
dan Pelatihan D.I. Yogyakarta sebanyak tiga kegiatan;
c. Narasumber lokakarya optimalisasi pengelolaan barang milik
negara/daerah dalam upaya mewujudkan laporan keuangan
pemerintah daerah yang berkualitas di Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan D.I. Yogyakarta;
d. Koordinasi pengawasan intern pemerintah terkait peningkatan tata
kelola BUMD/ BLUD di pemerintah kabupaten/kota.
Meskipun seluruh pemda di wilayah D.I. Yogyakarta sudah memperoleh
opini WTP dari BPK, namun masih dijumpai beberapa hal yang perlu
ditingkatkan dalam pengelolaan keuangan, sebagai berikut:
a. Penatausahaan aset tetap dalam penerapan akuntansi basis akrual.
b. Penatausahaan OPD dan unit OPD yang menerapkan pola
pengelelolaan keuangan BLUD dalam pelaporan keuangan
konsolidasi.
Untuk mempertahankan opini WTP, pemerintah daerah perlu melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menetapkan SOP pelaksanaan penghapusan aset tetap sebagian dan
SOP atribusi biaya perolehan aset tetap.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 30
b. Mendorong OPD secara berkala melakukan rekonsiliasi aset tetap
antara bendahara pengeluaran dengan pengurus barang, dan
terhadap perbedaan yang timbul agar diberikan penjelasan yang
memadai serta dituangkan dalam berita acara rekonsiliasi.
4.1.3. Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan Keuangan Instansi Vertikal
Kegiatan bimbingan dan konsultasi reviu laporan keuangan pada instansi
vertikal dilakukan untuk memberikan pemahaman, meningkatkan
kompetensi personil aparat pengawasan intern pemerintah dan
memberikan pemecahan permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan reviu laporan keuangan instansi vertikal yang berada di
wilayah D.I. Yogyakarta.
Kegiatan yang dilaksanakan berupa bimbingan dan konsultasi
pelaksanaan reviu laporan keuangan pada 28 Satker di lingkungan
Kepolisian Daerah DIY.
4.1.4. Audit Keuangan Proyek Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Audit atas laporan keuangan proyek yang dibiayai oleh Pinjaman dan
Hibah Luar Negeri (PHLN) bertujuan memberikan opini atas kewajaran
penyajian laporan keuangan proyek, menilai kecukupan dan efektivitas
pengendalian intern, serta menilai ketaatan terhadap ketentuan
Loan/Grant Agreement, melalui kegiatan audit sebagai berikut:
a. Audit atas laporan keuangan Water Resources and Irrigation Sector
Management Program (WISMP) Phase II Loan IBRD Nomor 8027-ID
TA 2016 pada KPMU Kabupaten Bantul, KPMU Kabupaten
Gunungkidul dan PPMU D.I. Yogyakarta yang diantaranya
menyimpulkan terdapat:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 31
1) Laporan Interim Financial Report yang belum akurat karena kurang
cermatnya petugas penyusun laporan dan adanya empat paket
kegiatan rehabilitasi daerah irigasi tidak dapat dilaksanakan karena
ada amandemen perjanjian hibah yang mengakibatkan tidak cukup
waktu untuk melaksanakan pekerjaan (KPMU Bantul).
2) Adanya permasalahan administrasi dan pelaksanaan kegiatan
sekolah lapang iklim (KPMU Gunungkidul).
3) Adanya permasalahan keuangan seperti kekurangan pekerjaan
pada rehab sedang Daerah Irigasi (DI) Simo dan Payaman
Kabupaten Gunungkidul senilai Rp3.601.796,90; kelebihan
pembayaran honor peserta workshop/lokakarya/sarasehan sebesar
Rp3.102.000,00, pembayaran jasa konsultansi yang tidak didukung
dengan bukti pertanggungjawaban/invoice sebesar
Rp231.684.000,00 dan SPK/Kontrak pengadaan pada Dinas
Pertanian dan Bappeda yang berasal dari dana loan dikenakan
PPN sebesar Rp14.154.000,00 (PPMU DIY).
b. Audit atas laporan keuangan Program Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi berbasis masyarakat (Pamsimas) III Loan IBRD Nomor 8578-
ID pada Satker Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum D.I.
Yogyakarta yang menyimpulkan adanya ketidakseragaman laporan
fasilitator dari segi format maupun substansi karena ketiadaan
pedoman pelaporan.
c. Audit atas Laporan keuangan Pembiayaan Pendampingan Desa Loan
IBRD Nomor 8217-ID pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Masyarakat D.I. Yogyakarta menyimpulkan adanya permasalahan
jumlah pendamping desa teknik infrastruktur di wilayah DIY belum
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 32
mencukupi, serta adanya permasalahan keuangan yaitu kesalahan
penghitungan dan belum disetornya pajak ke kas negara, kelebihan
pembayaran uang transport dan honor penanggungjawab pengelola
keuangan, serta adanya pengeluaran yang tidak didukung bukti
sebesar Rp29.459.266,00.
d. Audit atas laporan keuangan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku)
Loan IBRD Nomor 8213-ID pada Satker Pengembangan Kawasan
Permukiman D.I. Yogyakarta menyimpulkan bahwa pelaksanaan
pelatihan dan pengelolaan dana bergulir oleh UPK belum sesuai
ketentuan, terdapat kekurangan pekerjaan pada kegiatan Bantuan
Dana Investasi, dan pengisian Logbook belum tertib (Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Kulon Progo).
4.1.5. Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Desa (Siskeudes)
Untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa, Kementerian
Dalam Negeri dengan dukungan BPKP telah mengembangkan aplikasi
Sistem Informasi Keuangan Desa (Siskeudes). Penerapan aplikasi
Siskeudes pada seluruh pemerintah desa diharapkan akan mempercepat
proses perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
serta pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Direktorat
Jenderal Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri telah
mengeluarkan surat edaran nomor 143/8350/BPD tanggal 27 November
2015 tentang Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa yang meminta
seluruh gubernur dan bupati/walikota untuk mengkoordinasikan dan
memfasilitasi penerapan/pemanfaatan aplikasi Siskeudes dalam
pengelolaan keuangan desa sebagai upaya untuk meningkatkan
transparansi, efektivitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 33
Sampai dengan semester I tahun 2017, empat kabupaten di lingkungan
Pemerintah D.I. Yogyakarta secara bertahap telah menggunakan aplikasi
Siskeudes dalam pengelolaan keuangan desa. Tahapan yang telah
dilakukan oleh masing-masing kabupaten sampai dengan 30 Juni 2017
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Nama
Kabupaten ∑ Desa
Rekapitulasi Data Monitoring
Sosialisasi Pelatihan/Bimte
k/Workshop
Implementasi Secara
Penuh
Sdh/
Blm ∑ Desa
Sdh/
Blm ∑ Desa
Sdh/
Blm ∑ Desa %
1 Sleman 86 Sdh 86 Sdh 86 Sdh 86 100,00
2 Bantul 75 Sdh 75 Sdh 75 Sdh 75 100,00
3 Kulon Progo 87 Sdh 87 Sdh 87 Sdh 26 29,89
4 Gunungkidul 144 Sdh 144 Sdh 144 Sdh 144 100,00
Jumlah 392 392 392 331 84,44
Guna mempercepat penerapan aplikasi Siskeudes, Perwakilan BPKP
D.I. Yogyakarta telah melaksanakan beberapa kegiatan bimbingan
teknis, sebagai narasumber pelatihan aplikasi Siskeudes, dan konsultasi
pengelolaan keuangan desa. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan
memberikan pemahaman tentang pengelolaan keuangan desa
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dengan melatih
aparat desa, pendamping desa, dan staf kecamatan mengenai tata cara
penatausahaan dan pembukuan serta pelaporan keuangan desa dengan
menggunakan aplikasi Siskeudes serta memecahkan permasalahan
penatausahaan yang dihadapi oleh desa.
Selama semester I tahun 2017, kegiatan bimbingan teknis, pelatihan dan
konsultasi yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas tata kelola
keuangan desa adalah:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 34
a. Bimbingan teknis Siskeudes tahun 2017 pada Pemerintah Kabupaten
Bantul angkatan I, II dan III, diikuti oleh 75 desa, dengan peserta
terdiri dari pamong desa dan operator Siskeudes.
b. Pelatihan penatausahaan dan pembukuan dengan aplikasi Siskeudes
pada Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, yang diikuti oleh perangkat
desa pengguna aplikasi Siskeudes, pendamping desa dan perwakilan
dari kecamatan se-Kabupaten Kulon Progo,
c. Bimbingan teknis terhadap satuan tugas pengelolaan keuangan desa
Kabupaten Gunungkidul yang diikuti oleh 36 staf pegawai dari 18
kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, dengan masing-masing
kecamatan diwakili oleh dua orang dari unsur tata pemerintahan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
d. Bimbingan teknis Siskeudes tahun 2017 pada Pemerintah Kabupaten
Sleman diikuti oleh 22 orang pendamping kecamatan atau operator
pendamping aplikasi Siskeudes. Materi bimbingan teknis terdiri dari
input transaksi, penatausahaan dan pelaporan/pertanggungjawaban
keuangan desa dengan menggunakan aplikasi Siskeudes.
Selain melakukan bimbingan teknis, pelatihan dan konsultasi, Perwakilan
BPKP D.I. Yogyakarta juga membuat video tutorial dan infografis aplikasi
Siskuedes yang memberikan panduan praktis tentang tata cara
penerapan aplikasi Siskeudes dan pengelolaan dana desa.
Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam penerapan aplikasi
Siskeudes antara lain:
a. Kurangnya komitmen pihak pemerintah kabupaten yang lambat dalam
menyediakan infrastruktur peraturan tentang pengelolaan dana desa
secara memadai,
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 35
b. Pimpinan daerah kurang optimal dalam mengoordinasikan dan
memfasilitasi penerapan/pemanfaatan aplikasi Siskeudes dalam
pengelolaan keuangan desa sebagai upaya untuk meningkatkan
transparansi, efektivitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan
desa,
c. Kurangnya pelatihan pengelolaan keuangan desa yang
diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten bagi aparat desa dan
pengelola keuangan di desa,
d. Kurangnya SDM aparat desa dan pengelola keuangan di desa yang
memiliki keahlian di bidang pengelolaan keuangan.
4.1.6. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMN/BUMD/BLUD
Untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan BLUD/BUMD,
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan
bimbingan dan konsultasi peningkatan kualitas pelaporan keuangan
BLUD menggunakan aplikasi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD
dan PDAM yang dikembangkan oleh BPKP. Bimbingan dan konsultasi
dilaksanakan pada pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten
Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Sleman, dan
Kabupaten Bantul.
Materi yang menjadi fokus bimbingan yaitu penyusunan laporan
keuangan BLUD melalui aplikasi SIA BLUD pada UPT Dinas Kesehatan
dan Dinas lainnya maupun RSUD Kabupaten/ Kota. Sedangkan untuk
laporan keuangan BUMD dilakukan bimbingan pada PDAM Tirtamarta
Kota Yogyakarta, PDAM Tirta Handayani, PDAM Sleman, PDAM Kulon
Progo dengan menggunakan aplikasi SIA PDAM.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 36
Beberapa kelemahan yang masih dijumpai dalam upaya peningkatan
kualitas laporan keuangan antara lain:
a. Kebijakan akuntansi BLUD belum selesai disusun dan ditetapkan.
b. Input transaksi keuangan ke dalam aplikasi SIA tidak dilakukan secara
rutin setiap ada transaksi, tetapi sebagian besar baru melakukan input
pada akhir tahun.
c. Kurangnya komitmen Pemerintah Daerah untuk mendorong
pemanfaatan SIA BLUD dalam menyusun laporan keuangan.
4.1.7. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang mampu berperan
secara efektif akan mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik dan
bersih. Agar berperan efektif, APIP sekurang-kurangnya harus mampu:
a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas
dan fungsi instansi pemerintah;
b. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;
c. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Peran efektif tersebut dapat diwujudkan apabila APIP sekurang-
kurangnya berada pada level 3 (integrated). Dari enam APIP di wilayah
D.I. Yogyakarta, dua APIP berada pada level 2 penuh dan empat APIP
berada pada level 2 dengan catatan perbaikan sebagaimana dapat
dilihat pada tabel berikut:
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 37
No Inspektorat Level 2015 Level 2016 Level 2017
1. Daerah Istimewa Yogyakarta 2* 2 2
2. Kota Yogyakarta 2* 2* 2*
3. Kabupaten Bantul 2 2 2
4. Kabupaten Sleman 2* 2* 2*
5. Kabupaten Kulon Progo 2* 2* 2*
6. Kabupaten Gunungkidul 2* 2* 2*
*dengan catatan perbaikan
Secara umum, permasalahan yang dihadapi Inspektorat yang berada
pada level 2 dengan catatan perbaikan adalah:
a. Kebutuhan jumlah dan kualitas SDM Inspektorat belum sepenuhnya
dapat terpenuhi, sementara jumlah target kegiatan pengawasan cukup
banyak sehingga Inspektorat mengalami kendala dalam mencapai
hasil pengawasan yang berkualitas;
b. Kebutuhan jumlah anggaran untuk kegiatan pengawasan dan kegiatan
peningkatan kompetensi SDM Inspektorat belum sepenuhnya dapat
terpenuhi;
c. Perencanaan kegiatan pengawasan tahunan (PKPT) belum disusun
secara memadai;
d. Perencanaan, pelaksanaan, penyusunan laporan dan pengendalian
mutu kegiatan pengawasan belum dilaksanakan secara memadai;
e. Pelaksanaan kegiatan pengawasan belum sepenuhnya sesuai dengan
pedoman/standar yang berlaku;
f. Inspektorat belum memiliki dan melaksanakan program peningkatan
penjaminan kualitas kegiatan pengawasan.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 38
Dalam rangka mendorong peningkatan kapabilitas APIP, Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam semester I tahun 2017 telah
melaksanakan kegiatan berupa :
a. Monitoring action plan dan pendampingan penyusunan insfrastruktur
kapabilitas APIP di Inspektorat Kabupaten Gunungkidul;
b. Narasumber pada PKS dengan materi Audit Kinerja pada Inspektorat
Kabupaten Gunungkidul dan Inspektorat Kabupaten Bantul;
c. Bimbingan teknis peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kota
Yogyakarta;
d. Narasumber pada forum komunikasi AAIPI se Daerah istimewa Yogyakarta.
4.2. Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi
Penguatan tata kelola dilaksanakan dalam rangka mengimplementasikan
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP). Sebagai pembina penyelenggaraan SPIP, BPKP
mendorong penerapan SPIP di lingkungan kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah melalui berbagai kegiatan di bawah ini.
4.2.1 Peningkatan Kematangan/Maturitas Penyelenggaraan SPIP
Kualitas penyelenggaraan SPIP pada pemerintah daerah diukur dengan
menggunakan tingkat kematangan/maturitas penyelenggaraan SPIP yang
penilaiannya berdasarkan pada keberadaan sistem pengendalian intern yang
telah dibangun oleh instansi pemerintah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-
2019 telah menetapkan target indikator pembangunan bidang aparatur negara
dan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik, yang salah satu
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 39
diantaranya adalah “implementasi penyelenggaraan SPIP berupa Tingkat
Maturitas SPIP berada pada level 3 dalam tahun 2019 sebesar 85%”.
Sampai dengan akhir semester I tahun 2017, dari enam pemerintah daerah di
wilayah DIY, empat pemerintah daerah telah berada pada level 3 menuju 4
(terdefinisi) dan dua pemerintah daerah berada pada level 1 menuju 2
(rintisan) sebagaimana tabel berikut:
No Pemerintah Daerah Skor Maturitas
SPIP Kategori
1 Daerah Istimewa Yogyakarta 3,39 Terdefinisi
2 Kota Yogyakarta 3,33 Terdefinisi
3 Kabupaten Bantul 1,72 Rintisan
4 Kabupaten Sleman 3,28 Terdefinisi
5 Kabupaten Kulon Progo 3,20 Terdefinisi
6 Pemerintah Kabupaten Gunungkidul 1,44 Rintisan
Sumber: Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan SPIP pada
pemerintah daerah yang telah terlaksana selama semester I tahun 2017
adalah:
a. Asistensi implementasi dan maturitas SPIP pada pemerintah Kabupaten
Bantul;
b. Asistensi peningkatan maturitas SPIP pada pemerintah Kabupaten
Gunungkidul.
Permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam pembinaan
penyelenggaraan SPIP dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah belum memiliki roadmap penyelenggaraan SPIP yang
disusun berdasarkan kondisi implementasi SPIP pada masing-masing
pemerintah daerah;
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 40
b. Konsep SPIP belum sepenuhnya dipahami dan diinternalisasikan oleh
seluruh stakeholder pemerintah daerah;
c. Respon alih pengetahuan dan peningkatan kompetensi pegawai terkait
SPIP belum optimal;
d. Reviu atas penilaian risiko secara periodik dan terstruktur untuk perbaikan
pengendalian belum dilaksanakan;
e. Keterbatasan jumlah SDM dan infrastruktur pemantauan otomatis yang
terintegrasi;
f. Belum optimalnya komitmen pemerintah daerah, antara lain terlihat dari :
- Penetapan target maturitas SPIP belum masuk dalam RPJMD;
- Belum adanya roadmap penyelenggaraan SPIP;
- Pemantauan dalam membangun dan mengimplementasikan SPIP
sebagaimana telah direncanakan dalam RTP belum menjadi prioritas
pada pemerintah daerah.
4.2.2 Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Capaian nilai SAKIP pemerintah daerah di wilayah D.I. Yogyakarta tahun
2013-2015 berdasarkan hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tampak pada tabel berikut:
No Pemerintah Daerah 2013 2014 2015
1. Daerah Istimewa Yogyakarta B A A
2. Kota Yogyakarta CC B BB
3. Kab. Bantul B B BB
4. Kab. Sleman C B BB
5. Kab. Kulon Progo C B BB
6. Kab. Gunungkidul CC CC B
(Hasil evaluasi SAKIP tahun 2016 dari Kementerian PAN-RB belum ada)
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 41
Tabel di atas menunjukkan bahwa perkembangan nilai SAKIP sangat baik
selama tiga tahun terakhir. Capaian nilai SAKIP pada enam pemerintah
daerah di wilayah D.I. Yogyakarta masuk kategori baik, yaitu satu pemda
memperoleh nilai A, empat pemda memperoleh nilai BB dan satu pemda
memperoleh nilai B.
Masalah yang menghambat kualitas SAKIP pada pemerintah daerah terutama
terkait penjelasan sasaran dan indikator sasaran yang perlu
diperbaiki/ditingkatkan keandalan validitas datanya, sehingga dapat ditelusuri
ke sumber datanya dan data diperoleh dari sumber yang kompeten serta
konsisten.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian nilai SAKIP, pemerintah
daerah perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Cascading/penjabaran kinerja dilakukan sampai dengan eselon III, eselon
IV dan individu pada organisasi perangkat daerah;
b. Hasil evaluasi SAKIP yang dilaksanakan oleh Inspektorat untuk seluruh
OPD dimanfaatkan untuk memberikan reward and punishment bagi OPD
sebagai upaya peningkatan budaya kerja.
4.2.3 Peningkatan Tata Kelola BLUD
Guna mendorong percepatan penerapan pola pengelolaan keuangan BLUD
dan peningkatan kualitas tata kelola BLUD, Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
telah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konsultasi tata kelola. Bimbingan
dan konsultasi dilaksanakan pada pemerintah Kota Yogyakarta dan
Kabupaten Gunungkidul. Materi yang menjadi fokus bimbingan meliputi
penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) BLUD, penyusunan SOP
penerimaan dan pengeluaran kas BLUD, penyusunan SOP pelaporan dan
sosialisasi audit BLUD.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 42
Beberapa kelemahan yang masaih dijumpai dalam upaya peningkatan tata
kelola BLUD antara lain:
a. Masih diperlukan koordinasi terkait kesiapan data yang berasal dari
eksternal UPT, dan belum seluruh SDM terkait mampu menyelesaikan
penyusunan RBA.
b. Pejabat keuangan belum sepenuhnya difungsikan sesuai Permendagri
nomor 61 tahun 2007.
c. Pemerintah Kota Yogyakarta belum menetapkan pejabat keuangan dan
pejabat teknis BLUD dengan surat keputusan Walikota.
4.2.4 Evaluasi Kinerja PDAM
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta telah melaksanakan evaluasi kinerja pada
lima PDAM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, seluruhnya atau 100%
dalam kategori sehat.
PDAM telah menunjukkan kinerja baik, namun tiga PDAM kinerjanya menurun
dari tahun sebelumnya dengan hasil sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
No PDAM
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
Nilai
Kinerja
Tingkat
Kesehat
an
Nilai
Kinerja
Tingkat
Kesehat
an
Nilai
Kinerja
Tingkat
Kesehatan
1 Kota Yogyakarta 60,22 3,2 63,22 3,35 62,49 3,170
2 Kab Sleman 60,97 2,99 61,62 3,03 61,93 3,210
3 Kab Bantul 61,32 2,82 62,74 3,24 62,79 3,310
4 Kab Kulon Progo 63,05 3,37 63,80 3,38 62,51 3,315
5 Kab Gunungkidul 60,09 3,05 65,85 3,08 63,90 2,855
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 43
Beberapa kelemahan yang dijumpai pada beberapa PDAM antara lain:
a. RKAP yang disusun belum sepenuhnya mengacu kepada rencana strategis
jangka menengah (corporate plan) dan Rencana Induk Sistem Penyediaan
Air Minum (RISPAM);
b. PDAM belum siap mendukung target 100% akses air minum nasional di
tahun 2019;
c. Kualitas air yang diproduksi dan didistribusikan PDAM belum memenuhi
kualitas air sebagaimana ditetapkan dalam Permenkes 492 tanggal 19 April
2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;
d. PDAM belum sepenuhnya melakukan kegiatan pengawasan secara internal
atas kualitas air minum sesuai dengan Permenkes
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum;
e. Tingkat kehilangan air di unit produksi dan distribusi tahun 2016 masih
tinggi yaitu lebih dari 20% dari jumlah air yang produksi dan distribusi;
f. Masih terdapat kapasitas terpasang yang tidak dimanfaatkan oleh PDAM;
g. Terdapat program air bersih pemerintah daerah (Spamdes dan Pamsimas)
yang berada pada wilayah teknis PDAM yaitu wilayah yang telah terpasang
jaringan pipa distribusi PDAM sehingga menghambat pertumbuhan
pelanggan serta cakupan pelayanan PDAM;
h. Terdapat Sistem Pengelolaan Air Minum (SPAM) yang berasal dari
Spamdes belum ditentukan status pengelolaan dan asetnya;
i. Pengendalian rekening pelanggan dengan pemakaian nihil belum optimal.
4.2.5 Reviu Penyerapan Anggaran
Dalam rangka percepatan pelaporan tentang penyerapan anggaran
pemerintah daerah, setiap triwulan Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 44
melaksanakan pendampingan dan fasilitasi reviu dan inputting penyerapan
anggaran, pengadaan barang/jasa, penyaluran dan penggunaan Dana Desa
serta reviu tender Pra-DPA yang dilaksanakan oleh Inspektorat Daerah di
wilayah kerja Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta. Kegiatan tersebut
dilaksanakan dalam rangka merespon arahan Presiden menyangkut
permasalahan penyerapan anggaran.
Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta melaksanaan kegiatan koordinasi dan
fasilitasi pengisian aplikasi reviu penyerapan anggaran, pengadaan
barang/jasa, penyaluran dan penggunaan dana desa dan reviu tender pra-
DPA dengan menggunakan aplikasi berbasis web yang disediakan oleh
BPKP.
4.2.6 Assessment Good Corporate Governance (GCG)
Penerapan GCG pada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan
Ratu Boko mencapai skor 80,984 dari skor maksimal 95 atau 85,24% dengan
kategori predikat “baik”. Pokok-pokok hasil kegiatan assesment GCG yang
dilaksanakan pada PT TWC Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko dapat
disampaikan bahwa penerapan GCG pada lima aspek yaitu komitmen, RUPS,
Dewan Komisaris, Direksi dan Pengungkapan Informasi dan Transparansi
masih perlu ditingkatkan antara lain:
a. Komitmen terhadap perlindungan harta perusahaan;
b. Pemegang saham belum sepenuhnya melakukan tindak lanjut area of
improvement hasil asesmen pelaksanaan tata kelola perusahaan;
c. Belum memiliki kebijakan dan prosedur penanganan gejala menurunnya
kinerja perusahaan serta mekanisme pemberian saran Dekom kepada
direksi;
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 45
d. Belum dibuatkan kontrak kinerja Direksi dan setiap jabatan di bawahnya
karena Key Performance Indicator (KPI) individu yang disusun tidak
mencantumkan target sehingga tidak diukur pencapaiannya;
e. Perusahaan tidak berpartisipasi dalam award keterbukaan informasi/
publikasi.
Dalam rangka penguatan GCG pada PT TWC Borobudur, Prambanan, dan
Ratu Boko, kami telah merekomendasikan kepada Direksi antara lain sebagai
berikut:
a. Melaksanakan tindak lanjut area of improvement hasil asesmen
pelaksanaan tata kelola perusahaan;
b. Menyusun kebijakan penanganan gejala menurunnya kinerja perusahaan
dan pengelolaan anak perusahaan;
c. Menyusun kontrak kinerja Direksi secara individu, melakukan penilaian
kinerja Direksi secara individu, dan melaporkan penilaian tersebut kepada
RUPS.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 46
Rencana Tindak Perbaikan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
Beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan adalah
sebagai berikut:
1. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan unit kerja instansi
vertikal dengan meningkatkan pemahaman atas konsep SPIP melalui alih
pengetahuan, meningkatkan jumlah SDM penggerak SPIP, membangun
komitmen yang ditunjukkan dalam penetapan target maturitas SPIP di
RPJMD, roadmap penyelenggaraan SPIP, penganggaran dan pemantauan
untuk membangun dan mengimplementasikan SPIP.
2. Memelihara kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan melakukan revisi/perbaikan peraturan kepala
daerah tentang SAPD dengan mengakomodir peraturan yang lebih tinggi yang
mendasari, menetapkan Standar Operating Procedure (SOP) yang diperlukan,
mendorong SKPD agar secara berkala melakukan rekonsiliasi aset tetap,
memperbanyak pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi para
pengelola keuangan dalam penatausahaan dan pelaporan keuangan berbasis
akrual, dan melakukan penyesuaian aplikasi pengelolaan keuangan yang
digunakan dengan peraturan yang diberlakukan.
3. Mendorong peningkatkan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan mengusahakan
pemenuhan kebutuhan jumlah dan kualitas SDM, kebutuhan anggaran
kegiatan pengawasan dan peningkatan kompetensi SDM, dan peningkatan
peran serta fungsi Inspektorat dalam rangka perbaikan tata kelola
pemerintahan.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan/Daerah semester I tahun 2017
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta 47
4. Mendorong peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa melalui
peningkatan kapasitas manajemen pemerintah desa, penggunaan aplikasi
dan pengawasan pengelolaan keuangan desa.
5. Mendorong komitmen Kepala Daerah untuk:
- Meningkatkan cakupan pelayanan air minum baik yang dilaksanakan oleh
PDAM maupun SPAMDES, dengan mencantumkan target peningkatan
cakupan air minum 100% tahun 2019 dalam Rencana Induk Sistem
Penyediaan Air Minum (RISPAM) kabupaten/kota.
- Memberikan dukungan berupa penyediaan dana/pembangunan aset tetap
untuk mengembangkan sistem penyediaan air minum dan peningkatan
kualitas air yang dihasilkan PDAM dari air bersih menjadi air minum.
6. Mendorong komitmen kepala daerah untuk meningkatkan tatakelola BLUD
yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain dengan
peningkatan kompetensi dan kapabilitas para pengelola BLUD, sehingga
dengan fleksibilitas yang diberikan kepada BLUD diharapkan adanya
peningkatan kualitas pelayanan, kinerja keuangan dan kinerja manfaat bagi
masyarakat secara berkesinambungan dengan praktik bisnis yang sehat.