DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

21
Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti) 1 DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN PEKERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN DI PROVINSI BANGKA BELITUNG TAHUN 2017 Analisis Data Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Tahun 2017 (Determinants of Participation in National Health Insurance for Agriculture and Non Agriculture Workers in Bangka Belitung Province in 2017) Winih Budiarti 1 , Titik Harsanti 2 Politeknik Statistika STIS 1,2 Jalan Otto Iskandardinata 64C Jakarta Timur E-mail: [email protected] 1 ,[email protected] 2 ABSTRAK Jaminan sosial merupakan salah bentuk kepedulian yang menjadi agenda nasional maupun internasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Hal ini menjadi pembahasan World Summit for Social Development di Copenhagen, Denmark tahun 1995 yang menyebutkan bahwa sistem jaminan sosial (social security system) merupakan komponen penting dari pembangunan sosial yang merata dan perang terhadap kemiskinan. Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan tonggak sejarah dimulainya reformasi menyeluruh tentang sistem jaminan sosial. Meskipun menjadi agenda penting, kepesertaan jaminan sosial di Indonesia tidak bisa dicover secara menyeluruh karena keterbatasan anggaran khususnya bagi pekerja sektor informal. Oleh karena itu penelitian ini akan mengidentifikasi cakupan dan kepesertaan jaminan sosial di salah satu provinsi di Indonesia yaitu Bangka Belitung yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Selain itu peneltian ini akan mengidentifikasi determinan kepesertaan penduduk terhadap program jaminan sosial, sehingga dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk meningkatkan kepesertaan penduduk dalam program jaminan sosial di Indonesia, khususnya di provinsi Bangka Belitung yang akan berdampak pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Tingkat kepesertaan jaminan sosial pekerja sektor pertanian di Provinsi Bangka Belitung tahun 2017 masih lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor nonpertanian. Determinan kepesertaan jaminan kesehatan pekerja sektor pertanian adalah pendapatan perbulan, ijazah terakhir yang dimiliki, Indeks Modal Sosial (IMS), dan jam kerja selama seminggu. Kata kunci: jaminan sosial, sektor informal, Indeks Modal Sosial. ABSTRACT Social security is a form of concern that has become a national and international agenda to improve the welfare of society at large. This became a discussion of the World Summit for Social Development in Copenhagen, Denmark in 1995 which stated that a social security system is an important component of equitable social development and war on poverty. In Indonesia, Undang-undang No 40 Tahun 2004 concerning the National Social Security System (SJSN) is a historical milestone in the commencement of a comprehensive reform of the social security system. Despite being an important agenda, social security participation in Indonesia cannot be covered thoroughly because of budget constraints especially for informal sector workers. Therefore this study will identify the coverage and participation of social security in one province in Indonesia, namely Bangka Belitung, where most of the population works in the agricultural sector. In addition this research will identify the determinants of population participation in the social security program, so that it can be an input for the government to increase population participation in social security programs in Indonesia, especially in the province of Bangka Belitung which will have an impact on improving the health and welfare of the population. The scope of social security participation of agricultural sector workers in Bangka Belitung Province in 2017 is lower than that of non-agricultural sector workers. The determinants of health insurance participation in agricultural sector workers are income per week, latest diploma held, Social Capital Index (SCI), and week-long working hours. Keywords: social security, informal sector, determinant

Transcript of DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Page 1: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

1

DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN PEKERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN

DI PROVINSI BANGKA BELITUNG TAHUN 2017 Analisis Data Praktik Kerja Lapangan Mahasiswa

Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Tahun 2017

(Determinants of Participation in National Health Insurance for Agriculture and Non Agriculture Workers in Bangka Belitung Province in 2017)

Winih Budiarti1, Titik Harsanti2 Politeknik Statistika STIS1,2

Jalan Otto Iskandardinata 64C Jakarta Timur E-mail: [email protected],[email protected]

ABSTRAK

Jaminan sosial merupakan salah bentuk kepedulian yang menjadi agenda nasional maupun internasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Hal ini menjadi pembahasan World Summit for Social Development di Copenhagen, Denmark tahun 1995 yang menyebutkan bahwa sistem jaminan sosial (social security system) merupakan komponen penting dari pembangunan sosial yang merata dan perang

terhadap kemiskinan. Di Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan tonggak sejarah dimulainya reformasi menyeluruh tentang sistem jaminan sosial.

Meskipun menjadi agenda penting, kepesertaan jaminan sosial di Indonesia tidak bisa dicover secara

menyeluruh karena keterbatasan anggaran khususnya bagi pekerja sektor informal. Oleh karena itu penelitian ini akan mengidentifikasi cakupan dan kepesertaan jaminan sosial di salah satu provinsi di Indonesia yaitu

Bangka Belitung yang sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Selain itu peneltian ini akan mengidentifikasi determinan kepesertaan penduduk terhadap program jaminan sosial, sehingga dapat menjadi

masukan bagi pemerintah untuk meningkatkan kepesertaan penduduk dalam program jaminan sosial di

Indonesia, khususnya di provinsi Bangka Belitung yang akan berdampak pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan penduduk. Tingkat kepesertaan jaminan sosial pekerja sektor pertanian di Provinsi Bangka

Belitung tahun 2017 masih lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor nonpertanian. Determinan kepesertaan jaminan kesehatan pekerja sektor pertanian adalah pendapatan perbulan, ijazah terakhir yang

dimiliki, Indeks Modal Sosial (IMS), dan jam kerja selama seminggu. Kata kunci: jaminan sosial, sektor informal, Indeks Modal Sosial.

ABSTRACT

Social security is a form of concern that has become a national and international agenda to improve the welfare of society at large. This became a discussion of the World Summit for Social Development in Copenhagen, Denmark in 1995 which stated that a social security system is an important component of equitable social development and war on poverty. In Indonesia, Undang-undang No 40 Tahun 2004 concerning the National Social Security System (SJSN) is a historical milestone in the commencement of a comprehensive reform of the social security system. Despite being an important agenda, social security participation in Indonesia cannot be covered thoroughly because of budget constraints especially for informal sector workers. Therefore this study will identify the coverage and participation of social security in one province in Indonesia, namely Bangka Belitung, where most of the population works in the agricultural sector. In addition this research will identify the determinants of population participation in the social security program, so that it can be an input for the government to increase population participation in social security programs in Indonesia, especially in the province of Bangka Belitung which will have an impact on improving the health and welfare of the population. The scope of social security participation of agricultural sector workers in Bangka Belitung Province in 2017 is lower than that of non-agricultural sector workers. The determinants of health insurance participation in agricultural sector workers are income per week, latest diploma held, Social Capital Index (SCI), and week-long working hours. Keywords: social security, informal sector, determinant

Page 2: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

2

PENDAHULUAN

Jaminan sosial merupakan hal penting yang menjadi isu bagi masyarakat secara global. Pasal 22 dan 25, Universal Declaration of Human Rights (PBB) menjelaskan bahwa “Akses terhadap jaminan sosial adalah hak dasar bagi segenap penduduk di setiap Negara di dunia ini”. Dalam World Summit for Sosial Development di Copenhagen, Denmark tahun 1995 juga menyebutkan bahwa sistem jaminan sosial (social security system) merupakan komponen penting dari pembangunan sosial yang merata dan perang terhadap kemiskinan. Deklarasi politik dari World Summit memastikan semua warga Negara dapat menikmati perlindungan ekonomi dan sosial yang memadai dalam menghadapi resiko pengangguran, sakit, selama melahirkan dan membesarkan anak, ketika cerai bagi wanita, cacat dan dalam usia tua.

Berbeda dengan negara maju yang menyediakan cakupan jaminan sosial untuk semua penduduknya, negara sedang berkembang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas harus mampu mengembangkan sistem jaminan sosialnya sendiri sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial dan budaya masing-masing. Berdasarkan data yang disajikan Thompson (1979), jangkauan jaminan sosial yang diberikan di Indonesia hanya 12%.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan tonggak sejarah dimulainya reformasi menyeluruh tentang sistem jaminan sosial di Indonesia. SJSN merupakan program Negara yang bertujuan untuk memberikan kepastian perlindungan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui program ini, setiap penduduk diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak, apabila terjadi hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau berkurangnya pendapatan karena menderita sakit, kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia lanjut atau pensiun. Program-program jaminan sosial diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). BPJS terdiri dari dua jenis, yaitu BPJS Kesehatan yang mengurusi jaminan-jaminan atau asuransi kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan yang mengurusi kesejahteraan pekerja. Program-program jaminan sosial dapat berupa bantuan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis atau murah dari pemerintah, seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan juga bantuan tunai langsung, seperti Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), dan sejenisnya, serta program-program pensiun, Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), asuransi kesehatan (askes) atau BPJS.

Meskipun sistem jaminan sosial di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2004 sejak dikukuhkan Undang Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, cakupan program ini mencapai 72,9 persen pada tahun 2017. DetikFinance dalam beritanya pada tanggal 2 Januari 2018 menuliskan berdasarkan catatan BPJS bahwa jumlah masyarakat yang telah mengikuti program JKN-KIS mencapai 187.982.949 orang atau hampir 72,9% dari jumlah penduduk Indonesia. Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris, dalam Public Expose di Kantor Pusat BPJS Kesehatan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2018 mengatakan, masih ada sekitar 27,1% lagi masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS untuk bisa terpenuhi sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019. Sasaran kuantitatif terkait program JKN-KIS yaitu meningkatnya persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan melalui Sistem Jaminan Sosial (SJSN) Bidang Kesehatan secara menyeluruh (universal health coverage), minimal mencakup 95% pada tahun 2019.

Untuk mencapai sasaran tersebut, pekerja sektor informal perlu mendapat perhatian. Fakta bahwa sebagian besar tenaga kerja di Indonesia bekerja di sektor informal yang tidak secara otomatis memperoleh bantuan dari pemerintah untuk menjadi peserta BPJS menyebabkan rendahnya cakupan jaminan sosial di Indonesia. Peran jaminan sosial menjadi penting untuk menjamin tingkat kesejahteraan penduduk. Meskipun demikian, saat ini kepesertaan jaminan sosial di Provinsi Bangka Belitung lebih rendah (68,10 %) dibandingkan kepesertaan jaminan sosial secara nasional (72,9 %).

Pencapaian universal health coverage melalui program JKN diharapkan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Hal ini dapat tercapai apabila semua masyarakat mendaftarkan diri

Page 3: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

3

menjadi peserta JKN, khususnya bagi masyarakat yang tidak masuk sebagai peserta JKN PBI maupun peserta JKN non PBI PPU. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang dimungkinkan dapat mempengaruhi masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai peserta JKN.

Masyarakat yang belum menjadi peserta JKN dihimbau agar mendaftarkan dirinya sebagai peserta JKN mandiri (PBPU) agar tujuan universal health coverage tercapai. Ada banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mau mendaftarkan dirinya menjadi peserta JKN. Perilaku kesediaan masyarakat untuk menjadi peserta JKN dapat dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor utama yaitu predisposisi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, besar keluarga, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap), faktor pendukung (pendapatan, kemampuan membayar, keikutsertaan asuransi, informasi, dukungan keluarga) dan faktor kebutuhan (kondisi kesehatan, gejala sakit, ketidakmampuan bekerja).

Oleh karena itu perlu diidentifikasi determinan kepesertaan penduduk dalam program jaminan sosial yang diselenggarakan pemerintah maupun swasta. Penelitian ini akan melihat kepesertaan jaminan sosial penduduk Bangka Belitung khususnya yang bekerja di sektor pertanian dan membandingkan dengan pekerja yang bekerja di sektor non pertanian, karena pada umumnya pekerja sektor pertanian sebagian besar merupakan pekerja sektor informal.

TINJAUAN PUSTAKA

Profil Provinsi Bangka Belitung

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003 mengenai pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten BangkaTengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten Belitung Timur maka dengan demikian wilayah administrasi pemerintahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terbagi dalam 6 (enam) kabupaten dan 1 (satu) kota. Provinsi Bangka Belitung merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang beribu kota di Pangkal Pinang. Provinsi ini terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau lain yang lebih kecil diantaranya yaitu Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau dan Pulau Selat Nasik. Ibu kota Pangkal Pinang terletak di Pulau Bangka.

Perekonomian di Provinsi Kepulau Bangka Belitung tahun 2011 kontribusi terbesarnya berasal dari sektor tersier dengan kontribusi sebesar 35,85 persen. Sektor tersier terdiri dari sektor perdagangan,hotel dan restoran (19,18 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi (3,27 persen), sektor keuangan real estate dan jasa perusahaan (2,61 persen), dan sektor jasa jasa (10,79 persen). Penopang kedua adalah sektor primer dengan kontribusi 35,14 persen yang meliputi sektor pertanian (18,41 persen) dan sektor pertambangan dan penggalian (16,73 persen). Sedangkan kontribusi terkecil adalah sektor sekunder sebesar 29,01 persen yang terdiri dari sektor industri pengolahan (20,56 persen), sektor listrik,gas dan air bersih (0,67 persen) dan sektor konstruksi ( 7,78 persen).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Pelaksaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dilandasi oleh UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-undang No.24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diamanatkan untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Partisipasi peserta dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan masyarakat wajib tercakup sebagi peserta tanpa ada pengecualian. Program jaminan sosial ini diselenggarakan oleh BPJS yang terbagi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Program JKN merupakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat nasional, wajib, nirlaba, gotong royong, dan ekuitas untuk memenuhi kebutuhan dasar bagi kesehatan masyarakt yang telah membayar iuran atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah. (Kementerian Kesehatan, 2014).

Page 4: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

4

Kepesertaan Jaminan Sosial

Meskipun asuransi BPJS telah diwajibkan, namun partisipasi masyarakat untuk ikut serta masih sangat rendah, terutama pada masyarakat pedusunan dan pinggiran kota. Tidak semua orang dapat memiliki keputusan mengikuti program asuransi meskipun masyarakat mengetahui bahwa hidup penuh dengan ketidakpastian yang akan menimbulkan resiko dan kerugian. Maharani dalam Sa’adah (2017) menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang memengaruhi masyarakat mengikuti program asuransi yaitu usia, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, jenis kelamin, gaya hidup dan sebaran penduduk.

Peningkatan kualitas diri dan sumber daya yang dimiliki mutlak harus dioptimalkan guna menghilangkan ketidakmampuan seseorang untuk mendapatkan akses di berbagai bidang. Untuk meningkatkan kualitas diri dan sumber daya yang dimiliki diperlukan akses sosial berupa hubungan, norma, kepercayaan sosial, fasilitas untuk berkoordinasi dan berkooperasi antar individu (Putnam,1995: 67). Salah satu akses sosial yang memegang peranan penting dalam memfungsikan dan memperkuat kehidupan masyarakat modern adalah modal sosial.

Modal sosial menekankan pentingnya transformasi dari hubungan sosial, seperti pertetanggaan, pertemanan, atau kekeluargaan; menjadi hubungan bersifat jangka panjang yang diwarnai munculnya kewajiban terhadap orang lain. Bourdieu (1970) juga menegaskan tentang modal sosial sebagai sesuatu yang berhubungan satu dengan yang lain baik ekonomi, budaya, maupun bentuk-bentuk modal sosial berupa institusi lokal maupun kekayaan alamnya. Pendapatnya menegaskan bahwa modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu, misalnya paguyuban, kelompok arisan, atau asosiasi tertentu.

Christiaan Grootaert mengadakan penelitian pada tahun 1999 di Indonesia setelah terjadi krisis ekonomi. Dalam penelitian ini terdapat lima aspek yang berpengaruh dalam modal sosial pada tingkat organisasi lokal antara lain:

1. Keanggotaan (Density of membership). Mengukur partisipasi rumah tangga melalui anggota rumah tangga dalam mengikuti organisasi yang ada di lingkungan sekitarnya dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

2. Heterogenitas (Heterogenity). Menggambarkan bagaimana rumah tangga dapat mengakses lebih banyak informasi melalui perbedaan karakteristik dari keanggotaan di organisasi yang diikuti anggota rumah tangganya.

3. Intensitas pertemuan (Meeting attendance). Mengukur kehadiran rumah tangga melalui anggota rumah tangga dalam pertemuan yang diadakan organisasi selama sebulan terakhir.

4. Pengambilan Keputusan (Decision making). Menunjukkan potensi rumah tangga melalui anggota rumah tangga dalam membuat keputusan terkait hal yang ada di organisasi melalui jabatan yang dimilikinya.

5. Kepercayaan dan solidaritas (Community orientation). Menggambarkan bagaimana rumah tangga mempercayai dan dipercayai masyarakat yang ada di sekitar tempat tinggalnya.

Teori Green (1980) dan Andersen (1968)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berdasarkan pada tingkat kesehatan. Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh : 1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak

tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

Page 5: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

5

3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Keikutsertaan dalam program jaminan kesehatan merupakan salah satu bentuk perilaku memanfaatkan pelayanan kesehatan. Teori Andersen (1968) yaitu Behavioral Model of Families Use of Health Services, dalam Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa perilaku orang memanfaatkan pelayanan kesehatan secara bersama dipengaruhi oleh predisposing factors (faktor predisposisi), enabling factors (faktor pemungkin), dan need factors (faktor kebutuhan). Model penggunaan pelayanan kesehatan individu sebagian besar sebagai fungsi karakteristik sosio-demografi dan ekonomi dari sebuah unit keluarga.

Predisposing factors menggambarkan bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor ini berkaitan dengan karakteristik individu yang mencakup:

a. Ciri demografi seperti : usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan jumlah anggota keluarga. b. Struktur sosial, seperti : status sosial, ras, pendidikan, jenis pekerjaan, dan kesukuan

(budaya). c. Sikap dan keyakinan individu terhadap pelayanan kesehatan, misalnya kepercayaan terhadap

dokter, petugas kesehatan, nilai terhadap penyakit, sikap dan kemampuan petugas kesehatan, fasilitas kesehatan, pengetahuan tentang penyakit.

Enabling Factors merupakan kondisi yang memungkinkan orang sakit memanfaatkan pelayanan kesehatan yang mencakup status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada, dan penanggung biaya berobat/aspek logistik untuk mendapatkan perawatan. Faktor ini dapat berasal dari pribadi atau masyarakat. Yang berasal dari pribadi/keluarga (Family resources) yaitu adanya sumber pembiayaan dari diri sendiri maupun keluarga, sarana dan tahu mengakses pelayanan kesehatan, cakupan asuransi kesehatan, perjalanan, kualitas hubungan sosial. Karakteristik ini untukmengukur kesanggupan dari individu dan keluarga untuk memperoleh pelayanan kesehatan mereka. Sedangkan yang berasal dari sumber daya masyarakat (Community resouces) adalah penyedia pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat, dan ketercapaian dari pelayanan kesehatan yang tersedia. SDM selanjutnya dalah suplay ekonomis yang berfokus pada ketersediaan sumber-sumber kesehatan. SDM mencakup Tenaga kesehatan, fasilitas yang tersedia serta kecepatan pelayanan.

Need Factors berkaitan erat dengan permintaan akan pelayanan kesehatan justru selama ini meningkat. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah benar-benar mengeluh sakit serta mencari pengobatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pelayanan kesehatan diantaranya adalah pengetahuan tentang kesehatan, sikap terhadap kemampuan fasilitas kesehatan tersebut. Karakteristik ini merupakan persepsi kebutuhan dari seseorang terhadap penggunaan pelayanan kesehatan.

Faktor predisposisi dan faktor pendukung dapat terwujud menjadi tindakan pencarian pengobatan, apabila tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan dapat dikategorikan menjadi: Kebutuhan yang dirasakan (perceived need), yaitu keadaan kesehatan yang dirasakan oleh keluarga.Evaluated/clinical diagnosis yang merupakan penilaian keadaan sakit didasarkan oleh penilaian petugas.

Faktor need merupakan prediktor terkuat dari pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor predisposing tidak pernah lebih dari 3% untuk keseluruhan variasi perhitungan dari pemanfaatan pelayanan kesehatan dan faktor enabling merupakan faktor yang pengaruhnya tidak signifikan selain tersedianya sumber daya yang terus menerus untuk perawatan. Model ini telah digunakan dalam beberapa penelitian yang melibatkan sejumlah besar responden. Dalam penelitian yang dilakukan Andersen (1968), berdasarkan survei terhadap 2367 keluarga pada tahun 1964, model tersebut menjelaskan 43% varians penggunaan pelayanan kesehatan.

Page 6: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

6

Triyono (2013) menyatakan bahwa mayoritas pekerja informal belum tersentuh dari program jaminan sosial ketenagakerjaan. Hal ini bukan saja diakibatkan kurangnya program penyelenggara tetapi berbagai kendala sosial yang berasal dari dalam karakteristik pekerja sendiri. Faktor indown seperti rendahnya tingkat ekonomi, pendidikan dan pengetahuan sebagai aspek penting. Sedangkan dari aspek luar seperti penanganan pihak birokrasi juga memiliki peran. Akibatnya jumlah pekerja yang mampu dijangkaui oleh jaminan sosial tenaga kerja tidak banyak.

Variabel penjelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, pendapatan, ijazah, tertinggi, status rumah layak, jam kerja, Indeks Modal Sosial (IMS). Secara skematis, gambaran kerangka pikir penelitian ini adalah sebagai berikut :

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis kelamin, Pendapatan, Ijazah Tertinggi, Status Rumah Layak, Jam Kerja, Indikator Modal Sosial (IMS) secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap Status Kepesertaan Jaminan Sosial.

2. Jenis kelamin, Pendapatan, Ijazah Tertinggi, Status Rumah Layak, Jam Kerja, Indikator Modal Sosial (IMS) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap Status Kepesertaan Jaminan Sosial.

METODE

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Deskriptif dan Inferensia. Berikut akan diuraikan kedua metode ini.

Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode-metode statistika yang digunakan untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan (Mason dan Lind, 1996). Walpole (1992) mengatakan bahwa statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan data dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Statistik deskriptif hanya memberikan informasi mengenai data tanpa menarik kesimpulan sama sekali tentang gugus data induknya yang lebih besar. Data-data dalam analisis deskriptif disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafik. Supranto (2000) mengemukakan bahwa penyajian data statistik secara deskriptif bertujuan agar data bisa lebih mudah dibaca, ditangkap, dan dimengerti oleh para pengambil keputusan sehingga proses pengambilan keputusan bisa dilakukan lebih cepat, tepat, dan akurat. Dalam penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik individu, rumah tangga, dan wilayah dimana individu dalam rumah tangga tersebut tinggal dalam kaitannya dengan kejadian putus sekolah di anak usia 7-15 tahun di Kawasan Timur Indonesia

Analisis Inferensia

Statistik inferensia mencakup semua metode yang berhubungan dengan analisis sebagian data untuk kemudian sampai pada peramalan dan penarikan kesimpulan mengenai keseluruhan

• Jenis Kelamin • Pendapatan • Ijazah Tertinggi • Status Rumah Layak • Jam Kerja • Indikator Modal Sosial (IMS)

Status

Kepesertaan

Jaminan Sosial

Page 7: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

7

gugus data (Walpole, 1992). Dalam penelitian ini, analisis inferensia yang digunakan adalah analisis regresi logistik biner karena kepesertaan jaminan sosial merupakan variable dikotomi yang terdiri dari dua kejadian yaitu menjadi peserta dan tidak menjadi peserta jaminan sosial. Kepesertaan jaminan sosial berdistribusi binomial, sehingga metode yang tepat digunakan adalah regresi logistik biner. Analisis regresi Logistik merupakan analisis regresi yang digunakan pada saat variabel respon berupa data kategorik (Agresti 2002). Dalam melakukan pengujian analisis regresi logistik biner, tahapan yang perlu diperhatikan adalah pengujian signifikansi parameter dan uji kesesuaian model.

1. Uji Simultan

Uji simultan digunakan untuk menguji seluruh variabel penjelas dalam model secara bersama-sama (Hox, 2010). Pengujian signifikansi parameter secara simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari semua variabel penjelas yang telah dipilih terhadap kepesertaan jaminan sosial, yang diujikan secara bersama-sama di dalam model. Hipotesis yang digunakan adalah:

Ho: 0...21 j

H1: minimal ada satu 0j , untuk j = 1, 2, …n

Dengan statistik uji :

1

0ln2L

LG ..............................................................................................(1)

Dimana: Lo = likelihood null model (tanpa variabel bebas)

L1 = likelihood model multilevel logistik biner

Statistik Uji G mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat bebas r, dimana r

merupakan jumlah variabel. H0 ditolak jika nilai G lebih besar dari nilai 2

( ,r) atau p-value < α. Jika H0 ditolak, maka minimal terdapat satu variabel penjelas yang memengaruhi variabel respon.

2. Uji Parsial

Untuk menguji signifikansi masing-masing variabel bebas terhadap variabel tidak bebas digunakan uji Wald (Hox, 2010).

Hipotesis yang digunakan :

Ho: 0j (tidak ada pengaruh variabel penjelas terhadap kepesertaan jaminan sosial)

H1: 0j (terdapat pengaruh variabel penjelas terhadap kepesertaan jaminan sosial)

untuk j = 1, 2, …n

Dengan statistik uji :

2

ˆ

ˆ

j

j

seW

..................................................................................(2)

Statistik Uji W mengikuti distribusi Chi-Square dengan derajat bebas 1. H0 ditolak jika nilai W

lebih besar dari nilai )1(2

atau p-value < α. Jika H0 ditolak, maka variabel bebas memengaruhi variabel tidak bebas.

3. Odds Ratio

Page 8: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

8

Odds Ratio adalah ukuran yang memperkirakan berapa besar kecenderungan variabel-variabel penjelas terhadap variabel respon (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Odds ratio tersebut digunakan untuk mengetahui risiko kecenderungan untuk mengalami suatu kejadian tertentu antara variabel dengan kategori yang satu dan yang lain dalam satu variabel.

Odds Ratio (OR) merupakan rasio kecenderungan untuk x = 1 dibandingkan x = 0 yang ditunjukkan dengan persamaan (Hosmer dan Lemeshow, 2000):

(1) / [1 (1)]

(0) / [1 (0)]

.............................................................................(3)

Nilai model regresi logistik jika variabel bebas bersifat dikotomi adalah sebagai berikut.

0

0 0 0

0 0

00

0 0

( )

1

1 1

1

1 1

j

j j j

j j

e

e e ee e

ee

e e

Sehingga: ie ..................................................................................(4)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui determinan kepesertaan jaminan sosial pekerja sektor pertanian dan non pertanian di Provinsi Bangka Belitung tahun 2017. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan hasil Praktik Kerja Lapangan Politeknik Statistika STIS Tahun 2017 di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan PKL merupakan salah satu bentuk penelitian bersama mahasiswa dan dosen STIS dalam rangka mengimplementasikan materi yang telah dipelajari selama kuliah. Unit analisis yang digunakan adalah pekerja berumur 15 tahun ke atas di sektor pertanian dan non pertanian di Provinsi Bangka Belitung. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja berumur 15 tahun ke atas. Unit analisis yang digunakan pekerja sektor pertanian dan pekerja sektor non pertanian.

Terdapat dua jenis variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni variabel respon dan variabel penjelas. Variabel respon merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain, sedangkan variabel penjelas merupakan variabel yang nilainya ditentukan secara bebas dan diduga mempengaruhi variabel respon. Variabel respon dalam penelitian ini adalah kepesertaan jaminan sosial, sedangkan variabel penjelas adalah jenis kelamin, pendapatan perbulan, ijazah tertinggi yang dimiliki, rumah layak, jam kerja, dan Indeks Modal Sosial. Metode analisis yang akan digunakan

Variabel Tidak Bebas (Y)

Variabel Bebas

x = 1 x = 0

y = 1

0

0(1)

1

j

j

e

e

0

0(1)

1

e

e

y = 0 0

11 (1)

1 je

0

11 (0)

1 e

Total 1,0 1,0

Page 9: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

9

adalah regresi logistik biner untuk mengetahui determinan kepesertaan penduduk dalam program jaminan sosial di Provinsi Bangka Belitung. Berikut ini diuraikan definisi operasional variabel penelitian yang akan digunakan:

Tabel 1. Variabel dalam Model Regresi Logistik Biner Penelitian

Simbol Definisi Tipe Dummy

Variabel Respon:

Memiliki Jaminan Kesehatan (bi)nominal 1 (Ya)

2 (Tidak)

Variabel Penjelas:

JK Jenis Kelamin (bi)nominal 1 (laki-laki)

0 (perempuan)

PP Pendapatan Perbulan (bi)nominal 0 (di bawah UMR)

1 (di atas UMR)

IT Ijazah Tertinggi interval kategori 0 (SMP)

1 (SMA)

2 (di atas SMA)

RL Rumah Layak (bi)nominal 0 (Tidak Layak)

1 (Layak)

JKJ Jam Kerja (bi)nominal 0 (kurang dari 35 jam perminggu)

1 (35 jam perminggu atau lebih)

IMS Indeks Modal Sosial diskrit skala

Keterangan: Dummy Variabel 0 sebagai reference category.

Analisis Regresi Logistik Biner

Analisis regresi logistik biner yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan model terbaik yang mampu menjelaskan variabel respon dan untuk mengetahui pengaruh dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Variabel respon yakni kepesertaan jaminan sosial pekerja sektor pertanian dan non pertanian yang dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama adalah tidak menjadi peserta (Y=0) dan kategori kedua adalah menjadi peserta (Y=1).

Langkah-langkah pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengkategorian variabel

Variabel respon dikategorikan menjadi dua yaitu ya dan tidak. Sedangkan variabel penjelas yang dikategorikan adalah variabel jenis kelamin, pendapatan, ijazah tertinggi, rumah layak, dan jam kerja. Sedangkan variabel Indeks Modal Sosial merupakan peubah kontinu.

2. Uji simultan

Melakukan Likelihood ratio test atau uji simultan untuk menguji model dengan menggunakan seluruh variabel penjelas. Hipotesis uji simultan adalah sebagai berikut:

H0: 𝛽1 = 𝛽2 = ⋯ 𝛽8 = 0 (Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel penjelas terhadap kepesertaan jaminan kesehatan)

H1: Minimal ada satu 𝛽𝑖 ≠ 0 (Terdapat pengaruh signifikan dari minimal satu variabel penjelas terhadap kepesertaan jaminan kesehatan pekerja)

Statistik uji yang digunakan:

Page 10: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

10

𝐺 = −2𝑙𝑛 (𝐿0

𝐿1) = −2[𝑙𝑛(𝐿0) − 𝑙𝑛(𝐿1)]

Apabila H0 ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa minimal terdapat satu variabel penjelas yang berpengaruh terhadap kepesertaan jaminan kesehatan pekerja.

3. Uji parsial

Uji parsial yang digunakan adalah uji Wald untuk menguji masing-masing variabel penjelas terhadap variabel respon. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan dari masing-masing variabel penjelas terhadap kepesertaan jaminan kesehatan pekerja apabila diuji secara parsial. Hipotesis uji Wald adalah sebagai berikut:

H0: 𝛽𝑗 = 0 (Tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel penjelas ke-j terhadap kepesertaan

jaminan kesehatan pekerja)

H1: 𝛽𝑗 ≠ 0 (Terdapat pengaruh signifikan dari variabel penjelas ke-j terhadap kepesertaan

jaminan kesehatan pekerja)

Statistik uji yang digunakan:

𝑊 = [�̂�𝑗

𝑆𝑒(𝛽𝑗)]

2

; j = 1, 2, …, 8

Apabila H0 ditolak pada tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel penjelas ke-j pengaruh signifikan terhadap jumlah anak lahir hidup WUS yang bekerja.

4. Rasio kecenderungan (odds ratio)

Menghitung rasio kecenderungan (odds ratio) antara suatu kategori dengan kategori lainnya dalam satu variabel penjelas.

5. Uji ketepatan model

Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan atau kesesuaian model yang dibentuk. Uji ketepatan atau kesesuaian model dapat dilakukan dengan uji Hosmer and Lemeshow. Hipotesis yang akan diuji pada pengujian ini adalah:

H0: Model fit (Tidak terdapat perbedaan antara hasil observasi dan hasil prediksi dari model)

H1: Model tidak fit (Terdapat perbedaan antara hasil observasi dan hasil prediksi dari model)

Suatu model dikatakan tepat atau layak apabila H0 tidak ditolak.

6. Interpretasi model

Interpretasi pada regresi logistik biner dilakukan melalui tanda koefisien regresi dan nilai rasio kecenderungan. Penggunaan rasio kecenderungan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kecenderungan setiap variabel penjelas terhadap variabel respon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data hasil PKL Sekolah Tinggi Ilmu Statistik tahun 2017 tingkat kepesertaan jaminan kesehatan oleh pekerja berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Bangka Belitung adalah 50 persen. Hal ini menandakan bahwa masih belum tercapainya target cakupan dari BPJS. Jika dilihat

Page 11: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

11

menurut kabupaten atau kecamatan, terdapat variasi persentase tingkat kepesertaan jaminan sosial di Provinsi Bangka Belitung seperti yang ditampilkan pada Gambar 1 dan 2 berikut.

Gambar 1. Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Pekerja berumur 15 tahun ke atas menurut

Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung

Tingkat kepesertaan jaminan kesehatan pekerja di Kabupaten-kabupaten di Bangka Belitung berkisar antara 35 sampai 65 persen. Angka ini masih jauh untuk mencapai target cakupan yang dicanangkan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun tersebut. Kabupaten dengan cakupan paling rendah adalah Kabupaten Bangka Selatan dan kabupaten Bangka Barat masing-masing 36,10 persen dan 37,86 persen. Sedangkan Kabupaten yang cakupannya paling tinggi diantara kabupaten dan kota di Provinsi Bangka Belitung adalah Kabupaten Belitung dan Kota Pangkal Pinang yaitu masing-masing sebesar 65,34 persen dan 65,92 persen.

Gambar 2. Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Pekerja berumur 15 tahun ke atas menurut

Kecamatan di Provinsi Bangka Belitung

Jika dilihat persebarannya menurut kecamatan, kecamatan yang cakupannya sudah di atas 60 persen kebanyakan merupakan kecamatan di Kota Pangkal Pinang walaupun kecamatan dengan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Bangka Belitung BangkaBarat

BangkaTengah

BangkaSelatan

BelitungTimur

PangkalPinang

Ya Tidak

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Ya Tidak

Page 12: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

12

cakupan tertinggi adalah Kecamatan Badau di Kabupaten Belitung (73,55 %). Sedangkan kecamatan yang cakupannya masih rendah atau kurang dari 30 persen adalah Kecamatan Lepang Pongok di Kabupaten Bangka Selatan sebesar 22,73 persen, dan Kecamatan Simpang Teritip, Kelapa, dan Tembilang di Kabupaten Bangka Barat masing-masing 25,77 persen, 28,05 persen dan 29,79 persen.

Sebanyak 39 persen pekerja berumur 15 tahun ke atas di Provinsi Bangka Belitung bekerja di sektor pertanian dan 61 persen bekerja di sektor non pertanian. Dari 39 persen pekerja sektor pertanian baru 41,89 persen yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan lebih rendah dibandingkan pekerja sektor non pertanian yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan yaitu sebanyak 55,24 persen.

Tabel 2. Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Pekerja Sektor Pertanian dan Non Pertanian di

Provinsi Bangka Belitung Tahun 2017

Lapangan Usaha

Peserta Jaminan Kesehatan

Ya Tidak

Pertanian 41,89 58,11

Non

Pertanian

55,24 44,76

Jumlah 50,00 50,00

Jika dibandingkan antar kabupaten di Bangka Belitung, kabupaten yang tingkat kepesertaan pekerja sektor pertaniannya sudah cukup tinggi adalah Kabupaten Bangka Selatan (72,79 %) dan Kabupaten Bangka Barat (68,63 %). Untuk pekerja di sektor non pertanian hampir semua kabupaten tingkat kepesertaannya masih di bawah 60 persen kecuali di Kota pangkal Pinang yang mencapai 66,44 persen.

Adanya variasi cakupan kepesertaan jaminan kesehatan antar kecamatan di Provinsi Bangka Belitung membuat peneliti pada awalnya tertarik untuk mengentahui variabel kontekstual apa yang mempengaruhi kepesertaan jaminan kesehatan pekerja. Tetapi pada saat dilakukan pengolahan untuk melihat apakah ada pengaruh dari level kecamatan, peneliti mendapatkan nilai ICC yang rendah yaitu 0,04 kurang dari batas minimal yaitu 0,10, sehingga analisis regresi logistik multilevel tidak dapat dilanjutkan, peneliti hanya dapat mencari determinan kepesertaan jaminan kesehatan dengan analisis regresi logistik satu level (level individu saja).

Gambar 3. Tingkat Kepesertaan Jaminan Kesehatan Pekerja Sektor Pertanian dan Non Pertanian menurut Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

Bangka Belitung BangkaBarat

BangkaTengah

BangkaSelatan

BelitungTimur

PangkalPinang

49,6054,32

68,63

54,61

72,79

56,38

42,05

59,43

48,17 46,47 48,2542,54

53,44

66,44

Pertanian Non Pertanian

Page 13: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

13

Untuk menentukan variabel apa saja yang merupakan determinan kepesertaan jaminan kesehatan di Provinsi Bangka Belitung terlebih dahulu dilihat proporsi menurut kategori variabel seperti pada tabel 2 berikut.

Tabel 3. Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Pekerja Sektor Pertanian dan Non Pertanian di Provinsi Bangka Belitung menurut beberapa Variabel Tahun 2017

Pekerja Sektor Pertanian Pekerja Sektor Non Pertanian

Memiliki Jaminan Kesehatan Ya Tidak Ya Tidak

Jenis Kelamin

-laki-laki 42.99 57.01 53.58 46.42

-perempuan 39.08 60.92 58.14 41.86

Pendapatan

-di bawah UMR 39.73 60.27 50.66 49.34

-di atas UMR 46.84 53.16 61.32 38.68

Ijazah Tertinggi

-SMP 40.47 59.53 44.88 55.12

-SMA 47.48 52.52 59.39 40.61

-di atas SMA 64.00 36.00 80.81 19.19

Rumah Layak

-layak 41.65 58.35 56.39 43.61

-tidak layak 42.61 57.39 48.84 51.16

Jam Kerja

-kurang dari 35 jam perminggu 36.89 63.11 53.45 46.55

-35 jam perminggu atau lebih 44.91 55.09 55.73 44.27

IMS

-di bawah rata-rata 38.68 61.32 47.75 52.25

-di atas rata-rata 45.54 54.46 63.12 36.88

Bila dilihat menurut jenis kelamin, pekerja sektor pertanian berjenis kelamin laki-laki lebih banyak yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan (42,99 %) dibandingkan dengan pekerja perempuan (39,08 %). Sedangkan di sektor non pertanian lebih banyak pekerja perempuan yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan (58,14 %) dibandingkan pekerja laki-laki (53,58 %).

Pendapatan pekerja yang dibedakan berdasarkan nilainya apakah dibawah UMR Bangka Belitung tahun 2017 yaitu sebesar Rp 2.534.673,- atau di atas UMR, memperlihatkan bahwa pekerja yang pendapatannya di atas UMR baik di sektor pertanian maupun non pertanian lebih banyak yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan dibandingkan dengan pekerja yang pendapatannya masih di bawah UMR.

Untuk melihat kaitan antara tingkat pendidikan dengan kepesertaan jaminan kesehatan dapat dilihat menurut ijazah tertinggi yang dimiliki oleh para pekerja. Baik pekerja di sektor pertanian maupun non pertanian semakin tinggi ijazah yang dimiliki maka tingkat kepesertaan jaminan kesehatan juga semakin tinggi. Untuk pekerja sektor non pertanian di setiap tingkat pendidikan menurut ijazah yang dimiliki, persentase pekerja yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan selalu lebih tinggi dibandingkan pekerja sektor pertanian.

Sebanyak 84,8 % pekerja sektor non pertanian menempati rumah yang layak huni, sedangkan pekerja sektor pertanian yang menepati rumah layak huni sebanyak 75,3 %. Kepesertaan jaminan kesehatan pekerja di sektor pertanian yang menepati rumah layak maupun tidak layak

Page 14: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

14

memiliki proporsi yang tidak jauh berbeda, lain halnya dengan pekerja sektor nonpertanian dimana pekerja yang menempati rumah layak huni lebih banyak yang telah menjadi peserta dibandingkan pekerja yang menempati rumah tidak layak huni.

Pekerja yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu atau kurang dari jam kerja normal memiliki tingkat kepesertaan jaminan kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan pekerja dengan jam kerja normal ke atas. Di sektor pertanian pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam perminggu hanya 36, 89 % yang telah menjadi peserta jaminan kesehatan, sedangkan di sektor non pertanian ada sebanyak 53,45 % pekerja dengan jam kerja di bawah normal yang menjadi peserta jaminan kesehatan.

Rata-rata Indeks Modal Sosial di Provinsi Bangka Belitung tahun 2017 adalah sebesar 47,39 % untuk pekerja sektor pertanian dan 47,82 % untuk pekerja non pertanian. Bila dilihat dari nilai IMS apakah di bawah atau di atas rata-rata maka baik pekerja di sektor pertanian maupun nonpertanian yang lebih tinggi tingkat kepersertaan jaminan kesehatan adalah pekerja dengan IMS di atas rata-rata yaitu sebanyak 45,54 % di sektor pertanian dan 63,12 % di sektor non pertanian.

Sebelum melihat variabel apa saja yang menjadi determinan dari kepesertaan jaminan kesehatan pekerja sektor pertanian dan nonpertanian terlebih dahulu dilakukan Likelihood ratio test yang menghasilkan nilai p-value kurang dari nilai tingkat signifikansi yang diinginkan yaitu 0,05 yang berarti bahwa paling tidak terdapat satu variabel yang mempengaruhi tingkat kepesertaan pekerja dari model yang dihasilkan

Untuk menentukan determinan kepesertaan jaminan kesehatan pekerja sektor pertanian dan nonpertanian digunakan metode regresi logistik. Dengan menggunakan variabel kepesertaan jaminan kesehatan ya atau tidak sebagai variabel respon dan variabel jenis kelamin, pendapatan, ijazah tertinggi, kelayakan rumah, jam kerja dan Indeks Modal Sosial sebagai variabel penjelas.

Tabel 4. Estimasi Logistik untuk Kepesertaan Jaminan Kesehatan Pekerja

Model Variabel

Penjelas

𝛽𝑖 𝑆𝐸 𝛽𝑖 Statistik Wald

(df)

𝑒𝛽𝑖

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pertanian PP(1) 0,204 0,071 8,237 (1)* 1,227

IT(1) 0,2 0,093 4,591 (1)* 1,222

IT(2) 0,772 0,246 9,822 (1)* 2,164

IMS 0,016 0,003 35,473 (1)* 1,016

JKJ(1) 0,294 0,038 18,735 (1)* 1,342

Non Pertanian JK(1) -0,143 0,058 6,181(1)* 0,867

PP(1) 0,261 0,05 21,269(1)* 1,298

IT(1) 0,509 0,058 78,252(1)* 1,663

IT(2) 1,387 0,094 216,482(1)* 4,001

IMS 0,021 0,002 91,323(1)* 1,021

Keterangan: * nilai statistik Wald > 𝑥(0,05 ;1)2

Pada Tabel 4 kolom 3 menampilkan nilai koefisien regresi logistik dengan standar errornya pada kolom 4, sedangkan kolom terakhir adalah eksponensial dari koefisien regresi logistik untuk masing-masing variabel penjelas. Dengan menggunakan nilai statistik Wald yaitu rasio antara koefisien dengan standar errornya dikuadratkan kemudian dibandingkan dengan 𝑥(0,05 ;1)

2 (3,841)

diperoleh variabel-variabel yang signifikan seperti tercantum pada tabel 3 di bawah. Di sektor pertanian variabel yang mempengaruhi kepesertaan pekerja adalah pendapatan perminggu, ijazah terakhir yang dimilki, IMS, dan jam kerja selama seminggu. Sedangkan di sektor non pertanian

Page 15: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

15

variabel yang mempengaruhi adalah jenis kelamin, pendapatan perbulan, ijazah tertinggi yang dimiliki, dan Indeks Modal Sosial.

Nilai eksponensial koefisien regresi logistik (𝑒𝛽𝑖) lebih sering dikenal dengan sebutan odds

ratio merupakan rasio kecenderungan setiap variabel penjelas terhadap variabel respon. Untuk pekerja sektor pertanian, koefisien pendapatan perkapita bernilai positif dan signifikan, artinya kecenderungan pekerja dengan pendapatan perbulan di atas UMR untuk menjadi peserta jaminan kesehatan 1,227 kali dibandingkan dengan pekerja dengan pendapatan perbulan di atas UMR. Bila dilihat menurut tingkat pendidikannya, pekerja sektor pertanian dengan ijazah tertinggi SMA memiliki kecenderungan untuk menjadi peserta jaminan kesehatan 1,222 kali dibandingkan dengan pekerja dengan ijazah tertinggi SMP ke bawah, sedangkan pekerja sektor pertanian dengan ijazah tertinggi di atas SMA (perguruan tinggi) memiliki kecenderungan untuk menjadi peserta jaminan kesehatan 2,164 kali dibandingkan dengan pekerja dengan ijazah tertinggi SMP ke bawah.

Indeks Modal Sosial mempengaruhi kecenderungan pekerja sektor pertanian untuk menjadi peserta jaminan kesehatan. Kecenderungan pekerja untuk menjadi peserta akan naik sebesar 1,016 kali jika IMS naik sebanyak 1 unit. Demikian halnya dengan jam kerja selama seminggu para pekerja sektor pertanian. Pekerja dengan jam kerja lebih 35 jam atau lebih selama seminggu cenderung menjadi peserta jaminan kesehatan 1,342 kali dibandingkan pekerja yang jam kerjanya kurang dari jam kerja normal.

Untuk pekerja di sektor nonpertanian, pekerja laki-laki memiliki kecenderungan menjadi peserta jaminan kesehatan 0,867 kali dibandingkan pekerja perempuan. Kecenderungan pekerja dengan pendapatan perbulan di atas UMR untuk menjadi peserta jaminan kesehatan 1,298 kali dibandingkan dengan pekerja dengan pendapatan perbulan di atas UMR. Bila dilihat menurut tingkat pendidikannya, pekerja sektor pertanian dengan ijazah tertinggi SMA memiliki kecenderungan untuk menjadi peserta jaminan kesehatan 1,663 kali dibandingkan dengan pekerja dengan ijazah tertinggi SMP ke bawah, sedangkan pekerja sektor pertanian dengan ijazah tertinggi di atas SMA (perguruan tinggi) memiliki kecenderungan untuk menjadi peserta jaminan kesehatan 4,001 kali dibandingkan dengan pekerja dengan ijazah tertinggi SMP ke bawah. Indeks Modal Sosial mempengaruhi kecenderungan pekerja sektor non pertanian untuk menjadi peserta jaminan kesehatan. Kecenderungan pekerja untuk menjadi peserta akan naik sebesar 1,021 kali jika IMS naik sebanyak 1 unit.

KESIMPULAN

Tingkat kepesertaan jaminan sosial pekerja sektor pertanian di Provinsi Bangka Belitung tahun 2017 masih lebih rendah dibandingkan dengan pekerja sektor nonpertanian. Determinan kepesertaan jaminan kesehatan pekerja sektor pertanian adalah pendapatan perminggu, ijazah terakhir yang dimiliki, IMS, dan jam kerja selama seminggu. Sedangkan untuk pekerja sektor non pertanian determinan kepesertaan jaminan kesehatan adalah jenis kelamin, pendapatan perbulan, ijazah tertinggi yang dimiliki, dan Indeks Modal Sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Agresti, Alan (2001). Categorical Data Analysis Second Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

DetikFinance, 2018. Berita pada hari Selasa 2 Januari 2018, diunggah pada 2 Desember 2018.

https://finance.detik.com/moneter/d-3795435/729-penduduk-ri-sudah-jadi-peserta-bpjs-kesehatan.

Grootaert, Christiaan (1999). Social Capital, Household Welfare and Poverty in Indonesia. The World Bank Social Development Department. Social Capital Local Level Institution Working Paper Series. Working

papers can be viewed at http://www.worldbank.org/socialdevelopment.

Page 16: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

16

Geen, L.W., et al. (1980). Health Education Planning: A diagnostic approach. Mayfield Publishing Co., 285

Hamilton Ave., Palto Alto, CA 94301.

Hosmer, D.W. dan Lemeshow, S. (2000). Applied Logistic regression, Second Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Hox, Joop J.; Mirjam Moerbeek dan Rens van de Schoot (2010). Multilevel Analysis: Techniques and

Applications, Second Edition (Quantitative Methodology Series). 2nd Edition

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesahatan RI.

Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Putnam, R. D. (1995) ’Bowling Alone: America’s Declining Social Capital’, The Journal of Democracy, 6:1, pages

65-78.

RI (Republik Indonesia). (2004). Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Lembaran Negara RI Tahun 2004, No. 150. Sekretariat Negara. Jakarta.

RI (Republik Indonesia). (2011). Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No. 116. Sekretariat Negara. Jakarta

Triyono dan Soewartoyo. (2013). Kendala kepesertaan Program Jaminan Sosial Terhadap Pekerja Sektor Informal: Studi Kasus di Kota Surabaya. Jurnal Hukum PRIORIS, 3(3), 26-41.

Sa’adah, Durorus. (2017). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi dalam program Asuransi BPJS

Kesehatan (Studi pada Masyarakat Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kec. Imogiri, Kab Bantul). Skripsi.

UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Sayekti, Waras N. dan Yuni Sudarwati. (2010). Analisis terhadap Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS): Transformasi pada BUMN Penyelenggara Jaminan Sosial. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 1(1), 1-24.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Zaeni Asyhadie. (2008). Aspek-aspek Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.

Lampiran Hasil Olah Statistik

Logistic Regression (Pertanian)

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 4006 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 4006 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 4006 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number

of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak 0

Ya 1

Page 17: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

17

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding

(1) (2)

Ijazah_tertinggiOK2

SMP 3375 .000 .000

SMA 556 1.000 .000

di atas SMA 75 .000 1.000

pendapatanOK Di bawah UMR 2789 .000

Di atas UMR 1217 1.000

jam_kerjaOK kurang dari 35 jam seminggu 1510 .000

35 jam seminggu atau lebih 2496 1.000

rumahlayak Layak 3018 1.000

Tidak Layak 988 .000

jenis_kelamin Laki-laki 2875 1.000

Perempuan 1131 .000

Block 1: Method = Forward Stepwise (Wald)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 4

Step 8.214 1 .004

Block 92.214 5 .000

Model 92.214 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

4 5355.347a .023 .031

a. Estimation terminated at iteration number 3 because

parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

4 14.083 8 .080

Page 18: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

18

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

jaminan_kesehatan_variabely =

Tidak

jaminan_kesehatan_variabely = Ya Total

Observed Expected Observed Expected

Step 4

1 269 279.584 132 121.416 401

2 261 262.927 140 138.073 401

3 258 253.704 143 147.296 401

4 263 246.404 138 154.596 401

5 219 238.918 182 162.082 401

6 249 231.594 152 169.406 401

7 229 224.261 172 176.739 401

8 204 215.455 198 186.545 402

9 210 203.005 191 197.995 401

10 166 172.148 230 223.852 396

Classification Tablea

Observed Predicted

jaminan_kesehatan_variabely Percentage

Correct Tidak Ya

Step 4 jaminan_kesehatan_variabely

Tidak 2101 227 90.2

Ya 1393 285 17.0

Overall Percentage 59.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 4d

pendapatanOK(1) .204 .071 8.237 1 .004 1.227 1.067 1.410

Ijazah_tertinggiOK2 13.568 2 .001

Ijazah_tertinggiOK2(1) .200 .093 4.591 1 .032 1.222 1.017 1.467

Ijazah_tertinggiOK2(2) .772 .246 9.822 1 .002 2.164 1.335 3.508

IMS .016 .003 35.473 1 .000 1.016 1.011 1.022

jam_kerjaOK(1) .294 .068 18.735 1 .000 1.342 1.175 1.533

Constant -1.372 .138 98.354 1 .000 .254

a. Variable(s) entered on step 1: IMS.

b. Variable(s) entered on step 2: jam_kerjaOK.

c. Variable(s) entered on step 3: Ijazah_tertinggiOK2.

d. Variable(s) entered on step 4: pendapatanOK.

Page 19: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

19

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 4 Variables

jenis_kelamin(1) .467 1 .494

rumahlayak(1) 3.130 1 .077

Overall Statistics 3.563 2 .168

Logistic Regression (NonPertanian)

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 6254 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 6254 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 6254 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total

number of cases.

b.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Tidak 0

Ya 1

Categorical Variables Codings

Frequency Parameter coding

(1) (2)

Ijazah_tertinggiOK2

SMP 3164 .000 .000

SMA 2157 1.000 .000

di atas SMA 933 .000 1.000

pendapatanOK Di bawah UMR 3563 .000

Di atas UMR 2691 1.000

jam_kerjaOK kurang dari 35 jam seminggu 1332 .000

35 jam seminggu atau lebih 4922 1.000

rumahlayak Layak 5304 1.000

Tidak Layak 950 .000

jenis_kelamin Laki-laki 3970 1.000

Perempuan 2284 .000

Page 20: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

20

Block 1: Method = Forward Stepwise (Wald)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 4

Step 6.189 1 .013

Block 541.921 5 .000

Model 541.921 5 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

4 8059.028a .083 .111

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

4 16.161 8 .040

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

jaminan_kesehatan_variabely =

Tidak

jaminan_kesehatan_variabely =

Ya

Total

Observed Expected Observed Expected

Step 4

1 400 401.410 225 223.590 625

2 360 371.727 265 253.273 625

3 335 349.174 291 276.826 626

4 321 327.324 304 297.676 625

5 333 306.608 292 318.392 625

6 299 283.979 326 341.021 625

7 249 258.838 376 366.162 625

8 222 226.623 403 398.377 625

9 192 169.515 433 455.485 625

10 88 103.801 540 524.199 628

Classification Tablea

Observed Predicted

jaminan_kesehatan_variabely Percentage

Correct Tidak Ya

Step 4 jaminan_kesehatan_variabely

Tidak 1474 1325 52.7

Ya 1150 2305 66.7

Overall Percentage 60.4

a. The cut value is .500

Page 21: DETERMINAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN …

Determinan Kepesertaan Jaminan Kesehatan .................................................................................... (Winih Budiarti dan Titik Harsanti)

21

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B

)

95% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 4d

jenis_kelamin(1) -.143 .058 6.181 1 .013 .867 .774 .970

pendapatanOK(1) .261 .057 21.269 1 .000 1.298 1.162 1.450

Ijazah_tertinggiOK2 242.992 2 .000

Ijazah_tertinggiOK2(1) .509 .058 78.252 1 .000 1.663 1.486 1.862

Ijazah_tertinggiOK2(2) 1.387 .094 216.482 1 .000 4.001 3.326 4.813

IMS .021 .002 91.323 1 .000 1.021 1.016 1.025

Constant -1.138 .112 103.742 1 .000 .320

a. Variable(s) entered on step 1: Ijazah_tertinggiOK2.

b. Variable(s) entered on step 2: IMS.

c. Variable(s) entered on step 3: pendapatanOK.

d. Variable(s) entered on step 4: jenis_kelamin.

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 4 Variables

rumahlayak(1) 2.286 1 .131

jam_kerjaOK(1) .899 1 .343

Overall Statistics 3.140 2 .208