Scabies

19
LAPORAN KASUS SKABIES Oleh : Risa Natalia Siburian 105070101111001 Inaas Azmy Haidar 0810713017 Syafril Alfian Akbar 105070100111098 Pembimbing : dr. Taufiq Hidayat, Sp.KK (K) ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN

description

scabi

Transcript of Scabies

LAPORAN KASUS

SKABIES

Oleh :Risa Natalia Siburian105070101111001Inaas Azmy Haidar0810713017Syafril Alfian Akbar105070100111098

Pembimbing :dr. Taufiq Hidayat, Sp.KK (K)

ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar BelakangScabies merupakan penyakit yang disebabkan karena tungau Sarcoptes scabiei var hominis. Tungau ini merupakan parasit obligate pada manusia. Scabies banyak ditemukan pada rumah tangga dan tetangga yang memiliki frekuensi tinggi untuk kontak personal atau berbagi barang pribadi merupakan faktor penting bagi penyebaran dari skabies. Anjing dan kucing bisa menjadi sumber penularan infeksi skabies pada manusia. Dulu, skabies tersebar pada manusia dengan higenitas yang buruk, tapi saat ini skabies juga menyebar pada orang dengan higenitas yang baik akibat kontak dengan anak-anak sekolah dengan higenitas yang kurang baik. (Habif Thomas, 2010) Negara berkembang merupakan daerah endemik skabies dan biasanya berhubungan dengan keramaian, sosial ekonomi yang rendah dan higenitas yang buruk. Skabies sering pada anak-anak dan dewasa muda, di Inggris, beberapa tahun belakangan skabies banyak terjadi pada orang tua yang tinggal di panti wredha. Scabies bisa bertahan selama 24-36 jam pada suhu ruangan ketika tidak tinggal di rumah inangnya. (Burns Tony et al, 2010)Gejala klinis dari skabies ada 4 tanda, yaitu pruritus nokturna yang berarti adanya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau yang lebih tinggi pada suhu yang lebih lembap dan panas, kemudian menyerang pada suatu komunitas misalnya dalam sebuah keluarga misalnya akan terkena infeksi skabies ini. Selain itu akan tampak adanya terowongan pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjangnya 1 cm, pada ujung terowongan itu dapat ditemukan adanya papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain) serta ditemukannya tungau. (Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, 2010) Beberapa terapi dan manajemen dapat diberikan pada pasien dengan skabies. Ada berbagai pilihan pemberian terapi pada pasien dengan skabies, yaitu dengan permethrin, lindane, benzil benzoate, crotamiton, ivermectin serta mengobati secara tuntas seluruh komunitas karena skabies bisa menyerang suatu komunitas. (Burns Tony et al, 2010)Penanganan awal yang cepat dan tepat serta pencegahan dapat menurunkan risiko penderita yang mengalami scabies dan infeksi sekunder pada kasus scabies.Oleh karena itu penulis tertarik dengan masalah ini karena dengan penanganan yang tepat dan cepat, maka risiko terhadap scabies dapat diturunkan.

1.2 Rumusan Masalah1. Mengetahui penegakkan diagnosa scabies pada pasien ini.2. Mengetahui faktor resiko scabies pada pasien ini.3. Mengetahui penatalaksanaan scabies pada pasien ini.4. Mengetahui bagaimana monitoring pada kondisi scabies.

1.3 Tujuan1. Mengetahui penegakkan diagnosa scabies pada pasien ini.2. Mengetahui faktor resiko scabies pada pasien ini.3. Mengetahui penatalaksanaan scabies pada pasien ini.4. Mengetahui bagaimana monitoring pada kondisi scabies.

1.4Manfaat.Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dokter muda mengenai scabies dalam hal anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa, penatalaksanaan dan monitoring.

BAB 2LAPORAN KASUS

2.1 IdentitasNama: An. DUsia: 10 tahunBB: 30 kgJenis Kelamin: PerempuanAlamat: Jl Jembawan - MalangPekerjaan: Pelajar SDNo. RM: 11212809Tgl Pemeriksaan: 16 Desember 2014

2.2 Anamnesis (autoanamnesis)Keluhan utama : gatal-gatal hampir di seluruh tubuhPasien mengeluh gatal muncul di sela-sela jari tangan, lalu menjalar ke telapak tangan dan punggung tangan kanan dan kiri. Gatal juga dirasakan di ketiak kanan dan kiri, dada dan tungkai bawah kanan dan kiri. Gatal berupa bintil-bintil kemerahan dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, gatal lebih parah saat malam hari.Riwayat Penyakit DahuluPasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnyaRiwayat PenularanSebelumnya kakak pasien pernah mengalami sakit gatal serupa kurang lebih 4 bulan yang lalu. Saat ini ibu dan adik pasien yang tinggal serumah juga mengalami sakit gatal yang serupa.Riwayat PengobatanPasien pernah meminum obat CTM 2 kali sehari selama 3 hari tetapi keluhan tidak membaik.Riwayat SosialPasien adalah seorang pelajar SD kelas 4.2.3 Status Dermatologis Lokasi : sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan, telapak tangan, punggung tangan, tungkai bawah kanan dan kiri, dan dada.Distribusi : tersebar Ruam : - papula eritematus multiple, batas tegas, bentuk bulat dan didapatkan ekskoriasi-vesikel dengan dinding tegang berisi cairan

2.4 Status GeneralisKeadaan Umum: compos mentis, GCS 456, kesan gizi baikTanda Vital: tekanan darah, nadi, dan frekuensi napas tidak diperiksaKepala/Leher: tidak diperiksaThorax: tidak diperiksaAbdomen: tidak diperiksaExtremitas: akral hangat, edema (-)

2.5 Diagnosis Banding1. Skabies2. Pediculosis Corporis

2.6 Pemeriksaan PenunjangScraping pada papula eritematus yang belum ter ekskoriasiHasil Tidak didapatkan sarcoptes scabei, skibala, dan telur sarcoptes.

2.7 Diagnosis KerjaSkabies

2.8 Terapi Permetrin cream 5% dioleskan merata pada malam hari, lalu diulang pemakaiannya 12 jam kemudian. Cetirizine 1x7,5 mg bila gatal.

2.9 KIE Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien serta menjelaskan tentang penggunaan obat yang diberikan kepada pasien. Handuk, sprei, pakaian, dan semua yang terpapar dengan penderita direndam dengan air mendidih, setelah itu dicuci sampai bersih, dikeringkan dibawah sinar matahari dan disetrika dengan setrika panas. Jangan menggunakan pakaian dan barang-barang secara bersamaan Mengobati anggota keluarga yang tinggal satu rumah.

2.10 Prognosis Quo ad vitam:ad bonam Quo ad sanam:ad bonam Quo ad functionam:ad bonam Quo ad kosmetika:ad bonam2.10 Foto Klinis (telapak tangan kanan) (punggung tangan kanan)

(telapak tangan kiri)

(punggung tangan kiri)

BAB 3 Pembahasan

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya. (Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti. 2010) Sarcoptes scabiei bersifat obligat parasit yang mutlak memerlukan induk semang untuk berkembang biak. (Wardhana April, Manurung Joses, Iskandar Tolibin, 2006) Sarcoptes scabiei var hominis memiliki bentuk badan oval, sangat kecil panjangnya 0,2-0,4 mm, datar dorsoventral, memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki pada bagian anterior dan posterior. Tungau Sarcoptes scabiei betina memiliki punggung berduri tumpul yang pendek pada bagian dorsal yang berfungsi untuk menjaga posisinya pada terowongan. Pada tungau Sarcoptes scabiei jantan, memiliki kaki yang pendek dan tebal dengan adanya penghisap untuk membanu bergerak pada permukaan kulit. (Hadi Upik Kesumawati, 2002)

Gambar 1. Bentuk Sarcoptes scabiei A. Betina B. Jantan (Hadi Upik Kesumawati, 2002)

Sarcoptes scabiei tidak bisa melompat atau terbang, scabiei hidup selama 30 hari dan tinggal di lapisan epidermis kulit. Liang terowongan dari Sarcoptes scabiei betina menembus stratum corneum dalam 20 menit, kopulasi/perkawinan terjadi pada liang terowongan kecil yang dibuat oleh Sarcoptes scabiei betina. Setelah kopulasi, maka Sarcoptes scabiei betina yang telah mengalami fertilisasi akan memperbesar liang terowongannya kemudian meletakkan telurnya dan bisa bertelur hingga 3 buah per harinya. Telur menetas setelah hari ke-empat dan larva bermigrasi menuju permukaan kulit dan maturasi menuju dewasa. Scabiei jantan mati lebih cepat dibandingkan betina dan scabiei betina penetrasi ke kulit dan mengulangi siklus. (Wardhana April, Manurung Joses, Iskandar Tolibin, 2006)Gambar 2. Siklus hidup Sarcoptes scabiei (Los Angeles County Department, 2009)

Kejadian skabies pada manusia banyak dijumpai pada daerah tropis terutama di kalangan anak-anak dari lingkungan masyarakat yang hidup berkelompok dalam kondisi berdesak-desakan dengan tingkat higiene, sanitasi dan sosial ekonomi yang relatif rendah. terjadi lebih dari 1000 kasus skabies di Slovenia dan 160 diantaranya adalah anak-anak . Prevalensi skabies pada anak-anak Aborigin-Australia di daerah terpencil mencapai 50% dan umumnya mereka mengalami reinfestasi tungau dari penderita lain yang belum sembuh atau secara kontak langsung dengan penderita. Penularan dari scabies biasanya berasal dari kontak langsung dengan penderita melalui kain, handuk, sprai dan barang barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita juga merupakan sumber penularan yang harus dihindari. Jumlah rata-rata tungau pada awal infestasi sekitar lima sampai sepuluh ekor, namun penderita juga dapat terinfestasi hingga jutaan ekor tungau Tungau S. scabiei hidup dari sampel debu penderita, lantai, furniture dan tempat tidur (Wardhana April, Manurung Joses, Iskandar Tolibin, 2006) Faktor risiko terjadinya skabies adalah umur, jenis kelamin, keadaan imunitas, dan reaksi tubuh terhadap reaksi dari dalam maupun dari luar tubuh. Umur muda mempunyai resiko yang tinggi, bukan saja karena tingkat kerentanannya, melainkan juga pengalaman terhadap penyakit tersebut yang biasanya sudah dialami oleh mereka yang berumur lebih tinggi. Dalam kaitannya dengan kejadian skabies pada seseorang, pengalaman keterpaparan sangat berperan karena mereka yang berumur lebih tinggi dan mempunyai pengalaman terhadap skabies tentu akan lebih tahu cara pencegahan serta penularannya. Jenis kelamin mempunyai hubungan dengan sifat keterpaparan dan tingkat kerentanan terhadap penyakit tertentu. Perempuan akan lebih kecil resiko terpapar skabies karena perempuan cenderung lebih selalu merawat dan menjaga penampilan, dengan begitu kebersihan diri perempuan juga lebih terawat. Sedangkan laki-laki cenderung tidak memperhatikan penampilan diri yang berpengaruh terhadap perawatan kebersihan diri, dankebersihan diri yang buruk tersebut yang akan sangat berpengaruh terhadap kejadian skabies. (Hadi Upik Kesumawati, 2002)Reaksi hipersensitivitas tipe lambat terjadi sebagai respons terhadap adanya tungau Sarcoptes scabiei yang masuk ke dalam tubuh sehingga merangsang timbulnya lesi. (Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti. 2010) Waktu yang dibutuhkan untuk menginduksi respons imun pada manusia adalah 4 minggu. Pemaparan berlanjut pada Sarcoptes scabiei akan meningkatkan respons imun sehingga terjadi peningkatan dari IgE dan IgG serta eosinofilia dan Th2. Tungau Sarcoptes scabiei akan mengeluarkan sekresi yang berupa alergen dan akan merangsang pengeluaran dari sel inflamasi seperti eosinofil, limfosit dan histiosit. (Hengge R. Ulrich, Currie Bart, Jager Gerold, Lupi Omar, Schwartz Robert. 2006)

Pasien merupakan seorang anak perempuan berusia 10 tahun datang mengeluh gatal muncul di sela-sela jari tangan, lalu menjalar ke telapak tangan dan punggung tangan kanan dan kiri. Gatal juga dirasakan di ketiak kanan dan kiri, dada dan tungkai bawah kanan dan kiri. Gatal berupa bintil-bintil kemerahan dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, gatal lebih parah saat malam hari. Setelah pemaparan dari Sarcoptes scabiei ke dalam kulit, maka gejala pruritus dan ruam akan muncul mulai dari 6-8 minggu. Gatal yang dirasakan pasien akan terasa parah dan memburuk pada malam hari. Lesinya tampak merah, terkadang berupa papul yang berkrusta atau menyerupai ekskoriasi serta nodul. (Fitz Patrick, 2008)

Tabel 1. Tanda dan Gejala Skabies (Granholm Jennifer, 2005)Pada pasien ditemukan papula eritematus multipel dengan batas tegas, bentuk bulat dan didapatkan ekskoriasi serta adanya vesikel dnegan dinding tegang berisi cairan yang ditemukan di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, pergelangan tangan, telapak tangan, punggung tangan, tungkai bawah kanan dan kiri serta dada. Distribusinya tersebar pada seluruh tubuh pasien. Bagian tubuh yang terkena meliputi bagian flexor seperti antar jari-jari pada tangan dan kaki, daerah interdigital, payudara, areola, umbilicus, daerah sekitar sabuk, perut, daerah intergluteal, bokong, lipatan lateral paha, penis, scrotum, siku, kaki, pergelangan kaki, dan lipatan anterior axilla. Pada bayi atau pada anak-anak kurang dari 2 tahun, ruam dapat terlihat pada wajah dan kulit kepala serta pada leher, telapak tangan dan telapak kaki sedangkan pada dewasa jarang ditemukan pada daerah ini. (Granholm Jennifer, 2005) Lesi patognomonik adalah liang, yang tipis, bentuknya linear, panjangnya 1-10 mm, bentuknya seperti terowongan karena pergerakan dari Sarcoptes scabiei pada stratum korneum. Biasanya terlihat area interdigital, pergelangan tangan atau siku tangan. Liang terowongan ini sulit ditemukan pada kasus awal dari scabies, atau setelah timbulnya ekskoriasi. Pada scabies yang membentuk krusta, plak hiperkeratotik bisa menyebar palmar dan plantar, dengan adanya penebalan dan distrofi dari kuku jari kaki dan kuku jari. Sekitar kulit pasien biasanya xerotic. (Fitzpatrick, 2008)

Gambar 3. Distribusi Ruam Skabies (Habif Thomas, 2010)

Diagnosis definitif dari scabies dengan menemukan tungau scabies, telur, dan feces scabies atau scibala secara mikroskopis. Sampel yang digunakan untuk diperiksa secara mikroskopis dengan pengerokan liang terowongan melalui minyak mineral pada liang terowongan kemudian baru dikerok secara longitudinal. Untuk meyakinkan liang terowongan telah ditemukan, maka permukaan bisa ditetesi dengan mineral atau minyak immersi atau dengan ujung pulpen, tinta akan tercelup ke dalam liang terowongan, kemudian permukaan tinta hapus dengana alcohol swab. Maka liang terowongan akan mengabsorpsi tinta dan akan terwarnai gelap. Kegagalan untuk menemukan tungau scabies bisa saja terjadi akibat tungau scabies yang mudah bergerak dan tidak menyingkirkan diagnosis dari scabies. (Habif Thomas, 2010) Pemilihan terapi pada scabies berdasarkan usia dari pasien, biaya pengobatan, keparahan dari erupsi, dan apabila ada pengobatan sebelumnya yang gagal menyembuhkan. Pada dewasa scabicidal harus dioleskan seluruh permukaan kulit, kecuali bagian wajah dan kulit kepala sedangkan pada anak-anak dengan adanya krusta, maka scabicidal dioleskan pada wajah dan kulit kepala. Pasien juga harus dinformasikan bahwa ruam dan pruritus akan tetap ada selama 4 minggu setelah pengobatan scabicidal yang adekuat. Steroid topikal, antihistamin dapat diberikan untuk mengatasi pruritus dan ruam.

Tabel 2. Pengobatan Skabies (Fitzpatrick, 2008)

Cream Permethrin 5% memiliki tingkat absorpsi yang rendah dan keamanannya baik, serta penetrasi perkutannya baik dan diekskresikan melalui urin. Permethrin merupakan scabisidal topikal yang paling efektif berdasar Cochrane dibanding dengan krotamiton dan lindane. Permethrin bisa digunakan pada bayi. Efek samping dari krim ini adalah menyebabkan eritema, rasa terbakar, dan spasme otot akibat kemampuannya untuk menunda penutupan dari kanal natrium pada saraf. Lindane merupakan scabisid topikal yang baik dan murah, namun efek sampingnya adalah iritasi, dermatitis kontak alergi dan gejala neurologis meliputi insomnia, vertigo, kejang, muntah, diare. Benzil benzoat merupakan scabisidal topikal yang bisa digunakan pada anak-anak dan ibu menyusui. Benzil benzoat bisa membunuh tungau Sarcoptes scabiei lebih cepat dibanding permethrin dan merupakan alternatif selain permethrin dalam mengatasi scabies berkrusta. (Hengge R. Ulrich, Currie Bart, Jager Gerold, Lupi Omar, Schwartz Robert. 2006)Scabisid oral yang efektif saat ini adalah ivermectin. Strukturnya sama dengan antibiotik makrolid namun tidak ada aktivitas antibiotik. Mekanisme kerjanya melawan tungau skabies akibat adanya ikatan yang tinggi dengan ion gluminated gated chloride pada sistem saraf perifer. Ivermectin menghambat transmisi kanal melalui sinaps saraf yang menggunakan asam aminobutirat sehingga menyebabkan paralisis dan kematian tungau Sarcoptes scabiei. Dosis yang tepat untuk ivermectin adalah 200 g/kg, dosis digunakan selama 10 sampai 14 hari. Pada skabies dengan krusta, kombinasi antara ivermectin dan topical anti skabisid digunakan untuk mengatasi keparahan dari infeksi. Efek samping dari ivermectin adalah hipotensi, edema laring, dan ensefalopati. (Fitzpatrick, 2008)

Tabel 3. Tingkat Kesembuhan Pengobatan Skabies (Wardhana April, Manurung Joses, Iskandar Tolibin, 2006)

Skabies merupakan suatu penyakit yang melibatkan komunitas. Ketika seseorang dalam suatu komunitas terkena skabies maka penting untuk mengobati anggota lain yang memiliki kontak sering supaya bisa mencegah penyebaran penyakit skabies menjadi semakin parah, meskipun tanpa gejala apapun karena mungkin sedang dalam masa inkubasi terinfeksi skabies sehingga tidak menunjukkan gejala apapun. Untuk mencegah infeksi berulang, maka sprei, sarung bantal, sarung guling, handuk, dan baju selama 5 hari terakhir sejak gatal pertama dirasakan, harus dicuci dan dikeringkan dengan panas karena tungau Sarcoptes scabiei dapat hidup selama 3 hari walaupun bukan di kulit inangnya, misal di karpet atau di peralatan rumah tangga lain. Dalam tabel di bawah ini disebutkan cara untuk manajemen skabies dalam suatu komunitas.

Tabel 4. Edukasi Komunitas Skabies (Granholm Jennifer, 2005)

Impetigo sekunder merupakan komplikasi yang bisa terjadi dan berespons dengan baik terhadap topikal atau antibiotik oral, tergantung dengan adanya pioderma. Limfangitis dan septicemia bisa terjadi pada scabies dengan krusta. Scabies akibat pioderma disebabkan Streptococcus pyogens bisa mengakibatkan glomerulonefritis post streptococcal. Prognosis dari scabies baik dengan adanya diagnosis dan terapi yang adekuat. Kecuali pada pasien dengan imunokompromais. (Hengge R. Ulrich, Currie Bart, Jager Gerold, Lupi Omar, Schwartz Robert. 2006)

BAB 4 Kesimpulan

Telah dilaporkan kasus scabies pada pasien Anak. D berumur 10 tahun pada tanggal 16 Desember 2014.Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Dari anamnesis didapatkan keluhan di sela-sela jari tangan, telapak tangan, punggung tangan kanan dan kiri, ketiak kanan dan kiri, dada dan tungkai bawah kanan dan kiri sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, gatal lebih parah saat malam hari. Hasil pemeriksaan klinis yang khas pada kasus ini yaitu papula eritematus multiple batas tegas bentuk bulat dan ekskoriasi dan vesikel serta pemeriksaan penunjang yaitu scrapping pada papula yang tidak ada ekskoriasi dan tidak ditemukan skibala, tungau scabies. Terapi yang diberikan pada pasien yaitu permetrin cream 5% dan cetrizine 1 x 7,5 mg. Prognosis pada pasien ini Quo ad Vitam: Bonam karena tidak ada kegawatan mengancam nyawa; Quo ad Sanam: Bonam terutama jika pengobatan dilakukan secara baik dan benar; dan Quo ad Functionam: Bonam dengan penanganan yang berkelanjutan untuk meningkatkan hidup pasien serta Quo ad Kosmetika : Bonam karena kulit bisa kembali seperti semula.