Lapkas Scabies

20
BAB I STATUS PASIEN 1.1. IDENTITAS PASIEN Nama Lengkap : An. A.H Usia : 12 Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Nama Orangtua : Tn. J/ Ny. S Alamat : Cakung Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMP Tgl pemeriksaan : 6 Agustus 2013 1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis/ Alloanamnesis) KeluhanUtama Gatal-gatal pada seluruh tubuh sejak ± 1 bulan SMRS. Keluhan Tambahan Kulit bersisik,bintik kemerahan dan luka bekas garukan yang berwarna kehitaman Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS. Awalnya gatal timbul di daerah kaki kemudian timbul gelembung kecil berisi cairan pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya, gelembung tersebut menjadi pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar ke seluruh tubuh. Gatal terutama dirasakan 1

description

cek

Transcript of Lapkas Scabies

Page 1: Lapkas Scabies

BAB I

STATUS PASIEN

1.1. IDENTITAS PASIEN

Nama Lengkap : An. A.H

Usia : 12 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Nama Orangtua : Tn. J/ Ny. S

Alamat : Cakung

Pekerjaan : Pelajar

Pendidikan : SMP

Tgl pemeriksaan : 6 Agustus 2013

1.2. ANAMNESIS (Autoanamnesis/ Alloanamnesis)

KeluhanUtama

Gatal-gatal pada seluruh tubuh sejak ± 1 bulan SMRS.

Keluhan Tambahan

Kulit bersisik,bintik kemerahan dan luka bekas garukan yang berwarna kehitaman

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh sejak 1 bulan SMRS.

Awalnya gatal timbul di daerah kaki kemudian timbul gelembung kecil berisi cairan

pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya, gelembung tersebut menjadi

pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar ke seluruh tubuh. Gatal

terutama dirasakan saat malam hari. Keluhan disertai dengan bintik kemerahan pada

kulit dan kulit seperti bersisik.

Pasien merupakan pelajar SMP, pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di

pesantren bersama dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar

pasien menderita penyakit kulit yang sama.

Pasien mengaku kadang bertukar pakaian dengan teman sekamarnya. Pasien

mandi 3 kali dalam 1 hari.

1

Page 2: Lapkas Scabies

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit kulit seperti ini sebelumnya disangkal

Pasien mengaku pernah sakit cacar 3 bulan yang lalu

Riwayat di gigit serangga disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :

Riwayat penyakit kulit seperti pasien atau penyakit kulit lainnya disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat Alergi :

Pasien memiliki alergi makanan

Riwayat Pengobatan :

Pasien menggunakan bedak caladine untuk mengurangi gatal.

Riwayat Psikososial :

Pasien merupakan pelajar SMP, pasien bersekolah di pesantren dan tinggal di

pesantren bersama dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua teman sekamar

pasien yang menderita penyakit kulit yang sama.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : composmentis

TandaVital

Tekanan darah : tidak dilakukan

Nadi : tidak dilakukan

Suhu : tidak dilakukan

Pernapasan : tidak dilakukan

Status Generalisata

Kepala :

Rambut : tidak ada kelainan

Mata : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Mulut : tidak ada kelainan

Leher

2

Page 3: Lapkas Scabies

KGB: tidak ada kelainan

Kelenjartiroidtidak ada kelainan

Thoraks : tidak ada kelainan

Abdomen : tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Dermatologi

Efloresensi : Papul, vesikel,

kunikulus, krusta, ekskoriasi,

hiperpigmentasi,

Lokasi : Perut, lengan atas,

pergelangan tangan, sela jari

tangan, tungkai bawah, bokong

Distribusi : Regional

Lesi : Multipel, tidak teratur

Ukuran : Miliar sampai dengan

numular

Batas : Tegas

Permukaan : Menonjol

Status Dermatologis

3

Page 4: Lapkas Scabies

RESUME

Anak laki-laki usia 12 th datang dengan keluhan gatal pada seluruh tubuh

sejak 1 bulan SMRS. Awalnya gatal timbul di daerah ka ki kemudian timbul

gelembung kecil berisi cairan pada paha, karena gatal pasien sering menggaruknya,

gelembung tersebut menjadi pecah dan menghitam seperti bekas luka dan menyebar

ke seluruh tubuh. Gatal terutama dirasakan saat malam hari. Keluhan disertai dengan

bintik kemerahan pada kulit, dan kulit seperti bersisik.

Pasien tinggal di pesantren dengan 20 orang dalam 1 kamar & hampir semua

teman sekamar pasien yang menderita penyakit kulit yang sama. Pasien memiliki riw.

alergi

Status Demografi

Efloresensi : Papul, vesikel, kunikulus, krusta, ekskoriasi, hiperpigmentasi,

Lokasi : Perut, lengan atas, pergelangan tangan, sela jari tangan, tungkai bawah,

bokong

Distribusi : Regional

Lesi : Multipel, tidak teratur

Ukuran : Miliar sampai dengan numular

4

Page 5: Lapkas Scabies

Batas : Tegas

Permukaan : Menonjol

1.4. DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja : Skabies

Diagnosis Banding : Prurigo

Pedikulosis korporis

1.5. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

• Permetrin 5% krim

Non-Medikamentosa

• Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan

• Mencuci/menjemur alat-alat tidur

• Tidak memakai handuk/ pakaian bersama-sama

1.6. PROGNOSIS

o Quo ad vitam : ad bonam

o Quo ad fungsionam : ad bonam

o Quo ad sanactionam : ad bonam

5

Page 6: Lapkas Scabies

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina,

superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu

terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi terhadap

sarcoptes scabiei varian homonis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu :

Kudis, the Itch, guding, budukan, gatal agogo.

2.2. EPIDEMIOLOGI

Skabies merupakan penyakit epidemic pada banyak masyarakat, ada dugaan bahwa

setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Faktor yang menunjang perkembangan

penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual

dan sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan diagnosis dan perkembangan

demografi serta ekologi. Penyakit ini banyak di jumpai pada anak dan orang dewasa muda,

tetapi dapat juga mengenai semua umur, insidensi sama pada pria dan wanita.

Cara Penularan

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit) misalnya berjabat tangan, tidur bersama

dan hubungan seksual.

2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantla, dan

lain-lain.

Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-

kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang

dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaan

misalnya anjing.

6

Page 7: Lapkas Scabies

2.3. ETIOLOGI

Sarcoptes scabiei termasuk filum arthopoda kelas arachnida, ordo ackarina,

superfamili sarcoptes, pada manusia disebut sarcoptes scabiei var homini. Selain itu terdapat

S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi.

Secara marfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung

dan bagian perutnya rata, tunggau ini translusen, berwarna putih kotor dan tidak bermata

tungau betina panjangnya 300-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan tungau jantan lebih

kecil kurang lebih setengahnya yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan

kulit.

Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di

atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang

digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam

stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2

atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini

dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan

menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,

tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2

bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur

sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8–12 hari.

2.4. PATOGENESIS

Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh

penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi

kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang

terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan

7

Page 8: Lapkas Scabies

waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis

dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,

ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas

dari lokasi tungau.

Siklus hidup tungau paling cepat terjadi selama 30 hari dan selama itu juga tungau-

tungau tersebut berada dalam epidermis manusia. Tungau yang berpindah ke lapisan kulit

teratas memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan

terowongan dimana saat itu juga terjadi aktivitas makan dan pelekatan telur pada terowongan

tersebut. Tungau-tungau ini memakan jaringan-jaringan yang hancur, namun tidak mencerna

darah.  Feses (Scybala) tungau akan ditinggalkan di sepanjang perjalanan tungau menuju ke

epidermis dan membentuk lesi linier sepanjang terowongan.

2.5. GEJALA KLINIS SKABIES

Gejala yang ditunjukkan adalah

warna merah, iritasi dan rasa gatal pada

kulit yang umumnya muncul di sela-sela

jari, siku, selangkangan, dan lipatan paha.

Gejala lain adalah munculnya garis halus

yang berwarna kemerahan di bawah kulit

yang merupakan terowongan yang digali

Sarcoptes betina. Gejala lainnya muncul

gelembung berair (vesikel) pada kulit.

Gambar lesi skabies

Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2005) :

a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas

tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah

keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah

perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan

akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh

anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak

memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

8

Page 9: Lapkas Scabies

c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih

atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada

ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam

kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya

biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari

tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut

bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu

atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk menemukan tungau dapat dilakukan dengan beberapa cara:

1. Kerokan kulit dapat dilakukan di daerah sekitar papula yang lama maupun yang baru.

Hasil kerokan diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH 10% kemudian

ditutup dengan kaca penutup dan diperiksa di bawah mikroskop. Diagnosis scabies

positif jika ditemukan tungau, nimpa, larva, telur atau kotoran S. scabiei.

2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung pada kertas putih kemudian dilihat

dengan kaca pembesar.

3. Dengan membuat biopsy irisan, yaitu lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan

tipis dengan pisau kemudian diperiksa dengan mikroskop cahaya.

9

Page 10: Lapkas Scabies

4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin.

Tes tinta pada terowongan di dalam kulit dilakukan dengan cara menggosok

papula menggunakan ujung pena yang berisi tinta. Papula yang telah tertutup dengan

tinta didiamkan selama dua puluh sampai tiga puluh menit, kemudian tinta diusap/

dihapus dengan kapas yang dibasahi alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk

ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa garis zig-zag.

Strategi lain untuk melakukan diagnosis scabies adalah videodermatoskopi,

biopsi kulit dan mikroskopi epiluminesken. Videodermatoskopi dilakukan

menggunakan sistem mikroskop video dengan pembesaran seribu kali dan

memerlukan waktu sekitar lima menit. Umumnya metode ini masih dikonfirmasi

dengan basil kerokan kulit. Pengujian menggunakan mikroskop epiluminesken

dilakukan pada tingkat papilari dermis superfisial dan memerlukan waktu sekitar lima

menit serta mempunyai angka positif palsu yang rendah. Kendati demikian, metode-

metode diagnosis tersebut kurang diminati karena memerlukan peralatan yang mahal.

2.7. DIAGNOSIS BANDING

            Penyakit skabies juga ada yang menyebutnya sebagai the great imitator karena dapat

mencakup hampir semua dermatosis pruritik berbagai penyakit kulit dengan keluhan gatal.

Adapun diagnosis banding yang biasanya mendekati adalah prurigo, pedikulosis corporis,

dermatitis dan lain-lain.

2.8. PENGOBATAN

1. Belerang endap (sulfur presipitatum), dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau

krim. Karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh

kurang dari 3 hari. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

Cara pemakaiannya: sangat sederhana, yakni mengoleskan salep setelah mandi ke

seluruh kulit tubuh selama 24 jam selama tiga hari berturut-turut.

Keuntungannya: Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk

hydrogen sulfide dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germicid dan

fungicid. Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita

hamil dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi.

Kerugian/Efek samping: pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai

pakaian dan kadang-kadang menimbulkan iritasi.

10

Page 11: Lapkas Scabies

2. Emulsi benzil-benzoat (20-25%) Benzil benzoat adalah ester asam benzoat dan

alkohol benzil yang merupakan bahan sintesis balsam peru.

Cara Kerja: Benzil benzoat bersifat neurotoksik pada tungau skabies.

Cara Pemakaian: Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam

dan pada usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%.

Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Benzil

benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara kosmetik

bisa diterima.

Efek samping dari benzil benzoate dapat menyebabkan dermatitis iritan pada wajah

dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan untuk tidak menggunakan secara

berlebihan. Penggunaan berulang dapat menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini 

dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang

dari 2 tahun. Tapi benzil benzoate lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted

scabies.

3. Gama benzena heksa klorida (gameksan=gammexane ; Lindane

Cara Kerja: Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah

sebuah insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau. Lindane

diserap masuk ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian

keseluruh bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya

lipid dan kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau. Lindane

dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.

Cara Pemakaian: Lindane tersedia dalam bentuk krim, lotion, gel, tidak berbau dan

tidak berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh

dari leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau lotion. Setelah

pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini

untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan

sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan Lindane selama 6 jam

sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta

tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.

Efek Samping: Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas SSP,

kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tanda-

tanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual,

pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak

mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti

11

Page 12: Lapkas Scabies

menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah

seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pancytopenia.

4. Krotamiton 10% Krotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim

10% atau lotion.

Cara pemakaian: Hasil terbaik telah diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari

selama lima hari berturut-turut setelah mandi dan mengganti pakaian dari leher ke

bawah selama 2 malam kemudian dicuci setelah aplikasi kedua.

Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila digunakan jangka

panjang.Beberapa ahli beranggapan bahwa Krotamiton krim ini tidak memiliki

efektivitas yang tinggi terhadap skabies. Krotamiton 10% dalam krim atau losion,

tidak mempunyai efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan

anak kecil.

5. Permetrin dengan kadar 5%

Cara kerja: Merupakan sintesa dari pyrethroid dan bekerja dengan cara

mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan

natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise

parasit. Obat ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan scabies karena efek

toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan akibat

kesalahan dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya

sedikit yang terabsorpsi di kulit dan cepat dimetabolisme yang kemudian

dikeluarkan kembali melalui keringat dan sebum, dan juga melalui urin. Belum

pernah dilaporkan resistensi setelah penggunaan obat ini.

Cara pemakaian: Permethrin tersedia dalam bentuk krim 5%, yang diaplikasikan

satu kali selama 10 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila belum sembuh bisa

dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin jarang diberikan

pada bayi-bayi yang berumur kurang dari 2 bulan, wanita hamil dan ibu menyusui.

Wanita hamil dapat diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam.

Efek samping: jarang ditemukan, berupa rasa terbakar, perih dan gatal, namun

mungkin hal tersebut dikarenakan kulit yang sebelumnya memang sensitive dan 

terekskoriasi.

2.9. PENCEGAHAN

Diagnosis dini dan penatalaksanaan dengan scabisida yang efektif untuk penderita dan

kontak seksual/ rumah tangga merupakan kunci pencegahan. Pencegahan skabies pada

12

Page 13: Lapkas Scabies

manusia dapat dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung dengan penderita dan

mencegah penggunaan barang-barang penderita secara bersama-sama. Pakaian, handuk dan

barang-barang lainnya yang pernah digunakan oleh penderita harus diisolasi dan dicuci

dengan air panas. Pakaian dan barang-barang asal kain dianjurkan untuk disetrika sebelum

digunakan. Sprai penderita harus sering diganti dengan yang baru maksimal tiga hari sekali.

Benda-benda yang tidak dapat dicuci dengan air (bantal, guling, selimut) disarankan

dimasukkan ke dalam kantung plastik selama tujuh hari, selanjutnya dicuci kering atau

dijemur di bawah sinar matahari sambil dibolak batik minimal dua puluh menit sekali.

            Kebersihan tubuh dan lingkungan termasuk sanitasi serta pola hidup yang sehat akan

mempercepat kesembuhan dan memutus siklus hidup S. scabiei. Umumnya, penderita masih

merasakan gatal selama dua minggu pascapengobatan. Kondisi ini diduga karena masih

adanya reaksi hipersensitivitas yang berjalan relatif lambat. Apabila lebih dari dua minggu

masih menunjukkan gejala yang sama, maka dianjurkan untuk kembali berobat karena

kemungkinan telah terjadi resistensi atau berkurangnya khasiat obat tersebut. Kegagalan

pengobatan pada skabies krustasi secara topikal diduga karena obat tidak mampu berpenetrasi

ke dalam kulit akibat tebalnya kerak.

2.10. PROGNOSIS

            Keberhasilan pengobatan skabies dan pemberantasan penyakit tersebut tergantung

pada pemilihan efektif, pemakaian obat yang benar, serta menghilangkan faktor predisposisi.

13

Page 14: Lapkas Scabies

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, A., Hamzah,M. Aisah, S. 2008 Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi kelima.

Cetakan ke 3. Jakarta. Balai Penerbit FK UI.

http://repository.usu.ac.id/bitstream

http://mhendr.blogspot.com/2012/11/makalah-skabies.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/12/skabies-atau-scabies-referat.html

14