SAP ISPA.docx

18
SATUAN ACARA PENYULUHAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS JAGIR DI SUSUN OLEH : Ach. Zainur Romadhony NIM. 12.1.14.1.003 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES SURABAYA

Transcript of SAP ISPA.docx

Page 1: SAP ISPA.docx

SATUAN ACARA PENYULUHAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

DI PUSKESMAS JAGIR

DI SUSUN OLEH :

Ach. Zainur Romadhony

NIM. 12.1.14.1.003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES SURABAYA

PRODI S1-KEPERAWATAN

2016

Page 2: SAP ISPA.docx

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Hari/tgl : Selasa, 09 Februari 2016

Durasi : 25 menit

Tempat : Puskesmas Jagir

Sasaran : Pengunjung Puskesmas Jagir

Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Sub Topik : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala dari penyakit diabetes mellitus,

komplikasi, serta cara mencegah diabetes mellitus

A. Latar Belakang

Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling sering diderita dan

penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus

Diabetes Mellitus (DM) tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak

disertai gejala sampai terjadinya komplikasi. Prevelensi penyakit diabetes

meningkat karena terjadinya perubahan gaya hidup, kenaikan jumlah kalori yang

dimakan, kurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya jumlah populasi manusia

usia lanjut.

Dengan semakin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia

serta pelayanan kesehatan yang semakin baik dan merata, diperkirakan tingkat

kejadian penyakit DM akan semakin meningkat. Penyakit ini dapat menyerang

segala lapisan umur dan sosio ekonomi.

Oleh karena itu antisipasi untuk mencegah dan menanggulangi timbulnya

ledakan pasien DM ini harus dimulai dari sekarang. Dalam hal ini antisipasi

untuk pencegahan DM ini yang sangat perlu diperhatikan adalah dengan

memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus.

Page 3: SAP ISPA.docx

B. Tujuan

1. Tujuan Umum: Setelah diberikan penyuluhan, sasaran diharapkan mampu

memahami penyakit ISPA dan bisa mencegah dari penyakit tersebut dengan

upaya kuratif dan preventif agar masyarakat sehat sejahtera.

2. Tujuan Khusus:

Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit diharapkan sasaran dapat:

1. Memenjelaskan pengertian dari ISPA tanpa melihat leaflet

2. Menjelaskan faktor resiko dan penyebab dari ISPA tanpa melihat leaflet

3. Menjelaskan tanda dan gejala dari ISPA tanpa melihat leaflet

4. Menjelaskan komplikasi dari ISPA tanpa melihat leaflet

5. Menjelaskan kembali pencegahan dari ISPA tanpa melihat leaflet

C. Materi Penyuluhan

1. Pengertian Diabetes Mellitus

2. Faktor resiko dan penyebab Diabetes Mellitus

3. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus

4. Komplikasi Diabetes Mellitus

5. Pencegahan Diabetes Mellitus

D. Strategi Pelaksanaan

Metode: Ceramah, diskusi, dan tanya jawab

TAHAP KEGIATAN WAKTU

Orientasi

(pembukaan)

1. Memberikan salam dan

memperkenalkan diri

2. Menyampaikan maksud dan tujuan dari

penyuluhan

3. Menjelaskan pokok pembahasan

4. Mengkaji tingkat pengetahuan sasaran

terhadap materi yang akan

disampaikan.

5 menit

Working

(penyampaian

materi )

1. Menjelaskan pada sasaran tentang:

Menjelaskan pengertian DM

Menyebutkan penyebab DM

10 menit

Page 4: SAP ISPA.docx

 Menyebutkan tanda gejala DM

Menyebutkan faktor resiko terkena

DM

Menyebutkan komplikasi DM

Menyebutkan pencegahan DM

h.Terminasi (penutup ) 1. Mengevaluasi materi yang telah

disampaikan dengan pertanyaan terarah

2. Memberikan reinforcement positif

3. Menyimpulkan hasil penyuluhan

4. Salam penutup

10 menit

E. Media

1. Flipchart

2. Leaflet

F. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penkes

dengan memberikan pertanyaan secara lisan dan sasaran mampu menjawab

pertanyaan di bawah ini dengan benar:

1. Apakah yang dimaksud dengan Diabetes Mellitus ?

2. Apa saja yang dapat menyebabkan Diabetes Mellitus ?

3. Apa tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita Diabetes Mellitus ?

4. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh Diabetes Mellitus ?

5. Bagaimana cara mencegah Diabetes Mellitus?

G. Materi

Terlampir

Page 5: SAP ISPA.docx

Lampiran

MATERI DIABETES MELLITUS

A. Pengertian

Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang

yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolute maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan gangguan

multi system dan mempunyai karakteristik hiperglikemia yang disebabkan defisiensi

insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat. (Brunner danSudart 2001).

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes meltus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ,atau kedua-duanya.

B. Macam DM dan Penyebabnya

Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh

sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang

terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian

autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan

faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Walaupun

diabetes tipe 1 berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih

banyak berperan pada kejadian diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita

diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes,

misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau

obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih

tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang

Page 6: SAP ISPA.docx

mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik

kita sehari-hari.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes

tipe 2.

Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)

Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)

Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl)

atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl

Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa

Terganggu (GDPT)

Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan

berat lahir lebih dari 4.500 gram

Makanan tinggi lemak, tinggi kalori

Gaya hidup tidak aktif (sedentary)

Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)

Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun

Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi

insulin

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama

kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat

sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena

plasenta terus berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin

banyak dan memperberat resistensi insulin yang telah terjadi.

Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak

(sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun,

jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan

meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang

menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah

melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk

menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita

diabetes tipe 2 di kemudian hari.

Page 7: SAP ISPA.docx

C. Gejala Diabetes Melitus

Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap

diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai

adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa:

poliuria (banyak berkemih)

polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat

diperiksa keluhan tambahan DM berupa:

lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal

penglihatan kabur

penyembuhan luka yang buruk

disfungsi ereksi pada pasien pria

gatal pada kelamin pasien wanita

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin

saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari

pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat

dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di

bawah ini:

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL

Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL

Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200

mg/dL

Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Keterangan:

Page 8: SAP ISPA.docx

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.

Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.

TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa

khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam

setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan.

Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak

masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang

termasuk ke dalamnya adalah

Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil

pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL dan 

kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140

mg/dL

Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma

2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 – 199 mg/dL

D. Komplikasi Diabetes Melitus

a. Komplikasi akut

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila

kadar glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi

akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi

makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Kejadian

ini dapat terjadi sebeum makan, khususnya jika makan yang tertunda atau

bila pasien lupa makan camilan.

2. Diabetes Ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak

cukup jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan

Page 9: SAP ISPA.docx

metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinik yang

penting pada diabetes ketoasidosis :

(1) Dehidrasi

(2) Kehilangan elektrolit

(3) Asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang, maka jumlah glukosa yang

memasuki sel akan berkurang pula. Selain itu prroduksi glukosa oleh hati

menjadi tidak terkendali, kedua faktor tersebut akan mengakibatkan

hiperglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa dalam tubuh,

ginjal akan mensekresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (natriun

dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan

(poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.

3. Syndrom Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolaritas dan

hipergklikemia yang disertai perubahan tingkat kesadaran (Sense of

Awareness). Keadaan hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotik

sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan

keseimbangan osmotik, cairan akan berpindah dari intrasel keruang ekstrasel.

Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, maka akan dijumpai keadaan

hipernatremia dan peningkatan osmolaritas.

b. Komplikasi Kronik

Komplikasi kronik dari diabetes mellitus dapat menyerang semua sistem

organ tubuh. Kategori komplikasi kronik diabetes yang lajim digunakan adalah

penyakit makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neurologis.

1)Komplikasi Makrovaskuler

Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi

pada diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-pasien non

diabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada

usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien

Page 10: SAP ISPA.docx

diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada

lokasi lesi ateerosklerotik.

Aterosklerotik yang terjadi pada pembuluh darah arteri koroner, maka

akan menyebabkan penyakit jantung koroner. Sedangkan aterosklerotik yang

terjadi pada pembuluh darah serebral, akan menyebabkan stroke infark

dengan jenis TIA (Transiennt Ischemic Attack). Selain itu ateerosklerotik

yang terjadi pada pembuluh darah besar ekstremitas bawah, akan

menyebabkan penyakit okluisif arteri perifer atau penyakit vaskuler perifer.

2) Komplikasi Mikrovaskeler

a) Retinopati Diabetik

Disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah

kecil pada retina mata, bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh

darah dari berbagai jenis pembuluh darah arteri serta vena yang kecil,

arteriol, venula dan kapiler.

b) Nefropati Diabetik

Bila kadar gluoksa darah meninggi maka mekanisme filtrasi ginjal

ajkan mengalami stress yang mengakibatkan kebocoran protein darah ke

dalam urin. Sebagai akibatnya tekanan dalam pembuluh darah ginjal

meningkat. Kenaikan tekanan tersebut diperkirakan berperan sebagai

stimulus untuk terjadinya nefropati.

c) Neuropati Diabetikum

d) Ulkus diabetikum

Pada penderita DM sering dijumpai adanya ulkus yang disebut

dengan ulkus diabetikum. Ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan

disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut

menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu

gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.

daerah yang sering mendapat tekanan ataupun trauma pada daerah

telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa berdiameter lebih dari 1 cm

berisi Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat

gula berlebih pada jaringan yang merupakan medium yang baik sekali

bagi kuman, ulkus timbul pada massa jaringan tanduk lemak, pus, serta

krusta di atas. Grade ulkus diabetikum yaitu:

Page 11: SAP ISPA.docx

1) Grade 0 : tidak ada luka

2) Grade 1 : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit

3) Grade 2 : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4) Grade 3 : terjadi abses

5) Grade 4 : gangren pada kaki, bagian distal

6) Grade 5 : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bagian distal

E. Tatalaksana Pasien Diabetes

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar

glukosa darah menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah

terjadinya komplikasi pada pasien tersebut. Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana

diawali dengan mengubah gaya hidup yakni melakukan pola makan sehat dan

meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4

minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka harus diberikan satu

macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa

darah. Jika kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat

ditambahkan satu macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin. Diabetes

melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol

peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American

Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang

rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Penurunan berat badan dan olah

raga sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap

insulin, sehingga membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga

yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang

dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu

aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti berkebun, membersihkan rumah,

berjalan ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini, untuk

pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus

dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi

Page 12: SAP ISPA.docx

darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak struktur pembuluh

darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk

mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang

diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan.

Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri oleh

pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat hasil

pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika kadar

glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat

atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis

yang telah diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah

ditentukan.