sap kemotx

26
SATUAN ACARA PENYULUHAN 1. Pokok Bahasan : Kemoterapi 2. Sasaran : Pasien kemoterapi ruang 9 IRNA III RSU Dr. Saiful Anwar Malang 3. Waktu dan Tempat - Tempat : Ruang 9 IRNA III RSU Dr. Saiful Anwar Malang - Waktu : Rabu, 27 Juni 2012, pukul 10.30 WIB 4. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab 5. Media : Poster dan leaflet 6. Tujuan Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengerti dan memahami tentang pentingnya kemoterapi bagi upaya penyembuhan penyakit. Tujuan Khusus : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu : Menjelaskan tentang definisi kemoterapi Menjelaskan tentang tujuan kemoterapi Menyebutkan jenis kemoterapi Menjelaskan persiapan kemoterapi 7.. Manfaat Manfaat bagi mahasiswa : Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai kemoterapi. Mahasiswa mengetahui persiapan yang dilakukan sebelum pasien menjalani kemoterapi. Manfaat bagi masyarakat : Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai kemoterapi. Sasaran mengetahui manfaat kemoterapi bagi penyembuhan penyakitnya. 8. Materi (Terlampir) Menjelaskan tentang definisi kemoterapi

description

kemotx

Transcript of sap kemotx

Page 1: sap kemotx

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan : Kemoterapi2. Sasaran : Pasien kemoterapi ruang 9 IRNA III RSU Dr. Saiful Anwar

Malang3. Waktu dan Tempat

- Tempat : Ruang 9 IRNA III RSU Dr. Saiful Anwar Malang- Waktu : Rabu, 27 Juni 2012, pukul 10.30 WIB

4. Metode : Ceramah dan Tanya Jawab5. Media : Poster dan leaflet6. Tujuan

Tujuan Umum : Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengerti dan

memahami tentang pentingnya kemoterapi bagi upaya penyembuhan penyakit. Tujuan Khusus :

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu : Menjelaskan tentang definisi kemoterapi Menjelaskan tentang tujuan kemoterapi Menyebutkan jenis kemoterapi Menjelaskan persiapan kemoterapi

7.. Manfaat Manfaat bagi mahasiswa :

Mahasiswa mengetahui lebih dalam mengenai kemoterapi. Mahasiswa mengetahui persiapan yang dilakukan sebelum pasien

menjalani kemoterapi. Manfaat bagi masyarakat :

Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai kemoterapi. Sasaran mengetahui manfaat kemoterapi bagi penyembuhan

penyakitnya.8. Materi (Terlampir)

Menjelaskan tentang definisi kemoterapi Menjelaskan tentang tujuan dan manfaat kemoterapi Menjelaskan tentang jenis kemoterapi Menjelaskan tentang persiapan sebelum kemoterapi Menjelaskan efek samping kemoterapi

Page 2: sap kemotx

10. Tahap Kegiatan Penyuluhan Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Metode &

MediaPembukaan(5 menit)

Penyajian(10 menit)

Penutup(5 menit)

Memperkenalkan diri Menyampaikan maksud dan

tujuan dilaksanakannya penyuluhan

Menggali pengetahuan sasaran tentang materi yang akan disampaikan

Menjelaskan tentang definisi kemoterapi

Menjelaskan tentang tujuan dan manfaat kemoterapi

Menjelaskan tentang jenis kemoterapi

Menjelaskan tentang persiapan sebelum kemoterapi

Menjelaskan efek samping kemoterapi

Memberi kesimpulan materi Menyampaikan hasil

evaluasi dan umpan balik Menutup acara penyuluhan

Menjawab salam Memperhatikan dan

menjawab pertanyaan

Menyimak penjelasan Mengajukan pertanyaan

seputar materi

Memperhatikan penjelasan

Menjawab pertanyaan dari penyuluh

Ceramah dan tanya jawab

Ceramah dan tanya jawab-Poster-Leaflet

Ceramah dan tanya jawabLeafleat

11. Evaluasi : Evaluasi diberikan dengan cara memberikan pertanyaan kepada sasaran mengenai hal-hal yang telah dijelaskan oleh penyuluh. Adapun kriteria dari evaluasi sebagai berikut 1. Sasaran mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar dan lengkap yang

diberikan secara rinci.2. Sasaran mampu menjawab semua pertanyaan dengan benar dan singkat.3. Sasaran mampu menjawab beberapa pertanyaan dengan benar dan singkat.4. Sasaran mampu menjawab pertanyaan setelah diberiakan bantuan.

Page 3: sap kemotx

Materi penyuluhan

KEMOTERAPI DALAM GINEKOLOGI

1.1 Gambaran Umum

1.1.1 Definisi

Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat

sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel

kanker. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan

memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker atau

menghambat proliferasi sel-sel kanker dan diberikan secara sistematik.

Obat anti kanker yang artinya penghambat kerja sel (Munir, 2005).

Untuk kemoterapi bisa digunakan satu jenis sitostika. Pada

sejarah awal penggunaan kemoterapi digunakan satu jenis sitostika, namun

dalam perkembangannya kini umumnya dipergunakan kombinasi sitostika atau

disebut regimen kemoterapi, dalam usaha untuk mendapatkan hasiat lebih

besar (Admin, 2009).

1.1.2 Tujuan

1) Pengobatan.

2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.

3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.

1.1.3 Manfaat

1) Pengobatan

Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis

kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.

2) Kontrol

Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan kanker

agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.

3) Mengurangi gejala

Bila kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterap yang

diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita,

seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta

memperkecil ukurran kanker pada daerah yang diserang.

Page 4: sap kemotx

1.2 Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker.

Menurut Munir (2005), sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang

digunakan saat ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi,

semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap

sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya

maka kepekaannya semakin rendah , hal ini disebut Kemoresisten. Kemoterapi bekerja

dengan cara:

1. Merusak DNA dari sel-sel yang membelah dengan cepat, yang dideteksi oleh jalur

p53/Rb, sehingga memicu apoptosis

2. Merusak aparatus spindel sel, mencegah kejadian pembelahan sel.

3. Menghambat sintesis DNA

1.3 Obat-Obat Kemoterapi

Menurut Munir (2005), jenis obat yang digunakan pada tindakan kemoterapi ada

beberapa macam, diantaranya adalah :

1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik

Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti

sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.

2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang

berakibat menghambat sintesis DNA.

3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja

pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.

4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis

protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel

kanker tersebut.

1.4 Pola pemberian kemoterapi (Munir, 2005)

1) Kemoterapi Induksi

Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel

kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau

pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan

pengobatan penyelamatan.

2) Kemoterapi Adjuvan

Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau

radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa

atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).

Page 5: sap kemotx

3) Kemoterapi Primer

Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada

kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan

yang lain misalnya bedah atau radiasi.

4) Kemoterapi Neo-Adjuvan

Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti

pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.

Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi

atau radiasi akan lebih berhasil guna.

1.5 Cara pemberian obat kemoterapi (Munir, 2005)

1) Intra vena (IV)

Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV pelan-

pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau dengan

continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat

tetesannya.

2) Intra tekal (IT)

Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor dalam

cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain MTX, Ara.C.

3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi, tujuannya

untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain

Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.

4) Oral

Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®,

Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.

5) Subkutan dan intramuskular

Pemberian sub kutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah L-

Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian

per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.

6) Topikal

7) Intra arterial

8) Intracavity

9) Intraperitoneal/Intrapleural

Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak

pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural

yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker

Page 6: sap kemotx

dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis

yang amat banyak , contohnya Bleocin.

1.6 Prosedur Tindakan Kemoterapi Pada Pasien (Herdata, 2009)

1) Persiapan Pasien

Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan yang

meliputi:

a) Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.

b) Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.

c) Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test bila serum

creatinin meningkat.

d) Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)

e) EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).

2) Syarat pasien yang layak mendapat tindakan kemoterapi :

Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang

apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum

memberikan kemoterapi perlu pertimbangan sebagai berikut :

1. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu

status penampilan <= 2. Status Penampilan Penderita Ca (Performance Status)

ini mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyakit kanker semakin

berat pasti akan mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor

prognostik dan faktor yang menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien

dengan sesuai status penampilannya. Skala status penampilan menurut ECOG

( Eastern Cooperative Oncology Group) adalah sebagai berikut:

a. Grade 0: masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk mengerjakan tugas

kerja dan pekerjaan sehari-hari.

b. Grade 1: hambatan pada perkerjaan berat, namun masih mampu bekerja

kantor ataupun pekerjaan rumah yang ringan.

c. Grade 2: hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50 % waktunya untuk

tiduran dan hanya bisa mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat

melakukan pekerjaan lain.

d. Grade 3:  Hanya mampu melakukan perawatan diri tertentu, lebih dari 50%

waktunya untuk tiduran.

e. Grade 4: Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas apapun, betul-betul

hanya di kursi atau tiduran terus

Page 7: sap kemotx

2. Jumlah lekosit >=3000/ml

3. Jumlah trombosit>=120.0000/ul

4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10 gram %

5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit  (dalam 24 jam) (Tes Faal Ginjal)

6. Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).

7. Elektrolit dalam batas normal.

8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia

diatas 70 tahun.

9. Keadaan umum cukup baik.

10. Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi, informed

concent.

11. Faal ginjal dan hati baik.

12. Diagnosis patologik

13. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.

14. Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya.

3) Prosedur Pemberian Kemoterapi

1. Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara

pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.

2. Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan

dan sepatu.

3. Lakukan tehnik aseptik dan antiseptic

4. Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan

infuse

5. Berikan anti mual ½ jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran,

kitril secara intra vena)

6. Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 %

7. Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai

program

8. Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9%

9. Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat

serta diberi etiket.

10. Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila

disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket,

kirim ke incinerator / bakaran.

11. Catat semua prosedur

Page 8: sap kemotx

12. Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan

awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.

1.7 Efek samping kemoterapi (Herdata, 2008)

Agen kemoterapi tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang

membelah secara cepat seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro

intestinal. Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang

memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi mual,

muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut

mengakibatkan kerontokan  rambut.

Jaringan tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sumsum tulang, folikel

rambut, mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya

sel kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama

dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel kanker.

Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah toksisitas terhadap

jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas pada paru berupa kronik

fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan  ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya

dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga merupakan

salah satu efek samping pemberian kemoterapi.

Untuk menghindari efek samping intolerable, dimana penderita menjadi

tambah sakit sebaiknya dosis obat dihitung secara cermat berdasarkan luas permukaan

tubuh (m2) atau kadang-kadang menggunakan ukuran berat badan (kg). Selain itu

faktor yang perlu diperhatikan adalah keadaan biologik penderita. Untuk menentukan

keadaan biologik yang perlu diperhatikan adalah keadaan umum (kurus sekali, tampak

kesakitan, lemah sadar baik, koma, asites, sesak, dll), status penampilan (skala

karnofsky, skala ECOG), status gizi, status hematologis, faal ginjal, faal hati, kondisi

jantung, paru dan lain sebagainya.

Penderita yang tergolong good risk dapat diberikan dosis yang relatif tinggi,

pada poor risk (apabila didapatkan gangguan berat pada faal organ penting) maka

dosis obat harus dikurangi, atau diberikan obat lain yang efek samping terhadap organ

tersebut lebih minimal. Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat,

dosis pada setiap pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang

timbul pada setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama,

faktor nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna. Efek samping

kemoterapi dipengaruhi oleh :

Page 9: sap kemotx

1. Masing-masing agen memiliki toksisitas yang spesifik terhadap organ tubuh

tertentu.

2. Dosis.

3. Jadwal pemberian.

4. Cara pemberian (iv, im, peroral, per drip infus).

5. Faktor individual pasien yang memiliki kecenderungan efek toksisitas pada organ

tertentu.

Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :

1. Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24 jam

pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.

2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam beberapa

hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan stomatitis.

3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul dalam

beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, neuropati.

4. Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang timbul dalam

beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.

Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan

tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama

sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul

pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping

dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah

pengobatan.

Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,

supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama

adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan

muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dab

berlangsung tidak melebihi 24 jam.

Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah

putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia),

supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau

kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit

mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu

sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang

yang terjadi kemudian penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama

Page 10: sap kemotx

pada minggu kedua dan pada sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit

kemudian naik lagi dan akan mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam.

Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan

perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus

gastrointestinal.

Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada

kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah

kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,

sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan

perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.

Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi,

sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru umumnya

iireversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika

selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping

pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.

Kemoterapi dapat mempengaruhi sel normal di lambung, sel lambung ini

kemudian mengirim sinyal ke ” pusat muntah” di otak, karena sinyal ini direspon

berbeda sehingga memicu mual dan muntah. Ada kala kemoterapi akan langsung

bekerja di “pusat muntah” di otak. Mekanisme ini juga akan memicu mual dan

muntah.

1.9 Langkah-Langkah Pemberian Obat Kemoterapi Oleh Perawat

Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan

memakai alat “biosafety laminary airflow” kemudian dikirim ke bangsal perawatan

dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis

obat, dosis obat dan jam pencampuran.

Menurut Admin (2009), bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka,

pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :

1. Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain

2. Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu.

3. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.

4. Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak

ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan

terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan

tidak mengambil 2 kali

Page 11: sap kemotx

5. Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa

steril diujung jarum spuit.

6. Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume

cairan yang telah ditentukan

7. Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam

flabot atau botol infus.

8. Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau

dengan syringe pump.

9. Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan.

10. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas

dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.

1.11 Penatalaksanaan Kemoterapi Berdasarkan Evidence Based

1. Kemoterapi pada PTG (Unsri, 2008)

Tatalaksana  PTG adalah berdasarkan staging dan skoring. Kemoterapi adalah 

modalitas utama pada pasien dengan PTG. Angka keberhasilan terapi pada PTG risiko

rendah adalah 100% dan lebih dari 80% pada PTG risiko tinggi. Andrijono,

melaporkan angka keberhasilan terapi pada PTG nonmetastasis 95,1%, risiko rendah

83,3% , risiko tinggi hanya 50 % dengan angka kematian karena PTG berkisar 8-9%.

Kemoterapi pada PTG risiko rendah adalah kemoterapi tunggal, dengan pilihan utama

Methotrexate. Kemoterapi tunggal lain yang dapat digunakan adalah

Dactinomycin.Sedangkan pada PTG risiko tinggi menggunakan kemoterapi kombinasi

diberikan kombinasi EMA-CO

(etoposide,methotrexate,actinomycin,cyclophosphamaide dan oncovin) sebagai terapi

primer atau menggunakan kombinasi ME (Metothrexate, Etoposide ), EP ( Etoposide,

Cisplatinum).

Evakuasi molahidatidosa dilakukan sesaat setelah diagnosis ditegakkan,hal

didasarkan perhitungan bahwa evakuasi dilakukan untuk menghindari abortus mola

sehingga perlu tingakan akut, menghindari komplikasi hipertiroid atau perforasi serta

untuk memperoleh jaringan untuk diagnosis histopatologi. Dengan perkembangan

kemoterapi yang mempunyai angka keberhasilan terapi yang tinggi, kuretase cukup

dilakukan satu kali.

Histerektomi dilaporkan dilakukan pada kasus molahidatidosa usia tua dan

terbukti mengurangi angka kematian dari koriokarsinoma. Histerektomi juga

Page 12: sap kemotx

dilakukan pada keadaan darurat pada kasus perforasi,pada kasus metastasis liver, otak

yang tidak respon terhadap kemoterapi serta pada kasus PSTT.           

Penyakit trofoblas gestasional adalah radiosensitive, karena radiasi mempuyai

efek tumorosidal serta hemostatik, Radioterapi dapat dilakukan pada metastasis otak

atau pada pasien yang tidak bisa diberikan kemoterapi karena alasan medis.

a. Penatalaksanaan PTG.

1. Stadium I.

Pada pasien dengan stadium I, seleksi penangananya adalah

berdasarkan fertilitas penderita, yaitu : histerektomi + kemoterapi. Jika sistem

anak fertilitas, histerektomi dengan adjuvan agen kemoterapi tunggal mungkin

merupakan pengobatan primer. Kemoterapi adjuvant yang digunakan harus

memenuhi 3 alasan :

a. Mengecilkan penyebaran sel tumor pada saat operasi

b. Mempertahankan level sitotoksik kemoterapi pada peredaran darah dan

jaringan yang merupakan tempat penyebaran tumor pada saat opertasi.

c. Pengobatan metastatis yang tersembunyi yang telah ada pada saat operasi.

Pada penatalaksanaan PTG Stadium satu, kemoterapi aman diberikan

pada saat histerektomi tanpa peningkatan risiko perdarahan atau sepsis. Pada 1

seri yang terdiri dari 29 pasien yang diterapi pada satu institusi dengan

histerektomi primer dan adjuvant kemoterapi tunggal, semuanya menunjukkan

remisi komplit tanpa tambahan terapi. Histerektomi juga selalu dilakukan pada

stadium I PSTT. Sebab PSTT resisten terhadap terapi , histerektomi hanya

dilakukan pada penyakit yang nonmetastatik dan merupakan pengobatan

kuratif. Pada penderita PSTT metastatik yang pernah dilaporkan mengalami

remisi setelah kemoterapi.

a. Kemoterapi tunggal

Kemoterapi tunggal lebih baik pada penderita dengan stadium I

yang masih membutuhkan fertilitas. pada suatu penerlitian dengan

kemoterapi tunggal yang diberikan pada 399 pasien dengan stadium I

PTG, 373 ( 93,5%) mengalami respon komplit. Dua puluh enam pasien

yang resisten mengalami remisi pada kemoterapi kombinasi atau operatif.

Pada pasien yang resisten terhadap kemoterapi tunggal dan masih

membutuhkan sistem reproduksi , dapat diberikan kemoterapi kombinasi.

Jika pasien resisten terhadap kemoterapi tunggal dan kemoterapi kombinasi

dan masih ingin mempertahankan sistem reproduksi dapat dilakukan

Page 13: sap kemotx

reseksi uterus lokal. Jika direncanakan reseksi lokal USG preoperatif, MRI

atau arteriogram mungkin menolong mendefinisikan bagian tumor yang

resisten.

b. Kemoterapi kombinasi

Sejak ditemukannya kemoterapi yang efektif, maka kesembuhan

pada semua pasien dengan PTG risiko rendah dapat diharapkan, tetapi pada

PTG risiko tinggi kesembuhan hanya berkisar 52-89% bahkan dengan

MTX-Actinomisin-D dan Sikloposfamid/ klorambusil (MAC) sebagai

terapi primer PTG risiko tinggi yang metastatik.

Regimen MEA dari suatu penelitian tanpa siklofosfamid, Vinkristin

adalah kombinasi yang dapat ditolerir dan efektif dalam mengobati wanita

dengan PTG risiko tinggi. Efek samping MEA yang didapatkan adalah

mielosupresi, alopesia reversibel) grade 2-3) dan nausea ( grade 2). Leuko

dan trombositopenia grade 4 terjadi pada 5,3 dan 6,4% dari 94 siklus.

Pergantian kemoterapi EMA/CO juga dilaporkan efektif dan dapat

ditoleransi untuk pasien PTG risiko tinggi. Laporan terbaru dari RS

Charing Cross terhadap regimen ini menunjukkan 78% remisi komplit,

86% tingkat survival 5 tahun kumulatif dan toksisitas minimal kecuali

untuk keganasan. ke2. Uji klinik acak dengan faktor risiko tinggi yang

sama dapat mendefinisikan regimen optimal untuk wanita dengan PTG

risiko tinggi, walaupun agaknya tidak mungkin karena pada penyakit jarang

ini ada tingkat respon yang tinggi terhadap banyak regimen terapi.

Baru-baru ini keganasan kedua yang terjadi setelah regimen

kemoterapi yang mengandung etoposide telah dilaporkan. Risiko leukemia

mieloid, ca kolon dan ca mammae secara bermakna meningkat. Walaupun

mekanisme keganasan kedua setelah kemoterapi sekuensial/ kombinasi

dengan etoposide belum diketahui, pasien yang diberi etoposide perlu di

follow up lebih ketat.

2. Stadium II dan stadium III.

Pasien dengan risiko rendah diterapi dengan kemoterapi tunggal, dan

pasien dengan risiko tinggi dengan kemoterapi kombinasi primer yang intensif.

a. Metastasis ke pelvis dan vagina

Pada penelitian dengan 26 pasien stadium II yang diterapi dengan

kemoterapi tunggal memberikan remisi komplit sebanyak 16 dari 18 (

88,9%) pada penderita dengan risiko rendah. Kontrasnya hanya 2 dari 8

Page 14: sap kemotx

orang yang mempunyai risiko tinggi mengalami remisi dengan kemoterapi

tunggal dan lainnya dengan kemoterapi kombinasi. Metastasis vagina

mungkin menyebabkan perdarahan yang hebat sebab mempunayai

vaskuler yang banyak. Ketika perdarahan ini substansial akan dapat

dikontrol dengan melokalisir vagina atau dengan lokal eksisi yang luas.

Embolisasi Arteriografi arteri hipogastrika mungkin bisa mengontrol

perdarahan metastasis vagina.

b. Metastasis ke paru-paru.

Dari penelitian terhadap 130 pasien dengan stadium III yang

diterapi 129 (99%) menunjukkan remisi komplit. Remisi gonadotropin

diinduksi dengan kemoterapi tunggal pada 71 dari 85 ( 83,5%) pasien

dengan risiko rendah. Semua pasien yang resisten terhadap kemoterapi

tunggal sebagian mengalami remisi dengan kemoterapi kombinasi.

Torakotomi merupakan batas pemanfaatan pada stadium III. Jika pasien

mengalami metastasis pulmo yang persisten dan diberikan kemoterapi

intensif, bagaimana pun torakotomi mungkin bisa mengeksisi fokus yang

resisten. Pada penderita resisten yang telah dilakukan torakotomi,

kemoterapi harus diberikan pada postoperatif untuk mengobati

mikrometasis yang tersembunyi.

c. Histerektomi.

Histerektomi mungkin dilakukan pada pasien dengan metastasis

untuk mengontrol perdarahan uterus atau sepsis. Selanjutnya pada pasien-

pasien yang tumornya meluas, histerektomi mungkin secara substansial

menghambat tumor trofoblas dan membatasi untuk pemberian kemoterapi.

d. Follow-up

Semua pasien dengan stadium I sampai stadium III harus difollow-up

dengan :

1. Pengukuran hCG tiap minggu sampai kadarnya normal selama 3

minggu berturut-turut.

2. Pengukuran hCG setiap bulan sampai nilainya normal 12 bulan

berturut-turut.

3. Kontrasepsi yang efektif selama interval follow-up hormonal.

3. Stadium IV.

Pasien-pasien stadium IV mempunyai risiko terbesar untuk tumbuh

secara progresif cepat dan tidak respon terhadap terapi multimodalitas. Semua

Page 15: sap kemotx

pasien stadium IV harus diterapi secara primer dengan kemoterapi intensif dan

penggunaan radioterapi yang selektif dan pembedahan.

a. Metastasis hepar

Penanganan metastasis hepar sebagian sulit. Pada pasien-pasien

Yang resisten dengan kemoterapi sistemik, infus arteri hepatika mungkin

menghambat remisi komplit pada kasus-kasus yang selektif. Reseksi hepar

mungkin bisa juga untuk mengontrol perdarahan akut atau untuk mengeksisi

fokus tumor yang resisten. Tehnik terbaru tentang embolisasi arteri mungkin

diperlukan untuk intervensi pembedahan.

b. Metastasis cerebral.

Jika didiagnosis metastasis cerebral, dilakukan irradiasi seluruh

otak (3000 cGy dengan 10 fraksi). Risiko perdarahan spontan cerebral

mungkin bisa terjadi karena kombinasi kemoterapi dan irradiasi otak sebab

keduanya mungkin bersifat hemostatik dan bakterisidal. Remisi terbaik

yang dilaporkan pada pasien dengan metastasis kranial yang diobati secara

intravena yang intensif dengan kombinasi kemoterapi dan metotreksat

intratekal.

c. Kraniotomi.

Kraniotomi dilakukan untuk dekompresi akut atau untuk mengontrol

perdarahan. Weed dkk melaporkan bahwa kraniotomi untuk mengontrol

perdarahan pada 6 pasien, 3 diantaranya mengalami remisi komplit. Pasien

dengan metastasis cerebral yang mengalami remisi umumnya tidak

mempunyai sisa defisit neurologis.

d. Follow-up.

1. Nilai hCG tiap minggu sampai normal selama 3 minggu berturut-turut.

2. Nilai hCG setiap bulan sampai normal selama 24 bulan berturut.

2. Kemoterapi pada kanker serviks

Penetapan pengobatan kanker serviks berdasarkan Standar Pelayanan Medik

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2006) :

1. Stadium 0

a. Bila fungsi uterus masih diperlukan: cryosurgery, konisasi, terapi laser

atau LLETZ (Large Loop Electrocauter Transformation Zone).

Histerektomi diindikasikan pada patologi ginekologi lain, sulit pengamatan

lanjut, dan sebagainya

Page 16: sap kemotx

b. Pengamatan Pap Smear lanjut pada tunggul serviks dilakukan tiap tahun.

Dengan kekambuhan 0,4%

2. Stadium Ia

Skuamousa :

a. Ia1 – dilakukan konisasi pada pasien muda, histerektomi vaginal/abdominal

pada pasien usia tua.

b. Ia2 – histerektomi abdomen dan limfadenektomi pelvik, modifikasi

histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvik

c. Keadaan diatas PLUS tumor anaplastik atau invasi vaskuler–limfatik,

dilakukan histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvik. Bila ada

kontraindikasi operasi, dapat diberikan radiasi.

3. Stadium Ib/IIa

a. Bila bentuk serviks berbentuk “barrel”, usia <50 tahun, lesi primer <4 sm,

indeks obesitas (I.0) <0,70 dan tidak ada kontraindikasi operasi, maka

pengobatan adalah operasi radikal. Satu atau dua ovarium pada usia muda

dapat ditinggalkan dan dilakukan ovareksis keluar lapangan radiasi sampai

diatas L IV. Post operatif dapat diberikan ajuvan terapi (kemoterapi, radiasi

atau gabungan) bila :

Radikalitas operasi kurang

Kelenjar getah bening pelvis/paraaorta positif

Histologik : small cell carcinoma

Diferensiasi sel buruk

Invasi dan atau limfotik vaskuler

Invasi mikroskopik ke parametria

Adenokarsinoma/adenoskuamosa

b. Bila usia 50 tahun, lesi >4 sm, I.0 >0,70, atau penderita menolak/ada

kontraindikasi operasi maka diberikan radiasi. Bila kemudian ada resistensi,

maka pengobatan selanjutnya adalah histerektomi radikal.

4. Stadium IIb-IIIb

a. Diberikan radiasi. Pada risiko tinggi kemoterapi dapat ditambah untuk

meningkatkan respon pengobatan, dapat diberikan secara induksi atau

simultan. Secara induksi: bila radiasi diberikan 4-6 minggu sesudah

kemoterapi. Secara simultan: bila radiasi diberikan bersamaan dengan

kemoterapi.

Page 17: sap kemotx

b. Dilakukan CT-Scan dahulu, bila kelenjar getah bening membesar ≥1,5 sm

dilakukan limfadenektomi dan dilanjutkan dengan radiasi.

c. Dapat diberikan kemoterapi intra arterial dan bila respon baik dilanjutkan

dengan histerektomi radikal atau radiasi bila respon tidak ada. 45Stadium

IVa

d. Radiasi diberikan dengan dosis paliatif, dan bila respon baik maka radiasi

dapat diberikan secara lengkap. Bila respon radiasi tidak baik maka

dilanjutkan dengan kemoterapi. Dapat juga diberikan kemoterapi sebelum

radiasi untuk meningkatkan respon radiasi.

5. Stadium IVb

a. Bila ada simptom dapat diberikan radiasi paliatif dan bila memungkinkan

dilanjutkan dengan kemoterapi.

b. Bila tidak ada simptom tidak perlu diberikan terapi, atau kalau

memungkinkan dapat diberikan kemoterapi.

c. Catatan : bila terjadi perdarahan masif yang tidak dapat terkontrol, maka

dilakukan terapi embolisasi (sel form) intra arterial (iliaka

interna/hipogastrika).