Sap Halusinasi

11
SATUAN ACARA PENYULUHAN PERAWATAN KELUARGA TERHADAP PASIEN DI RUMAH  DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI RUMAH SAKIT JI WA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG Oleh : I WA Y AN J AKA TARA (131631! PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNI"ERS ITAS RESPAT I YOGYAKARTA #1$

Transcript of Sap Halusinasi

SATUAN ACARA PENYULUHANPERAWATAN KELUARGA TERHADAP PASIEN DI RUMAH

DENGAN MASALAH GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASIRUMAH SAKIT JIWA PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

Oleh :

I WAYAN JAKA TARA(13160031)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

2014SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan:Peran keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan persepsi sensoriSub pokok bahasan: Perawatan keluarga terhadap pasien dengan halusinasi di rumahSasaran :Keluarga dan pasien yang mengalami gangguan persepsi sensori : Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo MagelangHari / Tanggal:

Waktu

: 15 menit

Tempat : Ruang Kresna P10 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo MagelangPenyuluh : I Wayan Jaka Tara S.Kep (13160031)

I. LATAR BELAKANG

Dari data yang diperoleh saat melakukan observasi di Ruang Kresna P10 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelan terdapat sebagian besar terdiagnosa schizofrenia paranoid (gangguan persepsi sensori : halusinasi) dan saat dilakukan wawancara dengan 4 pasien mereka menyatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan terutama mengenai perawatan pasien dengan halusinasi di rumahII. TUJUAN

A. Tujuan Umum :

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga yang berkunjung Ruang Kresna P10 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang mampu memahami peran keluarga dalam merawat pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori : halusinasi di rumah.B. Tujuan Khusus:Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 15 menit diharapkan keluarga yang berkunjung ke Ruang Kresna P10 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang dapat:a. Menjelaskan pengertian halusinasi dengan kata-katanya sendiri

b. Menyebutkan fase halusinasi

c. Menyebutkan tanda-tanda halusinasi

d. Menyebutkan jenis halusinasie. Menyebutkan dan menjelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien dengan halusinasiIII. IDENTIFIKASI MASALAHPasien yang menjalani perawatan di Ruang Kresna P10 Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang yang mengalami gangguan halusinasi.IV. PELAKSANAAN KEGIATAN

NOKEGIATANPENYULUHPESERTAWAKTU

1

2

3

Pembukaan dan salam

Penyampaian materi

Penutup dan salamMenyampaikan salam

Memperkenalkan diri, Menjelaskan tujuan

Apersepsi

Menyampaikan materi:

1. Pengertian halusinasi

2. Fase halusiasi

3. Tanda-tanda halusinasi

4. Jenis halusinasi

5. Peran serta keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi

Tanya jawab

Menyimpulkan hasil materi

Menyampaikan salamMenjawab salam

Mendengarkan

Memberi respon

Mendengarkan dan memperhatikan

Klien bertanya, mampu menjawab pertanyaanMendengarkan

Menjawab salam2 menit

10 menit

3 menit

V. METODE Ceramah Tanya jawabVI. MEDIA

LeafletVII. SETTING TEMPAT

a. Peserta duduk di kursi tunggub. Penyaji didepannya

VIII. GARIS BESAR MATERI

1. Pengertian halusinasi2. Fase halusiasi

3. Tanda-tanda halusinasi

4. Jenis halusinasi

5. Peran serta keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi

IX. EVALUASIMenanyakan kepada klien dan keluarga klien, 1. Coba jelaskan pengertian halusinasi !2. Jelaskan secara sigkat fase halusiasi !3. Sebutkan tanda-tanda halusinasi!4. Sebutkan jenis halusinasi, dan keluarga anda termasuk dalam halusinasi apa?5. Ceritakan Peran serta keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi !DAFTAR PUSTAKAKeliat, Budi, Anna, 2005, Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok, EGC : Jakarta

Nurjannah I, 2004, Pedoman Penanganan pada Gangguan Jiwa, Mocomedia. Yogyakarta

R.S. Grhasia, 2006, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Rumah Sakit Grhasia Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, RS Grhasia : Yogyakarta

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan pendidikan kesehatan tentang Peran keluarga dalam perawatan pasien dengan gangguan persepsi sensori, guna memenuhi tugas profesi ners stase keperawatan jiwak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Global Yogyakarta.Pengajar

Ni Luh Putu Sri Evayanti, S.Kep

Mengetahui,

Pembimbign Akademik,

(Suib, S.Kep, Ns)Pembimbing Klinik

(Sri Suyani, S.Kep, Ns)

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIANHalusinasi adalah persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien yang terjadi dalam keadaan sadar/terbangun. (Maramis, 2005).

Halusinasi adalah gangguan pencerpan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart & Sundeen, 1998).

B. FASE HALUSINASI Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya. Stuart & Laraia (2001) membagi fase halusinasi dalam empat fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirnya. Semakin erat fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan semakin dikendalikan oleh halusinasinya. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fase I: Comforting

Ansietas sedang, halusinasi menyenangkan

Karakteristik: klien mengalami persaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah, dan takut, serta mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berbeda dalam kendali kesadaranjika ansietas dapat ditangani. Merupakan non psikosis

Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, jika sedang asyik dengan halusinasinya, diam dan asyik sendiri.

2. Fase II: CondemingAnsietas berat, halusinasi menjadi menjijikkan. Karakteristik: pengalaman sensori yang menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dsan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. Merupakan halusinasi dan psikosis ringan. Perilaku klien: meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. Rentang perhatian klien menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.3. Fase III: Controlling

Ansietas berat, pengalaman sensori menjadi berkuasa. Karakteristik: klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis.

Perilaku klien kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti. Klien mengalami kesukaran berhubungan dengan dengan orang lain dan rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit. Klien menunjukkan adanya tanda-tanda fisik ansietas berat yaitu berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah.

4. Fase IV: ConqueringPanik, umumnya menjadi melebar dalam halusinasinya.. Karakteristik: pengalaman sensori menjadi mengancam, jika klien mengikuti perintah halusinasi halusinasi berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intrevensi terapeutik. Merupakan halusinasi pada keadaan psikosis berat.

Perilaku klien: perilaku terror akibat panik. Klien berpotensi kuat untuk melakukan suicide atau homicide. Aktivitas fisik klien merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonia, klien tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

C. TANDA DAN GEJALA HALUSINASI

1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri

2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain

3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

4. Tidak dapat memusatkan perhatian

5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung (Budi Ana Keliat, 1999)

D. JENIS HALUSINASI

1. Halusinasi pendengaran (auditif, akustik)

Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi. Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 2006).

Tanda dan gejala rilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut ;Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.2. Halusinasi penglihatan (visual, optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat gambaran- gambaran yang mengerikan.

3. Halusinasi penciuman (olfaktorik)

Biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kondisi moral

4. Halusinasi pengecapan (Gustatorik)

Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman, penderita merasa mengecap sesuatu

5. Halusinasi raba (taktil)

Merasa diraba, disentuh, ditiup atau atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah kulitE. PERAN SERTA KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN HALUSINASI1. Bantu Mengenal Halusinasi.

a. Bina saling percaya.

b. Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekwensi.

2. Meningkatkan Kontak Dengan Realita.

a. Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi.

b. Bicara dengan klien secara sering dan singkat.

c. Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian.

d. Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi.

e. Diskusikan hasil observasi anda.

3. Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan.

a. Temani, cegah isolasi dan menarik diri.

b. Terima halu sinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: Saya percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar.

c. Beri kesempatan untuk mengungkapkan.

d. Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut.

4. Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain.

a. Lakukan perlindungan.

b. Kontak yang sering secara personal.

5. Tingkatkan Harga diri.

a. Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai.

b. Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien.

c. Dorong berespon pada situasi nyata.