Sap Halusinasi

26
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa Kode MK/ SKS : / 2 SKS Waktu Pertemuan : 1 x 45 menit Pertemuan Ke : 1 A. Kompetensi 1. Standar Kompetensi Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa. 2. Kompetensi Dasar Mahasiswa dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. B. Materi Pembelajaran Konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi. C. Uraian Materi Pembelajaran 1. Pengertian Halusinasi 2. Psikodinamika 3. Rentang Respon Halusinasi 4. Faktor Penyebab Halusinasi 5. Manifestasi Klinis 6. Penatalaksanaan 7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi a. Pengkajian b. Diagnosa Keperawatan c. Rencana Tindakan Keperawatan d. Implementasi Keperawatan e. Evaluasi 8. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Pasien Halusinasi

Transcript of Sap Halusinasi

Page 1: Sap Halusinasi

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

Mata Kuliah : Keperawatan JiwaKode MK/ SKS : / 2 SKSWaktu Pertemuan : 1 x 45 menitPertemuan Ke : 1

A. Kompetensi1. Standar Kompetensi

Setelah menempuh mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa.

2. Kompetensi DasarMahasiswa dapat menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi.

B. Materi PembelajaranKonsep asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi.

C. Uraian Materi Pembelajaran1. Pengertian Halusinasi2. Psikodinamika3. Rentang Respon Halusinasi4. Faktor Penyebab Halusinasi5. Manifestasi Klinis6. Penatalaksanaan7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi

a. Pengkajianb. Diagnosa Keperawatanc. Rencana Tindakan Keperawatand. Implementasi Keperawatane. Evaluasi

8. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Pasien Halusinasi

D. Strategi Pembelajaran1. Ceramah2. Diskusi dan Tanya Jawab3. Penugasan

Page 2: Sap Halusinasi

E. Kegiatan Belajar Mengajar

Tahap Kegiatan

Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa Media

Pendahuluan5 menit

1. Perkenalan2. Menjelaskan tujuan MK

dan aturan-aturan pembelajaran

3. Menjelaskan manfaat pembelajaran

4. Menjelaskan standar kompetensi dan kompetensi dasar

1. Merespon perkenalan dari dosen

2. Memperhatikan dan bertanya tentang tujuan dan aturan pembelajaran

3. Memperhatikan dan bertanya

1. Whiteboard2. Spidol3. Laptop4. LCD5. File materi

Penyajian30 menit

1. Menjelaskan dan mendiskusikan Konsep Askep Halusinasi:a. Pengertian Halusinasib. Psikodinamikac. Rentang Respon

Halusinasid. Faktor Penyebab

Halusinasie. Manifestasi Klinisf. Penatalaksanaang. Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Halusinasi Pengkajian Diagnosa Kep. Rencana Tindakan

Keperawatan Implementasi Kep. Evaluasi

h. Askep Pada Keluarga Pasien Halusinasi

2. Memberikan kesempatan mahasiswa bertanya

3. Memberikan umpan balik

1. Memperhatikan, bertanya dan diskusi tentang materi yang dibahas

2. Bertanya tentang hal-hal yang perlu

3. Memperhatikan dan merespon arahan dosen

1. Whiteboard2. Spidol3. Laptop4. LCD5. File materi

Penutup10 menit

1. Meminta tanggapan dari mahasiswa

2. Menyimpulkan materi kuliah

3. Memberikan tugas rumah kepada mahasiswa

1. Memberikan tanggapan atau komentar

2. Membuat kesimpulan atau rangkuman

3. Melaksanakan tugas di rumah

1. Whiteboard2. Spidol3. Laptop4. LCD5. File materi

F. Penilaian

Page 3: Sap Halusinasi

1. Prosedur Penilaiana. Teknik : Tesb. Bentuk : Tes Tertulisc. Ragam : Uraian

2. Soal-soala. Sebutkan penyebab halusinasi b. Sebutkan rentang respon halusinasi c. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis terapi somatik pada pasien halusinasi d. Sebutkan strategi pelaksanaan (SP) tindakan keperawatan pada pasien halusinasie. Sebutkan 4 cara mengontrol halusinasi pada pasien

G. Referensi

Keliat. 2008. Perawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Erlangga

Maramis. 2004. Catatan ilmu kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

MATERI PEMBELAJARAN

Page 4: Sap Halusinasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI HALUSINASI

1. Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah keadaan ketika atau kelompok mengalami suatu perubahan

dalam jumlah, pola atau interprestasi stimulus yang datang (Carpenito 2007). Halusinasi

adalah persepsi sensorik suatu objek gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan

(pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, dan pengecapan).

Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan dan penghiduan (Keliat, 2008). Halusinasi merupakan

gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.

Keyakinan tentang halusinasi adalah sejauh mana pasien itu yakin bahwa halusinasi

merupakan kejadian yang benar, umpamanya mengetahui bahwa hal itu tidak benar, ragu-

ragu/ yakin sekali bahwa hal itu benar adanya (Maramis, 2004).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan halusinasi adalah ketidakmampuan

pasien menilai dan merespon pada realitas pasien tidak dapat membedakan rangsangan

internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan, pasien tidak

mampu memberi respon secara akurat sehingga tanpa perilaku yang sukar

dimengerti dan mungkin menakutkan.

2. Psikodinamika

Ada beberapa penyebab seseorang yang mengalami halusinasi. Menurut

Nanda (2005) sebagai berikut penurunan sensori persepsi, ketidakseimbangan biokimia,

kurangnya stimulus lingkungan, stress psikologi penurunan/ hambatan neurotransmitter,

kurangnya rangsangan saat perkembangan, keseimbangan biokimia untuk sensori yang

keluar, keseimbangan elektrolit. Halusinasi mungkin disebabkan oleh banyak faktor, tetapi

kemungkinan penyebab terjadinya halusinasi pada pasien dengan masalah psikiatrik

adalah karena adanya stres psikologi (psychological stress) atau kurangnya stimulus dari

lingkungan (insufficient environmental stimull).

Page 5: Sap Halusinasi

Pada pasien dengan masalah psikiatrik, stres psikologi bisa menyebabkan pasien

berhalusinasi. Stres ini mungkin berasal dari dalam dirinya sendiri misalnya pasien

berfikir negatif atau menyalahkan dirinya sendiri, atau stres yang didapatkan dari

luar yang bisa berasal dari hubungan yang tidak menyenangkan dengan keluarga, teman

atau bahkan petugas kesehatan. Apabila pasien berada di rumah sakit tentunya

pasien berinteraksi dengan petugas kesehatan. Sikap verbal dan nonverbal petugas yang

tidak terapeutik bisa menyebabkan pasien merasa terancam dan menyebabkan halusinasi

semakin kuat dan sering muncul. Lingkungan di rumah sakit yang baru dan asing juga

bisa memicu pasien untuk merasa cemas dan tertekan, dan apabila hal ini tidak

diantisipasi maka mungkin akan memicu halusinasi menjadi semakin kuat.

Kurangnya stimulus lingkungan juga akan menjadi penyebab terjadinya halusinasi.

Pada umumnya pasien dengan masalah halusinasi diawali dengan perasaan sedih/ stres

karena masalah tertentu dan kemudian pasien menyendiri dalam waktu yang cukup lama.

Pada saat ini pasien berada dalam kondisi dimana stimulus dari lingkungan sangat kurang

sementara stimulus dalam dirinya semakin kuat. Apabila hal ini terjadi dalam waktu lama

maka pasien akan mulai berhalusinasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan

halusinasi adalah resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, kesulitan

mengakses dan menggunakan ingatan yang telah disimpan, kerusakan ingatan jangka

pendek atau jangka panjang.

3. Rentang Respon Halusinasi

Page 6: Sap Halusinasi

Keterangan Gambar :

a. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial

budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika

menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif

berupa :

1). Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan.

2). Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

3). Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari hati sesuai

dengan pengalaman.

4). Perilaku sesuai adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas

kewajaran.

5). Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan

lingkungan.

b. Respon Psikososial

Respon psikososial, antara lain :

1). Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan

kekacauan/mengalami gangguan.

2). Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang

sungguh terjadi (objek nyata), karena rangsangan panca indera.

3). Emosi berlebihan atau berkurang.

4). Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.

Page 7: Sap Halusinasi

5). Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain atau

hubungan dengan orang lain.

c. Respon Maladaptif

Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang

menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungannya. Respon maladaptif

yang sering ditemukan meliputi :

1). Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun

tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial.

2). Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang

tidak realita atau tidak ada.

3). Kerusakan proses emosi ialah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

4). Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur.

5). Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima

sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif

mengancam.

4. Penyebab Halusinasi

a. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi realita

adalah aspek biologis, psikologis dan sosial (Stuart dan Laraia, 2005).

1). Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau susunan saraf pusat dapat

menimbulkan gangguan orientasi realitas (halusinasi) seperti hambatan

perkembangan otak khususnya kortek frontal, temporal dan limbik. Gejala yang

mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar, bicara, daya ingat dan mungkin

muncul perilaku menarik diri atau kekerasan.

2). Psikologis

Keluarga, pengasuh dari lingkungan pasien sangat mempengaruhi respon

psikologis dari pasien. Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan

orientasi realita adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan pasien.

Penolakan dapat dirasakan dari ibu, pengasuh atau teman yang bersikap cemas,

tidak sensitif atau bahkan terlalu melindungi. Pola asuh pada usia kanak-kanak

Page 8: Sap Halusinasi

yang tidak adekuat misalnya, tidak ada kasih sayang, diwarnai kekerasan, ada

kekerasan emosi, konflik dan kekerasan dalam keluarga (pertengkaran rumah

tangga) merupakan lingkungan resiko gangguan orientasi realitas.

3). Sosial

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi

realitas, seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusakan,

kerawanan) kehidupan yang terisolasi disertai stres.

b. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi dapat berasal dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan

orang lain, stressor juga bisa menjadi salah satu penyebab. Gangguan orientasi realita

halusinasi yang meliputi biologis dan stressor lingkungan.

1). Biologis

Stressor Biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologik yang

maladaptif termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur

proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

2). Stressor Lingkungan

Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang

berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menetapkan terjadinya gangguan

perilaku.

5. Manifestasi Klinis

Menurut Stuart dan Laraia (2005) tahap-tahap halusinasi karakteristik dan perilaku

yang ditampilkan oleh pasien yang mengalami halusinasi sebagai berikut:

a. Halusinasi penglihatan

Adapun perilaku yang dapat teramati:

1). Melirikkan mata kekiri dan kekanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang

dibicarakan.

Page 9: Sap Halusinasi

2). Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak

berbicara atau pada benda seperti mebel.

3). Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.

4). Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara.

b. Halusinasi pendengaran

Adapun perilaku yang dapat teramati:

1). Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain, benda mati atau

stimulus yang tidak tampak.

2). Tiba-tiba berlari ke ruangan lain.

c. Halusinasi penciuman

Adapun perilaku yang dapat teramati:

1). Hidung yang dikerutkan seperti, mencium bau yang tidak enak.

2). Mencium bau tubuh.

3). Mencium bau udara ketika sedang berjalan kearah orang lain.

4). Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.

5). Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang memadamkan

api.

d. Halusinasi perabaan

Adapun perilaku yang dapat teramati:

1). Sering menggaruk-garuk permukaan kulit

2). Mengatakan ada serangga di permukaan kulit

3). Merasa seperti tersengat listrik.

e. Halusinasi pengecapan

Adapun perilaku yang dapat teramati:

1). Meludahkan makanan atau minuman

2). Menolak untuk makan, minum atau minum obat

3). Tiba-tiba meninggalkan meja makan.

6. Penatalaksanaan

a. Psikofarmaka

Page 10: Sap Halusinasi

Psikofarmaka adalah therapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk

menghilangkan gejala gangguan jiwa, adapun yang tergolong dalam pengobatan

psikofarmaka adalah :

1). Clopromazine (CPZ)

Indikasinya untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan

menilai realita, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal, sosial dan titik

terganggu berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,

hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.

Mekanisme kerjanya adalah memblokade dopamine pada reseptor sinap

diotak khususnya system ekstra pyramida.

Efek sampingnya adalah gangguan otonomi, mulut kering, kesulitan dalam

miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,

gangguan irama jantung. Kontra indikasinya penyakit hati, kelainan jantung,

febris, ketergantungan obat, penyakit sistem syaraf pusat, gangguan kesadaran.

2). Thrihexyfenidil (THP)

Indikasinya adalah segala penyakit parkinson, termasuk pasca ensefalitis

dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserfina dan senoliazyne.

Mekanisme kerja : sinergis dan kinidine, obat anti depresan trisiclin dan

anti kolinergik lainnya.

Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, pusing, mual, muntah,

bingung, konstipasi, takikardi dilatasi, ginjeksial letensi urin.

Kontra indikasi : hipersensitif terhadap trihexyphenidil, glukoma sudut

sempit, psikosis berat, psikoneurosis, hipertropi prostase dan obstruksi saluran

cerna.

3). Halloperidol (HLP)

Indikasinya: berbahaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam

fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.

Mekanisme kerja: obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada

reseptor pasca sinoptik neuron di otak, khususnya system limbic dan system ekstra

pyramidal.

Page 11: Sap Halusinasi

Efek samping: sedasi dan inhabisi psimotor gangguan otonomik yaitu

mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur,

tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.

Kontra indikasi: penyakit hati, epilepsy, kelainan jantung, febris,

ketergantungan obat, penyakit system saraf pusat, gangguan kesadaran.

b. Terapi Somatik

Terapi Somatik merupakan suatu terapi yang dilakukan langsung mengenai

tubuh. Adapun yang termasuk terapi somatik adalah :

1). Elektro Convulsif Therapy (ECT)

Merupakan pengobatan secara fisik menggunakan arus listrik dengan

kekuatan 75-100 volt. Cara kerja ini belum diketahui secara jelas, namun dapat

dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya serangan skizofrenia dan

dapat mempermudah kontak dengan orang lain.

2). Pengekangan atau pengikatan

Pengekangan fisik menggunakan pengekangan mekanik, seperti manset

untuk pergelangan tangan dan pergelangan kaki serta sprei pengekangan dimana

pasien dapat di imobilisasi dengan membalutnya. Cara ini dilakukan pada pasien

halusinasi yang mulai menunjukkan perilaku kekerasan diantaranya: marah-marah,

mengamuk.

3). Isolasi

Isolasi dapat menempatkan pasien dalam suatu ruangan dimana pasien

tidak dapat keluar dari ruangan tersebut sesuai kehendaknya. Cara ini dilakukan

pada pasien halusinasi yang telah melakukan perilaku kekerasan seperti memukul

orang lain/ teman, merusak lingkungan dan memecahkan barang-barang yang ada

didekatnya.

c. Terapi Okupasi

Terapi Okupasi merupakan suatu ilmu dan seni untuk mencurahkan partisipasi

seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan

maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.

Terapi Okupasi menggunakan pekerjaan atau kegiatan sebagai media pelaksana.

7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Halusinasi

Page 12: Sap Halusinasi

a. Pengkajian

1). Mengkaji Jenis Halusinasi

Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70%

halusinasi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau

suara, 20% halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap,

perabaan, senestik dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan

mengevaluasi perilaku pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang

dialami oleh pasien.

2). Mengkaji Isi Halusinasi

Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila

halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang

dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa

yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi

pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.

3). Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi

yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus

pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan

munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan

mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan

untuk pencegahan terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk

mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan jika pasien perlu

diperhatikan saat mengalami halusinasi. Ini dapat dikaji dengan menanyakan

kepada pasien kapan pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu.

Bila mungkin pasien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu terjadi halusinasi

tersebut.

4). Mengkaji Respon Terhadap Halusinasi

Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi pasien dapat dikaji

dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh pasien saat mengalami pengalaman

halusinasi. Apakah pasien masih dapat mengontrol stimulus halusinasi atau sudah

tidak berdaya lagi terhadap halusinasi.

Page 13: Sap Halusinasi

b. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian diatas, maka dapat disusun pohon masalah sebagai

berikut:

1). Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Core Problem

Isolasi Sosial

2). Diagnosa Keperawatan

Dari pohon masalah diatas, dapat disimpulkan bahwa diagnosa

keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan sensori persepsi halusinasi

adalah sebagai berikut :

a). Resiko perilaku kekerasan

b). Gangguan sensori persepsi halusinasi

c). Isolasi sosial

c. Rencana Tindakan Keperawatan

1). Tujuan

a). Pasien dapat mengenali halusinasi yang dialaminya.

b). Pasien dapat mengontrol halusinasinya.

c). Pasien dapat mengikuti program pengobatan secara optimal.

2). Rencana Tindakan Perawatan

Adapun rencana tindakan perawatan pada pasien dengan halusinasi sebagai

berikut:

a). Melatih pasien mengenali halusinasi yang dialami

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawat berdiskusi

dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/ dilihat), waktu terjadi

Page 14: Sap Halusinasi

halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan

halusinasi timbul dan respon pasien saat halusinasi timbul.

b). Melatih pasien mengontrol halusinasi

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah perawat melatih

pasien empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu :

(1). Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap

halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih

untuk mengatakan “Tidak Terhadap Halusinasi” yang muncul atau tidak

mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan

mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.

Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak

akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya. Tahapan

tindakan menghardik halusinasi meliputi:

(a). Menjelaskan cara menghardik halusinasi;

(b). Memperagakan cara menghardik;

(c). Meminta pasien memperagakan ulang;

(d). Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien.

(2). Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap

dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka

terjadi ”distraksi”; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke

percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah

satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan

bercakap-cakap dengan orang lain.

(3). Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas

secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri

yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami

halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara

Page 15: Sap Halusinasi

”beraktivitas secara teratur” dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh

hari dalam seminggu. Tahapan tindakannya sebagai berikut:

(a). Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi;

(b). Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien;

(c). Melatih pasien melakukan aktivitas;

(d). Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang

telah dilatih;

(e). Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai tidur

malam, tujuh hari dalam seminggu;

(f). Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan;

(g). Memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang positif.

(4). Menggunakan obat secara teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih

untuk menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien

gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat

sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan

terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.

Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan

berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh obat:

(a). Jelaskan guna obat;

(b). Jelaskan akibat bila putus obat;

(c). Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.

d. Implementasi Keperawatan

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan.

perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan

dibutuhkan pasien sesuai dengan kondisi saai ini (here and now). Perawat juga menilai

diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal

sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi

pasien. Setelah semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh

dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak

Page 16: Sap Halusinasi

dengan pasien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran

serta pasien yang diharapkan.

Adapun pelaksanaan keperawatan pasien dengan halusinasi disini pasien harus

mengenal jenis, isi, waktu dan frekwensi halusinasi, dan mengidentifikasi situasi yang

menimbulkan halusinasi dan mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi.

Pelaksanaan keperawatan untuk keluarga adalah mendiskusikan masalah yang

dirasakan, menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, jenis, dan beserta proses

terjadinya halusinasi dan juga menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi.

Adapun prinsip tindakan keperawatan pada halusinasi adalah sebagai berikut:

1). Membina hubungan interpersonal saling percaya dengan cara mengekspresikan

perasaan secara terbuka dan jujur.

2). Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap observasi tingkah laku pasien

yang terkait dengan halusinasi.

3). Mengajarkan bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan bantuan perawat.

4). Fokuskan pada gejala dan minta individu untuk menguraikan apa yang sedang

terjadi. Hal ini akan menolong individu untuk mengendalikan penyakitnya,

meminta bantuan dan diharapkan dapat mencegah halusinasi yang lebih kuat.

5). Katakan bahwa perawat percaya pasien mengalaminya (dengan nada bersahabat,

tanpa menuduh dan menghakimi) katakan bahwa ada pasien lain yang

mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat akan membantu.

6). Memberikan perhatian pada pasien dan memperhatikan kebutuhan dasar pasien

seperti makan dan minum, mandi dan berhias.

7). Bantu individu untuk menguraikan dan membandingkan halusinasi yang

sekarang dengan terakhir yang dialaminya.

8). Dorong individu untuk mengamati dan menguraikan pikiran, perasaan dan

tindakannya sekarang atau yang lalu berkaitan dengan halusinasi yang

dialaminya.

9). Bantu individu untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antara halusinasi

dengan kebutuhan yang mungkin tercermin.

10). Sarankan dan perkuat penggunaan hubungan interpersonal dalam pemenuhan

kebutuhan.

Page 17: Sap Halusinasi

11). Identifikasi bagaimana gejala psikosis lain telah mempengaruhi kemampuan

individu untuk melaksanakan aktifitas hidup sehari-hari.

e. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon pasien

terhadap tindakan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua jenis yaitu

evaluasi proses atau formatif dilakukan dengan membandingkan respon pasien pada

tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. Adapun hasil yang diharapkan

dari tindakan keperawatan pada ganguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai

berikut: pasien dapat membina hubungan saling percaya, pasien dapat mengenal

halusinasi, pasien dapat mengontrol halusinasinya.

8. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Pasien

a. Tujuan

1). Keluarga dapat terlibat dalam perawatan klien dengan masalah halusinasi baik di

rumah sakit maupun di rumah.

2). Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk klien.

b. Rencana Tindakan

1). Bina hubungan saling percaya dengan keluarga klien;

2). Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar keluarga

klien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus anda

lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya dengan keluarga klien

adalah dengan :

a). Mengucapkan salam terapeutik

b). Berjabat tangan

c). Menjelaskan tujuan interaksi

d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat yang disetujui bersama.

3). Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien

4). Berikan pendidikan kesehatan tentang :

a). Pengertian halusinasi

b). Jenis halusinasi yang dialami klien

c). Tanda dan gejala halusinasi

Page 18: Sap Halusinasi

d). Cara merawat klien dengan halusinasi.

5). Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat klien

dengan halusinasi langsung kepada klien

6). Buat perencanaan pulang bersama keluarga.