HALUSINASI JADI

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang palingsering berupa kata- kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Persepsimerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi juga melibatkan kognitif dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan persepsi dapat terjadi pada 1

description

makalah halusinasi

Transcript of HALUSINASI JADI

Page 1: HALUSINASI JADI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan

persepsi.Bentukhalusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi

yang palingsering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak

sempurna.Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau

yangdialamatkan pada pasien itu.Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengansuara

halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar ataubicara keras-

keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnyabergerak-gerak. Kadang-

kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiaptubuh atau diluar

tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadang menyenangkan misalnyabersifat tiduran, ancaman

dan lain-lain.

Persepsimerupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus esksternal,juga

pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang diinterpretasikan olehstimulus yang

diterima.Jika diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuanuntuk menilai realita

dapat terganggu.Persepsi mengacu pada respon reseptorsensoris terhadap stimulus. Persepsi

juga melibatkan kognitif dan pengertianemosional akan objek yang dirasakan. Gangguan

persepsi dapat terjadi pada prosessensori penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan

pengecapan.

Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukanpada

pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yangberhubungan

dengan penggunaan alcohol dan substansi lingkungan.Berdasarkan hasil pengkajian pada

pasien dirumah sakit jiwa Medan ditemukan85% pasien dengan kasus halusinasi.

Sehingga penulis merasa tertarik untuk menuliskasus tersebut dengan pemberian Asuhan

keperawatan mulai dari pengkajian sampaidengan evaluasi.

1

Page 2: HALUSINASI JADI

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari halusinasi ?

2. Bagaimana etiologi dari halusinasi?

3. Apa tanda dan gejala yang terjadi pada pasien halusinasi ?

4. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien halusinasi ?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian halusinasi.

2. Untuk mengetahui etiologi dari halusinasi

3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang terjadi pada pasien alusinasi

4. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien halusinasi

1.4 MANFAAT

1. Dapat mengetahui pengertian halusinasi.

2. Dapat mengetahui etiologi dari halusinasi

3. Dapat mengetahui tanda dan gejala yang terjadi pada pasien alusinasi

4. Dapat mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien halusinasi

2

Page 3: HALUSINASI JADI

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 MASALAH UTAMA

Terganggunya persepsi sensori : Halusinasi

2.2 PROSES TERJADINYA MASALAH

2.2.1 PENGERTIAN

Halusinasi ialah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat

simulus (Yosep, 2009).

Halusinasi sebagai “hallucinations are defined as false sensory impressions or

experiences” yaitu halusinasi sebagai bayangan palsu atau pengalaman indera.

(Sundeen's, 2004).

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera

seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin

organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005).

Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa halusinasi merupakan bentuk

kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan dan tidak disertai

stimulus fisik yang adekuat.

2.2.2 ETIOLOGI

A. PRESDIPOSISI

Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang meenyebabkan halusinasi adalah :

a. Faktor Perkembangan

Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan

keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang

percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

3

Page 4: HALUSINASI JADI

b. Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa

disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

c. Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang

berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang

dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan

teraktivasinya neurotransmitter otak.

d. Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada

penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam

mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih

kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.

e. Faktor Genetik dan Pola Asuh

Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia

cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga

menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini

B. PRESIPITASI

Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya

gangguan halusinasi adalah :

a) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi

serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan

ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak

untuk diinterpretasikan.

4

Page 5: HALUSINASI JADI

b) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan

untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

c) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

d) proses pengolahan informasi yang berlebihan

e) Mekanisme penghantaran listrik abnormal

f) Adanya gejala pemicu

2.2.3 FASE – FASE

Halusinasi berkembang melalui empat fase

1. Fase pertama (fase comporting)

Fase yang menyenangkan (non psikotik) memiliki karakteristik mengalami stress,

cemas. Perasaan perpisahan, rasa bersalah dapat diselesaikan

2. Fase kedua (fase condeming/asietas berat)

Halusinasi menjadi menjijikkan, masuk dalam psikotrik ringan. Karakteristiknya

melamun, kecemasan meningkat. Klien tidak ingin orang lain tau dan ia tetap

dapat mengontrol.

3. Fase ketiga (fase controlling/ ansietas berat)

Pengalam sensori jadi berkuasa termasuk dalam gangguan psikotrik.

Karakteristiknya bisikan, suara isi, halusinasi semakin menonjol, menguasai dan

mengontrol pasien, tidak berdaya tremor dan klien berkeringat

4. Fase ke empat (fase conducting/panic)

Klien lebur dalam halusinasi termasuk psikotrik berat. Karakteristiknya

halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien,

klien menjadi takut, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata.

5

Page 6: HALUSINASI JADI

2.2.4 MANIFESTASI KLINIK

Menurut Hamid (2000) yang dikutip oleh Jallo (2008), dan Menurut Keliat (1999)

dikutip oleh Syahbana (2009) perilaku klien yang berkaitan dengan halusinasi adalah

sebagai berikut :

1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;

2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon verbal

yang lambat.;

3. Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari orang

lain;

4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata;

5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;

6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan

berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;

7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dan

takut;

8. Sulit berhubungan dengan orang lain;

9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;

10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;

11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;

2.2.5 RENTANG RESPON

Adaptif Maladaftif

6

Perilaku sesuai Pikiran logis Persepsi akurat Emosi konsisiten Hubungan sosial

Proses pikir Ilusi Emosi bertambah

atau berkurang Menarik Diri Perilaku tidak biasa

Kerusakan emosi Waham Halusinasi Perilaku disorientasi Isolasi sosial

Page 7: HALUSINASI JADI

2.2.6 JENIS – JENIS

Halusinasi menurut Rasmun (2001), itu dapat menjadi : 

1. Halusinasi penglihatan (visual, optik): tak berbentuk(sinar, kilapan atau pola cahaya) atau

yang berbentuk(orang, binatang, barang yang dikenal) baik itu yang berwarna atau tidak

2. Halusinasi pendengaran (autif, akustik): suara manusia, hewan, binatang mesin, barang,

kejadian alamiah atau musik

3. Halusinasi Penciuman (olfaktorius): mencium sesuatu bau

4. Halusinasi pengecap(gustatorik) : merasa/ mengecap sesuatu

5. Halusinasi peraba(taktil) : merasa diraba, disentuh, ditiup,disinari atau seperti ada ulat

bergerak di bawah kulitnya

6. 6. Halusinasi kinestetik : merasa badannya bergerak dalam sebuah ruangan, atau anggota

badannya bergerak (umpamanya anggota badan bayangan atau phantom limb)

7. Halusinasi viseral : perasaan tertentu timbul didalam tubuhnya

8. Halusinasi Hipnagogik : terdapat ada kalanya pada seorang yang normal, tetap sebelum

tertidur persepsi sensorik bekerja salah

9. Halusinasi hipnopompik : seperti pada nomor 8, tetapi terjadi tepat sebelum terbangun

samasekali dari tidurnya. Disamping itu ada pula pengalaman halusinatorik dalam impian

yang normal

10. Halusinasi histerik : Timbul pada nerosa histerik karena konflik emosional

7

Page 8: HALUSINASI JADI

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.1 PENGKAJIAN

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari

proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,

psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan

menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber

koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir

pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a.       Identitas klien

b.      Keluhan utama atau alasan masuk

c.       Faktor predisposisi

d.      Aspek fisik atau biologis

e.       Aspek psikososial

f.       Status mental

g.      Kebutuhan persiapan pulang

h.      Mekanisme koping

i.        Masalah psikososial dan lingkungan

j.        Pengetahuan

k.      Aspek medik

8

Page 9: HALUSINASI JADI

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai

berikut:

a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui

observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data

ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang

langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil

dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang

dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

1) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan

pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik karena tidak

ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.

2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi,

sebagai program antisipasi terhadap masalah.

b. Ada masalah dengan kemungkinan

1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.

2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.

Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan

masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada tahun 1983 dan

INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat

digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005).

9

Page 10: HALUSINASI JADI

3.1.2 POHON MASALAH

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama

adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya,

masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah

salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama.

Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian

seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan

efek atau akibat dari masalah utama.

Berikut adalah pohon masalah dengan masalah utama perubahan persepsi sensori :

halusinasi.

3.1.3 MASALAH YANG PERLU DI KAJI

A. MASALAH KEPERAWATAN

a. Resiko tinggi perilaku kekerasan.

b. Perubahan persepsi sensori halusinasi

c. Isolasi social: menarik diri

d. Harga diri rendah kronis

10

Page 11: HALUSINASI JADI

B. DATA YANG PERLU DIKAJI

MASALAH KEPERAWATAN DATA YANG PERLU DI KAJI

Resiko menciderai diri orang lain dan

lingkungan.

DS :

Pasien mengatakan marah dan

jengkel pada orang lain, ingin

membunuh, ingin membakar

atau mengacak – acak

lingkungan.

DO :

Pasien mengamuk , merusak

dan melempar barang – barang.

Pasien melakukan tindakan

kekerasan pada orang – orang di

sekitarnya.

Perubahan persepsi sensori :

“HALUSINASI”

DS :

Pasien mengatakan mendengar

bunyi yang tidak berhubungan

dengan stimulasi nyata.

Pasien mengatakan ingin

memukul atau melempar barang

– barang.

Pasien takut pada suara yang di

dengarnya.

DO :

Pasien berbicara dan tertawa

sendiri.

11

Page 12: HALUSINASI JADI

Pasien bersikap seperti

mendengar sesuatu

Pasien berhenti bicara di tengah

kalimat untuk mendengarkan

sesuatu.

Disorientasi.

Isolasi sosial : “MENARIK DIRI” DS :

Pasien mengungkapkan tidak

berdaya dan ingin mati

Pasien mengatakan enggan

bicara dengan orang lain

Pasien bertemu orang lain

merasa malu

DO :

Pasien terlihat lebih suka

sendiri

Bingung bila disuruh memilih

alternatif tindakan

Ingin mencederai diri atau ingin

mengakhiri hidup

12

Page 13: HALUSINASI JADI

3.1.4 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa keperawatan

adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun

potensial.

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan

persepsi sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :

C. Resiko tinggi perilaku kekerasan.

D. Perubahan persepsi sensori halusinasi

E. Isolasi social: menarik diri

F. Harga diri rendah kronis

3.1.5 RENCANA TINDAKAN

1. Resiko menciderai diri orang lain dan lingkungan.

DS :

Pasien mengatakan marah dan jengkel pada orang lain, ingin membunuh,

ingin membakar atau mengacak – acak lingkungan.

DO :

Pasien mengamuk , merusak dan melempar barang – barang.

Pasien melakukan tindakan kekerasan pada orang – orang di sekitarnya.

2. Perubahan persepsi sensori : “HALUSINASI”

DS :

Pasien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan

stimulasi nyata.

Pasien mengatakan ingin memukul atau melempar barang – barang.

Pasien takut pada suara yang di dengarnya.

13

Page 14: HALUSINASI JADI

DO :

Pasien berbicara dan tertawa sendiri.

Pasien bersikap seperti mendengar sesuatu

Pasien berhenti bicara di tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.

Disorientasi.

3. Isolasi sosial : “MENARIK DIRI”

DS :

Pasien mengungkapkan tidak berdaya dan ingin mati

Pasien mengatakan enggan bicara dengan orang lain

Pasien bertemu orang lain merasa malu

DO :

Pasien terlihat lebih suka sendiri

Bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan

Ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup

3.1.6 STRATEGI PELAKSANAAN

SP 1 :

Bantu pasien mengenal halusinasinya ciri, waktu, terjadinya, frekuensi, situasi, pencetus.

Perasaan saat terjadi halusinasi.

Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghindar

Tahap tindakan

Jelaskan cara menghindari halusinasi

14

Page 15: HALUSINASI JADI

Meragakan cara menghadik

Minta pasien memperagakan ulang

Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

SP2 :

Evaluasi kegiatan yang lalu (sp1)

Latih berbicara atau bercakap dengan orang lain saat halusinasi muncul

Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

SP 3

Evaluasi kegiatan yang lalu (sp1 dan sp2)

Latih kegiatan agar halusinasi tidak muncul

Jelaskkan pentingnya aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi

Diskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien

Latih pasien untuk melakukan aktifitas

Susun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih

SP 4

Evaluasi kegiatan lalu (SP1,SP2,SP3)

Tanyakan program pengobatan

Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan pada gangguan jiwa

Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai dan bila putus obat

Jelaskan cara mendapatkan obat atau berobat

Latih pasien minum obat

SP 1 keluarga

Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien

Jelaskan tentang halusinasi meliputi : pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda dan

gejala halusinasi, cara merawat pasien halusinasi ( cara berkomunikasi, pemberian obat,

15

Page 16: HALUSINASI JADI

dan pemberian aktifitas kepada pasien). Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa

dijangkau , bermain peran, cara merawat, rencana tindakan lanjut keluarga untuk

merawat pasien

SP 2 keluarga

Evaluasi kemampuan keluarga (SP1)

Latih keluarga merawat pasien

Rencana tindak lanjut keluarga (jadwal untuk merawat pasien0

SP3 keluarga

Evaluasi kemampuan keluarga (SP2)

Latih keluarga merawat pasien

Rencana tindak lanjut keluarga atau jadwal untuk merawat pasien

SP4 keluarga

Evaluasi kemampuan keluarga

Evaluasi kemampuan pasien

Rencana tindak lanjut keluarga

Follow up

rujukan

3.1.6 EVALUASI

A. FORMATIF

SUMATIF

16

Page 17: HALUSINASI JADI

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca

indera seorang pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun,

dasarnya mungkin organik, fungsional, psikopatik ataupun histerik

PRESDIPOSISI

a) Faktor Perkembangan

b) Faktor Sosiokultural

c) Faktor Biokimia

d) Faktor Psikologis

e) Faktor Genetik dan Pola Asuh

PRESIPITASI

a) Biologis

b) Stress lingkungan

c) Sumber koping

d) proses pengolahan informasi yang berlebihan

e) Mekanisme penghantaran listrik abnormal

f) Adanya gejala pemicu

MANIFESTASI KLINIS

a) Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;

b) Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan

respon verbal yang lambat.;

c) Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari diri dari

orang lain;

d) Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang

tidak nyata;

e) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;

17

Page 18: HALUSINASI JADI

4.2 SARAN

1. Sebagai seorang perawat yang baik seharusnya kita dapat memberikan asuhan

keperawatan secara holistik meliputi bio, spiko, sosio, kultural dan spiritual.

2. Sebagai seorang perawat yang bekerja di ruang jiwa, maka kita harus tetap

sabar.

4.3 EVALUASI

Evaluasi pada klien dilakukan dengan melihat respon subjektif klien serta mengobservasi respon

klien selama penerapan asuhan keperawatan. Evaluasi juga meliputi analisa sejauhmana

pencapaian SP yang telah dibuat untuk dilanjut ke SP berikutnya. Selama penerapan asuhan

keperawatan untuk diagnosa Terganggunya persepsi sensori berhubungan dengan Halusinasi

18

Page 19: HALUSINASI JADI

DAFTAR PUSTAKA

 1. Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 19952. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 19993. Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI.

19994. Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 19995. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino

Gonohutomo, 20036. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP

Bandung, 2000

19