S1-2014-298072-chapter1
-
Upload
fredi-zeox -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of S1-2014-298072-chapter1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periodontal dressing merupakan bahan yang diaplikasikan untuk menutup
luka yang diakibatkan oleh prosedur bedah periodontal (Nield-Gehrig dan
Willmann, 2008). Penutupan luka dengan periodontal dressing bertujuan untuk
mengurangi perdarahan dan infeksi pasca pembedahan serta melindungi luka dari
trauma selama proses pengunyahan. Secara umum periodontal dressing
dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang mengandung eugenol dan noneugenol
(David dkk., 2013). Kandungan eugenol pada periodontal dressing dapat
menyebabkan reaksi alergi dengan warna kemerahan dan rasa terbakar pada
daerah sekitar luka. Periodontal dressing tipe noneugenol tidak mengandung
asbes maupun eugenol untuk menghindari efek samping yang diakibatkan oleh zat
tersebut. Oleh sebab itu periodontal dressing tipe eugenol sudah jarang dipakai
dan tipe noneugenol yang lebih banyak dikembangkan (Newman dkk., 2002).
Baer mengembangkan periodontal dressing noneugenol yang berfungsi
untuk memproteksi luka dari iritasi lokal tetapi tidak dapat mempercepat proses
penyembuhan luka. Beberapa praktisi menambahkan antibiotik ke dalam
periodontal dressing noneugenol untuk mempercepat proses penyembuhan
dengan mengurangi kolonisasi bakteri pada luka, namun penambahan antibiotik
dapat mengakibatkan reaksi hipersensitivitas, resistensi bakteri dan infeksi
oportunistik (Newman dkk., 2002; David dkk., 2013). Tanaman herbal merupakan
2
alternatif bahan yang dapat ditambahkan pada periodontal dressing untuk
mengurangi efek samping yang ditimbulkan dan mempercepat proses
penyembuhan luka. Teh hijau merupakan tanaman herbal yang banyak diteliti
karena manfaat dari senyawa-senyawa kimia yang dikandungnya dan katekin
adalah senyawa polifenol terbanyak dalam daun teh hijau yang memiliki efek
antibakteri, antioksidan, antinflamasi, memperkuat pembuluh darah serta
menghambat pertumbuhan sel kanker (Syah, 2006). Katekin daun teh hijau
tersusun atas empat senyawa utama yaitu epicatechin (EC), epigallocatechin
(EGC), epicatechin gallate (ECG), dan epigallocatechin gallate (EGCG) (Chacko
dkk., 2010).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa katekin mampu mempercepat
proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terjadi melalui 4 fase yang
dinamis, saling terkait, berkesinambungan serta saling tumpang tindih yaitu fase
hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling (MacKay dan Miller, 2003).
Dalam proses penyembuhan luka tersebut dibutuhkan suatu mekanisme penting
yaitu migrasi sel. Fibroblas merupakan sel kunci pada proses penyembuhan luka
yang bertanggung jawab untuk memulai fase proliferasi (Andreasen dkk., 2007;
Entschladen dan Zanker, 2010). Dalam fase proliferasi terdapat fase pembentukan
serabut kolagen yang dibentuk oleh fibroblas setelah fase inflamasi berjalan
melalui proses migrasi, proliferasi dan pembentukan matriks ekstraseluler
(Andreasen dkk., 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pradita dkk. (2009),
epigallocatechin gallate (EGCG) mampu meningkatkan jumlah sel fibroblas pada
3
fase proliferasi dalam proses penyembuhan luka yang dikaji secara in vivo.
Penelitian lain membuktikan bahwa penambahan katekin hasil partisi ekstrak
daun teh hijau 10% pada periodontal dressing berpengaruh mempercepat
peningkatan kepadatan serabut kolagen yang dihasilkan oleh fibroblas dalam
proses penyembuhan luka gingiva kelinci (Murdiastuti dkk., 2011). Hasil
penelitian tersebut mengindikasikan terjadi penyembuhan luka yang lebih cepat
namun penelitian lain menunjukkan bahwa EGCG berpengaruh menghambat
migrasi fibroblas.
Penelitian oleh Ansari (2013) yang membandingkan pengaruh enam
senyawa alami terhadap human gingival fibroblast pada proses penyembuhan luka
kajian in vitro menunjukkan bahwa fibroblas yang diberi perlakuan dengan
epigallocatechin gallate (EGCG) selama 24 jam tidak bermigrasi ke daerah insisi
dan fibroblas yang diberi perlakuan dengan epicatechin bermigrasi namun tidak
signifikan. Hasil penelitian lain membuktikan bahwa EGCG dengan konsentrasi
100 µM dapat menghambat migrasi fibroblas (Park dkk., 2008). Berdasarkan
perbedaan hasil penelitian tersebut, penulis akan meneliti mengenai pengaruh
penambahan katekin daun teh hijau (Camellia sinensis) pada periodontal dressing
terhadap migrasi human primary fibroblast yang akan dikaji secara in vitro.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan masalah yaitu apakah
penambahan katekin daun teh hijau (Camellia sinensis) 10% pada periodontal
dressing berpengaruh terhadap migrasi human primary fibroblast?
4
C. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh penambahan katekin hasil partisi ekstrak
daun teh hijau sebesar 10% pada periodontal dressing terhadap kepadatan serabut
kolagen, ketebalan epitel dan jumlah sel polimorfonuklear dalam proses
penyembuhan luka gingiva kelinci telah dilakukan oleh Murdiastuti dkk. (2011).
Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai pengaruh penambahan katekin daun
teh hijau (Camellia sinensis) 10% pada periodontal dressing terhadap migrasi
human primary fibroblast (kajian in vitro) belum pernah dilakukan sebelumnya.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan katekin
daun teh hijau (Camellia sinensis) 10% pada periodontal dressing terhadap
migrasi human primary fibroblast.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi ilmu pengetahuan dapat menambah informasi mengenai pengaruh
penambahan katekin daun teh hijau (Camellia sinensis) 10% pada periodontal
dressing terhadap proses penyembuhan luka.
2. Pemanfaatan ekstrak daun teh hijau secara tidak langsung dapat meningkatkan
penggunaan daun teh hijau sebagai komoditas pertanian di Indonesia.